KRONOLOGIS KASUS Tragedi kanjuruhan 2022 merupakan salah satu musibah terbesar dalam sejarah sepak bola Indonesia dan Asia serta terbesar kedua dalam sejarah sepak bola dunia setelah tragedi Estadio National di Peru. Tragedi ini terjadi pasca pertandingan Arema Football Club vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang pada 01 Oktober 2022 yang menyebabkan seratusan korban meninggal dunia.Terdapat beberapa pendapat mengenai awal kronologi yang melatar belakangi terjadinya tragedi ini. Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta dalam konferensi pers di Polres Malang, mengatakan karena supporter kecewa timnya kalah, mereka lalu turun ke tengah lapangan dan berusaha mencari para pemain dan ofisial untuk melampiaskan kekecewaannya. Polisi lalu menembakkan gas air mata karena para suporter anarkis dan menyerang petugas kepolisian hingga merusak sejumlah fasilitas stadion. KRONOLOGI KASUS Sedangkan hasil temuan Komnas Hak Asasi Manusia (HAM) mengungkapkan tidak ada penyerangan yang dilakukan oleh suporter ke pemain arema. Pada awalnya, aremania yang turun ke lapangan hanya menyapa pemain seusai laga serta menyampaikan kritik dan semangat untuk pemain arema. Karena massa yang semakin banyak menerobos masuk ke lapangan, polisi akhirnya menembakkangas air matake tribun penonton. Karena aksi tersebut kepanikan penonton pun semakin bertambah karena penonton berlarian sehingga terinjak-injak dan berdesak-desakan serta penonton yang terpusat arah larinya ke satu pintu keluar menyebabkan kekurangan oksigen. Peristiwa tersebut kemudian menimbulkan perhatian di masyarakat. Pelaku HAM dalam kasus ini ialah petugas keamanan dikarenakan penggunaan kekuatan
PELAKU HAM berlebihan oleh aparat keamanan.
Terlihat dari penggunaan gas air mata dan aksi kekerasan oleh aparat. BENTUK PELANGGARAN 1.Penggunaan gas air mata dalam proses pengamanan pertandingan di dalam stadion merupakan bentuk penggunaan kekuatan berlebih. Pasal 19 huruf (b) FIFA Stadium Safety and Security melarang membawa apalagi menggunakan gas air mata di stadion. Pelanggaran terhadap aturan FIFA itu bertambah parah karena gas air mata yang ditembakan aparat di dalam stadion Kanjuruhan totalnya 45 kali. Hal itu menyebabkan kepanikan dan membuat orang berdesak-desakan, kekurangan oksigen, terinjak dan penyebab lain hingga akhirnya timbul korban 135 orang meninggal dunia dan ratusan orang luka- luka. penggunaan atribut dan alat berupa senjata/tembakan gas air mata merupakan bentuk penggunaan kekuatan berlebih. Apalagi adanya pelibatan Kepolisian dan TNI dimana dalam regulasi keamanan dan keselamatan PSSI tahun 2021 tidak diperbolehkan masuk ke dalam stadion 2. Hak memperoleh keadilan Saat ini proses penegakan hukum yang dilakukan belum mencakup semua pihak yang seharusnya bertanggung jawab dalam pelaksanaan pertandingan dan pelaksanaan kompetisi. Seharusnya aparat penegak hukum memastikan seluruh pihak di lapangan maupun pihak yang bertanggung jawab membuat aturan yang kemudian dilanggar harus juga dimintai pertanggungjawaban. 3. Hak untuk hidup. Kematian 135 orang dalam tragedi stadion Kanjuruhan merupakan pelanggaran hak untuk hidup. Hal itu karena ada penggunaan gas air mata dan tata kelola kompetisi yang tidak baik. Dapat dilihat dari tidak dilakukannya beberapa hal seperti penilaian terhadap pertandingan berisiko tinggi (high risk), kelayakan stadion, penempatan petugas keamanan yang tidak sesuai dengan regulasi keselamatan dan keamanan. Meliputi adanya penggunaan kekuatan berlebih; hak memperoleh keadilan; hak untuk hidup; hak atas kesehatan; hak atas rasa aman; hak anak; bisnis dan HAM. “Hak untuk hidup secara tegas dijamin dalam konstitusi dan tercantum dalam Pasal 28A yang menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya," 4. Hak atas kesehatan. Banyak korban mengalami iritasi mata, asfiksia, kondisi wajah biru cenderung kehitaman dan kondisi lain akibat gas air mata. Hal itu tergolong pelanggaran hak atas kesehatan dimana penggunaan gas air mata dalam kondisi tertentu dapat menyebabkan luka permanen dan trauma. Hal itu menunjukkan tidak dipertimbangkannya dampak dari penggunaan gas air mata. Mekanisme yang jelas terkait pemenuhan pemulihan korban luka permanen dan tidak permanen. Serta tidak ada jaminan terkait pemulihan atas trauma termasuk kesehatan mental yang berpotensi adanya pelanggaran hak atas kesehatan. Hak atas kesehatan dijamin pemenuhannya dalam Pasal 25 DUHAM dimana setiap orang berhak atas taraf kehidupan yang memadai untuk kesehatan, kesejahteraan dirinya sendiri, dan keluarganya dan Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM dimana setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya. 5. Hak atas rasa aman Hak atas rasa aman dimana tidak ada penanganan maksimal terhadap pertandingan yang berisiko tinggi (high risk). Serta tidak ada indikator dalam menilai suatu pertandingan apakah berisiko tinggi atau tidak. Kemudian penempatan petugas keamanan tidak tepat, kepentingan komersial lebih diutamakan ketimbang keselamatan dan keamanan. Hal itu membuktikan adanya pelanggaran terhadap hak atas rasa aman. Hak atas rasa aman diatur secara tegas Pasal 28G ayat (1) UUD NKRI Tahun 1945 yang intinya memberikan hak kepada semua orang atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda di bawah kekuasaanya. Serta hak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang juga dijamin Pasal 29 ayat (1) dan Pasal 30 UU No.39 Tahun 1999 tentang HAM. “Hak atas rasa aman ini termasuk kondisi yang dialami pemain dan offisial Persebaya yang terjadi di luar stadion akibat tindakan yang tidak bertanggung jawab 6. Hak Anak. Banyaknya anak yang menjadi korban merupakan bentuk pelanggaran terhadap hak atas anak. Anam menghitung ada 38 anak meninggal dunia dan ada yang mengalami luka seperti patah tulang. Anak juga mengalami trauma, sehingga perlu adanya mekanisme khusus penanganan terhadap anak. Hal ini dijamin dalam Pasal 52 ayat (1) UU No.39 Tahun 1999 tentang HAM yang menjelaskan setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat, dan negara. 7. Pengabaian terhadap panduan PBB tentang Bisnis dan HAM Entitas bisnis yang mengabaikan HAM berdampak sangat buruk bagi masyarakat. Oleh karena itu diperlukan kewajiban dan tanggung jawab masing- masing pihak sebagai upaya perlindungan dan pemenuhan HAM. Menurut Komnas HAM, penyelenggaraan kompetisi Liga I BRI 2022-2023 melibatkan sejumlah pihak. Antara lain PT LIB sebagai operator dan Indosiar sebagai broadcaster serta Arema FC sebagai peserta kompetisi yang memiliki kewajiban dan tanggung jawab masing- masing pihak mematuhi prinsip-prinsip panduan bisnis dan HAM. Prinsip tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya keberulangan dan tentunya pemulihan terhadap korban melalui perumusan kebijakan, peraturan, dan penegakan hukum. DIKATEGORIKAN PELANGGARAN HAM BERAT Dalam tragedi Kanjuruhan, bisa dinalarkan bahwa ada kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan dalam lemahnya sistem hukum yang mengatur akan prosedur pengamanan dalam kerusuhan. Dalam pasal 1 ayat 6 Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang Pelanggaran HAM serta pasal 7 Undang-Undang No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM dijelaskan bahwa Pelanggaran HAM berat meliputi kejahatan genosida (pemusnahan kelompok secara sistematis dan disengaja) dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Kejahatan terhadap kemanusiaan tersebut merupakan perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan itu ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil. Terdapat dua pelanggaran HAM berat yang terjadi Yaitu: 1. Penggunaan aparat kepolisian dan TNI sebagai pengamanan pertandingan dan pendekatan represif menggunakan gas air mata 2. Serta indikasi pelanggaran HAM kedua yang dinilai ada unsur kesengajaan yaitu pintu stadion yang menjadi akses keluar yang secara sengaja ditutup Hal-hal tersebut memperjelas bahwa dalam tragedi Kanjuruhan ini bukanlah hanya tindak pidana biasa yang dilakukan oleh oknum aparat, melainkan adanya pelanggaran HAM berat yang menitikberatkan pada kejahatan terhadap kemanusiaan. Yang mana sebelumnya sudah ada peringatan dan permohonan ampun dari korban yang ditujukan kepada petugas keamanan dan aparat kepolisian atas tindakan penembakan gas air mata yang diarahkan ke para suporter di dalam tribun. BENTUK PELANGGARAN Pelanggaran HAM berat adalah tindakan yang bersifat sistematis dan meluas. Unsur sistematis dan meluas tersebut merupakan faktor penting dan signifikan yang membedakan antara pelanggaran HAM berat dengan tindak pidana biasa menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) atau perundang-undangan pidana lainnya. Komnas HAM telah mengindikasikan terjadinya pelanggaran HAM berdasarkan UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM. Namun, tidak menutup kemungkinan bagi badan itu untuk menyelidiki kasus Kanjuruhan dalam kerangka pelanggaran HAM berat. Pasalnya tragedi yang telah menewaskan 135 orang itu memiliki potensi untuk dapat dikategorikan sebagai pelanggaran HAM berat apabila Komnas HAM dapat melakukan penyelidikan. Untuk itu, Komnas HAM menindaklanjuti temuan-temuan awalnya dalam kasus Kanjuruhan dan menyelidiki secara serius. Komnas HAM didesak untuk menyelidiki lebih lanjut dengan mengundang para ahli dan melibatkan tim ad hoc dari masyarakat sipil. Serta menambahkan koalisi masyarakat sipil menilai Tragedi Kanjuruhan merupakan pelanggaran HAM berat karena memenuhi dua unsur, yakni dilakukan sistematis dan dampaknya meluas. DASAR HUKUM Tersangka dijerat Pasal 359 dan Pasal 360 KUHP terkait kesalahan yang menyebabkan kematian. Kemudian, mereka juga dijerat Pasal 103 dan Pasal 52 UU RI Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan.
Pasal 359 KUHP
Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun. Pasal 360 KUHP (1) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun. (2) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah. Dasar Hukum Pasal 52 UU Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan Penyelenggara kejuaraan Olahraga wajib memenuhi persyaratan teknis kecabangan, kesehatan, keselamatan, ketentuan daerah setempat, keamanan, ketertiban umum, dan kepentingan publik.
Pasal 103 UU Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan
(1) Penyelenggara kejuaraan Olahraga yang tidak memenuhi persyaratan teknis kecabangan, kesehatan, keselamatan, ketentuan daerah setempat, keamanan, ketertiban umum, dan kepentingan publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (2) Penyelenggara kejuaraan Olahraga yang mendatangkan langsung massa penonton yang tidak mendapatkan rekomendasi dari Induk Organisasi Cabang Olahraga yang bersangkutan dan tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang- undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) Thank You