Naskah Akademik - Kelompok 1
Naskah Akademik - Kelompok 1
S e b a ga i d o k u m e n S e b a ga i d o k u m e n S eba ga i ba ha n ba gi
pembahasan kebijakan ha r m o ni sa s i
ra nc a nga n pera tu ra n
• Naskah Akademik akan • Naskah Akademik merupakan per un da n g - u n da n ga n
memberi arah kepada para potret atau peta tentang denga n huk um po siti f
pemangku kepentingan berbagai hal terkait dengan
• Memudahkan pada saat peraturan perundang-undangan
• Bagi perancang akan berfungsi
pembahasan • Pemangku kepentingan,
sebagai acuan materi yang akan
terutama yang menduduki
diatur dan untuk selanjutnya
posisi sebagai pengambil
diterjemahkan ke dalam bahasa
kebijakan akan mendapat
peraturan perundang-
informasi yang memadai dalam
undangan.
pengambilan keputusan
• PUU yang disusun tidak
tumpang tindih
(vertikal/horizontal)
SISTEMATIKA NASKAH AKADEMIK
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Maksud dan Tujuan
D. Metode
BAB II Kajian Teoritis dan Praktik Empiris
A. Kajian Teoretis
B. Kajian Terhadap Asas/Prinsip
C. Kajian Terhadap Praktik Penyelenggaraan, Kondisi yang Ada, serta Permasalahan yang Dihadapi
D. Kajian Terhadap Implikasi Pengaturan
BAB III Evaluasi dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Terkait
BAB IV Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis
BAB V Jangkauan, Arah Pengaturan, dan Ruang Lingkup
BAB VI Penutup
A. Simpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran: Rancangan Peraturan Perundang-Undangan
Penyusunan Bab I:
Pendahuluan
• Latar Belakang
• Identifikasi Masalah
• Tujuan dan Kegunaan
• Metode Penelitian
• Latar Belakang
Latar belakang penulisan karya akademik perlu dimulai dengan penjelasan mengenai pentingnya penyusunan NA melalui
suatu kajian yang mendalam dan komprehensif dalam pembentukan Undang-Undang (UU). Disamping itu, secara substantif
menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
1. uraian secara umum mengenai permasalahan yang dihadapi saat ini terkait substansi NA;
2. uraian secara umum urgensi pembentukan atau perubahan UU; dan
3. pernyataan perlunya solusi secara hukum untuk menyelesaikan permasalahan tersebut melalui pembentukan atau
perubahan UU.
Permasalahan yang diuraikan tidak hanya terkait dengan aturan (rule) tetapi juga berbagai faktor dalam sistem hukum
seperti struktur hukum dan budaya hukum. Urgensi pembentukan UU diuraikan dalam latar belakang dapat dilihat juga
sebagai konsekuensi dari permasalahan yang dihadapi saat ini. Dalam kasus-kasus tertentu, pembentukan atau perubahan
suatu UU dapat disebabkan oleh adanya Putusan Mahkamah Konstitusi yang mengakibatkan adanya kekosongan hukum.
Oleh karena itu, dalam latar belakang dapat dijelaskan secara singkat mengenai isi Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut
• Identifikasi Masalah
Dalam Lampiran I Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (UU
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan), perumusan masalah disebut sebagai identifikasi masalah. Proses identifikasi
masalah dalam pedoman NA ini dibantu dengan serangkaian pertanyaan yang jawabannya akan ditulis dalam bab-bab NA
yang tersusun secara sistematis, yaitu pertama mengenai teori dan praktik empiris; kedua, analisis dan evaluasi peraturan
perundang-undangan terkait; ketiga, landasan filosofis, sosilogis, dan yuridis; serta keempat, sasaran yang akan diwujudkan,
jangkauan, arah pengaturan, dan ruang lingkup pengaturan.
• Tujuan dan Kegunaan
Penulisan tujuan dan kegunaan penyusunan NA disesuaikan dengan ruang lingkup permasalahan yang
akan dijelaskan dalam NA. Oleh karena itu, rumusan standar untuk tujuan penyusunan NA adalah
pertama, mengetahui perkembangan teori dan praktik empiris dari materi undang-undang; kedua,
melakukan evaluasi dan analisis terhadap peraturan perundang-undangan terkait dengan substansi UU;
ketiga, merumuskan landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis UU, serta keempat, merumuskan sasaran
yang akan diwujudkan, arah dan jangkauan pengaturan, dan ruang lingkup materi muatan UU.
• Metode Penelitian
Bagian penting dalam metode penyusunan NA adalah mengenai data yang diperlukan, proses
pengumpulan data serta teknik analisis data. Data yang diperlukan dapat berupa data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama. Sedangkan,
data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelusuran pustaka; berupa buku, jurnal dan hasil
penelitian. Metode pengumpulan data dilakukan secara kualitatif yaitu melalui studi
kepustakaan/literatur, workshop, focus group discussion (FGD), diskusi panel, seminar, dan wawancara
1. Studi kepustakaan/literatur adalah penelaahan terhadap peraturan perundang-undangan,
putusan pengadilan/Mahkamah Konstitusi, perjanjian internasional, buku, kamus,
ensiklopedia, atau hasil penelitian/pengkajian yang ada hubungannya dengan
permasalahan dalam NA.
2. Focus Group Discussion (FGD) adalah bentuk diskusi yang didesain untuk memunculkan
informasi mengenai keinginan, kebutuhan, sudut pandang, kepercayaan dan pengalaman
yang dikehendaki peserta terhadap materi NA.
3. Diskusi panel adalah pertemuan untuk melakukan pertukaran pemikiran dengan
mendengarkan percakapan antara 3 (tiga) sampai dengan 6 (enam) orang panelis yang
mengemukaan topik tertentu atau spesifik yang terkait dengan substansi NA.
4. Seminar adalah suatu pertemuan ilmiah yang membahas substansi NA yang diikuti banyak
peserta dan mereka yang ahli di bidang nya untuk memperoleh pandangan mengenai
substansi NA.
5. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan melalui tanya jawab dengan tatap
muka antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman wawancara.
Penyusunan Bab II:
K a j i a n Te o r i t i s d a n
Praktik Empiris
• Kajian Teoretis
• Kajian Terhadap Asas/Prinsip
• Kajian Terhadap Praktik Penyelenggaraan,
Kondisi yang Ada, serta Permasalahan yang
Dihadapi
• Kajian Terhadap Implikasi Pengaturan
• Kajian Teoretis
Kajian teoritis memuat berbagai teori dan kerangka
konsepsional terkait dengan substansi atau materi muatan yang
akan diatur dalam suatu UU. Kerangka teori dan konsepsional
tersebut akan menjadi benchmark atau acuan bagi system baru
yang akan dituangkan dalam UU. Teori (pendapat ahli) dan
kerangka konsepsional ditempatkan sebagai sumber hukum baru
yang akan dituangkan dalam UU.
Dimensi:
1. Dimensi Kesesuaian Antara Jenis, Hierarki, dan Materi Muatan
• Peraturan perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki peraturan
perundang- undangan. Penilaian terhadap dimensi ini dilakukan untuk memastikan bahwa peraturan perundang-undangan dimaksud sudah
sesuai dengan hierarki peraturan perundang-undangan.
2. Dimensi Kejelasan Rumusan
• Setiap peraturan perundang-undangan harus disusun sesuai dengan teknik penyusunan peraturan perundang-undangan, dengan
memperhatikan sistematika, pilihan kata atau istilah, teknik penulisan, dengan menggunakan bahasa peraturan perundang-undangan yang
lugas dan pasti, hemat kata, objektif dan menekan rasa subjektif, membakukan makna kata, ungkapan atau istilah yang digunakan secara
konsisten, memberikan definisi atau batasan artian secara cermat. Sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam
pelaksanaannya.
3. Dimensi Materi Muatan
• Penilaian ini dilakukan untuk memastikan peraturan perundang-undangan dimaksud sudah sesuai dengan Konvensi Hak Anak yang
terkandung dalam pengarusutamaan hak anak yang dirumuskan sebagai berikut:
R H E TO R I C A L D E V I C E S
Pe nyusunan B ab IV:
Landasan Filosofis,
S o s i o l o g i s , d a n Yu r i d i s
• Landasan Filosofis
• Landasan Sosiologis
• Landasan Yuridis
Landasan Filosofis Landasan Sosiologis
Suatu landasan atau alasan yang Suatu pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang menggambarkan bahwa peraturan yang
dibentuk mempertimbangkan pandangan dibentuk memenuhi kebutuhan masyarakat
hidup, kesadaran, dan cita hukum yang dalam berbagai aspek. Landasan sosiologis
meliputi suasana kebatinan serta falsafah sesungguhnya menyangkut fakta empiris
bangsa Indonesia yang bersumber dari mengenai perkembangan masalah dan
Pancasila dan Pembukaan UUD NRI Tahun kebutuhan masyarakat dan negara.
1945.
Landasan Yuridis
Suatu pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang
dibentuk mengatasi permasalahan hukum atau
mengisi kekosongan hukum dengan
mempertimbangkan aturan yang telah ada,
yang akan diubah, atau yang akan dicabut
dengan tujuan untuk menjamin kepastian
hukum dan rasa keadilan masyarakat.
Penyusunan Bab V:
Jangkauan, Arah
Pengaturan, dan Ruang
Lingkup
Sasaran pengaturan adalah kondisi yang ingin dicapai setelah peraturan
perundangundangan baru disahkan/ditetapkan.
J a n g ka u a n
A ra h P e n g a t u ra n R u a n g L i n g ku p
Pengaturan
adalah apa yang harus Subjek pengaturan, adalah Objek pengaturan, adalah 1. ketentuan umum;
dilakukan/diperlukan untuk pihak yang memiliki hak segala 2. materi yang akan
mencapai dan kewajiban atau sesuatu yang berada Dalam diatur;
sasaran yang ingin diberikan kewenangan pengaturan hukum dan 3. ketentuan sanksi (jika
diwujudkan. berdasarkan peraturan dapat diperlukan);
perundang-undangan yang dimanfaatkan oleh subjek 4. ketentuan peralihan
telah disahkan/ditetapkan. hukum. (jika diperlukan); dan
5. Ketentuan penutup
Penyusunan Bab VI:
Penutup dan Daftar
Pustaka serta
Penyelarasan Format dan
Naskah Akademik
• Simpulan
• Saran
• Daftar Pustaka
• Lampiran
Simpulan Saran Daftar Lampiran
Pustaka
Simpulan memuat 1. Perlunya pemilihan substansi Rancangan
rangkuman pokok naskah akademik dalam suatu Daftar Pustaka Peraturan
pikiran yang berkaitan PUU atau PUU di bawahnya. memuat buku, Perundang-
dengan praktik 2. Rekomendasi tentang skala perundang- Undangan.
penyelenggaraan, prioritas penyusunan undangan, dan
pokok elaborasi teori, RUU/Raperda dalam program jurnal yang
dan asas yang telah legislasi nasional/program menjadi sumber
diuraikan. legislasi daerah. bahan
3. Kegiatan lain yang diperlukan penyusunan
untuk mendukung naskah
penyempurnaan naskah akademik.
akademik lebih lanjut.
3 . D E V E L O P YO U R R E A S O N S
THANK YOU!
Sumber :
Pedoman Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang
Pusat Perancangan Undang-Undang Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia