Anda di halaman 1dari 6

Kasus Pelanggaran Hukum Pada Pelayanan Swab Antigen

Oleh : Muhammad Kuswanto,S.Tr.Kes


Sekretaris Wilayah PATELKI Jawa Timur
Mahasiswa Magister Hukum Kesehatan Universitas Hang Tuah Surabaya
Tsunami Virus covid 19 yang melanda India merupakan alarm dini bagi
kita bahwa hal yang sama kapan saja bisa terjadi di negeri ini, Dan di
tengah rasa ketakutan akan munculnya tsunami dengan varian virus baru
di Indonesia. Kita di kejutkan dengan bebarapa kasus yang terjadi tentang
pemeriksaan swab antigen, baik terjadi pemalsuan hasil swab antigen
maupun kasus daur ulang swab antigen covid 19.
Dua kasus yang menyedot perhatian masyarakat luas akhir-akhir ini
adalah kasus pemalsuan hasil swab antigen yang terjadi di wilayah
kabupaten Mojokerto, tepat nya di puskesmas pungging kabupaten
Mojokerto. dengan tersangka seorang pegawai Honorer yang bertugas di
bagian loket pendaftaran puskesmas. kasus tersebut sudah di proses oleh
pihak yang berwenang. Selain itu kita juga di kejutkan temuan adanya
kasus daur ulang swab rapid tes antigen yang terjadi di bandara
internasional kualanamu Deli Serdang Sulawesi Selatan yang di lakukan
oleh petugas PT Kimia Farma Diagnostik sebuah perusahaan BUMN yang
bergerak di bidang Kesehatan. Aparat penegak hukum bergerak cepat
mengusut tuntas beberapa kasus di atas sehingga masyarakat sebagai
konsumen dari fasilitas Kesehatan merasa aman dan terlindungi.
Dalam kasus Pemalsuan surat keterangan bebas covid 19 di Kabupaten
Mojokerto. Tim dari Satreskrim Polres Kabupaten Mojokerto meringkus
BDW (26) oleh polisi tersangka di jerat dengan Pasal 263 ayat (1) KUHP
yang berbunyi “Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan
surat yang dapat menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan
hutang, atau yang diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hal
dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat
tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu, diancam jika
pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian, karena pemalsuan
surat, dengan pidana penjara paling lama enam tahun”
Menurut penulis selain pelaku, Pasien pemohon surat bebas covid 19
palsu yang secara jelas dan sengaja tidak pernah di ambil sample swab
nasofaring oleh petugas untuk pemeriksaan swab antigen tapi meminta
surat keterangan bebas covid 19 juga bisa di jerat dengan pasal 263 ayat
(2) KUHP yang berbunyi “Diancam dengan pidana yang sama, barang
siapa dengan sengaja memakai surat palsu atau yang dipalsukan seolah-
olah sejati, jika pemakaian surat itu dapat menimbulkan kerugian.” Hal
tersebut bisa di dasari karena surat bebas covid palsu tersebut bisa
membahayakan masyarakat secara umum serta agar jadi efek jera
terhadap pelaku dan contoh konkrit bagi masyarakat agar tidak
melaksanakan pelanggaran hukum yang serupa.
Perbuatan tersangka pemalsu surat keterangan bebas Covid 19, selain
merugikan masyarakat luas juga sangat merugikan tenaga Kesehatan
yang di catut namanya dalam surat keterangan bebas covid 19 palsu
tersebut yaitu Dokter penanggung jawab dan petugas Tenaga
Laboratorium Medik. Pemalsuan tersebut selain bisa merugikan nama
baik tenaga Kesehatan juga sangat merugikan nama baik organisasi
profesi yang menaungi tenaga Kesehatan dalam hal ini adalah Ikatan
Dokter Indonesia (IDI) sebagai Organisasi Profesi Dokter dan Persatuan
Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia (PATELKI) sebagi
Organisasi Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM). tersangka
bisa di kenakan tambahan pasal 378 KUHP yang berbunyi “Barang siapa
dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu,
dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan
orang lain untuk menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang
sesuatu kepadanya atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan
piutang diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama
empat tahun.” Pasal tersebut sudah memenuhi unsur subyektif dan
objektif dan bisa d jeratkan pada tersangka pemalsu surat keterangan
bebas Covid 19.
Sedangkan kasus yang terjadi di bandara internasional kualanamu Deli
Serdang Sumatera Utara lebih mencengangkan kita yaitu dugaan daur
ulang alat swab tes antigen. Dari kasus tersebut di tetapkan 5 orang
tersangka yaitu eks Business Manager Klinik Kimia Farma Jl Kartini
Medan PM(45), Mantan Kurir Klinik Kimia Farma SR (19), Mantan CS di
Klinik Kimia Farma DJ (20), Mantan pekerja bagian Admin Klinik Kimia
Farma M (30) serta R (21) merupakan mantan pekerja bagian admin hasil
swab. Kelima tersangka oleh polisi di jerat dengan pasal 98 ayat (3)
juncto Pasal 196 UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan/atau
Pasal 8 huruf (b), (d) dan (e ) juncto Pasal 62 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dengan ancaman
10 tahun dan 5 tahun kurungan penjara.
Hal tersebut harusnya jadi evaluasi bagi semua pihak termasuk bagi
manajemen Klinik Kimia Farma yang mempekerjakan para tersangka,
karena dengan kejadian tersebut, Klinik Kimia Farma bisa di anggap tidak
menjalankan regulasi dan Undang-Undang yang sudah di tetapkan oleh
pemerintah dalam pelayanan Kesehatan masyarakat, Di antaranya adalah
undang-undang 36 tahun 2009 tentang Kesehatan serta Undang- Undang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) tentang limbah
B3. Melihat dengan adanya kasus ini masyarakat luas juga akan
mempertanyakan kualitas sistim manajerial klinik Kimia Farma terkait
pengendalian mutu pelayanan Kesehatan.
Melihat beberapa kasus di atas dan masih tingginya kasus Covid 19
harusnya jadi evaluasi dari kebijakan pemerintah terkait kewajiban pelaku
perjalanan untuk melampirkan surat keterangan bebas covid 19, evaluasi
tersebut menyangkut dari segi efektivitas dan pelaksanaan peraturan
tersebut di lapangan. Pemerintah di harapkan lebih menekankan
sosialiasi bahaya Covid-19 serta protokol kesehatan, terutama pada
masyarakat awam. karena banyak lapisan masyarakat umum yang belum
tersentuh sosialisasi dan edukasi tentang bahayanya Covid 19 sehingga
mereka abai dengan protokol 3M (mencuci tangan, memakai masker dan
menjaga jarak) yang di cap lebih efektif dari sebuah vaksin.
Pandemi covid 19 merupakan masalah bersama dan hanya bisa di
selesaikan dengan sinergitas dari semua lapisan, baik pemerintah,
masyarakat dan tentunya tenaga kesehatan yang di katakan sebagai
garda terdepan dalam menanggulangi pandemi ini, Dan khusus untuk
tenaga kesehatan Peran Organisasi Profesi di sini cukup besar dalam
pelaksanaan sosialisasi Kode etik Profesi ke anggotanya. Sehingga dalam
menjalankan tugas-tugasnya tetap berjalan sesuai dengan koridor yang
telah di tetapkan sehingga tidak merugikan pasien yang bisa berdampak
pada masalah hukum pada tenaga kesehatan tersebut.
Peraturan yang sesuai dengan pelanggaran tersebut

 tersangka di jerat dengan Pasal 263 (1) KUHP yang berbunyi


“Barang siapa membuat surat atau memalsukan surat yang dapat
menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau ayat (1), atau yang bukti
daripada sesuatu dengan maksud untuk memakai atau menyuruh
orang lain memakai surat seolah-olah isinya benar dan tidak
dipalsu, diancam jika pemakaian tersebut dapat menimbulkan
kerugian, karena pemalsuan surat, dengan pidana penjara paling
lama enam tahun.”
 di jerat dengan pasal 263 ayat (2) KUHP yang bunyi “Diancam
dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja memakai
surat palsu atau yang dipalsukan seolah-olah sejati, jika
penggunaan surat itu dapat menimbulkan kerugian.” Hal tersebut
bisa di dasari surat bebas covid palsu tersebut bisa
membahayakan masyarakat secara umum serta agar efek jera
terhadap pelaku dan contoh konkrit bagi masyarakat agar tidak
melakukan pelanggaran hukum yang serupa.
 tersangka bisa di kenakan tambahan pasal 378 KUHP yang
berbunyi “Barang siapa yang ingin menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu
atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, maupun rangkaiannya,
menggerakkan orang lain untuk menggerakkan orang lain untuk
memberikan sesuatu kepadanya atau untuk memberi hutang
maupun menghapuskan pelanggaran diancam karena kejahatan
penjara paling lama empat tahun.” Pasal tersebut sudah memenuhi
unsur subyektif dan objektif dan bisa diarahkan pada tersangka
pemalsu surat keterangan bebas Covid 19.
 di jerat pasal 98 ayat (3) juncto Pasal 196 UU Nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan dan/atau Pasal 8 huruf (b), (d) dan (e )
juncto Pasal 62 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999
tentang perlindungan konsumen dengan ancaman 10 tahun dan 5
tahun kurungan penjara.
 Undang-Undang yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dalam
pelayanan Kesehatan, Di antaranya adalah undang-undang 36
tahun 2009 tentang Kesehatan serta Undang-Undang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) tentang limbah B3.

Kesimpulan
Dalam Pasal 263 (1) KUHP tersangka yaitu eks Business Manager
Klinik Kimia Farma Jl Kartini Medan PM(45), Mantan Kurir Klinik Kimia
Farma SR (19), Mantan CS di Klinik Kimia Farma DJ (20), Mantan pekerja
bagian Admin Klinik Kimia Farma M (30) serta R (21) merupakan mantan
pekerja bagian admin hasil swab. Kelima tersangka di putus bersalan
karena membuat surat atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan
sesuatu hak, perikatan atau ayat (1), atau yang bukti daripada sesuatu
dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat
seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu, diancam jika pemakaian
tersebut dapat menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat, dengan
pidana penjara paling lama enam tahun serta ingin menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama
palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, maupun rangkaiannya,
menggerakkan orang lain untuk menggerakkan orang lain untuk
memberikan sesuatu kepadanya atau untuk memberi hutang maupun
menghapuskan pelanggaran diancam karena kejahatan penjara paling
lama empat tahun. Pasal tersebut sudah memenuhi unsur subyektif dan
objektif dan bisa diarahkan pada tersangka pemalsu surat keterangan
bebas Covid 19.
Tanggapan
Menurut saya sendiri semua yang terkait dalam kasus tersebut
diproses hukum secara tegas karena pemalsuan alat tes antigen daur
ulang bukan hanya kriminalitas biasa, Ia juga termasuk kejahatan
melanggar HAM. Tentunya untuk sisi hukum kita serahkan kembali
kepada pihak yang berwenang, tapi di sisi lain pemeriksaan secara
prosedur maupun organisasi mesti dilakukan secara menyeluruh tak ada
toleransi.
Saran / masukan terhadap masalah tersebut
Sebaiknya menggunakan hasil swab antigen yang benar tanpa
pemalsuan yang tidak akurat serta bersifat curang. Penggunaan alat swab
yang tidak tepat dapat menimbulkan komplikasi berbahaya, termasuk
perdarahan hidung. Oleh karena itu penggunaan swab antigen wajib di
awasi dengan baik guna menghindari pihak pihak yang curang dalam
memanfaatkan guna mengambil keuntungan diri pribadi.

Anda mungkin juga menyukai