Anda di halaman 1dari 17

Kelompok 2

(Tragedi Kanjuruhan)
Moses Ngaro Hirohito (2109112139)

Desi Ratnawati S (2109112140)

Sonya Maduma Imanuela (2109112141)

Maria Dwinoverine (2109112142)

Michelle Tamana (2109112143)


KRONOLOGIS KASUS
Tragedi kanjuruhan 2022 merupakan salah satu
musibah terbesar dalam sejarah sepak bola
Indonesia dan Asia serta terbesar kedua dalam
sejarah sepak bola dunia setelah tragedi Estadio
National di Peru. Tragedi ini terjadi pasca
pertandingan Arema Football Club vs Persebaya di
Stadion Kanjuruhan Malang pada 01 Oktober 2022
yang menyebabkan seratusan korban meninggal
dunia.Terdapat beberapa pendapat mengenai awal
kronologi yang melatar belakangi terjadinya
tragedi ini. Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta
dalam konferensi pers di Polres Malang,
mengatakan karena supporter kecewa timnya kalah,
mereka lalu turun ke tengah lapangan dan berusaha
mencari para pemain dan ofisial untuk
melampiaskan kekecewaannya.
Polisi lalu menembakkan gas air mata karena
para suporter anarkis dan menyerang petugas
kepolisian hingga merusak sejumlah fasilitas
stadion.
KRONOLOGI KASUS
Sedangkan hasil temuan Komnas Hak Asasi Manusia
(HAM) mengungkapkan tidak ada penyerangan yang
dilakukan oleh suporter ke pemain arema. Pada
awalnya, aremania yang turun ke lapangan hanya
menyapa pemain seusai laga serta menyampaikan
kritik dan semangat untuk pemain
arema. Karena massa yang semakin banyak
menerobos masuk ke lapangan, polisi akhirnya
menembakkangas air matake tribun penonton.
Karena aksi tersebut kepanikan penonton pun
semakin bertambah karena penonton berlarian
sehingga terinjak-injak dan berdesak-desakan
serta penonton yang terpusat arah larinya ke
satu pintu keluar menyebabkan kekurangan
oksigen. Peristiwa tersebut kemudian
menimbulkan perhatian di masyarakat.
Pelaku HAM dalam kasus ini ialah petugas
keamanan dikarenakan penggunaan kekuatan

PELAKU HAM berlebihan oleh aparat keamanan.


Terlihat dari penggunaan gas air mata
dan aksi kekerasan oleh aparat.
BENTUK PELANGGARAN
1.Penggunaan gas air mata dalam proses pengamanan pertandingan
di dalam stadion merupakan bentuk penggunaan kekuatan
berlebih. Pasal 19 huruf (b) FIFA Stadium Safety and
Security melarang membawa apalagi menggunakan gas air mata
di stadion. Pelanggaran terhadap aturan FIFA itu bertambah
parah karena gas air mata yang ditembakan aparat di dalam
stadion Kanjuruhan totalnya 45 kali. Hal itu menyebabkan
kepanikan dan membuat orang berdesak-desakan, kekurangan
oksigen, terinjak dan penyebab lain hingga akhirnya timbul
korban 135 orang meninggal dunia dan ratusan orang luka-
luka. penggunaan atribut dan alat berupa senjata/tembakan
gas air mata merupakan bentuk penggunaan kekuatan berlebih.
Apalagi adanya pelibatan Kepolisian dan TNI dimana dalam
regulasi keamanan dan keselamatan PSSI tahun 2021 tidak
diperbolehkan masuk ke dalam stadion
2. Hak memperoleh keadilan
Saat ini proses penegakan hukum yang
dilakukan belum mencakup semua pihak yang
seharusnya bertanggung jawab dalam
pelaksanaan pertandingan dan pelaksanaan
kompetisi.
Seharusnya aparat penegak hukum memastikan
seluruh pihak di lapangan maupun pihak yang
bertanggung jawab membuat aturan yang
kemudian dilanggar harus juga dimintai
pertanggungjawaban.
3. Hak untuk hidup.
Kematian 135 orang dalam tragedi stadion Kanjuruhan
merupakan pelanggaran hak untuk hidup. Hal itu karena
ada penggunaan gas air mata dan tata kelola kompetisi
yang tidak baik. Dapat dilihat dari tidak
dilakukannya beberapa hal seperti penilaian terhadap
pertandingan berisiko tinggi (high risk), kelayakan
stadion, penempatan petugas keamanan yang tidak
sesuai dengan regulasi keselamatan dan keamanan.
Meliputi adanya penggunaan kekuatan berlebih; hak
memperoleh keadilan; hak untuk hidup; hak atas
kesehatan; hak atas rasa aman; hak anak; bisnis dan
HAM. “Hak untuk hidup secara tegas dijamin dalam
konstitusi dan tercantum dalam Pasal 28A yang
menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk hidup
serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya,"
4. Hak atas kesehatan.
Banyak korban mengalami iritasi mata, asfiksia, kondisi wajah
biru cenderung kehitaman dan kondisi lain akibat gas air mata.
Hal itu tergolong pelanggaran hak atas kesehatan dimana
penggunaan gas air mata dalam kondisi tertentu dapat
menyebabkan luka permanen dan trauma. Hal itu menunjukkan tidak
dipertimbangkannya dampak dari penggunaan gas air mata.
Mekanisme yang jelas terkait pemenuhan pemulihan korban luka
permanen dan tidak permanen. Serta tidak ada jaminan terkait
pemulihan atas trauma termasuk kesehatan mental yang berpotensi
adanya pelanggaran hak atas kesehatan.
Hak atas kesehatan dijamin pemenuhannya dalam Pasal 25 DUHAM
dimana setiap orang berhak atas taraf kehidupan yang memadai
untuk kesehatan, kesejahteraan dirinya sendiri, dan keluarganya
dan Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
HAM dimana setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan
hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya.
5. Hak atas rasa aman
Hak atas rasa aman dimana tidak ada penanganan
maksimal terhadap pertandingan yang berisiko tinggi
(high risk). Serta tidak ada indikator dalam menilai
suatu pertandingan apakah berisiko tinggi atau tidak.
Kemudian penempatan petugas keamanan tidak tepat,
kepentingan komersial lebih diutamakan ketimbang
keselamatan dan keamanan. Hal itu membuktikan adanya
pelanggaran terhadap hak atas rasa aman. Hak atas rasa
aman diatur secara tegas Pasal 28G ayat (1) UUD NKRI
Tahun 1945 yang intinya memberikan hak kepada semua
orang atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda di bawah
kekuasaanya. Serta hak atas rasa aman dan perlindungan
dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu yang juga dijamin Pasal 29 ayat (1)
dan Pasal 30 UU No.39 Tahun 1999 tentang HAM. “Hak
atas rasa aman ini termasuk kondisi yang dialami
pemain dan offisial Persebaya yang terjadi di luar
stadion akibat tindakan yang tidak bertanggung jawab
6. Hak Anak.
Banyaknya anak yang menjadi korban
merupakan bentuk pelanggaran
terhadap hak atas anak.
Anam menghitung ada 38 anak
meninggal dunia dan ada yang
mengalami luka seperti patah tulang.
Anak juga mengalami trauma, sehingga
perlu adanya mekanisme khusus
penanganan terhadap anak. Hal ini
dijamin dalam Pasal 52 ayat (1) UU
No.39 Tahun 1999 tentang HAM yang
menjelaskan setiap anak berhak atas
perlindungan oleh orang tua,
keluarga, masyarakat, dan negara.
7. Pengabaian terhadap panduan PBB
tentang Bisnis dan HAM
Entitas bisnis yang mengabaikan HAM berdampak
sangat buruk bagi masyarakat. Oleh karena itu
diperlukan kewajiban dan tanggung jawab masing-
masing pihak sebagai upaya perlindungan dan
pemenuhan HAM. Menurut Komnas HAM,
penyelenggaraan kompetisi Liga I BRI 2022-2023
melibatkan sejumlah pihak. Antara lain PT LIB
sebagai operator dan Indosiar sebagai broadcaster
serta Arema FC sebagai peserta kompetisi yang
memiliki kewajiban dan tanggung jawab masing-
masing pihak mematuhi prinsip-prinsip panduan
bisnis dan HAM. Prinsip tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya keberulangan dan tentunya
pemulihan terhadap korban melalui perumusan
kebijakan, peraturan, dan penegakan hukum.
DIKATEGORIKAN
PELANGGARAN
HAM BERAT
Dalam tragedi Kanjuruhan, bisa dinalarkan bahwa ada kemungkinan
penyalahgunaan kekuasaan dalam lemahnya sistem hukum yang
mengatur akan prosedur pengamanan dalam kerusuhan. Dalam pasal
1 ayat 6 Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang Pelanggaran
HAM serta pasal 7 Undang-Undang No. 26 tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM dijelaskan bahwa Pelanggaran HAM berat
meliputi kejahatan genosida (pemusnahan kelompok secara
sistematis dan disengaja) dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Kejahatan terhadap kemanusiaan tersebut merupakan perbuatan
yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau
sistematik yang diketahuinya bahwa serangan itu ditujukan secara
langsung terhadap penduduk sipil.
Terdapat dua pelanggaran HAM
berat yang terjadi
Yaitu:
1. Penggunaan aparat kepolisian dan TNI sebagai
pengamanan pertandingan dan pendekatan represif
menggunakan gas air mata
2. Serta indikasi pelanggaran HAM kedua yang dinilai
ada unsur kesengajaan yaitu pintu stadion yang
menjadi akses keluar yang secara sengaja ditutup
Hal-hal tersebut memperjelas bahwa dalam tragedi
Kanjuruhan ini bukanlah hanya tindak pidana biasa yang
dilakukan oleh oknum aparat, melainkan adanya
pelanggaran HAM berat yang menitikberatkan pada
kejahatan terhadap kemanusiaan. Yang mana sebelumnya
sudah ada peringatan dan permohonan ampun dari korban
yang ditujukan kepada petugas keamanan dan aparat
kepolisian atas tindakan penembakan gas air mata yang
diarahkan ke para suporter di dalam tribun.
BENTUK PELANGGARAN​
Pelanggaran HAM berat adalah tindakan yang bersifat sistematis dan meluas. Unsur sistematis dan meluas
tersebut merupakan faktor penting dan signifikan yang membedakan antara pelanggaran HAM berat dengan
tindak pidana biasa menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) atau perundang-undangan pidana
lainnya.
Komnas HAM telah mengindikasikan terjadinya pelanggaran HAM berdasarkan UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang
HAM. Namun, tidak menutup kemungkinan bagi badan itu untuk menyelidiki kasus Kanjuruhan dalam kerangka
pelanggaran HAM berat. Pasalnya tragedi yang telah menewaskan 135 orang itu memiliki potensi untuk dapat
dikategorikan sebagai pelanggaran HAM berat apabila Komnas HAM dapat melakukan penyelidikan. Untuk itu,
Komnas HAM menindaklanjuti temuan-temuan awalnya dalam kasus Kanjuruhan dan menyelidiki secara serius.
Komnas HAM didesak untuk menyelidiki lebih lanjut dengan mengundang para ahli dan melibatkan tim ad hoc
dari masyarakat sipil. Serta menambahkan koalisi masyarakat sipil menilai Tragedi Kanjuruhan merupakan
pelanggaran HAM berat karena memenuhi dua unsur, yakni dilakukan sistematis dan dampaknya meluas.
DASAR HUKUM Tersangka dijerat Pasal 359 dan Pasal 360 KUHP terkait
kesalahan yang menyebabkan kematian. Kemudian, mereka juga
dijerat Pasal 103 dan Pasal 52 UU RI Nomor 11 Tahun 2022
tentang Keolahragaan.

Pasal 359 KUHP


Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan
orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.
Pasal 360 KUHP
(1) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan
orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama
satu tahun.
(2) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan
orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit
atau halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian
selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling
lama sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan
atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.
Dasar Hukum
Pasal 52 UU Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan
Penyelenggara kejuaraan Olahraga wajib memenuhi persyaratan teknis
kecabangan, kesehatan, keselamatan, ketentuan daerah setempat, keamanan,
ketertiban umum, dan kepentingan publik.

Pasal 103 UU Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan


(1) Penyelenggara kejuaraan Olahraga yang tidak memenuhi persyaratan teknis
kecabangan, kesehatan, keselamatan, ketentuan daerah setempat, keamanan,
ketertiban umum, dan kepentingan publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(2) Penyelenggara kejuaraan Olahraga yang mendatangkan langsung massa
penonton yang tidak mendapatkan rekomendasi dari Induk Organisasi Cabang
Olahraga yang bersangkutan dan tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
Thank You

Anda mungkin juga menyukai