Anda di halaman 1dari 8

PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN TERHADAP KASUS SUSU

KEMASAN (STUDI KASUS SENGKETA ANTARA PT ULTRAJAYA MILK


INDUSTRY & TRADING COMPANY TBK. MELAWAN RINI TRESNA
SARI)

Dosen Pengampu: Sri Jumarni, MH

Di Susun Oleh :
M. NURHADI PANGESTU
NIM : 202005070

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ( STIE ) BENGKALIS
2023
PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN TERHADAP KASUS SUSU KEMASAN
(STUDI KASUS SENGKETA ANTARA PT ULTRAJAYA MILK INDUSTRY &
TRADING COMPANY TBK. MELAWAN RINI TRESNA SARI)

A. Kronologi
Pada Februari 2016 beredar berita yang menarik perhatian publik mengenai seorang anak
yang diduga keracunan setelah mengonsumsi susu UltraMilk berisi benda mirip kaki katak.
Berikut kutipan berita tersebut: “Rini Tresna Sari (46) melaporkan perusahaan susu kemasan ke
Kantor Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) setelah menemukan benda asing
menyerupai sepasang kaki katak di dalam susu kemasan tersebut. Anak Rini yang masih berumur
7 tahun dirawat di RS setelah mengonsumsinya karena diduga keracunan”. (Bangun, 2016)
“Seorang bocah perempuan usia tujuh tahun di Kota Bandung diduga keracunan usai minum
susu cair kemasan kotak produksi PT Ultrajaya. Susu itu berisi benda misterius yang bentuknya
mirip sepasang kaki katak.
Kasus ini berawal ketika anak Rini Tresna Sari minum susu kemasan itu pada 27 Januari
lalu. “Anak saya bilang gini, Bu ini susunya masih banyak tapi kok airnya sedikit ya. Terus saya
cek dan saya teteskan ke mulut, keluar satu tetes. Saya shake begini seperti ada benda berat di
dalamnya,” tutur Rini.
Merasa kaget, Rini langsung membuka kemasannya. Begitu dilihat, di dalamnya ada
benda simetris seperti daging ayam. “Saya pikir waktu itu seperti sayap ayam ya, tapi koq
melengkung lebih mirip selangkangan kodok,” ujarnya.
Ia mengaku efek dari minum susu itu, mulut dan tenggorokannya gatal. “Padahal saya
minum cuma setetes,” ungkapnya. Kondisi anaknya lebih parah. Bibirnya menebal dan muka
merah serta merasakan gatal. “Makin lama makin parah, kakinya sakit,” ujarnya.
Sore harinya ia langsung membawa anaknya ke RS Advent dan langsung dirawat dengan
dugaan keracunan makanan. Anaknya dirawat selama lima hari, diperbolehkan pulang tanggal 1
Februari. “Namun masih harus dimonitoring,” katanya.
Namun versi produsen, itu adalah endapan lemak. Sebelumnya, sambung Rini, produk
susu kemasan itu disimpan dalam lemari yang berada di rumahnya agar tidak lembab. Dia
membeli sejumlah susu kemasan untuk anaknya di salah satu supermarket di dekat kediamannya.
Sekitar empat hari setelah membeli, satu kotak susu rasa cokelat itu dikonsumsi anak
kandungnya tersebut”.
Beragam berita yang telah beredar di berbagai portal media online dan televisi tersebut
dapat memunculkan beberapa opini atas tanggapan dari kasus kaki katak yang terjadi pada
UltraMilk. Opini yang muncul merupakan sikap atas reaksi dari peristiwa yang telah beredar di
media. Sikap merupakan paduan dari pikiran (kognisi) dan perasaan (afeksi) yang kemudian
diekspresikan dalam bentuk tindakan, perilaku fisik atau opini secara verbal.1

B. Tindakan
Terkait pemberitaan negatif yang muncul, menyebabkan pihak produsen susu kemasan
yaitu PT Ultrajaya Milk Industry Tbk langsung angkat bicara dan menanggapi isu dan berita
yang tersebar. Inilah kutipan official statement dari PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading
Company Tbk: “PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk menyatakan bahwa berita
mengenai kasus daging katak atau katak dalam kemasan Ultra Milk adalah salah. Balai Besar
Pengawas Obat & Makanan (BBPOM) telah melakukan inspeksi pada tanggal 09/02/2016 ke PT
Ultrajaya dan telah memberikan konfirmasi bahwa seluruh proses produksi adalah tertutup dan
semua sesuai dengan prosedur dan sesuai kaidah cara produk pangan yang baik dan aman. Proses
pemanasan UHT melalui pipa sirkuit yang tertutup sehingga mustahil jika ada benda asing dapat
masuk seperti diberitakan”.
Selain memposting press realese pada website resmi perusahaan (www.ultrajaya.co.id),
dalam mengatasi pemberitaan negatif yang telah beredar PT Ultrajaya juga melakukan klarifikasi
kepada sejumlah media yang kemudian dilanjutkan dengan kunjungan pabrik dan press
conference dengan mengundang beberapa media untuk memperlihatkan bagaimana proses
produksi susu dari bahan baku hingga pengemasan. Berikut adalah kutipan press release PT
Ultrajaya:
“PT Ultrajaya Milk Industry Tbk. menyatakan bahwa susu Ultra aman untuk dikonsumsi.
Mustahil ada benda asing yang bisa lolos ke dalam kemasan dan produk Ultramilk karena proses
1
Agustina, Asrurin Rahma. (2016) Opini Konsumen Tentang Citra Merek Ultra Milk Pasca Kasus Kaki Katak (Studi
Pada Karyawan Bca Kcp M. Duryat Surabaya Sebagai Konsumen Ultramilk). Universitas Muhammadiyah Malang.
produksinya melalui sirkuit yang tertutup. Azwar M. Muhthasawwar, Plant Manager PT
Ultrajaya menambahkan bahwa hasil uji mikroskopis terhadap potongan padatan yang diterima
dari konsumen baik dari segi tekstur, aroma maupun struktur sel menunjukkan padatan tersebut
berupa gumpalan susu coklat yang rusak. Kontaminasi yang terjadi setelah produk lolos uji
kendali mutu dari pabrik dan yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar tersebut sulit dikontrol
oleh produsen susu, tambah Sabana Prawirawidjaja, Presiden Direktur PT Ultrajaya Milk
Industry Tbk., yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Industri Pengolahan Susu (AIPS)”.
Selain itu, munculnya kasus ini Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM)
Bandung telah melakukan pemeriksaan ke produsen susu kemasan yang ditemukan benda
menyerupai kaki katak. Pemeriksaan  ini dilakukan sebelum pihak pelapor, Rini Tresna Sari (46
tahun) mengadukan ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Bandung terkait
temuannya.
Kepala BBPOM Bandung, Abdul Rahim mengatakan pengecekan terhadap pengolahan
susu kemasan itu dilakukan pada 9 Februari 2016 setelah pihaknya mendapatkan pengaduan dari
suami yang bersangkutan. Hasilnya dari pemeriksaan, BBPOM tidak menemukan ada
kejanggalan dari produsen.
“Kami langsung melihat ke sana dan proses pengolahan susunya berjalan dengan baik.
Tidak ada masalah,” kata Abdul saat dihubungi, Selasa (23/2).
Abdul menyebutkan pihaknya tidak menemukan sesuatu yang menyebabkan
terkontaminasinya susu kemasan tersebut. BBPOM juga mengecek produk susu kemasan dengan
kode batch (produksi) yang sama.
Menurutnya, pihaknya tak menemukan benda aneh di dalam bungkus susu kemasan
dengan kode batch yang sama dengan milik Rini. Semuanya masih sesuai dengan standar
produksi pangan yang baik.2

C. Penyelesaian

2
Dessy Corina. 2016. Bpsk Kota Bandung Tangani Kasus Benda Asing Dalam Susu Kemasan. Link:
Https://Mediakonsumen.Com/2016/03/01/Berita-Konsumen/Bpsk-Kota-Bandung-Tangani-Kasus-Benda-Asing-
Dalam-Susu-Kemasan
Jika melihat kasus yang telah terjadi kita sepaki bahwa telah menjadi kewajiban bagi
produsen untuk memberi yang terbaik terhadap para konsumen sebagai pengguna atau pun
pemakai dari suatu produk, dalam kasus tersebut yang menjadi korban seorag bocah mengalami
beberapa dampak yang tidak menguntungkan bagi kesehatannya maka dari itu dalam kasus ini
terjadi beberapa pelanggaran yang bilamana dikaitkan dengan Pasal 8 Undang-Undang No 8
tahun 1999 tentag perlindungan konsumen, Pasal ini berisikan:
1. Pasal 8 yaitu Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang
dan/atau jasa yang: tercantum dalam huruf a, huruf d, dan huruf e.
2. Terhadap korban mengakibatkan dampak kesehatan dan mengakibatkan korban tidak
bisa meminum susu tersebut kembali secara berlanjut

Dalam penyelesaian kasus seperti ini maka sesuai dengan UU NO 8 Tahun 1999 pada
BAB IX Pasal 49 – 58 yang mendasari bahwa Proses penyelesaian sengketa konsumen dilakukan
di luar pengadilan, yaitu melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Tugas dan
wewenang badan penyelesaian sengketa konsumen meliputi:
1. Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara melalui
mediasi atau arbitrase atau konsiliasi;
2. Memberikan konsultasi perlindungan konsumen;
3. Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku;
4. Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran ketentuan dalam
undang-undang ini;
5. Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen tentang
terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;
6. Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen;
7. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap
perlindungan konsumen;
8. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang yang dianggap
mengetahui pelanggaran terhadap undang-undang ini;
9. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau
setiap orang sebagaimana dimaksud pada huruf g dan huruf h, yang tidak bersedia
memenuhi panggilan badan penyelesaian sengketa konsumen;
10. Mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna
penyelidikan dan/atau pemeriksaan;
11. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak konsumen;
12. Memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap
perlindungan konsumen;
13. Menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan
undang-undang ini.3

Proses penyelesaian sengketa konsumen dilakukan di luar pengadilan, yaitu melalui


Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Bandung. BPSK Kota Bandung pada
mulanya mengadakan prasidang dimana prasidang tersebut mempertemukan kedua pihak yang
sedang bersengketa untuk memilih bagaimana bentuk proses penyelesaian sengketa nantinya.
Prasidang yang dihadiri pihak bersengketa itu berlangsung di kantor BPSK Kota
Bandung, Jalan Matraman, Senin (29/2/2016). Rini selaku pihak konsumen datang langsung
ditemani pengurus Himpunan Lembaga Konsumen Indonesia (HLKI) Jabar-Banten, sementara
pihak PT ULTJ diwakili kuasa hukumnya Sonny Lunardi.
"Hari ini sesuai panggilan sidang, kita acaranya cuma prasidang. Tujuan prasidang ialah
untuk menentukan metode penyelesaian sengketa konsumen yang menurut Undang-Undang itu
harus berdasarkan kesepakatan para pihak," ucap anggota BPSK Kota Bandung Johanes Sitepu
yang memimpin jalannya prasidang.
Proses prasidang tersebut tertutup bagi wartawan. Acara ini berlangsung sekitar 40 menit
atau mulai pukul 14.00 WIB.
Kemudian kedua belah pihak sepakat untuk memilih penyelesaian sengketa melalui
sidang arbitrase, namun ketika sidang arbitrase dilaksanakan belum menemukan titik temu
mengenai besaran nominal biaya ganti rugi.
Dia menyebut setelah anaknya diduga keracunan susu sapi rasa cokelat yang di dalam
kemasan kotak ada benda asing mirip sepasang kaki katak, komunikasi dengan pihak produsen
memang terjalin. Namun komunikasi kedua pihak tidak menemukan solusi atau nihil
kesepakatan sehingga Rini mengadukan PT ULTJ ke BPSK Kota Bandung.

3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsume
"Banyak hal belum disepakati. Adalah lah nanti. Tapi yang terutama sih memang
tanggung jawab dari sisi produsennya yang sampai sekarang belum ada," ucap Rini singkat.4
BPSK Kota Bandung mengadakan mediasi, yaitu usaha perdamaian antara dua pihak
yang bersengketa untuk mencari titik temu dengan disaksikan majelis hakim BPSK, dalam hal
ini majelis hakim BPSK bersikap aktif dan turut memberikan ketetapan. Upaya mediasi tersebut
membuahkan hasil besaran nominal biaya ganti rugi yang disepakati oleh kedua belah pihak dan
hasil upaya tersebut diumumkan secara resmi pada sidang arbitrase selanjutnya. Sehingga
sengketa antara PT Ultrajaya Dairy Milk Industry & Trading Company melawan Rini Tresna
Sari berakhir damai melalui upaya mediasi yang diadakan oleh BPSK Kota Bandung yang
disahkan dan diumumkan pada sidang arbitrase.
Bentuk tanggung jawab pelaku usaha dalam melindungi konsumen terhadap susu
kemasan yang tercemar adalah pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas
kerusakan, pencemaran dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa
yang dihasilkan atau diperdagangkan dalam hal ini PT Utrajaya Milk Industry & Trading
Company Tbk bersedia memberikan ganti rugi berupa uang kepada pihak konsumen atas
kerugian yang dialami dikarenakan mengkonsumsi susu kemasan yaitu susu UHT hasil produksi
PT Ultrajaya Dairy Milk Industry & Trading Company Tbk. 5 Sesuai peraturan, perusahaan
memang akan mengganti biaya perawatan sampai pihak yang berkompeten menyatakannya
sembuh. Perusahaan sudah mendapatkan salinan biaya perawatan rumah sakit yang nilainya
mencapai Rp 13 juta. 

D. Opini
Menanggapi isu masyarakat tentang ditemukannya benda mirip kaki katak dalam susu
kemasan ultra milk yaitu dengan memberitahu kepada masyarakat bahwa benda itu bukanlah
katak melainkan gumpalan susu yang rusak. Benda tersebut dikasih ke pabrik untuk diteliti,
setelah dianalisis benda tersebut mengandung lemak, protein, cokelat dan benda lain yang masih

4
Baban Gandapurnama. 2016. Sengketa Dugaan Keracunan Susu Kemasan, Bpsk Bandung Gelar Prasidang. Link:
Https://News.Detik.Com/Berita-Jawa-Barat/D-3154131/Sengketa-Dugaan-Keracunan-Susu-Kemasan-Bpsk-
Bandung-Gelar-Prasidang
5
Jannette Agustine Subandi, Suradi, Aminah. Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Kasus Susu Kemasan
(Studi Kasus Sengketa Antara Pt Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. Melawan Rini Tresna Sari).
Diponegoro Law Journal Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
dianalisis. benda tersebut bukan benda asing, bukan fragmen hewan, melainkan gumpalan susu
rusak.
Akibat dari isu tersebut masyarakat menjadi enggan membeli produk susu tersebut
sehingga lebih memilih produk susu lain. Hal ini menyebabkan kerugian dari pihak Pt. Ultrajaya
Milk karena rusaknya citra produk mereka di mata masyarakat.
Langkah yang dapat dilakukan untuk mengembalikan citra postif produk mereka kepada
masyarakat yaitu Pemberitahuan kepada masyarakat tentang benda yang sebenarnya terdapat
dalam susu kemasan melalui media massa, seperti melalui iklan di televisi, radio, dan koran.
Agar masyarakat tidak terpengaruh oleh isu masyarakat lain yang mengatakan susu tersebut
tidak higienis karena berisi kaki katak. Padahal yang sebenarnya itu bukan kaki katak melainkan
gumpalan susu yang rusak.
Menurut survei awal yang dilakukan peneliti kepada konsumen, pada saat kasus „kaki
katak‟ di susu kemasan muncul diberbagai pemberitaan online dan media televisi mengatakan
bahwa mereka yang mendengar dan membaca mengenai kasus tersebut merasa waspada sampai
merasa takut untuk mengonsumsi susu ultra.
Di era globalisasi ini kita harus bertindak cepat dalam menghadapi setiap masalah,
terutama untuk menghadapi permasalahan citra perusahaan. Kita sebagai masyarakat tidak boleh
cepat percaya terhadap isu-isu global yang belum pasti kebenarannya .
Pihak perusahaan hendaknya melakukan tindakan yang tegas dalam menghadapi
masalah-masalah yang dihadapi seperti masalah isu-isu tidak benar yang beredar di masyarakat
menyangkut citra perusahaan.
Konsumen harus lebih berhati – hati dalam membeli produk pangan olahan dengan cara
memperhatikan tanggal kadaluarsa dan memperhatikan apakah kemasan bocor atau tidak serta
melakukan pelaporan terhadap pihak-pihak terkait yang bertanggungjawab atas produk pangan
olahan yang tercemar agar hak dan perlindungan hukum terhadap konsumen tidak dilanggar oleh
pelaku usaha.
Kasus ini bisa jadi merupakan sebuah isu yang dapat mengakibatkan terjadinya krisis
kepercayaan publik terhadap produk-produk dari PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Co.Tbk
namun, presiden direktur dari PT. Ultrajaya Milk Industry dengan cepat mampu memberikan
klarifikasi terhadap apa yang sebenarnya terkandung dalam salah satu produk tersebut.

Anda mungkin juga menyukai