Anda di halaman 1dari 18

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

( Pertemuan ke-1)

Sekolah : SMP Nusa Dua


Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Kelas / Semester : IX / I (Satu)
Materi pokok : Parwa-parwa Dalam Mahabharata
Alokasi Waktu : 1 X Pertemuan (3 JP)

A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


IPK (Indika1or Pencapaian
KOMPETENSI DASAR (KD)
Kompetensi)
Kdu3. 1 Menguraikan isi parwa-parwa dalam 3.1.1 Menjelaskan pengertian Mahabharata
Kitab Mahabharata 3.1.2. Menjabarkan Bagian-bagian Asta Dasa
Parwa dalam kitab Mahabratha
KD 4.1 Menyajikan cerita singkat parwa- 4.1.1 Menuliskan kembali pengertian
parwa dalam kitab Mahabharata Mahabharata
4.1.2 Menyajikan bagian-bagian Asta Dasa
Parwa

B. Tujuan Pembelajaran
Melalui pembelajaran Discovery Learning siswa memiliki pengetahuan dan membentuk
kerjasama yang efektif, saling memberikan informasi serta mendengan dan menggunakan ide-
ide dari siswa yang lain dalam menjelaskan Pengertian Mahabharata dan Bagian-Bagian Asta
Dasa Parwa dengan tepat dan benar serta memiliki sopan santun dalam menjelaskan
pengertian dan Bagian-bagian Mahabharata

C. Media Pembelajaran, Alat, Dan Sumber belajar


Media/Alat : Laptop, LCD Proyektor, PPT, LKPD
Sumber Belajar : Buku Guru dan Buku Siswa kelas IX Revisi tahun 2018, Buku
LKS

D. Langkah-langkah Pembelajaran
Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Berdiferensiasi
Pendahuluan 1. Guru memberi salam panganjali Diferensiasi Konten
(15 Menit) umat (Om Swastyastu),
menanyakan keadaan Murid, dan
mengecek keadiran murid
2. Guru dan murid berdoa sebelum
memulai pelajaran
3. Guru bersama kelas membuat
kesepakatan kelas (guru/salah
satu murid membacakan hasil
kesepakatan belajar kelas
4. Guru menyampaikan materi yang
akan dipelajari
(Apersepsi)
 Pengerian Mahabrata dan
bagian-bagian Asta Dasa
Parwa
5. guru memberikan gambaran
tentang pengertian Mahabharata
dan bagian-bagian Asta Dasa
parwa

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 9 g1i


6. Guru menekankan pentingnya
materi yang akan disampaikan
7. Guru menyampaikan /
menayangkan Tujuan
Pembelajaran
8. Guru membagi Murid dalam
kelompok sesuai dengan profil
belajar siswa
Inti (90 Menit)  Stimulasi (Pemberian Diferensiasi Proses
Rangsangan (Mengamati)
- Murid diberikan tayangan
video pembelajaran,
gambar peta konsep
tentang pengertian
Mahabharata dan bagian-
bagian Asta dasa Parwa
- Video (untuk murid
Audiotori)
- Gambar Peta Konsep
Pengertian Mahabharata
dan bagian-bagian Asta
dasa Parwa ditempel di
dinding kelas (Untuk
peserta didik Kinestetik)
- Bahan ajar Pengertian
Mahabharata dan
bagian-bagian Asta dasa
Parwa
 Problem Statement / Identifikasi
Masalah (Menanya)
1. Murid diminta membuat /
mengidentifikasi pertanyaan
yang berhubungan dengan
tujuan pembelajaran sesuai
dengan masing-masing
gambar, video yang
ditayangan dan bahan ajar
yang dibaca (guru
mengarahkan pertanyaan
yang berhubungan dengan
tujuan pembelajaran)
Stop Sejenak (ice breaking)
2. Murid dibagi LKPD Diferensiasi Proses
tentang pengertian
Mahabharata dan bagian-
bagian Asta dasa Parwa
 Data Collection/Pengumpulan Diferensiasi Proses
Data
3. Murid mengumpulkan
informasi dari video,
gambar, bahan ajar untuk
menjawab pertanyaan yang
diajukan pada LKPD
 Data Processing/Pengolahan Diferensiasi Proses
Data
4. Murid berdiskusi dan
menganalisis data yang

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 9 g2i


sudah diperoleh dan
membuat suatu kesimpulan
dalam kelompok
 Verification/Pembuktian
5. Murid mempersentasikan
LKPD dan menyajikan pada
lembar kertas/manila di
depan kelas

 Generalization/Menarik
Kesimpulan
6. Guru dan Murid melakukan
diskusi kelas/tanya jawab/
atas presentasi dan
tanggapan kelompok,
kemudian guru memberikan
peneguhan dan perbaikan
sehingga diperoleh sebuah
kesimpulan yang menagarah
pada tujuan pembelajaran
Penutup 1. Guru bersama Murid Diferensiasi
(15 Menit) melakukan refleksi dan proses dan
umpan balik utuk produk
mengetahui tingkat
pemahaman Murid
terhadap proses kegiatan
yang sudah dilaksanakan
dengan mengakomodir
profil belajar.
2. Guru mengingatkan Murid
untuk mengumpulkan hasil
pekerjaannya secara
mandiri pada pertemuan
berikutnya berupa tulisan
(murid Visual) , Gambar
(murid kinestetik) rekaman
suara, maupun rekaman
video (murid auditori)
3. Guru menyampaikan materi
pertemuan berikutnya
(cerita singkat dalam
Parwa-parwa mahabharata)
4. Guru bersama Murid
melakukan teknik Stop
sekaligus menutup
pembelajaran dengan doa
bersama

E. PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN


1. Penilaian Sikap: Pencatatan sikap siswa yang muncul selama kegiatan pembelajaran
Format Junal Penilaian Sikap Spiritual (KI-1) dan Sikap Sosial (KI-2)
Nama Peserta Catatan
No Tanggal Butir Sikap Tindak Lanjut
Didik Perilaku
1
2
3

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 9 g3i


Butir Sikap
No
Sosial Spritual
1 Jujur Ketaatan beribadah
2 Disiplin Bersyukur
Berdoa sebelum dan sesudah
3 Tanggung jawab
melakukan kegiatan
4 Santun Toleransi beribadah

2. Penilaian Pengetahuan
Tes mengelompokkan gambar yang sesuai dengan ajaran pengertian Mahabharata dan
bagian-bagian mahabharata

3. Penilaian Keterampilan
Rubrik penilaian :
Menyebutkan secara lisan pengertian Mahabharata dan bagian-bagian Mahabharata
melalui dengan kalimat sederhana.

No Kriteria Ada dan Benar Tidak Benar


(Skor 1) (Skor 0)
1 Menjelaskan pengertian
mahabharata
2 Menyebutkan dan menjelaskan
pembagian Asta dasa Parwa

Pedoman Penilaian :
Nilai = Skor diperoleh x 100
Skor maksimal

Mengetahui: Kuta Selatan, 10 Juli 2023


Kepala SMP Nusa Dua Guru Mata Pelajaran PAH

I Made Korna, A.Md.,Par.,S.Pd.,M.M Komang Sri Utari Dewi, S.Sos.H

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 9 g4i


LAMPIRAN 1: MATERI

PARWA-PARWA DALAM MAHĀBHĀRATA

A. Pendahuluan
Itihāsa adalah suatu bagian dari kesusastraan Hindu yang menceritakan kisah-kisah
epik/kepahlawanan para Raja dan ksatria Hindu pada masa lampau dan dibumbui oleh filsafat
agama, mitologi, dan makhluk supernatural. Itihāsa berarti “kejadian yang nyata”. Itihāsa yang
terkenal ada dua, yaitu Ramayana dan Mahābhārata.
Kitab Itihāsa disusun oleh para Rsi dan pujangga India masa lampau, seperti misalnya
Rsi Walmiki dan Rsi Vyāsa. Cerita dalam kitab Itihāsa tersebar di seluruh daratan India sampai
ke wilayah Asia Tenggara. Pada zaman kerajaan di Indonesia, kedua kitab Itihāsa diterjemahkan
ke dalam bahasa Jawa kuna dan diadaptasi sesuai dengan kebudayaan lokal. Cerita dalam kitab
Itihāsa diangkat menjadi pertunjukkan wayang dan digubah menjadi kakawin.
Itīhāsa merupakan Kitab yang tergolong Smerti pada bagian Upangaweda. Kata Itihasa
berasal dari 3 bagian yaitu iti + ha + asa (iti = begini, ha = tentu, asa = sudah terjadi) jadi kata
Itihasa artinya sudah terjadi begitu. Namun dalam perkembangan yang terjadi sampai saat ini
khususnya diIndia kata Itihasa sering dihubungkan sebagai Sejarah. Sehingga Itihasa adalah
cerita berdasarkan latar sejarah yang memasukkan nilai-nilai ajaran Weda didalamnya.
Itīhāsa sering disebut juga sebagai Wiracarita, karena cerita ini dahulu sering diceritakan
melalui tradisi mulut ke mulut. Wiracarita (Wira=Laki, Pahlawan, Berani, Perwira; Carita=cerita)
jadi Wiracarita adalah Cerita kepahlawanan. Cerita kepahlawanan ini didasarkan pada latar
sejarah para raja, Namun nilai-nilainya tetap diambil dari Weda. Cerita ini adalah peristiwa
sejarah, dan mengandung makna yang dalam, dan mengandung ajaran yang ada pada cerita ini
sama seperti ajaran suci Weda. Karya Maharsi Wyasa hendaknya didegar terlebih bagi seorang
Brahmana.
Dari kreteria yang tersebut di atas maka Itihasa atau Wiracarita merupakan salah satu
model penjelasan dari Weda yang dilatarkan pada cerita sejarah yang terjadi. Hal tersebut
didasarkan atas bukti-bukti sejarah yang menunjukan bahwa tempat kejadian dalam Itihasa masih
ada. Contohnya yaitu Kuruksetra medan perang Pandawa dan Kurawa, Jembatan Situbanda
penyebrangan Rama ke Alengka dan masih banyak lagi yang lainnya.
Cerita dalam kitab Itihāsa tersebar di seluruh daratan India sampai ke wilayah Asia
Tenggara. Pada zaman kerajaan di Indonesia, kedua kitab Itihāsa diterjemahkan ke dalam bahasa
Jawa kuna dan diadaptasi sesuai dengan kebudayaan lokal. Cerita dalam kitab Itihāsa diangkat
menjadi pertunjukkan wayang dan digubah menjadi kakawin maupun prosa.
Kitab Mahābhārata berasal dari kata Maha berarti besar dan Bharata yang berarti raja-
raja dari dinasti Bharata. Jadi Mahābhārata adalah cerita agung dari keluarga Bharata.
Dalam perjalanannya Kitab Mahābhārata mengalami tiga tahap pengembangan
diantaranya :
 Jaya Samhita oleh Wyasa 8.800 sloka
 Bharata Samhita oleh Waisampayana 24.000 sloka
 Mahābhārata Samhita oleh Suta Ugrasrwa 100.000 sloka
Selain berisi cerita kepahlawanan (wiracarita), Mahābhārata juga mengandung nilai-nilai
Hindu, mitologi dan berbagai petunjuk lainnya. Oleh sebab itu kisah Mahābhārata ini dianggap
suci, teristimewa oleh pemeluk agama Hindu. Kisah yang semula ditulis dalam bahasa Sansekerta
ini kemudian disalin dalam berbagai bahasa, terutama mengikuti perkembangan peradaban Hindu
pada masa lampau di Asia, termasuk di Asia Tenggara.
Di India ditemukan dua versi utama Mahābhārata yang agak berbeda satu dengan yang
lainnya. Kedua versi ini disebut dengan istilah "Versi Utara" dan "Versi Selatan". Biasanya versi
utara dianggap lebih dekat dengan versi yang tertua. Mahābhārata merupakan kisah epik yang
terbagi menjadi delapan belas kitab atau sering disebut Astadasaparwa. Rangkaian kitab
menceritakan kronologi peristiwa dalam kisah Mahābhārata, yakni semenjak kisah para leluhur
Pandawa dan Korawa (Yayati, Yadu, Puru, Kuru, Duswanta, Sakuntala, Bharata) sampai kisah
diterimanya Pandawa di surga.

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 9 g5i


B. Parwa-parwa dalam Kitab Mahābhārata
Berikut ini merupakan ringkasan dari delapan belas bagian (parwa) dalam Kitab
Mahābhārata adalah sebagai berikut
 Adiparwa, Kitab Adiparwa berisi berbagai cerita yang bernafaskan Hindu, seperti misalnya
kisah pemutaran Mandaragiri, kisah Bagawan Dhomya yang menguji ketiga muridnya, kisah
para leluhur Pandawa dan Korawa, kisah kelahiran Rsi Byasa, kisah masa kanak-kanak
Pandawa dan Korawa, kisah tewasnya raksasa Hidimba di tangan Bhimasena, dan kisah
Arjuna mendapatkan Dropadi.
 Sabhaparwa, Kitab Sabhaparwa berisi kisah pertemuan Pandawa dan Korawa di sebuah
balairung untuk main judi, atas rencana Duryodana. Karena usaha licik Sangkuni, permainan
dimenangkan selama dua kali oleh Korawa sehingga sesuai perjanjian, Pandawa harus
mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun dan setelah itu melalui masa penyamaran
selama 1 tahun.
 Wanaparwa, Kitab Wanaparwa berisi kisah Pandawa selama masa 12 tahun pengasingan diri
di hutan. Dalam kitab tersebut juga diceritakan kisah Arjuna yang bertapa di gunung
Himalaya untuk memperoleh senjata sakti. Kisah Arjuna tersebut menjadi bahan cerita
Arjunawiwaha.
 Wirataparwa, Kitab Wirataparwa berisi kisah masa satu tahun penyamaran Pandawa di
Kerajaan Wirata setelah mengalami pengasingan selama 12 tahun. Yudistira menyamar
sebagai ahli agama, Bhima sebagai juru masak, Arjuna sebagai guru tari, Nakula sebagai
penjinak kuda, Sahadewa sebagai pengembala, dan Dropadi sebagai penata rias.
 Udyogaparwa, Kitab Udyogaparwa berisi kisah tentang persiapan perang keluarga Bharata
(Bharatayuddha). Kresna yang bertindak sebagai juru damai gagal merundingkan
perdamaian dengan Korawa. Pandawa dan Korawa mencari sekutu sebanyak-banyaknya di
penjuru Bharatawarsha, dan hampir seluruh Kerajaan India Kuno terbagi menjadi dua
kelompok.
 Bhismaparwa, Kitab Bhismaparwa merupakan kitab awal yang menceritakan tentang
pertempuran di Kurukshetra. Dalam beberapa bagiannya terselip suatu percakapan suci
antara Kresna dan Arjuna menjelang perang berlangsung. Percakapan tersebut dikenal
sebagai kitab Bhagavad Gītā. Dalam kitab Bhismaparwa juga diceritakan gugurnya Resi
Bhisma pada hari kesepuluh karena usaha Arjuna yang dibantu oleh Srikandi.
 Dronaparwa, Kitab Dronaparwa menceritakan kisah pengangkatan Bagawan Drona sebagai
panglima perang Korawa. Drona berusaha menangkap Yudistira, namun gagal. Drona gugur
di medan perang karena dipenggal oleh Drestadyumna ketika ia sedang tertunduk lemas
mendengar kabar yang menceritakan kematian anaknya, Aswatama. Dalam kitab tersebut
juga diceritakan kisah gugurnya Abimanyu dan Gatotkaca
 Karnaparwa, Kitab Karnaparwa menceritakan kisah pengangkatan Karna sebagai panglima
perang oleh Duryodana setelah gugurnya Bhisma, Drona, dan sekutunya yang lain. Dalam
kitab tersebut diceritakan gugurnya Dursasana oleh Bhima. Salya menjadi kusir kereta
Karna, kemudian terjadi pertengkaran antara mereka. Akhirnya, Karna gugur di tangan
Arjuna dengan senjata Pasupati pada hari ke-17.
 Salyaparwa, Kitab Salyaparwa berisi kisah pengangkatan Sang Salya sebagai panglima
perang Korawa pada hari ke-18. Pada hari itu juga, Salya gugur di medan perang. Setelah
ditinggal sekutu dan saudaranya, Duryodana menyesali perbuatannya dan hendak
menghentikan pertikaian dengan para Pandawa. Hal itu menjadi ejekan para Pandawa
sehingga Duryodana terpancing untuk berkelahi dengan Bhima. Dalam perkelahian tersebut,
Duryodana gugur, tapi ia sempat mengangkat Aswatama sebagai panglima.
 Sauptikaparwa, Kitab Sauptikaparwa berisi kisah pembalasan dendam Aswatama kepada
tentara Pandawa. Pada malam hari, ia bersama Kripa dan Kertawarma menyusup ke dalam
kemah pasukan Pandawa dan membunuh banyak orang, kecuali para Pandawa. Setelah itu ia
melarikan diri ke pertapaan Byasa. Keesokan harinya ia disusul oleh Pandawa dan terjadi
perkelahian antara Aswatama dengan Arjuna. Byasa dan Kresna dapat menyelesaikan
permasalahan itu. Akhirnya Aswatama menyesali perbuatannya dan menjadi pertapa.
 Striparwa, Kitab Striparwa berisi kisah ratap tangis kaum wanita yang ditinggal oleh suami
mereka di medan pertempuran. Yudistira menyelenggarakan upacara pembakaran jenazah

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 9 g6i


bagi mereka yang gugur dan mempersembahkan air suci kepada leluhur. Pada hari itu pula
Dewi Kunti menceritakan kelahiran Karna yang menjadi rahasia pribadinya.
 Santiparwa, Kitab Santiparwa berisi kisah pertikaian batin Yudistira karena telah membunuh
saudara-saudaranya di medan pertempuran. Akhirnya ia diberi wejangan suci oleh Rsi Byasa
dan Sri Kresna. Mereka menjelaskan rahasia dan tujuan ajaran Hindu agar Yudistira dapat
melaksanakan kewajibannya sebagai Raja.
 Anusasanaparwa, Kitab Anusasanaparwa berisi kisah penyerahan diri Yudistira kepada Resi
Bhisma untuk menerima ajarannya. Bhisma mengajarkan tentang ajaran Dharma, Artha,
aturan tentang berbagai upacara, kewajiban seorang Raja, dan sebagainya. Akhirnya, Bhisma
meninggalkan dunia dengan tenang.
 Aswamedhikaparwa, Kitab Aswamedhikaparwa berisi kisah pelaksanaan upacara
Aswamedha oleh Raja Yudistira. Kitab tersebut juga menceritakan kisah pertempuran Arjuna
dengan para Raja di dunia, kisah kelahiran Parikesit yang semula tewas dalam kandungan
karena senjata sakti Aswatama, namun dihidupkan kembali oleh Sri Kresna.
 Mosalaparwa, Kitab Mosalaparwa menceritakan kemusnahan bangsa Wresni. Sri Kresna
meninggalkan kerajaannya lalu pergi ke tengah hutan. Arjuna mengunjungi Dwarawati dan
mendapati bahwa kota tersebut telah kosong. Atas nasihat Rsi Byasa, Pandawa dan Dropadi
menempuh hidup “sanyasin” atau mengasingkan diri dan meninggalkan dunia fana.
 Mahaprastanikaparwa, Kitab Mahaprastanikaparwa menceritakan kisah perjalanan Pandawa
dan Dropadi ke puncak gunung Himalaya, sementara tahta kerajaan diserahkan kepada
Parikesit, cucu Arjuna. Dalam pengembaraannya, Dropadi dan para Pandawa (kecuali
Yudistira), meninggal dalam perjalanan.
 Swargarohanaparwa, Kitab Swargarohanaparwa menceritakan kisah Yudistira yang
mencapai puncak gunung Himalaya dan dijemput untuk mencapai surga oleh Dewa Indra.
Dalam perjalanannya, ia ditemani oleh seekor anjing yang sangat setia. Ia menolak masuk
surga jika disuruh meninggalkan anjingnya sendirian. Si anjing menampakkan wujudnya
yang sebenanrnya, yaitu Dewa Dharma.
Demikian cerita Mahābhārata terbagi dalam 18 Parwa yang masing-masing memiliki
nilai-nilai kehidupan.

Cerita Perjalanan Pandawa ke Surga dalam Mahābhārata


Kitab Swargarohanaparwa merupakan kitab kedelapan belas dari seri Astadasaparwa.
Kitab ini menceritakan akhir kisah perjalanan suci yang dilakukan oleh Pandawa. Sesampainya di
surga, Yudistira terkejut karena tidak menemukan saudara-saudaranya melainkan mendapati
bahwa Duryodana beserta sekutunya yang jahat kecuali Karna ada di sana. Sang Dewa
mengatakan bahwa mereka bisa berada di surga karena mereka telah melakukan dharma mereka
sebagai Kstaria yaitu berperang dan gugur dalam peperangan di Kurukshetra. Lantas Yudistira
menanyakan dimana tempat para ksatria-ksatria lainnya yang berada di pihak mereka yang juga
melakukan Dharmanya dan gugur di peperangan Kurukshetra. Ia pun menyatakan bahwa Ia ingin
segera bertemu mereka.
Dewa kemudian menemani Yudistira menemui mereka. Ia melalui jalan yang buruk,
bau, berdarah, bernanah banyak mayat dan banyak yang mengalami siksaan dirajam, ditusuk2 di
rebus dalam air yang mendidih yang di iringi oleh teriakan2 kesakitan karena sengsaraan yang
dialami sehingga tidak dapat lagi dikenali ragamnya. Karena ingin tahu siapa saja mereka-mereka
itu dan mengapa ada disitu ia bertanya, ’Siapa kalian dan mengapa ada di sini?’. Mereka
menjawab dari berbagai tempat, ‘Saya Karna!’ ‘Saya Bhimasena!’ ‘Saya Arjuna!’ ‘Saya Nakula!’
‘Saya Sahadeva!’ ‘Saya Dhrishtadyumna!’ ‘Saya Draupadi!’ ‘Kami anak-anak Draupadi!’
Mendengar itu, Yudistira bertanya dalam hatinya, ‘Inikah akhir takdir? Apa dosa yang
dilakukan oleh mereka sehingga pantas mendapatkan ini. Apa prilaku yang dilakukan oleh anak2
Dhristarasta dengan semua dosa yang dilakukan namun justru mendapatkan surga, padahal semua
jiwa-jiwa lurus ini melakukan semua tugasnya, mematuhi kebenaran dan apa yang dikatakan
Veda, melakukan prilaku Ksatria, berperilaku benar, melakukan kurban, memberikan dana pada
para Brahmana. Apakah aku ini sedang bermimpi atau tidak? Apakah aku sedang tersadar atau
tidak? Apakah aku mengalami ilusi mental akibat kekacauan pikiran?’. Kemudian ia berkata
kepada Dewa yang menemaninya, ‘Kembalilah ke tempatmu, aku akan menetap disini tidak di
sana’

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 9 g7i


Belum ada sebentaran Yudistira di sana, Datanglah para Dewa dengan segala
kegemerlapannya dan mengubah tempat itu dari tempat yang penuh dengan siksaan itu tiba-tiba
berubah tidak ada lagi menjadi gemerlap bersinar dan dipenuhi dengan kebahagian kegemerlapan
pula. Indra kemudian berkata pada Yudistira, ‘Kemarilah, Hai manusianya manusia, ilusi ini
berakhir sudah, engkau berhasil melewatinya, dengarlah, bahwa kebaikan dan kejahatan itu
melimpah. Ia yang akan menikmati surga akan mengalami buah nerakanya terlebih dahulu dan
sebaliknya sebaliknya Ia yang akan ditempatkan di Neraka menikmati buah Surganya terlebih
dahulu. Itu pula yang terjadi padamu Oh Yudistira, sebagai hukuman ketiak engkau juga ikut
menipu Drona mengatakan bahwa anaknya meninggal di pertempuran Kurukshetra sebagai
konsekuensi dari tipuan itu engkau pun diperlihatkan keadaan neraka atas kerabatmu dan surga
atas lawan2mu di bumi, penderitaan itu telah kau lalui walaupun sebentar saja sebagai balasan
atas tipuan yang engkau lakukan. Bima, arjuna dan yang lainnya mengalami keadaan yang
diterima akibat perbuatan mereka dan telah dibersihkan pula dosa-dosanya dan telah berada di
Surga saat ini.
Ternyata itu juga merupakan test dari Dewa Dharma kepaa Yudistira, yaitu ketika di
danau dan diberikan beberapa pertanyaan oleh Yaksa dan diminta untuk menghidupkan salah
satu dari 4 saudara2nya dan Ia berhasil menjawab pertanyaan Yaksa dan meminta agar Nakula
yang di hidupkan, Kemudian yang kedua saat bersama Anjing menuju surga dan yang ketiga
ketika lebih memilih neraka dari pada Surga dan tidak meninggalkan saudara2nya yang
mengalami siksaan.
Kemudian para Dewa, leluhur, Brahmana mandi bersama mensucikan diri di sungai
yang ada di surga yaitu Gangga dan menuju surga melihat semua pahlawan2 suci disana,
diantarannya Govinda (krishna) dengan rupa Brahmanya, karna dengan gemerlap sinar Dewa
Surya, Bima bersanding bersama Vayu, Nakula sadewa denan Aswin dengan segala
kegemerlapannya, Droupadi dengan kegemerlapannya, anak-anaknya yang merupakan
penjelmaan Gandharva kembali kewujudnya dengan kegermerlapannya, Dhritarashtra, raja para
Gandharvas, Satyaki, anak Subadra bersama Soma, Pandu, bersatu dengan Kunti dan Madri,
Bhishma ditengah-tengan para Wasu, Drona dan semua yang berperang telah menerima jasanya
Janamejaya (anak dari Parikesit) yang diceritakan kisah Mahābhārata ini bertanya,
“Bhishma, Drona, Dhritarashtra, Drupada, Uttara, anak2 Duryodhana, Sakuni, anak-anak Karna,
Jayadratha, Ghatotkaca and semua yang belum disebut berapa lama mereka ada di Surga?”
Vaishampayana berkata, “Bhishma mencapai status Vasu, Drona kembali ke Brihaspati,
Kritavarma kembali ke Maruts. Pradyumna kembali ke Sanatkumara. Dhritarashtra, Gandari
kembali kepenguasa harta. Pandu, Kunti dan Madri di kediaman Indra. Wirata, Drupada, Raja
Dhrishtaketu, Nishatha, Akrura, Samva, Bhanukampa, Viduratha, Bhurishrava, Sala king Bhuri,
Kansa, Ugrasena, Vasudeva (ayah Krishna), Uttara, Sankha kembali menjadi dewas. Anak Soma,
Varchas yang menjadi Abhimanyu kembali pada Soma. Karna kembali ke Surya. Shakuni
kembali ke Dwapara, Dhrishtadyumna kembali ke Agni. Anak-anak Dhritarashtra yang
semuanya Rakshasa memperoleh Surga. Yudhishthira kembali ke Dewa Dharma, Baladewa
kembali ke Ananta (Naga) kembali ke bawah Bumi menjaga Bumi. Krishna merupakan percikan
dari Narayana yang Abadi kembali pada Narayana. 16,000 istrinya nanti pada saatnya kembali ke
Saraswati menjadi para bidadari. Ghatotkaca dan lainnya yang berasal dari Yakshas, Indra,
varuna, Kuwera.
Sauti berkata ‘Kisah ini merupakan Sejarah yang kemudian dinamakan Mahābhārata.
Vyasa membuat kompilasi kisah ini sebanyak 3.000.000 di letakan di lingkungan para Deva,
1/2nya dilingkungan para Leluhur, di lingkungan para Yaksha 1.400.000 kompilasi, 1.000.000 di
lingkungan para manusia. Narada menceritakan Mahābhārata pada para Dewa, Asita-Devala
kepada para Leluhur, Suka kepada para Rakshasa, Yaksha, Dan Vaishampayana kepada para
manusia.

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 9 g8i


LAMPIRAN 2: PENILAIAN KI 1 DAN KI 2

PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL

A. Teknik : Observasi, Penilaian Diri, dan Penilaian Teman


B. Bentuk Instrumen : Lembar Penilaian Diri
C. Format Penilaian
Sikap Spiritual Sikap Sosial
Tanggun
No Nama Disiplin Tekun Jujur g Sopan Total
Jawab
1-4 1-4 1-4 1-4 1-4
1
2
3
4
5

Rubrik Penskoran:
Sikap Spritual Sikap Sosial
a. Indikator sikap spiritual “disiplin”: a. Indikator sikap sosial “jujur”
1) Disiplin melaksanakan doa sebelum 1) Tidak suka berbohong
dansesudah kegiatan pembelajaran 2) Selalu berbicara apa adanya
2) Disiplin mengucapkan salam agama 3) Jujur dalam berperilaku
Hindu setiap memulai pembelajaran. 4) Berani mengungkapkan kebenaran
3) Disiplin dalam mengucapkan doa
Dainika Upasana sebelum memulai b. Indikator sikap sosial “tanggung jawab”
belajar. 1) Selalu menyelesaikan tugas yang
4) Disiplin mengucapkan doa memulai diberikan pendidik
sesuatu. 2) Tidak bertele-tele dalam bekerja
3) Tepat waktu dalam mengumpulkan
b. Indikator sikap spiritual “tekun”: tugas
1) Tekun dalam mengucapkan doa 4) Datang tepat waktu ke kelas
sebelum dan selesai pelajaran
2) Tekun mengucapkan salam agama c. Indikator sikap sosial “peduli”
Hindu dalam kehidupan 1) Berpakaian rapi
3) Tekun mengucapkan doa Dainika 2) Menjaga ketertiban dan kebersihan
Upasana sebelum belajar 3) Memberikan kritik yang membangun
4) Tekun mengucapkan doa memulai 4) Rajin berpunia
pekerjaan.
Pemberian Nilai Skor:
a. Nilai 4 = jika peserta didik melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut
b. Nilai 3 = jika peserta didik melakukan 3 (tiga) kegiatan tersebut
c. Nilai 2 = jika peserta didik melakukan 2 (dua) kegiatan tersebut
d. Nilai 1 = jika peserta didik melakukan salah satu kegiatan tersebut

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 9 g9i


LAMPIRAN 3: KI 3

PENILAIAN PENGETAHUAN

Tes Tulis
No. Bentuk Instrumen Jumlah Soal Jenis Tagihan
1. Pilihan Ganda 15 Penugasan / Penilaian Harian
2. Isian 10 Penugasan
3. Uraian 10 Penugasan / Penilaian Harian

I. Pilihan Ganda
Berilah tanda silang (X) huruf A, B, C atau D pada jawaban yang benar!

1. Weda Sruti menurut sifat isinya dibagi menjadi 3 bagian. Di bawah ini merupakan 3 bagian
Weda Sruti, kecuali…..
A. Bagian Mantra B. Bagian Brahmana
C. Bagian Aranyaka/ Upanisad D. Bagian Wedangga

2. Weda Smerti merupakan Weda yang ditulis dari ingatan yang bersumber dari Weda Sruti.
Di bawah ini merupakan salah satu kelompok Weda Smrti adalah …..
A. Catur Weda Samhita B. Brahmana
C. Upanisad D. Wedangga

3. Maha Rsi Manu membagi kitab Veda menjadi dua bagian yaitu Sruti dan Smrti, di bawah
ini merupakan kelompok Veda yang isi didalamnya ada kisah-kisah kepahlawanan para
ksatria Hindu pada masa lampau adalah ….
A. Purana B. Ayur Veda C. Itihasa D. Artha Sastra

4. Kitab Mahābhārata terdiri dari 18 parwa yang disebut dengan ….


A. Astadasaparwa B. Pañcadasaparwa
C. Saptadasaparwa D. adiparwa

5. Dalam Bhisma Parwa dijelaskan mengenai lima jenis yajna, salah satunya adalah bentuk
Yadnya dengan mengorbankan diri demi kepentingan dharma, Seperti halnya para
pahlawan kemerdekaan. Yajna ini dikenal dengan....
A. Dewa yajna B Tapa yajna
C. Swadyaya yajna D. Yoga yajna

6. Tokoh Karna digambarkan sebagai salah satu tokoh yang selalu setia dengan teman. Dalam
Pañca satya, setia terhadap teman disebut dengan...
A. Satya semaya B. Satya laksana
C. Satya mitra D. Satya wacana

7. Berikut merupakan Kitab suci Veda yang berisi wejangan Sri Kresna kepada Arjuna yaitu...
A. B. C. D.

8. Ajaran-ajaran Bhisma kepada Yudhistira mengenai moral dan tugas kewajiban seorang raja
tercantum dalam parwa ….
A. Salyaparwa B. Shantiparwa
C. Anusasanaparwa D. Karnaparwa

9. Gambar di bawah ini merupakan gambaran peristiwa yang ada pada …..

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 9 g10i


A. Adiparwa
B. Sabhaparwa
C. Wanaparwa
D. Wirataparwa

10. Upacara pengorbanan seperti yang diilustrasikan pada gambar berikut


merupakan upacara yajnya yang pernah dilaksanakan oleh Raja
Yudhistira. Upacara yajna tersebut dinamakan ….
A. Asmaweda yajna
B. Sarpa yajna
C. Agni hotra
D. Tapa yajna

Pedoman Penskoran
Kunci Jawaban Pilihan Ganda
1. D
2. D
3. C
4. A
5. C
6. C
7. D
8. C
9. B
10. A

Jawaban Skor
Benar 1
Salah 0
Skor Maksimal Pilihan Ganda 10

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 9 g11i


LAMPIRAN 4: KI 4

PENILAIAN KETERAMPILAN

A. Proyek
1. Teknik : Proyek Presentasi
2. Bentuk Instrumen : Lembar Praktikum
3. Aspek Penilaian : Psikomotor (Presentasi)
4. Materi : Membuat presentasi parwa-parwa dalam Mahābhārata
5. Pedoman penskoran :
Kriteria dan Skor Jumlah
No. Nama peserta didik
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) Skor
1
2
3
4
5
Keterangan: Skor:
(a) = materi presentasi 10 = jika sempurna
(b) = penguasaan materi 9 = jika sangat baik
(c) = sistematika penyajian 7-8 = jika baik
(d) = kepercayaan diri dalam menyajikan materi 5-6 = cukup
(e) = kemampuan memanfaatkan media presentasi 1-4 = kurang baik
(f) = kemampuan menanggapi pertanyaan
(g) = penggunaan bahasa
SB (Sangat Baik) = 90 - 100 Nilai =
B (Baik) = 70 - 89 Jumlah Skor
×100
C (Cukup) = 50 - 69 70
D (Kurang) = 10 - 49
E (Sangat Kurang = 0 - 9

B. Produk
1. Teknik : Produk
2. Bentuk Instrumen : Lembar Produk
3. Aspek Penilaian : Psikomotor (Produk)
4. Materi : Membuat produk media papan untuk menempelkan kertas-kertas
yang berisi paparan tentang parwa-parwa dalam kitab
Mahābhārata dengan memanfaatkan barang bekas untuk
dipamerkan dan dipresentasikan di depan kelas
5. Pedoman penskoran :
Kriteria dan Skor
No. Nama peserta didik Jumlah Skor
(a) (b) (c) (d) (e)
1
2
3
4
5
Keterangan: Skor:
(a) = kesiapan alat 10 = jika sempurna
(b) = keuletan dalam pembuatan 9 = jika sangat baik
(c) = kerapian 7-8 = jika baik
(d) = proses pembuatan 5-6 = cukup
(e) = hasil akhir 1-4 = kurang baik

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 9 g12i


Kriteria dan Skor
No. Nama peserta didik Jumlah Skor
(a) (b) (c) (d) (e)
SB (Sangat Baik) = 90 - 100 Jumlah Skor
Nilai = ×100
B (Baik) = 70 - 89 50
C (Cukup) = 50 - 69
D (Kurang) = 10 - 49
E (Sangat Kurang = 0 - 9

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 9 g13i


LAMPIRAN 5

GAMBAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN PARWA-PARWA DALAM


MAHĀBHĀRATA

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 9 g14i


LAMPIRAN 6

REMIDIAL DAN PENGAYAAN

A. Kegiatan Pendahuluan
 Guru mengucapkan panganjali dan Mūladhyaya Pūja
 Guru mengabsen atau menulis peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran, sekaligus
mendata yang nilainya belum memenuhi KKM dan yang sudah memenuhi/melebihi
KKM
 Guru mengajak peserta didik mempersiapkan buku yang akan digunakan untuk belajar
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

B. Kegiatan Inti
 Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik yang nilainya belum KKM untuk
membaca materi sesuai indikator yang belum terpenuhi.
 Bagi peserta didik yang nilainya sudah memenuhi/melebihi KKM, Guru memberikan
materi pengayaan berupa pendalaman materi tentang itihasa Māhabharata karya Vyasa.
 Guru memberikan materi pengayaan pendalaman materi tentang itihasa Māhabharata
karya Vyasa dengan studi mandiri.
 Bagi peserta didik yang nilainya belum KKM, maka guru memberikan tes atau ulangan
sesuai materi yang nilainya belum KKM. Peserta didik diberikan soal secara tertulis.
 Setelah selesai melaksanakan remidial, maka peserta didik bisa mengikuti teman-
temannya melaksanakan kegiatan studi mandiri pendalaman materi tentang itihasa
Māhabharata karya Vyasa dengan bimbingan dan arahan Guru.

C. Penutup
 Guru memfasilitasi peserta didik membuat butir-butir simpulan
 Guru memberi umpan balik peserta didik dalam proses dan hasil pembelajaran
 Guru memberitahukan kegiatan belajar yang akan dikerjakan pada pertemuan berikutnya
 Guru menutup pertemuan Pūrṇādhyaya Pūja dan Paramaśāntiḥ

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 9 g15i


RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 9 g16i
RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 9 g17i
RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 9 g18i

Anda mungkin juga menyukai