Anda di halaman 1dari 2

Rika Wulandari

202014500186
Pend. Ekonomi S5B
Studi Kasus Alat Rapid Test Antigen Bekas Oleh PT. Kimia Farma
(Dikutip dari kompas.com 28 April 2021)
Polda Sumatera Utara menangkap enam orang yang merupakan karyawan dari perusahaan
farmasi ternama di Bandara Internasional Kualanamu, Selasa (28/4/2021). Penangkapan
tersebut dilakukan pihak kepolisian, karena para petugas diduga menggunakan alat bekas
dalam pelayanan rapid test antigen. Sebelumnya, polisi mendapat keluhan dari calon
penumpang pesawat yang mendapatkan hasil rapid antigen positif Covid-19 dalam kurun
waktu kurang-lebih satu minggu. Setelah itu polisi melakukan penggerebekan di
Laboratorium Rapid Antigen Kimia Farma, Lantai M di Bandara tersebut. Penggerebekan
dilakukan anggota Diskrimsus Polda Sumut dengan cara penyamaran. Saat penyamaran,
salah satu polisi mendaftar sebagai calon penumpang yang hendak mengikuti rapid test
antigen. Setelah antri, dia masuk ke ruang pemeriksaan dan dimasukkan alat tes rapid antigen
ke lubang hidungnya. Setelah menunggu 10 menit, anggota Polda Sumut itu mendapati hasil
tesnya positif. Sempat ada perdebatan mengenai hasil pemeriksaan itu. Lalu, petugas
laboratorium dikumpulkan dan polisi melakukan pemeriksaan menyeluruh di lokasi.
Hasilnya, didapati alat rapid test antigen yang telah dipakai digunakan lagi atau didaur ulang.
Alat yang dimasukkan ke hidung itu diduga dibersihkan lagi setelah dipakai untuk digunakan
ke pasien lain. Polisi pun mengamankan sejumlah petugas laboratorium serta beberapa
barang bukti ke Polda Sumut.
Layanan test antigen yang bekerja sama dengan kimia farma distop sementara selaim
itu, polisi telah menetapkan lima orang sebagai tersangka kasus tersebut. Mereka dijerat
melanggar UU Kesehatan dan UU Perlindungan Konsumen. Ditreskrimsus Polda Sumut juga
menemukan bahwa penggunaan alat tes bekas untuk rapid antigen ini telah dilakuakan Sejak
Desember 2020. Setidaknya ada 100-200 orang dalam satu hari atau dengan total 9000 orang
yang menjalani tes antigen di laboratorium yang dikelola kimia farma di Kualanamu yang di
duga menggunakan alat swab bekas.
Dalam kasus ini sudah dipastikan bahwa PT. Kimia Farma melanggar etika bisnis
karena telah mencoreng nama baik perusahaannya sendiri dengan tindakan meproduksi dan
mendaur ulang alat tes antigen bekas. Penggunaan antigen bekas ini merupakan salah satu
bentuk penipuan konsumen. Tindakan tersebut sudah merugikan para calon penumpang dan
menjadi hal yang sangat membahayakan dengan adanya potensi penularan dari alat tes
antigen bekas tersebut, yang dimana para calon penumpang dapat dikatakan negative namun
menjadi positif karena terpapar dari alat antigen bekas tes orang lain. Mereka melakukan hal
tersebut demi meraup keuntungan yang besar tanpa memikirkan bahaya apa yang akan terjadi
kepada konsumen. Seharusnya para tenaga kerja mengetahui apa saja yang harus dikerjakan
dengan baik dan sesuai prosedur bukan malah melenceng tidak sesuai dengan aturan yang
ada.
Menurut saya, agar tidak terjadi lagi kasus seperti ini sebaiknya petugas medis
kesehatan dapat menyediakan ruang fasilitas swab antigen dan petugas memberitahukan
terlebih dahulu kepada masyarakat apa perbedaan dari alat antigen baru dan bekas
pemberitahuan tersebut dapat berupa spanduk yang ditempel sebelum memasuki ruang swab.
Agar masyarakat tahu sebelum di swab, apakah alat yang digunakan baru atau tidak.
Sehingga hasil suntikanpun lebih terpercaya. Selain dari masyarakatnya sendiri PT. Kimia
Farma juga harus lebih ketat lagi dalam mengawasi para pegawainya dengan melakukan
controlling supaya terhindar dari hal yang tidak diinginkan. PT. Kimia Farma juga harus
meningkatkan kualitas dalam hal pelayanan untuk memperbaiki citra perusahaan di kalangan
masarakat. Untuk masyarakat diharapkan lebh teliti jika akan melakukan swab, dengan
memastikan bahwa alat yang digunakan alat baru.

Anda mungkin juga menyukai