Anda di halaman 1dari 4

NAMA : CLARA MURTI TERISAH

NIM : 02011381823374
KELAS : KAPITA SELEKTA KRIMINOLOGI

Tugas : Analisis Kasus Terbaru Mengenai Pelanggaran Hak Yang


Terjadi Di Bandara Dengan Menghubungkan Kriminologi

PEMAKAIAN ALAT RAPID TEST BEKAS OLEH KIMIA FARMA


DIBANDARA KUALANAMU

Kasus ini berawal ketika anggota polisi menerima laporan dari

masyarakat soal penyalahgunaan alat kesehatan. Mendapat laporan itu, polisi

kemudian langsung melakukan penyelidikan dan mengutus AKP Jericho

Levian Chandra untuk membongkar dugaan kasus tersebut. Kemudian, pada

hari Selasa (27/04/2021) , anggota Ditreskrimsus Polda Sumut melakukan

penyamaran sebagai calon penumpang pesawat. Anggota tersebut lalu berpura-

pura mengisi daftar calon pasien hingga menjalani pengambilan sampel.

Kemudian, petugas rapid test melakukan rapid test dengan memasukkan

alat ke lubang hidung polisi yang menyamar. Setelah itu petugas dimita

menunggu hasil rapid test. Ternyata setelah keluar, hasilnya positif Covid-19.

aat diinterogasi, petugas Kimia Farma mengaku bahwa alat yang digunakan

untuk mengambil sampel calon penumpang di Bandara Kualanamu adalah

barang bekas yang dicuci kembali dengan air. Setelah itu, alat tersebut

dimasukkan kembali ke tempat yang baru. Dari hasil penggerebekan, tim

Ditreskrimsus Polda Sumut mengamankan beberapa barang bukti, antara lain

beberapa alat-alat medis yang biasa dilakukan untuk pemeriksaan rapid test

antigen.
Kapolda mengungkapkan, para tersangka ini telah melakukan praktik

tersebut sejak Desember 2020. Motifnya adalah untuk mendapatkan

keuntungan, di mana para tersangka telah meraup keuntungan sekitar Rp1,8

miliar. Pasca penggerebekan, kantor layanan rapid test milik PT Kimia Farma

Diagnostika di Bandara Kualanamu masih ditutup. Pelaksana tugas (Plt)

General Manager PT Angkasa Pura II Bandara Kualanamu, Agoes Soeprayanto

mengatakan, para calon penumpang masih bisa memanfaatkan layanan rapid

test melalui sistem drive thru yang berada di area parkir terminal A.

Sementara itu, 5 tersangka dijerat Undang-Undang Kesehatan dengan

ancaman hukuman penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp10

miliar. Para tersangka juga dijerat Undang-Undang Perlindungan Konsumen

dengan ancaman pidana maksimal 5 tahun dan denda Rp2 miliar.

Analisis : Menurut saya terhadap kasus tersebut adalah untuk Ketersedian

fasilitas rapid test antigen yang mudah diakses serta kualitas pelayanan yang

baik tentu akan sangat menguntungkan masyarakat. Namun, disamping itu juga

Kebutuhan rapid test antigen yang tinggi tentu tidak hanya dipandang dari

aspek pelayanan kesehatan semata, akan tetapi juga merupakan peluang bisnis

dibidang kesehatan. Biaya rapid test antigen yang cukup mahal menjadikan

rapid test antigen menjadi peluang bisnis yang sangat menguntungkan bagi

penyedia jasa pelayanan kesehatan.

Berdasarkan penjelasan di atas, jika dikaitkan dengan kriminologi maka

dapat diuraikan terkait beberapa peraturan hukum yang dilanggar oleh oknum
petugas medis kimia farma atas tindakan penggunaan alat tes rapid test antigen

bekas di Bandara Internasional Kualanamu Kota Medan. Peraturan hukum yang

dilanggar antara lain:

1. Pasal 98 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan terkait pengadaan, pengelolahan, dan peredaran

hingga penggunaan standar mutu dan keamanan sediaan farmasi dan

alat kesehatan yang diberikan kepada masyarakat;

2. Pasal 4 huruf (a), (c), dan (g) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen terkait hak konsumen atas keamanan,

keselamatan, informasi yang benar, pelayanan benar dan jujur atas

pelayanan kesehatan yang diperoleh;

3. Pasal 7 huruf (a) dan (d) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen terkait Kewajiban pelaku usaha untuk beritikad

baik dan menjamin mutu barang sesuai dengan standar yang berlaku;

4. Pasal 8 ayat (1) huruf a, d, dan e Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen terkait larangan memperoduksi

dan/atau memperdagangkan barang yang tidak memenuhi standar, tidak

sesuai dengan kondisi, dan tidak sesuai dengan mutu;

5. Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen terkait larangan memperdagangkan barang

bekas tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar;

6. Pasal 9 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen terkait larangan menawarkan,


memproduksikan, mengiklankan barang secara tidak benar dan/atau

seolah-olah barang tersebut dalam keadaan baik dan/atau baru.

Adapun ancaman pasal pidana yang dapat diterapkan kepada para pelaku

yakni:

1. Pasal 196 Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

2. Pasal 62 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen;

3. Pasal 63 huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen.

Anda mungkin juga menyukai