MODUL AJAR - SEJARAH - KELAS 7 - Ni Gusti Sayu Ratna Dewi, S.Pd.
MODUL AJAR - SEJARAH - KELAS 7 - Ni Gusti Sayu Ratna Dewi, S.Pd.
Disusun Oleh :
Ni Gusti Sayu Ratna Dewi, S.Pd.
Fase D (Kelas VII)
SEJARAH
Disusun Oleh :
Ni Gusti Sayu Ratna Dewi, S.Pd.
INFOGRAFIS ATP
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pada akhir fase setelah mempelajari materi pembelajaran, Peserta didik dapat menganalisis
kontribusi sejarah Hindu dalam perkembangan kekinian. Peserta didik dapat menjadikan
sejarah sebagai sumber pembelajaran positif pada kehidupan kekinian dan berupaya
melestarikan peninggalan sejarah dan kebudayaan Hindu di Indonesia.
TUJUAN PEMBELAJARAN
SARANA PRASARANA
Buku Siswa
Video Pembelajaran
Laptop / computer,
LCD
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Ruang kelas dengan pengaturan tempat duduk untuk kelompok kecil
Untuk mengecek pengetahuan dan keterampilan prasyarat untuk belajar tentang peninggalan-
peninggalan sejarah agama Hindu di Indonesia, guru mengecek sejauh mana
pemahaman/pengalaman peserta didik dalam hal mengetahui peninggalan sejarah agama Hindu di
Indonesia, guru memberikan kuis atau bentuk asesmen lain yang berisi pertanyaan-pertanyaan
singkat sesuai konten materi, seperti:
7. LANGKAH PEMBELAJARAN
Langkah-langkah atau pun urutan pertemuan pembelajaran berikut ini tidak kaku. Setelah guru
melakukan asesmen awal kepada peserta didik, guru dapat menyesuaikan waktu dan kegiatan
pembelajaran, dimulai dari kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan dan gaya belajar peserta didik.
Menguraikan dan menganalisis peninggalan Pada akhir pembelajaran dari modul ini, peserta
sejarah Hindu di Indonesia untuk menguatkan didik memiliki kemampuan :
kebudayaan nasional. 1. Menyebutkan jenis-jenis peninggalan sejarah
agama Hindu yang ada di Indonesia.
ASESMEN
BENTUK KEGIATAN
Produk / Unjuk Peserta didik mampu menyebutkan jenis-jenis peningalan sejarah agama
Kerja Hindu yang ada di Kalimantan Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
dan Bali.
RINCIAN KEGIATAN
1. Guru menyiapkan kondisi psikis dan fisik peserta didik dalam kelas, menyapa, berdoa,
absensi, dll.
2. Pembelajaran diawali dengan pretest pemanfatan quisis, game, pertanyaan-pertanyaan atau
teknik lain terkait konten materi yang akan dibahas.
3. Guru akan mencatat dan menggunakan informasi yang didapat dari permainan atau penilaian
awal tersebut, untuk memetakan pengetahuan awal dan kebutuhan belajar peserta didik tentang
peninggalan sejarah agama Hindu di Indonesia.
4. Guru menyampaikan apersepsi, pertanyaan pemantik atau mengingat materi sebelumnya
untuk mengantarkan kekonten materi
5. Guru menyampaikan langkah-langkah atau strategi yang akan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran (tujuan pembelajaran dan kriteria penilaian pembelajaran yang digunakan
Selama kegiatan pembelajaran).
1. Peserta didik bersama guru melakukan refleksi dan umpan balik untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap proses kegiatan yang sudah dilaksanakan
a. Apa bagian yang paling menarik dari pembelajaran hari ini? Mengapa?
b. Pengalaman baru apa yang kalian dapatkan dari pembelajaran hari ini?
c. Apa kesulitan yang kalian temui dalam pembelajaran hari ini? Mengapa?
d. Apa yang akan kamu lakukan agar hasil belajarmu lebih memuaskan di masa mendatang?
2. Guru memberikan apresiasi kepada siswa yang telah menunjukkan sikap disiplin dalam
pembelajaran dan menghasilkan projek terbaik.
3. Guru menyampaikan pembelajaran berikutnya dalam bentuk penugasan atau bentuk lain.
4. Guru menutup pelajaran dengan Parama Santih (Om Santhi ,Santhi ,Santhi Om).
Catatan:
1. **) Pada contoh ini mengambarkan kegiatan pembelajaran yang mengintegrasikan difrensiasi
Proses karena siswa sudah dipasilitasi dengan beberapa media sesuai gaya belajar masing-
masing seperti: media gambar, video, ppt, kartu pintar, dan media lainya)
2. Apabila Asesmen Awal pembelajaran sangat bervariasi, maka dari awal guru sudah merancang
pembelajaran terdifrensiasi dengan berbagai teknik, baik teknik tutor sebaya, bisa tugas mandiri
dan guru menemani/membimbing siswa yang belum memahami jenis-jenis peningalan sejarah
agama Hindu yang ada di Indonesia.
ASESMEN
Menguraikan dan menganalisis peninggalan Pada akhir pembelajaran dari modul ini, peserta
sejarah Hindu di Indonesia untuk menguatkan didik diharapkan memiliki kemampuan :
kebudayaan nasional. 1. Menjelaskan karakteristik peninggalan sejarah
agama Hindu di Indonesia.
ASESMEN
BENTUK KEGIATAN
Produk / Unjuk Peserta didik mampu menjelaskan karakteristik peninggalan sejarah agama
Kerja Hindu di Kalimantan Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.
RINCIAN KEGIATAN
1. Siswa dan Guru mengawali kegiatan dengan berdoa bersama, menyapa siswa yang hadir.
2. Pembelajaran diawali dengan pertanyaan-pertanyaan singkat terkait konten materi yang akan
dibahas, sekaligus melihat perkembangan hasil pembelajaran sebelumnya.
3. Guru akan mencatat informasi yang didapat dari penilaian awal tersebut, untuk lebih jauh
mengetahui kemampuan awal siswa, potensi dan gaya belajar siswa.
4. Guru menyampaikan apersepsi atau mengingat materi pembelajaran sebelumnya untuk
mengantarkan ke konten materi.
5. Guru menyampaikan langkah-langkah atau strategi yang akan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran ke 2 (tujuan pembelajaran dan kriteria penilaian pembelajaran yang digunakan
selama kegiatan pembelajaran).
1. Peserta didik bersama guru melakukan refleksi dan umpan balik untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap proses kegiatan yang sudah dilaksanakan
a. Apa bagian yang paling menarik dari pembelajaran hari ini? Mengapa?
b. Pengalaman baru apa yang kalian dapatkan dari pembelajaran hari ini?
c. Apa kesulitan yang kalian temui dalam pembelajaran hari ini? Mengapa?
d. Hal penting apa yang didapatkan dalam pembelajaran hari ini?
2. Guru memberikan apresiasi kepada siswa yang telah menunjukkan sikap disiplin dalam
pembelajaran dan menghasilkan projek terbaik.
3. Guru menyampaikan pembelajaran berikutnya dalam bentuk penugasan atau bentuk lain.
4. Guru menutup pelajaran dengan Parama Santih (Om Santih, Santih, Santih Om).
Catatan:
**) Pada contoh ini guru mengarahkan murid untuk mencari iderefrensi dari berbagai media
seperti Buku Siswa, artikel, lingkungan, media teks, audio, video, dan internet. Murid dibebaskan
memilih dan menggunakan media yang nyaman baginya. Ini salah satu contoh integrasi media
berdasarkan karakteristik murid dan penerapan MERDEKA BELAJAR.
ASESMEN
ASESMEN
BENTUK KEGIATAN
RINCIAN KEGIATAN
1. Siswa dan Guru mengawali kegiatan dengan berdoa bersama, menyapa siswa yang hadir.
2. Pembelajaran diawali dengan kuis terkait konten materi yang akan dibahas, sekaligus melihat
perkembangan hasil pembelajaran sebelumnya.
3. Guru akan mencatat informasi yang didapat dari penilaian awal tersebut, untuk lebih jauh
mengetahui kemampuan awal siswa, potensi dan gaya belajar siswa.
4. Guru menyampaikan apersepsi atau mengingat materi pembelajaran sebelumnya untuk
mengantarkan ke konten materi.
5. Guru menyampaikan langkah-langkah atau strategi yang akan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran ke 3 (tujuan pembelajaran dan kriteria penilaian pembelajaran yang digunakan
selama kegiatan pembelajaran).
KegiatanPenutup(10menit)
Catatan:
**) Pada contoh ini guru mengarahkan murid untuk mencari ide refrensi dari berbagai media
seperti Buku Siswa, artikel, lingkungan, media teks, audio, video, dan internet. Murid dibebaskan
memilih dan menggunakan media yang nyaman baginya. Ini salah satu contoh integrasi media
berdasarkan karakteristik murid dan penerapan MERDEKA BELAJAR.
ASESMEN
Menguraikan dan menganalisis peninggalan Pada akhir pembelajaran dari modul ini, peserta
sejarah Hindu di Indonesia untuk menguatkan didik diharapkan memiliki kemampuan :
kebudayaan nasional. 1. Menceritakan secara singkat sejarah
peninggalan agama Hindu yang ada di
Indonesia.
ASESMEN
BENTUK KEGIATAN
Produk / Unjuk Peserta didik mampu menceritakan secara singkat sejarah peninggalan agama
Kerja Hindu yang ada di Kalimantan Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
dan Bali.
RINCIAN KEGIATAN
1. Siswa dan Guru mengawali kegiatan dengan berdoa bersama, menyapa siswa yang hadir.
2. Pembelajaran diawali dengan pertanyaan-pertanyaan singkat terkait konten materi yang akan
dibahas, sekaligus melihat perkembangan hasil pembelajaran sebelumnya.
3. Guru akan mencatat informasi yang didapat dari penilaian awal tersebut, untuk lebih jauh
mengetahui kemampuan awal siswa, potensi dan gaya belajar siswa.
4. Guru menyampaikan apersepsi atau mengingat materi pembelajaran sebelumnya untuk
mengantarkan ke konten materi.
5. Guru menyampaikan langkah-langkah atau strategi yang akan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran ke 4 (tujuan pembelajaran dan kriteria penilaian pembelajaran yang digunakan
selama kegiatan pembelajaran).
1. Guru mengajak siswa untuk melakukan refleksi dan mengingat pembelajaran sebelumnya
dengan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan menarik dengan media
interaktif.
2. Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan menayangkan link materi terkait sejarah
peninggalan agama Hindu di indonesia
https:/ / id.wikipedia.org/ wiki/ Hindu_di_Indonesia**
3. Peserta didik kemudian mengamati video pembelajaran dan beberapa tabel yang disajikan oleh
guru dan guru memberikan penjelasan singkat.
1. Peserta didik bersama guru melakukan refleksi dan umpan balik untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap proses kegiatan yang sudah dilaksanakan
a. Apa bagian yang paling menarik dari pembelajaran hari ini?
b. Pengalaman baru apa yang kalian dapatkan dari pembelajaran hari ini?
c. Apa kendala-kendala dalam kegiatan pembelajaran hari ini? apa yang mesti di lakukan?
d. Strategi apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki hasil pembelajaran hari ini?
2. Guru memberikan apresiasi kepada siswa yang telah menunjukkan sikap disiplin dalam
pembelajaran dan menghasilkan projek terbaik.
3. Guru menyampaikan pembelajaran berikutnya dalam bentuk penugasan atau bentuk lain.
4. Guru menutup pelajaran dengan Parama Santih (Om Santih, Santih, Santih Om).
Catatan:
**) Pada contoh ini guru mengarahkan murid untuk mencari ide refrensi dari berbagai media
seperti BukuSiswa, artikel, lingkungan, media teks, audio, video, dan internet. Murid dibebaskan
memilih dan menggunakan media yang nyaman baginya. Ini salah satu contoh integrasi media
berdasarkan karakteristik murid dan penerapan MERDEKA BELAJAR.
ASESMEN
Menganalisis hikmah dan melestarikannya Pada akhir pembelajaran dari modul ini, peserta
agar berkontribusi positif pada kehidupan didik diharapkan memiliki kemampuan :
kekinian. 1. Menguraikan hikmah di balik peninggalan
sejarah Hindu yang ada di Indonesia.
ASESMEN
BENTUK KEGIATAN
Produk / Unjuk Peserta didik mampu menganalisis hikmah di balik peninggalan sejarah Hindu
Kerja yang ada di Kalimantan Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan
Bali.
RINCIAN KEGIATAN
1. Siswa dan Guru mengawali kegiatan dengan berdoa bersama, menyapa siswa yang hadir.
2. Pembelajaran diawali dengan pertanyaan-pertanyaan singkat terkait konten materi yang akan
dibahas, sekaligus melihat perkembangan hasil pembelajaran sebelumnya.
3. Guru akan mencatat informasi yang didapat dari penilaian awal tersebut, untuk lebih jauh
mengetahui kemampuan awal siswa, potensi dan gaya belajar siswa.
4. Peserta didik menyimak review kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada pertemuan
sebelumnya dan kaitan antara materi yang dipelajari saat ini dengan sebelumnya.
5. Guru menyampaikan lankah-langkah atau strategi yang akan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran ke 5 (tujuan pembelajaran dan kriteria penilaian pembelajaran yang digunakan
selama kegiatan pembelajaran).
1. Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan menayangkan cuplikan video edukasi yang
berkaitan dengan hikmah di balik peninggalan sejarah Hindu yang ada di Indonesia
https://www.youtube.com/watch?v=-NW7RJXkeTc, https://www.youtube.com/watch?
v=0WekE7dUMkQ.
2. Peserta didik mengamati video edukasi terkait materi dan mendapatkan umpan balik dari guru
mengenai kemampuan berpikir kritis dan berargumentasi terkait tayangan video yang telah
disajikan.
3. Peserta didik kemudian diarahkan untuk memahami infografis yang disajikan guru dan guru
memberikan penjelasan singkat.
1. Peserta didik bersama guru melakukan refleksi dan umpan balik untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap proses kegiatan yang sudah dilaksanakan
1. Apa bagian yang paling menarik dari pembelajaran hari ini?
2. Nilai positif yang kalian dapatkan dalam pembelajaran hari ini?
3. Apa kesulitan yang kalian temui dalam pembelajaran hari ini?
4. Hal penting apa yang membuat kalian paling semangat dalam pembelajaran hari ini?
2. Guru memberikan apresiasi kepada siswa yang telah menunjukkan sikap disiplin dalam
pembelajaran dan menghasilkan projek terbaik.
3. Guru menyampaikan pembelajaran berikutnya dalam bentuk penugasan atau bentuk lain.
4. Guru menutup pelajaran dengan Parama Santih (Om Santih, Santih, Santih Om).
Catatan:
**) Pada contoh ini guru mengarahkan murid untuk mencari ide refrensi dari berbagai media
seperti BukuSiswa, artikel, lingkungan, media teks, audio, video, dan internet. Murid dibebaskan
memilih dan menggunakan media yang nyaman baginya. Ini salah satu contoh integrasi media
berdasarkan karakteristik murid dan penerapan MERDEKA BELAJAR.
ASESMEN
Lampiran 1 Asesmen
Teknik Penilaian : Tes Tulis
Bentuk Soal : Pilihan Ganda
KISI–KISI SOAL
Level Bentuk No
No CP Materi Indikator Soal
Kognitif Soal Soal
1 Memahami Sejarah Disajikan pernyataan, Peserta L1 PG 1,2
peninggalan didik dapat menyebutkan
sejarah Hindu di peninggalan agama Hindu di
Indonesia. Kalimantan Timur
2 Diuraikan pernyataan, Peserta L1 PG 3,4
didik dapat menyebutkan
peninggalan agama Hindu di Jawa
barat
3 Diuraikan pernyataan, Peserta L1 PG 5,6
didik dapat menyebutkan
peninggalan agama Hindu di Jawa
Tengah
4 Disajikan dan diuraikan L1 PG 7,8
pernyataan, Peserta didik dapat
menyebutkan peninggalan agama
Hindu di Jawa Timur
5 Diuraikan pernyataan, Peserta L1 PG 9,10
didik dapat menyebutkan
peninggalan agama Hindu di Bali
6 Disajikan pernyataan, peserta L1 PG 11
didik dapat menyebutkan
karakteristik peninggalan agama
Hindu di Kalimantan Timur
7 Disajikan pernyataan, Peserta L1 PG 12
didik dapat menyebutkan
karakteristik peninggalan agama
Hindu di Jawa Barat
2 Yupa adalah tiang batu bertulis yang berfungsi sebagai pengikat hewan kurban, dan
kurban dalam agama hindu disebut....
a. Yadnya
b. Peleburan
c. Tri Hita Karana
d. Pembunuhan
Indikator: Peserta didik dapat menyebutkan peninggalan agama Hindu di Jawa barat
No Pernyataan
3 Carita Parahiyangan Bogor, Jabar Abad ke-̜ Tarumanagara. Carita Parahiyangan
merupakan nama suatu naskah sunda kuna yang dibuat pada akhir abad ke-16, yang
menceritakan sejarah Tanah Sunda.
Pernyataan diatas termasuk peninggalan....
a. Prasasti
b. Candi
c. Karya Sastra
d. Arca
4 Pada masa pemerintahan Raja Purnawarman yang ke 22 menggali sungai gomati selama
21 hari dekat sengai Chandrabaga dan ditutup dengan penyerahan 1000 ekor sapi/lembu
kepada kaum Brahmana.
Indikator: Peserta didik dapat menyebutkan peninggalan agama Hindu di Jawa Tengah
No Pernyataan
5 Candi Dieng terletak di Jawa Tengah sebagai salah satu peninggalan Hindu, pegunungan
Dieng. Candi Dieng diperkirakan dibangun pada akhir abad ke-8 hingga awal abad ke-9
Masehi yang merupakan candi Hindu beraliran ....
a. Brahmana
b. Siwa
c. Waisya
d. Budha
6 Candi Cheto merupakan candi Hindu, peninggalan masa akhir pemerintahan Majapahit
(abad ke-15). Laporan ilmiah pertama tentang keberadaan candi Cetho dibuat oleh Van
de Vlies pada tahun .... masehi
a. 1842 Masehi
b. 1560 Masehi
c. 1367 Masehi
d. 1452 Masehi
Indikator: Peserta didik dapat menyebutkan peninggalan agama Hindu di Jawa Timur
No Pernyataan
7 Candi Singosari merupakan salah satu peninggalan kerajaan singasari, kerajaan
singhasari yang diciptakan sebagai bentuk penghormatan kepada raja yang membawa
Singhasari pada puncak kejayaan, yaitu Raja....
a. Raja Kutai
b. Raja Tarumanegara
c. Raja Kertanegara
d. Raja Majapahit
10 Pada Candi Gunung Kawi terdapat kalimat, “Atas perannya yang gemilang itu,
kemudian dianggap rakyatnya sebagai penjelmaan Dewa Hari.” Raja yang dimaksud
dalam hal ini adalah….
a. Anak Wungsu
b. Sri Ugrasena
c. Airlangga
d. Marakata
Indikator: Peserta didik dapat menjelaskan sejarah peninggalan agama Hindu di Jawa
Barat
No Pernyataan
17 Agama Hindu berkembang di Indonesia pada abad ke-͑ Masehi di kalimantan Timur.
Pada saat itu, Kalimantan Timur merupakan wilayah dari Kerajaan Kutai dengan rajanya
yang bernama ….
a. Kudungga
b. Aswawarman
c. Mulawarman
d. Purnawarman
Indikator: Peserta didik dapat menjelaskan sejarah peninggalan agama Hindu di Jawa
Tengah.
No Pernyataan
18 Sebelum Sanjaya berkuasa di Mataram Kuno, di Jawa sudah berkuasa seorang raja
bernama Sanna. Menurut prasasti Canggal yang berangka tahun 732 M, diterangkan
bahwa Raja Sanna telah digantikan oleh….
a. Sanjaya
b. Dyah Lokapala
c. Raja Rakai Pikatan
d. Rakai Panangkaran
Indikator: Peserta didik dapat menjelaskan sejarah peninggalan agama Hindu di Jawa
Timur.
No Pernyataan
19 Sejarah kerajaan di Jawa Timur dihiasi dengan pertikaian keluarga Kerajaan Mataram
yang terus berlanjut hingga pada masa pemerintahan Mpu Sindok pada tahun 929
Masehi. Pertentangan yang tidak pernah selesai menyebabkan Mpu Sindok
memindahkan ibu kota kerajaan dari Medang ke Daha (Jawa Timur) dan kemudian
mendirikan sebuah dinasti baru yang disebut…..
a. Dinasti Ken Arok
b. Dinasti Sanjaya
c. Dinasti Saylindra
d. Dinasti Isyanawangsa
Indikator: Peserta didik dapat menjelaskan sejarah peninggalan agama Hindu di Bali
No Pernyataan
20 Kerajaan Balai yang pertama kali mempergunakan gelar Warmadewa adalah raja….
a. Sang Ratu Sri Unggrasena
b. Anak Wungsu
c. Marakata
d. Sri Kesari
Pensekoran:
Soal:
Ceritakanlah secara singkat sejarah peninggalan agama Hindu yang ada di Kalimantan
Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali !
Kriteria / Code:
90 – 100 = A (Excellent)
77 89 = B (Good)
66 76 = C (Fair)
< = 65 = D (Poor)
Kriteria / Code:
90 – 100 = A (Excellent)
77 89 = B (Good)
66 76 = C (Fair)
< = 65 = D (Poor)
Kriteria / Code:
90 – 100 = A (Excellent)
77 89 = B (Good)
66 76 = C (Fair)
< = 65 = D (Poor)
Catatan: Asesmen Sumtif bisa diberikan setelah menyelesaikan beberapa Tujuan pembelajaran
(sumatif lingkup materi) dan atau diakhir semester, akhir tahun dan akhir Fase.
PROGRAM REMEDIAL
A. Langkah-langkah Remedial
Identifikasi Keberhasilan
Capaian
TP Pelaksanaan Remedial
Pembelajaran (CP)
Penilaian diagnotis:
Guru melakukan identifikasi keberhasilan secara
langsung terhadap pemahaman peserta didik, selama
pelaksanaan pembelajaran remedial dengan
bertanya.“Apa yang tadi kita lakukan?”“ Apa saja
yang telah dipahami oleh mu”“ Jadi apa saja jenis
peninggalan sejarah agama Hindu di Indonesia?”“
Bgaimana karakteristik peninggalan sejarah agama
Hindu di Indonesia?”“ Bagaimana gambaran
KEGIATA PEMBELAJARAN
NO Indikator Ketercapaian PENILAIAN
TP <20% ( Tugas 20% 50% >50% Pemb.Ulag
Individu /
Bimbingan (Tugas Kelompok /
khusus) tutorial lteman
sebaya)
Asesmen
Penilaian Otentik:
Penilaian otentik dilakukan dengan
membuat rekaman / dokumentasi proses
aktivitas peserta didik, membuat deskripsi
(produk).
C. Pelaksanaan Pengayaan
NILAI
NO NAMA BENTUK PENGAYAAN
PH
1 ………………………………… ………… 1. Belajar Kelompok
…………………………………. …………. 2. Belajar mandiri
. 3. Pembelajaran berbasis tema
4. Membuat Prodak Profil
Pelajar Pancasila
5. Mencari sumber-sumber
laintentang pemecahan masalah
dalam materi
Prasasti Yupa pada gambar di atas merupakan salah satu bukti perkembangan sejarah
agama Hindu di Indonesia, tepatnya di Kalimantan Timur. Perhatikan gambar yupa di atas dan
deskripsikan apa saja isi dari prasasti yupa tersebut.
Peninggalan sejarah Hindu pada zaman Kerajaan Kutai yang utama berupa prasasti yang
disebut yupa. Yupa adalah tiang batu bertulis. Yupa juga dijadikan sebagai tugu peringatan dari
upacara kurban. Yupa ini dibuat pada masa pemerintahan Raja Mulawarman. Prasasti Yupa ditulis
dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Kerajaan Kutai diperkirakan berkembang sekitar
abad ke-4 Masehi atau tahun 400 Masehi.
Hal yang menarik dalam prasasti Yupa adalah keterangan mengenai kakek Mulawarman
yang bernama Kudungga. Kudungga yang memiliki arti penguasa lokal, sudah mulai mendapat
pengaruh Hindu-Buddha dan daerahnya berubah menjadi sistem kerajaan. Walaupun sudah
mendapat pengaruh Hindu-Buddha namanya tetap Kudungga, berbeda dengan puteranya yang
bernama Aswawarman dan cucunya yang bernama Mulawarman.
Salah satu di antara yupa tersebut memberi informasi penting tentang silsilah Raja
Mulawarman. Diterangkan bahwa Kudungga mempunyai putra bernama Aswawarman. Raja
Aswawarman dikatakan seperti Dewa Ansuman (Dewa Matahari). Raja Aswawarman mempunyai
tiga anak, tetapi yang terkenal adalah Mulawarman. Raja Mulawarman dikatakan sebagai raja
terbesar di Kutai. Ia pemeluk agama Hindu-Siwa yang setia. Tempat sucinya dinamakan
Waprakeswara. Ia juga dikenal sebagai raja yang sangat dekat dengan kaum Brahmana dan rakyat.
Raja Mulawarman sangat dermawan. Ia mengadakan kurban emas dan 20.000 ekor lembu untuk
para Brahmana. Oleh karena itu, sebagai rasa terima kasih dan sebagai peringatan terhadap
upacara kurban tersebut, para Brahmana mendirikan sebuah yupa yang diberi nama Prasasti
Muarakaman.
Dari penjelasan di atas kalian tentu dapat disimpulkan bahwa bukti pekembangan agama
Hindu di Kalimantan Timur jaman Kerajaan Kutai dapat dilihat dari Prasasti Yupa (tiang batu
bertulis), dan tempat/lapangan suci untuk memuja dewa siwa yang disebut Waprakeswara. Jadi
kerajaan Kutai memeluk agama Hindu dengan menekan pemujaannya kepada Dewa Siwa.
Gambar di atas adalah salah satu peninggalan Kerajaan Tarumanagara yang bernama prasasti
Tugu yang dimusiumkan di Musium Nasional Jakarta. dalam prasasti tersebut banyak dijelaskan
mengenai Raja Purnawarman.
1. Prasasti Tugu
Prasasti Tugu ditemukan di Kampung Batutumbuh, Desa Tugu, DKI Jakarta. Prasasti ini
menceritakan tentang penggalian Sungai Candrabhaga sebagai upaya untuk mencegah
terjadinya banjir. Perhatikan isi Prasasti Tugu berikut.
Dulu (kali yang bernama) Candrabhaga telah digali oleh Maharaja yang mulia dan
mempunyai lengan kencang dan kuat, (yakni Raja Purnawarman), untuk mengalirkannya ke
laut, setelah (kali ini) sampai di istana kerajaan yang termashur. Pada tahun ke-22 dari tahta
Yang Mulia Raja Purnawarman yang berkilauan-kilauan karena kepandaian dan
kebijaksanaannya serta menjadi panji-panji segala raja, (maka sekarang) beliau
memerintahkan pula menggali kali yang permai dan berair jernih, Gomati namanya, setelah
kali itu mengalir di tengah-tengah tanah kediaman Yang Mulia Sang Pandeta Nenekda (Sang
Purnawarman). Pekerjaan ini dimulai pada hari yang baik, tanggal delapan paroh gelap bulan
Phalguna dan selesai pada tanggal 13 paroh terang bulan Caitra, jadi hanya dalam 21 hari
saja, sedang galian itu panjangnya 6.122 busur (± 11 km). Selamatan baginya dilakukan oleh
brahmana disertai persembahan 1.000 ekor sapi”.
Dari isi prasasti Tugu tersebut dapat disimpulkan bahwa pada masa pemerintahan Raja
Purnawarman yang ke-22, terjadi penggalian sungai Gomati didekat sungai Candrabhaga,
selama 21 hari dan diakhiri dengan mempersembahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum
Brahmana.
2. Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun ditemukan di Kampung Muara, Desa Ciaruteun Hilir, Cibungbulang,
Bogor. Prasasti ini terdiri atas 2 bagian, yaitu Inskripsi (batu bertulis) A yang pahatannya terdiri
atas empat baris tulisan berakasara Pallawa dan Bahasa Sanskerta, dan Inskripsi (batu bertulis)
B yang terdiri atas satu baris, tulisannya tidak dapat dibaca dengan jelas. Inskripsi ini disertai
pula gambar sepasang telapak kaki.
Inskripsi (batu bertulis) A berisi sebagai berikut:
“Ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki Dewa Wisnu, ialah kaki Yang Mulia Sang
Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia”.
Beberapa sarjana telah berusaha membaca inskripsi (batu bertulis) B, namun hasilnya
belum memuaskan. Inskrispi (batu bertulis) B ini dibaca oleh J.L.A. Brandes sebagai Cri Tji
aroe? Eun waca (Cri Ciaru?eun wasa), sedangkan H. Kern membacanya Purnavarmmapadam
yang berarti “telapak kaki Purnawarman”.
3. Prasasti Jambu
Prasasti Jambu terletak di sebuah Bukit (pasir) Koleangkak, Desa Parakan Muncang,
Nanggung, Bogor. Terdapat dua baris tulisan dengan Aksara Pallawa dan Bahasa Sansekerta.
Isinya sebagai berikut:
“Gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya, adalah pemimpin manusia yang
tiada taranya, yang termashur Sri Purnawarman, yang sekali waktu (memerintah) di
Tarumanegara dan yang baju zirahnya yang terkenal tiada dapat ditembus senjata musuh. Ini
adalah sepasang telapak kakinya, yang senantiasa berhasil menggempur musuh, hormat
kepada para pangeran, tetapi merupakan duri dalam daging musuh-musuhnya”.
Prasasti ini menjelaskan bahwa Raja Purnawarman adalah seorang raja yang gagah,
berani, mengagumkan, dan bersikap jujur terhadap segala tugasnya. Beliau merupakan
pemimpin yang tidak ada taranya dan termasyur di dunia.
4. Prasasti Kebonkopi
“Di sini tampak sepasang telapak kaki...... yang seperti (telapak kaki) Airawata, gajah
penguasa Taruma (yang) agung dalam...... dan (?) kejayaan”.
Pada prasasti ini terdapat sepasang telapak kaki gajah. Menurut para arkeolog, prasasti ini
istimewa, karena ada telapak kaki gajah yang menggambarkan telapak kaki Raja Purnawarman.
Dalam agama Hindu, gajah merupakan hewan sakral yang menjadi alat transportasi Dewa
Indra.
7. Prasasti Cidanghiang
Prasasti Cidanghiang terletak di tepi Kali Cidanghiang, Desa Lebak, Munjul, Banten
Selatan. Terdapat dua baris tulisan beraksara Pallawa dengan bahasa Sanskerta. Isi dari Prasasti
Cidanghiang adalah sebagai berikut.
“Inilah (tanda) keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang sesungguhnya dari raja dunia,
Yang Mulia Purnawarman, yang menjadi panji sekalian raja-raja.
2) Candi Siwa
Candi Siwa merupakan candi terbesar di komplek Candi Prambanan. Candi Siwa
mempunyai empat ruangan. Ruang utama berisi patung Siwa sebagai mahadewa. Di sebelah
utara terdapat Roro Jonggrang atau Siwa sebagai Durga Mahesasuramawardini, dan di
bagian timur terdapat patung Ganesa. Pada dinding Candi Siwa terdapat relief Ramayana.
Relief tersebut menceritakan tentang titisan Wisnu dan kisah Rama menyeberang ke lautan.
3) Candi Brahma
Candi Brahma ini hanya mempunyai satu ruangan. Dalam ruangan tersebut terdapat arca
Dewa Brahma yang berkepala empat dan bertangan empat. Terdapat juga relief yang
menggambarkan epik Ramayana. Pada bagian ini diceritakan tentang Rama menyerang
Alengka dan Sinta membakar diri.
4) Candi Arjuna
Candi Arjuna adalah sebuah kompleks Candi Hindu peninggalan dari abad ke-7 hingga abad
ke-8 yang terletak di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Dibangun pada tahun 809 M, Candi Arjuna merupakan salah satu dari delapan kompleks
candi yang ada di Dieng. Ketujuh candi lainnya adalah Semar, Gatotkaca, Punta Deva,
Srikandi, Sumbadra, Bima dan Dwarawati. Di kompleks candi ini terdapat 19 candi, namun
hanya 8 yang masih berdiri. Saat ini bangunan-bangunan candi dalam kondisi
yang memprihatinkan. Batu-batu candi ada yang telah rontok, sementara di beberapa bagian
bangunan terlihat retakan yang memanjang selebar 5 cm.
5) Candi Dieng
Candi Dieng terletak di Jawa Tengah sebagai salah satu peninggalan Hindu, Pegunungan
Dieng. Candi Dieng merupakan candi Hindu beraliran Siwa yang diperkirakan dibangun
pada akhir abad ke-8 hingga awal abad ke-9 Masehi.
6) Candi Cetho
Candi Cetho merupakan candi Hindu, peninggalan masa akhir pemerintahan Majapahit
(abad ke-15). Laporan ilmiah pertama tentang keberadaan candi Cetho dibuat oleh Van de
Vlies pada tahun 1842 Masehi. A.J. Bernet Kempers juga melakukan penelitian yang
berhubungan dengan keberadaan candi ini. Ekskavasi atau penggalian untuk kepentingan
rekonstruksi candi ini dilakukan pertama kali pada tahun 1928 oleh Dinas Purbakala Hindia
MODUL AJAR PAH FASE D
Belanda. Lokasi candi berada di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten
Karanganyar.
7) Candi Sukuh
Sekilas, candi bercorak Hindu ini terlihat seperti Piramid. Selain bentuknya yang unik, candi
ini cukup menarik perhatian karena bentuk relief dan arcanya yang berbeda dari yang
lainnya. Pada tahun 1995, situs Candi Sukuh diusulkan ke UNESCO sebagai salah satu situs
warisan dunia.
2) Prasasti Canggal
Pada Prasasti Canggal ditemukantulisan ”Sruti Indria Rasa” menggunakan angka tahun
Candrasangkala. Sruti berarti 4, Indria berarti 5, dan Rasa berarti 6, Dari keterangan tersebut
diperkirakan Prasasti Canggal dibangun tahun 654 tahun Saka atau tahun 732 Masehi.
Disebutkan pula bahwa Raja Sanjaya mendirikan lingga sebagai tempat pemujaan Siwa
bertempat di Bukit Kunjarakunja. Di Gunung Wukir terdapat candi induk dengan 3 buah
Candi Perwara. Di dalam candi induk terdapat yoni sebagai alas lingga. Raja Sanjaya adalah
putra Sanaha, saudara perempuan Raja Sima. Sanjaya adalah penerus dari kerajaan Mataram
di Jawa Tengah.
3) Prasasti Sojomerto
Prasasti Sojomerto adalah salah satu peninggalan Hindu yang beraliran Siwais, dan
diperkirakan berkembang sekitar abad ke-8. Diperkirakan Dapunta Syailendra yang berasal
dari Sriwijaya menurunkan Dinasti Syailendra yang berkuasa di Jawa bagian tengah.
a. Kerajaan Kediri
Kehidupan politik pada awal Kerajaan Kediri ditandai dengan perang saudara antara
Samarawijaya yang berkuasa di Panjalu dan Panji Garasakan yang berkuasa di Jenggala.
Mereka tidak dapat hidup berdampingan. Pada tahun 1052 M terjadi peperangan perebutan
kekuasaan di antara kedua belah pihak. Pada tahap pertama Panji Garasakan dapat
mengalahkan Samarawijaya, sehingga Panji Garasakan berkuasa. Di Jenggala kemudian
berkuasa rajaraja pengganti Panji Garasakan. Tahun 1059 M yang memerintah adalah
Samarotsaha. Akan tetapi setelah itu tidak terdengar berita mengenai Kerajaan Panjalu dan
Jenggala. Baru pada tahun 1104 M tampil Kerajaan Panjalu dengan rajanya Jayawangsa.
Kerajaan ini lebih dikenal sebagai Kerajaan Kediri dengan Daha sebagai ibu kotanya.
b. Kerajaan Singhasari
Setelah pemerintahan Kediri berakhir, digantikan oleh Kerajaan Singhasari. Diperkirakan
Pusat pemerintahan Singhasari terletak di dekat Kota Malang, Jawa Timur. Kerajaan Singhasari
didirikan oleh Ken Arok. Ken Arok dapat menjadi raja, walaupun ia berasal dari kalangan
rakyat biasa.
Ketika bayi, Ken Arok ditinggalkan ibunya di sebuah makam. Bayi ini kemudian
ditemukan oleh seorang pencuri, bernama Lembong. Akibat dari pengaruh pendidikan dan
lingkungan keluarga pencuri, maka Ken Arok tumbuh dan berkembang menjadi seorang
penjahat yang sering menjadi buronan pemerintah Kediri. Suatu ketika Ken Arok berjumpa
dengan pendeta Lohgawe. Ken Arok mengatakan ingin menjadi orang baik-baik. Kemudian
dengan perantaraan Lohgawe, Ken Arok diabdikan kepada seorang Akuwu (bupati) Tumapel,
bernama Tunggul Ametung.
c. Kerajaan Majapahit.
Setelah Kerajaan Singhasari runtuh, berdirilah Kerajaan Majapahit yangkekuasaannya
berpusat di Jawa Timur. Kerajaan Majapahit berdiri sekitar abad ke-14 sampai dengan abad ke-
15 M. Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Hayam
Wuruk dengan Mahapatih yang memiliki cita-cita besar untuk menyatukan Nusantara yang
bernama Gajah Mada.
Menurut Kakawin Nagarakertagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit
meliputi Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara,
Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagian Kepulauan Filipina. Majapahit juga
memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan
bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.
2) Prasasti Dinoyo
Prasasti Dinoyo ditulis mempergunakan Huruf Kawi (Jawa Kuno) dengan Bahasa Sanskerta.
Terdapat tulisan angka tahun 760 Masehi. Dikisahkan bahwa pada abad ke-8, kerajaan yang
berpusat di Kanjuruan dipimpin oleh raja bernama Dewa Simha. Beliau menggantikan ayahnya
MODUL AJAR PAH FASE D
sebagai raja, yang bernama Raja Gajayana. Raja Gajayana mendirikan sebuah tempat pemujaan
untuk memuliakan Maharsi Agastya. Arca Maharsi Agastya pada mulanya terbuat dari kayu
cendana, kemudian diganti dengan arca batu hitam.
2) Kitab Kresnayana
Kitab Kresnayana ditulis oleh Mpu Triguna. Diperkirakan ditulis pada jaman Raja Jayaswara.
Kitab Kresnayana menceritakan tentang kisah perkawinan antara Kresna dan Dewi Rukmini.
3) Kitab Smaradahana
Kitab Smaradahana diperkirakan ditulis pada jaman Raja Kameswari oleh Mpu Darmaja. Isinya
menceritakan tentang sepasang suami istri Smara dan Ratih yang menggoda Dewa Siwa yang
sedang bersemadi. Smara dan Ratih dikutuk dan mati terbakar oleh api (dahana) oleh kesaktian
Dewa Siwa. Akan tetapi, kedua suami istri itu dihidupkan lagi dan menjelma sebagai
Kameswara dan permaisurinya.
4) Kitab Lubdaka
Kitab Lubdaka ditulis oleh Mpu Tanakung, diperkirakan ditulis pada jaman Raja Kameswara.
Isinya menceritakan tentang seorang pemburu yang bernama Lubdaka. Ia selalu berburu dan
membunuh mahluk hidup di hutan. Suatu ketika ia secara tidak sengaja mengadakan pemujaan
kepada Siwa. Berkat pemujaanya tersebut, rohnya yang semestinya masuk neraka, menjadi
masuk surga.
Pernahkah kalian melihat peta di atas? Tepat sekali, peta di atas adalah peta Provinsi Bali.
Pemeluk agama Hindu terbesar di Indonesia saat ini berada di Provinsi Bali. Sekarang simaklah
peninggalan sejarah agama Hindu apa saja yang ada di Bali.
• Prasasti Blanjong
Prasasti Blanjong ditemukan di daerah Sanur. Prasasti Blanjong menggunakan Bahasa Bali Kuno
berangka tahun 835 Masehi. Prasasti Blanjong diperkirakan dibuat pada jaman Raja Sri Kesari,
karena pada prasasti tersebut dituliskan nama Sri Kesari yang pertama kali mempergunakan gelar
Warmadewa.
Ni Nyoman Ayu Suciati, S.Si., M.Pd Ni Gusti Sayu Ratna Dewi, S.Pd.
NIP. 19810316 200801 2 026 NIP. -