Anda di halaman 1dari 229

PERANGKAT MENGAJAR

DAN BAHAN AJA R

MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI
KELAS VII (TUJUH)

DISUSUN OLEH:
NAMA GURU PAHBP

LOGO INSTANSI

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN/KOTA


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI
NAMA KOTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Perangkat Mengajar Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas VII (Tujuh) Tahun
Pelajaran 2019/2020 ini dibuat dan disusun oleh:
Nama Guru : Nama Guru PAHBP
NIP : NIP. Guru PAHBP
Pangkat/Golongan : Pangkat Guru PAHBP
Unit Kerja : SMP Negeri 01 Nama Kota
Selanjutnya agar bisa dipergunakan sebagaimana mestinya.
Selanjutnya agar bisa dipergunakan sebagaimana mestinya.

Nama Kota, Juli 2019


Kepala Sekolah

Nama Kepala Sekolah


NIP. Kepala Sekolah

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 2


KATA PENGANTAR

ॐ स्वस्त्यस्तु ।
Puja dan puji astuti mari kita panjatkan kepada Ida Sanghyang Parama Kawi, Tuhan
Yang Maha Kuasa atas ilmu pengetahuan, akhirnya Perangkat Mengajar dan Bahan Ajar
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas VII Tahun Pelajaran 2019/2020 akhirnya
dapat terselesaikan dengan baik.
Perangkat Mengajar dan Bahan Ajar ini disusun sebagai salah satu perlengkapan
untuk mengajar Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas VII di pada Tahun
Pelajaran 2019/2020. Untuk itu saya sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak/Ibu Kepala Sekolah;
2. Teman-teman Guru;
3. Serta segenap pihak yang telah membantu penyusunan perangkat mengajar ini.
Kami menyadari betul bahwa perangkat mengajar dan bahan ajar ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu saya mohon masukan dan saran dari bapak/ibu Instruktur
untuk perbaikannya serta teman-teman dan para pembaca. Semoga Sang Hyang Widdhi Wasa
senantiasa memberikan limpahan waranugraha-Nya kepada kita semua.
Sebagai penutup kami untaikan sebuah Tembang Pucung dari Serat Wedhatama:
[ z lÐ| ai ku k l [ko [ n k nQi lku, 2 k [s l w nKs\, te ge [s k sV [nTo s ni, set- bu f- p ze ke [s fu / a zK r
.
Ngèlmu iku kalakoné kanthi laku, lêkasé lawan kas, têgêsé kas nyantosani, sêtya budya
pangêkêsé dur angkara.
Ilmu dijalankan dengan laku (perbuatan/praktik). Diawali dengan niat yang tulus. Dengan
ketulusan itulah kita bisa menghancurkan penghalang dari ilmu pengetahuan tersebut.

ॐ शान्तिः । शान्तिः । शान्तिः ॥

Nama Kota, Juli 2019


Guru PAH BP,

NAMA GURU PAHBP


NIP. Guru PAHBP

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 3


DAFTAR ISI

Hal
PERANGKAT MENGAJAR DAN BAHAN AJAR..................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................2
KATA PENGANTAR................................................................................................................3
DAFTAR ISI...............................................................................................................................4
KALENDER AKADEMIK........................................................................................................8
KALENDER PENDIDIKAN SEKOLAH................................................................................11
PROGRAM TAHUNAN (PROTAH)......................................................................................16
PROGRAM SEMESTER (PROMES) II..................................................................................18
PENETAPAN KKM.................................................................................................................19
SILABUS..................................................................................................................................20
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1 (KITAB SUCI VEDA).......................26
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2 (AWATARA, DEWA, DAN
BHAṬARA)..............................................................................................................................49
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 3 (HUKUM KARMAPHALA).............73
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 4 (ṢAD ĀTATĀYI)...............................94
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 5 (KEPEMIMPINAN HINDU)...........126
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 6 (PAÑCA YAJÑA)............................156
BAHAN AJAR KITAB SUCI WEDA...................................................................................179
BAHAN AJAR AVATARA, DEVA, DAN BHAṬARA.......................................................185
BAHAN AJAR HUKUM KARMAPHALA..........................................................................192
BAHAN AJAR ṢAḌ ATATAYI............................................................................................197
BAHAN AJAR KEPEMIMPINAN HINDU..........................................................................210
BAHAN AJAR PAÑCA YAJÑĀ...........................................................................................220

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 4


KALENDER AKADEMIK
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 5


RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 6
RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 7
KALENDER PENDIDIKAN SEKOLAH
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

A. Permulaan Tahun Pelajaran

Permulaan Tahun Pelajaran 2019/2020 dilaksanakan pada tanggal 16 Juli 2019

B. Minggu Efektif Belajar dan Libur Sekolah

Jumlah Jumlah Minggu Keterangan


Semester Bulan
Minggu Efektif
Juli 2019 4 1 MPLS 1 mg
Agustus 2019 5 3 Libur Galungan & Kun
September 2019 4 4 PTS 1 mg
Gasal
Oktober 2019 4 4
November 2019 5 4 PAS Ganjil
Desember 2019 4 0 Libur PAS : 1 mg
Jumlah 26 16
Jumlah Jam Efektif Minggu efektif 16 x 3 JP = 48 JP
Januari 2020 4 4 LAS 1 mg
Februari 2020 4 2 Libur Galungan & Kun
Maret 2020 4 3-1 UTS 7/8, PAT 9 1 mg, Nyepi
Genap April 2020 4 4-0 US Praktik, USBN Tulis
Mei 2020 4 1-0 UNBK & PAT 7/8
Kenaikan Kls 7/8, Hari Raya
Juni 2020 4 0
Idul Fitri
Jumlah 24 14 - 7
Jumlah Jam Efektif Minggu efektif 14 x 3 jp = 42 JP

Dengan demikian, minggu efektif pembelajaran di SMP Negeri Denpasar dalam satu tahun
pelajaran 2019/2020 adalah 30 minggu. Dari minggu efektif dikembangkan pada tiap mata
pelajaran berdasarkan jumlah jam maka akan di temukan jumlah jam efektif tiap mata
pelajaran.

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 8


C. Waktu Pembelajaran Efektif dalam Tahun Pelajaran 2019/2020

Kelas VII, VIII, dan IX


Jam Pelajaran Per
Minggu Efektif Jam Pelajaran 1 Tahun
Minggu
32 41 4.920 jam

Catatan: dalam satu jam kegiatan pembelajaran memiliki alokasi waktu 40 menit

D. Rencana Program Kegiatan

JULI 2019. TANGGAL URAIAN KEGIATAN


Senin 1 8 15 22 29 1 s.d. 14 Libur Semester Genap
Selasa 2 9 16 23 30 15 Hari pertama Tahun Pelajaran 2019/2020
Rabu 3 10 17 24 31 15 s.d 20 MPLS dan Orientasi Pembelajaran
Kamis 4 11 18 25 22 s.d 31 Hari Raya Galungan dan Kuningan
Jum'at 5 12 19 26
Sabtu 6 13 20 27
Minggu 7 14 21 28

AGUSTUS 2019. TANGGAL URAIAN KEGIATAN


Senin 5 12 19 26 1 s.d 4 Hari Galungan dan Kuningan
Selasa 6 13 20 27 15-16 Lomba-lomba Hari Kemerdekaan RI
Rabu 7 14 21 28 17 Proklamasi Kemerdekaan RI
Kamis 1 8 15 22 29
Jum'at 2 9 16 23 30    
Sabtu 3 10 17 24 31    
Minggu 4 11 18 25    

SEPTEMBER 2019. TANGGAL URAIAN KEGIATAN


Senin 2 9 16 23/30 23 - 28 PTS 1
Selasa 3 10 17 24
Rabu 4 11 18 25
Kamis 5 12 19 26
Jum'at 6 13 20 27
Sabtu 7 14 21 28
Minggu 1 8 15 22 29

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 9


OKTOBER 2019 TANGGAL URAIAN KEGIATAN
Senin 7 14 21 28
Selasa 1 8 15 22 29 7 - 12 Kegiatan Jeda Semester
Rabu 2 9 16 23 30    
Kamis 3 10 17 24 31    
Jum'at 4 11 18 25    
Sabtu 5 12 19 26    
Minggu 6 13 20 27    

NOVEMBER 2019. TANGGAL URAIAN KEGIATAN


Senin 4 11 18 25
Selasa 5 12 19 26 9 Maulid Nabi Muhammad SAW
Rabu 6 13 20 27
Kamis 7 14 21 28
Jum'at 1 8 15 22 29
Sabtu 2 9 16 23 30
Minggu 3 10 17 24      

DESEMBER 2019. TANGGAL URAIAN KEGIATAN


Senin 2 9 16 23/30 2-7 Penilaian Akhir Semester
Selasa 3 10 17 24/31 9 - 11 Penilaian Akhir Semester Susulan
Pengolahan Rapor dan Refreshing Semester
Rabu 4 11 18 25 12 - 14 Ganjil
Kamis 5 12 19 26 21 Penerimaan Rapor Semester Ganjil
Jum'at 6 13 20 27 23 - 31 Libur semester Ganjil
Sabtu 7 14 21 28 LHB (Natal)
Minggu 1 8 15 22 29

JANUARI 2020. TANGGAL URAIAN KEGIATAN


Senin 6 13 20 27 1 Tahun Baru Masehi 2019
Selasa 7 14 21 28 2-4 Libur semester Ganjil
Rabu 1 8 15 22 29 23 s.d. 24 Hari Siwaratri
Kamis 2 9 16 23 30
Jum'at 3 10 17 24 31    
Sabtu 4 11 18 25    
Minggu 5 12 19 26    

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  10 


FEBRUARI 2020. TANGGAL URAIAN KEGIATAN
Senin 3 10 17 24 17 - 29 Hari Galungan & Kuningan
Selasa 4 11 18 25
Rabu 5 12 19 26
Kamis 6 13 20 27
Jum'at 7 14 21 28
Sabtu 1 8 15 22 29    
Minggu 2 9 16 23    

MARET 2020. TANGGAL URAIAN KEGIATAN


Senin 2 9 16 23/30 16 - 21 Jeda Semester 2
Selasa 3 10 17 24/31 23 - 25 Hari Nyepi
Rabu 4 11 18 25
Kamis 5 12 19 26 30-31 US Praktik Kelas IX
Jum'at 6 13 20 27
Sabtu 7 14 21 28
Minggu 1 8 15 22 29

APRIL 2020. TANGGAL URAIAN KEGIATAN


Senin 6 13 20 27 1-4 Ujian Praktik USBN
Selasa 7 14 21 28 10 (LHB) Wafat Isa Almasih
Rabu 1 8 15 22 29 20 - 24 Ujian Tertulis (USBN)
Kamis 2 9 16 23 30
Jum'at 3 10 17 24
Sabtu 4 11 18 25
Minggu 5 12 19 26

MEI 2019. TANGGAL URAIAN KEGIATAN


Senin 4 11 18 25 1 Hari Buruh
Selasa 5 12 19 26 7 Hari Waisak
Rabu 6 13 20 27 11 - 16 Ujian Nasional
Kamis 7 14 21 28 21 Kenaikan Isa Almasih
Jum'at 1 8 15 22 29 18 - 23 PAT
Sabtu 2 9 16 23 30 25 Idul Fitri
Minggu 3 10 17 24

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  11 


JUNI 2020. TANGGAL URAIAN KEGIATAN
Senin 1 8 15 22 29 1 Hari Lahir Pancasila
Selasa 2 9 16 23 30 13 Pembagian Raport Akhir Semester
Rabu 3 10 17 24 15 - 27 Libur Semester II
Kamis 4 11 18 25 29 - 30 Libur Akhir Tahun Pelajaran
Jum'at 5 12 19 26
Sabtu 6 13 20 27
Minggu 7 14 21 28

JULI 2020. TANGGAL URAIAN KEGIATAN


Senin 6 13 20 27 1 - 11 Libur Akhir Tahun Pelajaran
Selasa 7 14 21 28 13 Hari pertama Tahun Pelajaran 2017/2018
Rabu 1 8 15 22 29  
Kamis 2 9 16 23 30  
Jum'at 3 10 17 24  
Sabtu 4 11 18 25  
Minggu 5 12 19 26  

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  12 


PROGRAM TAHUNAN (PROTAH)
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI
KELAS VII (TUJUH)

KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya


KI 2 : Menunjukan perilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli (toleran, gotong royong),
santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
KI 3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian
tampak mata
KI 4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji berbagai hal dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan
dari berbagai sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
Alokasi Waktu
No. Tema / Sub Tema / Kegiatan Keterangan
(dalam JP)
1. Kitab Suci 12
2. Penilaian Harian 3
3. Remidial dan Pengayaan 3
4. Avatara, Deva, dan Bhaṭara 12
Semester
5. Penilaian Harian 3
Gasal
6. Remidial dan Pengayaan 3
7. Hukum Karmaphala 12
8. Penilaian Harian 3
9. Remidial dan Pengayaan 3
10. Ṣ ad Ā tatā yi 9
11. Penilaian Harian 3
12. Remidial dan Pengayaan 3
13. Kepemimpinan Hindu 9
14. Penilaian Harian 3 Semester
15. Remidial dan Pengayaan 3 Genap
16. Pañca Yajñā 9
17. Penilaian Harian 3
18. Remidial dan Pengayaan 3
Jumlah 99
Mengetahui, Nama Kota, Juli 2019
Kepala Sekolah Guru PAH BP

Nama Kepala Sekolah ...........................................


NIP.................................... NIP. Guru PAHBP

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  13 


PROGRAM SEMESTER (PROMES) I
SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2019/2020
PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI
KELAS VII (TUJUH)

KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya


KI 2 : Menunjukan perilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli (toleran, gotong
royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
KI 3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena
dan kejadian tampak mata
KI 4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji berbagai hal dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan dari berbagai sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori
Alokasi Bulan / Minggu Ke
No. Materi / Kegiatan Waktu Juli Agustus September Oktober November Desember
(JP) 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Kitab Suci 12
2. Penilaian Harian 3
3. Remidial dan Pengayaan 3
4. Avatara, Deva, dan Bhaṭara 12
5. Penilaian Harian 3
6. Remidial dan Pengayaan 3
7. Penilaian Tengah Semester
8. Kegiatan Tengah Semester
9. Hukum Karmaphala 12
10. Penilaian Harian
11. Remidial dan Pengayaan
12. Latihan PAS
13. PAS dan Raportan
14. Libur Semester
Jumlah
Mengetahui, Nama Kota, Juli 2019
Kepala Sekolah Guru PAH BP

Nama Kepala Sekolah ...........................................


NIP.................................... NIP. Guru PAHBP

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  14 


PROGRAM SEMESTER (PROMES) II
SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2019/2020
PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI
KELAS VII (TUJUH)

KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya


KI 2 : Menunjukan perilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli (toleran, gotong
royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
KI 3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena
dan kejadian tampak mata
KI 4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji berbagai hal dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan dari berbagai sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori
Alokasi Bulan / Minggu Ke
No. Materi / Kegiatan Waktu Januari Februari Maret April Mei Juni
(JP) 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Workshop
2. Ṣad Ā tatā yi 9
3. Penilaian Harian 3
4. Remidial dan Pengayaan 3
5. Kepemimpinan Hindu 9
6. Libur/kegiatan sekitar Nyepi
7. Penilaian Harian 3
8. Remidial dan Pengayaan 3
9. Penilaian Tengah Semester
10. Libur HBA
11. Sejarah Agama Hindu 9
12. Penilaian Harian 3
13. Remidial dan Pengayaan 3
14. Penilaian Akhir Tahun
15. Classmeeting
Jumlah
Mengetahui, Nama Kota, Juli 2019
Kepala Sekolah Guru PAH BP

Nama Kepala Sekolah ...........................................


NIP.................................... NIP. Guru PAHBP

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  15 


PENETAPAN KKM
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
KELAS VII (TUJUH)

Standar Ketuntasan Minimal


No. Kriteria Penentuan KKM
Kompetensi Dasar Nilai
KD Komplek- Daya Intake Jumlah
KKM
sitas Dukung Siswa
3.1. Memahami Kitab Suci Veda sebagai 76 75 84 235 78
tuntunan hidup
3.2. Menjabarkan konsep Avatara, Deva, dan 76 75 83 234 78
Bhatara dalam agama Hindu
3.3. Menjabarkan konsep Karmaphala sebagai 78 75 85 238 79
hukum sebab akibat dalam ajaran agama
Hindu
4.1 Mengkodifikasi Kitab Suci Veda sebagai 72 76 85 233 78
tuntunan hidup
4.2. Menyajikan ceritera-ceritera Avatara, Deva, 72 76 86 234 78
Bhatara dalam agama Hindu
4.3. Menyajikan konsep Karmaphala sebagai 74 75 85 234 78
hukum sebab akibat dalam ajaran agama
Hindu
  Semester Gasal         78
3.4. Memahami Sad Atatayi sebagai perbuatan 75 78 85 238 79
yang harus dihindari dalam kehidupan
3.5. Menjelaskan konsep kepemimpinan dalam 75 75 86 236 79
agama Hindu
3.6. Memahami kualitas Pañca Yajñā dalam 75 75 84 234 78
kehidupan
4.4. menyajikan ceritera singkat perilaku terkait 73 74 83 230 77
ajaran Sad Atatayi yang harus dihindari
4.5. Menyajikan tipologi kepemimpinan dalam 72 75 83 230 77
konsep Hindu
4.6. Menyajikan contoh Panca Yajñā yang 73 75 84 232 77
tergolong Tamasika, Rajasika, dan Sattwika
  Semester Genap         78
KKM Mata Pelajaran 78

Interval Nilai Predikat Keterangan Nama Kota, Juli 2019


Guru PAH BP,
92 - 100 A Sangat Baik
83 - 91 B Baik
75 - 82 C Cukup
...........................................
<75 D Kurang NIP. Guru PAHBP

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  16 


SILABUS
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI

Sekolah : SMP Negeri 01 Nama Kota


Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Kelas : VII (Tujuh)
Tahun Pelajaran : 2019/2020

Kompetensi Inti

KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya


KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotongroyong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
KI 3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
KI 4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

Semester Gasal

Materi Pokok dan


Kompetensi Alokasi
Materi Kegiatan Pembelajaran Penilaian
Dasar Waktu
Pembelajaran
1.1. Menghayati ajaran Veda Mengamati 12 JP  Penilaian
Kitab Suci Veda  Pengertian Veda  Peserta didik membaca Sikap
sebagai tuntunan  Pentingnya Veda materi tentang Veda, Spiritual dan
2.1. Berperilaku sebagai tuntunan bagian-bagian Veda, Sikap Sosial
disiplin dalam hidup pengelompokan Veda, yang
mengamalkan  Nilai-nilai yang sifat-sifat Veda, fungsi berupa:
ajaran Kitab Suci tekandung dalam Veda, Ṛ ṣi penerima wahyu Observasi,
Veda sebagai Veda suci Veda, cara membaca Penilaian
tuntunan hidup  Pengelompokan Veda, dan kodifikasi Veda Antar
3.1. Memahami Kitab Kitab suci Veda Menanya Teman
Suci Veda sebagai  Memahami sifat-  Peserta didik dapat
tuntunan hidup sifat Veda merumuskan pertanyaan-  Penilaian
4.1. Mengkodifikasi  Menyebutkan pertanyaan dari hasil Pengetahuan
Kitab Suci Veda Fungsi Veda membaca. yang
sebagai tuntunan Mengumpulkan informasi berupa: Tes
 Sapta Rsi
hidup  Guru membimbing peserta Lisan dan
penerima wahyu
suci didik dalam berdiskusi Tes Tulis
 Penyusun kitab dengan teman untuk (Pilihan
mencari jawaban dari Ganda,

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  17 


Materi Pokok dan
Kompetensi Alokasi
Materi Kegiatan Pembelajaran Penilaian
Dasar Waktu
Pembelajaran
Suci Catur Veda pertanyaan yang diajukan Isian, dan
Samhita  Peserta didik Uraian)
 Cara membaca mengumpulkan informasi
kitab suci Veda dari teman-teman untuk  Penilaian
yang benar mencari jawaban dengan Keterampilan
 Melafalkan sloka tanya jawab yang berupa:
Bhagawadgita, Menalar/Mengasosiasi Penilaian
Veda Smerti  Guru membimbing peserta Praktik,
 Menyusun didik dalam mengolah Penilaian
Kodifikasi Veda informasi dari hasil Proyek, dan
mengumpulkan informasi Penilaian
 Bersama-sama untuk Produk
menentukan hasil diskusi
yang dilakukan dalam
kelompok
Mengkomunikasikan
 Peserta didik
mempresentasikan hasil
kesimpulan
 Peserta didik mencatat
hasil-hasil diskusi dan
simpulan yang telah
dilaporkan kepada gurunya
1.2 Menghayati Avatara, Dewa, dan Mengamati 12 JP  Penilaian
konsep Avatara, Bhaṭara  Peserta didik menyimak Sikap
Dewa, dan  Pengertian Avatara Media Pembelajaran Spiritual dan
Bhaṭara dalam  Pengertian Dewa tentang Avatara, Deva, Sikap Sosial
agama Hindu  Konsep pengertian Bhaṭara; pengertian, yang
2.2 Menunjukan Bhaṭara bagian-bagiannya, berupa:
ajaran Avatara,  Bagian-bagian perbedaan, persamaan, dan Observasi,
Dewa, dan Avatara gambar ilustrasinya. Penilaian
Bhaṭara dalam  Ciri-ciri Avatara Menanya Antar
kehidupan sehari-  Perbedaan  Peserta didik dapat Teman
hari Avatara, Dewa, merumuskan pertanyaan-
3.2 Menjabarkan dan Bhaṭara pertanyaan dari hasil  Penilaian
konsep Avatara, membaca. Pengetahuan
 Persamaan
Dewa, dan yang
Avatara, Dewa, Mengumpulkan informasi
Bhaṭara dalam  Guru membimbing peserta berupa: Tes
dan Bhaṭara
agama Hindu didik dalam berdiskusi Lisan dan
 Gambar Avatara,
4.2 Menyajikan cerita- dengan teman untuk Tes Tulis
cerita Avatara, Dewa, dan Bhaṭara
mencari jawaban dari (Pilihan
Dewa, Bhaṭara pertanyaan yang diajukan Ganda,
dalam agama  Peserta didik Isian, dan
Hindu mengumpulkan informasi Uraian)
terkait dengan Avatara,
Deva, Bhaṭara  Penilaian
Menalar/Mengasosiasi Keterampilan
 Guru membimbing peserta yang berupa:
didik dalam mengolah Penilaian
informasi dari informasi Praktik,
yang didapatkan dengan Penilaian

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  18 


Materi Pokok dan
Kompetensi Alokasi
Materi Kegiatan Pembelajaran Penilaian
Dasar Waktu
Pembelajaran
melakukan diskusi Proyek, dan
kelompok dengan Penilaian
temannya Produk
 Bersama-sama untuk
menentukan hasil diskusi
yang dilakukan dalam
kelompok
Mengkomunikasikan
 Peserta didik
mempresentasikan hasil
kesimpulan
 Peserta didik mencatat
hasil-hasil diskusi dan
simpulan yang telah
dilaporkan kepada gurunya
1.3. Meyakini konsep Karmaphala Mengamati  Penilaian
Karmaphala  Konsep pengertian  Peserta didik membaca Sikap
sebagai hukum karmaphala materi tentang karmaphala; Spiritual dan
sebab akibat  Jenis-jenis jenis-jenisnya, dampak, Sikap Sosial
dalam ajaran karmaphala akibat baik dan karma yang
agama Hindu  Dampak buruk, contoh karmaphala, berupa:
2.3. Menghayati karmaphala serta kisah nyata Observasi,
konsep  Akibat karmaphala karmaphala Penilaian
Karmaphala  Contoh karma Menanya Antar
sebagai hukum phala dalam  Peserta didik dapat Teman
sebab akibat masyarakat merumuskan pertanyaan-
dalam ajaran  Dampak perbuatan pertanyaan terkait dengan  Penilaian
agama Hindu baik dan buruk karmaphala dari hasil Pengetahuan
3.3. Menjabarkan membaca. yang
 Kisah nyata
konsep Mengumpulkan informasi berupa: Tes
perbuatan karma
Karmaphala  Guru membimbing peserta Lisan dan
phala
sebagai hukum didik dalam berdiskusi Tes Tulis
sebab akibat dengan teman untuk (Pilihan
dalam ajaran mencari jawaban dari Ganda,
agama Hindu pertanyaan yang diajukan Isian, dan
4.3. Menguraikan  Peserta didik Uraian)
konsep mengumpulkan informasi
Karmaphala terkait karmaphala dari  Penilaian
sebagai hukum teman-teman untuk Keterampilan
sebab akibat mencari jawaban dengan yang berupa:
dalam ajaran tanya jawab Penilaian
agama Hindu Menalar/Mengasosiasi Praktik,
 Guru membimbing peserta Penilaian
didik dalam mengolah Proyek, dan
informasi terkait Penilaian
karmaphala dengan Produk
mendiskusikan bersama
teman-temannya
 Bersama-sama untuk
menentukan hasil diskusi
yang dilakukan dalam

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  19 


Materi Pokok dan
Kompetensi Alokasi
Materi Kegiatan Pembelajaran Penilaian
Dasar Waktu
Pembelajaran
kelompok
Mengkomunikasikan
 Peserta didik
mempresentasikan hasil
kesimpulan
 Peserta didik mencatat
hasil-hasil diskusi dan
simpulan yang telah
dilaporkan kepada gurunya

Semester Genap

Materi Pokok dan


Kompetensi Alokasi
Materi Kegiatan Pembelajaran Penilaian
Dasar Waktu
Pembelajaran
1.4. Menghargai orang Ṣad Ā tatā yi Mengamati 9 JP  Penilaian
yang dapat  Konsep pengertian  Peserta didik membaca Sikap
menghindari Ṣ ad Ā tatā yi materi tentang Ṣ ad Ā tatā yi; Spiritual dan
ajaran Ṣ ad Ā tatā yi  Bagian-bagian Ṣad pengertian, bagian-bagian, Sikap Sosial
dalam kehidupan Ā tatā yi contoh-contoh, dampak yang
sehai-hari  Konsep pengertian negatif, dan cara berupa:
2.4. Menghargai hak masing-masing menghindari pengaruhnya Observasi,
orang lain sebagai bagian Ṣ ad Ā tatā yi Menanya Penilaian
wujud  Contoh-contoh Ṣad  Peserta didik dapat Antar
pengendalian diri Ā tatā yi merumuskan pertanyaan- Teman
untuk menghindari  Contoh perilaku pertanyaan dari hasil
perilaku Ṣ ad Ṣ ad Ā tatā yi dalam membaca.  Penilaian
Ā tatā yi Cerita Mengumpulkan informasi Pengetahuan
3.4. Memahami Ṣad Mahabharata dan  Guru membimbing peserta yang
Ā tatā yi sebagai Ramayana didik dalam berdiskusi berupa: Tes
perbuatan yang  Dampak negatif dengan teman untuk Lisan dan
harus dihindari mencari jawaban dari Tes Tulis
perilaku Ṣad
dalam kehidupan pertanyaan yang diajukan (Pilihan
Ā tatā yi
4.4. Menyajikan  Peserta didik Ganda,
 Cara menghindari
gambar-gambar mengumpulkan informasi Isian, dan
pengaruh Ṣad
tentang perilaku dari teman-teman untuk Uraian)
Ā tatā yi
Ṣ ad Ā tatā yi yang mencari jawaban dengan
harus dihindari tanya jawab  Penilaian
Menalar/Mengasosiasi Keterampilan
 Guru membimbing peserta yang berupa:
didik dalam mengolah Penilaian
informasi terkait Ṣad Praktik,
Ā tatā yi Penilaian
 Bersama-sama untuk Proyek, dan
menentukan hasil diskusi Penilaian
tentang Ṣ ad Ā tatā yi yang Produk
dilakukan dalam kelompok
Mengkomunikasikan
 Peserta didik
mempresentasikan hasil

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  20 


Materi Pokok dan
Kompetensi Alokasi
Materi Kegiatan Pembelajaran Penilaian
Dasar Waktu
Pembelajaran
kesimpulan
 Peserta didik mencatat
hasil-hasil diskusi dan
simpulan yang telah
dilaporkan kepada gurunya
1.5 Menghayati Kepemimpinan Mengamati 9 JP  Penilaian
kepemimpinan Hindu  Peserta didik menyimak Sikap
dalam konsep  Pengertian Media Pembelajaran Spiritual dan
Agama Hindu Kepemimpinan tentang Kepemimpinan Sikap Sosial
2.5 Menghargai  Kepemimpinan Hindu; pengertian, yang
perilaku dalam Hindu tipologi, jenis-jenis, berupa:
pemimpin yang  Tipologi aplikasi, dan evauasinya. Observasi,
bertanggung Kepemimpinan Menanya Penilaian
jawab sesuai dalam Konsep  Peserta didik dapat Antar
konsep Agama Hindu merumuskan pertanyaan- Teman
Hindu  Jenis-jenis pertanyaan dari hasil
3.5 Menyajikan kepemimpinan membaca.  Penilaian
tipologi dalam Konsep Mengumpulkan informasi Pengetahuan
kepemimpinan Hindu  Guru membimbing peserta yang
dalam konsep  Konsep didik dalam mencari dan berupa: Tes
Hindu kepemimpinan mengumpulkan informasi Lisan dan
4.5 Menjelaskan dalam Hindu terkait dengan Tes Tulis
konsep  Aplikasi dan kepemimpinan Hindu (Pilihan
kepemimpinan Evaluasi Konsep Menalar/Mengasosiasi Ganda,
dalam Agama kepemimpinan  Guru membimbing peserta Isian, dan
Hindu dalam Hindu didik dalam mengolah Uraian)
informasi dari dengan
melakukan diskusi  Penilaian
kelompok dengan Keterampilan
temannya yang berupa:
 Bersama-sama untuk Penilaian
menentukan hasil diskusi Praktik,
yang dilakukan dalam Penilaian
kelompok Proyek, dan
Mengkomunikasikan Penilaian
 Peserta didik Produk
mempresentasikan hasil
kesimpulan
 Peserta didik mencatat
hasil-hasil diskusi dan
simpulan yang telah
dilaporkan kepada gurunya
1.6 Menghayati ajaran Pañca Yajñā Mengamati 9 JP  Penilaian
Pañca Yajñā yang  Pengertian dan  Peserta didik menyimak Sikap
berkualitas dalam landasan śā stra Media Pembelajaran Spiritual dan
kehidupan sehari- Pañca Yajñā tentang Pañca Yajñā ; Sikap Sosial
hari.  Bagian-bagian dan pengertian, landasan yang
2.6 Disiplin contoh Pañca śā stra, bagian-bagian, dan berupa:
mengamalkan Yajñā praktik upakara yajñā . Observasi,
Pañca Yajñā yang  Praktik upakara Menanya Penilaian
berkualitas dalam Pañca Yajñā  Peserta didik dapat Antar

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  21 


Materi Pokok dan
Kompetensi Alokasi
Materi Kegiatan Pembelajaran Penilaian
Dasar Waktu
Pembelajaran
kehidupan sehari- merumuskan pertanyaan- Teman
hari pertanyaan dari hasil
3.6 Memahami membaca.  Penilaian
kualitas Pañca Mengumpulkan informasi Pengetahuan
Yajñā dalam  Guru membimbing peserta yang
kehidupan didik dalam mencari dan berupa: Tes
4.6 Menyajikan mengumpulkan informasi Lisan dan
contoh Pañca terkait dengan sejarah Tes Tulis
Yajñā yang agama Hindu (Pilihan
tergolong Menalar/Mengasosiasi Ganda,
Tamasika,  Guru membimbing peserta Isian, dan
Rajasika, dan didik dalam mengolah Uraian)
Sattwika informasi dari dengan
melakukan diskusi  Penilaian
kelompok dengan Keterampilan
temannya yang berupa:
 Bersama-sama untuk Penilaian
menentukan hasil diskusi Praktik,
yang dilakukan dalam Penilaian
kelompok Proyek, dan
Mengkomunikasikan Penilaian
 Peserta didik Produk
mempresentasikan hasil
kesimpulan
 Peserta didik mencatat
hasil-hasil diskusi dan
simpulan yang telah
dilaporkan kepada gurunya

Mengetahui, Nama Kota, Juli 2019


Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran,

Nama Kepala Sekolah ...........................................


NIP. Kepala Sekolah NIP. Guru PAHBP

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  22 


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1
(KITAB SUCI VEDA)

Sekolah : SMP Negeri 01 Nama Kota


Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Kelas / Semester : VII (Tujuh) / Gasal
Materi Pokok : Kitab Suci
Alokasi Waktu : 4 x pertemuan (12 JP)

A. Kompetensi Inti

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.


2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan
anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, dan kawasan regional.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait fenomena dan kejadian tampak
mata.
4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif,
produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan
ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang teori.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)


1.1. Menghayati ajaran Kitab 1.1.1. Disiplin dalam mempelajari kitab suci Veda
Suci Veda sebagai tuntunan yang diyakini.
1.1.2. Tekun mempelajari kitab suci Veda sebagai
tuntunan hidup manusia
2.1. Berperilaku disiplin dalam 2.1.1. Berprilaku jujur terhadap sesama dengan
mengamalkan ajaran Kitab perpedoman terhadap Veda sebagai ajaran
Suci Veda sebagai tuntunan utama
hidup 2.1.2. Bertanggungjawab untuk menjaga kitab suci
Veda dengan mematuhinya
2.1.3. Sopan dalam berkata dan bertindak sebagai
wujud implementasi ajaran kitab suci Veda
3.1. Memahami Kitab Suci 3.1.1. Menjelaskan pengertian Veda
Veda sebagai tuntunan 3.1.2. Menjelaskan pentingnya Veda sebagai
hidup tuntunan hidup

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  23 


Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.1.3. Menyebutkan nilai-nilai yang tekandung
dalam Veda
3.1.4. Mengelompokan Kitab suci Veda Sruti
3.1.5. Mengelompokkan kitab suci Veda Smrti
3.1.6. Menyebutkan sifat Veda
3.1.7. Menyebutkan fungsi Veda
3.1.8. Menyebutkan secara urut Sapta Rsi penerima
wahyu suci
3.1.9. Menyebutkan Bhagawan penyusun kitab
Suci Catur Veda Samhita
4.1. Mengkodifikasi Kitab Suci 4.1.1. Menunjukkan cara membaca kitab suci Veda
Veda sebagai tuntunan yang benar
hidup 4.1.2. Melafalkan Sloka Bhagawadgita, Veda
Smerti
4.2.3. Menyusun Kodifikasi Veda

C. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti serangkaian kegiatan mengamati/observasi, menanya,


mengumpulkan informasi, menalar / mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan video dan
media pembelajaran “Veda” peserta didik mampu:
1. Menguraikan pengertian Veda
2. Menguraikan Pentingnya Veda sebagai tuntunan hidup
3. Menyebutkan Nilai-nilai yang tekandung dalam Veda
4. Menyebutkan Bagian-bagian Veda Śruti
5. Menyebutkan Bagian-bagian Dari Catur Veda
6. Mengelompokan Kitab suci Vedaṅga
7. Mengelompokkan kitab suci Upaveda
8. Menyebutkan sifat Veda
9. Menyebutkan Fungsi Veda
10. Menyebutkan secara urut sapta Rsi penerima wahyu suci
11. Menyebutkan Bhagawan penyusun kitab Suci Catur Veda Samhita
12. Menunjukan cara membaca kitab suci Veda yang benar
13. Melafalkan sloka Bhagawadgita, Veda Smerti
14. Menyusun Kodifikasi Veda

D. Materi Pembelajaran

1. Materi Reguler Pembelajaran Reguler


Konsep Kitab Suci Veda
a. Pertemuan ke-1
 Pengertian Veda
 Pentingnya belajar Veda
 Sifat-sifat dan Fungsi Veda
b. Pertemuan ke-2
 Kodifikasi Veda
 Pengelompokkkan Veda Sruti

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  24 


 Pengelompokkkan Veda Smrti
c. Pertemuan ke-3
 Sapta Rsi penerima Wahyu Veda
 Penyusun kitab Suci Catur Veda Samhita
 Nilai-nilai yang tekandung dalam Veda
d. Pertemuan ke-4
 Cara Membaca Kitab Suci Veda
 Melafalkan sloka Bhagawadgita (Veda Smerti)

2. Materi Pembelajaran Pengayaan (dilaksanakan untuk menambah pengetahuan


tentang Kitab suci)
Membaca kitab Bhagawadgita

3 Materi Pembelajaran Remedial ( dilaksanakan apabila peserta didik tidak


tuntas dalam indicator tertentu )

E. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Scientific
2. Model : Project Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis
Proyek
3. Metode : Ceramah, Kerja Kelompok, Diskusi, Pemberian Tugas
4. Teknik : Penugasan

F. Media, Bahan, dan Sumber Belajar

1. Media
a. CD Media Pembelajaraan Interaktif: Veda
b. Laptop, Infocus dan LCD Proyektor

2. Bahan
a. Spidol
b. Kertas karton

3. Sumber Belajar
 Sugita, I. M. (2017). Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas VII
(Buku Guru). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
 Sugita, I. M. (2017). Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas VII
(Buku Siswa). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
 ऋग्वेदसंहित. Maharishi University of Management Vedic Literature. Collection.
 अथर्ववेदसंहित. Maharishi University of Management Vedic Literature. Collection.
 Pudja, Gde. (2004). Bhagavad Gìtà (Pañcama Veda). Surabaya: Paramita.
 Miswanto. (2018). Bhagawad Gìtà dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa.
Malang: Giri Sastra
 Miswanto. (2018). Widyakara Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti kelas
VII. Surabaya: MGMP PAH SMP Provinsi Jawa Timur

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  25 


G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

1. Pertemuan Ke-1 (3 JP)


a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
 Guru mengucapkan panganjali dan mengajak peserta didik untuk
mengucapkan mantra Mūladhyaya Pūja (mantra mengawali pembelajaran)
[Religius]
 Menyanyikan lagu wajib nasional [Nasionalisme]
 Guru mengabsen atau menulis peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran
 Guru menyampaikan kontrak pembelajaran yang harus ditempuh selama 1
(satu) semester.
 Guru mengajak peserta didik mempersiapkan buku yang akan digunakan
untuk belajar
 Guru mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan dengan
menyanyikan lagu “Mari Belajar Veda”
Mari Kita Belajar Catur Veda | Veda Sruti dan Smerti Adanya | Ada Rg
Yajur Sama Atharva | Vedangga tambahannya Upaweda ||
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
 Guru menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang digunakan dalam
pembelajaran Veda, yakni observasi, tes tertulis, dan kinerja.

b. Kegiatan inti (90 Menit)


Mengamati
 Peserta didik melihat tayangan beberapa video dan gambar pada media
pembelajaran Veda
 Peserta didik mencatat hal-hal penting tentang pengertian Veda, pentingnya
belajar Veda, sifat-sifat dan fungsi Veda
Menanya
 Peserta didik mengajukan pertanyaan terkait informasi apa yang tidak
dipahami dari hasil pengamatannya terkait dengan pengertian Veda,
pentingnya belajar Veda, sifat-sifat dan fungsi Veda
Mengeksplorasi
 Peserta didik mengumpulkan data berdasarkan hasil identifikasi tentang
pengertian Veda, pentingnya belajar Veda, sifat-sifat dan fungsi Veda
[Mandiri]
Mengasosiasi/mengumpulkan informasi
 Guru membimbing siswa dalam mengolah informasi dari hasil
mengumpulkan informasi dan data.
 Guru mengarahkan peserta didik untuk membaca buku teks pelajaran/ buku/
sumber lain yang relevan tentang pengertian Veda, pentingnya belajar Veda,
sifat-sifat dan fungsi Veda [Integritas]
Mengkomunikasikan
 Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatan terkait dengan pengertian
Veda, pentingnya belajar Veda, sifat-sifat dan fungsi Veda [Gotong
Royong]

c. Penutup (20 menit)

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  26 


 Guru memfasilitasi peserta didik membuat butir-butir simpulan
 Guru memberi umpan balik peserta didik dalam proses dan hasil
pembelajaran
 Guru memberitahukan kegiatan belajar yang akan dikerjakan pada
pertemuan berikutnya, yaitu pengelompokkan Veda Śruti dan Smṛti.
 Guru memotivasi peserta didik untuk giat belajar
 Guru menutup pertemuan Pūrṇādhyaya Pūja dan Paramaśāntiḥ [Religius]

2. Pertemuan Ke-2 (3 JP)


a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
 Guru mengucapkan panganjali dan mengajak peserta didik untuk
mengucapkan mantra Mūladhyaya Pūja (mantra mengawali pembelajaran)
[Religius]
 Menyanyikan lagu wajib nasional [Nasionalisme]
 Guru mengabsen atau menulis peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran
 Guru mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan dengan bermain
untuk merespon konsentrasi peserta didik (dengan berhitung)
 Guru mengajak peserta didik mempersiapkan buku yang akan digunakan
untuk belajar
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
 Guru menyampaikan apersepsi terkait materi yang telah diajarkan minggu
yang lalu yaitu pengertian Veda, pentingnya belajar Veda, sifat-sifat dan
fungsi Veda

b. Kegiatan inti (90 menit)


Mengamati
 Peserta didik melihat bagan pengelompokkan Veda
 Peserta didik mencatat hal-hal penting tentang pengelompokkan Veda Śruti
dan Smṛti
Menanya
 Peserta didik mengajukan pertanyaan terkait informasi apa yang tidak
dipahami dari hasil pengamatannya terkait dengan pengelompokkan Veda
Śruti dan Smṛti
Mengeksplorasi
 Peserta didik mengumpulkan data berdasarkan hasil identifikasi tentang
pengelompokkan Veda Śruti dan Smṛti [Mandiri]
Mengasosiasi/mengumpulkan informasi
 Guru membimbing peserta didik membuat bagan pengelompokkan Veda
Śruti dan Smṛti sesuai dengan yang telah dicontohkan guru pada kertas
[Integritas]
 Guru mengarahkan peserta didik untuk membaca buku teks pelajaran/ buku/
sumber lain yang relevan tentang pengelompokkan Veda Śruti dan Smṛti
Mengkomunikasikan
 Peserta didik mempresentasikan bagan pengelompokkan Veda Śruti dan
Smṛti yang telah dibuatnya di depan kelas.
 Setelah selesai maka bagan tersebut dipajang di papan pajang. [Gotong
Royong]

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  27 


c. Penutup (20 menit)
 Guru memfasilitasi peserta didik membuat butir-butir simpulan tentang
pengelompokkan Veda Śruti dan Smṛti
 Guru memberi umpan balik peserta didik dalam proses dan hasil
pembelajaran
 Guru memberitahukan kegiatan belajar yang akan dikerjakan pada
pertemuan berikutnya, yaitu para Ṛṣi penerima wahyu suci Veda dan nilai-
nilai yang terkandung dalam Veda
 Guru memotivasi peserta didik untuk giat belajar
 Guru menutup pertemuan dengan Pūrṇādhyaya Pūja dan Paramaśāntiḥ

3. Pertemuan Ke-3 (3 JP)


a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
 Guru mengucapkan panganjali dan mengajak peserta didik untuk
mengucapkan mantra Mūladhyaya Pūja (mantra mengawali pembelajaran)
[Religius]
 Menyanyikan lagu wajib nasional [Nasionalisme]
 Guru mengabsen atau menulis peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran
 Guru mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan dengan bermain
untuk merespon konsentrasi peserta didik (dengan berhitung)
 Guru mengajak peserta didik mempersiapkan buku yang akan digunakan
untuk belajar
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

b. Kegiatan inti (90 menit)


Mengamati
 Peserta didik membaca buku paket terkait dengan Rsi penerima dan
penyusun kitab Suci Catur Veda serta nilai-nilai yang tekandung dalam
Veda
 Peserta didik mencatat hal-hal penting tentang Rsi penerima dan penyusun
kitab Suci Catur Veda serta nilai-nilai yang tekandung dalam Veda
Menanya
 Peserta didik mengajukan pertanyaan terkait informasi apa yang tidak
dipahami dari hasil pengamatannya terkait dengan Rsi penerima dan
penyusun kitab Suci Catur Veda serta nilai-nilai yang tekandung dalam
Veda
Mengeksplorasi
 Peserta didik mengumpulkan data berdasarkan hasil identifikasi tentang Rsi
penerima dan penyusun kitab Suci Catur Veda serta nilai-nilai yang
tekandung dalam Veda [Mandiri]
Mengasosiasi/mengumpulkan informasi
 Guru mengarahkan peserta didik untuk membaca buku teks pelajaran/ buku/
sumber lain yang relevan tentang Rsi penerima dan penyusun kitab Suci
Catur Veda serta nilai-nilai yang tekandung dalam Veda
Mengkomunikasikan
 Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatan terkait dengan Rsi penerima
dan penyusun kitab Suci Catur Veda serta nilai-nilai yang tekandung dalam
Veda [Gotong Royong]

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  28 


c. Penutup (20 menit)
 Guru memfasilitasi peserta didik membuat butir-butir simpulan tentang Rsi
penerima dan penyusun kitab Suci Catur Veda serta nilai-nilai yang
tekandung dalam Veda
 Guru memberi umpan balik peserta didik dalam proses dan hasil
pembelajaran
 Guru memberitahukan kegiatan belajar yang akan dikerjakan pada
pertemuan berikutnya, yaitu mengkodifikasi dan melafalkan Veda.
 Guru memotivasi peserta didik untuk giat belajar
 Guru menutup pertemuan dengan Pūrṇādhyaya Pūja dan Paramaśāntiḥ
[Religius]

4. Pertemuan Ke-4 (3 JP)


a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
 Guru mengucapkan panganjali dan mengajak peserta didik untuk
mengucapkan mantra Mūladhyaya Pūja (mantra mengawali pembelajaran)
[Religius]
 Menyanyikan lagu wajib nasional [Nasionalisme]
 Guru mengabsen atau menulis peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran
 Guru mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan dengan game
edukasi
 Guru mengajak peserta didik mempersiapkan buku yang akan digunakan
untuk belajar
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
 Guru menyampaikan apersepsi terkait materi yang telah diajarkan minggu
yang lalu yaitu tentang Rsi penerima dan penyusun kitab Suci Catur Veda
serta nilai-nilai yang tekandung dalam Veda
 Guru mendemostrasikan kodifikasi atau penulisan dan cara pembacaan
Veda

b. Kegiatan inti (90 menit)


Mengamati
 Peserta didik menyimak guru saat mendemonstrasikan penulisan dan
pembacaan Veda [Integritas]
Menanya
 Peserta didik mengajukan pertanyaan kepada gurunya apa yang tidak
dipahami teknik penulisan dan pembacaan Veda [Mandiri]
Mengeksplorasi dan mengasosiakan
 Peserta didik mencoba teknik pelafalan Veda dengan bimbingan guru
Mengkomunikasikan
 Peserta didik secara bergiliran melafalkan mantra yang telah dicontohkan
oleh guru dan melafalkannya di depan kelas.
 Guru memberikan evaluasi atas penampilan dari setiap peserta didik pada
saat mengkodifikasi dan melafalkan Veda.

c. Penutup (20 menit)


 Guru memfasilitasi peserta didik merefleksi kekurangannya pada saat
mengkodifikasi dan melafalkan Veda untuk perbaikan selanjutnya

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  29 


 Guru menginformasikan kegiatan belajar pada pertemuan berikutnya, yakni
penilaian harian tentang kitab suci Veda
 Guru menekankan kepada siswa untuk bisa menerapkan Veda dan nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya pada kehidupan sehari-hari.
 Guru memotivasi peserta didik untuk giat belajar
 Guru menutup pembelajaran dengan Pūrṇādhyaya Pūja dan Paramaśāntiḥ
[Religius]

H. Penilaian

1. Sikap spiritual dan Sosial


No. Teknik Bentuk Instrumen Waktu Pelaksanaan
1 Observasi Jurnal Saat KBM
2 Penilaian diri Cek list Ya /tidak Setelah KBM
3 Penilaian antar teman Cek list 1,2,3 Setelah KBM

2. Pengetahuan
No. Teknik Bentuk Instrumen Waktu Pelaksanaan
1 Lisan Pertanyaan terbuka Saat KBM
2 Tertulis Pilihan ganda, isian, uraian Setelah KBM

3. Keterampilan
No. Teknik Bentuk Instrumen Waktu Pelaksanaan
1 Praktik Lembar praktikum Saat KBM
2 Produk Lembar penilaian produk Setelah KBM

I. Remidial dan Pengayaan

1. Pembelajaran Remidial
Peserta didik yang nilainya belum mencapai ketuntasan minimum (KKM), dengan
diberikan remidial pada indikator yang belum tercapai.

2. Pengayaan
Peserta didik yang mencapai nilai diatas ketuntasan minimum (KKM), diberikan
pengayaan pendalaman materi tentang cara pembacaan Veda secara benar.

Mengetahui, Nama Kota, Juli 2019


Kepala Sekolah Guru PAH BP

Nama Kepala Sekolah ...........................................


NIP. Kepala Sekolah NIP. Guru PAHBP

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  30 


LAMPIRAN 1: MATERI

KITAB SUCI VEDA

A. Pengertian
Veda adalah kitab suci umat Hindu. Kata "Veda" berasal bahasa Sanskerta "wid
(id()" yang artinya "tahu". Veda berarti pengetahuan. Jika huruf a dalam kata "veda" ditulis
dengan aksara dirghā (panjang) "wedā", maka akan berarti "kata-kata yang diucapkan dengan
aturan-aturan tertentu atau dilagukan". Oleh karena itu di Bali ada istilah meweda bagi para
sulinggih yang sedang melakukan surya sewana. Veda merupakan kumpulan mantra-mantra
suci yang diwahyukan kepada para mahaṛṣi.
B. Sifat-sifat Veda
Veda mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
 Anādi artinya tidak berawal karena Veda sebagai sabda suci yang telah ada sebelum alam
diciptakan oleh-Nya.
 Ananta artinya tidak berakhir karena ajaran Veda berlaku sepanjang masa.
 Apauruseyam artinya bukan berasal dari manusia karena Veda adalah Sabda Suci yang
langsung berasal dari Sang Hyang Widdhi Wasa
 Sanatana artinya Veda bersifat abadi
 Nutana artinya mempunyai keluwesan dan bisa mengikuti perkembangan jaman
C. Fungsi Veda
Veda mempunyai fungsi sebagai berikut :
 Sebagai sumber kebenaran bagi umat Hindu
 Sebagai kitab suci dan penuntun bagi pemeluk agama Hindu
 Sebagai jaminan keselamatan makhluk hidup
 Sebagai dasar keimanan dan keyakinan umat Hindu
 Sebagai ajaran etika dan tingkah laku
D. Sifat-sifat Veda
Bahasa yang digunakan dalam Veda adalah "daivivak" yang berarti bahasa dewa.
Belakangan, sekitar 200 tahun SM Daiwiwak ini dikenal sebagai Bahasa Sanskerta. Namun
menurut perkiraan para ahli, Veda mulai disusun sekitar 2500 – 1500 tahun SM.
E. Para Ṛṣi Penerima Wahyu Veda
Veda merupakan wahyu yang diterima oleh para mahāṛṣi yang disebut sebagai
Saptaṛṣi. Adapun nama-nama Saptaṛṣi tersebut adalah:
 Gṛtsamada (terkait dengan turunnya mantra Ṛgveda Maṇḍala II)
 Wiśwāmitra (terkait dengan mantra Ṛgveda Maṇḍala III)
 Wamadewa (terkait dengan mantra Ṛgveda MaṇḍalaIV)
 Atri (terkait dengan mantra Ṛgveda Maṇḍala V)
 Bharadwāja (terkait dengan mantra Ṛgveda MaṇḍalaVI)
 Wasiṣṭha (terkait dengan mantra Ṛgveda MaṇḍalaVII) dan
 Kaṇwa (terkait dengan mantra Ṛgveda Maṇḍala VIII).

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  31 


Selain itu juga ada Saptaṛṣi lainnya yang terkait denga turunnya wahyu Veda, seperti:
Gosukti, Aswasukti, Pustigu, Bhṛgu, Manu, Waiwastha dan Nipatithi, serta masih banyak lagi
Saptaṛṣi lainnya.
F. Kodifikasi Veda
Setelah Veda diterima dalam bentuk wahyu, kemudian Veda dikodifikasikan oleh
Mahāṛṣi Wyāsa (yang juga penyusun Mahābharata). Beliau dibantu oleh keempat muridnya,
yakni: Pulaha, Jaimini, Sumantu dan Waisampayana
Secara garis besar Veda dibagi atas dua macam yakni: Veda Śruti dan Veda Smṛti.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Mantra Saṁhitā, (terdapat 20.416 mantra) yang dibagi atas 4 kitab mantra saṁhita (catur veda
saṁhitā) yakni: Ṛgveda (10.589 mantra), Yajurveda (1975 mantra), Sāmaveda (1875 mantra) dan
Atharwaveda (5977 mantra)
Śruti Brāhmaṇa
Āraṇyaka
Upaniṣad
Śikṣā (ilmu bunyi dalam Veda)
Wyākaraṇa (ilmu tata bahasa dalam Veda)
Chanda (ilmu irama)
Vedāngga
Niruktā (etimologi)
Jyotiṣa (astrologi)
Kalpa (ilmu tentang upacara)
Rāmāyana, terdiri atas 7 kāṇḍa yaitu : bāla kāṇḍa, ayodhyā kāṇḍa,
āraṇyaka kāṇḍa, kiṣkindha kāṇḍa, sundara kāṇḍa, yuddha kāṇḍa,
uttarā kāṇḍa.
Mahābharata, terdiri atas 18 parwa (aṣṭadaśaparwa) yaitu :
Itihāsa adiparwa, sabhaparwa, wānaparwa, wirāṭaparwa, udyogaparwa,
bhīṣmaparwa, droṇaparwa, karṇaparwa, śalyaparwa, sauptikaparwa,
strīparwa, śāntiparwa, anuśāsanaparwa, āśwamedhaparwa,
Smṛti
āśramawasikaparwa, mosalaparwa, mahāprasthānikaparwa dan
swargharohanaparwa.
Purāṇa, yang kita kenal di antaranya: matsya purāṇa, mārkaṇḍeya purāṇa,
Upaveda bhawiṣya purāṇa, bhāgawata purāṇa, brahma purāṇa, brahmāṇḍa purāṇa,
brahmawaiwarta purāṇa, wiṣṇu purāṇa, wāyu purāṇa, wāmana purāṇa, warāha
purāṇa, agni purāṇa, nārada, padma purāṇa, liṅga purāṇa, garuḍa purāṇa, kūrma
purāṇa dan skanda purāṇa.
Arthaśāstra, kitab yang memuat ilmu pemerintahan dan politik
Ayurveda, ilmu pengobatan yang berasl dari Ṛgveda; dan terdiri atas 8 cabang:
salya, salakya, kayacikitsa, bhūtawidyā, kumarābhṛtya, agadatantra,
rasayanatantra dan bajikaraṇatantra.
Gandharwaveda, merupakan upaveda dari Sāmaveda yang berisi pengetahuan
samagama (ilmu tentang seni).
Selain pembagian tersebut, masih ada kitab Nibandha yang berisi kutipan-kutipan dari Veda,
misalnya: Sārasamuścaya, Nītiśāstra, Ślokāntara, Wṛhaspatitattwa dan lain-lain (termasuk lontar-
lontar yang ada di Bali).

Kelompok Veda Śruti merupakan kitab yang hanya memuat wahyu, sedangkan Veda
Smṛti adalah kelompok yang sifat isinya sebagai penjelasan terhadap Veda Śruti. Dengan
demikian, sifat Kitab Smṛti lebih operasional dan mudah dipahami oleh umat Hindu
dimanapun berada.
Veda Śruti dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian antara lain seperti berikut ini.
 Mantra
Bagian Mantra meliputi empat himpunan yang disebut Catur Veda Samhita, yaitu:
 Reg Veda Samhita, yaitu kumpulan mantra yang memuat ajaran umum dalam bentuk
pujaan.

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  32 


 Sama Veda Samhita, yaitu kumpulan mantra yang memuat ajaran umum dalam
bentuk lagu-lagu pujian.
 Yayur Veda Samhita, yaitu kumpulan mantra-mantra yang memuat ajaran-ajaran
umum mengenai pokok-pokok Yayur Veda.
 Atharwa Veda Samhita, yaitu merupakan mantra-mantra yang memuat ajaran yang
bersifat magis.

 Brahmana (Karma Kaṇḍa)


Kitab Brahmana adalah himpunan buku-buku yang disebut Brahmana. Kitab Karma
Kaṇḍa adalah bagian kitab Śruti yang kedua. Tiap mantra Reg Veda, Sama Veda, Yayur
Veda, dan Atharwa Veda berisikan himpunan doa-doa yang dipergunakan dalam Upacara
Yajña.
 Kitab Reg Veda memiliki kitab Aitareya Brahmana dan Kausitaki Brahmana.
 Kitab Sama Veda memiliki Tandya Brahmana yang dikenal dengan PancaWisma
yang memuat legenda Yajña.
 Upanisad kitab ini membahas tentang teori ketuhanan, karena isinya bersifat rahasia.
 Upanisad yang tergolong Reg Veda, antara lain: Arterya, Kausitaki, Nandabindu,
Atma Prabadha, Saubhagya, dan Bahwersca Upanisad.
 Upanisad yang tergolong Sama Veda, meliputi Kena, Chandogya, dan lain-lain.
 Upanisad yang tergolong Yayur Veda, meliputi Kanthawali, Taitriyaka, dan lain-lain.

Kitab suci yang tergolong Veda Smṛti disebut juga Dharmasastra. Secara garis
besarnya Veda Smṛti dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu:
 Kelompok Vedangga terdiri dari:
 Siksa: Isinya petunjuk tentang cara yang tepat dalam mengucapkan intonasi mantra.
 Vyakarana: Isinya tentang tata bahasa untuk membantu pengertian menghayati Veda
Śruti.
 Chanda: Isinya lagu-lagu pujaan.
 Nirukta: Isinya berbagai tafsiran otentik tentang kata-kata yang terdapat dalam Veda.
 Jyotisa: Isinya pokok-pokok ajaran astronomi yang diperlukan dalam melakukan
Yajña.
 Kalpa: Isinya antara lain:Tata cara melakukan Yajña, Penebusan dosa, Upacara
keagamaan,upacara kematian, tata hidup bermasyarakat, dan bernegara, dan
Pelaksanaan Yajnya bagi orang yang telah berumah tangga.

 Kelompok Upaveda kelompok ini terdiri dari cabang ilmu, seperti:


 Jenis Itihasa (epos), Itihasa dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu bagian
Ramayana dan Mahabharata.
Epos Ramayana terdiri dari 7 kaṇḍa, antara lain: Balakaṇḍa, Ayodhyakaṇḍa,
Aranyakaṇḍa, Kiskindhakaṇḍa, Sundarakaṇḍa, Yuddhakaṇḍa, Uttarakaṇḍa
Epos Mahabharatha terdiri dari 18 parwa, antara lain: Adiparwa, Sabhaparwa,
Wanaparwa, Wirataparwa, Udyugaparwa, Bhismaparwa, Dronaparwa, Karnaparwa,
Salyaparwa, Sauptikaparwa, Striparwa, Santiparwa, Anusasanaparwa,
Aswamedikaparwa, Asramawasikaparwa, Mosalaparwa, Prasthanikaparwa, dan
Swargarohanaparwa
 Jenis Purāṇa, yaitu kumpulan cerita kuno yang isinya tradisi setempat, seperti
Brahmana Purāṇa, Brahma Waiwarta Purāṇa, Markendya Purāṇa, Bhaiwisya Purāṇa,
Wamana Purāṇa, Brahma Purāṇa, Wisnu Purāṇa, Narada Purāṇa, Bhagawata Purāṇa,
Garuda Purāṇa, Padma Purāṇa, Waraha Purāṇa, Matsya Purāṇa, Siva Purāṇa, Skaṇḍa
Purāṇa, dan Agni Purāṇa.

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  33 


 Artha Sastra merupakan ilmu pemerintahan negara, yang isinya pokok-pokok
pemikiran politik, antara lain Kitab Usana, Kitab Niti Sastra, Kitab Sukra Niti, dan
Artha Sastra.
 Ayurveda dikodifikasikan dengan isi yang menyangkut bidang ilmu kedokteran.
Semua kitab ini menyangkut di bidang kesehatan jasmani dan rohani dengan
berbagai sistem serta sifatnya. Ada beberapa jenis bukunya, antara lain Ayurveda,
Caraka Samhita, Susruta Samhita, Astangga hradaya, Yoda Sara, dan Kamasutra.
 Gandharva Veda yaitu cabang ilmu yang mempelajari tentang seni budaya.
 Dhanurweda yaitu tentang ilmu senjata.

Veda adalah ilmu yang terbuka untuk dikaji dan diuji oleh para ilmuwan. Semua
boleh mempelajari dan meneliti tentang kebenaran Veda dengan tidak memandang dari
golongan apa. Sebagai umat Hindu kita harus menjadi pelopor dalam mempelajari dan
mengamalkan ajaran suci Veda. Jangan sampai di rumah tangga umat Hindu tidak ada satu
pun kitab suci Veda. Walaupun ada Kitab Suci Veda, tetapi hanya disakralkan untuk
diberikan sesajen saja. Kitab Suci Veda seperti menjadi monumen mati karena tidak pernah
dibaca. Cara ini sungguh amat salah.
Veda memberikan solusi dalam rangka mengembangkan ajaran sucinya. Masyarakat
umat Hindu melalui media kesenian telah dengan sangat bijaksana menyampaikan ajaran suci
Veda. Ada beberapa seni budaya yang selalu dipakai untuk menyampaikan pesan-pesan suci
Veda. Adapun yang dimaksud, antara lain:
 Kesenian wayang
 Seni utsawa Dharmagita
 Seni mewirama dan kekawin
 Sinetron bernuansa religiusitas Hindu
 Seni pertunjukan arja
 Seni pertunjukan topeng
 Darmatula dalam paruman di bale banjar
 Acara mimbar agama Hindu di radio, televisi dan media cetak, dan sebagainya.
G. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Veda
Veda sebagai wahyu Tuhan mengandung nilai-nilai universal yang bisa berlaku di
mana saja, kapan saja, dan terhadap siapa saja. Nilai adalah ukuran tingkah laku yang ideal
harapan masyarakat. Adapun nilai yang terkandung di dalam Veda, antara lain sebagai
berikut.
 Pengorbanan, keikhlasan (yajña)
 Kebenaran (satya)
 Kasih sayang (ahimsa)
 Kemurahan hati (daksina)
 Sedekah, punia (dana)
 Menghindari judi (aksa/nita)
 Kemuliaan (suati partham)
 Keharmonisan (samjnanam)
 Keindahan (sundaram)
 Persatuan (samantu)
 Anti kekerasan (akroda)
 Kewaspadaan (jagra)
 Kesucian hati (daksina)
 Kemakmuran (jagaditha)

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  34 


 Kebajikan (bradah)
 Usaha (kertih)
 Jasa baik (yasa)
 Keramah tamahan (sream)
 Persaudaraan (maetri)
 Keamanan (abhayam)
 Tugas dan kewajiban (swadarma)
 Keberanian (wiram)
 Profesi (warna)
 Tahapan hidup (asrama)
 Kecerdasan (pradnya)
 Kesehatan/kesatuan(yuga)
 Bhakti (bhakti)
 Perkawinan (vivaha)
 Pendidikan (siksa vidya)
 Bahasa (bhasya)
 Seni budaya (kala gurnita)
 Ekonomi (varita)
 Pengobatan (ayur veda)
 Fisika/astronomi (Jyostisa)
 Matematika (ganita)
 Ilmu panah (danur veda)
 Ilmu dan cabang filsafat lainnya

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  35 


LAMPIRAN 2: PENILAIAN KI 1 DAN KI 2

PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL

A. Teknik : Observasi, Penilaian Diri, dan Penilaian Teman


B. Bentuk Instrumen : Lembar Penilaian Diri
C. Format Penilaian
Sikap Spiritual Sikap Sosial
Tanggun
No Nama Disiplin Tekun Jujur g Sopan Total
Jawab
1-4 1-4 1-4 1-4 1-4
1
2
3
4
5

Rubrik Penskoran:
Sikap Spritual Sikap Sosial
a. Indikator sikap spiritual “disiplin”: a. Indikator sikap sosial “jujur”
1) Disiplin melaksanakan doa sebelum 1) Tidak suka berbohong
dansesudah kegiatan pembelajaran 2) Selalu berbicara apa adanya
2) Disiplin mengucapkan salam agama 3) Jujur dalam berperilaku
Hindu setiap memulai pembelajaran. 4) Berani mengungkapkan kebenaran
3) Disiplin dalam mengucapkan doa
Dainika Upasana sebelum memulai b. Indikator sikap sosial “tanggung jawab”
belajar. 1) Selalu menyelesaikan tugas yang
4) Disiplin mengucapkan doa memulai diberikan pendidik
sesuatu. 2) Tidak bertele-tele dalam bekerja
3) Tepat waktu dalam mengumpulkan
b. Indikator sikap spiritual “tekun”: tugas
1) Tekun dalam mengucapkan doa 4) Datang tepat waktu ke kelas
sebelum dan selesai pelajaran
2) Tekun mengucapkan salam agama c. Indikator sikap sosial “sopan”
Hindu dalam kehidupan 1) Tidak berkata kasar dan kotor
3) Tekun mengucapkan doa Dainika 2) Menggunakan kata-kata lembut
Upasana sebelum belajar 3) Selalu mengetuk pintu sebelum
4) Tekun mengucapkan doa memulai memasuki ruang seseorang
pekerjaan. 4) Selalu bersikap sopan kepada orang
lain
Pemberian Nilai Skor:
a. Nilai 4 = jika peserta didik melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut
b. Nilai 3 = jika peserta didik melakukan 3 (tiga) kegiatan tersebut
c. Nilai 2 = jika peserta didik melakukan 2 (dua) kegiatan tersebut
d. Nilai 1 = jika peserta didik melakukan salah satu kegiatan tersebut

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  36 


LAMPIRAN 3: KI 3

PENILAIAN PENGETAHUAN

A. Tes lisan
No. Bentuk Instrumen Jumlah Soal Jenis Tagihan
1. Uraian Terbuka 10 Tanya Jawab

I. Soal
Jawaban pertanyaan dengan tepat dan benar!
1. Sebutkan pengertian Veda secara etimologis!
2. Jelaskan pengertian Śruti!
3. Jelaskan pengerian Smṛti!
4. Dalam kitab Nirukta disebutkan “mantra dṛṣṭarah iti ṛṣiḥ”. Jelaskan makna teks
tersebut!
5. Sebutkan sifat-sifat kitab suci Veda!
6. Sebutkan fungsi dari kitab suci Veda!
7. Sebutkan 4 (empat) Māhaṛṣi yang mengkodifikasikan Veda!
8. Sebutkan 7 (tujuh) Saptaṛṣi yang menerima wahyu Suci Veda!
9. Sebutkan bagian-bagian Vedāṅga!
10. Sebutkan bagian-bagian Upaveda!

II. Pedoman Penskoran


No Kunci Jawaban Skor
1. Veda berasal dari kata Sanskerta vid yang artinya “tahu atau pengetahuan” 10
2. Śruti adalah wahyu Veda yang didengar 10
3. Smṛti adalah wahyu Veda yang diingat 10
4. Mereka yang mampu memahami mantra adalah para ṛṣi’. 10
5. Sifat-sifat kitab suci Veda adalah: Anādi artinya tidak berawal; Ananta artinya 10
tidak berakhir; Apuruseyam artinya bukan berasal dari manusia karena Veda
adalah Sabda Suci yang langsung berasal dari Sang Hyang Widdhi Wasa;
Sanatana artinya Veda bersifat abadi; dan Nutana artinya mempunyai
keluwesan dan bisa mengikuti perkembangan jaman
6. Fungsi dari kitab suci Veda adalah sebagai: sumber kebenaran bagi umat 10
Hindu; kitab suci dan penuntun bagi pemeluk agama Hindu; jaminan
keselamatan makhluk hidup; dasar keimanan dan keyakinan umat Hindu; serta
ajaran etika dan tingkah laku
7. Empat Māhaṛṣi yang mengkodifikasikan Veda adalah: Pulaha, Jaimini, 10
Sumantu dan Waisampayana
8. Saptaṛṣi yang menerima wahyu Suci Veda adalah: Gṛtsamada; Wiśwāmitra 10
Wamadewa; Atri; Bharadwāja; Wasiṣṭha; dan Kaṇwa
9. Bagian-bagian Vedāṅga adalah: Śikṣā (ilmu bunyi dalam Veda); Wyākaraṇa (ilmu 10
tata bahasa dalam Veda); Chanda (ilmu irama); Niruktā (etimologi); Jyotiṣa
(astrologi); dan Kalpa (ilmu tentang upacara)
10. Bagian-bagian Upaveda adalah: Itihasa, Purana, Ayurveda, Arthaśāstra, dan 10
Gandharvaveda
Skor maksimal 100
Jawaban salah atau tidak sesuai dengan kunci jawaban 1

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  37 


No Kunci Jawaban Skor
Tidak dijawab 0

Dafar Nilai Siswa


Soal dan Skor Total
No. Nama peserta didik
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nilai
1.
2.
3.
4.
5.

B. Tes Tulis
No. Bentuk Instrumen Jumlah Soal Jenis Tagihan
1. Pilihan Ganda 15 Penugasan / Penilaian Harian
2. Isian 20 Penugasan
3. Uraian 5 Penugasan / Penilaian Harian

I. Pilihan Ganda
Berilah tanda silang (X) huruf A, B, C atau D pada jawaban yang benar!
1. Veda berasal dari kata Sanskerta....
A. वे द B. विद् C. दि्व् D. वे द ्
2. Veda berisi pengetahuan yang bersifat paravidya maupun aparavidya. Pengetahuan
paravidya adalah pengetahuan yang berupa....
A. spiritual B. materi C. kenyataan D. kebenaran
3. Kata वे द dalam Kitab Suci Weda memiliki arti....
A. pengalaman B. pengetahuan C. kecakapan D. perilaku
4. Rg Weda adalah adalah salah satu bagian dari Catur Weda Samhita. Rg Weda
merupakan kumpulan mantra yang memuat ajaran umum dalam bentuk pujaan. Kitab
suci Rg Weda dibagi ke dalam 10 mandala. Wahyu suci Rg Weda ini diterima oleh para
maharsi. Adapun yang menerima wahyu suci Rg Weda mandala III adalah....
A. Rsi Atri B. Rsi Pulaha C. Rsi Grtsamada D. Rsi Wismamitra
5. Keluarga Angiras banyak dirangkaikan dengan turunnya mantra-mantra yang dihimpun
dalam Rg Weda Mandala V. Keluarga Angiras yang menerima wahyu-wahyu suci
dalam Rg Weda Mandala V adalah....
A. Rsi Bharadwaja B. Rsi Wasistha
C. Rsi Kanwa D. Rsi Atri
6. Perhatikan tabel di bawah ini!
1) Berupa wahyu yang didengar 2) Berupa wahyu yang diingat
3) Diterima oleh para maharsi 4) Bait-baitnya disebut dengan mantra
5) Bait-baitnya disebut dengan sloka
Pernyataan di bawah ini yang benar tentang konsep Sruti dan Smerti adalah....
A. 1, 3, 5 adalah Sruti sementara 2, 3, 4 adalah Smerti
B. 2, 3, 5 adalah Smerti sementara 1, 3, 4 adalah Sruti
C. 1, 4, 5 adalah Sruti sementara 2, 3, 5 ada Smerti
D. 2, 4, 5 adalah Smerti sementara 1, 3, 5 ada Sruti
7. Perhatikan tabel berikut!

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  38 


No Nilai No Arti
1 Satya a Pendidikan
2 Samantu b Kemakmuran
3 Siksa Widya c Persatuan
4 Jagadhita d Kebenaran
Hubungan antara nilai-nilai yang terkandung dalam Kitab Suci Weda dengan artinya
yang benar ditunjukkan pada....
A. 1a, 2d, 3b, dan 4c B. 1c, 2b, 3a, dan 4d
C. 1d, 2c, 3a, dan 4b D. 1b, 2d, 3c, dan 4a
8. Weda sebagai kitab suci Wahyu Suci Brahman yang diterima oleh para maharsi sangat
disucikan oleh umat Hindu. Sebagai kitab suci yang disakralkan, Weda memiliki sifat-
sifat seperti Apauruseyam, Anadi, Ananta, Sanatana, dan Nutana. Sifat Weda yang tidak
berawal karena Weda merupakan sabda Tuhan yang telah ada sebelum alam diciptakan
serta tidak berakhir karena Weda berlaku sepanjang zaman disebut....
A. Sanatana Ananta B. Ananta Nutana
C. Anadi Ananta D. Apauruseyam Anadi
9. Perhatikan data berikut ini!
1) Smerti 2) Sruti
3) Acara 4) Atmanastusti
5) Sila
Urutan sumber pelaksanaan yang benar menurut Manawa Dharma Sastra II.6 adalah....
A. 2-3-5-3-1 B. 2-1-5-3-4 C. 2-5-1-4-3 D. 2-4-3-1-5
10. Dikatakan bahwa Sang Rsi ini sudah mencapai kesucian sejak masih dalam kandungan,
sehingga tidak mengalami kelahiran melalui saluran biasa. Beliau dihubungkan dengan
Wahyu Suci pada Rg Weda Mandala IV.
Sang Rsi yang dimaksud dalam ilustrasi di atas adalah....
A. Wamadewa B. Bharadwaja C. Wiswamitra D. Grtsamada
11. Perhatikan tabel berikut ini!
No Nama Kitab Isi
1 Ramayana Perjalanan kisah Rama dan Sita
2 Siksa Mengupas tentang bunyi mantra
3 Chanda Etika dalam kehidupan
4 Jyotisa Perbintangan dan astronomi
5 Nirukta Tafsiran otentik tentang mantra Weda
Bagian-bagian Wedangga yang benar ditunjukkan pada nomor....
A. 2, 4, dan 5 B. 2, 3, dan 5 C. 1, 3, dan 4 D. 1, 4, dan 5
12. Perhatikan data berikut ini!
1) Masih satu keluarga dengan Angiras 2) Memiliki putra bernama Sakti
3) Dihubungkan dengan Mandala V 4) Dihubungkan dengan Mandala VII
Dari data di atas, yang terkait dengan Rsi Wasistha ditunjukkan pada nomor....
A. 1 dan 3 B. 1 dan 4 C. 2 dan 3 D. 2 dan 4
13. Dalam catatan Rg Weda Mandala V tidak hanya diterima oleh 1 orang maharsi. Rg
Weda Mandala V ini diterima oleh keluarga maharsi. Mereka yang juga menerima
wahyu suci ini adalah Druva, Prabhuvasu, Samvarana, Ghaurapiti, Putra Sakti, dan
Samvarana.
Dari ilustrasi di atas pernyataan yang benar terkait dengan masa pewahyuan Rg Weda
Mandala V di bawah ini adalah....

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  39 


A. diterima oleh Rsi Atri B. diterima pada Manwatara yang berbeda
C. disusun pada Masa Srsti D. diselesaikan dalam Satu Kalpa
14. Perhatikan tabel berikut ini!
No Ciri-ciri
1 Diturunkan pada zaman Weda
2 Diterima sebagai mantra
3 Diterima oleh rsi sebagai sloka
4 Diturunkan pada rsi dan keluarganya
5 Diturunkan pada zaman Brahmana
Yang menunjukkan perbedaan ciri-ciri Sruti dengan Smerti adalah....
A. 1, 3 dan 2, 4 B. 2, 3 dan 4, 5 C. 1, 2 dan 3, 5 D. 1, 4 dan 2, 5
15. Perhatikan teks mantra berikut!
एकं सद्विप्रा बहुधा वदन्ति । (ekaṁ sadviprā bahudhā vadanti)
Makna yang terkandung dalam mantra tersebut di atas adalah mengenai pokok....
A. keesaan Tuhan B. hubungan antar manusia
C. kecintaan akan lingkungan D. kebesaran Tuhan yang Maha Kuasa

II. Isian
Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban tepat!
1. Pengetahuan material yang ada pada Veda disebut....
2. Pengetahuan spiritual yang ada pada Veda disebut....
3. Bagian Vedāṅga yang berupa pengetahuan tentang tata bahasa Veda adalah....
4. Bagian Vedāṅga yang berupa pengetahuan tentang ilmu perbintangan adalah....
5. Bagian Vedāṅga yang berupa pengetahuan tentang irama Veda disebut....
6. Bagian Vedāṅga yang berupa pengetahuan tentang etimologi disebut....
7. Petunjuk tentang cara yang tepat dalam mengucapkan intonasi mantra dalam Veda
dituliskan dalam....
8. Bagian Catur Veda Saṁhita yang berupa kumpulan mantra yang memuat ajaran umum
dalam bentuk lagu-lagu pujian adalah....
9. Bagian Catur Veda Saṁhita yang merupakan mantra-mantra yang memuat ajaran yang
bersifat magis adalah....
10. Bagian Upaveda yang berupa epos atau sejarah tentang kepahlawanan para raja dan
ksatriya Hindu pada zaman dahulu disebut....
11. Sifat Veda tidak berawal karena Veda sebagai sabda suci yang telah ada sebelum alam
diciptakan oleh-Nya disebut....
12. Sifat Veda yang tidak berakhir karena ajaran Veda berlaku sepanjang masa, disebut....
13. Sifat Veda yang bukan berasal dari manusia karena Veda adalah Sabda Suci yang
langsung berasal dari Sang Hyang Widdhi Wasa, disebut....
14. Veda bersifat abadi yang disebut....
15. Sifat Veda yang mempunyai keluwesan dan bisa mengikuti perkembangan jaman,
disebut....
16. Mahaṛṣi yang terkait dengan turunnya mantra Ṛgveda Maṇḍala II adalah....
17. Mahaṛṣi yang terkait dengan turunnya mantra Ṛgveda Maṇḍala IV adalah....
18. Mahaṛṣi yang terkait dengan turunnya mantra Ṛgveda Maṇḍala VI adalah....
19. Mahaṛṣi yang terkait dengan turunnya mantra Ṛgveda Maṇḍala VII adalah....
20. Mahaṛṣi yang terkait dengan turunnya mantra Ṛgveda Maṇḍala VIII adalah....

III. Uraian
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  40 


1. Sebutkan sumber hukum dharma menurut Manawa Dharmaśāstra II.6!
2. Tuliskan 1 bait mantra yang pertama dari Ṛgveda Saṁhita!
3. Sebutkan 3 nilai yang terkandung dalam Ṛgveda X.191.2!
4. Sebutkan sifat-sifat kitab suci Veda!
5. Bagaimana Veda diajarkan menurut Bhagavad Gita Adhyaya IV?

IV. Pedoman Penskoran


Pedoman Penskoran Pilihan Ganda
1. C 4. D 7. C 10. A 13. B
2. A 5. D 8. C 11. A 14. C
3. B 6. B 9. B 12. D 15. A
Jawaban Skor
Benar 1
Salah 0
Skor Maksimal Pilihan Ganda 15

Pedoman Penskoran Soal Isian


No. Skor jika jawaban:
Kunci Jawaban
Soal Benar Tidak Sesuai / Salah Tidak dijawab
1. aparavidya 2 1 0
2. paravidya 2 1 0
3. vyakarana 2 1 0
4. jyotisa 2 1 0
5. chanda 2 1 0
6. nirukta 2 1 0
7. siksa 2 1 0
8. Samaveda 2 1 0
9. Atharvaveda 2 1 0
10. itihasa 2 1 0
11. anadi 2 1 0
12. ananta 2 1 0
13. apauruseya 2 1 0
14. sanatana 2 1 0
15. nutana 2 1 0
16. Gṛtsamada 2 1 0
17. Wamadewa 2 1 0
18. Bhawadwāja 2 1 0
19. Wasiṣṭha 2 1 0
20. Kaṇwa 2 1 0

Pedoman Penskoran Soal Uraian


No Kunci Jawaban Skor
1. Śruti, Smṛti, Śila, Ācāra, Atmanastuṣṭi 5
2. अ॒ ग्निमी॑ळे पु॒रोहि॑ तं य॒ ज्ञस्य॑ दे ॒वमृ॒त्विज॑ म् । होता॑रं रत्न॒ धात॑ मम् ॥ १.००१.०१ 5
agnimīle purohitaṁ yajñasya devamṛtvijam, hotāraṁ ratnadhātamam.
3. samjnanam (keharmonisan), samantu (persatuan), sreyam (keramahtamahan),
dan maitri (persaudaraan)
4. Anādi artinya tidak berawal; Ananta artinya tidak berakhir; Apuruseyam
artinya bukan berasal dari manusia karena Veda adalah Sabda Suci yang

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  41 


No Kunci Jawaban Skor
langsung berasal dari Sang Hyang Widdhi Wasa; Sanatana artinya Veda
bersifat abadi; dan Nutana artinya mempunyai keluwesan dan bisa mengikuti
perkembangan jaman
5. Veda diajarkan melalui sistem atau garis perguruan Veda yang disebut
‘parampara’. Dari guru ke sisya secara turun temurun

Daftar Nilai Siswa


(a)
(b) (c) Nilai
No. Nama peserta didik Pilihan
Isian Uraian (a+b+c)
Ganda
1
2
3
4
5

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  42 


LAMPIRAN 4: KI 4

PENILAIAN KETERAMPILAN

A. Praktik
1. Teknik : Praktik Presentasi
2. Bentuk Instrumen : Lembar Praktikum
3. Aspek Penilaian : Psikomotor (Melafalkan Veda)
4. Materi : Kodifikasi dan Pelafalan Mantra Veda
5. Pedoman penskoran :
Kriteria dan Skor Jumlah
No. Nama peserta didik
(a) (b) (c) (d) (e) Skor
1
2
3
Keterangan: Skor:
(a) = kebenaran tulisan/ucapan 10 = jika sempurna
(b) = guru laghu/aksara 9 = jika sangat baik
(c) = keindahan tulisan/swara 7-8 = jika baik
(d) = sikap saat peyajian 5-6 = cukup
(e) = terjemahan 1-4 = kurang baik
Nilai =
Jumlah Skor
×100
50

B. Produk
1. Teknik : Produk Presentasi
2. Bentuk Instrumen : Lembar Produk
3. Aspek Penilaian : Psikomotor (Produk)
4. Materi : Produk Presentasi Pengelompokkan Veda
5. Pedoman penskoran :
Kriteria dan Skor
No. Nama peserta didik Jumlah Skor
(a) (b) (c) (d) (e)
1
2
3
Keterangan: Skor:
(a) = kesiapan alat 10 = jika sempurna
(b) = proses pembuatan presentasi 9 = jika sangat baik
(c) = sistematika presentasi 7-8 = jika baik
(d) = animasi presentasi 5-6 = cukup
(e) = materi presentasi 1-4 = kurang baik
Jumlah Skor
Nilai = ×100
50
Keterangan:
SB (Sangat Baik) = 90 – 100 B (Baik) = 70 - 89
C (Cukup) = 50 – 69 D (Kurang) = 10 - 49

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  43 


E (Sangat Kurang = 0 - 9

LAMPIRAN 5

GAMBAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN VEDA

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  44 


LAMPIRAN 6

REMIDIAL DAN PENGAYAAN

A. Kegiatan Pendahuluan
 Guru mengucapkan panganjali dan Mūladhyaya Pūja
 Guru mengabsen atau menulis peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran,
sekaligus mendata yang nilainya belum memenuhi KKM dan yang sudah
memenuhi/melebihi KKM
 Guru mengajak peserta didik mempersiapkan buku yang akan digunakan untuk
belajar
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

B. Kegiatan Inti
 Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik yang nilainya belum KKM
untuk membaca materi sesuai indikator yang belum terpenuhi.
 Bagi peserta didik yang nilainya sudah memenuhi/melebihi KKM, Guru memberikan
materi pengayaan berupa cara membaca Kitab Suci Bhagavad Gītā dengan benar.
 Guru memberikan materi pengayaan Membaca Bhagavad Gītā dengan metode
demonstrasi. Guru membaca terlebih dahulu, kemudian peserta didik mengikuti guru.
Setelah beberapa kali, maka peserta didik diberikan kesempatan untuk membaca
Bhagavad Gītā secara mandiri.
 Bagi peserta didik yang nilainya belum KKM, maka guru memberikan tes atau
ulangan sesuai materi yang nilainya belum KKM. Peserta didik diberikan soal secara
tertulis.
 Setelah selesai melaksanakan remidial, maka peserta didik bisa mengikuti teman-
temannya melaksanakan kegiatan membaca Bhagavad Gītā dengan bimbingan dan
arahan Guru.

C. Penutup
 Guru memfasilitasi peserta didik membuat butir-butir simpulan
 Guru memberi umpan balik peserta didik dalam proses dan hasil pembelajaran
 Guru memberitahukan kegiatan belajar yang akan dikerjakan pada pertemuan
berikutnya
 Guru menutup pertemuan Pūrṇādhyaya Pūja dan Paramaśāntiḥ

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  45 


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2
(AWATARA, DEWA, DAN BHAṬARA)

Sekolah : SMP Negeri 01 Nama Kota


Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Kelas / Semester : VII (Tujuh) / Gasal
Materi Pokok : Avatara, Deva, dan Bhaṭara
Alokasi Waktu : 4 x pertemuan (12 JP)

A. Kompetensi Inti

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya


2. Menunjukan perilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli (toleran, gotong
royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji berbagai hal dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari
di sekolah dan dari berbagai sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)


1.2 Menghayati konsep 1.2.1. Meyakini konsep Avatara, Dewa dan Bhaṭara
Avatara, Dewa, dan dalam agama Hindu
Bhaṭara dalam agama 1.2.1. Disiplin dan tekun dalam berbhakti sebagai
Hindu wujud keyakinan terhadap ajaran Avatara,
Dewa dan Bhaṭara
2.2 Menunjukan ajaran 2.2.1. Menunjukan percaya diri untuk menerima
Avatara, Dewa, dan ajaran Avatara, Dewa, dan Bhaṭara
Bhaṭara dalam kehidupan 2.2.2. Menunjukkan sikap peduli dan bertanggung-
sehari-hari jawab sebagai wujud sraddha dan bhakti
terhadap Avatara, Dewa, dan Bhaṭara
3.2 Menjabarkan konsep 3.2.1. Menjelaskan Pengertian Avatara
Avatara, Dewa, dan 3.2.2. Menjelaskan Pengertian Dewa
Bhaṭara dalam agama 3.2.3. Menjelaskan Pengertian Bhaṭara
Hindu 3.2.4. Menyebutkan bagian-bagian Avatara dalam
agama Hindu
3.2.5. Menyebutkan tugas dan fungsi dari Avatara
dalam agama Hindu
3.2.6. Menyebutkan tugas dan fungsi dari Dewa dalam

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  46 


Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
agama Hindu
3.2.7. Menyebutkan tugas dan fungsi dari Bhaṭara
dalam agama Hindu
3.2.8. Menyebutkan ciri-ciri Avatara yang turun ke
dunia
3.2.9. Menyebutkan persamaan dan perbedaan antara
Avatara, Dewa dan Bhaṭara dengan Brahman
4.2 Menyajikan cerita-cerita 4.3.1. Mempresentasikan ciri-ciri Avatara, Dewa, dan
Avatara, Dewa, Bhaṭara Bhaṭara
dalam agama Hindu 4.3.2. Menggambar ilustrsasi Avatara, Dewa, dan
Bhaṭara
4.3.3. Menceritakan salah satu contoh Avatara

C. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti serangkaian kegiatan mengamati/observasi, menanya,


mengumpulkan informasi, menalar / mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan video dan
media pembelajaran “Avatara, Dewa, Bhaṭara” peserta didik mampu:
1. Menjelaskan Pengertian Avatara
2. Menjelaskan pengertian Dewa
3. Menjelaskan Pengertian Bhaṭara
4. Menyebutkan bagian-bagian Avatara, Dewa dan Bhaṭara dalam agama Hindu
5. Menyebutkan ciri-ciri Avatara, Dewa dan Bhaṭara
6. Menyebutkan tugas dan fungsi dari Avatara, Dewa dan Bhaṭara
7. Menyebutkan persamaan Avatara, Dewa dan Bhaṭara
8. Menyebutkan perbedaan Avatara, Dewa dan Bhaṭara
9. Mempresentasikan hal-hal terkait Avatara, Dewa dan Bhaṭara
10. Menceritakan salah satu contoh Avatara, Dewa dan Bhaṭara
11. Menerima konsep Avatara dalam agama Hindu
12. Menumbuhkan sikap bhakti kepada Avatara, Dewa dan Bhaṭara

D. Materi Pembelajaran

1. Materi Pembelajaran Reguler


a. Pertemuan Pertama
1) Pengertian Avatara
2) Pengertian Dewa
3) Konsep pengertian Bhaṭara
b. Pertemuan Kedua
1) Bagian-bagian Avatara
2) Deva-deva dalam Hindu
3) Bhaṭara yang ada di dalam agama Hindu
c. Pertemuan Ketiga
1) Ciri-ciri Avatara
2) Perbedaan Avatara, Dewa, dan Bhaṭara
3) Persamaan Avatara, Dewa, dan Bhaṭara

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  47 


d. Pertemuan Keempat
1) Presentasi tentang Avatara, Dewa, dan Bhaṭara
2) Menceritakan salah satu kisah Avatara, Dewa, dan Bhaṭara

2. Materi Pembelajaran Pengayaan


Membaca cerita atau kisah tentang Avatara, Dewa, dan Bhaṭara yang dalam kitab
Purana atau suśāstra Hindu lainnya

3. Materi Pembelajaran Remedial


Apabila peserta didik nilainya belum mencapai (di bawah) KKM, maka peserta didik
yang bersangkutan wajib mengikuti remidial pada kompetensi yang belum tercapai.

E. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Scientific
2. Model : Discovery Learning atau Pembelajaran Berbasis Inkuiri (PBI)
3. Metode : Ceramah, Kerja Kelompok, Diskusi, Pemberian Tugas
4. Teknik : Penugasan

F. Media, Bahan, dan Sumber Belajar

1. Media
a. CD Media Pembelajaraan Interaktif: Avatara, Dewa dan Bhaṭara
b. Laptop, Infocus dan LCD Proyektor

2. Bahan
a. Spidol
b. Kertas karton

3. Sumber Belajar
 Sugita, I. M. (2017). Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas VII
(Buku Guru). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
 Sugita, I. M. (2017). Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas VII
(Buku Siswa). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
 Miswanto. (2018). Bhagawad Gìtà dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa.
Malang: Giri Sastra
 Miswanto. (2018). Widyakara Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti kelas
VII. Surabaya: MGMP PAH SMP Provinsi Jawa Timur
 Video Dashavatara, Deva and Devi in Hindu, Rāmāyana, Māhabharata

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

1. Pertemuan ke-1 (3 JP)


a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
 Guru mengucapkan panganjali dan mengajak peserta didik untuk
mengucapkan mantra Mūladhyaya Pūja (mantra mengawali pembelajaran)
[Religius]
 Menyanyikan lagu wajib nasional [Nasionalisme]

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  48 


 Guru mengabsen atau menulis peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran
 Guru mengajak peserta didik mempersiapkan buku yang akan digunakan
untuk belajar
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
 Guru menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang digunakan dalam
pembelajaran tentang Avatara, Deva, dan Bhaṭara, yakni observasi, tes
tertulis, dan kinerja.
b. Kegiatan Inti (95 menit)
Mengamati
 Peserta didik melihat tayangan beberapa video dan gambar pada media
pembelajaran tentang Avatara, Dewa dan Bhaṭara
 Peserta didik mencatat hal-hal penting tentang Avatara, Dewa dan Bhaṭara
[Mandiri]
Menanya
 Peserta didik mengajukan pertanyaan terkait informasi apa yang tidak
dipahami dari hasil pengamatannya terkait dengan konsep pengertian
Avatara, Dewa dan Bhaṭara
Mengeksplorasi
 Peserta didik mengumpulkan data berdasarkan hasil identifikasi tentang
pengertian Avatara, Dewa dan Bhaṭara
Mengasosiasi/mengumpulkan informasi
 Guru membimbing siswa dalam mengolah informasi dari hasil
mengumpulkan informasi dan data.
 Guru mengarahkan peserta didik untuk membaca buku teks pelajaran/ buku/
sumber lain yang relevan tentang konsep pengertian Avatara, Dewa dan
Bhaṭara [Integritas]
Mengkomunikasikan
 Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatan terkait dengan konsep
pengertian Avatara, Dewa dan Bhaṭara [Gotong Royong]
 Peserta didik mencatat hasil simpulan yang telah dilaporkan
c. Kegiatan Penutup (15 menit)
 Guru menyampaikan penyimpulan hasil diskusi tentang konsep Avatara,
Dewa dan Bhaṭara.
 Guru memberitahukan kegiatan belajar yang akan dikerjakan pada
pertemuan berikutnya, yaitu Bagian-bagian Avatara, Deva dan Bhaṭara
 Guru memotivasi peserta didik untuk terus giat belajar
 Guru menutup pertemuan Pūrṇādhyaya Pūja dan Paramaśāntiḥ [Religius]

2. Pertemuan Ke-2 (3 JP)


a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
 Guru mengucapkan panganjali dan mengajak peserta didik untuk
mengucapkan mantra Mūladhyaya Pūja (mantra mengawali pembelajaran)
[Religius]
 Menyanyikan lagu wajib nasional [Nasionalisme]
 Guru mengabsen atau menulis peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  49 


 Guru mengajak peserta didik mempersiapkan buku yang akan digunakan
untuk belajar
 Guru memberikan apersepsi dengan mengulang kembali apa yang telah
dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
b. Kegiatan Inti (95 menit)
Mengamati
 Peserta didik membaca materi tentang bagian-bagian dari Avatara, Dewa
dan Bhaṭara
 Peserta didik mengamati dan mencatat hal-hal penting tentang pembagian
Avatara, Dewa dan Bhaṭara
Menanya
 Peserta didik mengajukan pertanyaan terkait informasi apa yang tidak
dipahami dari hasil pengamatannya terkait dengan konsep pembagian
Avatara, Dewa dan Bhaṭara
Mengeksplorasi
 Peserta didik mengumpulkan data berdasarkan hasil identifikasi tentang
pembagian Avatara, Dewa dan Bhaṭara [Mandiri]
Mengasosiasi/mengumpulkan informasi
 Guru membimbing siswa dalam mengolah informasi dari hasil
mengumpulkan informasi dan data.
 Guru mengarahkan peserta didik untuk membaca buku teks pelajaran/ buku/
sumber lain yang relevan tentang pembagian Avatara, Dewa dan Bhaṭara
Mengkomunikasikan
 Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatan terkait dengan pembagian
Avatara, Dewa dan Bhaṭara [Gotong Royong]
c. Kegiatan Penutup (15 menit)
 Guru menyampaikan penyimpulan hasil diskusi tentang pembagian
Avatara, Dewa dan Bhaṭara
 Peserta didik merapihkan meja, tempat duduk dan dan membuang sampah
pada tempatnya. [Integritas]
 Guru memotivasi peserta didik untuk terus giat belajar
 Guru menutup pertemuan Pūrṇādhyaya Pūja dan Paramaśāntiḥ [Religius]

3. Pertemuan Ke-3 (3 JP)


a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
 Guru mengucapkan panganjali dan mengajak peserta didik untuk
mengucapkan mantra Mūladhyaya Pūja (mantra mengawali pembelajaran)
[Religius]
 Menyanyikan lagu wajib nasional [Nasionalisme]
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran baik secara tertulis maupun lisan.
 Guru memberikan apersepsi dengan mengulang kembali apa yang telah
dipelajari pada pertemuan sebelumnya yakni tentang pembagian Avatara,
Dewa dan Bhaṭara
b. Kegiatan Inti (95 menit)
Mengamati

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  50 


 Peserta didik melihat tayangan tentang kisah Dewa-dewa, Avatara, dan
Bhaṭara dalam Hindu
 Peserta didik mengamati dan mencatat ciri-ciri, prebedaan, serta persamaan
dari Avatara, Dewa dan Bhaṭara [Mandiri]
Menanya
 Peserta didik mengajukan pertanyaan terkait informasi apa yang tidak
dipahami dari hasil pengamatannya terkait dengan ciri-ciri, prebedaan, serta
persamaan dari Avatara, Dewa dan Bhaṭara
Mengeksplorasi
 Peserta didik mengumpulkan data berdasarkan hasil identifikasi tentang ciri-
ciri, prebedaan, serta persamaan dari Avatara, Dewa dan Bhaṭara
[Integritas]
Mengasosiasi/mengumpulkan informasi
 Guru membimbing siswa dalam mengolah informasi dari hasil
mengumpulkan informasi dan data.
 Guru mengarahkan peserta didik untuk membaca buku teks pelajaran/ buku/
sumber lain yang relevan tentang ciri-ciri, prebedaan, serta persamaan dari
Avatara, Dewa dan Bhaṭara
Mengkomunikasikan
 Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatan terkait dengan ciri-ciri,
prebedaan, serta persamaan dari Avatara, Dewa dan Bhaṭara [Gotong
Royong]
c. Kegiatan Penutup (15 menit)
 Guru menyampaikan kesimpulan hasil diskusi tentang tentang ciri-ciri,
persamaan, dan perbedaan antara Avatara, Deva, dan Bhaṭara
 Guru memberitahukan kegiatan belajar yang akan dikerjakan pada
pertemuan berikutnya, yaitu presentasi tentang Avatara, Deva, dan Bhaṭara
 Guru membagi tugas materi presentasi yang berbeda-beda kepada setiap
peserta didik
 Guru memotivasi peserta didik untuk terus giat belajar
 Guru menutup pertemuan dengan Pūrṇādhyaya Pūja dan Paramaśāntiḥ
[Religius]

4. Pertemuan Ke-4 (3 JP)


a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
 Guru mengucapkan panganjali dan mengajak peserta didik untuk
mengucapkan mantra Mūladhyaya Pūja (mantra mengawali pembelajaran)
[Religius]
 Menyanyikan lagu wajib nasional [Nasionalisme]
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran baik secara tertulis maupun lisan.
 Guru memberikan motivasi dan mengajukan pertanyaan secara komunikatif
yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
 Guru meminta untuk menunjukkan tugas presentasi terkait Avatara, Dewa,
dan Bhaṭara yang diberikan pada pertemuan sebelumnya
 Guru menyampaikan beberapa kriteria terkait penilaian dalam presentasi
Avatara, Dewa, dan Bhaṭara
b. Kegiatan Inti (95 menit)

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  51 


 Masing-masing peserta didik mempresentasikan tugas presentasinya tentang
Avatara, Dewa, dan Bhaṭara sesuai dengan pembagian materi tugas yang
telah diberikan oleh guru pada pertemuan sebelumnya. [Mandiri]
 Salah satu peserta didik ditunjuk untuk menjadi moderator secara bergiliran.
 Setiap peserta didik mempresentasikan hasil pekerjaannya sesuai dengan
materi tugas dari guru di depan kelas.
 Moderator memberikan kesempatan kepada peserta didik lain untuk
bertanya atau menanggapi hasil presentasi tersebut.
 Setelah selesai presentasi masing-masing peserta didik menyerahkan file
presentasinya sebagai produk peserta didik kepada guru untuk diberikan
penilaian
 Guru bersama-sama peserta didik melakukan identifikasi kelebihan dan
kekurangan kegiatan pembelajaran pertemuan hari ini. [Gotong Royong]
 Berdasarkan hasil evaluasi dan hasil presentasi yang telah diselesaikan, guru
memberikan penghargaan untuk peserta didik yang memperoleh nilai yang
tertinggi.
c. Kegiatan Penutup (15 menit)
 Guru menyampaikan penyimpulan hasil diskusi tentang Avatara, Dewa,
dan Bhaṭara
 Guru menekankan kepada seluruh peserta didik untuk bisa meneladani
semua sifat-sifat baik dari tokoh-tokoh yang ada pada kisah tentang Avatara,
Dewa, dan Bhaṭara [Integritas]
 Guru menyampaikan kepada peserta didik terkait dengan Penilaian Harian
yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya
 Guru memotivasi peserta didik untuk terus giat belajar
 Guru menutup pertemuan dengan Pūrṇādhyaya Pūja dan Paramaśāntiḥ
[Religius]

H. Penilaian

1. Sikap spiritual dan Sosial


No. Teknik Bentuk Instrumen Waktu Pelaksanaan
1 Observasi Jurnal Saat KBM
2 Penilaian diri Cek list Ya /tidak Setelah KBM
3 Penilaian antar teman Cek list 1,2,3 Setelah KBM

2. Pengetahuan
No. Teknik Bentuk Instrumen Waktu Pelaksanaan
1 Lisan Pertanyaan terbuka Saat KBM
2 Tertulis Pilihan ganda, isian, uraian Setelah KBM

3. Keterampilan
No. Teknik Bentuk Instrumen Waktu Pelaksanaan
1 Proyek Lembar penilaian proyek Saat KBM
2 Produk Lembar penilaian produk Setelah KBM

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  52 


I. Remidial dan Pengayaan

1. Pembelajaran Remidial
Peserta didik yang nilainya belum mencapai ketuntasan minimum (KKM), dengan
diberikan remidial pada indikator yang belum tercapai.

2. Pengayaan
Peserta didik yang mencapai nilai diatas ketuntasan minimum (KKM), diberikan
pengayaan pendalaman tentang kisah-kisah Avatara, Deva, dan Bhaṭara dalam kitab-
kitab Purana

Mengetahui, Nama Kota, Juli 2019


Kepala Sekolah Guru PAH BP

Nama Kepala Sekolah ...........................................


NIP. Kepala Sekolah NIP. Guru PAHBP

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  53 


LAMPIRAN 1: MATERI

AVATARA, DEVA, DAN BHAṬARA

A. Pengertian Sraddha
Secara alamiah, setiap umat manusia mempunyai naluri untuk mengikuti suatu
kepercayaan. Kepercayaan dengan kualitas yang lebih tinggi disebut keyakinan. Jenis
keyakinan ini terbagi menjadi dua, yaitu keyakinan yang menyesatkan dan keyakinan yang
memberikan motivasi atau dorongan untuk mencapai hidup yang lebih baik.
Contoh kepercayaan yang menyesatkan adalah percaya kepada hantu, tenung atau
ramalan, dan sebagainya. Contoh keyakinan yang memberikan motivasi adalah keyakinan
tentang keberadaan Sang Hyang Widhi atau Tuhan, keyakinan akan adanya para dewa,
keyakinan akan kemampuan diri sendiri, dan sebagainya. Keyakinan yang dimaksud dapat
bermanfaat untuk dijadikan pegangan hidup yang akan memberikan ketentraman lahir dan
batin. Dalam bahasa Sanskerta, keyakinan itu disebut srad. Lalu diadopsi ke dalam bahasa
Jawa Kuno atau bahasa Kawi menjadi sraddha yang berarti keyakinan. Yang dimaksud
dengan Sraddha dalam hal ini adalah keyakinan yang kuat. Sraddha atau keyakinan ini dapat
dipakai sebagai motivasi, pegangan hidup, dan penghiburan dalam menjalani kehidupan yang
terkadang sangat menyenangkan namun terkadang sangat menyiksa.
Umat Hindu secara khusus diwajibkan untuk mempunyai sraddha atau keyakinan.
Ada lima sraddha yang harus diyakini oleh umat Hindu. Kelima sraddha itu disebut Pañca
Sraddha yang terdiri dari:
 Brahman adalah keyakinan terhadap keberadaan Tuhan dengan segala sifat-sifat dan
kemahakuasaan-Nya. Tuhan disebut juga Sang Hyang Widhi.
 Atman adalah keyakinan terhadap adanya energi terkecil dari Brahman yang ada di dalam
setiap makhluk hidup. Atman menyebabkan semua makhluk bisa lahir, hidup,
berkembang, dan mati. Atman juga merupakan sumber hidup dari semua makhluk yang
ada di Bumi ini.
 Karmaphala adalah keyakinan terhadap adanya hukum karma. Hukum karma mutlak
berlaku terhadap semua makhluk dan semua yang ada di dunia ini.
 Punarbhawa adalah keyakinan akan adanya kelahiran yang berulang-ulang sesuai dengan
karma wasana.
 Mokṣa adalah keyakinan akan adanya kebahagiaan abadi, bersatunya Atman dengan
Brahman, sehingga terbebas dari pengaruh punarbawa dan hokum karmaphala.

B. Avatara, Deva, dan Bhaṭara


1. Pengertian Avatara
Dalam Kamus Istilah Agama Hindu, Avatara berasal dari kata ava artinya bawah dan
tara/tra artinya menyebrang atau menjelma. Jadi, Avatara berarti Perwujudan Sang Hyang
Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa turun ke dunia untuk menegakkan dharma dari tantangan
adharma dengan perwujudan tertentu untuk menyelamatkan umat manusia dari ancaman
bahaya. Avatara biasanya ditandai dengan turunnya Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang turun
ke dunia untuk menyelamatkan manusia dengan manifestasi sebagai Deva Visnu turun ke
dunia dengan mengambil wujud tertentu. Dalam kitab Bhagavadgita IV.7 dengan jelas
disebutkan sebagai berikut :
यदा यदा हि धर्मस्य ग्लानिर्भवति भारत । अभ्यु त्थानमधर्मस्य तदात्मानं सृ जाम्यहम् ॥
yadā yadā hi dharmasya glānir bhavati bhārata | abhyutthānam adharmasya
tadātmānaṁ sṛjāmyaham ||

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  54 


(Sesungguhnya manakala dharma berkurang kekuasaanya dan tirani hendak merajalela,
wahai Ārjuna, saat itu Aku ciptakan diri-Ku sendiri)

Dalam Viṣṇu Purana dikenal sepuluh perwujudan Sang Hyang Widhi Wasa dalam
menyelamatkan dunia, yaitu: Matsya, Kurma, Varaha, Narasimha, Wamana, Parasurama,
Rama, Kṛṣṇa, Buddha, dan Kalki Avatara.

Matsya Kurma Varaha Narasimha Vamana

Parasurama Rama Kṛṣṇa Buddha Kalki

Untuk lebih memudahkan memahami bagian-bagian dari Avatara di atas, dapat dibaca
melalui tabel berikut ini:
Sang Hyang Widhi Wasa yang turun/bereinkarnasi ke bumi dengan
No. Avatara
mengambil wujud tertentu sebagai berikut:
Ikan yang Maha besar, muncul pada zaman Satya Yuga bertujuan untuk
1 Matsya Avatara
menyelamatkan benih manusia yang terancam punah.
Kura-kura raksasa, muncul pada zaman Satya Yuga yang bertujuan untuk
2 Kurma Avatara
menahan gunung Mandaragiri supaya tidak tenggelam.
3 Varaha Avatara Badak Besar, muncul pada zaman Satya Yuga.
Narasimha Manusia berkepala singa membunuh Raja Hiranyakasipu sebagai tokoh
4
Avatara adharma saat itu muncul pada zaman Satya Yuga.
Wamana Orang kerdil yang membunuh raja Bali sebagai tokoh adharma, muncul
5
Avatara pada Treta Yuga.
Pandita yang selalu membawa kapak, memberi kesadaraan kepada kesatria
Parasurama
6 untuk mengendalikan dharma atau kepemimpinan dengan sebaik-baiknya
Avatara
muncul zaman Treta Yuga.
Putra Prabu Dasarata, guna membela adharma yang dipimpin oleh
7 Rama Avatara
Rahwana yang pasukannya terbasmi muncul zaman Treta Yuga.
Putra Prabu Wasu Deva dengan Dewi Devaki menghancurkan Raja Kangsa
8 Krishna Avatara dan jasrasanda golongan adharma pada saat itu, muncul pada zaman
Dwapara Yuga.
Putra prabu Sudodana dengan Dewi Maya bertugas menyadarkan manusia,
9 Buddha Avatara agar bebas dari penderitaan melalui jalan tengah di antara kedelapan
cakram (putaran hidup), muncul pada zaman Kali Yuga.
10 Kalki Avatara Avatara yang ke-10, menurut keyakinan Agama Hindu beliau akan datang

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  55 


Sang Hyang Widhi Wasa yang turun/bereinkarnasi ke bumi dengan
No. Avatara
mengambil wujud tertentu sebagai berikut:
nanti pada akhir zaman Kali Yuga, bila adharma sudah betul-betul
merajalela.

2. Pengertian Deva
Kata Deva berasal dari kata Div artinya sinar/bersinar. Deva artinya sinar suci dari
Sang Hyang Widhi, fungsinya untuk menyinari semua makhluk hidup di alam semesta ini
untuk berintegrasi antara satu dengan yang lainnya sehingga bisa berkembang. Kita banyak
mengenal sebutan Deva, seperti Deva Brahma, Deva Visnu, Deva Siva, Deva Isvara, Deva
Maheswara, Deva Rudra, Deva Samkara, Deva Sambhu. Bila kita umpamakan matahari itu
adalah Shang Hyang Widhi, Deva adalah Sinarnya. Dalam perkembangan lebih lanjut Esa
(Sang Hyang idhi), sehingga Deva itu sesungguhnya adalah yang Esa itu sendiri dalam aspek
tertentu.

Brahma Wisnu Siva Indra Surya

Saraswati Laksmi Durga Candra Varuna

3. Pengertian Bhaṭara
Bhaṭara berasal dari kata “bhatr” yang berarti pelindung. Bhaṭara berarti
“pelindung.” Jadi Bhaṭara adalah aktivitas Sang Hyang Widhi sebagai pelindung ciptaan-Nya.
Dalam pandangan agama Hindu, semua hal di alam semesta ini dilindungi oleh Sang Hyang
Widhi dengan gelar Bhaṭara. Ada begitu banyak nama-nama Bhaṭara sesuai dengan tempat,
fungsi, dan ke dudukan nya. Sebagaimana dikutip dalam ajaran Siva Tatwa dalam agama
Hindu, Sang Hyang Sapuh Jagat apabila beliau menjaga pertigaan, Sang Hyang Catus
Pata/Catur Loka Pala apabila beliau berkedudukan di perempatan jalan, Sang Hyang Bairawi
apabila beliau berkedudukan di kuburan, Sang Hyang Tri Amerta apabila beliau
berkedudukan di meja makan. Beberapa contoh nama Bhaṭara di atas hanyalah contoh kecil
dari sekian banyak nama Bhaṭara yang enandakan sifat Sang Hyang Widhi yang wyapi
wyapaka atau ada di mana-mana.
C. Hubungan Avatara, Deva, dan Bhaṭara dengan Sang Hyang Widhi
Hubungan Avatara, Deva, dan Bhaṭara dengan Sang Hyang Widhi sangat erat dan
menyatu malah tidak dapat dipisahkan karena:
1. Avatara, Deva, dan Bhaṭara sumbernya dari Sang Hyang Widhi (seperti sinar matahari
bersumber dari matahari).
2. Avatara, Deva, dan Bhaṭara merupakan manifestasi dari Sang Hyang Widhi.
3. Avatara, Deva, dan Bhaṭara sama-sama sebagai pelindung.

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  56 


4. Avatara, Deva, dan Bhaṭara merupakan kekuatan dari Sang Hyang Widhi.
5. Avatara, Deva, dan Bhaṭara maha kasih dan penyayang.

D. Perbedaan Avatara, Deva, dan Bhaṭara


Selain terdapat persamaan, antara Avatara, Deva, dan Bhaṭara juga terdapat
perbedaan, antara lain:
1. Avatara adalah perwujudan Tuhan yang menjadikan diri-Nya berbagai jenis atau bentuk
menurut kehendak-Nya dan yang selalu dekat serta dikasihi akan kembali pada-Nya.
2. Para Deva memiliki sifat yang lebih rendah karena roh yang sampai pada Deva akan
kembali lagi sebelum bersatu dengan-Nya.
3. Roh leluhur lebih rendah tingkatannya dengan Deva, roh yang suci kedudukannya
setingkat dengan Bhaṭara sehingga lebih dekat dengan kehidupan.
4. Avatara adalah turunnya kekuatan Sang Hyang Widhi ke dunia sebagai Deva Visnu
dengan mengambil suatu bentuk tertentu untuk menyelamatkan dunia beserta isinya dari
kehancuran yang disebabkan oleh sifat-sifat Adharma.
5. Deva berasal dari kata Div yang berarti sinar. Jadi, Deva memiliki arti atau makna sinar
yang menunjukkan sebagai sinar sucinya Tuhan Yang Maha Esa.
6. Bhaṭara berasal dari bahasa Sanskerta dari akar kata Bhatr, yang artinya Pelindung. Jadi
Bhaṭara adalah manusia yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas
kesucian dirinya sehingga mampu menjadi Manawa ke Madawa atau setingkat Bhaṭara
yang dapat melindungi kesejahteraan umat manusia.

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  57 


LAMPIRAN 2: PENILAIAN KI 1 DAN KI 2

PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL

A. Teknik : Observasi, Penilaian Diri, dan Penilaian Teman


B. Bentuk Instrumen : Lembar Penilaian Diri
C. Format Penilaian
Sikap Spiritual Sikap Sosial
Tanggun
Percaya
No Nama Disiplin Tekun g Peduli Total
Diri
Jawab
1-4 1-4 1-4 1-4 1-4
1
2
3
4
5

Rubrik Penskoran:
Sikap Spritual Sikap Sosial
a. Indikator sikap spiritual “disiplin”: a. Indikator sikap sosial “percaya diri”
1) Disiplin melaksanakan doa sebelum 1) Tidak mudah terpengaruh
dansesudah kegiatan pembelajaran 2) Tidak takut saat presentasi
2) Disiplin mengucapkan salam agama 3) Mengemukakan ide dengan baik
Hindu setiap memulai pembelajaran. 4) Performancenya meyakinkan
3) Disiplin dalam mengucapkan doa
Dainika Upasana sebelum memulai b. Indikator sikap sosial “tanggung jawab”
belajar. 1) Selalu menyelesaikan tugas yang
4) Disiplin mengucapkan doa memulai diberikan pendidik
sesuatu. 2) Tidak bertele-tele dalam bekerja
3) Tepat waktu dalam mengumpulkan
b. Indikator sikap spiritual “tekun”: tugas
1) Tekun dalam mengucapkan doa 4) Datang tepat waktu ke kelas
sebelum dan selesai pelajaran
2) Tekun mengucapkan salam agama c. Indikator sikap sosial “peduli”
Hindu dalam kehidupan 1) Berpakaian rapi
3) Tekun mengucapkan doa Dainika 2) Menjaga ketertiban dan kebersihan
Upasana sebelum belajar 3) Memberikan kritik yang membangun
4) Tekun mengucapkan doa memulai 4) Rajin berpunia
pekerjaan.
Pemberian Nilai Skor:
a. Nilai 4 = jika peserta didik melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut
b. Nilai 3 = jika peserta didik melakukan 3 (tiga) kegiatan tersebut
c. Nilai 2 = jika peserta didik melakukan 2 (dua) kegiatan tersebut
d. Nilai 1 = jika peserta didik melakukan salah satu kegiatan tersebut

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  58 


LAMPIRAN 3: KI 3

PENILAIAN PENGETAHUAN

A. Tes lisan
No. Bentuk Instrumen Jumlah Soal Jenis Tagihan
1. Uraian Terbuka 10 Tanya Jawab

I. Soal
Jawaban pertanyaan dengan tepat dan benar!
1. Jelaskan pengertian Avatara!
2. Jelaskan pengertian Deva!
3. Jelaskan pengerian Bhaṭara!
4. Apa yang kau ketahui tentang Deva Surya!
5. Apa yang kau ketahui tentang Deva Candra!
6. Apa yang kau ketahui tentang Deva Varuna!
7. Sebutkan 3 Avatara yang sudah mengambil wujud sebagai manusia sempurna!
8. Sebutkan 3 Avatara yang mengambil wujud binatang atau manusia setengah binatang!
9. Dalam menjaga dunia ini, Hyang Widdhi memiliki kekuatan sebagai Bhaṭara Bayu.
Apakah tugas dari Bhaṭara Bayu?
10. Di Jawa di kenal sebagai Bhaṭara Guru. Apa yang kau ketahui tentang Bhaṭara Guru?

II. Pedoman Penskoran


No Kunci Jawaban Skor
1. Avatara adalah perwujudan Sang Hyang Widhi yang turun ke dunia untuk 10
menegakkan dharma dari tantangan adharma dengan perwujudan tertentu untuk
menyelamatkan umat manusia dari ancaman bahaya
2. Deva adalah sinar suci dari Sang Hyang Widhi, fungsinya untuk menyinari 10
semua makhluk hidup di alam semesta ini untuk berintegrasi antara satu dengan
yang lainnya sehingga bisa berkembang
3. Bhaṭara aktivitas atau kekuatan Sang Hyang Widhi sebagai pelindung ciptaan- 10
Nya di alam semesta
4. Deva Surya adalah manifestasi Sang Hyang Widdhi Wasa yang diberi tugas 10
untuk menjadi penguasa matahari. Putra dari Aditi
5. Deva Candra adalah adalah manifestasi Sang Hyang Widdhi Wasa yang diberi 10
tugas untuk menjadi penguasa dari Bulan
6. Deva Varuna adalah dewa adalah manifestasi Sang Hyang Widdhi Wasa yang 10
diberi tugas untuk menjadi penguasa lautan
7. Vamana, Ramaparasu, Rama, Kṛṣṇa, Buddha, dan Kalki 10
8. Matsya, Kurma, Varaha, dan Narasimha 10
9. Bhaṭara Bayu memiliki tugas dan kekuatan angin. Dia menjaga seluruh 10
perputaran angin di alam semesta
10. Bhaṭara Guru adalah dewa yang menjaga kahyangan Jonggring Salaka 10
Total Skor Maksimal 100
Jawaban salah atau tidak sesuai dengan kunci jawaban 1
Tidak dijawab 0

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  59 


Dafar Nilai Siswa
Soal dan Skor Total
No. Nama peserta didik
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nilai
1.
2.
3.
4.
5.

B. Tes Tulis
No. Bentuk Instrumen Jumlah Soal Jenis Tagihan
1. Pilihan Ganda 30 Penugasan / Penilaian Harian
2. Isian 20 Penugasan
3. Uraian 5 Penugasan / Penilaian Harian

I. Pilihan Ganda
Berilah tanda silang (X) huruf A, B, C atau D pada jawaban yang benar!
1. Deva berasal dari kata Sanskerta....
A. दे व् B. विद् C. ivd( D. ved(
2. Kata ‘div’ yang merupakan asal kata ‘deva’ berarti....
A. kekuatan B. pelindung C. sinar D. kuasa
3. Bhaṭara berasal dari akar kata Sanskert ‘>aTa*’ yang berarti....
A. kekuasaan B. pelindung C. cahaya D. penuh
4. Deva yang berkuasa atas lautan adalah....
A. Varuna B. Vayu C. Viswamitra D. Visvakarma
5. Deva yang berkuasa atas matahari adalah....
A. Siva B. Sankara C. Sambhu D. Surya
6. Deva yang menguasai bulan adalah....
A. Maheswara B. Agni C. Candra D. Indra
7. Bhaṭara yang memiliki kekuatan angin adalah....
A. Bayu B. Brahma C. Baruna D. Bagaspati
8. Bhaṭara yang memiliki kekuatan api adalah....
A. Visnu B. Agni C. Bayu D. Siva
9. Bhaṭara yang memiliki kekuatan untuk mengadili dan dikenal sebagai pencabut nyawa
adalah....
A. Bayu B. Agni C. Bayu D. Yama
10. Bhaṭara yang memiliki kekuatan petir atau bajra adalah....
A. Visnu B. Indra C. Yama D. Siva
11. Avatara yang turun sebagai brahmana cebol adalah....
A. Vamana B. Ramaparasu C. Narasimha D. Rama
12. Avatara yang turun sebagai manusia berkepala singa adalah....
A. Matsya B. Narasimha C. Krsna D. Kurma
13. Avatara yang turun sebagai kura-kura raksasa adalah....
A. Kurma B. Matsya C. Buddha D. Kalki

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  60 


14. Avatara yang turun ke dunia untuk membasmi kekejaman Raja Kamsa adalah....
A. Kalki B. Buddha C. Rama D. Krsna
15. Avatara yang turun ke dunia untuk membasmi keangkaramurkaan Raja Ravana
adalah....
A. Buddha B. Kalki C. Rama D. Vamana
16. Avatara yang turun ke dunia pada Kaliyuga adalah....
A. Kalki B. Kurma C. Krsna D. Karna
17. Avatara yang turun ke dunia untuk membasmi kekejaman Raja Hiranyakasipu dan
disembah oleh Prahlada, putra Hiranyakasipu adalah....
A. Krsna B. Rama C. Narasimha D. Vamana
18. Perhatikan data berikut ini!
1) Turun pada Kali Yuga
2) Berwujud ikan raksasa
3) Muncul pada Satya Yuga
4) Membasmi kekejaman Raja Bali
Dari data di atas yang merupakan ciri-ciri dari Matsya Awatara adalah....
A. 1 dan 2 B. 2 dan 3 C. 3 dan 4 D. 1 dan 4
19. Perhatikan gambar di bawah ini!
Gambar di atas merupakan perwujudan dari....
A. Kurma Awatara
B. Kalki Awatara
C. Krsna Awatara
D. Rama Awatara
20. Dia adalah Awatara yang menyelamatkan dunia dari kehancuran. Dia datang untuk
membasmi kekejaman Hiranyakasipu, tokoh adharma saat itu. Dia muncul pada zaman
Satya Yuga. Awatara yang dimaksud mengambil wujud sebagai........
A. babi hutan B. ikan raksasa
C. kura-kura raksana D. manusia berkepala singa
21. Perhatikan tabel di bawah ini!
No Ciri-ciri
1 Sebagai sinar suci Brahman
2 Memiliki kekuatan Tuhan
3 Pelindung alam semesta
4 Lahir sebagai makhluk di dunia
5 Berasal dari Tuhan
Dari tabel di atas, nomor yang menunjukkan perbedaan antara Dewa, Bhatara, dan
Awatara adalah....
A. 1, 2, dan 3 B. 1, 2, dan 4 C. 1, 3, dan 4 D. 1, 3, dan 5
22. Perhatikan ilustrasi kisah di bawah ini!
Ia terlahir sebagai putra kedelapan Basudeva (putra Raja Surasena) dan Devaki
(keponakan Raja Ugrasena). Orang tuanya termasuk kaum Yadawa atau keturunan
Yadu, putra raja legendaris Yayati. Raja Kamsa, kakak sepupu Devaki, mewarisi tahta
setelah menjebloskan ayahnya sendiri ke penjara, yaitu Ugrasena. Dia datang untuk
membasmi kekejaman Kamsa.
Awatara yang digambarkan dari ilustrasi di atas adalah....

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  61 


A. Rama B. Krsna C. Buddha D. Waraha
23. Perhatikan data di bawah ini!
1) Diturunkan ke dunia sebagai pelindung penjuru alam.
2) Mengemban tugas membasmi kejahatan
3) Sebagai sinar suci Brahman
4) Terikat oleh kehidupan duniawi
5) Membela kebenaran
Berdasarkan data di atas, yang merupakan ciri-ciri Awatara ditunjukkan pada nomor....
A. 1, 3, dan 4 B. 1, 4, dan 5 C. 2, 3, dan 4 D. 2, 4, dan 5
24. Perwujudan Sang Hyang Widdhi yang merupakan bagian dari-Nya dan memiliki tugas
melindungi dunia disebut....
A. Bhatara B. Awatara C. Dewa D. Atma
25. Perhatikan gambar berikut ini!

Gambar di atas adalah perwujudan dari Bhatara....


A. Siwa B. Wisnu C. Brahma D. Kuwera
26. Dia adalah bagian Hyang Widdhi yang berupa kekuatan alam. Dia menjadi satu dengan
samudra dan berkuasa atas lautan. Dia menjaga lautan dengan segala kekuatan-Nya.
Oleh karena-Nya, lautan bisa berfungsi dengan baik.
Bhatara yang digambarkan pada ilustrasi di atas adalah....
A. Bayu B. Baruna C. Brahma D. Bamadewa
27. Perhatikan gambar di bawah ini!

(1) (2) (3)


Berdasarkan gambar di atas, secara berurutan nomor menunjuk pada dewa, bhatara, dan
awatara adalah....
A. 1, 2, dan 3 B. 2, 3, dan 1 C. 3, 2, dan 1 D. 2, 1, dan 3
28. Setiap manusia yang hidup akan takut kepada-Nya. Kematian adalah kekuatan-Nya.
Setiap manusia yang menghadapi maut akan selalu bertemu dengan-Nya. Dia juga yang

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  62 


akan menjadi hakim bagi setiap karma yang kita lakukan. Dia selalu adil pada setiap
manusia.
Yang digambarkan pada ilustrasi di atas adalah Bhatara....
A. Yama B. Rama C. Wisnu D. Kuwera
29. Dalam Bhagawadgita 4.7 disebutkan:
यदा यदा हि धर्मस्य ग्लानिर्भवति भारत । अभ्यु त्थानमधर्मस्य तदात्मानं सृ जाम्यहम् ॥
yada yada hi dharmasya glanir bhavati bharata, abhyutthanam adharmasya
tadatmanam srjamy aham.
Menurut sloka di atas, Hyang Widdhi akan menyelematkan dunia dengan cara....
A. memberikan sinar-Nya B. memberikan kekuatan-Nya
C. menjelmakan diri-Nya sendiri D. menyempurnakan alam semesta
30. Prahlada adalah putra dari Hiranyakasipu yang sangat setia memuja Deva Wisnu
meskipun ayahnya membenci Deva Wisnu. Hiranyakasipu bahkan melarang Prahlada
untuk memuja Wisnu. Hiranyakasipu telah mendapatkan anugerah Dewa bahwa dia
tidak akan mati oleh manusia atau binatang, raksasa atau dewa; tidak pula di pagi, siang
atau malam hari; tidak di bumi atau di langit, di luar atau di dalam rumah; tidak dengan
senjata apa pun. Narasimha adalah jawaban atas anugerah tersebut. Akhirnya
Hiranyakasipu mati oleh Sang Narasimha.
Hal yang bisa dipetik dari kematian Hiranyakasipu dalam kisah tersebut adalah....
A. tidak boleh membenci orang tua
B. harus selalu menyanyangi anak-anak
C. jangan pernah mengalangi pemujaan bhakta
D. tiada anugerah apapun yang bisa mengatasi maut

II. Isian
Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban tepat!
1. Kata Avatara berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua kata yakni kata Awa
dan kata Tara. Kata Awa berarti….
2. Apabila dunia dalam keadaan kacau di mana adharma merajalela mendesak Dharma
maka Hyang widhi turun kedunia sebagai Dewa.…
3. Avatara yang ke lima turun ke dunia adalah….
4. Putra Bhaṭara Siwa yang berada di alam perbintangan dan dikenal sebagai Sang
Kaumari adalah….
5. Yang merupakan sakti dari Dewa Wisnu adalah….
6. Nama Dewa yang termasuk Dewa Pañca Dewata dan menguasai Arah Timur adalah….
7. Nama Dewa yang termasuk Dewa Pañca Dewata dan menguasai Arah Barat adalah….
8. Nama Dewa yang termasuk Dewa Pañca Dewata dan menguasai Arah Uttara adalah….
9. Yang merupakan salah satu ciri (Atribut) Dewa Wisnu adalah….
10. Arti dari kata dari Bhaṭara adalah…
11. Jika perbedaan antara Dewa dan Bhaṭara diumpamakan seperti sinar dan panasnya,
maka panasnya matahari adalah sebagai perwujudan dari.…
12. Dialog antara Arjuna dengan Krisna dihimpun dalam buku….
13. Avatara umumnya berwujud manusia dan binatang, Avatara yang berwujud gabungan
antara manusia dan binatang adalah….
14. Yang dipuja pada Pura Luhur Poten di Tengger adalah Bhaṭara.…
15. Wujud Avatara yang pertama diketahui adalah….
16. Manusia yang pertama dalam kisah Purana disebut juga….
17. Avatara Visnu yang menyelematkan dunia saat akan tenggelam ke dasar samudra, saat
para Sura dan Asura memperebutkan Tirtha Amertha adalah....

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  63 


18. Deva yang merupakan putra Siva dan dikenal sebagai Ekadanta yang menganugerahkan
kebijaksanaan kepada seluruh umat manusia adalah....
19. Devī yang dipuja sebagai Śaktī atau Devī Perang dan memberikan anugerah berupa
kekuatan kepada para ksatriya adalah....
20. Devī yang mengalirkan airnya ke dunia dan digambarkan di kepala Śiva adalah....

III. Uraian
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Jelaskan pengertian Deva secara etimologis!
2. Jelaskan pengertian Bhaṭara secara etimologis!
3. Jelaskan pengertian Avatara secara etimologis!
4. Sebutkan persamaan Deva, Bhaṭara, dan Avatara!
5. Jelaskan kaitan makna Bhagavadgītā IV.7 dengan turunnya Avatara?

IV. Pedoman Penskoran


Pedoman Penskoran Pilihan Ganda
1. B 7. A 13. A 19. A 25. C
2. C 8. B 14. D 20. D 26. B
3. B 9. D 15. C 21. C 27. B
4. A 10. B 16. A 22. B 28. A
5. D 11. A 17. C 23. D 29. C
6. C 12. B 18. B 24. A 30. D
Jawaban Skor
Benar 1
Salah 0
Skor Maksimal Pilihan Ganda 30

Pedoman Penskoran Soal Isian


No. Skor jika jawaban:
Kunci Jawaban
Soal Benar Tidak Sesuai / Salah Tidak dijawab
1. turun 2 1 0
2. Visnu 2 1 0
3. Vamana 2 1 0
4. Kartikeya 2 1 0
5. Śrī/Lakṣmī 2 1 0
6. Īśvara 2 1 0
7. Māhadeva 2 1 0
8. Viṣṇu 2 1 0
9. Triwikrama 2 1 0
10. Pelindung 2 1 0
11. Bhaṭara 2 1 0
12. Bhagavadgītā 2 1 0
13. Narasimha 2 1 0
14. Brahma 2 1 0
15. Matsya 2 1 0
16. Manu 2 1 0
17. Kurma Avatara 2 1 0
18. Deva Ganeṣa 2 1 0
19. Dūrgā / Kālī 2 1 0
20. Gaṅgā 2 1 0

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  64 


No. Skor jika jawaban:
Kunci Jawaban
Soal Benar Tidak Sesuai / Salah Tidak dijawab
Skor Maksimal 40

Pedoman Penskoran Soal Uraian


No Kunci Jawaban Skor
1. Deva berasal dari akar kata ‘div’ yang artinya ‘sinar’. Deva adalah sinar 5
suci Hyang Widdhi Wasa
2. Bhaṭara berasal dari akar kata ‘bhtṛ’ yang artinya ‘melindungi’. Bhaṭara 5
adalah manifestasi Hyang Widdhi Wasa yang bertugas melindungi alam
semesta
3. Avatara berasal dari kata ‘ava’ yang artinya bawah, dan ‘tra/tara’ yang 5
artinya menyebrang/menjelma. Avatara adalah Hyang Widdhi yang
menjelma ke dunia
4. Persamaan Deva, Bhaṭara, dan Avatara adalah sama-sama berasal dari 5
Hyang Widdhi Wasa dan memiliki kekuatan suci Tuhan
5. Bhagavadgītā IV.7 berbunyi: 5
यदा यदा हि धर्मस्य ग्लानिर्भवति भारत ।
अभ्यु त्थानमधर्मस्य तदात्मानं सृ जाम्यहम् ॥
yadā yadā hi dharmasya glānir bhavati bhārata |
abhyutthānam adharmasya tadātmānaṁ sṛjāmyaham ||
(Sesungguhnya manakala dharma berkurang kekuasaanya dan tirani 5
hendak merajalela, wahai Ārjuna, saat itu Aku ciptakan diri-Ku sendiri).
Kaitan makna dari sloka di atas dengan turunnya Avatara adalah: Hyang
Widdhi akan turun sebagai Avatara ketika Adharma merajalela dan
Dharma berkurang kekuasaannya
Skor Maksimal 30
Jawaban salah / tidak sesuai 1
Tidak dijawab 0

Daftar Nilai Siswa


(a) (b) (c) Nilai
No. Nama peserta didik
Pilihan Ganda Isian Uraian (a+b+c)
1
2
3
4
5

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  65 


LAMPIRAN 4: KI 4

PENILAIAN KETERAMPILAN

A. Proyek
1. Teknik : Proyek Drama
2. Bentuk Instrumen : Lembar Praktikum
3. Aspek Penilaian : Psikomotor (Presentasi)
4. Materi : Membuat sosiodrama tentang kisah salah satu Avatara dan
memanfaatkan media dari bahan bekas sebagai kostum serta
dipresentasikan di depan kelas
5. Pedoman penskoran :
Kriteria dan Skor Jumlah
No. Nama peserta didik
(a) (b) (c) (d) (f) (g) Skor
1
2
3
4
5
Keterangan: Skor:
(a) = naskah/skenario dan kebenaran alur cerita 10 = jika sempurna
(b) = tata panggung dan kostum 9 = jika sangat baik
(c) = ekspresi 7-8 = jika baik
(d) = penjiwaan tokoh 5-6 = cukup
(e) = penggunaan bahasa 1-4 = kurang baik
(f) = kemampuan memanfaatkan media
SB (Sangat Baik) = 90 - 100 Nilai =
B (Baik) = 70 - 89 Jumlah Skor
×100
C (Cukup) = 50 - 69 60
D (Kurang) = 10 - 49
E (Sangat Kurang = 0 - 9

B. Produk
1. Teknik : Produk Film
2. Bentuk Instrumen : Lembar Produk
3. Aspek Penilaian : Psikomotor (Produk)
4. Materi : Membuat produk film dari sosio drama yang ditampilkan
dengan menggunakan kamera HP untuk didokumentasikan
menjadi sebuah film sederhana ipamerkan dan
dipresentasikan di depan kelas
5. Pedoman penskoran :
Kriteria dan Skor
No. Nama peserta didik Jumlah Skor
(a) (b) (c) (d) (e)
1
2
3

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  66 


Kriteria dan Skor
No. Nama peserta didik Jumlah Skor
(a) (b) (c) (d) (e)
4
5
Keterangan: Skor:
(a) = kesiapan alat 10 = jika sempurna
(b) = proses pembuatan film 9 = jika sangat baik
(c) = rendering film 7-8 = jika baik
(d) = animasi film 5-6 = cukup
(e) = VCD film 1-4 = kurang baik
SB (Sangat Baik) = 90 - 100 Jumlah Skor
Nilai = ×100
B (Baik) = 70 - 89 50
C (Cukup) = 50 - 69
D (Kurang) = 10 - 49
E (Sangat Kurang = 0 - 9

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  67 


LAMPIRAN 5

GAMBAR VIDEO DAN MEDIA PEMBELAJARAN

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  68 


LAMPIRAN 6

REMIDIAL DAN PENGAYAAN

A. Kegiatan Pendahuluan
 Guru mengucapkan panganjali dan Mūladhyaya Pūja
 Guru mengabsen atau menulis peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran,
sekaligus mendata yang nilainya belum memenuhi KKM dan yang sudah
memenuhi/melebihi KKM
 Guru mengajak peserta didik mempersiapkan buku yang akan digunakan untuk
belajar
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

B. Kegiatan Inti
 Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik yang nilainya belum KKM
untuk membaca materi sesuai indikator yang belum terpenuhi.
 Bagi peserta didik yang nilainya sudah memenuhi/melebihi KKM, Guru memberikan
materi pengayaan berupa kisah-kisah Avatara, Deva, dan Bhaṭara dalam kitab-kitab
Purana
 Guru memberikan materi pengayaan kisah-kisah Avatara, Deva, dan Bhaṭara dalam
kitab-kitab Purana dengan metode penemuan terbimbing. Guru memberikan petunjuk
pelaksanaan kegiatan penemuan terbimbing, kemudian peserta didik mengikuti apa
yang telah diinstruksikan guru. Peserta didik melakukan kegiatan belajar secara
secara mandiri dan membuat resume dari apa yang telah dipelajarinya.
 Bagi peserta didik yang nilainya belum KKM, maka guru memberikan tes atau
ulangan sesuai materi yang nilainya belum KKM. Peserta didik diberikan soal secara
tertulis.
 Setelah selesai melaksanakan remidial, maka peserta didik bisa mengikuti teman-
temannya melaksanakan kegiatan membaca kisah-kisah Avatara, Deva, dan Bhaṭara
dalam kitab-kitab Purana dengan bimbingan dan arahan Guru.

C. Penutup
 Guru memfasilitasi peserta didik membuat butir-butir simpulan
 Guru memberi umpan balik peserta didik dalam proses dan hasil pembelajaran
 Guru memberitahukan kegiatan belajar yang akan dikerjakan pada pertemuan
berikutnya
 Guru menutup pertemuan Pūrṇādhyaya Pūja dan Paramaśāntiḥ

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  69 


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 3
(HUKUM KARMAPHALA)

Sekolah : SMP Negeri 01 Nama Kota


Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Kelas / Semester : VII (Tujuh) / Gasal
Materi Pokok : Hukum Karmaphala
Alokasi Waktu : 4 x pertemuan (12 JP)

A. Kompetensi Inti

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.


2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan
anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, dan kawasan regional.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait fenomena dan kejadian tampak
mata.
4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif,
produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan
ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang teori.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)


1.3. Meyakini konsep Karmaphala 1.3.1. Tekun dalam membiasakan berbuat baik
sebagai hukum sebab akibat sesuai ajaran hukum Karmaphala yang
dalam ajaran agama Hindu diyakininya.
1.3.2. Disiplin dalam penumbuhkan sikap dan
perilaku yang baik untuk menghindari
perbuatan Asubhakarma
2.3. Menghayati konsep 2.3.1. Bertanggungjawab atas semua perbuatan
Karmaphala sebagai hukum yang dilakukannya sebagai wujud
sebab akibat dalam ajaran penghayatan terhadap hukum kharmaphala
agama Hindu 2.3.2. Peduli terhadap teman atau orang lain yang
membutuhkan bantuannya sebagai
pengamalan atas perilaku subhakarmanya.
2.3.3. Jujur dalam mengakui perbuatan yang
dilakukannya baik subhakarma maupun
asubhakarma

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  70 


Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.3. Menjabarkan konsep
3.3.1. Menjelaskan konsep karmaphala
Karmaphala sebagai hukum 3.3.2. Menyebutkan jenis-jenis karmaphala
sebab akibat dalam ajaran 3.3.3. Mengungkapkan akibat karmaphala
agama Hindu 3.3.4. Menyebutkan contoh-contoh karmaphala
dalam masyarakat
4.3. Menguraikan konsep 4.3.1 Menceritakan dampak akibat perbuatan
Karmaphala sebagai hukum baik dan tidak baik
sebab akibat dalam ajaran 4.3.2 Menceritakan cerita singkat contoh
agama Hindu karmaphala

C. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti serangkaian kegiatan mengamati/observasi, menanya,


mengumpulkan informasi, menalar / mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan video dan
media pembelajaran “Karmaphala” peserta didik mampu:
1. Menjelaskan konsep pengertian karmaphala
2. Menyebutkan jenis-jenis karmaphala
3. Menjabarkan akibat karmaphala
4. Menyebutkan contoh perilaku karmaphala
5. Menceritakan dampak karmaphala dalam perbuatan yang baik
6. Menceritakan dampak karmaphala dalam perbuatan yang tidak baik
7. Mengungkankan cerita singkat tentang contoh karmaphala
8. Membiasakan berbuat baik atau subhakarma dalam keseharian
9. Menumbuhkan sikap menghidari perilaku tidak baik atau asubha karma

D. Materi Pembelajaran

1. Materi Reguler Pembelajaran Reguler


Konsep Karmaphala sebagai hukum sebab akibat dalam ajaran agama Hindu
a. Pertemuan 1
 Konsep / pengertian karmaphala
 Jenis-jenis karmaphala
b. Pertemuan 2
 Dampak karmaphala dalam kehidupan nyata
 Akibat karmaphala dalam kehidupan nyata
c. Pertemuan 3
 Contoh karma phala dalam masyarakat
 Cerita atau kisah nyata tentang karma phala
 Membiasakan diri untuk berbuat subhakarma
d. Pertemuan 4
 Presentasi tentang karmaphala

2. Materi Pembelajaran Pengayaan


Peserta didik yang nilainya sudah mencapai atau melampaui KKM, diberikan
pendalaman materi tentang ajaran karma dalam Bhagawadgītā

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  71 


3. Materi Pembelajaran Remidial
Apabila peserta didik belum mencapai KKM maka peserta didik wajib mengikuti
remidial pada kompetensi yang belum tercapai

E. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Scientific
2. Model : Problem Based Learning atau Pembelajaran Berbasis Masalah
3. Metode : Ceramah, Kerja Kelompok, Diskusi, Pemberian Tugas
4. Teknik : Penugasan

F. Media, Bahan, dan Sumber Belajar

1. Media
a. CD Media Pembelajaraan Interaktif: Karmaphala
b. Laptop, Infocus dan LCD Proyektor

2. Bahan
a. Spidol
b. Kertas karton

3. Sumber Belajar
 Sugita, I. M. (2017). Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas VII
(Buku Guru). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
 Sugita, I. M. (2017). Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas VII
(Buku Siswa). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
 Miswanto. (2018). Widyakara Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti kelas
VII. Surabaya: MGMP PAH SMP Provinsi Jawa Timur
 Video tentang karmaphala
 Gambar tentang karmaphala

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

1. Pertemuan ke-1 (3 JP)


a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
 Guru mengucapkan panganjali dan mengajak peserta didik untuk
mengucapkan mantra Mūladhyaya Pūja (mantra mengawali pembelajaran)
[Religius]
 Menyanyikan lagu wajib nasional [Nasionalisme]
 Guru mengabsen atau menulis peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran
 Guru mengajak peserta didik mempersiapkan buku yang akan digunakan
untuk belajar
 Guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab tentang perbuatan yang
dilakukan sehari-hari
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  72 


 Guru menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang digunakan dalam
pembelajaran tentang hukum karmaphala dalam ajaran agama Hindu yaitu
observasi, tes tertulis, dan kinerja.
 Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati,
menyimak, menanya, mengkomunikasikan dengan menyampaikan,
menanggapi dan membuat kesimpulan

b. Kegiatan Inti (95 Menit)


Mengamati
 Peserta didik mengamati beberapa video dan gambar pada media
pembelajaran tentang Karmaphala
 Peserta didik mengamati dan mencatat hal-hal penting tentang pengertian
dan jenis-jenis karmaphala
Menanya
 Peserta didik mengajukan pertanyaan terkait informasi apa yang tidak
dipahami dari hasil pengamatannya terkait dengan konsep pengertian dan
jenis-jenis karmaphala [Mandiri]
Mengeksplorasi
 Peserta didik mengumpulkan data berdasarkan hasil identifikasi tentang
pengertian dan jenis-jenis karmaphala [Integritas]
Mengasosiasi/mengumpulkan informasi
 Guru membimbing siswa dalam mengolah informasi dari hasil
mengumpulkan informasi dan data.
 Guru mengarahkan peserta didik untuk membaca buku teks pelajaran/ buku/
sumber lain yang relevan tentang konsep pengertian dan jenis-jenis
karmaphala
Mengkomunikasikan
 Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatan terkait dengan konsep
pengertian dan jenis-jenis karmaphala [Gotong Royong]
 Peserta didik mencatat hasil simpulan yang telah dilaporkan

c. Kegiatan Penutup (15 Menit)


 Guru memfasilitasi peserta didik membuat simpulan mengenai konsep
karmaphala sebagai hukum sebab akibat dalam ajaran agama hindu
 Guru bersama-sama peserta didik melakukan identifikasi kelebihan dan
kekurangan kegiatan pembelajaran pertemuan hari ini;
 Guru menyampaikan materi pembelajaran selanjutnya yaitu dampak dan
akibat karmaphala
 Guru memotivasi peserta didik untuk terus giat belajar
 Guru menutup pertemuan Pūrṇādhyaya Pūja dan Paramaśāntiḥ [Religius]

2. Pertemuan Ke-2 (3 JP)


a. Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
 Guru mengucapkan panganjali dan mengajak peserta didik untuk
mengucapkan mantra Mūladhyaya Pūja (mantra mengawali pembelajaran)
[Religius]
 Menyanyikan lagu wajib nasional [Nasionalisme]
 Guru mengabsen atau menulis peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  73 


 Guru mengulang kembali materi pada pertemuan sebelumnya dengan tanya
jawab tentang pengertian dan jenis-jenis karmaphala
 Guru melakukan apersepsi tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan
yakni dampak dan akibat karmaphala
 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
 Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati,
menyimak, menanya, mengkomunikasikan dengan menyampaikan,
menanggapi dan membuat kesimpulan

b. Kegiatan Inti (95 Menit)


Mengamati
 Peserta didik mengamati beberapa video tentang perbuatan baik dan tidak
baik pada media pembelajaran tentang Karmaphala
 Peserta didik mengamati dan mencatat hal-hal penting tentang dampak dan
akibat karmaphala dalam kehidupan nyata
Menanya
 Peserta didik mengajukan pertanyaan terkait informasi apa yang tidak
dipahami dari hasil pengamatannya terkait dengan dampak dan akibat
karmaphala
Mengeksplorasi
 Peserta didik mengumpulkan data berdasarkan hasil identifikasi tentang
dampak dan akibat karmaphala [Mandiri]
Mengasosiasi/mengumpulkan informasi
 Guru membimbing siswa dalam mengolah informasi dari hasil
mengumpulkan informasi dan data.
 Guru mengarahkan peserta didik untuk membaca buku teks pelajaran/ buku/
sumber lain yang relevan tentang dampak dan akibat karmaphala
[Integritas]
Mengkomunikasikan
 Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatan terkait dengan dampak dan
akibat karmaphala [Gotong Royong]
 Peserta didik mencatat hasil simpulan yang telah dilaporkan

c. Kegiatan Penutup (15 Menit)


 Guru memfasilitasi peserta didik membuat simpulan mengenai dampak dan
akibat karmaphala
 Guru bersama-sama peserta didik melakukan identifikasi kelebihan dan
kekurangan kegiatan pembelajaran pertemuan hari ini;
 Guru menyampaikan materi pembelajaran pada pertemuan selanjutnya yaitu
contoh-contoh dan kisah tentang karmaphala dalam kehidupan nyata.
 Guru memotivasi peserta didik untuk terus giat belajar
 Guru menutup pertemuan Pūrṇādhyaya Pūja dan Paramaśāntiḥ

3. Pertemuan Ke-3 (3 JP)


a. Pendahuluan (10 menit)
 Guru mengucapkan panganjali dan mengajak peserta didik untuk
mengucapkan mantra Mūladhyaya Pūja (mantra mengawali pembelajaran)
 Menyanyikan lagu wajib nasional [Nasionalisme]

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  74 


 Guru mengabsen atau menulis peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran
 Guru mengulang kembali materi pada pertemuan sebelumnya dengan tanya
jawab tentang dampak dan akibat dari karmaphala
 Guru melakukan apersepsi tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan
pada hari ini yakni contoh-contoh dan kisah-kisah karmaphala dalam
kehidupan nyata
 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
 Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati,
menyimak, menanya, mengkomunikasikan dengan menyampaikan,
menanggapi dan membuat kesimpulan

b. Kegiatan inti (95 menit)


Mengamati
 Peserta didik membaca buku tentang berita, kisah, dan biografi perjalanan
seseorang
 Peserta didik mengamati dan mencatat hal-hal penting terkait contoh-contoh
karmaphala dalam kehidupan nyata
Menanya
 Peserta didik mengajukan pertanyaan terkait informasi apa yang tidak
dipahami dari hasil pengamatannya terkait kisah dan perjalanan seseorang
yang terkait dengan contoh-contoh karmaphala dalam kehidupan nyata
Mengeksplorasi
 Peserta didik mengumpulkan data berdasarkan hasil identifikasi tentang
contoh-contoh karmaphala dalam kehidupan nyata [Mandiri]
Mengasosiasi/mengumpulkan informasi
 Guru membimbing siswa dalam mengolah informasi dari hasil
mengumpulkan informasi dan data.
 Guru mengarahkan peserta didik untuk membaca buku teks pelajaran/ buku/
sumber lain yang relevan tentang contoh-contoh karmaphala dalam
kehidupan nyata [Integritas]
Mengkomunikasikan
 Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatan terkait dengan contoh-contoh
karmaphala dalam kehidupan nyata [Gotong Royong]
 Peserta didik mencatat hasil simpulan yang telah dilaporkan

c. Kegiatan Penutup (15 menit)


 Guru memfasilitasi peserta didik membuat simpulan mengenai contoh-
contoh karmaphala dalam kehidupan nyata
 Guru bersama-sama peserta didik melakukan identifikasi kelebihan dan
kekurangan kegiatan pembelajaran pertemuan hari ini;
 Guru menyampaikan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya yaitu
presentasi tentang karmaphala
 Guru memotivasi peserta didik untuk terus giat belajar
 Guru menutup pertemuan Pūrṇādhyaya Pūja dan Paramaśāntiḥ [Religius]

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  75 


4. Pertemuan Ke-4 (3 JP)
a. Pendahuluan (10 menit)
 Guru mengucapkan panganjali dan mengajak peserta didik untuk
mengucapkan mantra Mūladhyaya Pūja (mantra mengawali pembelajaran)
[Religius]
 Menyanyikan lagu wajib nasional [Nasionalisme]
 Guru mengabsensi peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran
 Guru menanyakan tugas presentasi yang telah diberikan atau diinformasikan
pada pertemuan sebelumnya
 Guru menjelaskan teknik dan kriteria penilaian pada saat peserta didik
mempresentasikan hasil proyek presentasinya tentang karmaphala

b. Kegiatan inti (95 menit)


 Masing-masing peserta didik mempersiapkan presentasinya tentang
Karmaphala sebagaimana yang telah diperintahkan
 Peserta didik maju satu per satu untuk mempresentasikan hasil proyekn
presentasinya tentang Karmaphala [Mandiri]
 Satu per satu peserta didik mempresentasikan hasil proyek presentasinya
tentang karmaphala
 Peserta didik yang tidak sedang presentasi menjadi pendengar dan
mengamati setiap presentasi dari temannya. [Integritas]
 Setelah presentasi oleh peserta didik, maka peserta didik yang lain bertanya
dan mendiskusikan dengan dipandu oleh moderator. [Gotong Royong]
 Setiap peserta didik mencatat jalannya diskusi dan menjadikannya sebagai
notulen untuk nantinya akan dinilai oleh guru.
 Guru bersama peserta didik menyimpulkan hasil diskusi tentang karmaphala
tersebut.
 Setelah dipresentasikan maka setiap peserta didik menyerahkan file
presentasinya kepada guru untuk dinilai.

c. Kegiatan Penutup (15 menit)


 Guru memberikan penguatan dari diskusi kelompok yang dilakukan peserta
didik tentang Karma Phala
 Peserta didik bersama guru melakukan refleksi kegiatan belajar hari ini.
 Guru menginformasikan untuk mempersiapkan diri belajar pada bab yang
telah dipelajari dalam 4 pertemuan untuk mengadakan penilaian harian pada
pertemuan selanjutnya
 Guru memberi pesan dan nasehat agar selalu melaksanakan perbuatan baik
atau subhakarma agar nantinya kita mendapat hasil yang baik pula dan
berpijak pada perilaku susila.
 Guru juga mengingatkan peserta didik agar menghindarkan dari perbuatan
yang tidak baik atau asubhakarma agar terhindar pula dari hasil yang buruk
dalam kehidupan nyata.
 Guru memotivasi peserta didik untuk terus giat belajar
 Guru menutup pertemuan Pūrṇādhyaya Pūja dan Paramaśāntiḥ [Religius]

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  76 


H. Penilaian

1. Sikap spiritual dan Sosial


No. Teknik Bentuk Instrumen Waktu Pelaksanaan
1 Observasi Jurnal Saat KBM
2 Penilaian diri Cek list Ya /tidak Setelah KBM
3 Penilaian antar teman Cek list 1,2,3 Setelah KBM

2. Pengetahuan
No. Teknik Bentuk Instrumen Waktu Pelaksanaan
1 Lisan Pertanyaan terbuka Saat KBM
2 Tertulis Pilihan ganda, isian, uraian Setelah KBM

3. Keterampilan
No. Teknik Bentuk Instrumen Waktu Pelaksanaan
1 Proyek Lembar proyek Saat KBM
2 Produk Lembar penilaian produk Setelah KBM

I. Remidial dan Pengayaan

1. Pembelajaran Remidial
Peserta didik yang nilainya belum mencapai ketuntasan minimum (KKM), dengan
diberikan remidial pada indikator yang belum tercapai.

2. Pengayaan
Peserta didik yang mencapai nilai diatas ketuntasan minimum (KKM), diberikan
pengayaan pendalaman materi tentang ajaran karma dalam Bhagawadgītā .

Mengetahui, Nama Kota, Juli 2019


Kepala Sekolah Guru PAH BP

Nama Kepala Sekolah ...........................................


NIP. Kepala Sekolah NIP. Guru PAHBP

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  77 


LAMPIRAN 1: MATERI

KARMAPHALA

A. Pengertian Karma Phala


Karma adalah perbuatan, phala artinya hasil. Jadi, karmaphala artinya hasil
perbuatan. Karmaphala disamakan artinya dengan rta atau hukum alam yang abadi. Hukum
karma ini juga bersifat mutlak, berlaku kepada apa saja, siapa saja, di mana saja, dan kapan
saja. Cara kerja hukum karmaphala ini sangat rahasia, ajaib, dan tak terpikirkan oleh akal
manusia. Bukan itu saja, hukum karma ini adalah hakiki yang tidak terbantahkan.
B. Surga dan Neraka
Setiap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dalam hidup ini akan melekat pada
badan halus (Suksma Sarira). Bekas ini disebut Karma Wasana. Bekas perbuatan baik disebut
Subha Karma Wesana yang dapat mengantarkan roh masuk surga dan bila lahir kembali
disebut Surga Cyuta. Surga Cyuta adalah kelahiran dari surga yang hidupnya penuh dengan
kebahagiaan. Sebaliknya bekas perbuatan buruk disebut Asubha Karma Wesana. Bila
seseorang meninggal, Asubha Karma Wesana menghantarkan rohnya menuju Neraka, jika
lahir kembali disebut Neraka Cyuta. Dapat dinyatakan bahwa bahagia atau menderitanya
seseorang pada saat mengalami Reinkarnasi (Punarbhawa) sangat ditentukan oleh Karma
Wesana orang tersebut.

Kutipan Kitab Slokantara menyebutkan:


Ciri-ciri dari manusia yang lahir dari alam surga loka adalah, bagi yang wanita akan terlahir
cantik, bagi yang laki akan terlahir tampan. Bukan itu saja, ciri lainnya adalah cerdas,
pemberani, berwibawa, baik hati, bijaksana, dermawan, sehat lahir batin,
tenang, suka belajar, lemah lembut, berbudi pekerti luhur, tidak iri hati, tidak dengki, tidak
sombong, dan menyabar.
C. Jenis-Jenis Karmaphala
1. Sancita Karmaphala
Sancita Karmaphala adalah hasil perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang
belum habis pahalanya dinikmati dan masih merupakan sisa yang menentukan kehidupan kita
sekarang. Contoh, di kehidupan yang lalu, mungkin kita korupsi, namun karena sedang
berkuasa atau pintar berkelit, pahalanya belum sempat dinikmati, kelahiran sekaranglah
dinikmati buah/ hasilnya, misalnya, hidup jadi sengsara, atau menjadi perampok sehingga
dihukum penjara.

2. Prarabdha Karmaphala
Prarabdha Karmaphala adalah hasil perbuatan kita pada kehidupan sekarang yang
pahalanya diterima habis dalam kehidupan sekarang juga. Sekarang korupsi, kemudian
tertangkap langsung dihukum bertahun-tahun. Jadi antara perbuatan dan akibatnya lunas. jenis
karmaphala ini biasa disebut Karmaphala cepat.

3. Kriyamana Karmaphala
Kriyamana Karmaphala adalah hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada
waktu kehidupan sekarang, namun dinikmati pada waktu kehidupannya yang akan datang.
Misalnya, dalam kehidupan sekarang korupsi, tapi entah bagaimana kejahatan itu tidak
berhasil dibuktikan karena kelicikannya, lalu meninggal dunia. Dalam kehidupan yang akan
dating pahalanya akan diterima, namun orang tersebut akan lahir jadi orang yang hina.

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  78 


Sebaliknya, dalam kehidupan sekarang kita berbuat baik, saleh, santun, taat pada keyakinan,
suka menolong, dan sebagainya, namun meninggal dunia dalam kesederhanaan. Dalam
kehidupan yang akan datang, kita akan dilahirkan menjadi orang yang bahagia, atau
dilahirkan di keluarga orang terhormat dan kaya, di mana tak ada penderitaan yang dialami.
D. Contoh Ceritera tentang Karma Phala
Dalam salah satu Purana, ada dikisahkan seekor burung bangau yang jahat mengaku
dirinya sudah menjadi pendeta. Sambil menangis dia menipu ikan dan udang dengan
mengatakan bahwa telaga itu akan kering. Satu-persatu ikan dipindahkan ke tempat lain,
padahal ikan tersebut dimakannya dengan lahap hingga tersisa seekor kepiting di telaga itu.
Bangau mengatakan hal yang sama kepada kepiting. Singkat cerita kepiting bersedia di
pindahkan namun di tengah perjalanan kepiting melihat duri-duri ikan bertebaran di atas
tanah. Melihat hal tersebut kepiting sadar bahwa bangau juga berniat untuk memakannya.
Akhirnya si bangau jahat ini kena hukum karma, ia mati dijepit lehernya oleh si kepiting. Si
bangau pun mati karena kejahatannya, pesan dari cerita ini adalah agar kita menghindari
perbuatan jahat dan memperbanyak kebaikan. Selain itu kita juga harus membantu orang yang
memerlukan dengan tidak mengharapkan balasan. Untuk membuktikan kebenaran
karmaphala, salah satu cara yang dapat dikaji adalah pelaku koruptor atau pencuri uang
rakyat yang sering ditayangkan di televisi maupun media masa. Akibat dari kejahatan korupsi
ini sungguh luar biasa, karena korupsi merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Para koruptor yang sudah kaya raya, masih saja tega mencuri uang rakyat.
Uang rakyat yang seharusnya dipakai untuk mengentaskan kemiskinan, membangun
fasilitas sekolah, memperbaiki infrastruktur, meningkatkan kualitas sumber daya para
pengemis di pinggir jalan, dimakan secara serakah oleh para koruptor. Andaikan saja uang
rakyat tidak dicuri, maka kita sudah tidak pernah lagi melihat orang miskin di pinggir jalan
sebagai pengemis atau pengamen untuk bisa bertahan hidup. Hukum karmaphala dalam
konteks ini mutlak berlaku. Satu per satu para koruptor pencuri uang rakyat dihadapkan ke
Pengadilan Tipikor oleh KPK. Mereka dijatuhi hukuman dengan dimasukkan ke dalam
penjara dan denda ratusan juta rupiah. Apabila dikaji dari sisi keadilan masyarakat, hukuman
itu nampak ringan, terlebih lagi bila dibandingkan dengan uang rakyat yang dicuri mencapai
puluhan milyar. Para koruptor yang sudah di penjara ini memberikan bukti bahwa hukum
karmaphala itu berlaku.
Saat ini para koruptor di Indonesia boleh bernafas lega karena hukumannya ringan
dan dendanya sedikit. Akan tetapi, kelak setelah mati rohnya akan masuk ke neraka loka.
Menurut keyakinan umat Hindu, kelak ia bisa lahir kembali menjadi pohon mangga. Pohon
mangga hanya bisa memberikan buahnya saja tanpa bisa melawan ketika buahnya diambil.
Menurut keyakinan hokum karmaphala, roh pohon mangga itu membayar hutang karena
ganjaran penjara dan dendanya sedikit.
Hukum karma akan memberikan pahala dua kali lipat bagi mereka yang menanam
kebaikan. Apabila kita tulus meringankan beban makhluk lain, sesungguhnya kita melakukan
dua kali hal yang sama untuk diri kita sendiri. Itulah esensi dari hukum karma.

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  79 


LAMPIRAN 2: PENILAIAN KI 1 DAN KI 2

PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL

A. Teknik : Observasi, Penilaian Diri, dan Penilaian Teman


B. Bentuk Instrumen : Lembar Penilaian Diri
C. Format Penilaian
Sikap Spiritual Sikap Sosial
Tanggun
Percaya
No Nama Disiplin Tekun g Peduli Total
Diri
Jawab
1-4 1-4 1-4 1-4 1-4
1
2
3
4
5

Rubrik Penskoran:
Sikap Spritual Sikap Sosial
a. Indikator sikap spiritual “disiplin”: a. Indikator sikap sosial “percaya diri”
1) Disiplin melaksanakan doa sebelum 1) Tidak mudah terpengaruh
dansesudah kegiatan pembelajaran 2) Tidak takut saat presentasi
2) Disiplin mengucapkan salam agama 3) Mengemukakan ide dengan baik
Hindu setiap memulai pembelajaran. 4) Performancenya meyakinkan
3) Disiplin dalam mengucapkan doa
Dainika Upasana sebelum memulai b. Indikator sikap sosial “tanggung jawab”
belajar. 1) Selalu menyelesaikan tugas yang
4) Disiplin mengucapkan doa memulai diberikan pendidik
sesuatu. 2) Tidak bertele-tele dalam bekerja
3) Tepat waktu dalam mengumpulkan
b. Indikator sikap spiritual “tekun”: tugas
1) Tekun dalam mengucapkan doa 4) Datang tepat waktu ke kelas
sebelum dan selesai pelajaran
2) Tekun mengucapkan salam agama c. Indikator sikap sosial “peduli”
Hindu dalam kehidupan 1) Berpakaian rapi
3) Tekun mengucapkan doa Dainika 2) Menjaga ketertiban dan kebersihan
Upasana sebelum belajar 3) Memberikan kritik yang membangun
4) Tekun mengucapkan doa memulai 4) Rajin berpunia
pekerjaan.
Pemberian Nilai Skor:
a. Nilai 4 = jika peserta didik melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut
b. Nilai 3 = jika peserta didik melakukan 3 (tiga) kegiatan tersebut
c. Nilai 2 = jika peserta didik melakukan 2 (dua) kegiatan tersebut
d. Nilai 1 = jika peserta didik melakukan salah satu kegiatan tersebut

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  80 


LAMPIRAN 3: KI 3

PENILAIAN PENGETAHUAN

A. Tes lisan
No. Bentuk Instrumen Jumlah Soal Jenis Tagihan
1. Uraian Terbuka 10 Tanya Jawab

I. Soal
Jawaban pertanyaan dengan tepat dan benar!
1. Jelaskan pengertian karmaphala secara etimologi!
2. Jelaskan pengertian swarga cyuta dan berikan ilustrasi contohnya!
3. Jelaskan pengertian neraka cyuta dan berikan ilustrasi contohnya!
4. Sebutkan macam-macam karmaphala!
5. Jelaskan pengertian sancita karmaphala!
6. Jelaskan pengertian prarabdha karmaphala!
7. Jelaskan pengertian kriyamana karmaphala!
8. Apa yang dimaksud dengan subhakarma dan asubhakarma?
9. Bagaimanakah sifat hukum karmaphala?
10. Siapakah yang menjadi sumber karma menurut Sarasamuscaya 80?

II. Pedoman Penskoran


No
Kunci Jawaban Skor
Soal
1. Karmaphala berasal dari 2 kata, karma dan phala. Kata karma berasal dari 10
akar kata कृ yang artinya ‘berbuat’, karma artinya perbuatan. Kata phala
berasal dari kata Sanskerta फल yang berarti ‘hasil’. Karmaphala berarti hasil
dari perbuatan.
2. Swarga cyuta adalah kelahiran dengan kecenderungan swarga atau berasal 10
dari swarga loka. Dalam swarga cyuta ciri-ciri yang dominan adalah guna
sattwam. Dengan demikian orang yang lahir dari swarga cyuta akan
cenderung baik.
3. Neraka cyuta adalah kelahiran dengan kecenderungan neraka atau berasal 10
dari neraka loka. Dalam neraka cyuta ciri-ciri yang dominan adalah guna
rajas dan tamas. Dengan demikian orang yang lahir dari neraka loka akan
cenderung malas, angkuh, bernafsu, dan jahat.
4. Jenis-jenis karmaphala: sancita karmaphala, prarabdha karmaphala, dan 10
kriyamana karmaphala
5. Sancita Karmaphala adalah hasil perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu 10
yang belum habis pahalanya dinikmati dan masih merupakan sisa yang
menentukan kehidupan kita sekarang
6. Prarabdha Karmaphala adalah hasil perbuatan kita pada kehidupan sekarang 10
yang pahalanya diterima habis dalam kehidupan sekarang juga.
7. Kriyamana Karmaphala adalah hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati 10
pada waktu kehidupan sekarang, namun dinikmati pada waktu kehidupannya
yang akan datang
8. Subhakarma adalah segala perbuatan yang baik. Asubhakarma adalah segala 10
perbuatan yang buruk.

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  81 


No
Kunci Jawaban Skor
Soal
9. Hukum karmaphala bersifat: pasti dan tak terbatalkan; adil sesuai dengan 10
karma atau perbuatan; dan bersifat universal
10. Dalam Sarasamuscaya 80 yang menjadi sumber dari segala sumber indriya 10
yang menggerakkan perbuatan manusia adalah pikiran
Skor Maksimal 100
Jawaban salah atau tidak sesuai dengan kunci 1
Tidak dijawab 0

Dafar Nilai Siswa


Soal dan Skor Total
No. Nama peserta didik
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nilai
1.
2.
3.
4.
5.

B. Tes Tulis
No. Bentuk Instrumen Jumlah Soal Jenis Tagihan
1. Pilihan Ganda 30 Penugasan / Penilaian Harian
2. Isian 10 Penugasan
3. Uraian 10 Penugasan / Penilaian Harian

I. Pilihan Ganda
Berilah tanda silang (X) huruf A, B, C atau D pada jawaban yang benar!
1. Karmaphala berasal dari kata Sanskerta कर्म dan फल. Kata फल berarti....
A. hasil B. Perbuatan C. pengetahuan D. tanggungjawab
2. Kata Sanskerta कर्म dalam kata ‘karmaphala’ berarti....
A. hasil B. Perbuatan C. pengetahuan D. Tanggungjawab
3. Semua perbuatan yang baik disebut juga sebagai....
A. subhakarta B. asubhakarta C. subhakarma D. asubhakarma
4. Semua perbuatan yang tidak baik disebut juga sebagai....
A. subhakarta B. asubhakarta C. subhakarma D. asubhakarma
5. Manusia yang memiliki kecenderungan sifat baik, biasanya lahir dari....
A. swargacyuta B. narakacyuta C. warnacyuta D. subhacyuta
6. Manusia yang memiliki kecenderungan sifat jahhat, biasanya lahir dari....
A. swargacyuta B. narakacyuta C. warnacyuta D. asubhacyuta
7. Perbuatan terdahulu tidak sempat dinikmati pada kehidupan yang lalu,dinikmati pada
kelahirannya sekarang disebut….
A. Sancita karmaphala B. Prarabda karmaphala
C. Karma wesana D. Karma kara
8. Sisa-sisa atau benih-benih dari perbuatan manusia yang menentukan kelahiran
selanjutnya adalah….
A. Sancita karmaphala B. Prarabda karmaphala

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  82 


C. Karma wesana D. Karma kara
9. Hasil perbuatan sekarang tidak sempat dinikmati pada kehidupannya sekarang dinikmati
pada kehidupannya yang akan datang disebut….
A. Sancita karmaphala B. Prarabda karmaphala
C. Kriyamana karmaphala D. Karma wesana
10. Perhatikan pernyataan di bawah ini!
(1) Setiap orang akan membawa karmawasananya di dunia
(2) Subhakarma adakah berpahala buruk bagi manusia
(3) Orang yang baik cenderung lahir dari swargacyuta
(4) Asubhakarma adalah adalah perbuatan yang buruk
Pernyataan di atas yang benar terkait konsep karma ditunjukkan pada nomor....
A. 2 dan 4 B. 1 dan 4 C. 2 dan 3 D. 1 dan 3
11. Wujud Karmaphala dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu secara….
A. Psikis dan materi B. Fisik dan materi
C. Fsikis dan mental D. Fisik dan psikis
12. Karmaphala yang buruk adalah karma yang menyebabkan seseorang….
A. Mendapat kebahagiaan di dunia ini B. Mencapai alam surga
C. Mencapai alam neraka D. Mencapai alam moksa
13. Suatu contoh ada orang yang suka menipu justru akan membuat hatinya tersiksa karena
selalu was-was, selalu berprasangka bahwa tipu dayanya akan ketahuan oleh orang lain.
Ini berarti dia menerima karmanya secara….
A. Fisik B. Jasmani C. Psikis D. Langsung
14. Sisa atau benih-benih dari perbuatan disebut…..
A. Karma kara B. Karmaphala
C. karma wasana D. Kriyamana karmaphala
15. Yang tidak termasuk jenis-jenis karmaphala di bawah ini adalah….
A. Sancita karmaphala B. Kriyamana karmaphala
C. Prarabda karmaphala D. Karma wasana
16. Penyesalan biasanya datang belakangan. Itulah yang kini dirasakan Januarisman
Runtuwene atau yang akrab disapa Aris Idol. Aris ditangkap saat tengah pesta narkoba
bersama keempat temannya di apartemen di Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan.
Dari empat tersangka, yaitu YSP, AS, AY, dan AN, dua di antaranya merupakan
wanita. Kepada polisi, jebolan ajang pencarian bakat Indonesia Idol tahun 2008 ini
mengaku menyesal.
“Kalau dia (Aris) merasa menyesal. Dia sebenarnya sudah dinasihati istrinya”, kata
Kasat Narkoba Polres Tanjung Priok, Jakarta Utara Iptu Edi Suprayitno di Polres
Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu, 16 Januari kemarin.
(https://www.liputan6.com)
Dari berita di atas perbuatan Aris Idol dan teman-temannya menjadi contoh dari jenis
karmapala yaitu....
A. Akarmaphala B. Sancita Karmaphala
C. Prarabda Karmaphala D. Kriyamana Karmaphala
17. Perhatikan ilustrasi di bawah ini!
Dalam kehidupan terdahulu Andi sering melakukan perbuatan kriminal, korupsi di
sebuah perusahaan, sehingga Andi mengalami kelahiran di masa sekarang dengan

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  83 


kondisi yang sangat menyedihkan. Dia lahir miskin, sakit-sakitan, tidak pernah bahagia,
dan bahkan dijauhi oleh keluarganya.
Jikadikaitkandenganjenis-jenisKarmapala,Andi sedang menjalani....
A. Akarmaphala B. Prarabda Karmaphala
C. Kriyamana Karmaphala D. Sancita Karmaphala
18. Perhatikan ilustrasi berikut ini!
Alkisah ada seorang bandar narkoba yang kaya raya bernama Danang. Kehidupannya
bergelimang harta dengan rumah yang megah dan kendaraan mewah. Dia adalah
gembong narkoba yang terkenal lihai, licik, dan licin. Semua kasus yang menyeret
dirinya selalu dia menangkan. Hingga akhir hayatnya tak ada yang bisa membuktikan di
depan hukum bahwa dia adalah bandar narkoba.
Jika dikaitkan dengan jenis karmaphala, yang dialami oleh Danang ini tergolong....
A. Akarmaphala B. Sancita Karmaphala
C. Kriyamana Karmaphala D. Prarabda Karmaphala
19. Perhatikan ilustrasi di bawah ini!
Cintya adalah anak yang cantik. Banyak cowok yang tergila-gila kepadanya. Namun
suatu hari dia menjadi korban pelecehan seksual oleh beberapa orang yang tergila-gila
kepadanya hingga menyebabkannya trauma.
Jika dikaji dari ajaran karmaphala dalam Hindu, kelahiran Cintya adalah.....
A. Cintya dipenuhi dengan swargacyuta dan kebaikan di dunia
B. Cintya lahir dari nerakacyuta dan mendapat kemalangan
C. Cintya tidak lahir dari swarga maupun nerakacyuta
D. Cintya lahir dari swargacyuta dan nerakacyuta
20. Perhatikan ilustrasi di bawah ini!
Rado terlahir dengan wajah yang seram. Dia dikenal sebagai anak yang nakal di
sekolahnya. Rado sering kali meninggalkan jam pelajaran dan bolos sekolah. Sudah dua
kali dia tidak naik kelas. Pekerjaan orang tua Rado adalah serabutan dan keluarga
mereka tidak harmonis.
Jika dikaji dari ajaran karmaphala dalam Hindu, kelahiran Rado adalah.....
A. Rado dipenuhi dengan swargacyuta dan kebaikan di dunia
B. Rado lahir dari nerakacyuta dan mendapat kemalangan
C. Rado tidak lahir dari swarga maupun nerakacyuta
D. Rado lahir dari swargacyuta dan nerakacyuta

II. Isian
Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban tepat!
1. Kata फल dalam kata karmaphala berarti….
2. Segala perbuatan yang baik yang dilakukan oleh manusia disebut.…
3. Segala perbuatan yang buruk yang dilakukan oleh manusia disebut.…
4. Ada sebuah ungkapan yang menyebutkan ‘hayu ginawe, hayu tinemu’ artinya jika kita
berbuat baik, maka akan menemukan....
5. Ada sebuah ungkapan yang menyebutkan ‘hala ginawe, hala tinemu’ artinya jika kita
berbuat jahat, maka akan menemukan....
6. Dalam Bhagawadgita, bab yang mengkaji tentang perbuatan adalah bab....
7. Orang yang lahir dari swarga disebut juga sebagai....
8. Orang yang lahir dari neraka disebut juga sebagai....
9. Orang yang lahir dari swarga loka memiliki kecenderungan sifat atau guna....
10. Orang yang lahir dari neraka loka memiliki kecenderungan sifat atau guna.... dan ....

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  84 


11. Menurut kitab Slokantara, seseorang yang terlahir cantik, tampan, dan pandai
merupakan ciri-ciri kelahiran dari....
12. Menurut kitab Slokantara, seseorang yang terlahir buruk rupa, malas, dan bodoh
merupakan ciri-ciri kelahiran dari....
13. Orang yang hidup di dunia tetapi tidak sempat menikmati hasil perbuatan di masa
sekarang dan akan dinikmati pada kehidupan yang akan datang disebut.....
14. Hasil perbuatan pada kehidupan terdahulu belum sempat dinikmati kemudian akan
menjadi benih-benih yang akan dinikmati pada masa sekarang disebut....
15. Saat kita mencubit lengan (sebab), rasa sakitnya (akibat) dapat dirasakan secara
langsung. Ini merupakan contoh....

III. Uraian
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Jelaskan pengertian karmaphala!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan karmawasana!
3. Santi adalah anak yang cantik. Banyak cowok yang tergila-gila kepadanya. Namun
suatu hari dia menjadi korban pelecehan seksual oleh beberapa orang yang tergila-gila
kepadanya hingga menyebabkannya trauma. Jika dikaji dari ajaran karmaphala dalam
Hindu, kelahiran seperti apakah yang ada pada Santi? Jelaskan pendapat anda!
4. Andi terlahir dengan wajah yang seram. Dia dikenal sebagai anak yang nakal di
sekolahnya. Andi sering kali meninggalkan jam pelajaran dan bolos sekolah. Sudah dua
kali dia tidak naik kelas. Pekerjaan orang tua Andi adalah serabutan dan keluarga
mereka tidak harmonis. Jika dikaji dari ajaran karmaphala dalam Hindu, kelahiran
seperti apakah yang ada pada Andi? Jelaskan argumentasi anda!
5. Deva terlahir dengan wajah yang tampan. Dia juga dikenal sebagai anak yang cerdas di
sekolahnya. Deva tidak pernah absen dari peringkat 3 besar di kelasnya. Orang tua Deva
adalah pengusaha kaya raya dan sangat dermawan. Tak jarang dia berpunia untuk
pembangunan pura dan untuk kepentingan sosial lainnya. Jika dikaji dari ajaran
karmaphala dalam Hindu, kelahiran seperti apakah yang ada pada Deva? Jelaskan
argumentasi anda yang relevan dengan hal tersebut!

IV. Pedoman Penskoran


Pedoman Penskoran Pilihan Ganda
1. B 5. A 9. B 13. D 17. D
2. B 6. B 10. D 14. C 18. B
3. A 7. A 11. D 15. D 19. D
4. B 8. C 12. C 16. C 20. B
Jawaban Skor
Benar 1
Salah 0
Skor Maksimal Pilihan Ganda 20

Pedoman Penskoran Soal Isian


No. Skor jika jawaban:
Kunci Jawaban
Soal Benar Tidak Sesuai / Salah Tidak dijawab
1. hasil/buah 2 1 0
2. subhakarma 2 1 0
3. asubhakarma 2 1 0
4. kebaikan 2 1 0
5. keburukan 2 1 0

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  85 


No. Skor jika jawaban:
Kunci Jawaban
Soal Benar Tidak Sesuai / Salah Tidak dijawab
6. ketiga (III/ke-3) 2 1 0
7. swargacyuta 2 1 0
8. nerakacyuta 2 1 0
9. sattwam 2 1 0
10. rajas dan tamas 2 1 0
11. swarga 2 1 0
12. neraka 2 1 0
13. kriyamanakarmaphala 2 1 0
14. sancita karmaphala 2 1 0
15. kriyamanakarmaphala 2 1 0
Skor Maksimal 30

Pedoman Penskoran Soal Uraian


No Kunci Jawaban Skor
1. Karmaphala berasal dari 2 kata yaitu karma dan phala. Karma adalah perbuatan dan 6
phala adalah hasil/buah. Karmaphala adalah hasil perbuatan yang dilakukan seseorang
2. Karmawasana adalah sisa-sisa hasil perbuatan yang akan menjadi benih-benih bagi 8
kehidupan seseorang selanjutnya. Karmawasana akan selalu melekat dalam atman
seseorang.
3. Kemungkinan besar kelahiran Cyinta membawa pengaruh swarga dan neraka cyuta. Dia 12
dilahirkan sebagai anak yang cantik sayang dia tidak dipenuhi keberuntungan. Dalam
Hindu dikenal swarga cyuta atau kelahiran swarga dan neraka cyuta. Dalam swarga
cyuta ciri-ciri yang dominan adalah guna sattwam sementara dalam kelahiran neraka
cyuta, ciri-ciri yang dominan adalah guna rajas dan tamas.
4. Melihat ilustrasi di atas, maka kemungkinan besar kelahiran Rado membawa pengaruh 12
neraka cyuta. Dalam Hindu dikenal neraka cyuta atau kelahiran neraka. Dalam neraka
cyuta ciri-ciri yang dominan adalah guna rajas dan tamas.Dia dilahirkan dari keluarga
yang tidak harmonis. Rado sendiri lahir dengan wajah yang seram, kemampuan di
bawah rata-rata, nakal dan sering tidak naik kelas.
5. Melihat ilustrasi di atas, maka kemungkinan besar kelahiran Deva membawa pengaruh 12
swarga cyuta. Dalam Hindu disebutkan bahwa ciri-ciri yang dominan dari swarga cyuta
adalah guna sattwam. Guna satwam ini biasanya berupa sifat atau perilaku yang baik.
Dia dilahirkan sebagai anak orang yang kaya raya, dermawan, baik. Deva sendiri lahir
dengan wajah tampan, cerdas, dan penuh keberuntungan. Ini merupakan guna sattwam
yang ada pada dirinya.
Skor Maksimal 50
Jawaban salah atau tidak sesuai dengan kunci jawaban 1
Tidak dijawab 0

Daftar Nilai Siswa


Nilai
(a) (b) (c)
No. Nama peserta didik (a+b+c
Pilihan Ganda Isian Uraian
)
1
2
3
4
5

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  86 


RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7  87 
LAMPIRAN 4: KI 4

PENILAIAN KETERAMPILAN

A. Proyek
1. Teknik : Proyek Presentasi
2. Bentuk Instrumen : Lembar Proyek
3. Aspek Penilaian : Psikomotor (Presentasi)
4. Materi : Membuat presentasi tentang Karmaphala dalam kehidupan
sehari-hari
5. Pedoman penskoran :
Kriteria dan Skor Jumlah
No. Nama peserta didik
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) Skor
1
2
3
4
5
Keterangan: Skor:
(a) = materi presentasi 10 = jika sempurna
(b) = penguasaan materi 9 = jika sangat baik
(c) = sistematika penyajian 7-8 = jika baik
(d) = kepercayaan diri dalam menyajikan materi 5-6 = cukup
(e) = kemampuan memanfaatkan media presentasi 1-4 = kurang baik
(f) = kemampuan menanggapi pertanyaan
(g) = penggunaan bahasa
SB (Sangat Baik) = 90 - 100 Nilai =
B (Baik) = 70 - 89 Jumlah Skor
×100
C (Cukup) = 50 - 69 70
D (Kurang) = 10 - 49
E (Sangat Kurang = 0 - 9

B. Produk
1. Teknik : Produk
2. Bentuk Instrumen : Lembar Produk
3. Aspek Penilaian : Psikomotor (Produk)
4. Materi : Mendokumentasikan presentasi tentang Karmaphala yang
dibawakan
5. Pedoman penskoran :
Kriteria dan Skor
No. Nama peserta didik Jumlah Skor
(a) (b) (c) (d) (e)
1
2
3
4
5

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g88i


Kriteria dan Skor
No. Nama peserta didik Jumlah Skor
(a) (b) (c) (d) (e)
Keterangan: Skor:
(a) = kesiapan alat 10 = jika sempurna
(b) = keuletan dalam pembuatan 9 = jika sangat baik
(c) = kerapian 7-8 = jika baik
(d) = proses pembuatan 5-6 = cukup
(e) = hasil akhir 1-4 = kurang baik
SB (Sangat Baik) = 90 - 100 Jumlah Skor
Nilai = ×100
B (Baik) = 70 - 89 50
C (Cukup) = 50 - 69
D (Kurang) = 10 - 49
E (Sangat Kurang = 0 - 9

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g89i


LAMPIRAN 5

MEDIA PEMBELAJARAN KARMAPHALA

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g90i


LAMPIRAN 6

REMIDIAL DAN PENGAYAAN

A. Kegiatan Pendahuluan
 Guru mengucapkan panganjali dan Mūladhyaya Pūja
 Guru mengabsen atau menulis peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran,
sekaligus mendata yang nilainya belum memenuhi KKM dan yang sudah
memenuhi/melebihi KKM
 Guru mengajak peserta didik mempersiapkan buku yang akan digunakan untuk
belajar
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

B. Kegiatan Inti
 Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik yang nilainya belum KKM
untuk membaca materi sesuai indikator yang belum terpenuhi.
 Bagi peserta didik yang nilainya sudah memenuhi/melebihi KKM, Guru memberikan
materi pengayaan tentang ajaran karma dalam Bhagawadgītā
 Guru memberikan materi pengayaan tentang ajaran karma dalam Bhagawadgītā
dengan metode penemuan terbimbing. Guru memberikan petunjuk pelaksanaan
kegiatan penemuan terbimbing, kemudian peserta didik mengikuti apa yang telah
diinstruksikan guru. Peserta didik melakukan kegiatan belajar secara secara mandiri
dan membuat resume dari apa yang telah dipelajarinya.
 Bagi peserta didik yang nilainya belum KKM, maka guru memberikan tes atau
ulangan sesuai materi yang nilainya belum KKM. Peserta didik diberikan soal secara
tertulis.
 Setelah selesai melaksanakan remidial, maka peserta didik bisa mengikuti teman-
temannya melaksanakan pendalaman materi ajaran karma dalam Bhagawadgītā
dengan bimbingan dan arahan Guru.

C. Penutup
 Guru memfasilitasi peserta didik membuat butir-butir simpulan
 Guru memberi umpan balik peserta didik dalam proses dan hasil pembelajaran
 Guru memberitahukan kegiatan belajar yang akan dikerjakan pada pertemuan
berikutnya
 Guru menutup pertemuan Pūrṇādhyaya Pūja dan Paramaśāntiḥ

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g91i


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 4 (ṢAD
ĀTATĀYI)

Sekolah : SMP Negeri 01 Nama Kota


Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Kelas / Semester : VII (Tujuh) / Genap
Materi Pokok : Ṣaḍ Atatayi
Alokasi Waktu : 3 x pertemuan (9 JP)

A. Kompetensi Inti

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya


2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli
(toleran, gotong royong), santun, percaya diri, dalamberinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji berbagai hal dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari
di sekolah dan dari berbagai sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)


1.4. Menghargai orang yang 1.1.1. Disiplin dalam melaksanakan ajaran suśīla
dapat menghindari ajaran yang diyakini untuk menghindarkan diri dari
Ṣad Ātatāyi dalam pengaruh Ṣad Ātatāyi dalam kehidupan sehari-
kehidupan sehai-hari hari
1.1.2. Tekun dalam mengendalikan diri
menghindarkan diri dari pengaruh Ṣad Ātatāyi
dalam kehidupan sehari-hari
2.4. Menghargai hak orang 2.4.1. Berperilaku sopan dalam pengendalian diri
lain sebagai wujud untuk menghindari pengaruh Ṣad Ātatāyi
pengendalian diri untuk dalam kehidupan sehari-hari
menghindari perilaku Ṣad 2.4.2. Bertanggungjawab dalam melaksanakan ajaran
Ātatāyi suśīla untuk menghindari pengaruh Ṣad
Ātatāyi dalam kehidupan sehari-hari
2.4.3. Berperilaku jujur atau satya laksana dalam
penerapan suśīla agar terhindar dari pengaruh
Ṣad Ātatāyi dalam kehidupan sehari-hari

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g92i


Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.4. Memahami Ṣad Ātatāyi 3.4.1. Menguraikan pengertian Ṣad Ātatāyi
sebagai perbuatan yang 3.4.2. Menyebutkan bagian-bagian dari Ṣad Ātatāyi
harus dihindari dalam 3.4.3. Menguraikan pengertian masing-masing
kehidupan bagian Ṣad Ātatāyi
3.4.4. Menyebutkan contoh perilaku Ṣad Ātatāyi
3.4.5. Mengidentifikasi dampak negatif Ṣad Ātatāyi
3.4.6. Menyebutkan upaya-upaya untuk menghindari
perilaku Ṣad Ātatāyi
3.4.7. Mengidentifikasi rintangan/halangan dalam
mengendalikan Ṣad Ātatāyi
4.4. Menyajikan gambar- 4.4.1. Mencari contoh gambar tentang perilaku Ṣad
gambar tentang perilaku Ātatāyi yang harus di hindari
Ṣad Ātatāyi yang harus 4.4.2. Menyusunnya menjadi Kliping disertai dengan
dihindari keterangan tentang perilaku Ṣad Ātatāyi
4.4.3. Membuat laporan hasil kerja kelompok dari
perilaku Ṣad Ātatāyi
4.4.4. Mempresentasikan hasil kerja kelompok di
depan kelas

C. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti serangkaian kegiatan mengamati/observasi, menanya,


mengumpulkan informasi, menalar / mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan video dan
media pembelajaran “Ṣad Ātatāyi” peserta didik mampu:
1. Menjelaskan pengertian Ṣad Ātatāyi
2. Menyebutkan bagian-bagian Ṣad Ātatāyi
3. Menunjukkan perilaku Ṣad Ātatāyi serta dapat menghindarinya
4. Peserta didik dapat menunjukkan perilaku Kayika Parisuda dalam ajaran Ṣad Ātatāyi
5. Peserta didik dapat menunjukkan perilaku Wacika Parisuda dalam ajaran Ṣad Ātatāyi
6. Peserta didik dapat membuat contoh cerita dalam perilaku Ṣad Ātatāyi
7. Peserta didik dapat menunjukkan contoh cerita dalam Ramayana dan Mahabharata
tentang perilaku Ṣad Ātatāyi
8. Peserta didik dapat menunjukkan contoh gambar dan cerita dalam perilaku Ṣad Ātatāyi
9. Peserta didik dapat menyusun sebuah kliping dari perilaku Ṣad Ātatāyi
10. Peserta didik dapat mempresentasikan dari perilaku Ṣad Ātatāyi
11. Peserta didik dapat menyimpulkan hasil dari presentasi tentang perilaku Ṣad Ātatāyi

D. Materi Pembelajaran

1. Materi Pembelajaran Reguler


a. Pertemuan ke-1
 Konsep pengertian Ṣad Ātatāyi
 Bagian-bagian Ṣad Ātatāyi
 Penjelasan konsep masing-masing bagian Ṣad Ātatāyi
b. Pertemuan ke-2
 Contoh perilaku Ṣad Ātatāyi
 Dampak negatif perilaku Ṣad Ātatāyi

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g93i


 Cara menghindari pengaruh Ṣad Ātatāyi

c. Pertemuan ke-3
 Presentasi materi Ṣad Ātatāyi dari peserta didik

2. Materi Pembelajaran Pengayaan (dilaksanakan untuk menambah pengetahuan


tentang Ṣad Ātatāyi )
Pendalaman materi Ṣad Ātatāyi dalam Śāstra dan Suśāstra Hindu

3. Materi Pembelajaran Remedial (dilaksanakan apabila peserta didik tidak


tuntas dalam indicator tertentu)

E. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Scientific
2. Model : Project Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis
Proyek
3. Metode : Ceramah, Kerja Kelompok, Diskusi, Pemberian Tugas
4. Teknik : Penugasan

F. Media, Bahan, dan Sumber Belajar

1. Media
a. CD Media Pembelajaraan Interaktif: Ṣad Ātatāyi
b. Laptop, Infocus dan LCD Proyektor

2. Bahan
a. Spidol
b. Kertas karton

3. Sumber Belajar
 Sugita, I. M. (2017). Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas VII
(Buku Guru). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
 Sugita, I. M. (2017). Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas VII
(Buku Siswa). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
 Miswanto. (2018). Widyakara Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti kelas
VII. Surabaya: MGMP PAH SMP Provinsi Jawa Timur
 Sudharta, Tjokorda Rai dan Ida Bagus Oka Punia Atmaja. Upadeúa tentang
Ajaran-ajaran Agama Hindu. Surabaya: Pàramita, 2001.
 Pudja, Gde. (2004). Bhagavad Gìtà (Pañcama Veda). Surabaya: Paramita.
 Miswanto. (2018). Bhagawad Gìtà dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa.
Malang: Giri Sastra.
 Video tentang Contoh Perilaku Ṣ ad Ā tatā yi
 Gambar tentang Contoh Perilaku Ṣad Ā tatā yi

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g94i


G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

1. Pertemuan Ke-1 (3 JP)


a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
 Guru mengucapkan panganjali dan Mūladhyaya Pūja [Religius]
 Menyanyikan lagu wajib nasional [Nasionalisme]
 Guru mengabsen atau menulis peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran
 Guru mengajak peserta didik mempersiapkan buku yang akan digunakan
untuk belajar
 Guru melakukan apersepsi dengan bercerita orang yang tidak bisa
mengendalikan diri
 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan penilaian yang akan dilakukan
b. Kegiatan Inti (95 menit)
Mengamati
 Peserta didik membaca kitab Bhagawadgita pada Bab XVI
 Peserta didik membaca buku teks pembelajaran Pendidikan Agama Hindu
dan Budi Pekerti pada halaman 51-53
Menanya
 Setelah membaca kitab Bhagawadgita dan membaca buku teks peserta didik
dapat merumuskan pertanyaan-pertanyaan dari hasil membaca seperti: apa
makna yang terkandung dalam kitab Bhagawadgita Bab XVI.2 tersebut?
apa yang dimaksud dengan susila? Apa yang dimaksud dengan Ṣad Ātatāyi?
apa saja bagian dari Ṣad Ātatāyi? [Mandiri]
Mengumpulkan informasi
 Guru membimbing peserta didik dalam berdiskusi dengan teman untuk
mencari jawaban dari pertanyaan yang diajukan [Integritas]
 Peserta didik mengumpulkan informasi dari teman-teman untuk mencari
jawaban dengan tanya jawab
Menalar/Mengasosiasi
 Guru membimbing peserta didik dalam mengolah informasi dari hasil
mengumpulkan informasi
 Bersama-sama untuk menentukan hasil diskusi yang dilakukan dalam
kelompok

Mengkomunikasikan
 Peserta didik mempresentasikan hasil kesimpulan dari diskusi yang
dilakukan bersama kelompoknya [Gotong Royong]
 Peserta didik mencatat hasil simpulan yang telah dilaporkan
c. Penutup (15 menit)
 Peserta didik bersama guru membuat kesimpulan hasil pembelajaran tentang
pengertian, bagian-bagian, dan contoh perilaku Ṣad Ātatāyi
 Peserta didik bersama guru melakukan refleksi kegiatan belajar hari ini.
 Guru memberi umpan balik peserta didik dalam proses dan hasil
pembelajaran
 Guru memberitahukan kegiatan belajar yang akan dikerjakan pada
pertemuan berikutnya, yaitu dampak negatif perilaku Ṣad Ātatāyi

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g95i


 Guru menutup pertemuan Pūrṇādhyaya Pūja dan Paramaśāntiḥ [Religius]

2. Pertemuan Ke-2 (3 JP)


a. Pendahuluan (10 Menit)
 Guru mengucapkan panganjali dan Mūladhyaya Pūja [Religius]
 Menyanyikan lagu wajib nasional [Nasionalisme]
 Guru mengabsen atau menulis peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran
 Guru mengajak peserta didik mempersiapkan buku yang akan digunakan
untuk belajar
 Guru melakukan reinforcement (penguatan ulang) tentang materi pelajaran
pada pertemuan sebelumnya
 Guru melakukan apersepsi dengan bercerita orang yang tidak bisa
mengendalikan diri
 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan penilaian yang akan dilakukan
b. Kegiatan inti: (95 menit)
Mengamati
 Peserta didik mengamati dan menyaksikan contoh-contoh perilaku Ṣad
Ātatāyi dalam Cerita mahabharata dan Ramayana.
 Peserta didik mengamati dampak-dampak yang diakibatkan dari perilaku
Ṣad Ātatāyi [Integritas]
Mengkomunikasian
 Peserta didik menyampaikan terkait hal-hal yang berhubungan dengan Ṣad
Ātatāyi sesuai dengan apa yang dia tangkap dari Cerita mahabharata dan
ramayanan yang telah disajikan/dibaca. [Gotong Royong]
 Peserta didik menyampaikan penjelasan tentang akibat-akibat yang diterima
dari perilaku Ṣad Ātatāyi
Mengumpulkan informasi
 Peserta didik diminta untuk mencari informasi terkait dengan cara-cara
untuk menghindari pengaruh Ṣad Ātatāyi baik melalui buku maupun
wawancara langsung [Mandiri]
Menalar/Mengasosiasi
 Guru membimbing peserta didik dalam mengolah informasi terkait tentang
cara-cara menghindari pengaruh Ṣad Ātatāyi
 Bersama-sama untuk menentukan hasil informasi yang diperoleh masing-
nasing peserta didik
c. Penutup (15 menit)
 Peserta didik bersama guru membuat kesimpulan dari hasil pembelajaran
pada hari ini.
 Peserta didik bersama guru melakukan refleksi kegiatan belajar hari ini.
 Guru memberi tugas peserta didik untuk membuat sebuah kliping terkait
dengan contoh-contoh perilaku Ṣad Ātatāyi yang terjadi disekitar kita dan
dipresentasikan pada pertemuan yang akan datang
 Guru menutup pertemuan Pūrṇādhyaya Pūja dan Paramaśāntiḥ [Religius]

3. Pertemuan Ke-3 (3 JP)


a. Pendahuluan (10 menit)
 Guru mengucapkan panganjali dan Mūladhyaya Pūja [Religius]

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g96i


 Menyanyikan lagu wajib nasional [Nasionalisme]
 Guru mengabsen atau menulis peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran
 Guru mengajak peserta didik mempersiapkan buku yang akan digunakan
untuk belajar
 Guru melakukan apersepsi ulang tentang pelajaran kemarin
 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan penilaian yang akan dilakukan
 Guru meminta untuk menunjukkan tugas masing-masing peserta didik yang
diberikan pada minggu lalu
b. Kegiatan Inti (95 menit)
 Guru meminta kepada masing-masing peserta didik untuk
mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. [Gotong Royong]
 Masing-masing peserta didik mempersentasikan hasil produknya berupa
kliping tentang contoh dan perilaku Ṣad Ātatāyi [Mandiri] [Integritas]
 Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik lain untuk bertanya atau
menanggapi hasil presentasi
c. Penutup (15 menit)
 Peserta didik bersama guru membuat kesimpulan dari hasil presentasi yang
telah disampaikan.
 Peserta didik bersama guru melakukan refleksi kegiatan belajar hari ini.
 Guru menginformasikan kepada peserta didik tentang Ulangan Harian pada
pertemuan berikutnya
 Guru menutup pertemuan Pūrṇādhyaya Pūja dan Paramaśāntiḥ

H. Penilaian

1. Sikap spiritual dan Sosial


No. Teknik Bentuk Instrumen Waktu Pelaksanaan
1 Observasi Jurnal Saat KBM
2 Penilaian diri Cek list Ya /tidak Setelah KBM
3 Penilaian antar teman Cek list 1,2,3 Setelah KBM

2. Pengetahuan
No. Teknik Bentuk Instrumen Waktu Pelaksanaan
1 Lisan Pertanyaan terbuka Saat KBM
2 Tertulis Pilihan ganda, menjodohkan, uraian Setelah KBM

3. Keterampilan
No. Teknik Bentuk Instrumen Waktu Pelaksanaan
1 Proyek Lembar penilaian proyek Setelah KBM
2 Produk Lembar penilaian produk Setelah KBM

I. Remidial dan Pengayaan

1. Pembelajaran Remidial
Peserta didik yang nilainya belum mencapai ketuntasan minimum (KKM), dengan
diberikan remidial pada indikator yang belum tercapai.

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g97i


2. Pengayaan
Peserta didik yang mencapai nilai diatas ketuntasan minimum (KKM), diberikan
pengayaan pendalaman materi Ṣ ad Ā tatā yi dalam Śā stra dan Suśā stra Hindu.

Mengetahui, Nama Kota, Juli 2019


Kepala Sekolah Guru PAH BP

Nama Kepala Sekolah ...........................................


NIP. Kepala Sekolah NIP. Guru PAHBP

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g98i


LAMPIRAN 1: MATERI

ṢAD ĀTATĀYI

A. Pendahuluan
Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan cinta dan kasih sayang Tuhan.
Kelahiran manusia di dunia ini juga berasal dari cinta dan kasih sayang kedua orang tua. Cinta
dan kasih sayang ini mesti dimiliki oleh setiap manusia mengingat ia ada karena cinta dan
kasih sayang tersebut. Cinta dan kasih sayang ini juga menjadi esensi dari kemanusiaan.
Artinya jika manusia tidak mampu mengembangkan cinta dan kemanusiaan ini dalam dirinya
maka sesungguhnya dia telah kehilangan hakekatnya sebagai manusia.
Cinta dan kasih sayang dalam diri manusia akan membuat manusia menjadi welas asih
dan jauh dari kebencian yang berujung pada anarkhisme. Sayangnya, anarkhisme atau
kekerasan akhir-akhir ini menjadi hal yang biasa dilakukan oleh manusia. Banyak kasus-kasus
kekerasan baik secara fisik maupun mental yang dilakukan dan dialami oleh manusia.
Kekerasan yang berujung pembunuhan pun menjadi sesuatu biasa terjadi di zaman sekarang.
Dalam ajaran Hindu, perilaku anarkhis semacam ini adalah larangan yang tidak boleh
dilakukan atau dipikirkan oleh umatnya. Perilaku anarkhis yang berujung pembunuhan
sebagaimana disebutkan di atas dalam Hindu disebut Ṣad Ātatāyi. Perilaku ini harus dihindari
oleh semua umat Hindu karena ini merupakan larangan dalam agama Hindu.
Dalam Sarasamuścaya 141 disebutkan:
वधबन्धपरिक्ले षान्प्राणिनो न करोति यः । स सर्वस्य हितं प्रेप्सु ः सु खमत्यन्तमष्नु ते ॥
wadhabandhaparikleṣān prāṇino na karoti yah |
sa sarwasya hitaṁ prepsuḥ sukhamatyantamaṣnute ||
Terjemahan:
Orang yang perilakunya tidak pernah menyakiti makhluk lain, tidak mengikatnya, tidak
membunuhnya, melainkan hanya menyenangkan makhluk lain, orang yang demikian itu,
memperoleh, kebahagiaan yang tertinggi.
B. Pengertian Ṣad Ātatāyi
Secara harfiah kata ṣad ātatāyi (षदाततायि) berasal dari bahasa Sanskerta. Kata ini
dibentuk dari dua yaitu ‘ṣaṭ (षट् )’ yang artinya ‘enam’ dan ‘ātatāyin (आततायिन्)’ yang artinya
‘berusaha membunuh seseorang, seorang pembunuh, (dalam teks Manusmṛti dan
Mahābhārata, sering diartikan sebagai pembakar, pemerkosa, pencuri)” (Monier-
William,1899:134). Dalam Wilson Sanskrit-English Dictionary (1832) disebutkan kata
ātatāyi ini berasal dari kata ‘ātatāyitā (आततायिता)’ yang artinya ‘mencuri, menganiaya,
membunuh, menghancurkan’.
Secara terminologi ṣad ātatāyi dapat diartikan sebagai enam macam upaya
pembunuhan yang dilarang dalam Hindu. Keenam upaya pembunuhan ini merupakan perilaku
anarkhis yang dilakukan baik itu secara fisik maupun mental. Biasanya alasan seseorang
melakukan tindakan anarkhis semacam ini karena motif dendam, marah, iri, dan sebagainya.
Karena tidak dimanage dengan baik maka motif tersebut bisa menghasilkan perilaku anarkhis
yang dilakukan terhadap orang lain.
Dalam beberapa dekade ini perilaku anarkhis ini suatu trend yang sulit untuk
dihindari. Beberapa pakar ilmu-ilmu sosial menyebutkan bahwa kasus-kasus anarkhisme
tersebut terjadi karena krisis global yang melanda berbagai bidang kehidupan sosial termasuk
di dalamnya krisis dalam dimensi intelektual, moral dan spiritual. Ironisnya anarkhisme ini
telah “melembaga” dan terkondisikan ke dalam suatu bentuk tradisi budaya masyarakat pada

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g99i


masa sekarang yang notabene merupakan masa pasca abad pencerahan (Capra, 2000:3,38).
C. Bagian-bagian Ṣad Ātatāyi
Hindu sangat melarang keras terjadinya tindakan anarkhis yang hanya semata-mata
karena emosional belaka sebagaimana yang sering terjadi belakangan ini. Untuk itu umat
Hindu dianjurkan untuk selalu bertindak secara arif dan bijak dengan mengedepankan dasar
hukum universal yaitu cinta kasih dan kemanusiaan (Miswanto,2004:7-9). Oleh karenanya
maka tidak ada pilihan lain yang harus dilakukan selain menghindari ṣad ātatāyi ini.
Hindu sangat melarang keras terjadinya tindakan anarkhis yang hanya semata-mata
karena emosional belaka sebagaimana yang sering terjadi belakangan ini. Untuk itu umat
Hindu dianjurkan untuk selalu bertindak secara arif dan bijak dengan mengedepankan dasar
hukum universal yaitu cinta kasih dan kemanusiaan (Miswanto,2004:7-9). Oleh karenanya
maka tidak ada pilihan lain yang harus dilakukan selain menghindari ṣad ātatāyi ini.
Adapun bagian-bagian dari ṣad ātatāyi antara lain: agnida, wiṣada, atharwa,
ṣastraghna, dratikrama, dan raja piśuna. Berikut penjelasannya.
1. Agnida
Agnida (अग्निद) adalah kata Sanskerta artinya ‘pemberi api’. Kata dasarnya adalah
agni (अग्नि) yang berarti ‘api, atau Agni’ (Monier-William,1899:5). Agnida adalah upaya
membunuh atau melakukan kekerasan terhadap seseorang dengan cara memberi api atau
membakarnya. Upaya membakar tersebut dilakukan dengan cara membakar langsung
tubuhnya atau bisa juga melalui sarana lain seperti rumah yang ditempatinya, kendaraan yang
dinaikinya, dan sebagainya. Upaya itu semua termasuk agnida. Upaya pembunuhan semacam
ini tentu sangat tidak manusiawi, oleh karenanya Hindu sangat melarangnya.
Dalam sejarah Hindu perilaku agnida juga bisa ditemukan dalam Mahābhārata pada
Ādiparwa adhyaya 134 sampai 137. Di sini dikisahkan mengenai upaya pembunuhan Kunti
dan Pāṇḍawa di Wāraṇāwata dengan cara menghanguskannya. Saat itu Śakuni (dalam
pewayangan Jawa disebut Sengkuni), paman dari Kauwara membujuk Pāṇḍawa supaya
mewakili raja untuk menghadiri Dūrgapūja di Wāraṇāwata mengingat Yudiṣṭhira (saudara tua
Pāṇḍawa) sudah diangkat sebagai putra mahkota. Śakuni memang sudah merencanakan untuk
membunuh Pāṇḍawa dengan cara membakarnya saat di Wāraṇāwata.
Dengan licik, Śakuni dibantu Purocana membangun sebuah istana megah dan indah di
Wāraṇāwata, tetapi bahannya terbuat dari kardus. Istana kardus ini dipersiapkan untuk
menginap Pāṇḍawa ketika mengikuti upacara Dūrgāpūja. Pada hari yang sudah ditentukan,
berangkatlah rombongan Panca Pāṇḍawa ini ke tempat dilaksanakan upacara. Semua berjalan
lancar, tidak ada yang aneh dan tidak ada kendala yang dihadapi.
Yudiṣṭhira sebelumnya sudah diberikan semacam isyarat oleh Widura bahwa mereka
harus hati-hati saat di Wāraṇāwata. Dan ternyata isyarat itu benar. Saat mereka menginap di
istana kardus, mereka menemukan banyak kejanggalan. Salah satunya bahan yang digunakan
untuk membuat istana tersebut adalah bahan yang mudah terbakar. Hanya ada satu pintu dan
tidak ada jendela pada istana tersebut. Jika terbakar maka seisi istana tersebut tidak akan bisa
meloloskan diri. Dan saat tengah malam, istana tersebut memang benar-benar dibakar oleh
orang suruhan Śakuni.
Namun atas isyarat dan bantuan Pamannya Widura, maka Pāṇḍawa bersama Kunti
bisa menyelamatkan diri dari kebakaran tersebut melalui terowongan yang telah dipersiapkan
oleh Widura. Sementara di bekas istana kardus tersebut juga ada 6 jenasah yang sebenarnya
adalah para pelayan dan Kaurawa mengira bahwa jenasah tersebut adalah jenasah para
Pāṇḍawa.
Dalam Ādiparwa 137 śloka 9-12 disebutkan: “Di sana di Kerajaan Dhṛtarāṣṭra
(Astina), kabar kematian Pāṇḍawa beserta Purocana yang terbakar api sudah tersebar.

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g100i


Mendengar kabar kematian putra-putra Pāṇḍu tersebut Raja Dhṛtarāṣṭra amatlah bersedih.
Setelah kematian Raja Bhārata Paṇḍu tentu amatlah sulit bagi Raja Dhṛtarāṣṭra menerima
kematian para putranya yang terbakar dilalap api. Akhirnya sang Raja pun segera pergi
menuju Wāraṇāwata untuk melihat langsung jenasah Kunti dan putra-putranya”.
 Di era sekarang pun masih ada upaya pembunuhan yang dilakukan dengan cara
membakar korbannya. Misalnya di awal tahun 2017 lalu ada seorang yang diduga sebagai
pencuri amplifier di salah satu tempat ibadah di Bekasi akhirnya dibakar hidup-hidup.
Sebelumnya juga sudah pernah terjadi hal serupa di mana seorang maling yang ketahuan
dibakar oleh massa. Hal ini sebagaimana diberitakan di laman merdeka.com.

2. Wiṣada
Wiṣada (विषद) adalah kata Sanskerta artinya ‘menghasilkan racun, beracun’. Kata
dasarnya adalah wiṣa (विष) yang berarti ‘racun’ (Monier-William,1899:995). Wiṣada adalah
upaya membunuh orang lain dengan cara memberikan racun atau meracuni. Upaya wiṣada ini
biasanya dilakukan dengan mencampurkan racun dalam makanan atau minuman kemudian
diberikan kepada orang lain. Hal ini adalah merupakan perbuatan dosa sebab perbuatan ini
sangat bertentangan dengan hakekat hidup yang beradab.
Dalam suśāstra Hindu banyak kisah mengenai pembunuhan dengan wiṣada ini. Salah
satunya adalah kisah upaya pembunuhan Bhīma oleh Kaurawa dengan menggunakan racun.
Dalam Adiparwa 119 śloka 39 disebutkan:
भोजने भीनसे नस्य पु नः प्रक्षे पयद्विषं । कालकुटं नवं तीक्ष्णं सं भृतम्लोमहर्षणं ॥
bhojane bhīmasenasya punaḥ prākṣepayad wiṣaṁ | kālakūṭaṁ nawaṁ tīkṣṇaṁ saṃbhṛtaṁ
lomaharṣaṇaṁ ||
Terjemahan:
Lalu pada makanan yang dimakan oleh Bhima dicampur racun yang efeknya sembilan kali
racun Kālakūṭa yang bisa berakibat sangat berbahaya.
Persaingan antara Pāṇḍawa dan Kaurawa ini memang sudah terjadi sejak masa
kecilnya. Kaurawa selalu berusaha melenyapkan para Pāṇḍawa. Bhīma yang merupakan adik
dari Yudiṣṭhira juga pernah menjadi sasaran upaya pembunuhan dari Kaurawa. Sebagaimana
disebutkan dalam śloka di atas, Bhīma sempat diracun oleh para Kaurawa.
Waktu itu Bhīma dan beberapa Kaurawa berenang di Sungai Gangga, setelah selesai
berenang mereka bersantap. Tidak tahunya makanan Bhīma telah diracuni oleh Kaurawa.
Letih dan ditambah keracunan makanan membuat Bhīma terbaring lemas tidak berdaya.
Melihat hal itu Duryodhana, sepupu Bhīma segera mengikat sepupunya itu dengan ranting-
ranting pohon berduri dan menutupi tubuhnya dengan daun-daun gatal. Kemudian mereka
melemparkan Bhīma ke papan lebar yang dipasangi paku-paku tajam beracun. Mereka
memperkirakan, jika Bhīma jatuh di atas papan itu, ia pasti akan binasa tertusuk paku-paku
beracun itu.
Tetapi Bhīma tidak jatuh di atas papan itu. Dia jatuh ke dalam Sungai Gangga. Segera
oleh ular-ular penghuni Sungai Gangga yang sangat berbisa mematuki tubuh Bhīma. Belum
jauh dihanyutkan, Bhīma dihempaskan oleh pusaran air ke tepian seberang sungai. Dengan
gembira, Duryodhana dan saudara-saudaranya yang mengira telah membinasakan Bhīma
pulang ke istana. Namun Bhīma selalu dalam lindungan dewata, racun-racun ular bukan
membunuh Bhīma malah membantu melawan racun makanan Duryodhana sehingga racun di
tubuh Bhīma menjadi sirna. Tidak hanya sirna malah membuat Bhīma kebal akan segala
racun.
Contoh perilaku wiṣada ini juga ditemukan pada zaman sekarang. Contohnya adalah
kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin oleh Jessica Kumala Wongso. Dalam proses
peradilan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jessica diputus bersalah karena melakukan

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g101i


pembunuhan berencana dengan meracuni Mirna melalui kopi bercampur racun sianida yang
diminum oleh korban. Atas perbuatannya itu Jessica pun diganjar dengan hukuman penjara 20
tahun (https://nasional.tempo.co diakses 29 September 2017 jam 21.45 WIB). Kasus ini
adalah contoh upaya pembunuhan dengan racun atau Wiṣada. Kasus serupa juga terjadi pada
Munir, salah satu aktivis HAM.

3. Atharva
Atharwa (अथर्व) adalah kata Sanskerta arti sebenarnya adalah ‘salah satu nama dari
Catur Weda Saṁhita, pendeta yang menyelesaikan segala sesuatu dengan api, orang yang
biasa dimintai bantuan untuk menyembuhkan penyakit atau membebaskan diri dari bencana’
(Monier-William,1899:17). Awalnya seorang atharwa hanya dimintai bantuan untuk
membebaskan seseorang dari penyakit namun lama kelamaan banyak orang yang juga
meminta bantuan untuk menyakiti orang lain. Dalam ṣad ātatāyi ini, atharwa diartkan sebagai
upaya membunuh atau menyakiti orang lain dengan menggunakan ilmu hitam (black magic)
atau ilmu sihir.
Ilmu hitam atau ilmu sihir ini dikenal oleh masyarakat dari berbagai belahan bumi. Di
Jawa dikenal beberapa istilah ilmu hitam misalnya santet, susuk, pelet, gendam, tumbal,
pesugihan, tenung dan lain-lain. Di Sunda dikenal dengan istilah teluh. Di Aceh dikenal
dengan istilah balum beude, beuno, burong tujoh, sane, dan geunteut. Bagi suku Anak Dalam
di Sumatra, mereka mengenal istilah santet sebagai buhul cacing abing. Di Jambi dikenal
dengan stilah pancung mata. Di Bali dikenal dengan istilah leak, cetik, dan rangda. Di
kalangan suku Minahasa disebut sebagai pandoti atau tapenawoy. Di kalangan suku Dayak
Kalimantan dikenal dengan istilah kuyang, amot, pelesit matimang. Di kalangan masyarakat
Bulukumba, Sulawesi Selatan, dikenal dengan istilah kajang amma toa. Di Maluku dikenal
ada perahu doti. Di Papua dikenal dengan istilah suanggi. Di seluruh dunia pun juga dikenal
beberapa istilah yang identik atau terkait dengan santet, misalnya: nuestra señora de la santa
muerte (Meksiko); ku (China); saiyasat dan kuman thong (Thailand); amulets (Laos); kulam
(Filipina); macumba (Brazil); sihr (Arab); heka (Mesir); kabbalah (Yahudi); mayong (India);
dan masih banyak lagi yang lain.
Atharwa ini biasanya dilakukan karena motif dendam atau iri. Biasanya pelaku
meminta bantuan orang ‘pintar’ (dukun) untuk membalaskan sakit hatinya. Lalu dengan
bantuan dukun tersebut ia melancarkan serangkan-serangan secara supranatural. Korban bisa
dibuat gila, sakit, hingga meninggal dunia. Cara-cara semacam ini tentu sangat dilarang dalam
semua ajaran agama.

4. Ṣastraghna
Ṣastraghna (षस्त्रघ्न) adalah kata Sanskerta yang dibentuk dari dua kata yaitu ‘ṣastra
(zñ)’ yang berarti ‘pedang, pisau, belati, senjata apapun’ dan ‘ghna ( घ्न)’ yang berarti
‘membunuh, menghancurkan’ (Monier-William,1899:379,1060). Ṣastraghna (षस्त्रघ्न) dapat
diterjemahkan membunuh dengan menggunakan senjata apapun, artinya apapun yang
dipegang atau ditemukan bisa digunakan untuk membunuh.
Secara terminologi ṣastraghna adalah upaya membunuh dengan cara membabi buta
atau mengamuk. Ṣastraghna tidak mengenal sasaran atau alasan, baginya yang penting bisa
membunuh semuanya. Ṣastraghna ini mirip tragedi holocaust seperti yang terjadi pada masa
Perang Dunia II. Di era sekarang pernah juga terjadi pembunuhan secara brutal dan membabi
butal. Pada 1 Oktober 2015, setidaknya 10 orang tewas dan 20-an luka-luka dalam
penembakan massal di Umpqua Community College di Oregon, Amerika Serikat. Kepolisian
setempat menyatakan pelaku penembakan brutal itu hanya satu orang pemuda berusia 20
tahun. Motif penembakan itu juga tidak jelas, karena dia mengarahkan tembakannya itu
secara membabi buta (http://www.misterianeh.com/2015/10/11-penembakan-paling-brutal-di-

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g102i


amerika.html diakses 30 September 2017 jam 02.00 WIB).

5. Dratikrama
Kata ‘dratikrama’ sebenarnya berasal dari kata Sanskerta daratikāma (दरतिकाम), karena
ada perubahan bunyi dan diadaptasikan kedalam bahasa Jawa Kuna kemudian menjadi
dratikrama. Kata ini merupakan gabungan dari kata ‘darati (दरति)’ yang artinya ‘membelah,
melanggar, merusak’ dan kata ‘kāma (काम)’ yang artinya ‘nafsu, cinta, seks, kesenangan’
(Monier-William,1899:252,470). Jika digabung kata daratikāma bisa diterjemahkan
‘melanggar cinta, merusak dengan nafsu seks’.
Secara terminologi dratikrama adalah membunuh dengan cara melakukan perbuatan
memperkosa, biasanya kaum perempuan. Perbuatan ini bisa menghancurkan masa depan si
korban. Orang yang menjadi korban dratikrama bisa mengalami trauma yang tidak akan
pernah terlupakan seumur hidupnya. Dratikrama ini juga bisa merusak tatanan nilai yang
hidup di masyarakat. Agama sangat melarang perbuatan keji semacam ini.
Dalam kisah Mahābharata diceritakan bagaimana Duryodhana berusaha melecehkan
wanita dari bangsa pemburu saat ia sedang berburu ke hutan. Di tengah hutan saat ia mabuk ia
berusaha menodai wanita dari kelas rendahan. Namun ia bisa ditangkap dan diringkus oleh
keluarga dari bangsa pemburu tersebut. Dan saat dia diadilli dan akan dihukum mati oleh
bangsa pemburu tersebut, beruntung Bhīma dan Arjuna menyelamatkannya atas perintah
Yudiṣṭhira.
Menurut ajaran Hindu dratikrama ini sama halnya dengan perbuatan paradārā
(memperkosa wanita) dan ini menyebabkan umurnya pendek. Hal ini sebagaimana disebutkan
dalam Sarasamuścaya 153:
परदारा न गन्तव्याः सर्ववर्णेसु कर्हिचित् । न हीदृषमनायु ष्यम् यथान्यस्त्रीनिषे वणम् ॥
paradārā na gantawyāh sarwawarṇesu karhicit | na hīdṛṣamanāyuṣyam
yathānyastrīniṣewaṇam ||
Terjemahan:
Menggoda/memperkosa wanita, sengaja usaha curang jangan dilakukan; pun jangan
melakukan segala sesuatunya yang berakibatkan umur pendek.

6. Raja Pisuna
Raja Piśuna adalah bahasa Jawa Kuna yang artinya memfitnah. Kata ini merupakan
gabungan dari 2 kata yakni raja dan piśuna. Kata ‘raja ( रज)’ berarti ‘pimpinan, emosional’.
Sementara kata ‘piśuna (पिशु न)’ berarti ‘fitnah’ (Monier-William,1899:624). Raja piśuna
artinya fitnah keji yang digunakan untuk membunuh karakter seseorang.
Fitnah atau raja piśuna adalah perkataan yang tidak memiliki nilai-nilai kebenaran,
kemudian disebarluaskan sebagai berita untuk menjerumuskan seseorang hingga menderita.
Sarana komunikasi massa kini bisa menjadi sarana untuk fitnah yang lebih luas. Media sosial
yang ada seperti twitter, facebook, whatsapp, telegram, dan sejenisnya bisa menjadi mesin
ampuh untuk melakukan fitnah. Dalam sekejap fitnah itu bisa menyebar bagai berita nasional.
Begitu menakutkannya fitnah ini, hingga ada pepatah lama yang yang mengatakan a slader is
more dangerous than murder atau kalau diindonesiakan menjadi “fitnah lebih kejam dari
pembunuhan” (Tim Jogja Bangkit,2014:195).
Mereka yang melakukan fitnah bisa membunuh karakter korban. Si korban akan
terganggu emosionalnya hingga bisa menyebabkannya meninggal dunia. Orang yang
melakukan hal ini maka kelak setelah mati, rohnya akan terlempar ke Neraka Niraya yaitu
neraka yang sangat panas menyiksa. Kelak setelah lahir kembali ke dunia, maka kelahirannya
akan menjadi binatang anjing. Kalaupun masih mempunyai sisa karma baik dan dapat
kembali terlahir menjadi manusia, maka sepanjang hidupnya akan selalu mendapat hinaan.

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g103i


Bukan itu saja, sepanjang hidupnya akan selalu dalam keadaan susah dan menderita.
Suśāstra Hindu sangat melarang tindakan ini. Dalam Sarasamuścaya 75 disebutkan:
असत्प्रलापं पारुस्यं पै चुन्यमनृ तं तथा । वत्वारि वाचा राजे न्द्र नजल्पे न्नानु चिन्तये त् ॥
asatpralāpam pārusyam paicunyamanṛtaṁ tathā | watwāri wācā rājendra
najalpennānucintayet ||
Terjemahan:
Perkataan jahat, perkataan kasar menghardik, perkataan memfitnah, perkataan; itulah
keempatnya harus disingkirkan dari perkataan, jangan dipikiran akan diucapkan.
D. Upaya Menghindari Ṣad Ātatāyi
Ṣad ātatāyi adalah perilaku kejam yang melanggar norma hukum baik hukum agama
maupun hukum negara. Dalam hukum negara, jelas sekali bahwa perilaku pembunuhan
semacam ini dapat diganjar dengan hukuman penjara. Lebih-lebih jika pembunuhan tersebut
dilakukan secara terencana, hukumannya bisa 20 tahun penjara hingga hukuman mati. Hal ini
sebagaimana disebutkan pada pasal 340 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) yang
berbunyi:
Barangsiapa dengan sengaja dan dengan direncanakan lebih dahulu menghilangkan nyawa
orang lain, dihukum karena pembunuhan direncanakan (moord), dengan hukuman mati
atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun.
 
Menurut hukum agama Hindu perbuatan membunuh termasuk himsakarma dan Weda
melarangnya. Manawa Dharmaśāstra VIII.381 menyebutkan:
न जातु ब्राह्मणं हन्यात्सर्वष्वपि स्थितम् । राष्ट् रादे नं बहिः कुर्यत्समग्रधनमक्षतम् ॥
na jātu brāhmaṇaṁ hanyātsarwaṣwapi sthitam | rāṣṭrādenaṁ bahiḥ kuryat
samagradhanam akṣatam ||
Terjemahan:
Hendaknya seseorang tidak membunuh apalagi seorang brahmana, kendatipun ia
melakukan kemungkinan macam-macam perbuatan jahat. Ia harus dihukum dibuang
untuk yang bersalah semacam ini dengan badan terluka dan membiarkan semua hartanya
(Pudja Sudharta,2002:515).
 
Selanjutnya dalam Sarasamuścaya 76 disebutkan:
प्राणतिपातं स्तै न्यम्च परदारानथापि वा । त्रीनि पापानि काये न सर्वतः परिवर्जवे त् ॥
prāṇatipātam stainyam ca paradārānathāpi wā | trīni pāpāni kāyena sarwatah
pariwarjawet ||
Terjemahan:
Membunuh, mencuri, berbuat zina; ketiganya perbuatan dosa itu jangan hendaknya
dilakukan terhadap siapapun.
 
Merujuk pada suśāstra Hindu tersebut, jelas sekali bahwa membunuh adalah perbuatan
yang berakibat dosa. Dan untuk itu si pendosanya akan mendapat penderitaan baik di duni
maupun di neraka nantinya. Bahkan setelah lahir kembali pun ia akan sulit terlahir menjadi
manusia, kalaupun terlahir kembali menjadi manusia kelahirannya akan menjadi orang yang
hina dan umurnya tidak panjang.
Ada banyak alasan orang mau atau berani melakukan kejahatan pembunuhan. Tetapi
secara umum teridentifikasi penyebab pembunuhan itu karena menyimpan dendam, cemburu
baik karena cinta ataupun yang lainnya, motivasi harta atau uang terutama dalam kasus
perampokan, motivasi politik, menderita kelainan jiwa dan membela diri. Untuk alasan yang

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g104i


terakhir karena membela diri dan tidak sengaja ini maka hukumannya tidak seberat yang lain.
Agar terhindar dari segala macam akibat buruk karena melakukan himsakarma, maka
setiap orang harus menghindari perbuatan ṣad ātatāyi ini. Ada beberapa hal yang bisa
dilakukan umat Hindu agar terhindar dari perilaku ṣad ātatāyi ini, antara lain (Sugita,2016:65-
67):
1. Senantiasa mendekatkan diri dengan Sang Hyang Widhi, para dewa, dan leluhur melalui
berbagai upacara keagamaan. Puja Tri Sandhya setiap hari jangan diabaikan karena akan
dapat menghapuskan kegalauan hati akibat banyaknya masalah dalam kehidupan.
Mencurahkan keresahan hati di dalam doa sambil melantunkan lagu-lagu pujian secara
hikmat dan khusuk. Semua ini akan dapat mengurangi rasa dendam, putus asa, dan
mencegah niat untuk membunuh.
2. Serius mendengarkan, memahami, dan melaksanakan ajaran Guru, terutama Guru Rupaka,
Guru Pengajian, dan Guru Wisesa. Bagi mereka yang berani melawan guru, maka akan
mendapatkan ganjaran atau balasan berupa kesulitan sepanjang hidupnya. Contohnya, bila
seorang anak wanita yang berani melawan ibu kandungnya, bisa kesulitan saat melahirkan
anaknya di kemudian hari. Untuk itu, jangan marah kepada guru sehingga niat untuk
membunuh menjadi hilang.
3. Rajin mengikuti kegiatan keagamaan, seperti latihan Dharmagita, latihan tarian
keagamaan Hindu, latihan gamelan, Dharmawacana atau Dharmatula. Dengan latihan seni
upacara keagamaan seperti menari dan menabuh gamelan, maka akan terasah rasa estetika
yang ada di dalam diri. Budi akan semakin halus, perilaku akan semakin berkarakter
karena otak kanan kita terlatih baik. Dengan mengikuti latihan kehalusan budi, maka
keraguan akan keberadaan Sang Hyang Widhi dan hukum Karmaphala sama sekali tidak
ada. Kalau sudah yakin dengan hukum karma, maka niat untuk membunuh dengan cara
apapun akan hilang dengan sendirinya sehingga akan terhindar dari akibat buruk Ṣad
ātatāyi.
4. Perhatikan teman dekat kita. Hindari bergaul dengan para pemabuk, penjudi, pencuri,
apalagi dengan pembunuh. Pergaulan itu sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan kita.
Apabila lingkungan kita buruk, maka perilaku kita akan mempunyai kecenderungan
buruk. Kalau bergaul dengan pencuri dan pembunuh, maka cepat atau lambat akan
terpengaruh untuk menjadi pencuri dan pembunuh. Begitu juga sebaliknya, kalau bergaul
dengan orang-orang sukses, maka kita akan sukses. Dengan kata lain, bergaul dengan
orang baik akan terhindar dari niat untuk membunuh orang lain sehingga terhindar juga
dari akibat buruk melakukan pembunuhan.
5. Olah raga dan istirahat secara teratur. Di dalam tubuh yang sehat akan bersemayam juga
jiwa yang sehat. Jangan mengabaikan kesehatan tubuh, karena dengan tubuh yang sehat
penampilan nampak prima dan diperhatikan orang lain. Hal ini juga dapat mencegah niat
untuk melakukan pembunuhan.
6. Lakukan tapa, brata, yuga, dan samadi dengan tertib. Tapa artinya pengendalian diri, brata
artinya puasa mengendalikan makan dan minum, sedangkan samadi artinya konsentrasi
pikiran. Sebagaimana seekor ulat yang bertapa di dalam kepompong, kemudian bisa
terbang menjadi kupu-kupu. Begitu juga manusia, setelah melakukan tapa, brata dan
samadi dengan baik, maka diharapkan kecerdasannya akan bertambah, kharisma dan
wibawanya menjadi terpancar. Bagi yang wanita, kecantikannya dari dalam akan muncul.
Orang-orang sukses adalah mereka yang selalu melakukan tapa, brata, dan samadi dari
zaman ke zaman. Dengan demikian, niat untuk membunuh menjadi tidak ada dan merasa
sia-sia.

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g105i


7. Latihan melakukan kebaikan. Hal ini nampaknya sederhana, tetapi melakukan kebaikan
harus dilatih dari hal-hal yang kecil sampai hal-hal yang besar. Mulai dari mematikan kran
setelah memakai air, membuang sampah di tempatnya, membantu orang yang
memerlukan pertolongan, dan menyumbang darah ketika ada korban perlu darah dalam
peristiwa bencana alam.
8. Dalam Kitab Sarasamuscaya dinyatakan, mereka yang selalu melakukan kebaikan akan
terhindar dari bencana walaupun berada di atas tebing yang curam, berada di hutan
belantara ataupun di dalam perang. Hal ini terjadi karena investasi atau tabungan karma
baiknya itu yang memberikan perlindungan secara ajaib ketika musibah mengancamnya.
Ini adalah cara agar terhindar dari niat untuk melakukan pembunuhan.
 9. Hidup harus sejahtera dan Weda sangat menganjurkan umat Hindu dan umat manusia
pada umumnya untuk selalu hidup makmur, damai, dan sejahtera. Artinya, agama Hindu
sama sekali tidak menyukai kemiskinan dan kebodohan. Weda diturunkan untuk
menuntun manusia agar tidak bodoh, karena kebodohan adalah sumber bencana yang
sesungguhnya. Weda menganjurkan umat manusia rajin belajar agar pandai. Weda juga
menganjurkan agar umat manusia hidup hemat agar bisa kaya, karena kekayaan
menjadikan kita bahagia. Kita dapat membantu orang yang memerlukan bantuan dengan
kekayaan baik berupa harta benda maupun uang. Ini merupakan tabungan karma baik
yang kelak pasti berbuah manis.

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g106i


LAMPIRAN 2: PENILAIAN KI 1 DAN KI 2

PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL

A. Teknik : Observasi, Penilaian Diri, dan Penilaian Teman


B. Bentuk Instrumen : Lembar Penilaian Diri
C. Format Penilaian
Sikap Spiritual Sikap Sosial
Tanggun
No Nama Disiplin Tekun Jujur g Sopan Total
Jawab
1-4 1-4 1-4 1-4 1-4
1
2
3
4
5

Rubrik Penskoran:
Sikap Spritual Sikap Sosial
a. Indikator sikap spiritual “disiplin”: a. Indikator sikap sosial “jujur”
1) Disiplin melaksanakan doa sebelum 1) Tidak suka berbohong
dansesudah kegiatan pembelajaran 2) Selalu berbicara apa adanya
2) Disiplin mengucapkan salam agama 3) Jujur dalam berperilaku
Hindu setiap memulai pembelajaran. 4) Berani mengungkapkan kebenaran
3) Disiplin dalam mengucapkan doa
Dainika Upasana sebelum memulai b. Indikator sikap sosial “tanggung jawab”
belajar. 1) Selalu menyelesaikan tugas yang
4) Disiplin mengucapkan doa memulai diberikan pendidik
sesuatu. 2) Tidak bertele-tele dalam bekerja
3) Tepat waktu dalam mengumpulkan
b. Indikator sikap spiritual “tekun”: tugas
1) Tekun dalam mengucapkan doa 4) Datang tepat waktu ke kelas
sebelum dan selesai pelajaran
2) Tekun mengucapkan salam agama c. Indikator sikap sosial “sopan”
Hindu dalam kehidupan 1) Tidak berkata kasar dan kotor
3) Tekun mengucapkan doa Dainika 2) Menggunakan kata-kata lembut
Upasana sebelum belajar 3) Selalu mengetuk pintu sebelum
4) Tekun mengucapkan doa memulai memasuki ruang seseorang
pekerjaan. 4) Selalu bersikap sopan kepada orang
lain
Pemberian Nilai Skor:
a. Nilai 4 = jika peserta didik melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut
b. Nilai 3 = jika peserta didik melakukan 3 (tiga) kegiatan tersebut
c. Nilai 2 = jika peserta didik melakukan 2 (dua) kegiatan tersebut
d. Nilai 1 = jika peserta didik melakukan salah satu kegiatan tersebut

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g107i


LAMPIRAN 3: KI 3

PENILAIAN PENGETAHUAN

A. Tes lisan
No. Bentuk Instrumen Jumlah Soal Jenis Tagihan
1. Uraian Terbuka 7 Tanya Jawab

I. Soal
Jawaban pertanyaan dengan tepat dan benar! (Silahkan dipilih 5 soal)
1. Ṣad Ātatāyin berasal dari kata ‘आततायिन् (ātatāyin). Apakah pengertian dari
आततायिन् ?
2. Jelaskan pengertian dari agnida!
3. Jelaskan pengertian dari wiṣada!
4. Jelaskan pengertian dari atharwa!
5. Jelaskan pengertian dari ṣastraghna!
6. Jelaskan pengertian dari dratikrama
7. Jelaskan pengertian dari raja piśuna!

II. Pedoman Penskoran


No
Kunci Jawaban Skor
Soal
1. berusaha membunuh seseorang, seorang pembunuh 20
2. tindakan membunuh atau menyiksa seseorang dengan cara membakar 20
3. tindakan membunuh atau menyiksa seseorang dengan cara meracuni 20
4. tindakan membunuh atau menyiksa seseorang dengan cara ilmu hitam 20
5. tindakan membunuh atau menyiksa seseorang dengan cara membabi buta 20
6. tindakan membunuh atau menyakiti seseorang dengan cara memperkosa 20
7. tindakan membunuh atau menyakiti seseorang dengan cara memfitnah 20
Skor Maksimal 100
Jawaban salah atau tidak sesuai dengan kunci 1
Tidak dijawab 0

B. Tes Tulis
No. Bentuk Instrumen Jumlah Soal Jenis Tagihan
1. Pilihan Ganda 30 Penugasan / Penilaian Harian
2. Menjodohkan 10 Penugasan / Penilaian Harian
3. Uraian 5 Penugasan / Penilaian Harian

I. Pilihan Ganda
Berilah tanda silang (X) huruf A, B, C atau D pada jawaban yang benar!
1. Ṣad ātatāyi adalah tujuh macam upaya pembunuhan yang kejam. Kata ātatāyi dalam
‘ṣad ātatāyi’ berasal dari kata Sanskerta....
A. अततायिन् B. अततयिन् C. आततायिन् D. आततायिन
2. Dalam Wilson Sanskrit-English Dictionary (1832) disebutkan bahwa kata आततायि
(ātatāyi) juga berasal dari kata आततायिता yang artinya:
A. menganiaya B. mencekik C. menusuk D. mencuri

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g108i


3. Di bawah ini disebutkan bagian-bagian dari ṣad ātatāyi:
1) wiṣada 2) wiṣaya 3) agnida
4) apramada 5) rajya pati 6) raja piśuna
Dari istilah-istilah di atas yang merupakan bagian-bagian yang benar dari ṣad ātatāyi
ditunjukkan pada nomor….
A. 1, 2, dan 6 B. 2, 3, dan 6 C. 1, 3, dan 6 D. 2, 4, dan 6
4. Dalam Kamus Sanskerta kata dratikrama tidak ditemukan dalam kosakata Sanskerta.
Karena dratikrama berasal dari kata....
A. drati dan kāma B. drati dan karma
C. darati dan kāma D. darati dan karma
5. Melakukan upaya pembunuhan atau menyakiti orang lain dengan cara membakarnya
dalam ṣad ātatāyi disebut...
A. agnida B. atharwa C. wiṣada D. raja piśuna
6. Perbuatan menyakit orang dengan memberi guna-guna termasuk....
A. atharwa B. agnida C. raja piśuna D. dratikrama
7. Masih hangat berita tentang kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin oleh temannya
Jessica yang beberapa waktu lalu menghiasi layar kaca dan berbagai media di tanah air.
Pembunuhan yang dilakukan oleh Jessica ini termasuk....
A. agnida B. atharwa C. wiṣada D. raja piśuna
8. Beberapa waktu lalu di Mesir ada sebuah tragedi yang menimpa umat Islam yang
sedang melaksanakan ibadah di sebuah Masjid. Segerombolan orang berasal dari
kelompok militan Islam garis keras di melempari umat yang ada di sana dengan bom.
Tak hanya itu mereka juga membunuh orang-orang yang henda melarikan diri dengan
tembakan membabi buta.
Tindakan dari kelompok militan ini ini termasuk....
A. dratikrama B. ṣastraghna C. atharwa D. wiṣada
9. Sekitar tahun 2017 ada seorang yang masih diduga mencuri amplifier di salah satu
tempat ibadah yang kemudian ia dihakimi massa dan akhirnya dibakar hidup-hidup
hingga akhirnya tewas.
Perbuatan massa yang main hakim sendiri dan melakukan pembunuhan dengan
membakar hidup-hidup ini termasuk....
A. dratikrama B. atharwa C. agnida D. wiṣada
10. Pada zaman penjajahan banyak perempuan Indonesia yang menjadi korban kekejaman
bangsa penjajah. Banyak yang dipaksa untuk melayani nafsu bejat para penjajah.
Perilaku para penjajah ini dapat dikategorikan sebagai....
A. agnida B. atharwa C. ṣastraghna D. dratikrama

11. Perhatikan gambar di bawah ini!


Gambar di atas erat kaitannya dengan perilaku....
A. ṣastraghna

C. agnida D. wiṣada
12. Dalam Adiparwa 119 śloka 39 disebutkan:
भोजने भीनसे नस्य पु नः प्रक्षे पयद्विषं । कालकुटं नवं तीक्ष्णं सं भृतम्लोमहर्षणं ॥
Kisah yang diceritakan dalam Adiparwa di atas jika dikaitkan dengan Ṣad ātatāyi,
termasuk salah satu upaya pembunuhan Bhīma oleh Kaurawa dengan cara....

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g109i


A. wiṣada B. atharwa C. ṣastraghna D. raja piśuna
13. Perhatikan gambar di bawah ini!
Gambar di samping jika dikaitkan dengan perilaku ṣad
ātatāyi dapat dikategorikan tindakan ….
A. dratikrama
B. raja piśuna
C atharwa
D. wiṣada

14. Rani adalah sekretaris dari Rudy, salah seorang pengusaha sukses di bidang IT. Meski
tahu bahwa Rudy sudah beristri dan beranak dua, Rani tetap ingin memiliki Rudy.
Awalnya dia mencoba menggoda Rudy, namun tidak berhasil karena Rudy tipe cowok
yang setia. Oleh karenanya Rani meminta bantuan kepada Ki Joko salah seorang
paranormal sakti menakhlukkan hati Rudy dan membuat keluarganya hancur.
Teman Rani Santi, begitu mengetahui bahwa perbuatan Rani ini mengarah ke perilaku
atharwa dan akan menimbulkan masalah, maka yang harus dilakukan Santi adalah ....
A. memberitahu istri Rudy akan niat dari Rani
B. mengajak Rani pergi ke pura dan bertirthayatra
C. menyadarkan Rani bahwa perbuatannya tidak baik
D. meminta Rani supaya segera melaksanakan niatnya
15. Kelompok Sarachen yang telah diringkus oleh Tim Cyber Mabes Polri ternyata sering
menyebarkan berita hoax yang dipesan oleh oknum tertentu untuk menjatuhkan
seseorang. Perbuatan yang dilakukan oleh jaringan Sarachen ini termasuk....
A. atharwa B. wiṣada C. dratikrama D. raja piśuna
16. Dia adalah Munir Said Thalib, lahir di Malang, Jawa Timur, 8 Desember 1965. Dia
adalah salah satu aktivis Hak Azasi Manusia (HAM) yang sejak masa orde baru(Orba).
Kegigihannya sebagai pejuang HAM tak pernah padam meski banyak rintangan yang
menghadang. Namun naas pada 7 September 2004 ia harus meregangkan nafasnya saat
menuju Amsterdam akibat perbuatan keji yang bisa dikategorikan….
A. dratikrama B. atharwa C. agnida D. wiṣada
17. Dalam Adiparwa bab 134 sampai 137 dikisahkan upaya pembunuhan keluarga Pāṇḍu
oleh para Kaurawa. Puncaknya adalah kejadian di Wāraṇāwata saat Pāṇḍawa
beristirahat di istana kardus hasil rekayasa Purocana. Perbuatan Kaurawa ini dapat
dikategorikan...
A. atharwa B. raja piśuna C. agnida D. dratikrama
18. Lina adalah peserta didik di SMP Amarta. Dia dikenal sebagai anak yang pandai. Karin
teman sekelasnya tidak begitu suka dengan Lina karena dia menganggapnya sebagai
saingan abadinya.
Suatu ketika, Karin ingin menyebarkan gosip kepada teman-temannya jika nilai bagus
yang didaaptkan Lina karena dia suka mencontek saat ulangan. Sista salah satu teman
sekelas Lina dan Karin yang mengetahui maksud dari Karin tersebut sebagai raja
piśuna, maka dia pun ingin berbuat yang terbaik untuk teman-temannya itu. Berikut ini
hal-hal yang bisa dilakukan oleh Sista:
1) memberitahu Lina jika ada gosip tentang dia
2) menasehati Karin bahwa itu termasuk raja piśuna
3) menyarankan teman-temannya agar tidak mudah percaya gosip
4) mengajak Lina ke dukun untuk menangkal gosip

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g110i


5) mengajak Karin ke guru BK agar diberikan konseling
Dari fenomena di atas, maka pernyataan di atas bisa menghindarkan diri dari salah satu
perilaku ṣad ātatāyi adalah ...
A. 1, 2, dan 5 B. 2, 3, dan 5 C. 1, 2, dan 4 D. 2, 3, dan 4
19. Gambar di samping terkait dengan perilaku salah satu ṣad ātatāyi!
Salah satu perilaku ṣad ātatāyi terkait dengan gambar adalah….
A. dratikrama B. raja piśuna
C atharwa D. wiṣada

20. Sering berlatih yoga dan meditasi juga sangat ampuh untuk bisa menghindari ṣad
ātatāyi. Yang ditunjukkan pada gambar adalah salah satu aktivitas yoga yang baik untuk
melatih kesehatan jasmani dan rohani. Dengan begitu orang yang berlatih yoga akan
terhindari dari pikiran-pikiran buruk ṣad ātatāyi. Kegiatan ini sangat baik dilakukan
setiap pagi hari sebelum matahari terbit. Kegiatan yang dimaksud adalah...
A. surya namaskara B. iswara pranidhana
C. dharana D. dhyana
21. Liputan6.com, Jakarta, Aksi brutal yang diduga dilakukan pendukung Persebaya, Bonek
terekam video. Mereka diduga mengamuk dan mengacak-acak pusat perbelanjaan
Maspion Square di Surabaya, Jawa Timur. (Muhamad Ali, 28 Januari 2018, 12.51 WIB)
Kejadian di atas merupakan contoh dari perilaku....
A. atharwa B. wisada C. sastraghna D. dratikrama
22. Kelompok Sarachen yang telah diringkus oleh Tim Cyber Mabes Polri ternyata sering
menyebarkan berita hoax yang dipesan oleh oknum tertentu untuk menjatuhkan
seseorang. Perbuatan yang dilakukan oleh jaringan Sarachen ini termasuk....
A. atharwa B. wisada C. dratikrama D. raja pisuna
23. Perhatikan contoh-contoh perilaku pada masyarakat di bawah ini!
1) memproduksi formalin untuk pengawetan jenazah
2) membuat bakso dengan borax dan formalin
3) memberikan penyedap rasa pada makanan
4) membubuhkan bubuk sianida pada kopi
5) mencampurkan zat pewarna makanan
6) menyebarkan potas pada sungai
Perilaku-perilaku di atas yang dapat dikategorikan sebagai wiûada dapat ditunjukkan
pada nomor....
A. 1, 2, dan 5 B. 2, 4, dan 6 C. 3, 4, dan 5 D. 1, 3, dan 6
24. Perhatikan contoh-contoh perilaku pada masyarakat di bawah ini!
1) membakar kalori dalam tubuh
2) membakar orang hidup-hidup
3) membakar rumah-rumah warga
4) membakar jenazah di krematorium
5) membakar ikan di tungku pemanasan
6) membakar pencuri yang tertangkap tangan
Perilaku-perilaku di atas yang dapat dikategorikan sebagai agnida dapat ditunjukkan
pada nomor....
A. 1, 2, dan 5 B. 2, 4, dan 6 C. 3, 4, dan 5 D. 2, 3, dan 6
25. Perhatikan contoh-contoh ilmu tradisional pada masyarakat Indonesia di bawah ini!
1) kuyang suku Dayak di Kalimantan 2) rajah surat kajang yang ada di Bali

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g111i


3) kajang amma toa di Bulukumba 4) aji panglimunan di Jawa
5) burong tujoh di Aceh 6) pandoti di Minahasa
Ilmu di atas yang termasuk pada ilmu hitam yang bisa menyebabkan orang berbuat
sastraghna ditunjukkan pada nomor....
A. 1, 2, 5, dan 6 B. 1, 3, 5, dan 6 C. 2, 3, 4, dan 5 D. 2, 4, 5, dan 6
26. Perhatikan contoh-contoh ilmu hitam di berbagai daerah di Indonesia yang mengarah ke
perilaku sastraghna di bawah ini!
1) burong tujoh 2) balum beude 3) tapenawoy
4) geunteut 5) rangda 6) santet
Yang berasal dari wilayah Aceh ditunjukkan pada nomor....
A. 1, 2, dan 3 B. 1, 2, dan 4 C. 3, 5, dan 6 D. 4, 5, dan 6
27. Perhatikan contoh-contoh ilmu hitam di berbagai daerah di Indonesia yang mengarah ke
perilaku sastraghna di bawah ini!
1) jaran goyang 2) balum beude 3) semar mesem
4) geunteut 5) rangda 6) santet
Yang berasal dari wilayah Jawa ditunjukkan pada nomor....
A. 1, 3, dan 6 B. 1, 4, dan 5 C. 2, 3, dan 4 D. 4, 5, dan 6
28. Perhatikan contoh-contoh ilmu hitam di berbagai daerah di dunia yang mengarah ke
perilaku sastraghna di bawah ini!
1) kuman thong 2) balum beude 3) macumba
4) geunteut 5) mayong 6) santet
Yang berasal dari luar negeri ditunjukkan pada nomor....
A. 1, 3, dan 6 B. 1, 3, dan 5 C. 2, 3, dan 4 D. 4, 5, dan 6
29. Perhatikan akibat yang bisa ditimbulkan dari perilaku ûaḍ àtàtayi di bawah ini!
1) perutnya penuh dengan paku 2) tergila-gila pada seseorang
3) terbakar sampai hangus 4) mengalami keracunan
5) mati mengenaskan 6) terkena stroke
Yang bisa ditimbulkan akibat perilaku sastraghna ditunjukkan pada nomor....
A. 1, 2, dan 5 B. 1, 3, dan 5 C. 3, 4, dan 6 D. 4, 5, dan 6 
30. Perhatikan hal-hal berikut ini!
1) rajin melaksanakan tri sandhya 2) tekun mempelajari ilmu leak
3) mencari dukun untuk berobat 4) khusuk dalam japa yoga
5) menghibur diri ke bar 6) konseling setiap saat
Tindakan yang bisa menghindarkan diri kita dari perilaku ûaḍ àtàtayi ditunjukkan pada
nomor....
A. 4, 5, dan 6 B. 3, 4, dan 5 C. 2, 3, dan 5 D. 1, 4, dan 6

II. Menjodohkan
Gambar berikut adalah salah satu ilustrasi tindakan Atharwa. Banyak sekali istilah-istilah
atharwa yang dikenal masyarakat lokal maupun dunia. Di bawah ada beberapa kotak di
sebelah kiri yang isinya adalah istilah-istilah atharwa dan kotak di sebelah kanan yang isinya
nama-nama wilayah. Silahkan beri garis penghubung antara kotak yang sebelah kiri dengan
kotak yang sebelah kanan terkait dengan asal-muasal istilah tersebut!

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g112i


1. Suanggi a. Aceh

2. Teluh b. Jawa Timur

3. Balum beude c. Thailand

4. Santet d. Papua

5. Tapenawoy e. Sulawesi Selatan

6. Kajang Amma Toa f. Bali

7. Saiyasat g. Sulawesi Utara

8. Perahu doti h. Jawa Barat

9. Kuyang i. Maluku

10. Leak j. Kalimantan

III. Uraian
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Jelaskan pengertian Ṣad Ātatāyi secara etimologis!
2. Sebutkan bagian-bagian dari Ṣad Ātatāyi!
3. Sebutkan contoh macam-macam jenis atharwa di Bali!
4. Sebutkan contoh macam-macam jenis atharwa di Aceh!
5. Sebutkan upaya yang bisa dilakukan untuk menghindarkan diri dari Ṣad Ātatāyi secara
rutin!

IV. Pedoman Penskoran


Pedoman Penskoran Pilihan Ganda
1. C 7. C 13. B 19. B 25. B
2. A 8. B 14. C 20. A 26. B
3. C 9. C 15. D 21. C 27. A
4. C 10. D 16. D 22. D 28. B
5. A 11. D 17. C 23. B 29. A
6. A 12. A 18. B 24. D 30. D
Jawaban Skor
Benar 1
Salah 0
Skor Maksimal Pilihan Ganda 30

Pedoman Penskoran Soal Menjodohkan


1. d 2. h 3. a 4. b 5. g
6. e 7. c 8. i 9. j 10. f

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g113i


Jawaban Skor
Benar 2
Salah 0
Skor Maksimal Menjodohkan 20

Pedoman Penskoran Soal Uraian


No
Kunci Jawaban Skor
Soal
1. Kata ṣad ātatāyi (षदाततायि) berasal dari bahasa Sanskerta. Kata ini 10
dibentuk dari dua yaitu ‘ṣaṭ (षट् )’ yang artinya ‘enam’ dan ‘ātatāyin
(आततायिन्)’ yang artinya ‘berusaha membunuh seseorang, seorang
pembunuh”
2. Bagian-bagian dari Ṣad Ātatāyi: agnida, wiṣada, atharwa, ṣastraghna, 10
dratikrama, dan raja piśuna
3. Contoh macam-macam jenis atharwa di Bali antara lain: leak, cetik, dan 10
rangda
4. Contoh macam-macam jenis atharwa di Aceh antara lain: balum beude, 10
beuno, burong tujoh, sane, dan geunteut
5. Upaya yang bisa dilakukan untuk menghindarkan diri dari Ṣad Ātatāyi 10
secara rutin: rajin melaksanakan Tri Sandhya, meditasi, dan membaca
Veda.

Daftar Nilai Siswa


(a) (b) (c) Nilai Total
No. Nama peserta didik
Pilihan Ganda Isian Uraian (a+b+c)
1
2
3
4
5

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g114i


LAMPIRAN 4: KI 4

PENILAIAN KETERAMPILAN

A. Proyek
1. Teknik : Proyek Pembuatan Kliping
2. Bentuk Instrumen : Lembar Praktikum
3. Aspek Penilaian : Psikomotor (Pembuatan Kliping)
4. Materi : Membuat kliping tentang perilaku Ṣad Ā tatā yi
5. Pedoman penskoran :
Kriteria dan Skor Jumlah
No. Nama peserta didik
(a) (b) (c) (d) (e) (f) Skor
1
2
3
Keterangan: Skor:
(a) = materi kliping 10 = jika sempurna
(b) = sistematika penyajian 9 = jika sangat baik
(c) = kemampuan memanfaatkan media 7-8 = jika baik
(d) = penggunaan bahasa 5-6 = cukup
(e) = kemampuan menanggapi pertanyaan 1-4 = kurang baik
(f) = kerja sama tim Jumlah Skor
Nilai = ×100
60

B. Produk
1. Teknik : Produk Kliping
2. Bentuk Instrumen : Lembar Produk
3. Aspek Penilaian : Psikomotor (Produk)
4. Materi : Membuat kliping tentang Ṣad Ā tatā yi
5. Pedoman penskoran :
Kriteria dan Skor
No. Nama peserta didik Jumlah Skor
(a) (b) (c) (d) (e)
1
2
3
Keterangan: Skor:
(a) = kesiapan alat 10 = jika sempurna
(b) = proses pembuatan kliping 9 = jika sangat baik
(c) = keaslian 7-8 = jika baik
(d) = hiasan dan keterangan gambar 5-6 = cukup
(e) = kerapian dan keindahan 1-4 = kurang baik
Jumlah Skor
Nilai = ×100
50
Keterangan:
SB (Sangat Baik) = 90-100 B (Baik) = 70-89
C (Cukup) = 50-69 D (Kurang) = 10-49
E (Sangat Kurang = 0-9

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g115i


LAMPIRAN 5

GAMBAR VIDEO DAN MEDIA PEMBELAJARAN

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g116i


CONTOH PERBUATAN AGNIDA YANG HARUS DI HINDARI

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g117i


CONTOH PERBUATAN WISADA YANG HARUS DI HINDARI

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g118i


CONTOH PERBUATAN ATHARWA YANG HARUS DI HINDARI

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g119i


CONTOH PERBUATAN SATRAGNA YANG HARUS DI HINDARI

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g120i


CONTOH PERBUATAN DRATIKRAMA YANG HARUS DI HINDARI

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g121i


CONTOH PERBUATAN RAJA PISUNA YANG HARUS DI HINDARI

LAMPIRAN 6

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g122i


REMIDIAL DAN PENGAYAAN

A. Kegiatan Pendahuluan
 Guru mengucapkan panganjali dan Mū ladhyaya Pū ja
 Guru mengabsen atau menulis peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran,
sekaligus mendata yang nilainya belum memenuhi KKM dan yang sudah
memenuhi/melebihi KKM
 Guru mengajak peserta didik mempersiapkan buku yang akan digunakan untuk
belajar
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

B. Kegiatan Inti
 Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik yang nilainya belum KKM
untuk membaca materi sesuai indikator yang belum terpenuhi.
 Bagi peserta didik yang nilainya sudah memenuhi/melebihi KKM, Guru memberikan
materi pengayaan berupa cara-cara menghindarkan diri dari pengaruh buruk perilaku
Ṣ ad Ā tatā yi sebagaimana diajarkan dalam śā stra dan suśā stra Veda
 Guru memberikan materi pengayaan cara-cara menghindarkan diri dari pengaruh
buruk perilaku Ṣad Ā tatā yi sebagaimana diajarkan dalam śā stra dan suśā stra Veda
dengan metode penemuan terbimbing. Guru memberikan petunjuk pelaksanaan
kegiatan penemuan terbimbing, kemudian peserta didik mengikuti apa yang telah
diinstruksikan guru. Peserta didik melakukan kegiatan belajar secara secara mandiri
dan membuat resume dari apa yang telah dipelajarinya.
 Bagi peserta didik yang nilainya belum KKM, maka guru memberikan tes atau
ulangan sesuai materi yang nilainya belum KKM. Peserta didik diberikan soal secara
tertulis.
 Setelah selesai melaksanakan remidial, maka peserta didik bisa mengikuti teman-
temannya mempelajari cara-cara menghindarkan diri dari pengaruh buruk perilaku
Ṣ ad Ā tatā yi sebagaimana diajarkan dalam śā stra dan suśā stra Veda dengan
bimbingan dan arahan Guru.

C. Penutup
 Guru memfasilitasi peserta didik membuat butir-butir simpulan
 Guru memberi umpan balik peserta didik dalam proses dan hasil pembelajaran
 Guru memberitahukan kegiatan belajar yang akan dikerjakan pada pertemuan
berikutnya
 Guru menutup pertemuan Pū rṇ ā dhyaya Pū ja dan Paramaśā ntiḥ

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g123i


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 5
(KEPEMIMPINAN HINDU)

Sekolah : SMP Negeri 01 Nama Kota


Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Kelas / Semester : VII (Tujuh) / Genap
Materi Pokok : Kepemimpinan Hindu
Alokasi Waktu : 3 x pertemuan (9 JP)

A. Kompetensi Inti

1. Menghargai dan menghayati ajaran Agama yang dianutnya


2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori)

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi


1.5 Menghayati kepemimpinan dalam 1.5.1. Memiliki perilaku disiplin sebagai
konsep Agama Hindu wujud implementasi ajaran
kepemimpinan dalam Hindu
1.5.2. Tekun dalam mempelajari ajaran
kepemimpinan dalam Hindu
2.5 Menghargai perilaku pemimpin 2.5.1. Memiliki sikap percaya diri dalam
yang bertanggung jawab sesuai melaksanakan tugas-tugas yang
konsep Agama Hindu diberikan oleg guru sebagai wujud
penerapan ajaran kepemimpinan
dalam Hindu
2.5.2. Bertanggungjawab atas semua tugas
sebagai wujud swadharma dalam
menerapkan ajaran kepemimpinan
Hindu
2.5.3. Memiliki kepedulian terhadap sesama
sebagai bentuk penerapan terhadap
ajaran kepemimpinan Hindu

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g124i


Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.5 Menyajikan tipologi kepemimpinan 3.5.1. Menjelaskan arti kepemimpinan
dalam konsep Hindu dalam ajaran Agama Hindu
3.5.2. Menguraikan jenis-jenis ajaran
kepemimpinan dalam Agama Hindu
3.5.2 Menyebutkan contoh-contoh
pemimpin Hindu
4.5 Menjelaskan konsep kepemimpinan 4.5.1 Menyajikan konsep kepemimpinan
dalam Agama Hindu Hindu yang banyak diajarkan dalam
sastra dan susastranya
4.5.2 Mempraktekkan konsep yang ada
dalam ajaran kepemimpinan Hindu

C. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti serangkaian kegiatan mengamati/observasi, menanya,


mengumpulkan informasi, menalar / mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan media
pembelajaran “Kepemimpinan Hindu” peserta didik mampu:
1. Menguraikan secara lesan atau tertulis tentang tokoh-tokoh kepemimpinan Hindu.
2. Menjelaskan istilah kepemimpinan dalam Hindu di depan kelas
3. Menunjukkan contoh-contoh kepemimpinan Hindu dalam sejarah Hindu baik secara
lesan di depan kelas maupun tertulis.
4. Menceritakan tokoh-tokoh pemimpin dalam Hindu yang ada dalam sejarah Hindu baik
secara lesan maupun secara tertulis untuk dijadikan suri tauladan
5. Menguraikan secara lesan tentang jenis-jenis kepemimpinan dalam Hindu
6. Menguraikan secara tertulis tentang jenis-jenis kepemimpinan dalam Hindu
7. Memahami arti dan mengamalkan jenis-jenis kepemimpinan dalam Hindu
8. Menyebutkan konsep-konsep kepemimpinan Hindu yang banyak diajarkan dalam sastra
dan kesusastraan
9. Menjelaskan konsep-konsep kepemimpinan Hindu yang banyak diajarkan dalam sastra
dan kesusastraan secara lesan dan tertulis
10. Mempraktikkan konsep-konsep kepemimppinan Hindu yang banyak diajarkan dalam
sastra dan kesusastraan di depan kelas

D. Materi Pembelajaran

1. Materi Pembelajaran Reguler


a. Pertemuan ke-1
 Konsep pengertian Kepemimpinan Hindu
 Landasan Śāstra Kepemimpinan Hindu
b. Pertemuan ke-2
 Tipologi Kepemimpinan Hindu
 Penjelasan Jenis-jenis Kepemimpinan Hindu

c. Pertemuan ke-3
 Presentasi Contoh Kepemimpinan dalam Hindu

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g125i


2. Materi Pembelajaran Pengayaan (dilaksanakan untuk menambah pengetahuan
tentang Ṣad Ātatāyi )
pendalaman materi tentang kisah-kisah kepemimpinan Hindu dalam śāstra dan
suśāstra Hindu

3. Materi Pembelajaran Remedial (dilaksanakan apabila peserta didik tidak


tuntas dalam indicator tertentu)

E. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Scientific
2. Model : Contextual Teaching and Learning, Cooperative Learning, dan
Problem-Based Learning
3. Metode : Ceramah, Kerja Kelompok, Diskusi, Pemberian Tugas
4. Teknik : Penugasan

F. Media, Bahan, dan Sumber Belajar

1. Media
a. CD Media Pembelajaraan Interaktif: Kepemimpinan Hindu
b. Laptop, Infocus dan LCD Proyektor

2. Bahan
a. Spidol
b. Kertas karton

3. Sumber Belajar
 Sugita, I. M. (2017). Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas VII
(Buku Guru). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
 Sugita, I. M. (2017). Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas VII
(Buku Siswa). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
 Miswanto. (2018). Bhagawad Gìtà dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa.
Malang: Giri Sastra.
 Miswanto. (2015). Kakawin Nitisastra: Teks Terjemahan dan Komentar.
Surabaya: Paramita
 Miswanto. (2017). Niti Sang Natha, Untaian Ajaran Kepemimpinan Hindu.
Malang: Giri Sastra
d. Śāstra dan Suśāstra Hindu
e. Internet
f. Warga sekolah

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

1. Pertemuan Ke-1 (3 JP)


a. Kegiatan Pendahuluan (5 menit)
 Guru mengucapkan panganjali dan Mū ladhyaya Pū ja [Religius]
 Menyanyikan lagu wajib nasional [Nasionalisme]
 Guru mengabsen atau menulis peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g126i


 Guru mengajak peserta didik mempersiapkan buku yang akan digunakan
untuk belajar
 Guru melakukan apersepsi dengan bercerita tentang salah satu pemimpin
Hindu sebagaimana dikisahkan dalam Itihasa (Mahabharata dan Rayamana)
 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan
 Guru menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang digunakan dalam
pembelajaran tentang Kepemimpinan Hindu, yakni observasi, tes tertulis,
dan kinerja.
 Menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati,
menyimak, menanya, mengkomunikasikan dengan menyampaikan,
menanggapi dan membuat kesimpulan

b. Kegiatan Inti (100 menit)


Mengamati
 Peserta didik membaca buku peserta didik yang berkaitan dengan materi
pertemuan yaitu tentang konsep kepemimpinan Hindu
 Peserta didik membaca dan mencari sloka-sloka dalam Nitisastra,
Bhagavadgita dan Sarasamuccaya yang berkaitan dengan ajaran
kepemimpinan [Mandiri]
Menanya
 Peserta didik didorong, diajak, dibimbing untuk mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati tentang konsep
kepemimpinan Hindu
Mengeksplorasi
 Peserta didik membaca Buku peserta didik Pendidikan Agama Hindu dan
Budi Pekerti Kelas VII tentang konsep kepemimpinan Hindu
 Peserta didik mewawancarai beberapa narasumber tentang konsep-konsep
kepemimpinan [Mandiri]
Mengasosiasi
 Peserta didik mengembangkan sikap peduli terhadap sesama, yang berkaitan
dengan jenis-jenis kepemimpinan
 Peserta didik mengolah informasi yang telah dikumpulkan melalui
membaca buku, mengumpulkan gambar, dan mewawancarai narasumber
tentang konsep kepemimpinan Hindu [Integritas]
Mengomunikasikan
 Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi dan rangkuman tentang
konsep kepemimpinan Hindu [Gotong Royong]
c. Penutup (15 menit)
 Peserta didik bersama guru membuat kesimpulan hasil pembelajaran tentang
pengertian dan konsep ajaran kepemimpinan Hindu
 Peserta didik bersama guru melakukan refleksi kegiatan belajar hari ini.
 Guru memberi umpan balik peserta didik dalam proses dan hasil
pembelajaran
 Guru memberitahukan kegiatan belajar yang akan dikerjakan pada
pertemuan berikutnya, yaitu tipologi kepemimpinan Hindu
 Guru menutup pertemuan dengan Pū rṇ ā dhyaya Pū ja dan Paramaśā ntiḥ
[Religius]

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g127i


2. Pertemuan Ke-2 (3JP)
a. Pendahuluan (5 menit )
 Guru mengucapkan panganjali dan mengajak peserta didik untuk
mengucapkan mantra Mū ladhyaya Pū ja (mantra mengawali pembelajaran)
 Menyanyikan lagu wajib nasional [Nasionalisme]
 Guru mengabsen atau menulis peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran
 Guru mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan dengan game
edukatif
 Guru memberikan penguatan dengan menanyakan materi pada pertemuan
sebelumnya tentang konsep kepemimpinan Hindu
 Guru menyampaikan apersepsi terkait materi tipologi kepemimpinan Hindu
sebagaimana disebutkan dalam śā stra dan suśā stra Veda
 Menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati,
menyimak, menanya, mengkomunikasikan dengan menyampaikan,
menanggapi dan membuat kesimpulan

b. Kegiatan inti (100 menit)


Mengamati
 Peserta didik mengamati gaya perilaku para warga di sekolah.
 Peserta didik mencatata tipologi perilaku para warga sekolah. [Mandiri]
Menanya
 Peserta menanyakan kepada guru terkait dengan tipologi perilaku warga
sekolah yang sudah dicatat dikaitkan dengan tipologi kepemimpinan Hindu
Mengeksplorasi
 Peserta didik mewawancarai beberapa narasumber di sekolah terkait dengan
tipe-tipe kepemimpinan
Mengasosiasi
 Peserta didik mengolah informasi yang telah dikumpulkan melalui
membaca buku, mengumpulkan gambar, dan mewawancarai narasumber
tentang tipologi kepemimpinan Hindu [Mandiri]
Mengomunikasikan
 Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi dan rangkuman tentang jenis-
jenis tipologi kepemimpinan Hindu [Gotong Royong]

c. Penutup (20 menit)


 Guru mengapresiasi hasil diskusi peserta didik tentang tipologi
kepemimpinan Hindu [Integritas]
 Guru memberitahukan kegiatan belajar yang akan dikerjakan pada
pertemuan berikutnya, yaitu membuat media presentasi tentang contoh
kepemimpinan Hindu
 Guru membagi materi yang akan dibuat presentasi oleh masing-masing
peserta didik.
 Guru memotivasi peserta didik untuk giat belajar
 Guru menutup pertemuan dengan Pū rṇ ā dhyaya Pū ja dan Paramaśā ntiḥ
[Religius]

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g128i


3. Pertemuan Ke-3 (3JP)
a. Pendahuluan (5 menit )
 Guru mengucapkan panganjali dan mengajak peserta didik untuk
mengucapkan mantra Mū ladhyaya Pū ja (mantra mengawali pembelajaran)
[Religius]
 Menyanyikan lagu wajib nasional [Nasionalisme]
 Guru mengabsen atau menulis peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran
 Guru mengajak peserta didik mempersiapkan buku yang akan digunakan
untuk belajar
 Guru memberikan penguatan dengan menanyakan materi pada pertemuan
sebelumnya tentang tipologi kepemimpinan Hindu
 Guru menyanyakan tugas presentasi Kepemimpinan Hindu dari masing-
masing peserta didik sebagaimana yang telah diberikan pada pertemuan
sebelumnya.

b. Kegiatan inti (100 menit)


 Masing-masing peserta didik mempersiapkan presentasinya tentang contoh-
contoh kepemimpinan Hindu sebagaimana yang telah diperintahkan
 Peserta didik maju satu per satu untuk mempresentasikan hasil proyeknnya
tentang contoh kepemimpinan Hindu
 Satu per satu peserta didik mempresentasikan hasil proyeknnya tentang
contoh kepemimpinan Hindu [Mandiri]
 Peserta didik yang tidak sedang presentasi menjadi pendengar dan
mengamati setiap presentasi dari temannya.
 Setelah presentasi oleh peserta didik, maka peserta didik yang lain bertanya
dan mendiskusikan dengan dipandu oleh moderator. [Gotong Royong]
 Setiap peserta didik mencatat jalannya diskui dan menjadikannya sebagai
notulen untuk nantinya akan dinilai oleh guru.
 Guru dan peserta didik menyimpulkan hasil diskusi tersebut.
 Setelah presentasi, masing-masing peserta didik menyerahkan file produk
presentasinya kepada guru.

c. Penutup (20 menit)


 Guru memfasilitasi peserta didik membuat butir-butir kesimpulan tentang
kepemimpinan Hindu
 Guru memberi umpan balik peserta didik dalam proses dan hasil
pembelajaran
 Guru mengapresiasi hasil diskusi peserta didik tentang contoh penerapan
kepemimpinan Hindu [Integritas]
 Guru menekankan kepada peserta didik agar bisa meneladani perilaku-
perilaku yang baik dari para pemimpin Hindu yang telah dipelajari
 Guru memberitahukan kegiatan belajar yang akan dikerjakan pada
pertemuan berikutnya, yaitu penilaian harian tentang materi Kepemimpinan
Hindu
 Guru memotivasi peserta didik untuk giat belajar
 Guru menutup pertemuan dengan Pū rṇ ā dhyaya Pū ja dan Paramaśā ntiḥ
[Religius]

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g129i


H. Penilaian

1. Sikap spiritual dan Sosial


No. Teknik Bentuk Instrumen Waktu Pelaksanaan
1 Observasi Jurnal Saat KBM
2 Penilaian diri Cek list Ya /tidak Setelah KBM
3 Penilaian antar teman Cek list 1,2,3 Setelah KBM

2. Pengetahuan
No. Teknik Bentuk Instrumen Waktu Pelaksanaan
1 Tertulis Pilihan ganda, isian, uraian Setelah KBM

3. Keterampilan
No. Teknik Bentuk Instrumen Waktu Pelaksanaan
1 Proyek Lembar penilaian proyek Saat KBM
2 Produk Lembar penilaian produk Setelah KBM

I. Remidial dan Pengayaan

1. Pembelajaran Remidial
Peserta didik yang nilainya belum mencapai ketuntasan minimum (KKM), dengan
diberikan remidial pada indikator yang belum tercapai.

2. Pengayaan
Peserta didik yang mencapai nilai diatas ketuntasan minimum (KKM), diberikan
pengayaan pendalaman materi tentang kisah-kisah kepemimpinan Hindu dalam
śā stra dan suśā stra Hindu.

Mengetahui, Nama Kota, Juli 2019


Kepala Sekolah Guru PAH BP

Nama Kepala Sekolah ...........................................


NIP. Kepala Sekolah NIP. Guru PAHBP

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g130i


LAMPIRAN 1: MATERI

KEPEMIMPINAN HINDU

A. Pendahuluan
Pemimpin adalah unsur penting dalam sebuah komunitas, perkumpulan, organisasi,
masyarakat dan lain-lain. Selalu ada satu orang yang dituakan untuk memimpin suatu
komunitas. Bahkan dalam komunitas hewan sekali pun yang tidak memiliki undang-undang
tertulis, selalu ada seekor di antaranya yang tampil sebagai pemimpin. Bedanya, kalau
pemimpin dalam komunitas manusia, prosesnya dilalui dengan musyawarah atau pemilihan,
meski terkadang prosesnya pun tidak manusiawi. Sementara, dalam komunitas binatang,
pemimpin itu muncul setelah melalui proses adu fisik. Kelompok binatang yang lemah jangan
pernah berharap bisa jadi pemimpin. Itulah hukum rimba yang menang berkuasa yang kalah
diperdaya. Dan di alam binatang tidak mengenal lobi-lobi politik apalagi toleransi.
Pemimpin dan komunitas yang dipimpin sebenarnya memiliki hubungan yang tak
dapat dipisahkan. Analoginya seperti singa sebagai pemimpin dan komunitas hutan sebagai
yang dipimpin yang menjadi tempat tinggalnya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam
Kakawin Nītiśāstra Sargaḥ I pupuh10 berikut:
si zHo r kS k nÈ a l sH l si k= r [kS= a r¼ ni t- $, si zHo mW= w n t nP t¿ tP ‘ wi
[ro do [zFoh ti k= [k $ ri, ru gṬ `o 'Q= w n [f ni k= j n ti [no/ w} kS n- $i/ ! p ‘=, si
zHo zHeo t]i jur= ni k= te g l y¿ nÆo mPu nFi [no nF|/b l.
Singhā rakṣakaning halas halas ikang rakṣéng harīnityaśa, Singhā mwang wana tan
patūt paḍa wirodhāngdoh tikang kéśari, Rug brāṣṭa ng wana dénikang jana tinor
wrêkṣanya śirṇapaḍang, Singhānghöt ri jurang nikang têgal ayūn sāmpun dinon
durbala
Terjemahan:
Singa adalah penjaga hutan, akan tetapi juga selalu dijaga oleh hutan. Jika singa dengan
hutan berselisih, mereka marah, lalu singa itu meninggalkan hutan. Hutannya dirusak
binasakan orang, pohon-pohonnya ditebangi sampai menjadi terang, singa yang lari
bersembunyi dalam curah, di tengah-tengah ladang, diserbu dan dibinasakan.

Singa dan hutan adalah dua unsur yang saling membutuhkan. Singa bisa menjaga
hutan dari manusia yang ingin mengeksploitasi kayu atau pohon yang ada di hutan. Begitu
juga dengan hutan yang menjadi tempat persembunyian singa bagi para pemburu yang ingin
menangkap singa. Jika hutan dirusak dan menjadi gundul maka tidak ada lagi tempat
persembunyian bagi singa si raja hutan. Saat para pemburu mengejarnya, maka singa pun
akan dapat dengan mudah di tangkap. Kalau pun dia keluar dari hutan dan masuk
perkampungan penduduk maka para warga pasti akan menangkapnya.
Seperti halnya antara raja dan negara. Negara ada bukan untuk raja, tetapi raja ada
untuk negara. Selain itu negara ada sebelum raja ada. Oleh karena itu raja harus bisa
melindungi negara dan rakyatnya. Jika tidak maka rakyatnya tidak akan simpatik kepadanya.
Mereka bisa saja melakukan pemberontakan kepadanya. Seperti peribahasa Indonesia yang
menyebutkan, “Raja benar raja dijulang, raja lalim raja disolang; raja adil raja disembah, raja
tak adil raja disanggah”. Selain itu jika seorang raja tidak bisa menjaga negaranya dengan
baik, lalu negara yang telah menjadi tumpuan hidupnya itu hancur, maka tak akan ada lagi
wilayah yang bisa ditempatinya. Untuk itulah dibutuhkan pemimpin yang memiliki
kemampuan kepemimpinan yang baik sehingga mampu membawa orang yang dipimpinnya
mencapai kesejahteraan baik lahir maupun batin.

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g131i


B. Pemimpin dan Kepemimpinan
Istilah pemimpin berasal dari kata dasar ‘pimpin’ yang dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai ‘bimbing atau tuntun’. Kata kerja dari kata dasar ini, yaitu
‘memimpin’ yang berarti ‘membimbing atau menuntun’. Dari kata dasar ini pula lahirlah
istilah ‘pemimpin’ yang berarti ‘orang yang memimpin’ (Tim Penyusun,2005:874). Kata
pemimpin mempunyai padanan kata dalam Bahasa Inggris ‘leader’.
Sementara itu kata ‘pemimpin’ mempunyai kaitan yang sangat erat dengan kata
‘kepemimpinan’. Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki dari seorang pemimpin.
Dengan kata lain, kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memimbing
dan menuntun seseorang. Jika tadi kata pemimpin mempunyai padanan kata dalam Bahasa
Inggris ‘leader’, maka kepemimpinan juga mempunyai padanan kata dalam Bahasa Inggris
yaitu leadership. Kata ini berasal dari kata dasar ‘lead’ yang dalam Oxford Leaner’s Pocket
Dictionary (Manser, et all.,1995:236) diartikan sebagai ‘show the way, especially by going in
front’. Sementara itu kata ‘leadership’ diartikannya sebagai ‘qualities of a leader’.
Secara umum, kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan untuk mengkoordinir
dan mengerahkan orang-orang serta golongan-golongan untuk tujuan yang diinginkan (Tim
Penyusun,2004:78). Menurut William H.Newman (1968) kepemimpinan adalah kegiatan
untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik
perorangan maupun kelompok. Bahasan mengenai pemimpin dan kepemimpinan pada
umumnya menjelaskan bagaimana untuk menjadi pemimpin yang baik, gaya dan sifat yang
sesuai dengan kepemimpinan serta syarat-syarat apa yang perlu dimiliki oleh seorang
pemimpin yang baik.
Siagian (1986:12) berpendapat bahwa kepemimpinan adalah keterampilan dan
kemampuan seseorang mempengaruhi perilaku orang lain, baik yang kedudukannya lebih
tinggi maupun lebih lebih rendah daripadanya dalam berpikir dan bertindak agar perilaku
yang semula mungkin individualistik dan egosentrik berubah menjadi perilaku organisasional.
Menyimak pengertian di atas maka terkait dengan kepemimpinan ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan. Pertama, kepemimpinan selalu melibatkan orang lain sebagai
pengikut. Kedua, dalam kepemimpinan terjadi pembagian kekuatan yang tidak seimbang
antara pemimpin dan yang dipimpin. Ketiga, kepemimpinan merupakan kemampuan
menggunakan bentuk-bentuk kekuatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Keempat,
kepemimpinan adalah suatu nilai (values), suatu proses kejiwaan yang sulit diukur.
Kepemimpinan adalah proses memimpin, memanage, mengatur, menggerakkan dan
menjalankan suatu organisasi, lembaga, birokrasi, dan sebagainya. Kepemimpinan juga
bermakna suatu values atau nilai yang sulit diukur karena berhubungan dengan proses
kejiwaan, hal ini berhubungan dengan kepemimpinan sebagai kewibawaan. Hindu
mengajarkan dalam Kautilya Arthasastra tentang tujuan proses kepemimpinan sebagai
berikut. “Apa yang membuat raja bahagia bukanlah kesejahteraan, tetapi yang membuat
rakyat sejahtera itulah yang harus menjadi kebahagiaan seorang Raja.” Hal ini sebagaimana
disebutkan dalam Kauṭilya Arthaśāstra 1.19.34 berikut:
प्रजा सु खे सु खं राज्ञः प्रजानां च हिते हितम् । नात्मप्रियं हितं राज्ञः प्रजानां तु प्रियं हितम् ॥
prajā sukhe sukhaṁ rājñaḥ prajānāṁ ca hite hitam, nātmapriyaṁ hitaṁ rājñaḥ
prajānāṁ tu priyaṁ hitam.
Terjemahan:
Dalam kebahagiaan rakyat terletak kebahagiaan raja; dan kesejahteraan rakyat juga
berarti kesejahteraan rajanya. Apa yang tidak menyenangkan hati rakyatnya maka itu
juga harus menjadi hal yang tidak menggembirakan bagi sang Raja.

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g132i


C. Kepemimpinan Hindu
Dalam agama Hindu, banyak ditemukan istilah yang menunjuk pada pengertian
pemimpin. Ajaran atau konsep kepemimpinan (leadership) dalam Hindu dikenal dengan
istilah अधिपत्यं (adhipatyam) atau नयकत्वं (nayakatvam). Kata ‘adhipatyam’ berasal dari kata
‘adhipati’ yang berarti ‘raja tertinggi’ (Wojowasito,1977:5). Sedangkan ‘nayakatvam’ dari
kata ‘nayaka’ yang berarti ‘pemimpin, terutama, tertua, kepala’ (Wojowasito,1977:177). Di
samping kata adhipati dan nayaka yang berarti pemimpin terdapat juga beberapa istilah atau
sebutan untuk seorang pemimpin dalam menjalankan dharma negaranya yaitu: rāja,
mahārāja, prabhu, kṣatriya, swamin, iśwara dan natha. Di samping istilah-istilah tersebut di
Indonesia kita kenal istilah ratu atau datu, sang wibhuh, murdhaning jagat dan sebagainya.
Jika dikaji kembali kata NaYa (naya) yang artinya pemimpin berasal dari akar kata iNa
(ni) yang artinya’di bawah’. Ini menunjukkan bahwa seorang nayaka (pemimpin) harus
berasal atau bermula dari bawah. Pemimpin yang baik adalah yang berasal rakyat.
Selanjutnya terkait dengan hal ini Hindu menjelaskan bahwa adanya stratifikasi sosial dalam
masyarakat atau catur warṇa (brahmana, kṣatriya, waiśya, dan sudra) dalam istilah Hindu, itu
terkait dengan guṇa dan karma masing-masing, bukan karena keturunannya. Hal ini
sebagaimana disebutkan dalam Bhagawad Gītā IV.13:
चातु र्वर्ण्यं मया सृ ष्टं गु णकर्मविभागशः । तस्य कर्तारमपि मां विद्ध्यकर्तारमव्ययम् ॥
cāturwarṇyaṁ mayā sṛṣṭaṁ guṇakarmawibhāgaśaḥ, tasya kartāram api māṁ widdhy
akartāram awyayam.
Terjemahan:
Menurut guṇa dan karma yang ada hubungannya dengan sifat-sifat itu, empat bagian
masyarakat manusia diciptakan oleh-Ku. Walaupun Akulah yang menciptakan sistem
ini, hendaknya engkau mengetahui bahwa Aku tetap sebagai yang tidak berbuat, karena
Aku tidak dapat diubah.
 
Hal ini adalah sejalan dengan bakat dan kemampuan atau profesi seseorang yang
dalam bahasa Sanskerta disebut dengan warṇa. Kata warṇa berasal dari akar kata v* (wṛ) yang
artinya pilihan bakat dan kemampuan dari seseorang (Titib,1995:10). Tentunya yang
dimaksudkan di sini adalah benar-benar memiliki kualifikasi atau kemampuan seseorang.
Bila bakat kepemimpinannya yang menonjol dan mampu memimpin sebuah
organisasi dengan baik disebut kṣatriya, karena kata kṣatriya artinya yang memberi
perlindungan. Demikian pula yang memiliki kecerdasan yang tinggi, senang terjun di bidang
spiritual, ia adalah seorang brahmana. Demikian pula profesi-profesi masyarakat seperti
pedagang, saudagar, petani, nelayan, dan sebagainya. Jadi sesungguhnya seorang kṣatriya atau
pemimpin itu bukan dilahirkan tetapi diraih dengan upaya dan kemampuan yang keras.
Selanjutnya Manawa Dharmaśāstra VII.35 menyebutkan:
स्वे स्वे धर्म निविष्टानां सर्वेषामनु र्वशः । वर्णानामश्रमाणां च राजा सृ ष्टो ‘भिरक्षिता
swe swe dharma niwiṣṭānāṁ sarweṣām anurwaśaḥ, warṇānām aśramāṇāṁ ca rājā
sṛṣṭo ‘bhirakṣitā.
Terjemahan:
Raja/pemimpin telah diciptakan untuk melindungi warṇa dan aturannya yang semuanya
itu menurut tingkat kedudukan mereka melaksanakan tugas-tugas kewajiban mereka.

Dalam sejarah Hindu, banyak contoh pemimpin yang bisa dijadikan suri teladan. Di
setiap zaman dalam sejarah Hindu selalu muncul tokoh yang menjadi pemimpin. Setiap tokoh
ada masanya dan setiap masa ada tokohnya. Sebut saja mulai dari Kudungga, Mulawarman,
Purnawarman, Sanjaya, Ratu Sima, Airlangga, Ken Arok, Jayabhaya, Kertanegara, Raden
Wijaya, Tribhuwana Tunggadewi, Hayam Wuruk, Gajah Mada, Siliwangi, hingga Dalem
Denpasarr Enggong. Di era sekarang pun, banyak tokoh Hindu yang juga dapat dijadikan

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g133i


sebagai panutan/pimpinan seperti: Mahatma Gandhi, Svami Vivekananda, Svami Rāmakṛṣṇa,
Svami Dayananda Saraswatī, Sri Satya Sai, Śrila Prabupada, dan sebagainya.
Di samping itu contoh kepemimpinan Hindu yang ideal dapat ditemukan dalam
kisah-kisah Itihasa dan Purana. Banyak tokoh dalam cerita tersebut yang diidealkan menjadi
pemimpin Hindu, misalnya: Dasaratha, Śrī Rāma, Wibhisana, Arjuna Sasrabahu, Śantanu, Śrī
Kṛṣṇa, Māharāja Pāṇḍu, Yudiṣṭhira, dan lain-lain.
Dalam konsep Hindu, tidak boleh ada dualisme kepemimpinan. Ibarat matahari,
hanya ada satu yang menyinari bumi, maka pemimpin pun juga demikian. Sebuah perahu jika
banyak yang menahkodai, maka perahu tersebut tidak akan sampai pada tujuannya. Negara
atau organisasi jika dipimpin oleh banyak orang, maka organisasi tersebut akan sulit mencapai
cita-citanya. Selain itu akan menjadi dilema tersendiri dalam setiap pengambilan kebijakan
dan roda organisasi akan sulit berjalan hingga nantinya akan menemui kehancurannya
(Misra,2007:58-59). Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Śukra Nīti 3.241:
भात्ये कनायकं नित्यं निर्बहुनायकम्
bhātyekanāyakaṁ nityaṁ nirbahunāyakam
(Selama masih ada satu pucuk pimpinan, dan bukan banyak yang memimpin, negara
atau organisasi akan tetap jalan dan bersinar)

Walaupun demikian seorang pemimpin tidak boleh diktator. Ia masih membutuhkan


penasehat. Dalam cerita Itihasa dan Purana, antara pemimpin (Raja) tidak bisa dipisahkan
dengan Pandita sebagai Purohito (penasehat Raja). Brahmana ksatriya sadulur artinya
penguasa dan pendeta sejalan. ‘Raja tanpa Pandita lemah, Pandita tanpa Raja akan musnah.”
Misalnya: Bhatara Guru dalam memimpin Kahyangan Jonggring Salaka dibantu oleh Maharsi
Narada sebagai penasehatnya, Maharaja Dasaratha ketika memimpin Ayodya dibantu oleh
Maharsi Wasistha, Maharaja Pāṇḍu dalam memimpin Astina dibantu oleh Krpacharya dan
sebagainya. Kemudian dalam perkembangan Zaman banyak tokoh bermunculan untuk
memajukan Hindu baik itu di Indonesia maupun di negara lain.
D. Tipologi Kepemimpinan Hindu
Dalam konsep kepemimpinan Barat yang lebih banyak dijadikan dasar adalah sikap
dan tingkah laku dari para pemimpin-pemimpin besar di dunia. Oleh kerena itu mereka
banyak mengemukakan jenis-jenis kepemimpinan yang sesuai dengan tokoh personalnya,
seperti: Karismatik, Paternalistik, Maternalistik, Militeristik, Otokrasi, Lassez Faire,
Populistik, Eksekutif, Demokratik, Personal, Sosial dan masih banyak lagi lainnya.
Lain halnya dengan konsep kepemimpinan Hindu. Selain dasar tersebut, yang
terutama sekali kepemimpinan Hindu bersumber dari kitab suci Weda dan diajarkan oleh para
orang-orang suci. Kepemimpinan Hindu juga banyak mengacu pada tatanan alam semesta
yang merupakan ciptaan dari Tuhan Yang Maha Esa. Berikut ini konsep-konsep
Kepemimpinan Hindu yang banyak diajarkan dalam śāstra dan suśāstra Hindu.
1. Saḍ Warṇaning Rājanīti
Saḍ Warṇaning Rājanīti atau Saḍ Sasana adalah enam sifat utama dan kemampuan
yang harus dimiliki oleh seorang raja. Konsep ini ditulis Candra Prkash Bhambari dalam buku
“Substance of Hindu Politiy”. Adapun bagian-bagian Saḍ Warṇaning Rājanīti ini adalah:
Abhigamika (mampu menarik perhatian positif dari rakyatnya); Prajña (harus bijaksana);
Utsaha (harus memiliki daya kreatif yang tinggi); Ātma Sampad (bermoral yang luhur);
Sakya samanta (mampu mengontrol bawahannya dan sekaligus memperbaiki hal-hal yang
dianggap kurang baik); Akṣudra Parisatka (harus mampu memimpin sidang para menterinya
dan dapat menarik kesimpulan yang bijaksana sehingga diterima oleh semua pihak yang
mempunyai pandangan yang berbeda-beda).

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g134i


2. Catur Kotamaning Nṛpati
Catur Kotamaning Nṛpati merupakan konsep kepemimpinan Hindu pada jaman
Majapahit sebagaimana ditulis oleh M. Yamin dalam buku “Tata Negara Majapahit”. Catur
Kotamaning Nṛpati adalah empat syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Adapun keempat syarat utama tersebut adalah: Jñāna Wiśeṣa Śuddha (memiliki pengetahuan
yang luhur dan suci); Kaprahitaning Praja (harus menunjukkan belas kasihnya kepada
rakyatnya); Kawiryan (harus berwatak pemberani dalam menegakkan kebenaran dan
keadilan berdasarkan pengetahuan suci yang dimilikinya sebagainya disebutkan pada syarat
sebelumnya); Wibawa (harus berwibawa terhadap bawahan dan rakyatnya).

3. Tri Upaya Sandhi


Di dalam Lontar Raja Pati Gundala disebutkan bahwa seorang raja harus memiliki
tiga upaya agar dapat menghubungkan diri dengan rakyatnya yang disebut Tri Upaya Sandi:
Rūpa (harus mengamati wajah dari para rakyatnya); Wangśa (harus mengetahui susunan
masyarakat agar dapat menentukan pendekatan apa yang harus digunakan); Guṇa
(mengetahui tingkat peradaban atau kepandaian dari rakyatnya sehingga ia bisa mengetahui
apa yang diperlukan oleh rakyatnya)

4. Pañca Upaya Sandhi


Dalam Lontar Śiwa Buddha Gama Tattwa disebutkan ada lima tahapan upaya yang
harus dilakukan oleh seorang raja dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang menjadi
tanggung jawab raja. Adapun bagian-bagian dari Pañca Upaya Sandi ini adalah: Māyā (upaya
dalam mengumpulkan data atau permasalahan yang masih belum jelas duduk perkaranya);
Upekṣa (meneliti dan menganalisis semua data-data tersebut dan mengkodifikasikan secara
profesional dan proporsional); Indra Jala (mencarikan jalan keluar dalam memecahkan
persoalan yang dihadapi sesuai dengan hasil analisisnya tadi); Wikrama (melaksanakan semua
upaya penyelesaian dengan baik sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan); dan Laukika
(mengedepankan logika dalam penyelesaian permasalahan yang telah ditetapkan)

5. Aṣṭa Brata
Aṣṭa Brata adalah ajaran kepemimpinan yang diberikan oleh Śrī Rāma kepada
Gunawan Wibhīṣaṇa sebelum ia memegang tampuk kepemimpinan Alengka Pura pasca
kemenangan Śrī Rāma melawan keangkaramurkaan Rawaṇa. Adapun delapan bagian Aṣṭa
Brata tersebut adalah: Indra Brata, Yama Brata, Sūrya Brata, Candra Brata, Bāyu Brata,
Baruṇa Brata, Agni Brata, dan Kwera atau Pṛthiwī Brata.

6. Nawa Natya
Dalam Lontar Jawa Kuno yang berjudul “Nawa Natya” dijelaskan bahwa seorang
raja dalam memilih pembantu-pembantunya (menterinya). Ada sembilan kriteria yang harus
diperhatikan oleh seorang raja dalam memilih para pembantunya. Sembilan kriteria inilah
yang dikenal sebagai Nawa Natya. Adapun kesembilan kriteria itu adalah: Prajña Nidagda
(bijaksana dan teguh pendiriannya); Wira Sarwa Yudha (pemberani dan pantang menyerah
dalam setiap medan perang); Paramārtha (bersifat mulia dan luhur); Dhirotsaha (tekun dan
ulet dalam setiap pekerjaan); Wragi Wakya (pandai berbicara atau berdiplomasi); Samaupaya
(selalu setia pada janji); Lagawangartha (tidak pamrih pada harta benda); Wruh Ring Sarwa
Bastra (bisa mengatasi segala kerusuhan); dan Wiweka (dapat membedakan mana yang baik
dan yang buruk).

7. Pañca Daśa Pramiteng Prabhu


Dalam Lontar Negara Kertagama, Rakawi Prapañca menuliskan keutamaan sifat-
sifat Gajah Mada sebagai Maha Patih Kerajaan Majapahit. Sifat-sifat utama itu pula yang

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g135i


mengahantarkan Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Sifat-sifat utama tersebut ada 15
yang disebut sebagai Pañca Daśa Pramiteng Prabhu. Adapun kelima belas bagian dari Pañca
Daśa Pramiteng Prabhu tersebut adalah: Wijayana (bijaksana dalam setiap masalah); Mantri
Wira (pemberani dalam membela negara); Wicaksananengnaya (sangat bijaksana dalam
memimpin); Natanggwan (dipercaya oleh rakyat dan negaranya); Satya Bhakti Prabhu (selalu
setia dan taat pada atasan); Wagmiwak (Pandai bicara dan berdiplomasi); Sarjawa Upasama
(sabar dan rendah hati); Dhirotsaha (teguh hati dalam setiap usaha); Teulelana (teguh iman
dan optimistis); Tan Satrsna (tidak terlihat pada kepentingan golongan atau pribadi);
Dibyacita (lapang dada dan toleransi); Nayakaken Musuh (mampu membersihkan musuh-
musuh negara); Masihi Samasta Bawana (menyayangi isi alam); Sumantri (menjadi abdi
negara yang baik); dan Gineng Pratigina (senantiasa berbuat baik dan menghindari pebuatan
buruk).

8. Sad Upaya Guṇa


Dalam Lontar Rajapati Gondala dijelaskan ada enam upaya yang harus dilakukan
oleh seorang raja dalam memimpin negara. Keenam upaya ini disebut juga sebagai Sad
Upaya Guṇa. Adapun keenam upaya tersebut adalah: Siddhi (kemampuan bersahabat);
Wigṛha (memecahkan setiap persoalan); Wibawa (menjaga kewibawaan); Winarya (cakap
dalam memimpin); Gascarya (mampu menghadapi lawan yang kuat); dan Stanha (menjaga
hubungan baik).
Dalam lontar yang sama disebutkan pula ada 10 macam orang yang bisa dijadikan
sahabat oleh Raja. Kesepuluh macam tersebut adalah orang yang: Satya (jujur), Arya (orang
besar/mulia), Dharma (baik), Āsūrya (dapat mengalahkan musuh), Mantri (bisa mengabdi
dengan baik), Salya Tawan (banyak kawannya), Bali (kuat dan sakti), Kaparamarthan
(mempunyai visi yang jelas), Kadiran (tetap pendiriannya), dan Guṇa (banyak ilmunya)

9. Pañca Satya
Selain upaya, sifat dan kriteria sebagaimana yang telah disebutkan di atas, masih ada
satu lagi landasan bagi pemimpin Hindu dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Landasan
ini ada lima yang dikenal sebagai Pañca Satya. Lima Satya ini harus dijadikan sebagai
landasan bagi seorang pemimpin Hindu di manapun dia berada. Kelima landasan itu adalah:
Satya Hṛdaya (jujur terhadap diri sendiri / setia dalam hati); Satya Wacana (jujur dalam
perkataan / setia dalam ucapan); Satya Samaya (setia pada janji); Satya Mitra (setia pada
sahabat); dan Satya Lakṣana (jujur dalam perbuatan).
Kelima ini juga harus dijadikan pedoman dalam hidupnya. Sehingga ia akan menjadi
seorang pemimpin yang hebat, berwibawa, disegani dan sebagainya. Tingkat keberhasilan
dari seorang pemimpin dalam memimpin itu sendiri ditentukan oleh dua faktor, yaitu: faktor
usaha manusia (Manuṣa atau jangkunging manungsa) dan faktor kehendak Tuhan (Daiwa atau
jangkaning Dewa). Sementara tingkat keberhasilannya bisa berupa penurunan (kṣaya), tetap
atau stabil (sthana) dan peningkatan atau kemajuan (wṛddhi) (Kautilya,2004:392-393).

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g136i


LAMPIRAN 2: PENILAIAN KI 1 DAN KI 2

PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL

A. Teknik : Observasi, Penilaian Diri, dan Penilaian Teman


B. Bentuk Instrumen : Lembar Penilaian Diri
C. Format Penilaian
Sikap Spiritual Sikap Sosial
Tanggun
Percaya
No Nama Disiplin Tekun g Peduli Total
Diri
Jawab
1-4 1-4 1-4 1-4 1-4
1
2
3
4
5

Rubrik Penskoran:
Sikap Spritual Sikap Sosial
a. Indikator sikap spiritual “disiplin”: a. Indikator sikap sosial “percaya diri”
1) Disiplin melaksanakan doa sebelum 1) Tidak mudah terpengaruh
dansesudah kegiatan pembelajaran 2) Tidak takut saat presentasi
2) Disiplin mengucapkan salam agama 3) Mengemukakan ide dengan baik
Hindu setiap memulai pembelajaran. 4) Performancenya meyakinkan
3) Disiplin dalam mengucapkan doa
Dainika Upasana sebelum memulai b. Indikator sikap sosial “tanggung jawab”
belajar. 1) Selalu menyelesaikan tugas yang
4) Disiplin mengucapkan doa memulai diberikan pendidik
sesuatu. 2) Tidak bertele-tele dalam bekerja
3) Tepat waktu dalam mengumpulkan
b. Indikator sikap spiritual “tekun”: tugas
1) Tekun dalam mengucapkan doa 4) Datang tepat waktu ke kelas
sebelum dan selesai pelajaran
2) Tekun mengucapkan salam agama c. Indikator sikap sosial “peduli”
Hindu dalam kehidupan 1) Berpakaian rapi
3) Tekun mengucapkan doa Dainika 2) Menjaga ketertiban dan kebersihan
Upasana sebelum belajar 3) Memberikan kritik yang membangun
4) Tekun mengucapkan doa memulai 4) Rajin berpunia
pekerjaan.
Pemberian Nilai Skor:
a. Nilai 4 = jika peserta didik melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut
b. Nilai 3 = jika peserta didik melakukan 3 (tiga) kegiatan tersebut
c. Nilai 2 = jika peserta didik melakukan 2 (dua) kegiatan tersebut
d. Nilai 1 = jika peserta didik melakukan salah satu kegiatan tersebut

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g137i


LAMPIRAN 3: KI 3

PENILAIAN PENGETAHUAN

A. Tes lisan
No. Bentuk Instrumen Jumlah Soal Jenis Tagihan
1. Uraian Terbuka 5 Tanya Jawab

I. Soal
Jawaban pertanyaan dengan tepat dan benar! (Silahkan dipilih 5 soal)
1. Sebutkan dan jelaskan istilah pemimpin dalam Hindu!
2. Sebutkan dan jelaskan konsep kepemimpinan Tri Upaya Sandhi!
3. Sebutkan dan jelaskan konsep kepemimpinan Pañca Upaya Sandhi!
4. Sebutkan dan jelaskan konsep kepemimpinan Catur Kotamaning Nṛpati!
5. Sebutkan dan jelaskan konsep kepemimpinan Pañca Satya!

II. Pedoman Penskoran


No
Kunci Jawaban Skor
Soal
1. Dalam agama Hindu, banyak ditemukan istilah yang menunjuk pada 20
pengertian pemimpin. Ajaran atau konsep kepemimpinan (leadership) dalam
Hindu dikenal dengan istilah अधिपत्यं (adhipatyam) atau नयकत्वं
(nayakatvam). Kata ‘adhipatyam’ berasal dari kata ‘adhipati’ yang berarti
‘raja tertinggi’ (Wojowasito,1977:5). Sedangkan ‘nayakatvam’ dari kata
‘nayaka’ yang berarti ‘pemimpin, terutama, tertua, kepala’
(Wojowasito,1977:177). Di samping kata adhipati dan nayaka yang berarti
pemimpin terdapat juga beberapa istilah atau sebutan untuk seorang
pemimpin dalam menjalankan dharma negaranya yaitu: rāja, mahārāja,
prabhu, kṣatriya, swamin, iśwara dan natha. Di samping istilah-istilah
tersebut di Indonesia kita kenal istilah ratu atau datu, sang wibhuh,
murdhaning jagat dan sebagainya
2. Di dalam Lontar Raja Pati Gundala disebutkan bahwa seorang raja harus 20
memiliki tiga upaya agar dapat menghubungkan diri dengan rakyatnya yang
disebut Tri Upaya Sandi: Rūpa (harus mengamati wajah dari para rakyatnya);
Wangśa (harus mengetahui susunan masyarakat agar dapat menentukan
pendekatan apa yang harus digunakan); Guṇa (mengetahui tingkat peradaban
atau kepandaian dari rakyatnya sehingga ia bisa mengetahui apa yang
diperlukan oleh rakyatnya)
3. Dalam Lontar Śiwa Buddha Gama Tattwa disebutkan ada lima tahapan upaya 20
yang harus dilakukan oleh seorang raja dalam menyelesaikan persoalan-
persoalan yang menjadi tanggung jawab raja. Adapun bagian-bagian dari
Pañca Upaya Sandi ini adalah: Māyā (upaya dalam mengumpulkan data atau
permasalahan yang masih belum jelas duduk perkaranya); Upekṣa (meneliti
dan menganalisis semua data-data tersebut dan mengkodifikasikan secara
profesional dan proporsional); Indra Jala (mencarikan jalan keluar dalam
memecahkan persoalan yang dihadapi sesuai dengan hasil analisisnya tadi);
Wikrama (melaksanakan semua upaya penyelesaian dengan baik sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan); dan Laukika (mengedepankan logika
dalam penyelesaian permasalahan yang telah ditetapkan)

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g138i


No
Kunci Jawaban Skor
Soal
4. Catur Kotamaning Nṛpati adalah empat syarat utama yang harus dimiliki oleh 20
seorang pemimpin. Adapun keempat syarat utama tersebut adalah: Jñāna
Wiśeṣa Śuddha (memiliki pengetahuan yang luhur dan suci); Kaprahitaning
Praja (harus menunjukkan belas kasihnya kepada rakyatnya); Kawiryan
(harus berwatak pemberani dalam menegakkan kebenaran dan keadilan
berdasarkan pengetahuan suci yang dimilikinya sebagainya disebutkan pada
syarat sebelumnya); Wibawa (harus berwibawa terhadap bawahan dan
rakyatnya)
5. Pañca Satya adalah lima hal yang harus dijadikan sebagai landasan bagi 20
seorang pemimpin Hindu di manapun dia berada. Kelima landasan itu adalah:
Satya Hṛdaya (jujur terhadap diri sendiri / setia dalam hati); Satya Wacana
(jujur dalam perkataan / setia dalam ucapan); Satya Samaya (setia pada janji);
Satya Mitra (setia pada sahabat); dan Satya Lakṣana (jujur dalam perbuatan).
Skor Maksimal 100
Jawaban salah atau tidak sesuai dengan kunci 1
Tidak dijawab 0

B. Tes Tulis
No. Bentuk Instrumen Jumlah Soal Jenis Tagihan
1. Pilihan Ganda 37 Penugasan / Penilaian Harian
2. Teka-teki 63 Penugasan / Penilaian Harian

I. Pilihan Ganda
Berilah tanda silang (X) huruf A, B, C atau D pada jawaban yang benar!
1. Kata pemimpin dalam bahasa Sanskerta disebut sebagai नयक yang berarti….
A. kaya raya B. pandai C. agung D. mulia
2. Istilah Datuk atau Dato dalam bahasa Melayu yang digunakan untuk gelar
kebangsawanan atau raja oleh masyarakat Minang atau Kerajaan Malaysia berasal dari
bahasa Sanskerta दतु atau रतु yang artinya….
A. manusia berkuasa B. manusia mulia
C. dewa tertinggi D. dewa sakti
3. Kauṭilya dalam Kitab Arthaśāstra 1.19.34 menyebutkan:
प्रजा सु खे सु खं राज्ञः प्रजानां च हिते हितम् ।
नात्मप्रियं हितं राज्ञः प्रजानां तु प्रियं हितम् ॥
Menurut śloka tersebut yang seharusnya menjadi kebahagiaan dari seorang pemimpin
atau raja adalah kebahagiaan dari....
A. seluruh pendukungnya B. seluruh keluarganya
C. seluruh prajuritnya D. seluruh rakyatnya
4. Dalam Catur Warṇa, pemimpin itu bisa dikategorikan sebagai kṣatriya. Menurut
Bhagawad Gītā IV.13, seseorang menjadi kṣatriya itu tidak didasarkan pada keturunan
tetapi pada….
A. wangsa dan karma B. guṇa dan wangsa
C. guṇa dan karma D. guṇa saja
5. Manawa Dharmaśāstra VII.35 menyebutkan:
स्वे स्वे धर्म निविष्टानां सर्वेषामनु र्वशः ।
वर्णानामश्रमाणां च राजा सृ ष्टो ‘भिरक्षिता

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g139i


Menurut sloka ini, tugas pemimpin adalah melindungi….
A. catur warṇa dan aturan B. kelangsungan jabatannya
C. pendukung dan prajuritnya D. harta dan kedaulatan negara
6. Dalam itihasa, pemimpin Hindu yang sukses dalam memimpin kerajaan Ayodhya
adalah….
A. Rāma B. Radheya C. Rahwana D. Rāja Barmal
7. Dalam sejarah Hindu, pemimpin wanita yang pernah berkuasa di Kalingga adalah….
A. Ratu Atut Chosiyah B. Ratu Elizabeth
C. Ratu Herlina D. Ratu Sima
8. Dalam Śukra Nīti 3.241 tertulis:
भात्ये कनायकं नित्यं निर्बहुनायकम्
Menurut śloka tersebut dalam kepemimpinan sebuah negara atau organisasi tidak boleh
ada….
A. banyak musuh B. banyak pelanggar C. banyak raja D. banyak patih
9. Dalam sejarah Hindu di Inoonesia, meski memiliki kekuasaan, seorang raji tidak bisa
bekerja sendiri. Dalam memutuskan kebijakan atau hukum, ia dibantu oleh
penasehatnya yang disebut….
A. hakim B. paṇḍita C. adhipati D. purohito
10. M. Yamin dalam buku ‘Tata Negara Majapahit’ menjelaskan mengenai empat syarat
utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin atau raja. Teori kepemimpinan pada
zama Majapahit ini disebut.….
A. Catur Kotamaning Nṛpati B. Catur Puruṣa Artha
C. Catur Puruṣa Artha D. Catur Lokapala
11. Dalam Lontar Rajapati Gondala dijelaskan ada enam teori atau upaya yang harus
dilakukan oleh seorang raja dalam memimpin negara. Teori ini disebut juga sebagai ….
A. Ṣad Ripu B. Ṣad Raṣa C. Ṣad Wara D. Ṣad Upaya Guṇa
12. Raja-raja sebagaimana pernah dikisahkan pada kitab itihasa di bawah ini yang bisa
dijadikan sebagai suri teladan adalah….
A. Dhṛtaraṣṭra B. Duryodhana C. Puntadewa D. Rahwana
13. Dalam kisah pewayangan Jawa disebutkan ada seorang raja yang merupakan titisan
Wiṣṇu bernama Prabu Arjuna Sasrabahu. Dia memerintah Kerajaan Maospati dengan
adil bijaksana. Banyak orang yang kemudian ingin mengabdi kepada Sang Raja
pemegang Cakra Sudarsana ini. Salah satu orang yang ingin ngèngèr (mengabdi) di
Maespati ini adalah putra dari Bhagawan Jamadagni yang bernama….
A. Raden Janaka B. Raden Sumantri C. Raden Sukrasana D. Raden Kakrasana
14. Raja Hindu yang merupakan lambang kebenaran atau dharma adalah ….
A. Dhṛtaraṣṭra B. Yudisthira C. Duryodhana D. Rahwana
15. Perhatikan istilah-istilah di bawah ini:
1) Saḍ Warṇaning Rājanīti 2) Sapta Marga
3) Aṣṭa Brata 4) Nawa Cita
5) Pañca Upaya Sandi 6) Dasa Dharma
Yang merupakan konsep kepemimpinan Hindu ditunjukkan pada nomor....
A. 1, 2, dan 3 B. 1, 3, dan 5 C. 2, 4, dan 5 D. 2, 5, dan 6
16. Perhatikan istilah-istilah di bawah ini:
1) Maya 2) Guṇa 3) Wibawa

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g140i


4) Wangśa 5) Prajña 6) Rūpa
Yang merupakan bagian dari kepemimpinan Tri Upaya Sandhi ditunjukkan pada
nomor....
A. 1, 2, dan 5 B. 1, 3, dan 5 C. 2, 4, dan 6 D. 2, 5, dan 6
17. Perhatikan istilah-istilah di bawah ini:
1) Wibawa 2) Indrajala
3) Kawiryan 4) Laukika
5) Maya 6) Kaprahitaning Praja
Yang merupakan bagian dari kepemimpinan Tri Upaya Sandhi ditunjukkan pada
nomor....
A. 1, 2, dan 5 B. 1, 3, dan 6 C. 2, 4, dan 5 D. 2, 5, dan 6
18. Perhatikan ilustrasi kisah seorang raja di bawah ini!
Raja Manu adalah seorang raja yang baik. Dia mampu menunjukkan kerja yang baik.
Raja Manu menaruh perhatian yang lebih kalau soal rakyatnya. Hal ini membuat
rakyatnya juga memiliki perhatian yang besar kepada sang raja.
Sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh Raja Manu tersebut dalam kepemimpinan ṣaḍ
warṇaning rājanīti merupakan implementasi dari....
A. Prajña B. Abhigamika C. Utsaha D. Sakya Samanta
19. Perhatikan ilustrasi pemimpin di bawah ini!
Sebagai seorang raja besar, Prabu Harimurti memiliki wibawa yang besar di hadapan
para punggawa dan prajuritnya. Sebagai panglima tertinggi dari kerajaannya, sang raja
juga mampu mengendalikan pemerintahan di kerajaannya. Sang raja bahkan langsung
turun ke bawah untuk melakukan pengawasan terhadap anak buahnya. Jika ada para
menteri, punggawa, dan prajuritnya yang tidak bisa bekerja dengan baik, maka sang raja
langsung turun tangan untuk mengatasinya. Jika diperlukan ketegasan, maka dia pun tak
segan-segan mengganti anak buahnya yang memiliki loyalitas kepada negara.
Sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh sang Prabu Harimurti tersebut dalam
kepemimpinan ṣaḍ warṇaning rājanīti merupakan implementasi dari....
A. Utsaha B. Atma Sampad C. Abhigamika D. Sakya Samanta 
20. Perhatikan ilustrasi di bawah ini!
Sebagai pemimpin negara, seorang presiden harus berbudi luhur. Dia harus memiliki
moral dan mental yang baik. Banyak korupsi yang berawal dari bobroknya mental
pemimpinnya. Sebelum dia bisa mengubah sebuah negara, maka dia harus bisa
mengubah mind setnya terlebih dahulu.
Hal tersebut dalam kepemimpinan ṣaḍ warṇaning rājanīti merupakan implementasi
dari....
A. Prajña B. Abhigamika C. Utsaha D. Atma Sampad 
21. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah mumpuni di
hadapan anak buahnya terutama saat memimpin rapat-rapat dengan para menteri atau
punggawanya. Saat terjadi perdebatan dalam rapat pun, pemimpin harus bisa menjadi
penengahnya. Dan ketika di akhir sabha, ia harus bisa mengambil keputusan secara adil
dan bijaksana.
Hal tersebut dalam kepemimpinan ṣaḍ warṇaning rājanīti merupakan implementasi
dari....
A. Abhigamika B. Atma Sampad
C. Sakya Samanta D. Akṣudra Parisatka

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g141i


22. Pemimpin pada dasarnya adalah wakil dari para Dewa di dunia. Dia harus orang yang
berwawasan luas, berpengetahuan luhur, dan juga memiliki pemahaman spiritual yang
baik. Pemimpin tidak harus berpendidikan tinggi tetapi dia adalah orang yang terdidik
baik secara mental, spiritual, maupun kemampuan proseduralnya.
Hal tersebut dalam kepemimpinan catur kotamaning nṛpati merupakan implementasi
dari....
A. Jñana wiśeṣa śuddha B. Kaprahitaning praja
C. Kawiryan D. Prajña 
23. Di dalam Lontar Raja Pati Gundala disebutkan bahwa seorang raja harus memiliki tiga
upaya agar dapat memimpin rakyatnya dengan baik. Tiga upaya ini disebut sebagai Tri
Upaya Sandi.
Berikut ini yang merupakan bagian-bagian dari Tri Upaya Sandi adalah....
A. kopa, wangśa, dan guṇa B. wangśa, rūpa, dan jana
C. guṇa, rūpa, dan wiśeṣa D. rūpa, wangśa, dan guṇa
24. Seorang pemimpin harus bisa mengamati rakyatnya dengan baik. Dia harus tahu apakah
rakyatnya sedang mengalami kesusahan atau tidak. Jika rakyatnya sedang susah maka
seorang pemimpin harus mengadakan pendekatan kepadanya mengatasi kesusahannya.
Dalam Tri Upaya Sandi, sikap pemimpin seperti ini dikenal sebagai....
A. guṇa B. rūpa C. wiśeṣa D. wangśa
25. Seorang raja atau pemimpin harus mengetahui tingkat peradaban atau kepandaian dari
rakyatnya sehingga ia bisa mengetahui apa yang diperlukan oleh rakyatnya.
Dalam Tri Upaya Sandi, sikap pemimpin seperti ini dikenal sebagai....
A. guṇa B. rūpa C. kopa D. jana
26. Perhatikan hal-hal terkait dengan kepemimpinan di bawah ini!
1) pemimpin harus mengedepankan pertimbangan yang logis untuk memecahkan
suatu masalah
2) pemimpin harus mengumpulkan data-data terkait dengan permasalahan yang belum
jelas duduk perkaranya
3) pemimpin harus bisa mencarikan jalan keluar atas masalah yang menimpa anak
buahnya berdasarkan analisis yang matang
Ketiga hal di atas merupakan penjelasan dari bagian-bagian Pañca Upaya Sandi yang
secara mulai dari nomor 1, 2, dan 3 termasuk ....
A. logika, upekṣa, dan wikrama B. logika, māyā, dan indra jala
C. upekṣa, logika, indrajala D. māyā, upekṣa, wikrama
27. Simaklah berita dari harian Kompas di bawah ini!
Presiden Joko Widodo merespons alasan Ketua DPR Setya Novanto yang menolak
memenuhi panggilan pemeriksaan di KPK terkait kasus dugaan korupsi e-KTP.
Novanto berdalih KPK harus meminta izin Presiden terlebih dahulu untuk memeriksa
dirinya. Menjawab alasan Novanto, Presiden Jokowi menyerahkan segala proses hukum
tersebut kepada tata acara yang berlaku.
"Buka undang-undangnya semua. Buka undang-undangnya. Aturan mainnya seperti
apa, disitulah diikuti," ujar Jokowi sebagaimana dikutip dari siaran pers resmi Istana,
Rabu (15/11/2017).
Pasal 245 Ayat 1 Undang-Undang tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (UU MD3)
yang sudah diuji materi Mahkamah Konstitusi memang mensyaratkan pemeriksaan
anggota DPR harus seizin presiden. Namun, Pasal 245 Ayat 3 menyatakan bahwa

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g142i


ketentuan Ayat 1 tidak berlaku apabila anggota DPR melakukan tindak pidana khusus,
termasuk korupsi.
Jika kaitkan dengan kepemimpinan Pañca Upaya Sandi, maka sikap Presiden Joko
Widodo tersebut, merupakan implementasi dari....
A. Indra Jala B. Wikrama C. Upekṣa D. Logika
28. Coba simak Pustaka Suci Maṇu Smṛti IX.303 berikut ini!
इन्द्रस्यार्क स्य वयोश्च यमस्य वर्य्नस्य च । चन्द्रस्यग्ने ः पृ थिव्यश्च ते जोव्रितं न्रिपश्चरे त् ॥
Śloka di atas terkait dengan kepemimpinan Hindu yang disebut sebagai....
A. Aṣṭabrata B. Tri Upaya Sandi
C. Pañca Upaya Sandi D. Catur Kotamaning Nṛpati
29. Perhatikan bagian-bagian kepemimpinan di bawah ini:
1) Yama brata 2) Wiṣṇu brata 3) Candra brata
4) Kuwera brata 5) Brahma brata
Yang termasuk bagian Aṣṭa Brata ditunjukkan pada nomor....
A. 1, 3, dan 5 B. 2, 3, dan 4 C. 1, 3, dan 4 D. 2, 4, dan 5 
30. Perhatikan pernyataan-pernyataan terkait kepemimpinan Pañca Daśa Pramiteng Prabu
di bawah ini:
1) bijaksana dalam setiap masalah
2) dipercaya oleh rakyat dan negaranya
3) teguh hati dalam setiap usaha
4) lapang dada dan toleransi
Secara berurutan pernyataan di atas merupakan penjelasan dari....
A. sarjawa upasama, natanggwan, dirotsaha, dan dibyacitta
B. mantri wira, satya bhakti, tan satṛṣṇa, dan sumantri
C. wijayana, natanggwan, dirotsaha, dan dibyacitta
D. wagmiwak, teulelana, dirotsaha, dan wijayana
31. Perhatikan pernyataan-pernyataan terkait kepemimpinan Ṣaḍ Upaya Guṇa di bawah ini:
1) kemampuan bersahabat 2) cakap dalam memimpin
3) memecahkan setiap persoalan 4) mampu menghadapi lawan yang kuat
Secara berurutan pernyataan di atas merupakan penjelasan dari....
A. gaścarya, winarya, wigṛha, dan wibawa
B. wibawa, siddhi, gaścarya dan wigṛha
C. winarya, wigṛha, gaścarya, dan siddhi
D. siddhi, winarya, wigṛha, dan gaścarya
32. Simaklah berita dari harian Kompas di bawah ini!
Upaya diplomasi Pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Retno Marsudi
dalam meredam krisis Rohingya di Rakhine State, Myanmar, disorot dunia
internasional.
Beberapa media asing turut memberitakan keberangkatan Retno ke Myanmar untuk
berunding dengan sejumlah tokoh penting seperti National Security Adviser Myanmar
Aung San Suu Kyi dan Panglima Angkatan Bersenjata Myanmar Jenderal Senior U Min
Aung Hlaing.
Langkah Menlu tersebut atas instruksi Presiden Joko Widodo.
..............
Jika kaitkan dengan kepemimpinan Nawa Natya, maka langkah Presiden Joko Widodo
tersebut, merupakan implementasi dari....
A. Wragi Wakya B. Paramārtha C. Samaupaya D. Wiweka

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g143i


33. Sebagai anggota prajurit TNI, Bagus selalu siap jika harus ditugaskan oleh negara. Saat
menunaikan tugas untuk membasmi musuh yang mengganggu pertahanan negara,
Bagus selalu bisa menyelesaikan hingga tuntas. Dia tidak pernah gentar menghadapi
musuh-musuhnya di medan perang. Bahkan meski dia seorang komandan pasukan, dia
tidak pernah hanya duduk di belakang prajurit-prajuritnya mengatur strategi perang, dia
juga ikut maju di depan memimpin pasukan menghabisi musuh-musuhnya.
Sikap dan perilaku Bagus di atas jika dikaitkan dengan ajaran Nawa Natya, termasuk
implementasi dari....
A. Mantri Wira B. Nayakaken Musuh
C. Wira Sarwa Yudha D. Wruh Ring Sarwa Bastra 
34. Saputra adalah seorang pegawai di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Meski
hanya pejabat rendahan. Saputra mensyukuri pekerjaannya. Dia tidak pernah mengeluh
atas gaji atau tunjangan yang diberikan negara kepadanya. Dia selalu menaati aturan
mengenai disipin PNS. Dia tidak pernah terlambat apalagi sampai bolos kerja.
Kinerjanya yang baik dan loyalaitasnya yang tinggi ini menjadikan dia mendapatkan
promosi jabatan yang lebih tinggi.
Sikap dan perilaku Saputra di atas jika dikaitkan dengan ajaran Pañca Daśa Pramiteng
Prabhu, termasuk implementasi dari....
A. Paramārtha B. Dhirotsaha C. Sumantri D. Winarya 
35. Dia adalah seorang pemimpin Hindu di India. Dia berjasa atas kemerdekaan negara
India dari jajahan Inggris. Meski sudah menjadi pedana menteri dia tetap tampil
bersahaja. Dan orang mengenalnya karena ajaran ahimsa dan satya graha.
Tokoh pemimpin Hindu di India sebagaimana yang dimaksud adalah....
A. Pratap Singh B. Raj Mahortra
C. Narendra Modi D. Mahatma Gandhi 
36. Dia adalah seorang raja yang hidup di zaman Dwapara. Dia dikenal sebagai
“Ajatasatru” karena tidak memiliki musuh. Dia juga dikenal sebagai Dharmawangsa
atau keturunan Dewa Dharma. Dalam wayang parwa di Jawa, dia dikenal sebagai
Samiaji, yang menghormati semua orang. Dia bisa memimpin kerajaannya hingga
mencapai kesejahteraan, kemakmuran, ketenteraman, dan kedamaian.
Raja sebagaimana yang digambarkan pada ilustrasi di atas adalah....
A. Yudiṣṭhira B. Śrī Kṛṣṇa C. Śāntanu D. Rāma
37. Perhatikan ilustrasi di bawah ini!
Meski bapaknya sudah jadi presiden, dia tidak sombong dan memanfaatkan kesempatan
itu untuk memperkaya diri. Bisa saja dia minta proyek ini proyek itu ke bapaknya untuk
menambah pundi-pundi emasnya. Namun hal itu tidak dilakukannya. Bahkan ketika ada
orang yang menawarinya berbagai kemewahan dengan tujuan untuk mendapatkan
proyek dari bapaknya, dia selalu menolaknya. Itu juga yang memang sudah dipesankan
oleh bapaknya sebelum menjadi presiden. Hal tersebut juga sudah menjadi komitmen
dalam keluarga mereka.
Jika dikaitkan dengan kepemimpinan Pañca Daśa Pramiteng Prabhu, maka ilustrasi di
atas, merupakan implementasi dari....
A. Tan satṛṣṇa B. Wijayana C. Teulelana D. Dibyacita

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g144i


II. Teka-Teki (अलम्भ्यम्)
Isilah teka-teki dibawah ini dengan petunjuk pertanyaan/pernyataan yang ada di
bawahnya!

Pertanyaan mendatar
1. kepemimpinan
2. Ciri kepimpinan yang mengakomodir semua kepentingan rakyatnya
3. बयु nama Dewa yang menjadi salah satu bagian Aṣṭabrata
4. Kemampuan yang mendasari menjadi dasar pembagian catur warna
5. Gelar bangsawan Melayu yang berasal dari kata Sanskerta
6. Delapan pembagian pemerintahan Dewa menurut Lontar Bhuwana Kosa yang terdiri atas:
Brahma, Gandharwa, Mahendra, Preta, Prajapati, Yakṣa, Somya, Pisaca.
7. नयकत्वम् istilah kepemimpinan dalam bahasa Sanskerta
8. Sikap tidak peduli akan sesuatu program pemimpin atau acuh terhadap orang lain
9. Salah satu dari Pañca Daśa Pramiteng Prabhu: seorang pemimpin harus selalu lapang dada
dan memiliki rasa toleransi yang tinggi

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g145i


10. Salah satu dari Pañca Daśa Pramiteng Prabhu: sangat bijaksana dalam memimpin
11. Salah satu bagian Catur Parikṣa (Catur Naya Sandhi) dalam kekawin Rāmāyaṇa:
mengusahakan sandang, pangan dan papan untuk dapat memenuhi dan meningkatkan
kesejahteraan rakyat
12. Kata dalam bahasa Jawa Kuna: gunung tempat pertapaan para Ṛṣi
13. Nama Raja Majapahit putra Tribhuwana Tungga Dewi
14. ईश्वर- istilah pemimpin dalam bahasa Sanskerta
15. Dibalik: salah satu bagian Catur Parikṣa (Catur Naya Sandhi) dalam kekawin Rāmāyaṇa:
memelihara tata tertib dan dispilin pengendali pemerintahan yang berbeda-beda karakter
dan budayanya
16. Gelar yang diberikan kepada MK Gandhi, salah seorang pemimpin di India yang berarti
jiwa yang agung
17. Salah satu bagian dari Pañca Upaya Sandi: seorang pemimpin harus mengedepankan
pertimbangan-pertimbangan logis dalam menindak lanjuti penyelesaian permasalahan
yang telah ditetapkan
18. Nama lain Kerajaan Majapahit
19. Bagian Sad Upaya Guṇa: bisa mengabdi dengan baik
20. Nama Mahapatih di Majapahit
21. Nama kerajaan yang salah satu putrinya dinikahi oleh Puntadewa dalam pewayangan Jawa
22. गोपि, para teman Kṛṣṇa di Vṛṇḍawana saat masih kecil
23. Dewa Keadilan
24. Bagian dari Sad Upaya Guṇa: cakap dalam memimpin
25. Pemimpin harus banyak kawannya
26. Adik dari Puntadewa
27. Dibalik: terjemahan त्रि dalam bahasa Indonesia
28. Nama lain Puntadewa yang artinya pandai bertutur kata
29. Bagian Sad Upaya Guṇa: dapat mengalahkan musuh
30. Bagian Tri Upaya Sandhi: mengetahui susunan masyarakat (stratifikasi sosial) agar dapat
menentukan pendekatan apa yang harus digunakan
 
Pertanyaan Menurun
1. Ibu dari para Pāṇḍawa
2. Raja Astinapura yang dikutuk Bhagawan Kindama
3. Dibalik: Nama Dewa Api yang menjadi bagian dalam Aṣṭabrata
4. Presiden Amerika Serikat yang pernah mengenyam pendidikan sekolah dasar di Indonesia
5. Dalam pewayangan Jawa, sebuah negara yang makmur dan teratur akan digambarkan
dengan kata-kata ‘... titi tentrem kerta raharja’.
6. Salah satu kemampuan dalam Saḍ Warṇaning Rājanīti, di mana seorang raja atau
pemimpin harus mampu mengontrol bawahannya dan sekaligus memperbaiki hal-hal yang
dianggap kurang baik
7. Nama gelar raja Majapahit yang dalam seni drama kethoprak.
8. Dibalik: sebutan tentara raja (in English)
9. Raja yang mendapat wejangan Aṣṭabrata dari Śrī Rāma
10. Salah satu kemampuan dalam Saḍ Warṇaning Rājanīti, di mana seorang raja atau
pemimpin harus mampu menarik perhatian positif dari rakyatnya
11. Istilah salah satu syarat pemimpin: mempunyai visi yang jelas
12. Salah satu sifat utama seorang pemimpin yang disebutkan dalam teori Pañca Daśa
Pramiteng Prabhu: dipercaya oleh rakyat dan negaranya
13. Negara dalam pewayangan Jawa tempat Pāṇḍawa tinggal
14. Nama salah satu raja di Kutai

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g146i


15. Istilah yang sering diartikan ‘kasta’ meskipun itu tidak tepat terhadap pembagian struktur
sosial menurut Hindu.
16. Nama panggilan Dewa Ṛṣi yang dalam pewayangan Jawa menjadi salah satu penasehat
para Dewa di kahyangan
17. Salah satu bagian Nawa Natya: tidak pamrih pada harta benda
18. Delapan teori kepemimpinan yang diajarkan Śrī Rāma dengan mengambil sifat-sifat
utama para dewa.
19. Nama kerajaan dari Prabu Arjuna Sasrabahu
20. Yang memimpin dan memerintah kerajaan pada zaman dahulu.
21. Nama yang diberikan kepada Puntadewa, karena ia selalu menghargai semua orang
22. Satya .....; bagian Pañca Satya: setia pada janji
23. Nama Raja titisan Wiṣṇu yang berkuasa di Maespati
24. Bagian dari Pañca Upaya Sandi: mencari jalan keluar dalam memecahkan persoalan yang
dihadapi sesuai dengan hasil analisisnya
25. Bagian dari Pañca Daśa Pramiteng Prabhu: teguh iman dan optimistis
26. Kekuatan yang harus dimiliki raja
27. अर्जव istilah Sanskerta yang berarti jujur
28. Sasih Kartika, bulan yang sering dijadikan sebagai bulan liburan para raja pada jaman
dahulu, dikenal juga sebagai amrêta masa (bulan kehidupan).
29. Dibalik: नगर kota atau wilayah yang dikuasai raja
30. Dibalik: यु ग yang artinya zaman
31. Satya .....; bagian Pañca Satya: setia pada hati
32. Bagian dari Pañca Upaya Sandhi: upaya dalam mengumpulkan data atau permasalahan
yang masih belum jelas duduk perkaranya
33. r t\ kata Jawa Kuna yang sering diartikan sebagai manusia, rakyat, atau dunia.

III. Pedoman Penskoran


Pedoman Penskoran Pilihan Ganda
1. B 9. D 17. C 25. A 33. C
2. B 10. A 18. B 26. B 34. C
3. D 11. D 19. D 27. B 35. D
4. C 12. C 20. D 28. A 36. A
5. A 13. B 21. D 29. C 37. A
6. A 14. B 22. A 30. C
7. D 15. B 23. D 31. D
8. C 16. C 24. B 32. A
Jawaban Skor
Benar 1
Salah 0
Skor Maksimal Pilihan Ganda 37

Pedoman Penskoran Teka-Teki Silang

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g147i


K E P E M I M P I N A N D E M O K R A T I S
B U A N B A Y U B A A
R N N G U N A M A D A T U K
A S T A D A W A A K R N M A A Y
W I U I M B N A Y A K A T W A M N A
I B U H P T A A P A T I S
J H L D I B Y A C I T A R R R A
A L A U K I K A G R N N T A M
Y A S W I C A K S A N E N G N A Y A D A N A
A R G A A A M M G S N
A M A N T R I I H A Y A M W U R U K T T
W A A M K R A A I S W A R A
A T O T A M A H A T M A N T A B
N S S N H U M R S
G P A W I L W A T I K T A B H I M A A
G A J A H M A D A N N E A A T S
A R T A D K U L J H R
R T I Y A S U R Y A A S L A G A H I M A A
J A A R A G O P I E R A B
A A J U A L D Y A M A
W I N A R Y A G S A L Y A T A W A N A A H
A A A L N Y U
A G I T G U N A T A L I K R A M A W A N G S A

Pertanyaan mendatar
1. Kepemimpinan 11. Dana 21. Slagahima
2. Demokratis 12. Arga 22. Gopi
3. Bayu 13. Hayamwuruk 23. Yama
4. Guna 14. Iswara 24. Winarya
5. Datuk 15. Adeb 25. Salyatawan
6. Astadewa 16. Mahatma 26. Bhima
7. Nayakatwam 17. Laukika 27. Agit
8. Apatis 18. Wilwatikta 28. Gunatalikrama
9. Dibyacita 19. Mantri 29. Asurya
10. Wicanaksanengnaya 20. Gajahmada 30. Wangsa
 
Pertanyaan Menurun
1. Kunti 11. Kaparamartan 21. Samiaji
2. Pandu 12. Natanggwan 22. Samaya
3. Inga 13. Amarta 23. Sasrabahu
4. Obama 14. Mulawarman 24. Indrajala
5. Tata 15. Warna 25. Teulelana
6. Sakyasamanta 16. Narad 26. Bala
7. Brawijaya 17. Lagawangarta 27. Arjawa
8. ymra 18. Astabratha 28. Kapat
9. Wibhisana 19. Maespati 29. aragan
10. Abhigamika 20. Ratu 30. aguy

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g148i


31. hrdaya 32. maya 33. Rat
Jawaban Skor
Benar 1
Salah 0
Skor Maksimal Teka-Teki Silang 63

Daftar Nilai Siswa


(a) (b) Nilai Total
No. Nama peserta didik
Pilihan Ganda TTS (a+b)
1
2
3
4
5

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g149i


LAMPIRAN 4: KI 4

PENILAIAN KETERAMPILAN

A. Proyek
1. Teknik : Proyek Presentasi
2. Bentuk Instrumen : Lembar Praktikum
3. Aspek Penilaian : Psikomotor (Presentasi)
4. Materi : Membuat presentasi tentang Kepemimpinan Hindu
5. Pedoman penskoran :
Kriteria dan Skor Jumlah
No. Nama peserta didik
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) Skor
1
2
3
4
5
Keterangan: Skor:
(a) = materi presentasi 10 = jika sempurna
(b) = penguasaan materi 9 = jika sangat baik
(c) = sistematika penyajian 7-8 = jika baik
(d) = kepercayaan diri dalam menyajikan materi 5-6 = cukup
(e) = kemampuan memanfaatkan media presentasi 1-4 = kurang baik
(f) = kemampuan menanggapi pertanyaan
(g) = penggunaan bahasa
SB (Sangat Baik) = 90 - 100 Nilai =
B (Baik) = 70 - 89 Jumlah Skor
×100
C (Cukup) = 50 - 69 70
D (Kurang) = 10 - 49
E (Sangat Kurang = 0 - 9

B. Produk
1. Teknik : Produk
2. Bentuk Instrumen : Lembar Produk
3. Aspek Penilaian : Psikomotor (Produk)
4. Materi : Mendokumentasikan presentasi tentang Kepemimpinan
Hindu yang dibawakan
5. Pedoman penskoran :
Kriteria dan Skor
No. Nama peserta didik Jumlah Skor
(a) (b) (c) (d) (e)
1
2
3
4
5
Keterangan: Skor:

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g150i


Kriteria dan Skor
No. Nama peserta didik Jumlah Skor
(a) (b) (c) (d) (e)
(a) = kesiapan alat 10 = jika sempurna
(b) = keuletan dalam pembuatan 9 = jika sangat baik
(c) = kerapian 7-8 = jika baik
(d) = proses pembuatan 5-6 = cukup
(e) = hasil akhir 1-4 = kurang baik
SB (Sangat Baik) = 90 - 100 Jumlah Skor
Nilai = ×100
B (Baik) = 70 - 89 50
C (Cukup) = 50 - 69
D (Kurang) = 10 - 49
E (Sangat Kurang = 0 - 9

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g151i


LAMPIRAN 5

MEDIA PEMBELAJARAN KEPEMIMPINAN HINDU

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g152i


LAMPIRAN 6

REMIDIAL DAN PENGAYAAN

A. Kegiatan Pendahuluan
 Guru mengucapkan panganjali dan Mūladhyaya Pūja
 Guru mengabsen atau menulis peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran,
sekaligus mendata yang nilainya belum memenuhi KKM dan yang sudah
memenuhi/melebihi KKM
 Guru mengajak peserta didik mempersiapkan buku yang akan digunakan untuk
belajar
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

B. Kegiatan Inti
 Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik yang nilainya belum KKM
untuk membaca materi sesuai indikator yang belum terpenuhi.
 Bagi peserta didik yang nilainya sudah memenuhi/melebihi KKM, Guru memberikan
pendalaman materi tentang kisah-kisah kepemimpinan Hindu dalam śā stra dan
suśā stra Hindu
 Guru memberikan pendalaman materi tentang kisah-kisah kepemimpinan Hindu
dalam śā stra dan suśā stra Hindu dengan metode penemuan terbimbing. Guru
memberikan petunjuk pelaksanaan kegiatan penemuan terbimbing, kemudian peserta
didik mengikuti apa yang telah diinstruksikan guru. Peserta didik melakukan
kegiatan belajar secara secara mandiri dan membuat resume dari apa yang telah
dipelajarinya.
 Bagi peserta didik yang nilainya belum KKM, maka guru memberikan tes atau
ulangan sesuai materi yang nilainya belum KKM. Peserta didik diberikan soal secara
tertulis.
 Setelah selesai melaksanakan remidial, maka peserta didik bisa mengikuti teman-
temannya melaksanakan pendalaman materi tentang kisah-kisah kepemimpinan
Hindu dalam śā stra dan suśā stra Hindu dengan bimbingan dan arahan Guru.

C. Penutup
 Guru memfasilitasi peserta didik membuat butir-butir simpulan
 Guru memberi umpan balik peserta didik dalam proses dan hasil pembelajaran
 Guru memberitahukan kegiatan belajar yang akan dikerjakan pada pertemuan
berikutnya
 Guru menutup pertemuan Pūrṇādhyaya Pūja dan Paramaśāntiḥ

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g153i


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 6
(PAÑCA YAJÑA)

Sekolah : SMP Negeri 01 Nama Kota


Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Kelas / Semester : VII (Tujuh) / Genap
Materi Pokok : Pañca Yajñā
Alokasi Waktu : 3 x pertemuan (9 JP)

A. Kompetensi Inti

1. Menghargai dan menghayati ajaran Agama yang dianutnya


2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori)

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)


1.6 Menghayati ajaran Pañca 1.6.1. Disiplin dalam melaksanakan ajaran
Yajñā yang berkualitas dalam Pañca Yajñā
kehidupan sehari-hari. 1.6.2. Tekun dalam pelaksanaan yajñā yang
berkualitas dalam kehidupan
2.6 Disiplin mengamalkan Pañca 2.6.1. Peduli mengamalkan ajaran PañcaYajñā
Yajñā yang berkualitas dalam 2.6.2. Bertanggungjawab untuk mengamalkan
kehidupan sehari-hari PañcaYajñā
2.6.3. Peduli untuk melaksanakan PañcaYajñā
3.6 Memahami kualitas Pañca 3.6.1. Menguraikan arti dan makna PañcaYajñā
Yajñā dalam kehidupan 3.6.2. Menyebutkan bagian-bagian PañcaYajñā
3.6.3. Menyebutkan bentuk dan contoh
PañcaYajñā dalam kehidupan sehari-hari
4.6 Menyajikan contoh Pañca 4.6.1. Menyajikan ajaran PañcaYajñā
Yajñā yang tergolong 4.6.2. Mengamalkan pañca yajñā dalam
Tamasika, Rajasika, dan kehidupan sehari- hari
Sattwika 4.6.3. Mempraktekkan membuat upakara yajñā
yang sederhana.

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g154i


C. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti serangkaian kegiatan mengamati/observasi, menanya,


mengumpulkan informasi, menalar / mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan video dan
media pembelajaran “Pañca Yajña” peserta didik mampu:
1. Menjelaskan pengertian yajña
2. Menyebutkan dasar pelaksanaan yajña
3. Menyebutkan jenis-jenis dan kualitas yajña
4. Menjelaskan jenis-jenis kualitas yajña
5. Menyebutkan syarat pelaksanaan yajña
6. Menyebutkan contoh-contoh pelaksanaan yajña dalam kehidupan sehari-hari
7. Menyajikan pelaksanaan yajña dalam kehidupan sehari-hari
8. Memprakterkan membuat upakara yajña yang sederhana

D. Materi Pembelajaran

1. Materi Reguler Pembelajaran Reguler


a. Pertemuan ke-1:
 Pengertian dan landasan śā stra Pañca Yajña

b. Pertemuan ke-2
 Bagian-bagian dan contoh Pañca Yajña

c. Pertemuan ke-3
 Praktik upakara Pañca Yajña

2. Materi Pembelajaran Pengayaan (dilaksanakan untuk menambah pengetahuan


tentang Pañca Yajñā)

3 Materi Pembelajaran Remedial ( dilaksanakan apabila peserta didik tidak


tuntas dalam indicator tertentu )

E. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Scientific
2. Model : Pembelajaran Berbasis Proyek
3. Metode : Ceramah, Kerja Kelompok, Diskusi, Pemberian Tugas
4. Teknik : Penugasan

F. Media, Bahan, dan Sumber Belajar

1. Media
a. CD Media Pembelajaraan Interaktif: Pañca Yajña
b. Laptop, Infocus dan LCD Proyektor

2. Bahan / Alat
a. Spidol

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g155i


b. Kertas karton
c. Gunting, Cutter, Staples
d. Janur atau kertas asturo

3. Sumber Belajar
 Sugita, I. M. (2017). Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas VII
(Buku Guru). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
 Sugita, I. M. (2017). Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas VII
(Buku Siswa). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
 Miswanto. (2018). Bhagawad Gìtà dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa.
Malang: Giri Sastra.

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

1. Pertemuan Ke-1 (3 JP)


a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
 Guru mengucapkan panganjali dan Mūladhyaya Pūja [Religius]
 Menyanyikan lagu wajib nasional [Nasionalisme]
 Guru mengabsen atau menulis peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
 Guru menyampaikan lingkup penilaian

b. Kegiatan Inti (95 menit)


 Peserta didik menyimak tayangan video Pañca Yajñā
 Peserta didik mendapat penjelasan pengertian dan landasan śāstra Pañca
Yajñā
 Peserta didik menuliskan hal-hal yang ingin diketahui atau masalah-masalah
yang relevan dengan video yang ada terkait dengan tujuan pembelajaran.
[Mandiri]

c. Kegiatan Penutup (15 menit)


 Guru memberi umpan balik peserta didik dalam proses dan hasil
pembelajaran [Integritas]
 Guru memotivasi peserta didik untuk terus giat belajar
 Guru menutup pertemuan Pūrṇādhyaya Pūja dan Paramaśāntiḥ [Religius]

2. Pertemuan Ke-2 (3 JP)


a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
 Guru mengucapkan panganjali dan Mūladhyaya Pūja [Religius]
 Menyanyikan lagu wajib nasional [Nasionalisme]
 Guru mengabsen atau menulis peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran
 Guru mengajak peserta didik mempersiapkan buku yang akan digunakan
untuk belajar
 Guru memberikan apersepsi dengan mengulang kembali apa yang telah
dipelajari pada pertemuan sebelumnya.

b. Kegiatan Inti (95 menit)


 Membaca buku pendidikan agama Hindu dan Budi Pekerti

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g156i


 Mencari beberapa informasi dari beberapa sumber yang terkait dengan
bentuk dan contoh Pañca Yajñā
 Mengumpulkan informasi berdasarkan prosedur yang sudah direncanakan
untuk menjawab masalah-masalah yang dirumuskan
 Menjawab masalah-masalah yang dirumuskan sesuai dengan tujuan
pembelajaran
 Guru menjelaskan penugasan proyek dan produk yang akan dilakukan oleh
peserta didik terkait upakara Pañca Yajñā

c. Kegiatan Penutup (15 menit)


 Guru memberi umpan balik peserta didik dalam proses dan hasil
pembelajaran [Integritas]
 Peserta didik merapihkan meja, tempat duduk dan dan membuang sampah
pada tempatnya. [Mandiri]
 Guru memotivasi peserta didik untuk terus giat belajar

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g157i


 Guru menyampaikan kepada peserta didik agar pada pertemuan berikutnya
membawa alat-alat dan perlengkapan untuk membuat upakara
 Guru menutup pertemuan Pūrṇādhyaya Pūja dan Paramaśāntiḥ [Religius]

3. Pertemuan Ke-3 (3 JP)


a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
 Guru mengucapkan panganjali dan Mūladhyaya Pūja [Religius]
 Menyanyikan lagu wajib nasional [Nasionalisme]
 Guru mengabsen atau menulis peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran
 Guru mengajak peserta didik mempersiapkan buku yang akan digunakan
untuk belajar
 Guru memberikan apersepsi dengan mengulang kembali apa yang telah
dipelajari pada pertemuan sebelumnya.

b. Kegiatan Inti (95 menit)


 Masing-masing peserta didik mempersiapkan alat-alat dan perlengkapan
untuk membuat upakara [Mandiri]
 Peserta didik dibimbing untuk membuat upakara (pejati) oleh guru [Gotong
Royong]
 Peserta didik praktik membuat upakara sebagaimana yang telah
diinstruksikan guru

c. Kegiatan Penutup (15 menit)


 Guru memberi umpan balik peserta didik dalam proses dan hasil
pembelajaran [Integritas]
 Guru menyampaikan kepada peserta didik terkait dengan rencana ulangan
harian pada pertemuan berikutnya
 Guru menutup pertemuan Pūrṇādhyaya Pūja dan Paramaśāntiḥ [Religius]

H. Penilaian

1. Sikap spiritual dan Sosial


No. Teknik Bentuk Instrumen Waktu Pelaksanaan
1 Observasi Jurnal Saat KBM
2 Penilaian diri Cek list Ya /tidak Setelah KBM
3 Penilaian antar teman Cek list 1,2,3 Setelah KBM

2. Pengetahuan
No. Teknik Bentuk Instrumen Waktu Pelaksanaan
1 Lisan Pertanyaan terbuka Saat KBM
2 Tertulis Pilihan ganda, isian, uraian Setelah KBM

3. Keterampilan
No. Teknik Bentuk Instrumen Waktu Pelaksanaan
1 Praktik Lembar praktikum Saat KBM
2 Produk Lembar penilaian produk Setelah KBM

I. Remidial dan Pengayaan

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g158i


1. Pembelajaran Remidial
Peserta didik yang nilainya belum mencapai ketuntasan minimum (KKM), dengan
diberikan remidial pada indikator yang belum tercapai.

2. Pengayaan
Peserta didik yang mencapai nilai diatas ketuntasan minimum (KKM), diberikan
pengayaan pendalaman materi tentang upakara Pañca Yajña.

Mengetahui, Nama Kota, Juli 2019


Kepala Sekolah Guru PAH BP

Nama Kepala Sekolah ...........................................


NIP. Kepala Sekolah NIP. Guru PAHBP

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g159i


LAMPIRAN 1: MATERI

PANCA YAJÑA

A. Pendahuluan
Dalam keyakinan Hindu setiap manusia yang lahir kembali pada dasarnya
mengalami punarbhawa atau yang juga disebut sebagai saṁsara. Hakikatnya mereka belum
bisa mencapai kelepasan (mokṣa) dan masih harus menjalani saṁsara atau penderitaan. Untuk
membebaskan diri dari saṁsara tersebut maka manusia harus bisa terlepas dar hutang-hutang
semasa hidupnya. Hutang yang dimaksud adalah tiga hutang dasar manusia yang dikenal
sebagai Tri Ṛṇa.
Dalam Mahābhārata dikisahkan bagaimana Bhīṣma sebelum mencapai
pembebasannya, ia harus membayar hutang terlebih dahulu kepada Ambā yang hadir sebagai
wujud Śikhaṇḍi. Intinya selama manusia masih punya hutang baik di kehidupan yang lampau
maupun yang sekarang, maka dia tidak akan bisa mencapai mokṣa. Manawa Dharmasastra
VI.35 menegaskan:
ऋणानि त्रीण्यपाकृत्य मनो मोक्षे निवे शये त् । अनपाकृत्य मोक्षं तु सोवमनो व्रजत्यधः ॥
ṛṇāni trīṇyapākṛtya mano mokṣe niweśayet | anapākṛtya mokṣaṁ tu sowamano
wrajatyadhaḥ ||
Terjemahan:
Kalau ia telah membayar tiga macam hutangnya kepada Tuhan, para leluhur atau orang
tua dan para ṛṣi, hendaknya ia menunjukkan pikirannya untuk mencapai pembebasan.
Dia yang mengejar kelepasan itu tanpa menyelesaikan tiga macam hutangnya akan
tenggelam ke alam bawah.
Tiga macam hutang atau Tri Ṛṇa yang dibawa manusia sejak lahir tersebut adalah:
1. Dewa Ṛṇa yaitu hutang kepada para Ida Sang Hyang Widhi beserta manifestasi-Nya
karena telah menciptakan alam semesta dan memberikan kita kehidupan.
2. Pitra Ṛṇa yaitu hutang kepada leluhur baik yang sudah meninggal maupun orangtua yang
masih hidup. Kita berhutang kepada leluhur atau orang tua kita karena mereka telah
melahirkan, merawat, mendidik, dan mengasuh kita dari sejak dalam kandungan sampai
menjadi manusia dewasa.
3. Ṛṣi Ṛṇa yaitu hutang kepada para Ṛṣi dan para guru kita yang telah mengajarkan
pengetahuan Weda dan membantu kita mencapai kesucian jiwa.
Karena adanya hutang inilah dalam ajaran agama Hindu diharapkan dapat dibayar
dengan melaksanakan Pañca Yajña. Bagian Pañca Yajña terdiri dari Dewa Yajña, Pitra Yajña,
Rsi Yajña, Manusa yajña dan Bhuta Yajña
B. Pengertian Pañca Yajña
Secara etimologi, kata ‘yajña’ berasal dari akar kata Sansekrta यज् (yaj) yang berarti
‘persembahan, pemujaan, penghormatan, dan korban suci’. Tradisi persembahan kepada
Tuhan dan menyembahnya dalam pengorbanan makanan dan bahan lainnya ini telah menjadi
dasar agama Hindu sejak agama ini ada. Orang-orang Zoroastrian juga mengikuti praktik
serupa yang mereka sebut yasna.
Pengertian yajña adalah kegiatan yang dilakukan dengan penuh keikhlasan untuk
melakukan persembahan kepada Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa yang pada pelaksanaan
di dalamnya mengandung unsur karya (perbuatan), śreya (tulus ikhlas), budhi (kesadaran),
dan bhakti (persembahan). Yajña dapat dilakukan secara lahiriah dalam bentuk ritual untuk
menyenangkan para dewa atau dapat dilakukan secara batin dan mental dalam pikirannya
sendiri. Secara simbolis dan spiritual semua tindakan dilakukan sebagai yajña.

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g160i


Weda menyebutkan lebih dari 400 yajña, yang sebagian besar sudah ada lagi saat ini.
Dalam sejarah Hindu yajña tersebut sudah dilakukan sejak zaman Brahmana. Para brahmana
membuat persembahannya kepada Sang Hyang Agni dan kepada para dewa yang lain.
Menurut Weda tujuan yajña adalah untuk kesejahteraan dunia. Melalui yajña, manusia bisa
mendapatkan anugerah dari para dewa untuk memenuhi keinginan mereka.
Dalam kosakata bahasa Sanskerta, cara melakukan upacara yajña adalah यजति
(yajati). Tindakan atau pekerjaan yang dilakukan pada saat pengorbanan atau yajña tersebut
dikenal sebagai यजनं (yajanaṁ). Penyelenggara dari suatu yajña disebut disebut यजमान
(yajamāna). Formula yajña yang digunakan dalam pengorbanan itu disebut यजु स् (yajus).
Seorang brahmin yang membuat api suci dari yajña disebut यजत्र (yajatra). Setiap yajña
memiliki bagian yang disebut यज्ञाङ्ग (yajñāṅga). Masing-masing yajñāṅga ini dikelola oleh
brahmin atau kelompok brahmana tertentu. Bagian yajña yang diberikan kepada masing-
masing Dewa disebut यज्ञां श (yajñāṁśa). Tempat pelaksanaan yajña tersebut dikenal sebagai
यज्ञशाल (yajñaśālā)
C. Bagian-bagian Pañca Yajña
Dalam ajaran Hindu dikenal 5 macam jenis yajña yang disebut sebagai pañca yajña.
Adapun bagian-bagian dari pañca yajña ini adalah: Deva yajña, Pitṛ yajña atau Pitra yajña,
Ṛṣi yajña, Manuṣa yajña, dan Bhūta yajña. Berikut ini penjelasan dari masing-masing yajña
tersebut.
1. Dewa Yajña
Dewa Yajña adalah persembahan suci yang dihaturkan kepada Sang Hyang Widdhi
beserta manisfestasi-Nya. Contoh Dewa yajña dalam keseharian kita adalah melaksanakan
Puja Tri Sandya. Sedangkan contoh Dewa yajña pada hari-hari tertentu adalah melaksanakan
piodalan atau pawêḍalan (upacara pemujaan) di pura dan lain sebagainya.
Adapun tujuan Dewa yajña ini adalah untuk membayar hutang kepada Sang Hyang
Widdhi beserta Dewa-Dewa yang menjadi manifestasi-Nya (Dewa Ṛṇa). Dalam Bhagawad
gītā III.10 disebutkan:
सहयज्ञाः प्रजाः सृ ष्ट् वा पु रोवाच प्रजापतिः । अने न प्रसविष्यध्वमे ष वोऽस्त्विष्टकामधु क् ॥
sahayajñāḥ prajāḥ sṛṣṭwā purowāca prajāpatiḥ | anena prasawiṣyadhwam eṣa wostw
iṣṭakāmadhuk ||
Terjemahan:
Pada zaman dulu Prajāpati menciptakan alam semesta dan manusia dengan yajña. Dia
pun bersabda dengan ini engkau akan mengembang dan akan menjadi kāmadhuk bagi
keinginanmu.
Menurut śloka di atas manusia berhutang hidup kepada Tuhan dan para Dewa
sebagai manifestasi-Nya. Dewa-dewa penguasa alam semesta telah meyediakan apa yang
dibutuhkan oleh manusia. Selain itu manusia bisa hidup karena ada makanan yang berasal
dari hujan yang diturunkan karena yajña. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam
Bhagawadgītā III.14 yang menyebutkan:
अन्नाद्भवन्ति भूतानि पर्जन्यादन्नसम्भवः । यज्ञाद्भवति पर्जन्यो यज्ञः कर्मसमु दभ ् वः ॥
annād bhawanti bhūtāni parjanyād annasaṁbhawaḥ | yajñād bhawati parjanyo yajñaḥ
karmasamudbhawaḥ ||
Terjemahan:
Dari makanan semua makhluk bisa hidup dan tetap ada. Makanan sendiri ada karena
hujan yang diturunkan kepada alam. Hujan sendiri ada karena yajña, dan yajña itu sendiri
dasarnya adalah karma.

Terkait dengan Dewa Yajña ini, dalam Lontar Agastya Parwa disebutkan:
[ f w y ^ z r n- {t l pW kĽ m ri * qo r $i wo gNi, m k ge l r nÈ m !’ l Ri * qo r.

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g161i


Dewa yajña ngaranya taila pwa krama ri bhaṭāra śiwāgni, maka gêlaraning maṇḍala ri
bhaṭāra (Dewa Yajña adalah mempersembahkan minyak kepada Bhatara Siwāgni, yang
merupakan altar atau/media dari bhatara Siwāgni)
Memang pada zaman dahulu sarana pemujaan yang paling banyak dipakai oleh para
pandita adalah api dan pemujaannya pun lebih banyak ditujukan kepada Siwāgni. Sementara
itu dalam Lontar Bayi Loka Tattwa disebutkan:
[ f w y ^ z r n- a z tu rke nW li rÈ s w/ [f w t k [bh,
Déwa yajña ngaranya angaturakên wali ring déwata kabèh (Dewa yajña adalah upacara
mempersembahkan wali kepada para dewa.)

2. Ṛṣi Yajña
Ṛṣi yajña adalah korban suci yang tulus ikhlas kepada para Ṛṣi. Ṛṣi adalah orang-
orang yang bisa membebaskan umatnya dari samsara dengan pengetahuan jñānanya (ऋषति
ज्ञाने न सं सार पारं ). Dengan Weda dan widyanya para ṛṣi telah menuntun manusia menuju jalan
pencerahan. Karena jasanya ini maka umat Hindu berhutang kepada para ṛṣi yang telah
memberikan pengetahuan suci kepada mereka.
Umat Hindu memberikan yajña terutama pada saat mengundang orang suci yang
dimaksud untuk menghantarkan upacara yajña yang dilaksanakan. Tujuan pelaksanaan ṛṣi
yajña adalah untuk membayar hutang yang kita miliki ke hadapan Sulinggih, para Ṛṣi, atau
para guru (Ṛṣi Ṛṇa). Ṛṣi yajña juga merupakan bentuk rasa terima kasih kita kepada para guru
(Ṛṣi Ṛṇa) atas petunjuk, nasehat, ilmu pengetahuan yang diberikan kepada kita. Dengan ilmu
pengetahuan tersebut kita dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana
yang baik dan mana yang buruk.
Terkait dengan Ṛsi Yajña ini Lontar Agastya Parwa disebutkan:  
x 'i y ^ z r n- k p¿ j nÆ= p ! ’i t mW= s= w(h ri k li z nÈ f fi.
Ṛṣi yajña ngaranya kapūjan sang paṇḍita mwang sang wruh ri kalinganing dadi
(Ṛṣi Yajña adalah pemujaan atau penghormatan kepada para paṇḍita atau beliau yang
mengetahui sangkan paraning dumadi)
Sementara itu dalam Lontar Bayi Loka Tattwa disebutkan:
x 'i y ^ z r n- a z tu r ke nPu !- rÈ x 'i zG n, s a [bo j n mW= widi wi dn k [bh
Ṛṣi yajña ngaranya angaturakên puṇya ring ṛṣi ng gana, saha bojana mwang widhi
widhana (Ṛṣi yajña adalah menghaturkan punia kepada para Ṛṣi, beserta bojana
(makanan) dan perlengkapan upacaranya)
 

3. Pitra Yajña
Pitra yajña adalah korban suci kepada para pitṛ. Kata pitṛ पितृ dapat diartikan sebagai
surga atau alamnya para leluhur. Para leluhur sendiri dalam bahasa Sanskerta disebut पितरस्
pitaras (Monier-William,1899:626). Korban suci untuk leluhur disebut juga sebagai pitara
yajña atau orang lebih mengenalnya sebagai pitra yajña.
Hindu memang mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa ingat dan
menghormati leluhurnya. Hal ini senada dengan bab Śīkṣa Wālli atau Sāmhitī pada Taittirīya
Upaniṣad I.XI.2 sebagai berikut:
दे व पितृ कार्याभयां न प्रमदि तव्यम् । मतृ दे वो भव पितृ दे वो भव । आचार्य दे वो भव । अतिथि
दे वो भव ॥
dewa pitṛ kāryābhayāṁ na pramadi tawyam, matṛ dewo bhawa, pitṛ dewo bhawa, ācārya
dewo bhawa, atithi dewo bhawa
Terjemahan:
Janganlah pernah ingkar terhadap kegiatan pemujaan kepada para Dewa dan para leluhur.
Sebagaimana dikatakan dalam Weda bahwa; Ibu adalah perwujudan Dewa; Ayah adalah
perwujudan Dewa; Guru adalah perwujudan Dewa; Tamu adalah perwujudan Dewa

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g162i


Salah satu cara untuk menghormati leluhur adalah dengan melaksanakan pitra yajña
atau pengabdian dan pengorbanan kepada orang tua dan leluhur kita yang sudah meninggal.
Korban suci jenis ini adalah bentuk rasa hormat dan terima kasih kepada para pitara atau
leluhur karena telah berjasa ketika masih hidup melindungi kita. Kewajiban setiap orang yang
telah dibesarkan oleh orang tua (leluhur) untuk memberikan persembahan yang terbaik secara
tulus ikhlas. Ini sangat sesuai dengan ajaran suci Weda agar umat Hindu selalu saling
memberi demi menjaga keteraturan. Tujuan dari pelaksanaan Pitra yajña adalah untuk
membayar hutang kehadapan para leluhur (Pitra Ṛṇa) yang merawat dan membesarkan kita.
Terkait dengan Pitra Yajña ini Lontar Agastya Parwa menjelaskan:  
pi t} y ^ z r n- ti 2 m nṬ Ø tH-= $i w $Ľ fÕ.
pitṛ yajña ngaranya tilêman bwat hyang śiwa śraddha
(Pitra Yajña adalah upacara kematian untuk Hyang Siwasraddha)
Sementara itu dalam Lontar Bayi Loka Tattwa disebutkan:
pi t} y ^ z r n- p m} sT i sT nÈ s w, s a t p/ n pi t],
pitṛ yajña ngaranya pamrêstistaning sawa, saha tarpana pitra
(Pitra yajña adalah upacara kematian dan persembahan tarpana)
 

4. Manusa Yajña
Manuṣa yajña adalah pengorbanan untuk manusia, terutama bagi mereka yang
memerlukan bantuan. Umpamanya ada musibah banjir dan tanah longsor. Banyak pengungsi
yang hidup menderita. Dalam situasi begini, umat Hindu diwajibkan untuk melakukan
Manuṣa yajña dengan cara memberikan sumbangan makanan, pakaian layak pakai, dan
sebagainya. Bila perlu terlibat langsung untuk menjadi relawan yang membantu secara
sukarela. Dengan demikian, memahami manuṣa yajña tidak hanya sebatas melakukan
serentetan prosesi keagamaan, melainkan juga kegiatan kemanusiaan seperti donor darah dan
membantu orang miskin juga termasuk manuṣa yajña.
Namun, manuṣa yajña dalam bentuk ritual keagamaan juga penting untuk
dilaksanakan. Karena sekecil apapun sebuah yajña dilakukan, dampaknya sangat luas dan
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Umpamanya, kalau kita melaksanakan upacara
potong gigi, maka semuanya ikut terlibat dan kena dampak. Untuk upacara manuṣa yajña,
agama Hindu mengajarkan agar dilakukan dari sejak dalam kandungan seorang ibu. Tujuan
pelaksanaan manuṣa yajña adalah untuk membayar leluhur (Pitra Ṛṇa) yang telah membantu
kita disaat membutuhkan pertolongan dan juga untuk penyucian diri.
Terkait dengan manuṣa yajña ini Lontar Agastya Parwa menjelaskan:  Manuṣa yajña
adalah memberikan makanan/hidangan kepada masyarakat. Sementara itu dalam Lontar Bayi
Loka Tattwa disebutkan: Manuṣa yajña adalah upacara untuk keselamatan diri manusia mulai
sejak perkawinan, dan seterusnya.

5. Bhuta Yajña
Bhuta yajña adalah korban suci yang tulus ikhlas tanpa pamrih kepada makhluk
bawahan (para bhuta), termasuk para bhuta sekala maupun niskala yang ada di sekitar kita.
Para bhuta ini cenderung menjadi kekuatan yang tidak baik, suka mengganggu. Tujuan
pelaksanaan Bhuta yajña adalah untuk membayar hutang yang kita memiliki kepada para
bhuta seperti alam semesta, makhluk hidup, yang merupakan ciptaan Sanghyang Widhi. Jadi
Bhuta yajña yang kita laksanakan untuk membayar hutang kepada Sang Hyang Widhi (Dewa
Ṛṇa).
Terkait dengan Bhūta yajña ini Lontar Agastya Parwa menjelaskan:  
*¿ t y ^ z r n- t wumW=/ k pu j nÈ tu wu a f p mu zW nÑ| !’ wu l nM k fi w li kĽ mE l f $ [f w m1!’ l.
Bhūta yajña ngaranya tawur mwang kapujaning tuwuhan apamungwan kuṇḍawulan maka
Diwali (Bhūta yajña adalah tawur dan pemujaan terhadap sarwa bhuta yaitu lingkungan

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g163i


atau ruang dan seluruh makhluk di dunia)
Sementara itu dalam Lontar Bayi Loka Tattwa disebutkan:
*¿ t y ^ z r n-s lWi rÈ c ru, k ni'Q , m d-, U tT m.
bhūta yajña ngaranya salwiring caru, kaniṣṭa, madhya, uttama
(Bhūta yajña adalah segala macam upacara caru, tingkat kaniṣṭa, madhya, dan uttama)
Dilihat dari waktu pelaksanaan, yajña dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1. Nitya Karma yaitu yajña yang dilaksanakan setiap hari.
2. Naimitika Karma yaitu yajña yang dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu.
D. Contoh-contoh Pañca Yajña
Pelaksanaan yajña yang berkaitan dengan Tri Ṛṇa dikelompokkan menjadi 5 yang
disebut dengan Pañca yajña yang terdiri dari:
1. Dewa yajña yaitu persembahan atau korban suci ke hadapan Sang Hyang Widhi dengan
segala manifestasi-Nya yang dilakukan dengan hati yang tulus ikhlas.
Adapun contoh pelaksanaan Dewa Yajña secara Nitya Karma atau sehari-harinya tampak
pada aktivitas yajña seperti: sembahyang Tri Sandhya (pagi, siang, dan sore hari),
melaksanakan yajña sesa atau menghaturkan yajña berupa masakan yang akan kita makan,
berdoa sehari-harinya (dainika upasana), dan masih banyak lagi lainnya.
Sementara itu contoh pelaksanaan Dewa Yajña secara Naimitika Karma atau pada waktu-
waktu tertentu misalnya: mendirikan tempat suci, melaksanakan puja wali (odalan),
merayakan hari suci keagamaan, dan lain-lain
2. Pitra yājña yaitu korban suci yang dilakukan dengan hati yang tulus ikhlas ditujukan
kepada para leluhur.
Adapun contoh pelaksanaan Pitra yājña secara Nitya Karma antara lain: menjadi anak
yang baik, menuruti nasehat orang tua, merawat orang tua selagi sakit, mematuhi nasehat
orang tua, dan lain-lain.
Sementara itu contoh pelaksanaan Pitra yajña secara Naimitika Karma diantaranya:
melaksanakan upacara pitra yajña, membuat upacara pengabenan pada saat orang tua
meninggal, melaksanakan upacara atma wedana, melaksanakan upacara atiwa-tiwa,
melaksanakan upacara êntas-êntas, menghaturkan upacara śraddha (di Jawa pada
umumnya dikenal sebagai nyadran), upacara kasripahan (seperti surtanah, seperti
surtanah, têlung dinan, pitung dinan, patang puluh dinan, nyatus, mênḍak pisan, mênḍak
pinḍo, nyèwu), pêngéling-éling untuk para leluhur, melaksanakan pemujaan kepada
leluhur (pitra puja atau pitra tarpana), dan sebagainya.
3. Ṛṣi yājña yaitu korban suci yang tulus ikhlas kepada Para Maha Ṛṣi, Pendeta, dan para
guru.
Contoh pelaksanaan Ṛṣi yajña secara Nitya Karma antara lain: mempelajari ilmu
pengetahuan, hormat dan patuh kepada catur guru, meneruskan dan melaksanakan ajaran
catur guru, mengamalkan ajaran guru dalam kehidupan sehari-hari, dan sebagainya.
Sementara itu contoh pelaksanaan Ṛṣi yajña secara Naimitika Karma diantaranya:
penobatan calon sulinggih atau diksita menjadi sulinggih yang disebut upacara diksa,
membangun tempat-tempat pemujaan untuk sulinggih, menghaturkan/ memberikan punia
pada saat-saat tertentu kepada sulinggih, mulunen bagi dukun di Tengger pada saat Yajña
Kasada, dan sebagainya.
4. Manuṣa yajña yaitu korban suci yang tulus ikhlas yang ditujukan kepada sesama manusia.
Contoh pelaksanaan Manuṣa yajña secara Nitya Karma misalnya: saling menghormati
sesama manusia, membangun kerjasama antar sesama manusia, gotong royong (di Jawa
lazim disebut gugur gunung), membantu sesama manusia, membantu anak yatim piatu.
Contoh pelaksanaan Manuṣa yajña secara Naimitika Karma: upacara bayi dalam

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g164i


kandungan (seperti: têlon-têlon, mitoni atau pagêḍong-gêḍongan), upacara bayi lahir atau
brokohan, kêpus pusêr, têḍak sitèn atau turun tanah, upacara otonan (hari kelahiran),
upacara potong gigi atau pangur, upacara pernikahan atau wiwaha saṁskara, dan lain-
lain.
5. Bhūta yajña yaitu korban suci yang tulus ikhlas, yang ditujukan kepada para bhūta kala,
makhluk di bawah manusia dan alam semesta.
Contoh pelaksanaan Bhuta yājña secara Nitya Karma: melestarikan lingkungan tumbuh-
tumbuhan dan binatang; membuang sampah pada tempatnya; menanami hutan yang
gundul, membeṛṣihkan saluran air atau selokan; ikut serta menjaga alam sekitar, dan
sebagainya.
Sementara itu contoh pelaksanaan Bhuta yājña secara Naimitika Karma: menghaturkan
sêgêhan, caru, dan tawur; melaksanakan upacara pañca wali krama; merayakan tumpêk
kandang, tumpek pengarah, dll.

Dalam pelaksanaan yajña agar berdasarkan dharma maka harus didasarkan pada: ikṣa,
yaitu tujuan dari upacara tersebut harus diketahui dengan jelas, sehingga arah pelaksanaan
upacara dapat bejalan dengan baik; śakti, artinya dalam melaksankan upacara keagamaan
harus mengukur kemampuan atau kekuatan, baik financial maupun pemahaman terhadap
upacara tersebut; deśa, yaitu tempat dimana upacara dilangsungkan; kala, yaitu waktu
pelaksanaan upacara juga harus mendapatkan perhatian sehingga upacara tersebut memiliki
daya manfaat, sehingga harus dilaksankan dengan efisien, efektif dan bermanfaat; tattwa,
yaitu yang dijadikan dasar pelaksanaan upacara itu harus jelas, karena upacara yang tanpa
dasar sastra tidak akan memberikan pahala yang baik kepada yang melaksanakannya. Jadi
sekecil dan sesederhana apapun upacara itu harus ada dasar śāstra sebagai dasar pijakannya.
Hal ini sebagaimana disebutkan Manawadharmaśāstra VII.10 , yaitu:
कार्यं सो ऽवे क्ष्य शाक्तिं दे श कालौ च तत्त्वतः । कुरुते धर्म सिद्ध्यर्थं विश्व रूपं पु नः पु नः ॥
kāryaṁ so ‘wekṣya śāktiṁ deśa kālau ca tattwataḥ, kurute dharma siddhyarthaṁ wiśwa
rūpaṁ punaḥ punaḥ
Terjemahan:
Setelah mempertimbangkan sepenuhnya maksud, kekuatan dan tempat serta waktu, untuk
mencapai keadilan ia menjadikan dirinya menjadi bermacam wujudnya, untuk mencapai
dharma yang sempurna.
 
Selanjutnya ikṣa, śakti, deśa, kala, dan tattwa ini pada masyarakat Hindu di Bali
dikenal sebagai desa, kala, dan patra. Deśa artinya disesuaikan dengan daerah/tempat
diselenggarakannya yajña; kala artinya disesuaikan dengan waktu penyelenggaraan yajña;
patra artinya disesuaikan dengan keadaan/kemampuan penyelenggaraan yajña.
E. Syarat-Syarat Pelaksanaan Yajña Satwika
Agar pelaksanaan yajña lebih efisien, maka syarat pelaksanaan yajña perlu mendapat
perhatian, yaitu: Śāstra (harus berdasarkan Weda); Śraddha (harus dengan keyakinan);
Laścarya (keikhlasan menjadi dasar utama yajña); Dakṣiṇa (memberikan dana kepada
pandita); Mantra (puja, dan gita wajib ada pandita atau pinandita); Nāsmita (tidak untuk
pamer); Anna śewanam (pelayanan kepada masyarakat dengan cara mengundang untuk
makan bersama).
F. Kualitas dan Tingkatan Yajña
1. Kualitas Yajña
Ada tiga kualitas yajña, menurut Bhagawadgītā XVII. 11, 12, dan 13, yakni:
a. Sattwika Yajña

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g165i


Sattwika yajña adalah yajña yang dilaksanakan sudah memenuhi syarat-syarat yang
telah ditentukan. Syarat-syarat yang dimaksud, antara lain:
1) Yajña harus berdasarkan sastra. Tidak boleh melaksanakan yajña sembarangan, apalagi
didasarkan pada keinginan diri sendiri karena mempunyai uang banyak. Yajña harus
melalui perhitungan hari baik dan buruk. Yajña harus berdasarkan sastra dan tradisi yang
hidup dan berkembang di masyarakat.
2) Yajña harus didasarkan keikhlasan. Jangan sampai melaksanakan yajña ragu-ragu.
Berusaha berhemat pun dilarang di dalam melaksanakan yajña. Hal ini mengingat arti
yajña itu adalah pengorbanan suci yang tulus ikhlas. Sang Yajamana atau penyelenggara
yajña tidak boleh kikir dan mengambil keuntungan dari kegiatan yajña. Apabila
dilakukan, maka kualitasnya bukan lagi sattwika namanya.
3) Yajña harus menghadirkan Sulinggih yang disesuaikan dengan besar kecilnya yajña.
Kalau yajñanya besar, maka sebaiknya menghadirkan seorang Sulinggih Dwijati atau
Pandita. Tetapi kalau yajñanya kecil, cukup dipuput/diselesaikan oleh seorang Pemangku
atau Pinandita saja.
4) Dalam setiap upacara yajña, Sang Yajamana harus mengeluarkan dakṣina. Dakṣina adalah
dana uang kepada Sulinggih atau Pinandita yang muput yajña. Jangan sampai tidak
melakukan itu, karena daksina adalah bentuk dari Ṛṣi yajña dalam Pañca yajña.
5) Yajña juga sebaiknya menghadirkan suara genta, gong atau mungkin Dharmagita. Hal ini
juga disesuaikan dengan besar kecilnya yajña. Apabila biaya untuk melaksanakan yajña
tidak besar, maka suara gong atau Dharmagita boleh ditiadakan
 
b. Rajasika Yajña
Rajasika yajña adalah kualitas yajña yang relatif lebih rendah. Walaupun semua
persyaratan dalam Sattwika yajña sudah terpenuhi, namun apabila Sang Yajamana atau yang
menyelenggarakan yajña ada niat untuk memperlihatkan kekayaan dan kesuksesannya atau
hanya sekedar ingin pamer saja maka nilai yajña itu menjadi rendah. Oleh karenanya suatu
upacara yajña yang besar atau uttamaning uttama, akan menjadi tercela manakala tidak ada
keikhlasan dari sang yajamana.

c. Tamasika Yajña
Tamasika yajña adalah yajña yang dilaksanakan dengan motivasi agar mendapatkan
untung. Kegiatan ini sering dilakukan sehingga dibuat Panitia yajña dan diajukan proposal
untuk melaksanakan upacara yajña dengan biaya yang sangat tinggi. Akhirnya yajña jadi
berantakan karena Panitia banyak mencari untung. Bahkan setelah yajña dilaksanakan,
masyarakat mempunyai hutang di sana sini. Yajña semacam ini sebaiknya jangan dilakukan
karena sangat tidak mendidik.
 
2. Tingkatan Yajña
Tingkatan yajña dalam hal ini hanya berhubungan dengan tingkat kemampuan dari
umat yang melaksanakan yajña. Yang terpenting dari yajña adalah kualitasnya. Namun
demikian, Weda mengakomodir perbedaan tingkat sosial masyarakat.
Bagi mereka yang kurang mampu, dipeṛṣilakan memilih yajña yang lebih kecil, yaitu
madyama atau kanista. Tetapi bagi umat yang secara ekonomi mampu, tidak salah untuk
mengambil tingkatan yajña yang lebih besar yang disebut utama.
Adapun tingkatan-tingkatan yang dimaksud, yaitu:
a. Kaniṣṭha, yajña dengan sarana yang sederhana atau minim.
b. Madyama, yajña dengan sarana menengah, tetapi disesuaikan dengan kemampuan Sang
Yajamana; dan
c. Utama, yajña yang dilakukan dengan sarana lengkap, besar, megah, dan cenderung

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g166i


mewah. Biasanya dilakukan oleh mereka yang mampu secara ekonomi.

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g167i


LAMPIRAN 2: PENILAIAN KI 1 DAN KI 2

PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL

A. Teknik : Observasi, Penilaian Diri, dan Penilaian Teman


B. Bentuk Instrumen : Lembar Penilaian Diri
C. Format Penilaian
Sikap Spiritual Sikap Sosial
Tanggun
Percaya
No Nama Disiplin Tekun g Peduli Total
Diri
Jawab
1-4 1-4 1-4 1-4 1-4
1
2
3
4
5

Rubrik Penskoran:
Sikap Spritual Sikap Sosial
a. Indikator sikap spiritual “disiplin”: a. Indikator sikap sosial “percaya diri”
1) Disiplin melaksanakan doa sebelum 1) Tidak mudah terpengaruh
dansesudah kegiatan pembelajaran 2) Tidak takut saat presentasi
2) Disiplin mengucapkan salam agama 3) Mengemukakan ide dengan baik
Hindu setiap memulai pembelajaran. 4) Performancenya meyakinkan
3) Disiplin dalam mengucapkan doa
Dainika Upasana sebelum memulai b. Indikator sikap sosial “tanggung jawab”
belajar. 1) Selalu menyelesaikan tugas yang
4) Disiplin mengucapkan doa memulai diberikan pendidik
sesuatu. 2) Tidak bertele-tele dalam bekerja
3) Tepat waktu dalam mengumpulkan
b. Indikator sikap spiritual “tekun”: tugas
1) Tekun dalam mengucapkan doa 4) Datang tepat waktu ke kelas
sebelum dan selesai pelajaran
2) Tekun mengucapkan salam agama c. Indikator sikap sosial “peduli”
Hindu dalam kehidupan 1) Berpakaian rapi
3) Tekun mengucapkan doa Dainika 2) Menjaga ketertiban dan kebersihan
Upasana sebelum belajar 3) Memberikan kritik yang membangun
4) Tekun mengucapkan doa memulai 4) Rajin berpunia
pekerjaan.
Pemberian Nilai Skor:
a. Nilai 4 = jika peserta didik melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut
b. Nilai 3 = jika peserta didik melakukan 3 (tiga) kegiatan tersebut
c. Nilai 2 = jika peserta didik melakukan 2 (dua) kegiatan tersebut
d. Nilai 1 = jika peserta didik melakukan salah satu kegiatan tersebut

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g168i


LAMPIRAN 3: KI 3

PENILAIAN PENGETAHUAN

A. Tes lisan
No. Bentuk Instrumen Jumlah Soal Jenis Tagihan
1. Uraian Terbuka 5 Tanya Jawab

I. Soal
Jawaban pertanyaan dengan tepat dan benar!
1. Jelaskan pengertian Yajña!
2. Sebutkan bagian-bagian Pañca Yajñā !
3. Sebutkan 3 tingkatan yajñā !
4. Sebutkan 3 kualitas yajñā !
5. Sebutkan 3 contoh manusa yajñā !

II. Pedoman Penskoran


No Kunci Jawaban Skor
1. Yajña berasal dari akar kata ‘yaj’ yang artinya ‘berkurban’. Yajñā adalah 20
kurban suci!
2. Bagian-bagian Pañca Yajñā adalah Dewa Yajñā , Ṛ ṣi Yajñā , Pitra Yajñā , 20
Manusa Yajñā , dan Bhuta Yajñā
3. Tiga tingkatan yajñā adalah: kaniṣṭha, madhya, dan uttama 20
4. Tiga kualitas yajñā adalah: satwika, rajasika, dan tamasika yajñā 20
5. Tiga contoh manusa yajñā adalah: wiwaha, rajaswala/rajasinga, otonan, 20
upanayana, samawartana, magedhong-gedhongan (tingkeban), dll
Skor Maksimal 100
Jawaban salah atau tidak sesuai dengan kunci 1
Tidak dijawab 0

B. Tes Tulis
No. Bentuk Instrumen Jumlah Soal Jenis Tagihan
1. Pilihan Ganda 25 Penugasan / Penilaian Harian
2. Uraian 5 Penugasan / Penilaian Harian

I. Pilihan Ganda
Berilah tanda silang (X) huruf A, B, C atau D pada jawaban yang benar!
1. Latar belakang atau dasar seseorang melaksanakan yajña adalah....
A. Dewa Ṛṇa B. Ṛṣi Ṛṇa C. Pitra Ṛṇa D. Tri Ṛṇa
2. Kata Ṛṇa berasal dari bahasa Sanskerta, jika ditulis dalam akṣara Dewanāgarī yaitu....
A. रिन B. रिण C. ऋण D. ऋन
3. Salah satu dasar pelaksanaan yajña adalah karena ṛṇa yang dimiliki oleh manusia. Ṛṇa
dapat diartikan sebagai....
A. kurban B. hutang C. bunga D. suci

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g169i


4. Yajña dalam Tri Kerangka Dasar Ajaran Hindu dikategorikan sebagai upācāra atau
ritual Hindu. Kata yajña sendiri berasal dari akar kata Sanskerta यज् yang berarti....
A. ritual B. bersujud C. berkurban D. berkarya
5. Dalam ilmu wyakarana atau tata bahasa Sanskerta, tempat di mana sebuah yajña
dilaksanakan disebut....
A. यज्ञकर्म B. यज्ञसद C. यज्ञशाल D. यज्ञफल
6. Yajña atau kurban suci yang ditujukan kepada para leluhur atau mereka yang sudah
meninggal disebut....
A. Bhūta yajña B. Dewa yajña C. Pitṛ yajña D. Ṛṣi yajña
7. Yajña yang dihaturkan kepada para guru atau paṇḍita disebut....
A. Manuṣa yajña B. Bhūta yajña C. Dewa yajña D. Ṛṣi yajña
8. Setiap Budha Kasih Wuku Dungulan, umat Hindu melaksanakan yajña memperingati
hari suci Galungan. Upacara hari suci Galungan ini dapat dikategorikan sebagai....
A. Ṛṣi yajña B. Dewa yajña C. Bhūta yajña D. Manuṣa yajña
9. Pada saat Yajña Kasada, umat Hindu di Tengger bisa melaksanakan upacara Mulunên.
Dalam konsep agama Hindu, Mulunên ini bisa dikategorikan sebagai....
A. Ṛṣi yajña B. Dewa yajña C. Bhūta yajña D. Manuṣa yajña
10. Santi adalah anak yang baik. Dia suka membantu teman-temannya saat mereka dalam
kesusahan. Sikapnya yang suka menolong teman-temannya ini merupakan contoh....
A. Manuṣa yajña B. Dewa yajña C. Pitṛ yajña D. Ṛṣi yajña
11. Budi adalah anak yang patuh kepada orang tuanya. Setiap hari sebelum dia berangkat ke
sekolah dia selalu mencium tangan ayah ibunya dan tidak lupa mengucapkan
pangañjali.
Perilaku Budi semacam ini merupakan contoh pelaksanaan dari....
A. Bhūta yajña B. Dewa yajña C. Pitṛ yajña D. Ṛṣi yajña
12. Pak Yanto adalah orang terkaya sekampungnya. Suatu saat di kampungnya akan
melaksanakan upaca bersih desa. Pak Yanto berniat menyumbangkan uangnya untuk
pelaksanaan upacara tersebut, namun dia minta kepada panitia agar nama berikut
besarnya sumbangannya diumumkan pada saat puncak acara.
Yajña Pak Yanto ini termasuk....
A. Tamasika yajña B. Sattwika yajña
C. Rajasika yajña D. Karma yajña
13. Suatu saat Dewi menyumbangkan sebagian penghasilannya untuk dana punia untuk
pembangunan pura di desanya. Saat dia memberikan dana punia kepada panitia
pembangunan pura, dia berpesan supaya namanya tidak ditulis di daftar nama donatur
karena niatnya memang benar-benar tulus ikhlas dalam beryajña. Kalau pun ditulis
untuk pertanggung-jawaban dia meminta namanya disamarkan.
Tindakan yang dilakukan oleh Dewi tersebut dalam kualitas yajña termasuk....
A. Tamasika yajña B. Sattwika yajña
C. Rajasika yajña D. Karma yajña
14. Perhatikan gambar di samping!
Gambar tersebut adalah salah satu contoh pelaksanaan….
A Ṛṣi yajña B. Dewa yajña
C. Bhūta yajna D. Manuṣa yajña

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g170i


15. Gambar di samping merupakan contoh pelaksanaan yajña sesa yang
juga disebut....
A. ngêrot B. ngêsot
C. ngêdot D. ngêjot
16. Suatu ketika Pasraman Majapahid akan melaksanakan upacara
pemelaspas di pasraman. Saat akan melaksanakan yajña tersebut, pengurus pasraman
mencari sumber-sumber rontal yang terkait upacara pemelaspas tersebut.
Tindakan pengurus pasraman ini merupakan salah satu pertimbangan yajña yang harus
berdasarkan pada....
A. dakṣina B. mantra C. śāstra D. gītā
17. Setelah melaksanakan karya pemelaspas di pasraman, perwakilan panitia
menyampaikan ucapan terima kasih kepada paṇḍita pemuput upacara. Setelah ucapan
terimakasih dari panitia salah satunya adalah menghaturkan sesari kepada beliau.
Tindakan panitia ini merupakan salah satu unsur dan syarat dari sebuah yajña yang
disebut....
A. dakṣina B. mantra C. śāstra D. gītā
18. Kidung dan tetembangan yang berisi pujaan biasanya akan dinyanyikan pada saat
upacara yajña. Nyanyian ini merupakan satu persyaratan agar yajña tersebut sattwika,
yakni harus ada....
A. gītā B. śraddha C. nasmita D. laścarya
19. Jika ingin mendapatkan hasil yang baik maka suatu upacara yajña harus dilaksanakan
dengan penuh keyakinan yang disebut sebagai....
A. annaśewa B. dakṣina C. nasmita D. śraddha
20. Untuk mendapatkan hasil yang baik maka suatu upacara yajña harus didasari oleh
ketulusan hati yang dalam syarat-syarat yajña disebut sebagai....
A. gītā B. śraddha C. nasmita D. laścarya
21. Dalam Bhagawad Gītā III.12 disebutkan:
इष्टान्भोगान्हि वो दे वा दास्यन्ते यज्ञभाविताः । तै र्दत्तानप्रदायै भ्यो यो भु ङ्क्ते स्ते न एव सः ॥
Menurut śloka tersebut mereka yang mendapat kenikmatan tanpa melaksanakan yajña
dapat diibaratkan sebagai....
A. pembunuh B. pencuri C. si bodoh D. śraddha
22. Perhatikan gambar di bawah ini!
Gambar tersebut di atas merupakan salah satu jenis
upacara yang merupakan contoh pelaksanaan dari....
A. Ṛṣi yajña
B. Dewa yajña
C. Bhūta yajña
D. Manuṣa yajña
23. Gambar pada nomor 22 di atas juga menjadi tradisi masyarakat Jawa yang dikenal
sebagai upacara….
A. pangkur B. pangur C. sangur D. sangkur
24. Dalam Lontar Agastya Parwa disebutkan:
[ f w y ^ z r n- {t l pW kĽ m ri * qo r $i wo gNi, m k ge l r nÈ m !’ l Ri * qo r.
Menurut teks dalam Lontar Agastya Parwa di atas, pada awalnya Dewa Yajña adalah
persembahan kepada....
A. Indra B. Bayu C. Śiwāgni D. Śiwāgni

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g171i


25. Perhatikan gambar di bawah ini!

Gambar tersebut biasanya digunakan untuk pelengkap upacara pemelaspas yang


ditempelkan di pelinggih. Gambar yang biasanya dibuat pada kain ini disebut juga….
A. orti B. kober C. ulap-ulap D. pedagingan 

II. Uraian
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Jelaskan pengertian yajña secara etimologi dan terminologi!
2. Perhatikan gambar di bawah ini!

Gambar di atas adalah salah satu jenis pañca yajña. Jelaskan fungsi dan tujuan upacara
di atas dalam ajaran Hindu!
3. Perhatikan gambar di bawah ini!

 
Gambar di atas adalah salah satu jenis dikṣa bagi para dukun pandita baru di wilayah
Tengger. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang ritual tersebut!
4. Berikan contoh pelaksanaan pañca di rumah dan sekolah!
5. Jelaskan mengenai tingkatan-tingkatan yajña dalam agama Hindu dan bagaimana
implementasinya di masyarakat!

III. Pedoman Penskoran


Pedoman Penskoran Pilihan Ganda
1. D 6. C 11. C 16. C 21. B
2. C 7. D 12. C 17. A 22. D
3. B 8. B 13. B 18. A 23. A
4. C 9. A 14. C 19. D 24. C
5. C 10. A 15. D 20. D 25. C
Jawaban Skor

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g172i


Benar 1
Salah 0
Skor Maksimal Pilihan Ganda 25

Pedoman Penskoran Soal Uraian


No Kunci Jawaban Skor
1. Yajña secara etimologi berasal dari kata yaj yang artinya kurban suci. Yajña 15
secara terminologi bisa diartikan sebagai upacara (ritual)
2. Gambar tersebut adalah upacara Padiksan. Upacara ini merupakan salah satu 15
jenis Rsi Yajñā . Tujuan dan fungsinya adalah untuk mengangat Pandita Baru
3. Gambar di atas adalah salah satu upacara tradisi Mulunen yang ada di 15
Tengger. Upacara ini merupakan upacara diksa ala Tengger yang digunakan
untuk mengangangkat dukun baru
4. Contoh pelaksanaan pañca yajña di rumah antara lain: tingkeban, wiwaha, 15
rajaswala. Contoh pelaksanaan pañca yajña di sekolah adalah: upanayana,
samawartana, wisuda samskara
5. Tingkatan-tingkatan yajña antara lain: Uttama, Madhya, dan Kaninstha. 15
Implementasinya lebih fleksibel dalam pelaksanaan yajña
Skor Maksimal Uraian 75
Jawaban salah atau tidak sesuai 1
Tidak dijawab 0

Daftar Nilai Siswa


(a) (b) Nilai
No. Nama peserta didik
Pilihan Ganda Uraian (a+b)
1
2
3
4
5

Perangkat Mengajar PAH BP Kelas 7@TP2018-2019 g173i


LAMPIRAN 4: KI 4

PENILAIAN KETERAMPILAN

A. Praktik
1. Teknik : Membuat Upakara
2. Bentuk Instrumen : Lembar Praktikum
3. Aspek Penilaian : Psikomotor (Praktik)
4. Materi : Membuat Upakara Pejati
5. Pedoman penskoran :
Kriteria dan Skor Jumlah
No. Nama peserta didik
(a) (b) (c) (d) (f) (g) Skor
1
2
3
Keterangan: Skor:
(a) = kebenaran isi pejati 10 = jika sempurna
(b) = cara-cara pembuatan 9 = jika sangat baik
(c) = urutan pembuatan dan penempatan 7-8 = jika baik
(d) = sikap selama pembuatan 5-6 = cukup
(e) = bahan-bahan yang dipakai 1-4 = kurang baik
(f) = kerapian dan keindahan Nilai =
Jumlah Skor
×100
60

B. Produk
1. Teknik : Produk Pejati
2. Bentuk Instrumen : Lembar Produk
3. Aspek Penilaian : Psikomotor (Produk)
4. Materi : Membuat Banten Pejati
5. Pedoman penskoran :
Kriteria dan Skor
No. Nama peserta didik Jumlah Skor
(a) (b) (c) (d) (e)
1
2
3
Keterangan: Skor:
(a) = kesiapan alat 10 = jika sempurna
(b) = proses pembuatan 9 = jika sangat baik
(c) = kebenaran secara filosofis 7-8 = jika baik
(d) = keindahan produk 5-6 = cukup
(e) = kebenaran isi 1-4 = kurang baik
Jumlah Skor
Nilai = ×100
50
Keterangan:
SB (Sangat Baik) = 90-100 B (Baik) = 70-89
C (Cukup) = 50-69 D (Kurang) = 10-49
E (Sangat Kurang = 0-9

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g174i


RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g175i
LAMPIRAN 5

MEDIA PEMBELAJARAN PANCA YAJÑA

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g176i


LAMPIRAN 6

REMIDIAL DAN PENGAYAAN

A. Kegiatan Pendahuluan
 Guru mengucapkan panganjali dan Mūladhyaya Pūja
 Guru mengabsen atau menulis peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran,
sekaligus mendata yang nilainya belum memenuhi KKM dan yang sudah
memenuhi/melebihi KKM
 Guru mengajak peserta didik mempersiapkan buku yang akan digunakan untuk
belajar
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

B. Kegiatan Inti
 Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik yang nilainya belum KKM
untuk membaca materi sesuai indikator yang belum terpenuhi.
 Bagi peserta didik yang nilainya sudah memenuhi/melebihi KKM, Guru memberikan
pendalaman materi tentang upakara Pañca Yajña
 Guru memberikan pendalaman materi tentang upakara Pañca Yajña dengan metode
drill. Guru memberikan petunjuk pelaksanaan metode drill, kemudian peserta didik
mengikuti apa yang telah diinstruksikan guru. Peserta didik melakukan kegiatan
belajar secara secara mandiri dan membuat resume dari apa yang telah dipelajarinya.
 Bagi peserta didik yang nilainya belum KKM, maka guru memberikan tes atau
ulangan sesuai materi yang nilainya belum KKM. Peserta didik diberikan soal secara
tertulis.
 Setelah selesai melaksanakan remidial, maka peserta didik bisa mengikuti teman-
temannya melaksanakan pendalaman materi tentang upakara Pañca Yajña dengan
bimbingan dan arahan Guru.

C. Penutup
 Guru memfasilitasi peserta didik membuat butir-butir simpulan
 Guru memberi umpan balik peserta didik dalam proses dan hasil pembelajaran
 Guru memberitahukan kegiatan belajar yang akan dikerjakan pada pertemuan
berikutnya
 Guru menutup pertemuan Pūrṇādhyaya Pūja dan Paramaśāntiḥ

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g177i


RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g178i
BAHAN AJAR KITAB SUCI WEDA

A. Tujuan Pembelajaran

Peserta didik mampu:


1. Menguraikan pengertian Veda
2. Menguraikan Pentingnya Veda sebagai tuntunan hidup
3. Menyebutkan Nilai-nilai yang tekandung dalam Veda
4. Menyebutkan Bagian-bagian Veda Śruti
5. Menyebutkan Bagian-bagian Dari Catur Veda
6. Mengelompokan Kitab suci Vedaṅga
7. Mengelompokkan kitab suci Upaveda
8. Menyebutkan sifat Veda
9. Menyebutkan Fungsi Veda
10. Menyebutkan secara urut sapta Rsi penerima wahyu suci
11. Menyebutkan Bhagawan penyusun kitab Suci Catur Veda Samhita
12. Menunjukan cara membaca kitab suci Veda yang benar
13. Melafalkan sloka Bhagawadgita, Veda Smerti
14. Menyusun Kodifikasi Veda

B. Cakupan Materi Pembelajaran

Pertemuan ke-1
 Pengertian Veda
 Pentingnya belajar Veda
 Sifat-sifat dan Fungsi Veda
Pertemuan ke-2
 Pengelompokkkan Veda Sruti
 Pengelompokkkan Veda Smrti
Pertemuan ke-3
 Sapta Rsi penerima Wahyu Veda
 Penyusun kitab Suci Catur Veda Samhita
 Nilai-nilai yang tekandung dalam Veda
Pertemuan ke-4
 Cara Membaca Kitab Suci Veda
 Melafalkan sloka Bhagawadgita (Veda Smerti)

C. Pengertian dan Sifat-sifat Veda (Pertemuan I)

1. Ringkasan Materi
Veda adalah kitab suci umat Hindu. Kata "Veda" berasal bahasa Sanskerta "wid
(id()" yang artinya "tahu". Veda berarti pengetahuan. Jika huruf a dalam kata "veda" ditulis
dengan aksara dirghā (panjang) "wedā", maka akan berarti "kata-kata yang diucapkan dengan
aturan-aturan tertentu atau dilagukan". Oleh karena itu di Bali ada istilah meweda bagi para

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g179i


sulinggih yang sedang melakukan surya sewana. Veda merupakan kumpulan mantra-mantra
suci yang diwahyukan kepada para mahaṛṣi.

Veda mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :


 Anādi artinya tidak berawal karena Veda sebagai sabda suci yang telah ada sebelum alam
diciptakan oleh-Nya.
 Ananta artinya tidak berakhir karena ajaran Veda berlaku sepanjang masa.
 Apauruseyam artinya bukan berasal dari manusia karena Veda adalah Sabda Suci yang
langsung berasal dari Sang Hyang Widdhi Wasa
 Sanatana artinya Veda bersifat abadi
 Nutana artinya mempunyai keluwesan dan bisa mengikuti perkembangan jaman

Veda mempunyai fungsi sebagai berikut :


 Sebagai sumber kebenaran bagi umat Hindu
 Sebagai kitab suci dan penuntun bagi pemeluk agama Hindu
 Sebagai jaminan keselamatan makhluk hidup
 Sebagai dasar keimanan dan keyakinan umat Hindu
 Sebagai ajaran etika dan tingkah laku

Bahasa yang digunakan dalam Veda adalah "daivivak" yang berarti bahasa dewa.
Belakangan, sekitar 200 tahun SM Daiwiwak ini dikenal sebagai Bahasa Sanskerta. Namun
menurut perkiraan para ahli, Veda mulai disusun sekitar 2500 – 1500 tahun SM.

2. Evaluasi (Uraian)
Jawaban pertanyaan dengan tepat dan benar!
1. Jelaskan pengertian Veda etimologi!
2. Jelaskan pengertian Maweda di Bali!
3. Mengapa kita harus belajar Veda!
4. Sebutkan sifat-sifat Veda!
5. Sebutkan fungsi kitab suci Veda!

D. Kodifikasi Veda (Pertemuan II)

1. Ringkasan Materi
Setelah Veda diterima dalam bentuk wahyu, kemudian Veda dikodifikasikan oleh
Mahāṛṣi Wyāsa (yang juga penyusun Mahābharata). Beliau dibantu oleh keempat muridnya,
yakni: Pulaha, Jaimini, Sumantu dan Waisampayana
Secara garis besar Veda dibagi atas dua macam yakni: Veda Śruti dan Veda Smṛti.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Mantra Saṁhitā, (terdapat 20.416 mantra) yang dibagi atas 4 kitab mantra saṁhita (catur veda
saṁhitā) yakni: Ṛgveda (10.589 mantra), Yajurveda (1975 mantra), Sāmaveda (1875 mantra) dan
Atharwaveda (5977 mantra)
Śruti Brāhmaṇa
Āraṇyaka
Upaniṣad
Smṛti Vedāngga Śikṣā (ilmu bunyi dalam Veda)
Wyākaraṇa (ilmu tata bahasa dalam Veda)
Chanda (ilmu irama)
Niruktā (etimologi)
Jyotiṣa (astrologi)
Kalpa (ilmu tentang upacara)

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g180i


Rāmāyana, terdiri atas 7 kāṇḍa yaitu : bāla kāṇḍa, ayodhyā kāṇḍa,
āraṇyaka kāṇḍa, kiṣkindha kāṇḍa, sundara kāṇḍa, yuddha kāṇḍa,
uttarā kāṇḍa.
Mahābharata, terdiri atas 18 parwa (aṣṭadaśaparwa) yaitu :
Itihāsa adiparwa, sabhaparwa, wānaparwa, wirāṭaparwa, udyogaparwa,
bhīṣmaparwa, droṇaparwa, karṇaparwa, śalyaparwa, sauptikaparwa,
strīparwa, śāntiparwa, anuśāsanaparwa, āśwamedhaparwa,
āśramawasikaparwa, mosalaparwa, mahāprasthānikaparwa dan
swargharohanaparwa.
Purāṇa, yang kita kenal di antaranya: matsya purāṇa, mārkaṇḍeya purāṇa,
Upaveda bhawiṣya purāṇa, bhāgawata purāṇa, brahma purāṇa, brahmāṇḍa purāṇa,
brahmawaiwarta purāṇa, wiṣṇu purāṇa, wāyu purāṇa, wāmana purāṇa, warāha
purāṇa, agni purāṇa, nārada, padma purāṇa, liṅga purāṇa, garuḍa purāṇa, kūrma
purāṇa dan skanda purāṇa.
Arthaśāstra, kitab yang memuat ilmu pemerintahan dan politik
Ayurveda, ilmu pengobatan yang berasl dari Ṛgveda; dan terdiri atas 8 cabang:
salya, salakya, kayacikitsa, bhūtawidyā, kumarābhṛtya, agadatantra,
rasayanatantra dan bajikaraṇatantra.
Gandharwaveda, merupakan upaveda dari Sāmaveda yang berisi pengetahuan
samagama (ilmu tentang seni).
Selain pembagian tersebut, masih ada kitab Nibandha yang berisi kutipan-kutipan dari Veda,
misalnya: Sārasamuścaya, Nītiśāstra, Ślokāntara, Wṛhaspatitattwa dan lain-lain (termasuk lontar-
lontar yang ada di Bali).

Kelompok Veda Śruti merupakan kitab yang hanya memuat wahyu, sedangkan Veda
Smṛti adalah kelompok yang sifat isinya sebagai penjelasan terhadap Veda Śruti. Dengan
demikian, sifat Kitab Smṛti lebih operasional dan mudah dipahami oleh umat Hindu
dimanapun berada.
Veda Śruti dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian antara lain seperti berikut ini.
 Mantra
Bagian Mantra meliputi empat himpunan yang disebut Catur Veda Samhita, yaitu:
 Reg Veda Samhita, yaitu kumpulan mantra yang memuat ajaran umum dalam bentuk
pujaan.
 Sama Veda Samhita, yaitu kumpulan mantra yang memuat ajaran umum dalam
bentuk lagu-lagu pujian.
 Yayur Veda Samhita, yaitu kumpulan mantra-mantra yang memuat ajaran-ajaran
umum mengenai pokok-pokok Yayur Veda.
 Atharwa Veda Samhita, yaitu merupakan mantra-mantra yang memuat ajaran yang
bersifat magis.

 Brahmana (Karma Kaṇḍa)


Kitab Brahmana adalah himpunan buku-buku yang disebut Brahmana. Kitab Karma
Kaṇḍa adalah bagian kitab Śruti yang kedua. Tiap mantra Reg Veda, Sama Veda, Yayur
Veda, dan Atharwa Veda berisikan himpunan doa-doa yang dipergunakan dalam Upacara
Yajña.
 Kitab Reg Veda memiliki kitab Aitareya Brahmana dan Kausitaki Brahmana.
 Kitab Sama Veda memiliki Tandya Brahmana yang dikenal dengan PancaWisma
yang memuat legenda Yajña.
 Upanisad kitab ini membahas tentang teori ketuhanan, karena isinya bersifat rahasia.
 Upanisad yang tergolong Reg Veda, antara lain: Arterya, Kausitaki, Nandabindu,
Atma Prabadha, Saubhagya, dan Bahwersca Upanisad.
 Upanisad yang tergolong Sama Veda, meliputi Kena, Chandogya, dan lain-lain.
 Upanisad yang tergolong Yayur Veda, meliputi Kanthawali, Taitriyaka, dan lain-lain.

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g181i


Kitab suci yang tergolong Veda Smṛti disebut juga Dharmasastra. Secara garis
besarnya Veda Smṛti dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu:
 Kelompok Vedangga terdiri dari:
 Siksa: Isinya petunjuk tentang cara yang tepat dalam mengucapkan intonasi mantra.
 Vyakarana: Isinya tentang tata bahasa untuk membantu pengertian menghayati Veda
Śruti.
 Chanda: Isinya lagu-lagu pujaan.
 Nirukta: Isinya berbagai tafsiran otentik tentang kata-kata yang terdapat dalam Veda.
 Jyotisa: Isinya pokok-pokok ajaran astronomi yang diperlukan dalam melakukan
Yajña.
 Kalpa: Isinya antara lain:Tata cara melakukan Yajña, Penebusan dosa, Upacara
keagamaan,upacara kematian, tata hidup bermasyarakat, dan bernegara, dan
Pelaksanaan Yajnya bagi orang yang telah berumah tangga.

 Kelompok Upaveda kelompok ini terdiri dari cabang ilmu, seperti:


 Jenis Itihasa (epos), Itihasa dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu bagian
Ramayana dan Mahabharata.
Epos Ramayana terdiri dari 7 kaṇḍa, antara lain: Balakaṇḍa, Ayodhyakaṇḍa,
Aranyakaṇḍa, Kiskindhakaṇḍa, Sundarakaṇḍa, Yuddhakaṇḍa, Uttarakaṇḍa
Epos Mahabharatha terdiri dari 18 parwa, antara lain: Adiparwa, Sabhaparwa,
Wanaparwa, Wirataparwa, Udyugaparwa, Bhismaparwa, Dronaparwa, Karnaparwa,
Salyaparwa, Sauptikaparwa, Striparwa, Santiparwa, Anusasanaparwa,
Aswamedikaparwa, Asramawasikaparwa, Mosalaparwa, Prasthanikaparwa, dan
Swargarohanaparwa
 Jenis Purāṇa, yaitu kumpulan cerita kuno yang isinya tradisi setempat, seperti
Brahmana Purāṇa, Brahma Waiwarta Purāṇa, Markendya Purāṇa, Bhaiwisya Purāṇa,
Wamana Purāṇa, Brahma Purāṇa, Wisnu Purāṇa, Narada Purāṇa, Bhagawata Purāṇa,
Garuda Purāṇa, Padma Purāṇa, Waraha Purāṇa, Matsya Purāṇa, Siva Purāṇa, Skaṇḍa
Purāṇa, dan Agni Purāṇa.
 Artha Sastra merupakan ilmu pemerintahan negara, yang isinya pokok-pokok
pemikiran politik, antara lain Kitab Usana, Kitab Niti Sastra, Kitab Sukra Niti, dan
Artha Sastra.
 Ayurveda dikodifikasikan dengan isi yang menyangkut bidang ilmu kedokteran.
Semua kitab ini menyangkut di bidang kesehatan jasmani dan rohani dengan
berbagai sistem serta sifatnya. Ada beberapa jenis bukunya, antara lain Ayurveda,
Caraka Samhita, Susruta Samhita, Astangga hradaya, Yoda Sara, dan Kamasutra.
 Gandharva Veda yaitu cabang ilmu yang mempelajari tentang seni budaya.
 Dhanurweda yaitu tentang ilmu senjata.

2. Evaluasi (Uraian)
Jawaban pertanyaan dengan tepat dan benar!
1. Sebutkan Bagian dari Catur Veda Samhita!
2. Sebutkan dan jelaskan bagian-bagian dari Upaveda!
3. Sebutkan dan jelaskan bagian-bagian dari Vedangga!!
4. Sebutkan contoh kitab Nibandha!
5. Mengapa Bhagawad Gita disebut sebagai Pancamo Weda? Jelaskan!

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g182i


E. Para Ṛṣi Penerima Wahyu Veda (Pertemuan III)

1. Ringkasan Materi
Veda merupakan wahyu yang diterima oleh para mahāṛṣi yang disebut sebagai
Saptaṛṣi. Adapun nama-nama Saptaṛṣi tersebut adalah:
 Gṛtsamada (terkait dengan turunnya mantra Ṛgveda Maṇḍala II)
 Wiśwāmitra (terkait dengan mantra Ṛgveda Maṇḍala III)
 Wamadewa (terkait dengan mantra Ṛgveda MaṇḍalaIV)
 Atri (terkait dengan mantra Ṛgveda Maṇḍala V)
 Bharadwāja (terkait dengan mantra Ṛgveda MaṇḍalaVI)
 Wasiṣṭha (terkait dengan mantra Ṛgveda MaṇḍalaVII) dan
 Kaṇwa (terkait dengan mantra Ṛgveda Maṇḍala VIII).

Selain itu juga ada Saptaṛṣi lainnya yang terkait denga turunnya wahyu Veda, seperti:
Gosukti, Aswasukti, Pustigu, Bhṛgu, Manu, Waiwastha dan Nipatithi, serta masih banyak lagi
Saptaṛṣi lainnya.

Veda adalah ilmu yang terbuka untuk dikaji dan diuji oleh para ilmuwan. Semua
boleh mempelajari dan meneliti tentang kebenaran Veda dengan tidak memandang dari
golongan apa. Sebagai umat Hindu kita harus menjadi pelopor dalam mempelajari dan
mengamalkan ajaran suci Veda. Jangan sampai di rumah tangga umat Hindu tidak ada satu
pun kitab suci Veda. Walaupun ada Kitab Suci Veda, tetapi hanya disakralkan untuk
diberikan sesajen saja. Kitab Suci Veda seperti menjadi monumen mati karena tidak pernah
dibaca. Cara ini sungguh amat salah.
Veda memberikan solusi dalam rangka mengembangkan ajaran sucinya. Masyarakat
umat Hindu melalui media kesenian telah dengan sangat bijaksana menyampaikan ajaran suci
Veda. Ada beberapa seni budaya yang selalu dipakai untuk menyampaikan pesan-pesan suci
Veda. Adapun yang dimaksud, antara lain:
 Kesenian wayang
 Seni utsawa Dharmagita
 Seni mewirama dan kekawin
 Sinetron bernuansa religiusitas Hindu
 Seni pertunjukan arja
 Seni pertunjukan topeng
 Darmatula dalam paruman di bale banjar
 Acara mimbar agama Hindu di radio, televisi dan media cetak, dan sebagainya.
Veda sebagai wahyu Tuhan mengandung nilai-nilai universal yang bisa berlaku di
mana saja, kapan saja, dan terhadap siapa saja. Nilai adalah ukuran tingkah laku yang ideal
harapan masyarakat. Adapun nilai yang terkandung di dalam Veda, antara lain sebagai
berikut.
 Pengorbanan, keikhlasan (yajña)
 Kebenaran (satya)
 Kasih sayang (ahimsa)
 Kemurahan hati (daksina)
 Sedekah, punia (dana)
 Menghindari judi (aksa/nita)
 Kemuliaan (suati partham)
 Keharmonisan (samjnanam)

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g183i


 Keindahan (sundaram)
 Persatuan (samantu)
 Anti kekerasan (akroda)
 Kewaspadaan (jagra)
 Kesucian hati (daksina)
 Kemakmuran (jagaditha)
 Kebajikan (bradah)
 Usaha (kertih)
 Jasa baik (yasa)
 Keramah tamahan (sream)
 Persaudaraan (maetri)
 Keamanan (abhayam)
 Tugas dan kewajiban (swadarma)
 Keberanian (wiram)
 Profesi (warna)
 Tahapan hidup (asrama)
 Kecerdasan (pradnya)
 Kesehatan/kesatuan(yuga)
 Bhakti (bhakti)
 Perkawinan (vivaha)
 Pendidikan (siksa vidya)
 Bahasa (bhasya)
 Seni budaya (kala gurnita)
 Ekonomi (varita)
 Pengobatan (ayur veda)
 Fisika/astronomi (Jyostisa)
 Matematika (ganita)
 Ilmu panah (danur veda)
 Ilmu dan cabang filsafat lainnya

2. Evaluasi (Uraian)
Jawaban pertanyaan dengan tepat dan benar!
1. Sebutkan Sapta Rsi Penerima Wahyu Veda!
2. Siapakah Maharsi yang dikaitkan dengan turunnya wahyu pada Rgveda Mandala III?
3. Siapakah Maharsi yang dikaitkan dengan turunnya wahyu pada Rgveda Mandala V?
4. Siapakah Maharsi yang dikaitkan dengan turunnya wahyu pada Rgveda Mandala VII?
5. Sebutkan nilai-nilai yang terkandung dalam Veda!

F. Melafalkan Veda (Pertemuan IV)

1. Ringkasan Materi
Pada dasarnya untuk melafalkan Veda kita harus tahu Chanda Veda, lafal atau
pengucapannya, dan Guru Laghu (anudata dan svaritanya). Di Bali biasanya menggunakan
Reng Sruti dengan swara angkus prana.

2. Evaluasi (Unjuk Kerja)


Coba bacalah Bhagawad Gita dengan wirama yang benar!

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g184i


BAHAN AJAR AVATARA, DEVA, DAN BHAṬARA

A. Tujuan Pembelajaran

Peserta didik mampu:


1. Menjelaskan Pengertian Avatara
2. Menjelaskan pengertian Dewa
3. Menjelaskan Pengertian Bhaṭara
4. Menyebutkan bagian-bagian Avatara, Dewa dan Bhaṭara dalam agama Hindu
5. Menyebutkan ciri-ciri Avatara, Dewa dan Bhaṭara
6. Menyebutkan tugas dan fungsi dari Avatara, Dewa dan Bhaṭara
7. Menyebutkan persamaan Avatara, Dewa dan Bhaṭara
8. Menyebutkan perbedaan Avatara, Dewa dan Bhaṭara
9. Mempresentasikan hal-hal terkait Avatara, Dewa dan Bhaṭara
10. Menceritakan salah satu contoh Avatara, Dewa dan Bhaṭara
11. Menerima konsep Avatara dalam agama Hindu
12. Menumbuhkan sikap bhakti kepada Avatara, Dewa dan Bhaṭara

B. Cakupan Materi Pembelajaran

Pertemuan Ke-1
 Pengertian Avatara
 Pengertian Dewa
 Konsep pengertian Bhaṭara
Pertemuan Ke-2
 Bagian-bagian Avatara
 Deva-deva dalam Hindu
 Bhaṭara yang ada di dalam agama Hindu
Pertemuan Ke-3
 Ciri-ciri Avatara
 Perbedaan Avatara, Dewa, dan Bhaṭara
 Persamaan Avatara, Dewa, dan Bhaṭara
Pertemuan Ke-4
 Presentasi tentang Avatara, Dewa, dan Bhaṭara
 Menceritakan salah satu kisah Avatara, Dewa, dan Bhaṭara

C. Avatara, Dewa, dan Bhaṭara (Pertemuan I)

1. Ringkasan Materi
Secara alamiah, setiap umat manusia mempunyai naluri untuk mengikuti suatu
kepercayaan. Kepercayaan dengan kualitas yang lebih tinggi disebut keyakinan. Jenis
keyakinan ini terbagi menjadi dua, yaitu keyakinan yang menyesatkan dan keyakinan yang
memberikan motivasi atau dorongan untuk mencapai hidup yang lebih baik.
Contoh kepercayaan yang menyesatkan adalah percaya kepada hantu, tenung atau
ramalan, dan sebagainya. Contoh keyakinan yang memberikan motivasi adalah keyakinan

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g185i


tentang keberadaan Sang Hyang Widhi atau Tuhan, keyakinan akan adanya para dewa,
keyakinan akan kemampuan diri sendiri, dan sebagainya. Keyakinan yang dimaksud dapat
bermanfaat untuk dijadikan pegangan hidup yang akan memberikan ketentraman lahir dan
batin. Dalam bahasa Sanskerta, keyakinan itu disebut srad. Lalu diadopsi ke dalam bahasa
Jawa Kuno atau bahasa Kawi menjadi sraddha yang berarti keyakinan. Yang dimaksud
dengan Sraddha dalam hal ini adalah keyakinan yang kuat. Sraddha atau keyakinan ini dapat
dipakai sebagai motivasi, pegangan hidup, dan penghiburan dalam menjalani kehidupan yang
terkadang sangat menyenangkan namun terkadang sangat menyiksa.
Umat Hindu secara khusus diwajibkan untuk mempunyai sraddha atau keyakinan.
Ada lima sraddha yang harus diyakini oleh umat Hindu. Kelima sraddha itu disebut Pañca
Sraddha yang terdiri dari:
 Brahman adalah keyakinan terhadap keberadaan Tuhan dengan segala sifat-sifat dan
kemahakuasaan-Nya. Tuhan disebut juga Sang Hyang Widhi.
 Atman adalah keyakinan terhadap adanya energi terkecil dari Brahman yang ada di dalam
setiap makhluk hidup. Atman menyebabkan semua makhluk bisa lahir, hidup,
berkembang, dan mati. Atman juga merupakan sumber hidup dari semua makhluk yang
ada di Bumi ini.
 Karmaphala adalah keyakinan terhadap adanya hukum karma. Hukum karma mutlak
berlaku terhadap semua makhluk dan semua yang ada di dunia ini.
 Punarbhawa adalah keyakinan akan adanya kelahiran yang berulang-ulang sesuai dengan
karma wasana.
 Mokṣa adalah keyakinan akan adanya kebahagiaan abadi, bersatunya Atman dengan
Brahman, sehingga terbebas dari pengaruh punarbawa dan hokum karmaphala.

a. Pengertian Avatara
Dalam Kamus Istilah Agama Hindu, Avatara berasal dari kata ava artinya bawah dan
tara/tra artinya menyebrang atau menjelma. Jadi, Avatara berarti Perwujudan Sang Hyang
Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa turun ke dunia untuk menegakkan dharma dari tantangan
adharma dengan perwujudan tertentu untuk menyelamatkan umat manusia dari ancaman
bahaya. Avatara biasanya ditandai dengan turunnya Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang turun
ke dunia untuk menyelamatkan manusia dengan manifestasi sebagai Deva Visnu turun ke
dunia dengan mengambil wujud tertentu. Dalam kitab Bhagavadgita IV.7 dengan jelas
disebutkan sebagai berikut :
यदा यदा हि धर्मस्य ग्लानिर्भवति भारत । अभ्यु त्थानमधर्मस्य तदात्मानं सृ जाम्यहम् ॥
yadā yadā hi dharmasya glānir bhavati bhārata | abhyutthānam adharmasya
tadātmānaṁ sṛjāmyaham ||
(Sesungguhnya manakala dharma berkurang kekuasaanya dan tirani hendak merajalela,
wahai Ārjuna, saat itu Aku ciptakan diri-Ku sendiri)

b. Pengertian Deva
Kata Deva berasal dari kata Div artinya sinar/bersinar. Deva artinya sinar suci dari
Sang Hyang Widhi, fungsinya untuk menyinari semua makhluk hidup di alam semesta ini
untuk berintegrasi antara satu dengan yang lainnya sehingga bisa berkembang. Kita banyak
mengenal sebutan Deva, seperti Deva Brahma, Deva Visnu, Deva Siva, Deva Isvara, Deva
Maheswara, Deva Rudra, Deva Samkara, Deva Sambhu. Bila kita umpamakan matahari itu
adalah Shang Hyang Widhi, Deva adalah Sinarnya. Dalam perkembangan lebih lanjut Esa
(Sang Hyang idhi), sehingga Deva itu sesungguhnya adalah yang Esa itu sendiri dalam aspek
tertentu.

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g186i


c. Pengertian Bhaṭara
Bhaṭara berasal dari kata “bhatr” yang berarti pelindung. Bhaṭara berarti
“pelindung.” Jadi Bhaṭara adalah aktivitas Sang Hyang Widhi sebagai pelindung ciptaan-Nya.
Dalam pandangan agama Hindu, semua hal di alam semesta ini dilindungi oleh Sang Hyang
Widhi dengan gelar Bhaṭara. Ada begitu banyak nama-nama Bhaṭara sesuai dengan tempat,
fungsi, dan ke dudukan nya. Sebagaimana dikutip dalam ajaran Siva Tatwa dalam agama
Hindu, Sang Hyang Sapuh Jagat apabila beliau menjaga pertigaan, Sang Hyang Catus
Pata/Catur Loka Pala apabila beliau berkedudukan di perempatan jalan, Sang Hyang Bairawi
apabila beliau berkedudukan di kuburan, Sang Hyang Tri Amerta apabila beliau
berkedudukan di meja makan. Beberapa contoh nama Bhaṭara di atas hanyalah contoh kecil
dari sekian banyak nama Bhaṭara yang enandakan sifat Sang Hyang Widhi yang wyapi
wyapaka atau ada di mana-mana.

2. Evaluasi (Uraian)
Jawaban pertanyaan dengan tepat dan benar!
1. Jelaskan pengertian Deva etimologi!
2. Jelaskan pengertian Bhatara secara etimologi!
3. Jelaskan pengertian Avatara secara etimologi!
4. Apa yang melatarbelakangi turunnya Avatara!
5. Mengapa Hindu mengenal banyak Dewa!

D. Bagian-bagian Avatara, Dewa, dan Bhaṭara (Pertemuan II)

1. Ringkasan Materi
Dalam Viṣṇu Purana dikenal sepuluh perwujudan Sang Hyang Widhi Wasa dalam
menyelamatkan dunia, yaitu: Matsya, Kurma, Varaha, Narasimha, Wamana, Parasurama,
Rama, Kṛṣṇa, Buddha, dan Kalki Avatara.

Matsya Kurma Varaha Narasimha Vamana

Parasurama Rama Kṛṣṇa Buddha Kalki

Untuk lebih memudahkan memahami bagian-bagian dari Avatara di atas, dapat dibaca
melalui tabel berikut ini:
Sang Hyang Widhi Wasa yang turun/bereinkarnasi ke bumi dengan
No. Avatara
mengambil wujud tertentu sebagai berikut:
Ikan yang Maha besar, muncul pada zaman Satya Yuga bertujuan untuk
1 Matsya Avatara
menyelamatkan benih manusia yang terancam punah.
2 Kurma Avatara Kura-kura raksasa, muncul pada zaman Satya Yuga yang bertujuan untuk

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g187i


Sang Hyang Widhi Wasa yang turun/bereinkarnasi ke bumi dengan
No. Avatara
mengambil wujud tertentu sebagai berikut:
menahan gunung Mandaragiri supaya tidak tenggelam.
3 Varaha Avatara Badak Besar, muncul pada zaman Satya Yuga.
Narasimha Manusia berkepala singa membunuh Raja Hiranyakasipu sebagai tokoh
4
Avatara adharma saat itu muncul pada zaman Satya Yuga.
Wamana Orang kerdil yang membunuh raja Bali sebagai tokoh adharma, muncul
5
Avatara pada Treta Yuga.
Pandita yang selalu membawa kapak, memberi kesadaraan kepada kesatria
Parasurama
6 untuk mengendalikan dharma atau kepemimpinan dengan sebaik-baiknya
Avatara
muncul zaman Treta Yuga.
Putra Prabu Dasarata, guna membela adharma yang dipimpin oleh
7 Rama Avatara
Rahwana yang pasukannya terbasmi muncul zaman Treta Yuga.
Putra Prabu Wasu Deva dengan Dewi Devaki menghancurkan Raja Kangsa
8 Krishna Avatara dan jasrasanda golongan adharma pada saat itu, muncul pada zaman
Dwapara Yuga.
Putra prabu Sudodana dengan Dewi Maya bertugas menyadarkan manusia,
9 Buddha Avatara agar bebas dari penderitaan melalui jalan tengah di antara kedelapan
cakram (putaran hidup), muncul pada zaman Kali Yuga.
Avatara yang ke-10, menurut keyakinan Agama Hindu beliau akan datang
10 Kalki Avatara nanti pada akhir zaman Kali Yuga, bila adharma sudah betul-betul
merajalela.

Brahma Wisnu Siva Indra Surya

Saraswati Laksmi Durga Candra Varuna

2. Evaluasi
a. Pilihan Ganda
Berilah tanda silang (X) huruf A, B, C atau D pada jawaban yang benar!
1. Deva yang menguasai bulan adalah....
A. Maheswara B. Agni C. Candra D. Indra
2. Bhaṭara yang memiliki kekuatan angin adalah....
A. Bayu B. Brahma C. Baruna D. Bagaspati
3. Bhaṭara yang memiliki kekuatan api adalah....

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g188i


A. Visnu B. Agni C. Bayu D. Siva
4. Bhaṭara yang memiliki kekuatan untuk mengadili dan dikenal sebagai pencabut nyawa
adalah....
A. Bayu B. Agni C. Bayu D. Yama
5. Bhaṭara yang memiliki kekuatan petir atau bajra adalah....
A. Visnu B. Indra C. Yama D. Siva
6. Avatara yang turun sebagai brahmana cebol adalah....
A. Vamana B. Ramaparasu C. Narasimha D. Rama
7. Avatara yang turun sebagai manusia berkepala singa adalah....
A. Matsya B. Narasimha C. Krsna D. Kurma
8. Avatara yang turun sebagai kura-kura raksasa adalah....
A. Kurma B. Matsya C. Buddha D. Kalki
9. Avatara yang turun ke dunia untuk membasmi kekejaman Raja Kamsa adalah....
A. Kalki B. Buddha C. Rama D. Krsna
10. Avatara yang turun ke dunia untuk membasmi keangkaramurkaan Raja Ravana
adalah....
A. Buddha B. Kalki C. Rama D. Vamana
11. Avatara yang turun ke dunia pada Kaliyuga adalah....
A. Kalki B. Kurma C. Krsna D. Karna
12. Avatara yang turun ke dunia untuk membasmi kekejaman Raja Hiranyakasipu dan
disembah oleh Prahlada, putra Hiranyakasipu adalah....
A. Krsna B. Rama C. Narasimha D. Vamana
13. Perhatikan data berikut ini!
1) Turun pada Kali Yuga
2) Berwujud ikan raksasa
3) Muncul pada Satya Yuga
4) Membasmi kekejaman Raja Bali
Dari data di atas yang merupakan ciri-ciri dari Matsya Awatara adalah....
A. 1 dan 2 B. 2 dan 3 C. 3 dan 4 D. 1 dan 4
14. Perhatikan gambar di bawah ini!
Gambar di atas merupakan perwujudan dari....
A. Kurma Awatara
B. Kalki Awatara
C. Krsna Awatara
D. Rama Awatara
15. Dia adalah Awatara yang menyelamatkan dunia dari kehancuran. Dia datang untuk
membasmi kekejaman Hiranyakasipu, tokoh adharma saat itu. Dia muncul pada zaman
Satya Yuga. Awatara yang dimaksud mengambil wujud sebagai........
A. babi hutan B. ikan raksasa
C. kura-kura raksana D. manusia berkepala singa

b. Isian
Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban tepat!
1. Yang merupakan sakti dari Dewa Wisnu adalah….
2. Nama Dewa yang termasuk Dewa Pañca Dewata dan menguasai Arah Timur adalah….

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g189i


3. Nama Dewa yang termasuk Dewa Pañca Dewata dan menguasai Arah Barat adalah….
4. Nama Dewa yang termasuk Dewa Pañca Dewata dan menguasai Arah Uttara adalah….
5. Yang merupakan salah satu ciri (Atribut) Dewa Wisnu adalah….

E. Hubungan antara Avatara, Dewa, dan Bhaṭara (Pertemuan III)

1. Ringkasan Materi
Hubungan Avatara, Deva, dan Bhaṭara dengan Sang Hyang Widhi sangat erat dan
menyatu malah tidak dapat dipisahkan karena:
1. Avatara, Deva, dan Bhaṭara sumbernya dari Sang Hyang Widhi (seperti sinar matahari
bersumber dari matahari).
2. Avatara, Deva, dan Bhaṭara merupakan manifestasi dari Sang Hyang Widhi.
3. Avatara, Deva, dan Bhaṭara sama-sama sebagai pelindung.
4. Avatara, Deva, dan Bhaṭara merupakan kekuatan dari Sang Hyang Widhi.
5. Avatara, Deva, dan Bhaṭara maha kasih dan penyayang.
Selain terdapat persamaan, antara Avatara, Deva, dan Bhaṭara juga terdapat
perbedaan, antara lain:
1. Avatara adalah perwujudan Tuhan yang menjadikan diri-Nya berbagai jenis atau bentuk
menurut kehendak-Nya dan yang selalu dekat serta dikasihi akan kembali pada-Nya.
2. Para Deva memiliki sifat yang lebih rendah karena roh yang sampai pada Deva akan
kembali lagi sebelum bersatu dengan-Nya.
3. Roh leluhur lebih rendah tingkatannya dengan Deva, roh yang suci kedudukannya
setingkat dengan Bhaṭara sehingga lebih dekat dengan kehidupan.
4. Avatara adalah turunnya kekuatan Sang Hyang Widhi ke dunia sebagai Deva Visnu
dengan mengambil suatu bentuk tertentu untuk menyelamatkan dunia beserta isinya dari
kehancuran yang disebabkan oleh sifat-sifat Adharma.
5. Deva berasal dari kata Div yang berarti sinar. Jadi, Deva memiliki arti atau makna sinar
yang menunjukkan sebagai sinar sucinya Tuhan Yang Maha Esa.
6. Bhaṭara berasal dari bahasa Sanskerta dari akar kata Bhatr, yang artinya Pelindung. Jadi
Bhaṭara adalah manusia yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas
kesucian dirinya sehingga mampu menjadi Manawa ke Madawa atau setingkat Bhaṭara
yang dapat melindungi kesejahteraan umat manusia.

2. Evaluasi (Uraian)
Jawaban pertanyaan dengan tepat dan benar!
1. Jelaskan hubungan antara Dewa, Bhatara, dan Awatara!
2. Jelaskan hubungan antara Dewa, Bhatara, dan Awatara dengan Tuhan!
3. Sebutkan persamaan antara Dewa, Bhatara, dan Awatara!
4. Sebutkan perbedaan antara Dewa, Bhatara, dan Awatara!
5. Perhatikan gambar dewa-dewi di bawah !

1 2 3 4 5 6
Pilihlah 1 dewa dan 1 dewi yang berpasangan, lalu jelaskan tentang Dewa tersebut!

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g190i


F. Presentasi (Pertemuan IV)

Buatlah presentasi tentang materi tentang Dewa, Bhatara, dan Awatara, diskusikanlah
bersama teman-temanmu, lalu presentasikanlah di depan kelas

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g191i


BAHAN AJAR HUKUM KARMAPHALA

A. Tujuan Pembelajaran

Peserta didik mampu:


1. Menjelaskan konsep pengertian karmaphala
2. Menyebutkan jenis-jenis karmaphala
3. Menjabarkan akibat karmaphala
4. Menyebutkan contoh perilaku karmaphala
5. Menceritakan dampak karmaphala dalam perbuatan yang baik
6. Menceritakan dampak karmaphala dalam perbuatan yang tidak baik
7. Mengungkankan cerita singkat tentang contoh karmaphala
8. Membiasakan berbuat baik atau subhakarma dalam keseharian
9. Menumbuhkan sikap menghidari perilaku tidak baik atau asubha karma

B. Cakupan Materi Pembelajaran

Pertemuan Ke-1
 Konsep / pengertian karmaphala
 Jenis-jenis karmaphala
Pertemuan Ke-2
 Dampak karmaphala dalam kehidupan nyata
 Akibat karmaphala dalam kehidupan nyata
Pertemuan Ke-3
 Contoh karma phala dalam masyarakat
 Cerita atau kisah nyata tentang karma phala
 Membiasakan diri untuk berbuat subhakarma
Pertemuan Ke-4
 Presentasi tentang karmaphala

C. Konsep dan Jenis-Jenis Karmaphala (Pertemuan I)

1. Ringkasan Materi
Karma adalah perbuatan, phala artinya hasil. Jadi, karmaphala artinya hasil
perbuatan. Karmaphala disamakan artinya dengan rta atau hukum alam yang abadi. Hukum
karma ini juga bersifat mutlak, berlaku kepada apa saja, siapa saja, di mana saja, dan kapan
saja. Cara kerja hukum karmaphala ini sangat rahasia, ajaib, dan tak terpikirkan oleh akal
manusia. Bukan itu saja, hukum karma ini adalah hakiki yang tidak terbantahkan.
a. Sancita Karmaphala
Sancita Karmaphala adalah hasil perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang
belum habis pahalanya dinikmati dan masih merupakan sisa yang menentukan kehidupan kita
sekarang. Contoh, di kehidupan yang lalu, mungkin kita korupsi, namun karena sedang
berkuasa atau pintar berkelit, pahalanya belum sempat dinikmati, kelahiran sekaranglah
dinikmati buah/ hasilnya, misalnya, hidup jadi sengsara, atau menjadi perampok sehingga
dihukum penjara.

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g192i


b. Prarabdha Karmaphala
Prarabdha Karmaphala adalah hasil perbuatan kita pada kehidupan sekarang yang
pahalanya diterima habis dalam kehidupan sekarang juga. Sekarang korupsi, kemudian
tertangkap langsung dihukum bertahun-tahun. Jadi antara perbuatan dan akibatnya lunas. jenis
karmaphala ini biasa disebut Karmaphala cepat.

c. Kriyamana Karmaphala
Kriyamana Karmaphala adalah hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada
waktu kehidupan sekarang, namun dinikmati pada waktu kehidupannya yang akan datang.
Misalnya, dalam kehidupan sekarang korupsi, tapi entah bagaimana kejahatan itu tidak
berhasil dibuktikan karena kelicikannya, lalu meninggal dunia. Dalam kehidupan yang akan
dating pahalanya akan diterima, namun orang tersebut akan lahir jadi orang yang hina.
Sebaliknya, dalam kehidupan sekarang kita berbuat baik, saleh, santun, taat pada keyakinan,
suka menolong, dan sebagainya, namun meninggal dunia dalam kesederhanaan. Dalam
kehidupan yang akan datang, kita akan dilahirkan menjadi orang yang bahagia, atau
dilahirkan di keluarga orang terhormat dan kaya, di mana tak ada penderitaan yang dialami.

2. Evaluasi (Uraian)
Jawaban pertanyaan dengan tepat dan benar!
1. Jelaskan pengertian Karmaphala!
2. Sebut dan jelaskan jenis-jenis Karmaphala!
3. Apa makna dari ‘hala ginawe hala tinemu, hayu ginawe hayu pinanggih’?
4. Apakah karmaphala bertentangan dengan kodrat Tuhan? Jelaskan!
5. Bagaimana letak keadilan Tuhan pada hukum Karmaphala? Jelaskan

D. Dampak Karmaphala: Surga dan Neraka (Pertemuan II)

1. Ringkasan Materi
Setiap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dalam hidup ini akan melekat pada
badan halus (Suksma Sarira). Bekas ini disebut Karma Wasana. Bekas perbuatan baik disebut
Subha Karma Wesana yang dapat mengantarkan roh masuk surga dan bila lahir kembali
disebut Surga Cyuta. Surga Cyuta adalah kelahiran dari surga yang hidupnya penuh dengan
kebahagiaan. Sebaliknya bekas perbuatan buruk disebut Asubha Karma Wesana. Bila
seseorang meninggal, Asubha Karma Wesana menghantarkan rohnya menuju Neraka, jika
lahir kembali disebut Neraka Cyuta. Dapat dinyatakan bahwa bahagia atau menderitanya
seseorang pada saat mengalami Reinkarnasi (Punarbhawa) sangat ditentukan oleh Karma
Wesana orang tersebut.
Kutipan Kitab Slokantara menyebutkan:
Ciri-ciri dari manusia yang lahir dari alam surga loka adalah, bagi yang wanita akan terlahir
cantik, bagi yang laki akan terlahir tampan. Bukan itu saja, ciri lainnya adalah cerdas,
pemberani, berwibawa, baik hati, bijaksana, dermawan, sehat lahir batin,
tenang, suka belajar, lemah lembut, berbudi pekerti luhur, tidak iri hati, tidak dengki, tidak
sombong, dan menyabar.

2. Evaluasi (Uraian)
Jawaban pertanyaan dengan tepat dan benar!
1. Jelaskan pengertian dari Swarga Cyuta!
2. Jelaskan pengertian dari Naraka Cyuta!
3. Bagaimana ciri-ciri dari kelahiran Swarga Cyuta?
4. Bagaimana ciri-ciri dari kelahiran Naraka Cyuta?

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g193i


E. Contoh Cerita tentang Karmaphala (Pertemuan III)

1. Ringkasan Materi
Dalam salah satu Purana, ada dikisahkan seekor burung bangau yang jahat mengaku
dirinya sudah menjadi pendeta. Sambil menangis dia menipu ikan dan udang dengan
mengatakan bahwa telaga itu akan kering. Satu-persatu ikan dipindahkan ke tempat lain,
padahal ikan tersebut dimakannya dengan lahap hingga tersisa seekor kepiting di telaga itu.
Bangau mengatakan hal yang sama kepada kepiting. Singkat cerita kepiting bersedia di
pindahkan namun di tengah perjalanan kepiting melihat duri-duri ikan bertebaran di atas
tanah. Melihat hal tersebut kepiting sadar bahwa bangau juga berniat untuk memakannya.
Akhirnya si bangau jahat ini kena hukum karma, ia mati dijepit lehernya oleh si kepiting. Si
bangau pun mati karena kejahatannya, pesan dari cerita ini adalah agar kita menghindari
perbuatan jahat dan memperbanyak kebaikan. Selain itu kita juga harus membantu orang yang
memerlukan dengan tidak mengharapkan balasan. Untuk membuktikan kebenaran
karmaphala, salah satu cara yang dapat dikaji adalah pelaku koruptor atau pencuri uang
rakyat yang sering ditayangkan di televisi maupun media masa. Akibat dari kejahatan korupsi
ini sungguh luar biasa, karena korupsi merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Para koruptor yang sudah kaya raya, masih saja tega mencuri uang rakyat.
Uang rakyat yang seharusnya dipakai untuk mengentaskan kemiskinan, membangun
fasilitas sekolah, memperbaiki infrastruktur, meningkatkan kualitas sumber daya para
pengemis di pinggir jalan, dimakan secara serakah oleh para koruptor. Andaikan saja uang
rakyat tidak dicuri, maka kita sudah tidak pernah lagi melihat orang miskin di pinggir jalan
sebagai pengemis atau pengamen untuk bisa bertahan hidup. Hukum karmaphala dalam
konteks ini mutlak berlaku. Satu per satu para koruptor pencuri uang rakyat dihadapkan ke
Pengadilan Tipikor oleh KPK. Mereka dijatuhi hukuman dengan dimasukkan ke dalam
penjara dan denda ratusan juta rupiah. Apabila dikaji dari sisi keadilan masyarakat, hukuman
itu nampak ringan, terlebih lagi bila dibandingkan dengan uang rakyat yang dicuri mencapai
puluhan milyar. Para koruptor yang sudah di penjara ini memberikan bukti bahwa hukum
karmaphala itu berlaku.
Saat ini para koruptor di Indonesia boleh bernafas lega karena hukumannya ringan
dan dendanya sedikit. Akan tetapi, kelak setelah mati rohnya akan masuk ke neraka loka.
Menurut keyakinan umat Hindu, kelak ia bisa lahir kembali menjadi pohon mangga. Pohon
mangga hanya bisa memberikan buahnya saja tanpa bisa melawan ketika buahnya diambil.
Menurut keyakinan hokum karmaphala, roh pohon mangga itu membayar hutang karena
ganjaran penjara dan dendanya sedikit.
Hukum karma akan memberikan pahala dua kali lipat bagi mereka yang menanam
kebaikan. Apabila kita tulus meringankan beban makhluk lain, sesungguhnya kita melakukan
dua kali hal yang sama untuk diri kita sendiri. Itulah esensi dari hukum karma.

2. Evaluasi
a. Pilihan Ganda
Berilah tanda silang (X) huruf A, B, C atau D pada jawaban yang benar!
1. Perhatikan pernyataan di bawah ini!
(1) Setiap orang akan membawa karmawasananya di dunia
(2) Subhakarma adakah berpahala buruk bagi manusia
(3) Orang yang baik cenderung lahir dari swargacyuta
(4) Asubhakarma adalah adalah perbuatan yang buruk
Pernyataan di atas yang benar terkait konsep karma ditunjukkan pada nomor....
A. 2 dan 4 B. 1 dan 4 C. 2 dan 3 D. 1 dan 3

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g194i


2. Karmaphala yang buruk adalah karma yang menyebabkan seseorang….
A. Mendapat kebahagiaan di dunia ini B. Mencapai alam surga
C. Mencapai alam neraka D. Mencapai alam moksa
3. Suatu contoh ada orang yang suka menipu justru akan membuat hatinya tersiksa karena
selalu was-was, selalu berprasangka bahwa tipu dayanya akan ketahuan oleh orang lain.
Ini berarti dia menerima karmanya secara….
A. Fisik B. Jasmani C. Psikis D. Langsung
4. Sisa atau benih-benih dari perbuatan disebut…..
A. Karma kara B. Karmaphala
C. karma wasana D. Kriyamana karmaphala
5. Yang tidak termasuk jenis-jenis karmaphala di bawah ini adalah….
A. Sancita karmaphala B. Kriyamana karmaphala
C. Prarabda karmaphala D. Karma wasana
6. Penyesalan biasanya datang belakangan. Itulah yang kini dirasakan Januarisman
Runtuwene atau yang akrab disapa Aris Idol. Aris ditangkap saat tengah pesta narkoba
bersama keempat temannya di apartemen di Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan.
Dari empat tersangka, yaitu YSP, AS, AY, dan AN, dua di antaranya merupakan
wanita. Kepada polisi, jebolan ajang pencarian bakat Indonesia Idol tahun 2008 ini
mengaku menyesal.
“Kalau dia (Aris) merasa menyesal. Dia sebenarnya sudah dinasihati istrinya”, kata
Kasat Narkoba Polres Tanjung Priok, Jakarta Utara Iptu Edi Suprayitno di Polres
Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu, 16 Januari kemarin.
(https://www.liputan6.com)
Dari berita di atas perbuatan Aris Idol dan teman-temannya menjadi contoh dari jenis
karmapala yaitu....
A. Akarmaphala B. Sancita Karmaphala
C. Prarabda Karmaphala D. Kriyamana Karmaphala
7. Perhatikan ilustrasi di bawah ini!
Dalam kehidupan terdahulu Andi sering melakukan perbuatan kriminal, korupsi di
sebuah perusahaan, sehingga Andi mengalami kelahiran di masa sekarang dengan
kondisi yang sangat menyedihkan. Dia lahir miskin, sakit-sakitan, tidak pernah bahagia,
dan bahkan dijauhi oleh keluarganya.
Jikadikaitkandenganjenis-jenisKarmapala,Andi sedang menjalani....
A. Akarmaphala B. Prarabda Karmaphala
C. Kriyamana Karmaphala D. Sancita Karmaphala
8. Perhatikan ilustrasi berikut ini!
Alkisah ada seorang bandar narkoba yang kaya raya bernama Danang. Kehidupannya
bergelimang harta dengan rumah yang megah dan kendaraan mewah. Dia adalah
gembong narkoba yang terkenal lihai, licik, dan licin. Semua kasus yang menyeret
dirinya selalu dia menangkan. Hingga akhir hayatnya tak ada yang bisa membuktikan di
depan hukum bahwa dia adalah bandar narkoba.
Jika dikaitkan dengan jenis karmaphala, yang dialami oleh Danang ini tergolong....
A. Akarmaphala B. Sancita Karmaphala
C. Kriyamana Karmaphala D. Prarabda Karmaphala
9. Perhatikan ilustrasi di bawah ini!

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g195i


Cintya adalah anak yang cantik. Banyak cowok yang tergila-gila kepadanya. Namun
suatu hari dia menjadi korban pelecehan seksual oleh beberapa orang yang tergila-gila
kepadanya hingga menyebabkannya trauma.
Jika dikaji dari ajaran karmaphala dalam Hindu, kelahiran Cintya adalah.....
A. Cintya dipenuhi dengan swargacyuta dan kebaikan di dunia
B. Cintya lahir dari nerakacyuta dan mendapat kemalangan
C. Cintya tidak lahir dari swarga maupun nerakacyuta
D. Cintya lahir dari swargacyuta dan nerakacyuta
10. Perhatikan ilustrasi di bawah ini!
Rado terlahir dengan wajah yang seram. Dia dikenal sebagai anak yang nakal di
sekolahnya. Rado sering kali meninggalkan jam pelajaran dan bolos sekolah. Sudah dua
kali dia tidak naik kelas. Pekerjaan orang tua Rado adalah serabutan dan keluarga
mereka tidak harmonis.
Jika dikaji dari ajaran karmaphala dalam Hindu, kelahiran Rado adalah.....
A. Rado dipenuhi dengan swargacyuta dan kebaikan di dunia
B. Rado lahir dari nerakacyuta dan mendapat kemalangan
C. Rado tidak lahir dari swarga maupun nerakacyuta
D. Rado lahir dari swargacyuta dan nerakacyuta

b. Uraian
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Jelaskan pengertian karmaphala!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan karmawasana!
3. Santi adalah anak yang cantik. Banyak cowok yang tergila-gila kepadanya. Namun
suatu hari dia menjadi korban pelecehan seksual oleh beberapa orang yang tergila-gila
kepadanya hingga menyebabkannya trauma. Jika dikaji dari ajaran karmaphala dalam
Hindu, kelahiran seperti apakah yang ada pada Santi? Jelaskan pendapat anda!
4. Andi terlahir dengan wajah yang seram. Dia dikenal sebagai anak yang nakal di
sekolahnya. Andi sering kali meninggalkan jam pelajaran dan bolos sekolah. Sudah dua
kali dia tidak naik kelas. Pekerjaan orang tua Andi adalah serabutan dan keluarga
mereka tidak harmonis. Jika dikaji dari ajaran karmaphala dalam Hindu, kelahiran
seperti apakah yang ada pada Andi? Jelaskan argumentasi anda!
5. Deva terlahir dengan wajah yang tampan. Dia juga dikenal sebagai anak yang cerdas di
sekolahnya. Deva tidak pernah absen dari peringkat 3 besar di kelasnya. Orang tua Deva
adalah pengusaha kaya raya dan sangat dermawan. Tak jarang dia berpunia untuk
pembangunan pura dan untuk kepentingan sosial lainnya. Jika dikaji dari ajaran
karmaphala dalam Hindu, kelahiran seperti apakah yang ada pada Deva? Jelaskan
argumentasi anda yang relevan dengan hal tersebut!

F. Presentasi tentang Karmaphala (Pertemuan IV)

Buatlah presentasi tentang materi tentang Karmaphala, diskusikanlah bersama teman-


temanmu, lalu presentasikanlah di depan kelas

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g196i


BAHAN AJAR ṢAḌ ATATAYI

A. Tujuan Pembelajaran

Peserta didik mampu:


1. Menjelaskan pengertian Ṣad Ātatāyi
2. Menyebutkan bagian-bagian Ṣad Ātatāyi
3. Menunjukkan perilaku Ṣad Ātatāyi serta dapat menghindarinya
4. Menunjukkan perilaku Kayika Parisuda dalam ajaran Ṣad Ātatāyi
5. Menunjukkan perilaku Wacika Parisuda dalam ajaran Ṣad Ātatāyi
6. Membuat contoh cerita dalam perilaku Ṣad Ātatāyi
7. Menunjukkan contoh cerita dalam Ramayana dan Mahabharata tentang perilaku Ṣad
Ātatāyi
8. Menunjukkan contoh gambar dan cerita dalam perilaku Ṣad Ātatāyi
9. Menyusun sebuah kliping dari perilaku Ṣad Ātatāyi
10. Mempresentasikan dari perilaku Ṣad Ātatāyi
11. Menyimpulkan hasil dari presentasi tentang perilaku Ṣad Ātatāyi

B. Cakupan Materi Pembelajaran

Pertemuan ke-1
 Konsep pengertian Ṣad Ātatāyi
 Bagian-bagian Ṣad Ātatāyi
 Penjelasan konsep masing-masing bagian Ṣad Ātatāyi
Pertemuan ke-2
 Contoh perilaku Ṣad Ātatāyi
 Dampak negatif perilaku Ṣad Ātatāyi
 Cara menghindari pengaruh Ṣad Ātatāyi
Pertemuan ke-3
 Presentasi materi Ṣad Ātatāyi dari peserta didik

C. Pengertian dan Bagian Ṣad Ātatāyi (Pertemuan I)

1. Ringkasan Materi
Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan cinta dan kasih sayang Tuhan.
Kelahiran manusia di dunia ini juga berasal dari cinta dan kasih sayang kedua orang tua. Cinta
dan kasih sayang ini mesti dimiliki oleh setiap manusia mengingat ia ada karena cinta dan
kasih sayang tersebut. Cinta dan kasih sayang ini juga menjadi esensi dari kemanusiaan.
Artinya jika manusia tidak mampu mengembangkan cinta dan kemanusiaan ini dalam dirinya
maka sesungguhnya dia telah kehilangan hakekatnya sebagai manusia.
Cinta dan kasih sayang dalam diri manusia akan membuat manusia menjadi welas asih
dan jauh dari kebencian yang berujung pada anarkhisme. Sayangnya, anarkhisme atau
kekerasan akhir-akhir ini menjadi hal yang biasa dilakukan oleh manusia. Banyak kasus-kasus
kekerasan baik secara fisik maupun mental yang dilakukan dan dialami oleh manusia.
Kekerasan yang berujung pembunuhan pun menjadi sesuatu biasa terjadi di zaman sekarang.

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g197i


Dalam ajaran Hindu, perilaku anarkhis semacam ini adalah larangan yang tidak boleh
dilakukan atau dipikirkan oleh umatnya. Perilaku anarkhis yang berujung pembunuhan
sebagaimana disebutkan di atas dalam Hindu disebut Ṣad Ātatāyi. Perilaku ini harus dihindari
oleh semua umat Hindu karena ini merupakan larangan dalam agama Hindu.
Dalam Sarasamuścaya 141 disebutkan:
वधबन्धपरिक्ले षान्प्राणिनो न करोति यः । स सर्वस्य हितं प्रेप्सु ः सु खमत्यन्तमष्नु ते ॥
wadhabandhaparikleṣān prāṇino na karoti yah |
sa sarwasya hitaṁ prepsuḥ sukhamatyantamaṣnute ||
Terjemahan:
Orang yang perilakunya tidak pernah menyakiti makhluk lain, tidak mengikatnya, tidak
membunuhnya, melainkan hanya menyenangkan makhluk lain, orang yang demikian itu,
memperoleh, kebahagiaan yang tertinggi.

Secara harfiah kata ṣad ātatāyi (षदाततायि) berasal dari bahasa Sanskerta. Kata ini
dibentuk dari dua yaitu ‘ṣaṭ (षट् )’ yang artinya ‘enam’ dan ‘ātatāyin (आततायिन्)’ yang artinya
‘berusaha membunuh seseorang, seorang pembunuh, (dalam teks Manusmṛti dan
Mahābhārata, sering diartikan sebagai pembakar, pemerkosa, pencuri)” (Monier-
William,1899:134). Dalam Wilson Sanskrit-English Dictionary (1832) disebutkan kata
ātatāyi ini berasal dari kata ‘ātatāyitā (आततायिता)’ yang artinya ‘mencuri, menganiaya,
membunuh, menghancurkan’.
Secara terminologi ṣad ātatāyi dapat diartikan sebagai enam macam upaya
pembunuhan yang dilarang dalam Hindu. Keenam upaya pembunuhan ini merupakan perilaku
anarkhis yang dilakukan baik itu secara fisik maupun mental. Biasanya alasan seseorang
melakukan tindakan anarkhis semacam ini karena motif dendam, marah, iri, dan sebagainya.
Karena tidak dimanage dengan baik maka motif tersebut bisa menghasilkan perilaku anarkhis
yang dilakukan terhadap orang lain.
Dalam beberapa dekade ini perilaku anarkhis ini suatu trend yang sulit untuk
dihindari. Beberapa pakar ilmu-ilmu sosial menyebutkan bahwa kasus-kasus anarkhisme
tersebut terjadi karena krisis global yang melanda berbagai bidang kehidupan sosial termasuk
di dalamnya krisis dalam dimensi intelektual, moral dan spiritual. Ironisnya anarkhisme ini
telah “melembaga” dan terkondisikan ke dalam suatu bentuk tradisi budaya masyarakat pada
masa sekarang yang notabene merupakan masa pasca abad pencerahan (Capra, 2000:3,38).
Hindu sangat melarang keras terjadinya tindakan anarkhis yang hanya semata-mata
karena emosional belaka sebagaimana yang sering terjadi belakangan ini. Untuk itu umat
Hindu dianjurkan untuk selalu bertindak secara arif dan bijak dengan mengedepankan dasar
hukum universal yaitu cinta kasih dan kemanusiaan (Miswanto,2004:7-9). Oleh karenanya
maka tidak ada pilihan lain yang harus dilakukan selain menghindari ṣad ātatāyi ini.
Hindu sangat melarang keras terjadinya tindakan anarkhis yang hanya semata-mata
karena emosional belaka sebagaimana yang sering terjadi belakangan ini. Untuk itu umat
Hindu dianjurkan untuk selalu bertindak secara arif dan bijak dengan mengedepankan dasar
hukum universal yaitu cinta kasih dan kemanusiaan (Miswanto,2004:7-9). Oleh karenanya
maka tidak ada pilihan lain yang harus dilakukan selain menghindari ṣad ātatāyi ini.
Adapun bagian-bagian dari ṣad ātatāyi antara lain: agnida, wiṣada, atharwa,
ṣastraghna, dratikrama, dan raja piśuna. Berikut penjelasannya.
a. Agnida
Agnida (अग्निद) adalah kata Sanskerta artinya ‘pemberi api’. Kata dasarnya adalah
agni (अग्नि) yang berarti ‘api, atau Agni’ (Monier-William,1899:5). Agnida adalah upaya
membunuh atau melakukan kekerasan terhadap seseorang dengan cara memberi api atau
membakarnya. Upaya membakar tersebut dilakukan dengan cara membakar langsung

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g198i


tubuhnya atau bisa juga melalui sarana lain seperti rumah yang ditempatinya, kendaraan yang
dinaikinya, dan sebagainya. Upaya itu semua termasuk agnida. Upaya pembunuhan semacam
ini tentu sangat tidak manusiawi, oleh karenanya Hindu sangat melarangnya.
Dalam sejarah Hindu perilaku agnida juga bisa ditemukan dalam Mahābhārata pada
Ādiparwa adhyaya 134 sampai 137. Di sini dikisahkan mengenai upaya pembunuhan Kunti
dan Pāṇḍawa di Wāraṇāwata dengan cara menghanguskannya. Saat itu Śakuni (dalam
pewayangan Jawa disebut Sengkuni), paman dari Kauwara membujuk
Pāṇḍawa supaya mewakili raja untuk menghadiri Dūrgapūja di
Wāraṇāwata mengingat Yudiṣṭhira (saudara tua Pāṇḍawa)
sudah diangkat sebagai putra mahkota. Śakuni
memang sudah merencanakan untuk membunuh
Pāṇḍawa dengan cara membakarnya saat di
Wāraṇāwata.
Dengan licik, Śakuni dibantu Purocana
membangun sebuah istana megah dan indah
di Wāraṇāwata, tetapi bahannya terbuat
dari kardus. Istana kardus ini dipersiapkan untuk
menginap Pāṇḍawa ketika mengikuti upacara
Dūrgāpūja. Pada hari yang sudah ditentukan,
berangkatlah rombongan Panca Pāṇḍawa ini ke
tempat dilaksanakan upacara. Semua berjalan
lancar, tidak ada yang aneh dan tidak ada kendala
yang dihadapi.
Yudiṣṭhira sebelumnya sudah diberikan semacam
isyarat oleh Widura bahwa mereka harus hati-hati saat di
Wāraṇāwata. Dan ternyata isyarat itu benar. Saat mereka menginap
di istana kardus, mereka menemukan banyak kejanggalan. Salah satunya bahan
yang digunakan untuk membuat istana tersebut adalah bahan yang mudah terbakar. Hanya ada
satu pintu dan tidak ada jendela pada istana tersebut. Jika terbakar maka seisi istana tersebut
tidak akan bisa meloloskan diri. Dan saat tengah malam, istana tersebut memang benar-benar
dibakar oleh orang suruhan Śakuni.
Namun atas isyarat dan bantuan Pamannya Widura, maka Pāṇḍawa bersama Kunti
bisa menyelamatkan diri dari kebakaran tersebut melalui terowongan yang telah dipersiapkan
oleh Widura. Sementara di bekas istana kardus tersebut juga ada 6 jenasah yang sebenarnya
adalah para pelayan dan Kaurawa mengira bahwa jenasah tersebut adalah jenasah para
Pāṇḍawa.
Dalam Ādiparwa 137 śloka 9-12 disebutkan: “Di sana di Kerajaan Dhṛtarāṣṭra
(Astina), kabar kematian Pāṇḍawa beserta Purocana yang terbakar api sudah tersebar.
Mendengar kabar kematian putra-putra Pāṇḍu tersebut Raja Dhṛtarāṣṭra amatlah bersedih.
Setelah kematian Raja Bhārata Paṇḍu tentu amatlah sulit bagi Raja Dhṛtarāṣṭra menerima
kematian para putranya yang terbakar dilalap api. Akhirnya sang Raja pun segera pergi
menuju Wāraṇāwata untuk melihat langsung jenasah Kunti dan putra-putranya”.
 Di era sekarang pun masih ada upaya pembunuhan yang dilakukan dengan cara
membakar korbannya. Misalnya di awal tahun 2017 lalu ada seorang yang diduga sebagai
pencuri amplifier di salah satu tempat ibadah di Bekasi akhirnya dibakar hidup-hidup.
Sebelumnya juga sudah pernah terjadi hal serupa di mana seorang maling yang ketahuan
dibakar oleh massa. Hal ini sebagaimana diberitakan di laman merdeka.com.

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g199i


b. Wiṣada
Wiṣada (विषद) adalah kata Sanskerta artinya ‘menghasilkan racun, beracun’. Kata
dasarnya adalah wiṣa (विष) yang berarti ‘racun’ (Monier-William,1899:995). Wiṣada adalah
upaya membunuh orang lain dengan cara memberikan racun atau meracuni. Upaya wiṣada ini
biasanya dilakukan dengan mencampurkan racun dalam makanan atau minuman kemudian
diberikan kepada orang lain. Hal ini adalah merupakan perbuatan dosa sebab perbuatan ini
sangat bertentangan dengan hakekat hidup yang beradab.
Dalam suśāstra Hindu banyak kisah mengenai pembunuhan dengan wiṣada ini. Salah
satunya adalah kisah upaya pembunuhan Bhīma oleh Kaurawa dengan menggunakan racun.
Dalam Adiparwa 119 śloka 39 disebutkan:
भोजने भीनसे नस्य पु नः प्रक्षे पयद्विषं । कालकुटं नवं तीक्ष्णं सं भृतम्लोमहर्षणं ॥
bhojane bhīmasenasya punaḥ prākṣepayad wiṣaṁ | kālakūṭaṁ nawaṁ tīkṣṇaṁ saṃbhṛtaṁ
lomaharṣaṇaṁ ||
Terjemahan:
Lalu pada makanan yang dimakan oleh Bhima dicampur racun yang efeknya sembilan kali
racun Kālakūṭa yang bisa berakibat sangat berbahaya.
Persaingan antara Pāṇḍawa dan Kaurawa ini memang sudah terjadi sejak masa
kecilnya. Kaurawa selalu berusaha melenyapkan para Pāṇḍawa. Bhīma yang merupakan adik
dari Yudiṣṭhira juga pernah menjadi sasaran upaya pembunuhan dari Kaurawa. Sebagaimana
disebutkan dalam śloka di atas, Bhīma sempat diracun oleh para Kaurawa.
Waktu itu Bhīma dan beberapa Kaurawa
berenang di Sungai Gangga, setelah selesai
berenang mereka bersantap. Tidak tahunya
makanan Bhīma telah diracuni oleh Kaurawa.
Letih dan ditambah keracunan makanan membuat
Bhīma terbaring lemas tidak berdaya. Melihat
hal itu Duryodhana, sepupu Bhīma segera
mengikat sepupunya itu dengan ranting-
ranting pohon berduri dan menutupi
tubuhnya dengan daun-daun gatal. Kemudian
mereka melemparkan Bhīma ke papan lebar
yang dipasangi paku-paku tajam beracun.
Mereka memperkirakan, jika Bhīma jatuh di
atas papan itu, ia pasti akan binasa tertusuk
paku-paku beracun itu.
Tetapi Bhīma tidak jatuh di atas papan
itu. Dia jatuh ke dalam Sungai Gangga. Segera
oleh ular-ular penghuni Sungai Gangga
yang sangat berbisa mematuki tubuh Bhīma.
Belum jauh dihanyutkan, Bhīma
dihempaskan oleh pusaran air ke tepian seberang
sungai. Dengan gembira, Duryodhana dan saudara-saudaranya yang mengira telah
membinasakan Bhīma pulang ke istana. Namun Bhīma selalu dalam lindungan dewata, racun-
racun ular bukan membunuh Bhīma malah membantu melawan racun makanan Duryodhana
sehingga racun di tubuh Bhīma menjadi sirna. Tidak hanya sirna malah membuat Bhīma
kebal akan segala racun.
Contoh perilaku wiṣada ini juga ditemukan pada zaman sekarang. Contohnya adalah
kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin oleh Jessica Kumala Wongso. Dalam proses
peradilan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jessica diputus bersalah karena melakukan

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g200i


pembunuhan berencana dengan meracuni Mirna melalui kopi bercampur racun sianida yang
diminum oleh korban. Atas perbuatannya itu Jessica pun diganjar dengan hukuman penjara 20
tahun (https://nasional.tempo.co diakses 29 September 2017 jam 21.45 WIB). Kasus ini
adalah contoh upaya pembunuhan dengan racun atau Wiṣada. Kasus serupa juga terjadi pada
Munir, salah satu aktivis HAM.

c. Atharva
Atharwa (अथर्व) adalah kata Sanskerta arti sebenarnya adalah ‘salah satu nama dari
Catur Weda Saṁhita, pendeta yang menyelesaikan segala sesuatu dengan api, orang yang
biasa dimintai bantuan untuk menyembuhkan penyakit atau membebaskan diri dari bencana’
(Monier-William,1899:17). Awalnya seorang atharwa hanya dimintai bantuan untuk
membebaskan seseorang dari penyakit namun lama kelamaan banyak orang yang juga
meminta bantuan untuk menyakiti orang lain. Dalam ṣad ātatāyi ini, atharwa diartkan sebagai
upaya membunuh atau
menyakiti orang lain dengan
menggunakan ilmu hitam
(black magic) atau ilmu sihir.
Ilmu hitam atau ilmu
sihir ini dikenal oleh
masyarakat dari berbagai
belahan bumi. Di Jawa
dikenal beberapa istilah ilmu
hitam misalnya santet, susuk,
pelet, gendam, tumbal,
pesugihan, tenung dan lain-
lain. Di Sunda dikenal
dengan istilah teluh. Di Aceh
dikenal dengan istilah balum
beude, beuno, burong tujoh,
sane, dan geunteut. Bagi suku Anak Dalam di Sumatra, mereka mengenal istilah santet
sebagai buhul cacing abing. Di Jambi dikenal dengan stilah pancung mata. Di Bali dikenal
dengan istilah leak, cetik, dan rangda. Di kalangan suku Minahasa disebut sebagai pandoti
atau tapenawoy. Di kalangan suku Dayak Kalimantan dikenal dengan istilah kuyang, amot,
pelesit matimang. Di kalangan masyarakat Bulukumba, Sulawesi Selatan, dikenal dengan
istilah kajang amma toa. Di Maluku dikenal ada perahu doti. Di Papua dikenal dengan istilah
suanggi. Di seluruh dunia pun juga dikenal beberapa istilah yang identik atau terkait dengan
santet, misalnya: nuestra señora de la santa muerte (Meksiko); ku (China); saiyasat dan
kuman thong (Thailand); amulets (Laos); kulam (Filipina); macumba (Brazil); sihr (Arab);
heka (Mesir); kabbalah (Yahudi); mayong (India); dan masih banyak lagi yang lain.
Atharwa ini biasanya dilakukan karena motif dendam atau iri. Biasanya pelaku
meminta bantuan orang ‘pintar’ (dukun) untuk membalaskan sakit hatinya. Lalu dengan
bantuan dukun tersebut ia melancarkan serangkan-serangan secara supranatural. Korban bisa
dibuat gila, sakit, hingga meninggal dunia. Cara-cara semacam ini tentu sangat dilarang dalam
semua ajaran agama.

d. Ṣastraghna
Ṣastraghna (षस्त्रघ्न) adalah kata Sanskerta yang dibentuk dari dua kata yaitu ‘ṣastra
(zñ)’ yang berarti ‘pedang, pisau, belati, senjata apapun’ dan ‘ghna ( घ्न)’ yang berarti
‘membunuh, menghancurkan’ (Monier-William,1899:379,1060). Ṣastraghna (षस्त्रघ्न) dapat
diterjemahkan membunuh dengan menggunakan senjata apapun, artinya apapun yang

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g201i


dipegang atau ditemukan bisa digunakan untuk membunuh.
Secara terminologi ṣastraghna adalah upaya membunuh dengan cara
membabi buta atau mengamuk. Ṣastraghna tidak mengenal
sasaran atau alasan, baginya yang penting
bisa membunuh semuanya.
Ṣastraghna ini mirip tragedi holocaust
seperti yang terjadi pada masa
Perang Dunia II. Di era
sekarang pernah juga terjadi
pembunuhan secara brutal
dan membabi butal. Pada 1
Oktober 2015, setidaknya 10
orang tewas dan 20- an luka-luka
dalam penembakan massal di Umpqua
Community College di Oregon, Amerika
Serikat. Kepolisian setempat menyatakan pelaku
penembakan brutal itu hanya satu orang pemuda berusia 20 tahun. Motif
penembakan itu juga tidak jelas, karena dia mengarahkan tembakannya itu secara membabi
buta (http://www.misterianeh.com/2015/10/11-penembakan-paling-brutal-di-amerika.html
diakses 30 September 2017 jam 02.00 WIB).

e. Dratikrama
Kata ‘dratikrama’ sebenarnya berasal dari kata Sanskerta daratikāma (दरतिकाम), karena
ada perubahan bunyi dan diadaptasikan kedalam bahasa Jawa Kuna kemudian menjadi
dratikrama. Kata ini merupakan gabungan dari kata ‘darati (दरति)’ yang artinya ‘membelah,
melanggar, merusak’ dan kata ‘kāma (काम)’ yang artinya ‘nafsu, cinta, seks, kesenangan’
(Monier-William,1899:252,470). Jika digabung kata daratikāma bisa diterjemahkan
‘melanggar cinta, merusak dengan nafsu seks’.
Secara terminologi dratikrama adalah membunuh dengan cara melakuk an perbuatan
memperkosa, biasanya kaum perempuan.
Pe rbuatan ini bisa menghancurkan
masa depan si korban. Orang yang
menjadi korban dratikrama bisa
mengalami trauma yang tidak akan
pernah terlupakan seumur hidupnya.
Dratikrama ini juga bisa merusak
tatanan nilai yang hidup di
masyarakat. Agama sangat melarang
perbuatan keji semacam ini.
Dalam kisah Mahābharata
diceritakan bagaimana Duryodhana
berusaha melecehkan wanita dari
bangsa pemburu saat ia sedang
berburu ke hutan. Di tengah hutan saat
ia mabuk ia berusaha menodai wanita dari
kelas rendahan. Namun ia bisa ditangkap dan diringkus oleh keluarga dari bangsa pemburu
tersebut. Dan saat dia diadilli dan akan dihukum mati oleh bangsa pemburu tersebut,
beruntung Bhīma dan Arjuna menyelamatkannya atas perintah Yudiṣṭhira.
Menurut ajaran Hindu dratikrama ini sama halnya dengan perbuatan paradārā
(memperkosa wanita) dan ini menyebabkan umurnya pendek. Hal ini sebagaimana disebutkan

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g202i


dalam Sarasamuścaya 153:
परदारा न गन्तव्याः सर्ववर्णेसु कर्हिचित् । न हीदृषमनायु ष्यम् यथान्यस्त्रीनिषे वणम् ॥
paradārā na gantawyāh sarwawarṇesu karhicit | na hīdṛṣamanāyuṣyam
yathānyastrīniṣewaṇam ||
Terjemahan:
Menggoda/memperkosa wanita, sengaja usaha curang jangan dilakukan; pun jangan
melakukan segala sesuatunya yang berakibatkan umur pendek.

f. Raja Pisuna
Raja Piśuna adalah bahasa Jawa Kuna yang artinya memfitnah. Kata ini merupakan
gabungan dari 2 kata yakni raja dan piśuna. Kata ‘raja ( रज)’ berarti ‘pimpinan, emosional’.
Sementara kata ‘piśuna (पिशु न)’ berarti ‘fitnah’ (Monier-William,1899:624). Raja piśuna
artinya fitnah keji yang digunakan untuk membunuh karakter seseorang.
Fitnah atau raja piśuna adalah perkataan yang tidak memiliki
nilai-nilai kebenaran, kemudian disebarluaskan sebagai berita
untuk menjerumuskan seseorang hingga menderita. Sarana
komunikasi massa kini bisa menjadi sarana untuk fitnah
yang lebih luas. Media sosial yang ada seperti
twitter, facebook, whatsapp, telegram,
dan sejenisnya bisa menjadi mesin
ampuh untuk melakukan fitnah. Dalam sekejap
fitnah itu bisa menyebar bagai berita nasional.
Begitu menakutkannya fitnah ini, hingga
ada pepatah lama yang yang mengatakan
a slader is more dangerous than
murder atau kalau diindonesiakan
menjadi “fitnah lebih kejam dari pembunuhan” (Tim Jogja Bangkit,2014:195).
Mereka yang melakukan fitnah bisa membunuh karakter korban. Si korban akan
terganggu emosionalnya hingga bisa menyebabkannya meninggal dunia. Orang yang
melakukan hal ini maka kelak setelah mati, rohnya akan terlempar ke Neraka Niraya yaitu
neraka yang sangat panas menyiksa. Kelak setelah lahir kembali ke dunia, maka kelahirannya
akan menjadi binatang anjing. Kalaupun masih mempunyai sisa karma baik dan dapat
kembali terlahir menjadi manusia, maka sepanjang hidupnya akan selalu mendapat hinaan.
Bukan itu saja, sepanjang hidupnya akan selalu dalam keadaan s usah dan menderita.
Suśāstra Hindu sangat melarang tindakan ini. Dalam Sarasamuścaya 75 disebutkan:
असत्प्रलापं पारुस्यं पै चुन्यमनृ तं तथा । वत्वारि वाचा राजे न्द्र नजल्पे न्नानु चिन्तये त् ॥
asatpralāpam pārusyam paicunyamanṛtaṁ tathā | watwāri wācā rājendra
najalpennānucintayet ||
Terjemahan:
Perkataan jahat, perkataan kasar menghardik, perkataan memfitnah, perkataan; itulah
keempatnya harus disingkirkan dari perkataan, jangan dipikiran akan diucapkan.

2. Evaluasi
a. Pilihan Ganda
Berilah tanda silang (X) huruf A, B, C atau D pada jawaban yang benar!
1. Ṣad ātatāyi adalah tujuh macam upaya pembunuhan yang kejam. Kata ātatāyi dalam
‘ṣad ātatāyi’ berasal dari kata Sanskerta....
A. अततायिन् B. अततयिन् C. आततायिन् D. आततायिन

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g203i


2. Dalam Wilson Sanskrit-English Dictionary (1832) disebutkan bahwa kata आततायि
(ātatāyi) juga berasal dari kata आततायिता yang artinya:
A. menganiaya B. mencekik C. menusuk D. mencuri
3. Di bawah ini disebutkan bagian-bagian dari ṣad ātatāyi:
1) wiṣada 2) wiṣaya 3) agnida
4) apramada 5) rajya pati 6) raja piśuna
Dari istilah-istilah di atas yang merupakan bagian-bagian yang benar dari ṣad ātatāyi
ditunjukkan pada nomor….
A. 1, 2, dan 6 B. 2, 3, dan 6 C. 1, 3, dan 6 D. 2, 4, dan 6
4. Dalam Kamus Sanskerta kata dratikrama tidak ditemukan dalam kosakata Sanskerta.
Karena dratikrama berasal dari kata....
A. drati dan kāma B. drati dan karma
C. darati dan kāma D. darati dan karma
5. Melakukan upaya pembunuhan atau menyakiti orang lain dengan cara membakarnya
dalam ṣad ātatāyi disebut...
A. agnida B. atharwa C. wiṣada D. raja piśuna
6. Perbuatan menyakit orang dengan memberi guna-guna termasuk....
A. atharwa B. agnida C. raja piśuna D. dratikrama
7. Masih hangat berita tentang kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin oleh temannya
Jessica yang beberapa waktu lalu menghiasi layar kaca dan berbagai media di tanah air.
Pembunuhan yang dilakukan oleh Jessica ini termasuk....
A. agnida B. atharwa C. wiṣada D. raja piśuna
8. Beberapa waktu lalu di Mesir ada sebuah tragedi yang menimpa umat Islam yang
sedang melaksanakan ibadah di sebuah Masjid. Segerombolan orang berasal dari
kelompok militan Islam garis keras di melempari umat yang ada di sana dengan bom.
Tak hanya itu mereka juga membunuh orang-orang yang henda melarikan diri dengan
tembakan membabi buta.
Tindakan dari kelompok militan ini ini termasuk....
A. dratikrama B. ṣastraghna C. atharwa D. wiṣada
9. Sekitar tahun 2017 ada seorang yang masih diduga mencuri amplifier di salah satu
tempat ibadah yang kemudian ia dihakimi massa dan akhirnya dibakar hidup-hidup
hingga akhirnya tewas.
Perbuatan massa yang main hakim sendiri dan melakukan pembunuhan dengan
membakar hidup-hidup ini termasuk....
A. dratikrama B. atharwa C. agnida D. wiṣada
10. Pada zaman penjajahan banyak perempuan Indonesia yang menjadi korban kekejaman
bangsa penjajah. Banyak yang dipaksa untuk melayani nafsu bejat para penjajah.
Perilaku para penjajah ini dapat dikategorikan sebagai....
A. agnida B. atharwa C. ṣastraghna D. dratikrama
11. Dalam Adiparwa 119 śloka 39 disebutkan:
भोजने भीनसे नस्य पु नः प्रक्षे पयद्विषं । कालकुटं नवं तीक्ष्णं सं भृतम्लोमहर्षणं ॥
Kisah yang diceritakan dalam Adiparwa di atas jika dikaitkan dengan Ṣad ātatāyi,
termasuk salah satu upaya pembunuhan Bhīma oleh Kaurawa dengan cara....
A. wiṣada B. atharwa C. ṣastraghna D. raja piśuna
12. Perhatikan gambar di bawah ini!

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g204i


Gambar di samping jika dikaitkan dengan perilaku ṣad
ātatāyi dapat dikategorikan tindakan ….
A. dratikrama
B. raja piśuna
C atharwa
D. wiṣada

13. Rani adalah sekretaris dari Rudy, salah seorang pengusaha


sukses di bidang IT. Meski tahu bahwa Rudy sudah beristri dan beranak dua, Rani tetap
ingin memiliki Rudy. Awalnya dia mencoba menggoda Rudy, namun tidak berhasil
karena Rudy tipe cowok yang setia. Oleh karenanya Rani meminta bantuan kepada Ki
Joko salah seorang paranormal sakti menakhlukkan hati Rudy dan membuat
keluarganya hancur.
Teman Rani Santi, begitu mengetahui bahwa perbuatan Rani ini mengarah ke perilaku
atharwa dan akan menimbulkan masalah, maka yang harus dilakukan Santi adalah ....
A. memberitahu istri Rudy akan niat dari Rani
B. mengajak Rani pergi ke pura dan bertirthayatra
C. menyadarkan Rani bahwa perbuatannya tidak baik
D. meminta Rani supaya segera melaksanakan niatnya
14. Kelompok Sarachen yang telah diringkus oleh Tim Cyber Mabes Polri ternyata sering
menyebarkan berita hoax yang dipesan oleh oknum tertentu untuk menjatuhkan
seseorang. Perbuatan yang dilakukan oleh jaringan Sarachen ini termasuk....
A. atharwa B. wiṣada C. dratikrama D. raja piśuna
15. Dia adalah Munir Said Thalib, lahir di Malang, Jawa Timur, 8 Desember 1965. Dia
adalah salah satu aktivis Hak Azasi Manusia (HAM) yang sejak masa orde baru(Orba).
Kegigihannya sebagai pejuang HAM tak pernah padam meski banyak rintangan yang
menghadang. Namun naas pada 7 September 2004 ia harus meregangkan nafasnya saat
menuju Amsterdam akibat perbuatan keji yang bisa dikategorikan….
A. dratikrama B. atharwa C. agnida D. wiṣada
16. Dalam Adiparwa bab 134 sampai 137 dikisahkan upaya pembunuhan keluarga Pāṇḍu
oleh para Kaurawa. Puncaknya adalah kejadian di Wāraṇāwata saat Pāṇḍawa
beristirahat di istana kardus hasil rekayasa Purocana. Perbuatan Kaurawa ini dapat
dikategorikan...
A. atharwa B. raja piśuna C. agnida D. dratikrama
17. Gambar di samping terkait dengan perilaku salah satu ṣad ātatāyi!
Salah satu perilaku ṣad ātatāyi terkait dengan gambar adalah….
A. dratikrama B. raja piśuna
C atharwa D. wiṣada

18. Liputan6.com, Jakarta, Aksi brutal yang diduga dilakukan pendukung Persebaya, Bonek
terekam video. Mereka diduga mengamuk dan mengacak-acak pusat perbelanjaan
Maspion Square di Surabaya, Jawa Timur. (Muhamad Ali, 28 Januari 2018, 12.51 WIB)
Kejadian di atas merupakan contoh dari perilaku....
A. atharwa B. wisada C. sastraghna D. dratikrama
19. Kelompok Sarachen yang telah diringkus oleh Tim Cyber Mabes Polri ternyata sering
menyebarkan berita hoax yang dipesan oleh oknum tertentu untuk menjatuhkan
seseorang. Perbuatan yang dilakukan oleh jaringan Sarachen ini termasuk....

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g205i


A. atharwa B. wisada C. dratikrama D. raja pisuna
20. Perhatikan contoh-contoh perilaku pada masyarakat di bawah ini!
1) memproduksi formalin untuk pengawetan jenazah
2) membuat bakso dengan borax dan formalin
3) memberikan penyedap rasa pada makanan
4) membubuhkan bubuk sianida pada kopi
5) mencampurkan zat pewarna makanan
6) menyebarkan potas pada sungai
Perilaku-perilaku di atas yang dapat dikategorikan sebagai wiûada dapat ditunjukkan
pada nomor....
A. 1, 2, dan 5 B. 2, 4, dan 6 C. 3, 4, dan 5 D. 1, 3, dan 6

b. Menjodohkan
Gambar berikut adalah salah satu ilustrasi tindakan Atharwa. Banyak sekali istilah-istilah
atharwa yang dikenal masyarakat lokal maupun dunia. Di bawah ada beberapa kotak di
sebelah kiri yang isinya adalah istilah-istilah atharwa dan kotak di sebelah kanan yang isinya
nama-nama wilayah. Silahkan beri garis penghubung antara kotak yang sebelah kiri dengan
kotak yang sebelah kanan terkait dengan asal-muasal istilah tersebut!

1. Suanggi a. Aceh

2. Teluh b. Jawa Timur

3. Balum beude c. Thailand

4. Santet d. Papua

5. Tapenawoy e. Sulawesi Selatan

6. Kajang Amma Toa f. Bali

7. Saiyasat g. Sulawesi Utara

8. Perahu doti h. Jawa Barat

9. Kuyang i. Maluku

10. Leak j. Kalimantan

D. Dampak dan Upaya Menghindari Perilaku Ṣad Ātatāyi (Pertemuan II)

1. Ringkasan Materi
Ṣad ātatāyi adalah perilaku kejam yang melanggar norma hukum baik hukum agama

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g206i


maupun hukum negara. Dalam hukum negara, jelas sekali bahwa perilaku pembunuhan
semacam ini dapat diganjar dengan hukuman penjara. Lebih-lebih jika pembunuhan tersebut
dilakukan secara terencana, hukumannya bisa 20 tahun penjara hingga hukuman mati. Hal ini
sebagaimana disebutkan pada pasal 340 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) yang
berbunyi:
Barangsiapa dengan sengaja dan dengan direncanakan lebih dahulu menghilangkan nyawa
orang lain, dihukum karena pembunuhan direncanakan (moord), dengan hukuman mati
atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun.
 

Menurut hukum agama Hindu perbuatan membunuh termasuk himsakarma dan Weda
melarangnya. Manawa Dharmaśāstra VIII.381 menyebutkan:
न जातु ब्राह्मणं हन्यात्सर्वष्वपि स्थितम् । राष्ट् रादे नं बहिः कुर्यत्समग्रधनमक्षतम् ॥
na jātu brāhmaṇaṁ hanyātsarwaṣwapi sthitam | rāṣṭrādenaṁ bahiḥ kuryat
samagradhanam akṣatam ||
Terjemahan:
Hendaknya seseorang tidak membunuh apalagi seorang brahmana, kendatipun ia
melakukan kemungkinan macam-macam perbuatan jahat. Ia harus dihukum dibuang
untuk yang bersalah semacam ini dengan badan terluka dan membiarkan semua hartanya
(Pudja Sudharta,2002:515).
 
Selanjutnya dalam Sarasamuścaya 76 disebutkan:
प्राणतिपातं स्तै न्यम्च परदारानथापि वा । त्रीनि पापानि काये न सर्वतः परिवर्जवे त् ॥
prāṇatipātam stainyam ca paradārānathāpi wā | trīni pāpāni kāyena sarwatah
pariwarjawet ||
Terjemahan:
Membunuh, mencuri, berbuat zina; ketiganya perbuatan dosa itu jangan hendaknya
dilakukan terhadap siapapun.
 
Merujuk pada suśāstra Hindu tersebut, jelas sekali bahwa membunuh adalah perbuatan
yang berakibat dosa. Dan untuk itu si pendosanya akan mendapat penderitaan baik di duni
maupun di neraka nantinya. Bahkan setelah lahir kembali pun ia akan sulit terlahir menjadi
manusia, kalaupun terlahir kembali menjadi manusia kelahirannya akan menjadi orang yang
hina dan umurnya tidak panjang.
Ada banyak alasan orang mau atau berani melakukan kejahatan pembunuhan. Tetapi
secara umum teridentifikasi penyebab pembunuhan itu karena menyimpan dendam, cemburu
baik karena cinta ataupun yang lainnya, motivasi harta atau uang terutama dalam kasus
perampokan, motivasi politik, menderita kelainan jiwa dan membela diri. Untuk alasan yang
terakhir karena membela diri dan tidak sengaja ini maka hukumannya tidak seberat yang lain.
Agar terhindar dari segala macam akibat buruk karena melakukan himsakarma, maka
setiap orang harus menghindari perbuatan ṣad ātatāyi ini. Ada beberapa hal yang bisa
dilakukan umat Hindu agar terhindar dari perilaku ṣad ātatāyi ini, antara lain (Sugita,2016:65-
67):
1. Senantiasa mendekatkan diri dengan Sang Hyang Widhi, para dewa, dan leluhur melalui
berbagai upacara keagamaan. Puja Tri Sandhya setiap hari jangan diabaikan karena akan
dapat menghapuskan kegalauan hati akibat banyaknya masalah dalam kehidupan.
Mencurahkan keresahan hati di dalam doa sambil melantunkan lagu-lagu pujian secara
hikmat dan khusuk. Semua ini akan dapat mengurangi rasa dendam, putus asa, dan

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g207i


mencegah niat untuk membunuh.
2. Serius mendengarkan, memahami, dan melaksanakan ajaran Guru, terutama Guru Rupaka,
Guru Pengajian, dan Guru Wisesa. Bagi mereka yang berani melawan guru, maka akan
mendapatkan ganjaran atau balasan berupa kesulitan sepanjang hidupnya. Contohnya, bila
seorang anak wanita yang berani melawan ibu kandungnya, bisa kesulitan saat melahirkan
anaknya di kemudian hari. Untuk itu, jangan marah kepada guru sehingga niat untuk
membunuh menjadi hilang.
3. Rajin mengikuti kegiatan keagamaan, seperti latihan Dharmagita, latihan tarian
keagamaan Hindu, latihan gamelan, Dharmawacana atau Dharmatula. Dengan latihan seni
upacara keagamaan seperti menari dan menabuh gamelan, maka akan terasah rasa estetika
yang ada di dalam diri. Budi akan semakin halus, perilaku akan semakin berkarakter
karena otak kanan kita terlatih baik. Dengan mengikuti latihan kehalusan budi, maka
keraguan akan keberadaan Sang Hyang Widhi dan hukum Karmaphala sama sekali tidak
ada. Kalau sudah yakin dengan hukum karma, maka niat untuk membunuh dengan cara
apapun akan hilang dengan sendirinya sehingga akan terhindar dari akibat buruk Ṣad
ātatāyi.
4. Perhatikan teman dekat kita. Hindari bergaul dengan para pemabuk, penjudi, pencuri,
apalagi dengan pembunuh. Pergaulan itu sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan kita.
Apabila lingkungan kita buruk, maka perilaku kita akan mempunyai kecenderungan
buruk. Kalau bergaul dengan pencuri dan pembunuh, maka cepat atau lambat akan
terpengaruh untuk menjadi pencuri dan pembunuh. Begitu juga sebaliknya, kalau bergaul
dengan orang-orang sukses, maka kita akan sukses. Dengan kata lain, bergaul dengan
orang baik akan terhindar dari niat untuk membunuh orang lain sehingga terhindar juga
dari akibat buruk melakukan pembunuhan.
5. Olah raga dan istirahat secara teratur. Di dalam tubuh yang sehat akan bersemayam juga
jiwa yang sehat. Jangan mengabaikan kesehatan tubuh, karena dengan tubuh yang sehat
penampilan nampak prima dan diperhatikan orang lain. Hal ini juga dapat mencegah niat
untuk melakukan pembunuhan.
6. Lakukan tapa, brata, yuga, dan samadi dengan tertib. Tapa artinya pengendalian diri, brata
artinya puasa mengendalikan makan dan minum, sedangkan samadi artinya konsentrasi
pikiran. Sebagaimana seekor ulat yang bertapa di dalam kepompong, kemudian bisa
terbang menjadi kupu-kupu. Begitu juga manusia, setelah melakukan tapa, brata dan
samadi dengan baik, maka diharapkan kecerdasannya akan bertambah, kharisma dan
wibawanya menjadi terpancar. Bagi yang wanita, kecantikannya dari dalam akan muncul.
Orang-orang sukses adalah mereka yang selalu melakukan tapa, brata, dan samadi dari
zaman ke zaman. Dengan demikian, niat untuk membunuh menjadi tidak ada dan merasa
sia-sia.
7. Latihan melakukan kebaikan. Hal ini nampaknya sederhana, tetapi melakukan kebaikan
harus dilatih dari hal-hal yang kecil sampai hal-hal yang besar. Mulai dari mematikan kran
setelah memakai air, membuang sampah di tempatnya, membantu orang yang
memerlukan pertolongan, dan menyumbang darah ketika ada korban perlu darah dalam
peristiwa bencana alam.
8. Dalam Kitab Sarasamuscaya dinyatakan, mereka yang selalu melakukan kebaikan akan
terhindar dari bencana walaupun berada di atas tebing yang curam, berada di hutan
belantara ataupun di dalam perang. Hal ini terjadi karena investasi atau tabungan karma
baiknya itu yang memberikan perlindungan secara ajaib ketika musibah mengancamnya.
Ini adalah cara agar terhindar dari niat untuk melakukan pembunuhan.

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g208i


 9. Hidup harus sejahtera dan Weda sangat menganjurkan umat Hindu dan umat manusia
pada umumnya untuk selalu hidup makmur, damai, dan sejahtera. Artinya, agama Hindu
sama sekali tidak menyukai kemiskinan dan kebodohan. Weda diturunkan untuk
menuntun manusia agar tidak bodoh, karena kebodohan adalah sumber bencana yang
sesungguhnya. Weda menganjurkan umat manusia rajin belajar agar pandai. Weda juga
menganjurkan agar umat manusia hidup hemat agar bisa kaya, karena kekayaan
menjadikan kita bahagia. Kita dapat membantu orang yang memerlukan bantuan dengan
kekayaan baik berupa harta benda maupun uang. Ini merupakan tabungan karma baik
yang kelak pasti berbuah manis.

2. Evaluasi (Uraian)
Jawaban pertanyaan dengan tepat dan benar!
1. Jelaskan dampak negatif yang bisa terjadi pada korban perilaku Ṣad Ātatāyi!
2. Jelaskan dampak negatif yang bisa terjadi pada pelaku Ṣad Ātatāyi!
3. Bagaimana cara menghindarkan diri agar tidak menjadi korban Ṣad Ātatāyi?
4. Bagaimana cara menghindarkan diri agar tidak menjadi pelaku Ṣad Ātatāyi?

E. Presentasi tentang Ṣad Ātatāyi (Pertemuan III)

Buatlah presentasi tentang materi tentang Ṣad ātatāyi, diskusikanlah bersama teman-temanmu,
lalu presentasikanlah di depan kelas!

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g209i


BAHAN AJAR KEPEMIMPINAN HINDU

A. Tujuan Pembelajaran

Peserta didik mampu:


1. Menguraikan secara lesan atau tertulis tentang tokoh-tokoh kepemimpinan Hindu.
2. Menjelaskan istilah kepemimpinan dalam Hindu di depan kelas
3. Menunjukkan contoh-contoh kepemimpinan Hindu dalam sejarah Hindu baik secara
lesan di depan kelas maupun tertulis.
4. Menceritakan tokoh-tokoh pemimpin dalam Hindu yang ada dalam sejarah Hindu baik
secara lesan maupun secara tertulis untuk dijadikan suri tauladan
5. Menguraikan secara lesan tentang jenis-jenis kepemimpinan dalam Hindu
6. Menguraikan secara tertulis tentang jenis-jenis kepemimpinan dalam Hindu
7. Memahami arti dan mengamalkan jenis-jenis kepemimpinan dalam Hindu
8. Menyebutkan konsep-konsep kepemimpinan Hindu yang banyak diajarkan dalam sastra
dan kesusastraan
9. Menjelaskan konsep-konsep kepemimpinan Hindu yang banyak diajarkan dalam sastra
dan kesusastraan secara lesan dan tertulis
10. Mempraktikkan konsep-konsep kepemimppinan Hindu yang banyak diajarkan dalam
sastra dan kesusastraan di depan kelas

B. Cakupan Materi Pembelajaran

Pertemuan ke-1
 Konsep pengertian Kepemimpinan Hindu
 Landasan Śāstra Kepemimpinan Hindu
Pertemuan ke-2
 Tipologi Kepemimpinan Hindu
 Penjelasan Jenis-jenis Kepemimpinan Hindu
Pertemuan ke-3
 Presentasi Contoh Kepemimpinan dalam Hindu

C. Konsep dan Landasan Sastra Kepemimpinan Hindu (Pertemuan I)

1. Ringkasan Materi
Pemimpin adalah unsur penting dalam sebuah komunitas, perkumpulan, organisasi,
masyarakat dan lain-lain. Selalu ada satu orang yang dituakan untuk memimpin suatu
komunitas. Bahkan dalam komunitas hewan sekali pun yang tidak memiliki undang-undang
tertulis, selalu ada seekor di antaranya yang tampil sebagai pemimpin. Bedanya, kalau
pemimpin dalam komunitas manusia, prosesnya dilalui dengan musyawarah atau pemilihan,
meski terkadang prosesnya pun tidak manusiawi. Sementara, dalam komunitas binatang,
pemimpin itu muncul setelah melalui proses adu fisik. Kelompok binatang yang lemah jangan
pernah berharap bisa jadi pemimpin. Itulah hukum rimba yang menang berkuasa yang kalah
diperdaya. Dan di alam binatang tidak mengenal lobi-lobi politik apalagi toleransi.
Pemimpin dan komunitas yang dipimpin sebenarnya memiliki hubungan yang tak
dapat dipisahkan. Analoginya seperti singa sebagai pemimpin dan komunitas hutan sebagai

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g210i


yang dipimpin yang menjadi tempat tinggalnya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam
Kakawin Nītiśāstra Sargaḥ I pupuh10 berikut:
si zHo r kS k nÈ a l sH l si k= r [kS= a r¼ ni t- $, si zHo mW= w n t nP t¿ tP ‘ wi
[ro do [zFoh ti k= [k $ ri, ru gṬ `o 'Q= w n [f ni k= j n ti [no/ w} kS n- $i/ ! p ‘=, si
zHo zHeo t]i jur= ni k= te g l y¿ nÆo mPu nFi [no nF|/b l.
Singhā rakṣakaning halas halas ikang rakṣéng harīnityaśa, Singhā mwang wana tan
patūt paḍa wirodhāngdoh tikang kéśari, Rug brāṣṭa ng wana dénikang jana tinor
wrêkṣanya śirṇapaḍang, Singhānghöt ri jurang nikang têgal ayūn sāmpun dinon
durbala
Terjemahan:
Singa adalah penjaga hutan, akan tetapi juga selalu dijaga oleh hutan. Jika singa dengan
hutan berselisih, mereka marah, lalu singa itu meninggalkan hutan. Hutannya dirusak
binasakan orang, pohon-pohonnya ditebangi sampai menjadi terang, singa yang lari
bersembunyi dalam curah, di tengah-tengah ladang, diserbu dan dibinasakan.

Singa dan hutan adalah dua unsur yang saling membutuhkan. Singa bisa menjaga
hutan dari manusia yang ingin mengeksploitasi kayu atau pohon yang ada di hutan. Begitu
juga dengan hutan yang menjadi tempat persembunyian singa bagi para pemburu yang ingin
menangkap singa. Jika hutan dirusak dan menjadi gundul maka tidak ada lagi tempat
persembunyian bagi singa si raja hutan. Saat para pemburu mengejarnya, maka singa pun
akan dapat dengan mudah di tangkap. Kalau pun dia keluar dari hutan dan masuk
perkampungan penduduk maka para warga pasti akan menangkapnya.
Seperti halnya antara raja dan negara. Negara ada bukan untuk raja, tetapi raja ada
untuk negara. Selain itu negara ada sebelum raja ada. Oleh karena itu raja harus bisa
melindungi negara dan rakyatnya. Jika tidak maka rakyatnya tidak akan simpatik kepadanya.
Mereka bisa saja melakukan pemberontakan kepadanya. Seperti peribahasa Indonesia yang
menyebutkan, “Raja benar raja dijulang, raja lalim raja disolang; raja adil raja disembah, raja
tak adil raja disanggah”. Selain itu jika seorang raja tidak bisa menjaga negaranya dengan
baik, lalu negara yang telah menjadi tumpuan hidupnya itu hancur, maka tak akan ada lagi
wilayah yang bisa ditempatinya. Untuk itulah dibutuhkan pemimpin yang memiliki
kemampuan kepemimpinan yang baik sehingga mampu membawa orang yang dipimpinnya
mencapai kesejahteraan baik lahir maupun batin.
Istilah pemimpin berasal dari kata dasar ‘pimpin’ yang dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai ‘bimbing atau tuntun’. Kata kerja dari kata dasar ini, yaitu
‘memimpin’ yang berarti ‘membimbing atau menuntun’. Dari kata dasar ini pula lahirlah
istilah ‘pemimpin’ yang berarti ‘orang yang memimpin’ (Tim Penyusun,2005:874). Kata
pemimpin mempunyai padanan kata dalam Bahasa Inggris ‘leader’.
Sementara itu kata ‘pemimpin’ mempunyai kaitan yang sangat erat dengan kata
‘kepemimpinan’. Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki dari seorang pemimpin.
Dengan kata lain, kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memimbing
dan menuntun seseorang. Jika tadi kata pemimpin mempunyai padanan kata dalam Bahasa
Inggris ‘leader’, maka kepemimpinan juga mempunyai padanan kata dalam Bahasa Inggris
yaitu leadership. Kata ini berasal dari kata dasar ‘lead’ yang dalam Oxford Leaner’s Pocket
Dictionary (Manser, et all.,1995:236) diartikan sebagai ‘show the way, especially by going in
front’. Sementara itu kata ‘leadership’ diartikannya sebagai ‘qualities of a leader’.
Secara umum, kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan untuk mengkoordinir
dan mengerahkan orang-orang serta golongan-golongan untuk tujuan yang diinginkan (Tim
Penyusun,2004:78). Menurut William H.Newman (1968) kepemimpinan adalah kegiatan
untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik
perorangan maupun kelompok. Bahasan mengenai pemimpin dan kepemimpinan pada

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g211i


umumnya menjelaskan bagaimana untuk menjadi pemimpin yang baik, gaya dan sifat yang
sesuai dengan kepemimpinan serta syarat-syarat apa yang perlu dimiliki oleh seorang
pemimpin yang baik.
Siagian (1986:12) berpendapat bahwa kepemimpinan adalah keterampilan dan
kemampuan seseorang mempengaruhi perilaku orang lain, baik yang kedudukannya lebih
tinggi maupun lebih lebih rendah daripadanya dalam berpikir dan bertindak agar perilaku
yang semula mungkin individualistik dan egosentrik berubah menjadi perilaku organisasional.
Menyimak pengertian di atas maka terkait dengan kepemimpinan ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan. Pertama, kepemimpinan selalu melibatkan orang lain sebagai
pengikut. Kedua, dalam kepemimpinan terjadi pembagian kekuatan yang tidak seimbang
antara pemimpin dan yang dipimpin. Ketiga, kepemimpinan merupakan kemampuan
menggunakan bentuk-bentuk kekuatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Keempat,
kepemimpinan adalah suatu nilai (values), suatu proses kejiwaan yang sulit diukur.
Kepemimpinan adalah proses memimpin, memanage, mengatur, menggerakkan dan
menjalankan suatu organisasi, lembaga, birokrasi, dan sebagainya. Kepemimpinan juga
bermakna suatu values atau nilai yang sulit diukur karena berhubungan dengan proses
kejiwaan, hal ini berhubungan dengan kepemimpinan sebagai kewibawaan. Hindu
mengajarkan dalam Kautilya Arthasastra tentang tujuan proses kepemimpinan sebagai
berikut. “Apa yang membuat raja bahagia bukanlah kesejahteraan, tetapi yang membuat
rakyat sejahtera itulah yang harus menjadi kebahagiaan seorang Raja.” Hal ini sebagaimana
disebutkan dalam Kauṭilya Arthaśāstra 1.19.34 berikut:
प्रजा सु खे सु खं राज्ञः प्रजानां च हिते हितम् । नात्मप्रियं हितं राज्ञः प्रजानां तु प्रियं हितम् ॥
prajā sukhe sukhaṁ rājñaḥ prajānāṁ ca hite hitam, nātmapriyaṁ hitaṁ rājñaḥ
prajānāṁ tu priyaṁ hitam.
Terjemahan:
Dalam kebahagiaan rakyat terletak kebahagiaan raja; dan kesejahteraan rakyat juga
berarti kesejahteraan rajanya. Apa yang tidak menyenangkan hati rakyatnya maka itu
juga harus menjadi hal yang tidak menggembirakan bagi sang Raja.

Dalam agama Hindu, banyak ditemukan istilah yang menunjuk pada pengertian
pemimpin. Ajaran atau konsep kepemimpinan (leadership) dalam Hindu dikenal dengan
istilah अधिपत्यं (adhipatyam) atau नयकत्वं (nayakatvam). Kata ‘adhipatyam’ berasal dari kata
‘adhipati’ yang berarti ‘raja tertinggi’ (Wojowasito,1977:5). Sedangkan ‘nayakatvam’ dari
kata ‘nayaka’ yang berarti ‘pemimpin, terutama, tertua, kepala’ (Wojowasito,1977:177). Di
samping kata adhipati dan nayaka yang berarti pemimpin terdapat juga beberapa istilah atau
sebutan untuk seorang pemimpin dalam menjalankan dharma negaranya yaitu: rāja,
mahārāja, prabhu, kṣatriya, swamin, iśwara dan natha. Di samping istilah-istilah tersebut di
Indonesia kita kenal istilah ratu atau datu, sang wibhuh, murdhaning jagat dan sebagainya.
Jika dikaji kembali kata NaYa (naya) yang artinya pemimpin berasal dari akar kata iNa
(ni) yang artinya’di bawah’. Ini menunjukkan bahwa seorang nayaka (pemimpin) harus
berasal atau bermula dari bawah. Pemimpin yang baik adalah yang berasal rakyat.
Selanjutnya terkait dengan hal ini Hindu menjelaskan bahwa adanya stratifikasi sosial dalam
masyarakat atau catur warṇa (brahmana, kṣatriya, waiśya, dan sudra) dalam istilah Hindu, itu
terkait dengan guṇa dan karma masing-masing, bukan karena keturunannya. Hal ini
sebagaimana disebutkan dalam Bhagawad Gītā IV.13:
चातु र्वर्ण्यं मया सृ ष्टं गु णकर्मविभागशः । तस्य कर्तारमपि मां विद्ध्यकर्तारमव्ययम् ॥
cāturwarṇyaṁ mayā sṛṣṭaṁ guṇakarmawibhāgaśaḥ, tasya kartāram api māṁ widdhy
akartāram awyayam.
Terjemahan:
Menurut guṇa dan karma yang ada hubungannya dengan sifat-sifat itu, empat bagian

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g212i


masyarakat manusia diciptakan oleh-Ku. Walaupun Akulah yang menciptakan sistem
ini, hendaknya engkau mengetahui bahwa Aku tetap sebagai yang tidak berbuat, karena
Aku tidak dapat diubah.
 
Hal ini adalah sejalan dengan bakat dan kemampuan atau profesi seseorang yang
dalam bahasa Sanskerta disebut dengan warṇa. Kata warṇa berasal dari akar kata v* (wṛ) yang
artinya pilihan bakat dan kemampuan dari seseorang (Titib,1995:10). Tentunya yang
dimaksudkan di sini adalah benar-benar memiliki kualifikasi atau kemampuan seseorang.
Bila bakat kepemimpinannya yang menonjol dan mampu memimpin sebuah
organisasi dengan baik disebut kṣatriya, karena kata kṣatriya artinya yang memberi
perlindungan. Demikian pula yang memiliki kecerdasan yang tinggi, senang terjun di bidang
spiritual, ia adalah seorang brahmana. Demikian pula profesi-profesi masyarakat seperti
pedagang, saudagar, petani, nelayan, dan sebagainya. Jadi sesungguhnya seorang kṣatriya atau
pemimpin itu bukan dilahirkan tetapi diraih dengan upaya dan kemampuan yang keras.
Selanjutnya Manawa Dharmaśāstra VII.35 menyebutkan:
स्वे स्वे धर्म निविष्टानां सर्वेषामनु र्वशः । वर्णानामश्रमाणां च राजा सृ ष्टो ‘भिरक्षिता
swe swe dharma niwiṣṭānāṁ sarweṣām anurwaśaḥ, warṇānām aśramāṇāṁ ca rājā
sṛṣṭo ‘bhirakṣitā.
Terjemahan:
Raja/pemimpin telah diciptakan untuk melindungi warṇa dan aturannya yang semuanya
itu menurut tingkat kedudukan mereka melaksanakan tugas-tugas kewajiban mereka.

Dalam sejarah Hindu, banyak contoh pemimpin yang bisa dijadikan suri teladan. Di
setiap zaman dalam sejarah Hindu selalu muncul tokoh yang menjadi pemimpin. Setiap tokoh
ada masanya dan setiap masa ada tokohnya. Sebut saja mulai dari Kudungga, Mulawarman,
Purnawarman, Sanjaya, Ratu Sima, Airlangga, Ken Arok, Jayabhaya, Kertanegara, Raden
Wijaya, Tribhuwana Tunggadewi, Hayam Wuruk, Gajah Mada, Siliwangi, hingga Dalem
Denpasarr Enggong. Di era sekarang pun, banyak tokoh Hindu yang juga dapat dijadikan
sebagai panutan/pimpinan seperti: Mahatma Gandhi, Svami Vivekananda, Svami Rāmakṛṣṇa,
Svami Dayananda Saraswatī, Sri Satya Sai, Śrila Prabupada, dan sebagainya.
Di samping itu contoh kepemimpinan Hindu yang ideal dapat ditemukan dalam
kisah-kisah Itihasa dan Purana. Banyak tokoh dalam cerita tersebut yang diidealkan menjadi
pemimpin Hindu, misalnya: Dasaratha, Śrī Rāma, Wibhisana, Arjuna Sasrabahu, Śantanu, Śrī
Kṛṣṇa, Māharāja Pāṇḍu, Yudiṣṭhira, dan lain-lain.
Dalam konsep Hindu, tidak boleh ada dualisme kepemimpinan. Ibarat matahari,
hanya ada satu yang menyinari bumi, maka pemimpin pun juga demikian. Sebuah perahu jika
banyak yang menahkodai, maka perahu tersebut tidak akan sampai pada tujuannya. Negara
atau organisasi jika dipimpin oleh banyak orang, maka organisasi tersebut akan sulit mencapai
cita-citanya. Selain itu akan menjadi dilema tersendiri dalam setiap pengambilan kebijakan
dan roda organisasi akan sulit berjalan hingga nantinya akan menemui kehancurannya
(Misra,2007:58-59). Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Śukra Nīti 3.241:
भात्ये कनायकं नित्यं निर्बहुनायकम्
bhātyekanāyakaṁ nityaṁ nirbahunāyakam
(Selama masih ada satu pucuk pimpinan, dan bukan banyak yang memimpin, negara
atau organisasi akan tetap jalan dan bersinar)

Walaupun demikian seorang pemimpin tidak boleh diktator. Ia masih membutuhkan


penasehat. Dalam cerita Itihasa dan Purana, antara pemimpin (Raja) tidak bisa dipisahkan
dengan Pandita sebagai Purohito (penasehat Raja). Brahmana ksatriya sadulur artinya
penguasa dan pendeta sejalan. ‘Raja tanpa Pandita lemah, Pandita tanpa Raja akan musnah.”

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g213i


Misalnya: Bhatara Guru dalam memimpin Kahyangan Jonggring Salaka dibantu oleh Maharsi
Narada sebagai penasehatnya, Maharaja Dasaratha ketika memimpin Ayodya dibantu oleh
Maharsi Wasistha, Maharaja Pāṇḍu dalam memimpin Astina dibantu oleh Krpacharya dan
sebagainya. Kemudian dalam perkembangan Zaman banyak tokoh bermunculan untuk
memajukan Hindu baik itu di Indonesia maupun di negara lain.

2. Evaluasi (Uraian)
Jawaban pertanyaan dengan tepat dan benar!
1. Jelaskan pengertian pemimpin dan kepemimpinan!
2. Jelaskan pengertian kepemimpinan Hindu!
3. Sebutkan dan jelaskan istilah pemimpin dan kepemimpinan Hindu dalam bahasa
Sanskerta?
4. Perhatikan sloka di bawah ini?
प्रजा सु खे सु खं राज्ञः प्रजानां च हिते हितम् । नात्मप्रियं हितं राज्ञः प्रजानां तु प्रियं हितम् ॥
Arthaśāstra 1.19.34
Jelaskan makna sloka tersebut terkait kepemimpinan Hindu!

D. Tipologi Kepemimpinan Hindu (Pertemuan II)

1. Ringkasan Materi
Dalam konsep kepemimpinan Barat yang lebih banyak dijadikan dasar adalah sikap
dan tingkah laku dari para pemimpin-pemimpin besar di dunia. Oleh kerena itu mereka
banyak mengemukakan jenis-jenis kepemimpinan yang sesuai dengan tokoh personalnya,
seperti: Karismatik, Paternalistik, Maternalistik, Militeristik, Otokrasi, Lassez Faire,
Populistik, Eksekutif, Demokratik, Personal, Sosial dan masih banyak lagi lainnya.
Lain halnya dengan konsep kepemimpinan Hindu. Selain dasar tersebut, yang
terutama sekali kepemimpinan Hindu bersumber dari kitab suci Weda dan diajarkan oleh para
orang-orang suci. Kepemimpinan Hindu juga banyak mengacu pada tatanan alam semesta
yang merupakan ciptaan dari Tuhan Yang Maha Esa. Berikut ini konsep-konsep
Kepemimpinan Hindu yang banyak diajarkan dalam śāstra dan suśāstra Hindu.
a. Saḍ Warṇaning Rājanīti
Saḍ Warṇaning Rājanīti atau Saḍ Sasana adalah enam sifat utama dan kemampuan
yang harus dimiliki oleh seorang raja. Konsep ini ditulis Candra Prkash Bhambari dalam buku
“Substance of Hindu Politiy”. Adapun bagian-bagian Saḍ Warṇaning Rājanīti ini adalah:
Abhigamika (mampu menarik perhatian positif dari rakyatnya); Prajña (harus bijaksana);
Utsaha (harus memiliki daya kreatif yang tinggi); Ātma Sampad (bermoral yang luhur);
Sakya samanta (mampu mengontrol bawahannya dan sekaligus memperbaiki hal-hal yang
dianggap kurang baik); Akṣudra Parisatka (harus mampu memimpin sidang para menterinya
dan dapat menarik kesimpulan yang bijaksana sehingga diterima oleh semua pihak yang
mempunyai pandangan yang berbeda-beda).

b. Catur Kotamaning Nṛpati


Catur Kotamaning Nṛpati merupakan konsep kepemimpinan Hindu pada jaman
Majapahit sebagaimana ditulis oleh M. Yamin dalam buku “Tata Negara Majapahit”. Catur
Kotamaning Nṛpati adalah empat syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Adapun keempat syarat utama tersebut adalah: Jñāna Wiśeṣa Śuddha (memiliki pengetahuan
yang luhur dan suci); Kaprahitaning Praja (harus menunjukkan belas kasihnya kepada
rakyatnya); Kawiryan (harus berwatak pemberani dalam menegakkan kebenaran dan
keadilan berdasarkan pengetahuan suci yang dimilikinya sebagainya disebutkan pada syarat
sebelumnya); Wibawa (harus berwibawa terhadap bawahan dan rakyatnya).

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g214i


c. Tri Upaya Sandhi
Di dalam Lontar Raja Pati Gundala disebutkan bahwa seorang raja harus memiliki
tiga upaya agar dapat menghubungkan diri dengan rakyatnya yang disebut Tri Upaya Sandi:
Rūpa (harus mengamati wajah dari para rakyatnya); Wangśa (harus mengetahui susunan
masyarakat agar dapat menentukan pendekatan apa yang harus digunakan); Guṇa
(mengetahui tingkat peradaban atau kepandaian dari rakyatnya sehingga ia bisa mengetahui
apa yang diperlukan oleh rakyatnya)

d. Pañca Upaya Sandhi


Dalam Lontar Śiwa Buddha Gama Tattwa disebutkan ada lima tahapan upaya yang
harus dilakukan oleh seorang raja dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang menjadi
tanggung jawab raja. Adapun bagian-bagian dari Pañca Upaya Sandi ini adalah: Māyā (upaya
dalam mengumpulkan data atau permasalahan yang masih belum jelas duduk perkaranya);
Upekṣa (meneliti dan menganalisis semua data-data tersebut dan mengkodifikasikan secara
profesional dan proporsional); Indra Jala (mencarikan jalan keluar dalam memecahkan
persoalan yang dihadapi sesuai dengan hasil analisisnya tadi); Wikrama (melaksanakan semua
upaya penyelesaian dengan baik sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan); dan Laukika
(mengedepankan logika dalam penyelesaian permasalahan yang telah ditetapkan)

e. Aṣṭa Brata
Aṣṭa Brata adalah ajaran kepemimpinan yang diberikan oleh Śrī Rāma kepada
Gunawan Wibhīṣaṇa sebelum ia memegang tampuk kepemimpinan Alengka Pura pasca
kemenangan Śrī Rāma melawan keangkaramurkaan Rawaṇa. Adapun delapan bagian Aṣṭa
Brata tersebut adalah: Indra Brata, Yama Brata, Sūrya Brata, Candra Brata, Bāyu Brata,
Baruṇa Brata, Agni Brata, dan Kwera atau Pṛthiwī Brata.

f. Nawa Natya
Dalam Lontar Jawa Kuno yang berjudul “Nawa Natya” dijelaskan bahwa seorang
raja dalam memilih pembantu-pembantunya (menterinya). Ada sembilan kriteria yang harus
diperhatikan oleh seorang raja dalam memilih para pembantunya. Sembilan kriteria inilah
yang dikenal sebagai Nawa Natya. Adapun kesembilan kriteria itu adalah: Prajña Nidagda
(bijaksana dan teguh pendiriannya); Wira Sarwa Yudha (pemberani dan pantang menyerah
dalam setiap medan perang); Paramārtha (bersifat mulia dan luhur); Dhirotsaha (tekun dan
ulet dalam setiap pekerjaan); Wragi Wakya (pandai berbicara atau berdiplomasi); Samaupaya
(selalu setia pada janji); Lagawangartha (tidak pamrih pada harta benda); Wruh Ring Sarwa
Bastra (bisa mengatasi segala kerusuhan); dan Wiweka (dapat membedakan mana yang baik
dan yang buruk).

g. Pañca Daśa Pramiteng Prabhu


Dalam Lontar Negara Kertagama, Rakawi Prapañca menuliskan keutamaan sifat-
sifat Gajah Mada sebagai Maha Patih Kerajaan Majapahit. Sifat-sifat utama itu pula yang
mengahantarkan Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Sifat-sifat utama tersebut ada 15
yang disebut sebagai Pañca Daśa Pramiteng Prabhu. Adapun kelima belas bagian dari Pañca
Daśa Pramiteng Prabhu tersebut adalah: Wijayana (bijaksana dalam setiap masalah); Mantri
Wira (pemberani dalam membela negara); Wicaksananengnaya (sangat bijaksana dalam
memimpin); Natanggwan (dipercaya oleh rakyat dan negaranya); Satya Bhakti Prabhu (selalu
setia dan taat pada atasan); Wagmiwak (Pandai bicara dan berdiplomasi); Sarjawa Upasama
(sabar dan rendah hati); Dhirotsaha (teguh hati dalam setiap usaha); Teulelana (teguh iman
dan optimistis); Tan Satrsna (tidak terlihat pada kepentingan golongan atau pribadi);
Dibyacita (lapang dada dan toleransi); Nayakaken Musuh (mampu membersihkan musuh-
musuh negara); Masihi Samasta Bawana (menyayangi isi alam); Sumantri (menjadi abdi

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g215i


negara yang baik); dan Gineng Pratigina (senantiasa berbuat baik dan menghindari pebuatan
buruk).

h. Sad Upaya Guṇa


Dalam Lontar Rajapati Gondala dijelaskan ada enam upaya yang harus dilakukan
oleh seorang raja dalam memimpin negara. Keenam upaya ini disebut juga sebagai Sad
Upaya Guṇa. Adapun keenam upaya tersebut adalah: Siddhi (kemampuan bersahabat);
Wigṛha (memecahkan setiap persoalan); Wibawa (menjaga kewibawaan); Winarya (cakap
dalam memimpin); Gascarya (mampu menghadapi lawan yang kuat); dan Stanha (menjaga
hubungan baik).
Dalam lontar yang sama disebutkan pula ada 10 macam orang yang bisa dijadikan
sahabat oleh Raja. Kesepuluh macam tersebut adalah orang yang: Satya (jujur), Arya (orang
besar/mulia), Dharma (baik), Āsūrya (dapat mengalahkan musuh), Mantri (bisa mengabdi
dengan baik), Salya Tawan (banyak kawannya), Bali (kuat dan sakti), Kaparamarthan
(mempunyai visi yang jelas), Kadiran (tetap pendiriannya), dan Guṇa (banyak ilmunya)

i. Pañca Satya
Selain upaya, sifat dan kriteria sebagaimana yang telah disebutkan di atas, masih ada
satu lagi landasan bagi pemimpin Hindu dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Landasan
ini ada lima yang dikenal sebagai Pañca Satya. Lima Satya ini harus dijadikan sebagai
landasan bagi seorang pemimpin Hindu di manapun dia berada. Kelima landasan itu adalah:
Satya Hṛdaya (jujur terhadap diri sendiri / setia dalam hati); Satya Wacana (jujur dalam
perkataan / setia dalam ucapan); Satya Samaya (setia pada janji); Satya Mitra (setia pada
sahabat); dan Satya Lakṣana (jujur dalam perbuatan).
Kelima ini juga harus dijadikan pedoman dalam hidupnya. Sehingga ia akan menjadi
seorang pemimpin yang hebat, berwibawa, disegani dan sebagainya. Tingkat keberhasilan
dari seorang pemimpin dalam memimpin itu sendiri ditentukan oleh dua faktor, yaitu: faktor
usaha manusia (Manuṣa atau jangkunging manungsa) dan faktor kehendak Tuhan (Daiwa atau
jangkaning Dewa). Sementara tingkat keberhasilannya bisa berupa penurunan (kṣaya), tetap
atau stabil (sthana) dan peningkatan atau kemajuan (wṛddhi) (Kautilya,2004:392-393).

2. Evaluasi (Pilihan Ganda)


Berilah tanda silang (X) huruf A, B, C atau D pada jawaban yang benar!
1. Dalam Śukra Nīti 3.241 tertulis:
भात्ये कनायकं नित्यं निर्बहुनायकम्
Menurut śloka tersebut dalam kepemimpinan sebuah negara atau organisasi tidak boleh
ada….
A. banyak musuh B. banyak pelanggar C. banyak raja D. banyak patih
2. Dalam sejarah Hindu di Inoonesia, meski memiliki kekuasaan, seorang raji tidak bisa
bekerja sendiri. Dalam memutuskan kebijakan atau hukum, ia dibantu oleh
penasehatnya yang disebut….
A. hakim B. paṇḍita C. adhipati D. purohito
3. M. Yamin dalam buku ‘Tata Negara Majapahit’ menjelaskan mengenai empat syarat
utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin atau raja. Teori kepemimpinan pada
zama Majapahit ini disebut.….
A. Catur Kotamaning Nṛpati B. Catur Puruṣa Artha
C. Catur Puruṣa Artha D. Catur Lokapala
4. Dalam Lontar Rajapati Gondala dijelaskan ada enam teori atau upaya yang harus
dilakukan oleh seorang raja dalam memimpin negara. Teori ini disebut juga sebagai ….

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g216i


A. Ṣad Ripu B. Ṣad Raṣa C. Ṣad Wara D. Ṣad Upaya Guṇa
5. Raja-raja sebagaimana pernah dikisahkan pada kitab itihasa di bawah ini yang bisa
dijadikan sebagai suri teladan adalah….
A. Dhṛtaraṣṭra B. Duryodhana C. Puntadewa D. Rahwana
6. Dalam kisah pewayangan Jawa disebutkan ada seorang raja yang merupakan titisan
Wiṣṇu bernama Prabu Arjuna Sasrabahu. Dia memerintah Kerajaan Maospati dengan
adil bijaksana. Banyak orang yang kemudian ingin mengabdi kepada Sang Raja
pemegang Cakra Sudarsana ini. Salah satu orang yang ingin ngèngèr (mengabdi) di
Maespati ini adalah putra dari Bhagawan Jamadagni yang bernama….
A. Raden Janaka B. Raden Sumantri C. Raden Sukrasana D. Raden Kakrasana
7. Raja Hindu yang merupakan lambang kebenaran atau dharma adalah ….
A. Dhṛtaraṣṭra B. Yudisthira C. Duryodhana D. Rahwana
8. Perhatikan istilah-istilah di bawah ini:
1) Saḍ Warṇaning Rājanīti 2) Sapta Marga
3) Aṣṭa Brata 4) Nawa Cita
5) Pañca Upaya Sandi 6) Dasa Dharma
Yang merupakan konsep kepemimpinan Hindu ditunjukkan pada nomor....
A. 1, 2, dan 3 B. 1, 3, dan 5 C. 2, 4, dan 5 D. 2, 5, dan 6
9. Perhatikan istilah-istilah di bawah ini:
1) Maya 2) Guṇa 3) Wibawa
4) Wangśa 5) Prajña 6) Rūpa
Yang merupakan bagian dari kepemimpinan Tri Upaya Sandhi ditunjukkan pada
nomor....
A. 1, 2, dan 5 B. 1, 3, dan 5 C. 2, 4, dan 6 D. 2, 5, dan 6
10. Perhatikan istilah-istilah di bawah ini:
1) Wibawa 2) Indrajala
3) Kawiryan 4) Laukika
5) Maya 6) Kaprahitaning Praja
Yang merupakan bagian dari kepemimpinan Tri Upaya Sandhi ditunjukkan pada
nomor....
A. 1, 2, dan 5 B. 1, 3, dan 6 C. 2, 4, dan 5 D. 2, 5, dan 6
11. Perhatikan ilustrasi kisah seorang raja di bawah ini!
Raja Manu adalah seorang raja yang baik. Dia mampu menunjukkan kerja yang baik.
Raja Manu menaruh perhatian yang lebih kalau soal rakyatnya. Hal ini membuat
rakyatnya juga memiliki perhatian yang besar kepada sang raja.
Sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh Raja Manu tersebut dalam kepemimpinan ṣaḍ
warṇaning rājanīti merupakan implementasi dari....
A. Prajña B. Abhigamika C. Utsaha D. Sakya Samanta
12. Perhatikan ilustrasi pemimpin di bawah ini!
Sebagai seorang raja besar, Prabu Harimurti memiliki wibawa yang besar di hadapan
para punggawa dan prajuritnya. Sebagai panglima tertinggi dari kerajaannya, sang raja
juga mampu mengendalikan pemerintahan di kerajaannya. Sang raja bahkan langsung
turun ke bawah untuk melakukan pengawasan terhadap anak buahnya. Jika ada para
menteri, punggawa, dan prajuritnya yang tidak bisa bekerja dengan baik, maka sang raja
langsung turun tangan untuk mengatasinya. Jika diperlukan ketegasan, maka dia pun tak
segan-segan mengganti anak buahnya yang memiliki loyalitas kepada negara.
Sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh sang Prabu Harimurti tersebut dalam

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g217i


kepemimpinan ṣaḍ warṇaning rājanīti merupakan implementasi dari....
A. Utsaha B. Atma Sampad C. Abhigamika D. Sakya Samanta 
13. Perhatikan ilustrasi di bawah ini!
Sebagai pemimpin negara, seorang presiden harus berbudi luhur. Dia harus memiliki
moral dan mental yang baik. Banyak korupsi yang berawal dari bobroknya mental
pemimpinnya. Sebelum dia bisa mengubah sebuah negara, maka dia harus bisa
mengubah mind setnya terlebih dahulu.
Hal tersebut dalam kepemimpinan ṣaḍ warṇaning rājanīti merupakan implementasi
dari....
A. Prajña B. Abhigamika C. Utsaha D. Atma Sampad 
14. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah mumpuni di
hadapan anak buahnya terutama saat memimpin rapat-rapat dengan para menteri atau
punggawanya. Saat terjadi perdebatan dalam rapat pun, pemimpin harus bisa menjadi
penengahnya. Dan ketika di akhir sabha, ia harus bisa mengambil keputusan secara adil
dan bijaksana.
Hal tersebut dalam kepemimpinan ṣaḍ warṇaning rājanīti merupakan implementasi
dari....
A. Abhigamika B. Atma Sampad
C. Sakya Samanta D. Akṣudra Parisatka
15. Pemimpin pada dasarnya adalah wakil dari para Dewa di dunia. Dia harus orang yang
berwawasan luas, berpengetahuan luhur, dan juga memiliki pemahaman spiritual yang
baik. Pemimpin tidak harus berpendidikan tinggi tetapi dia adalah orang yang terdidik
baik secara mental, spiritual, maupun kemampuan proseduralnya.
Hal tersebut dalam kepemimpinan catur kotamaning nṛpati merupakan implementasi
dari....
A. Jñana wiśeṣa śuddha B. Kaprahitaning praja
C. Kawiryan D. Prajña 
16. Di dalam Lontar Raja Pati Gundala disebutkan bahwa seorang raja harus memiliki tiga
upaya agar dapat memimpin rakyatnya dengan baik. Tiga upaya ini disebut sebagai Tri
Upaya Sandi.
Berikut ini yang merupakan bagian-bagian dari Tri Upaya Sandi adalah....
A. kopa, wangśa, dan guṇa B. wangśa, rūpa, dan jana
C. guṇa, rūpa, dan wiśeṣa D. rūpa, wangśa, dan guṇa
17. Seorang pemimpin harus bisa mengamati rakyatnya dengan baik. Dia harus tahu apakah
rakyatnya sedang mengalami kesusahan atau tidak. Jika rakyatnya sedang susah maka
seorang pemimpin harus mengadakan pendekatan kepadanya mengatasi kesusahannya.
Dalam Tri Upaya Sandi, sikap pemimpin seperti ini dikenal sebagai....
A. guṇa B. rūpa C. wiśeṣa D. wangśa
18. Seorang raja atau pemimpin harus mengetahui tingkat peradaban atau kepandaian dari
rakyatnya sehingga ia bisa mengetahui apa yang diperlukan oleh rakyatnya.
Dalam Tri Upaya Sandi, sikap pemimpin seperti ini dikenal sebagai....
A. guṇa B. rūpa C. kopa D. jana

19. Perhatikan hal-hal terkait dengan kepemimpinan di bawah ini!

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g218i


1) pemimpin harus mengedepankan pertimbangan yang logis untuk memecahkan
suatu masalah
2) pemimpin harus mengumpulkan data-data terkait dengan permasalahan yang belum
jelas duduk perkaranya
3) pemimpin harus bisa mencarikan jalan keluar atas masalah yang menimpa anak
buahnya berdasarkan analisis yang matang
Ketiga hal di atas merupakan penjelasan dari bagian-bagian Pañca Upaya Sandi yang
secara mulai dari nomor 1, 2, dan 3 termasuk ....
A. logika, upekṣa, dan wikrama B. logika, māyā, dan indra jala
C. upekṣa, logika, indrajala D. māyā, upekṣa, wikrama
20. Simaklah berita dari harian Kompas di bawah ini!
Presiden Joko Widodo merespons alasan Ketua DPR Setya Novanto yang menolak
memenuhi panggilan pemeriksaan di KPK terkait kasus dugaan korupsi e-KTP.
Novanto berdalih KPK harus meminta izin Presiden terlebih dahulu untuk memeriksa
dirinya. Menjawab alasan Novanto, Presiden Jokowi menyerahkan segala proses hukum
tersebut kepada tata acara yang berlaku.
"Buka undang-undangnya semua. Buka undang-undangnya. Aturan mainnya seperti
apa, disitulah diikuti," ujar Jokowi sebagaimana dikutip dari siaran pers resmi Istana,
Rabu (15/11/2017).
Pasal 245 Ayat 1 Undang-Undang tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (UU MD3)
yang sudah diuji materi Mahkamah Konstitusi memang mensyaratkan pemeriksaan
anggota DPR harus seizin presiden. Namun, Pasal 245 Ayat 3 menyatakan bahwa
ketentuan Ayat 1 tidak berlaku apabila anggota DPR melakukan tindak pidana khusus,
termasuk korupsi.
Jika kaitkan dengan kepemimpinan Pañca Upaya Sandi, maka sikap Presiden Joko
Widodo tersebut, merupakan implementasi dari....
A. Indra Jala B. Wikrama C. Upekṣa D. Logika

E. Presentasi tentang Kepemimpinan Hindu (Pertemuan III)

Buatlah presentasi tentang materi tentang Kepemimpinan Hindu, diskusikanlah bersama


teman-temanmu, lalu presentasikanlah di depan kelas!

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g219i


BAHAN AJAR PAÑCA YAJÑĀ

A. Tujuan Pembelajaran

Peserta didik mampu:


1. Menjelaskan pengertian yajña
2. Menyebutkan dasar pelaksanaan yajña
3. Menyebutkan jenis-jenis dan kualitas yajña
4. Menjelaskan jenis-jenis kualitas yajña
5. Menyebutkan syarat pelaksanaan yajña
6. Menyebutkan contoh-contoh pelaksanaan yajña dalam kehidupan sehari-hari
7. Menyajikan pelaksanaan yajña dalam kehidupan sehari-hari
8. Memprakterkan membuat upakara yajña yang sederhana

B. Cakupan Materi Pembelajaran

Pertemuan ke-1:
 Pengertian dan landasan śāstra Pañca Yajña
Pertemuan ke-2
 Bagian-bagian dan contoh Pañca Yajña
Pertemuan ke-3
 Praktik upakara Pañca Yajña

C. Pengertian dan landasan śāstra Pañca Yajña (Pertemuan I)

1. Ringkasan Materi
Dalam keyakinan Hindu setiap manusia yang lahir kembali pada dasarnya
mengalami punarbhawa atau yang juga disebut sebagai saṁsara. Hakikatnya mereka belum
bisa mencapai kelepasan (mokṣa) dan masih harus menjalani saṁsara atau penderitaan. Untuk
membebaskan diri dari saṁsara tersebut maka manusia harus bisa terlepas dar hutang-hutang
semasa hidupnya. Hutang yang dimaksud adalah tiga hutang dasar manusia yang dikenal
sebagai Tri Ṛṇa.
Dalam Mahābhārata dikisahkan bagaimana Bhīṣma sebelum mencapai
pembebasannya, ia harus membayar hutang terlebih dahulu kepada Ambā yang hadir sebagai
wujud Śikhaṇḍi. Intinya selama manusia masih punya hutang baik di kehidupan yang lampau
maupun yang sekarang, maka dia tidak akan bisa mencapai mokṣa. Manawa Dharmasastra
VI.35 menegaskan:
ऋणानि त्रीण्यपाकृत्य मनो मोक्षे निवे शये त् । अनपाकृत्य मोक्षं तु सोवमनो व्रजत्यधः ॥
ṛṇāni trīṇyapākṛtya mano mokṣe niweśayet | anapākṛtya mokṣaṁ tu sowamano
wrajatyadhaḥ ||
Terjemahan:
Kalau ia telah membayar tiga macam hutangnya kepada Tuhan, para leluhur atau orang
tua dan para ṛṣi, hendaknya ia menunjukkan pikirannya untuk mencapai pembebasan.
Dia yang mengejar kelepasan itu tanpa menyelesaikan tiga macam hutangnya akan
tenggelam ke alam bawah.
Tiga macam hutang atau Tri Ṛṇa yang dibawa manusia sejak lahir tersebut adalah:

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g220i


1. Dewa Ṛṇa yaitu hutang kepada para Ida Sang Hyang Widhi beserta manifestasi-Nya
karena telah menciptakan alam semesta dan memberikan kita kehidupan.
2. Pitra Ṛṇa yaitu hutang kepada leluhur baik yang sudah meninggal maupun orangtua yang
masih hidup. Kita berhutang kepada leluhur atau orang tua kita karena mereka telah
melahirkan, merawat, mendidik, dan mengasuh kita dari sejak dalam kandungan sampai
menjadi manusia dewasa.
3. Ṛṣi Ṛṇa yaitu hutang kepada para Ṛṣi dan para guru kita yang telah mengajarkan
pengetahuan Weda dan membantu kita mencapai kesucian jiwa.
Karena adanya hutang inilah dalam ajaran agama Hindu diharapkan dapat dibayar
dengan melaksanakan Pañca Yajña. Bagian Pañca Yajña terdiri dari Dewa Yajña, Pitra Yajña,
Rsi Yajña, Manusa yajña dan Bhuta Yajña

Secara etimologi, kata ‘yajña’ berasal dari akar kata Sansekrta यज् (yaj) yang berarti
‘persembahan, pemujaan, penghormatan, dan korban suci’. Tradisi persembahan kepada
Tuhan dan menyembahnya dalam pengorbanan makanan dan bahan lainnya ini telah menjadi
dasar agama Hindu sejak agama ini ada. Orang-orang Zoroastrian juga mengikuti praktik
serupa yang mereka sebut yasna.
Pengertian yajña adalah kegiatan yang dilakukan dengan penuh keikhlasan untuk
melakukan persembahan kepada Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa yang pada pelaksanaan
di dalamnya mengandung unsur karya (perbuatan), śreya (tulus ikhlas), budhi (kesadaran),
dan bhakti (persembahan). Yajña dapat dilakukan secara lahiriah dalam bentuk ritual untuk
menyenangkan para dewa atau dapat dilakukan secara batin dan mental dalam pikirannya
sendiri. Secara simbolis dan spiritual semua tindakan dilakukan sebagai yajña.
Weda menyebutkan lebih dari 400 yajña, yang sebagian besar sudah ada lagi saat ini.
Dalam sejarah Hindu yajña tersebut sudah dilakukan sejak zaman Brahmana. Para brahmana
membuat persembahannya kepada Sang Hyang Agni dan kepada para dewa yang lain.
Menurut Weda tujuan yajña adalah untuk kesejahteraan dunia. Melalui yajña, manusia bisa
mendapatkan anugerah dari para dewa untuk memenuhi keinginan mereka.
Dalam kosakata bahasa Sanskerta, cara melakukan upacara yajña adalah यजति
(yajati). Tindakan atau pekerjaan yang dilakukan pada saat pengorbanan atau yajña tersebut
dikenal sebagai यजनं (yajanaṁ). Penyelenggara dari suatu yajña disebut disebut यजमान
(yajamāna). Formula yajña yang digunakan dalam pengorbanan itu disebut यजु स् (yajus).
Seorang brahmin yang membuat api suci dari yajña disebut यजत्र (yajatra). Setiap yajña
memiliki bagian yang disebut यज्ञाङ्ग (yajñāṅga). Masing-masing yajñāṅga ini dikelola oleh
brahmin atau kelompok brahmana tertentu. Bagian yajña yang diberikan kepada masing-
masing Dewa disebut यज्ञां श (yajñāṁśa). Tempat pelaksanaan yajña tersebut dikenal sebagai
यज्ञशाल (yajñaśālā)

2. Evaluasi (Uraian)
Jawaban pertanyaan dengan tepat dan benar!
1. Jelaskan pengertian yajna secara etimologi!
2. Dalam Manawa Dharmasastra VI.35 disebutkan:
ऋणानि त्रीण्यपाकृत्य मनो मोक्षे निवे शये त् ।
अनपाकृत्य मोक्षं तु सोवमनो व्रजत्यधः ॥
Jelaskan dasar pelaksanaan yajna dalam Hindu menurut sloka di atas!
3. Jelaskan kedudukan yajna dalam kerangka ajaran Hindu!
4. Dalam pelaksanaan upacara yajna dikenal istilah Tri Manggalaning Yajna. Jelaskan
istilah yang dimkasud!
5. Jelaskan arti dari istilah: yajati, yajus, yajatra, yajnangga, yajnamsa, dan yajnasala?

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g221i


D. Bagian dan Contoh Pañca Yajña (Pertemuan II)

1. Ringkasan Materi
Dalam ajaran Hindu dikenal 5 macam jenis yajña yang disebut sebagai pañca yajña.
Adapun bagian-bagian dari pañca yajña ini adalah: Deva yajña, Pitṛ yajña atau Pitra yajña,
Ṛṣi yajña, Manuṣa yajña, dan Bhūta yajña. Berikut ini penjelasan dari masing-masing yajña
tersebut.
a. Dewa Yajña
Dewa Yajña adalah persembahan suci yang dihaturkan kepada Sang Hyang Widdhi
beserta manisfestasi-Nya. Contoh Dewa yajña dalam keseharian kita adalah melaksanakan
Puja Tri Sandya. Sedangkan contoh Dewa yajña pada hari-hari tertentu adalah melaksanakan
piodalan atau pawêḍalan (upacara pemujaan) di pura dan lain sebagainya.
Adapun tujuan Dewa yajña ini adalah untuk membayar hutang kepada Sang Hyang
Widdhi beserta Dewa-Dewa yang menjadi manifestasi-Nya (Dewa Ṛṇa). Dalam Bhagawad
gītā III.10 disebutkan:
सहयज्ञाः प्रजाः सृ ष्ट् वा पु रोवाच प्रजापतिः । अने न प्रसविष्यध्वमे ष वोऽस्त्विष्टकामधु क् ॥
sahayajñāḥ prajāḥ sṛṣṭwā purowāca prajāpatiḥ | anena prasawiṣyadhwam eṣa wostw
iṣṭakāmadhuk ||
Terjemahan:
Pada zaman dulu Prajāpati menciptakan alam semesta dan manusia dengan yajña. Dia
pun bersabda dengan ini engkau akan mengembang dan akan menjadi kāmadhuk bagi
keinginanmu.
Menurut śloka di atas manusia berhutang hidup kepada Tuhan dan para Dewa
sebagai manifestasi-Nya. Dewa-dewa penguasa alam semesta telah meyediakan apa yang
dibutuhkan oleh manusia. Selain itu manusia bisa hidup karena ada makanan yang berasal
dari hujan yang diturunkan karena yajña. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam
Bhagawadgītā III.14 yang menyebutkan:
अन्नाद्भवन्ति भूतानि पर्जन्यादन्नसम्भवः । यज्ञाद्भवति पर्जन्यो यज्ञः कर्मसमु दभ ् वः ॥
annād bhawanti bhūtāni parjanyād annasaṁbhawaḥ | yajñād bhawati parjanyo yajñaḥ
karmasamudbhawaḥ ||
Terjemahan:
Dari makanan semua makhluk bisa hidup dan tetap ada. Makanan sendiri ada karena
hujan yang diturunkan kepada alam. Hujan sendiri ada karena yajña, dan yajña itu sendiri
dasarnya adalah karma.

Terkait dengan Dewa Yajña ini, dalam Lontar Agastya Parwa disebutkan:
[ f w y ^ z r n- {t l pW kĽ m ri * qo r $i wo gNi, m k ge l r nÈ m !’ l Ri * qo r.
Dewa yajña ngaranya taila pwa krama ri bhaṭāra śiwāgni, maka gêlaraning maṇḍala ri
bhaṭāra (Dewa Yajña adalah mempersembahkan minyak kepada Bhatara Siwāgni, yang
merupakan altar atau/media dari bhatara Siwāgni)
Memang pada zaman dahulu sarana pemujaan yang paling banyak dipakai oleh para
pandita adalah api dan pemujaannya pun lebih banyak ditujukan kepada Siwāgni. Sementara
itu dalam Lontar Bayi Loka Tattwa disebutkan:
[ f w y ^ z r n- a z tu rke nW li rÈ s w/ [f w t k [bh,
Déwa yajña ngaranya angaturakên wali ring déwata kabèh (Dewa yajña adalah upacara
mempersembahkan wali kepada para dewa.)

b. Ṛṣi Yajña
Ṛṣi yajña adalah korban suci yang tulus ikhlas kepada para Ṛṣi. Ṛṣi adalah orang-
orang yang bisa membebaskan umatnya dari samsara dengan pengetahuan jñānanya (ऋषति

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g222i


ज्ञाने न सं सार पारं ). Dengan Weda dan widyanya para ṛṣi telah menuntun manusia menuju jalan
pencerahan. Karena jasanya ini maka umat Hindu berhutang kepada para ṛṣi yang telah
memberikan pengetahuan suci kepada mereka.
Umat Hindu memberikan yajña terutama pada saat mengundang orang suci yang
dimaksud untuk menghantarkan upacara yajña yang dilaksanakan. Tujuan pelaksanaan ṛṣi
yajña adalah untuk membayar hutang yang kita miliki ke hadapan Sulinggih, para Ṛṣi, atau
para guru (Ṛṣi Ṛṇa). Ṛṣi yajña juga merupakan bentuk rasa terima kasih kita kepada para guru
(Ṛṣi Ṛṇa) atas petunjuk, nasehat, ilmu pengetahuan yang diberikan kepada kita. Dengan ilmu
pengetahuan tersebut kita dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana
yang baik dan mana yang buruk.
Terkait dengan Ṛsi Yajña ini Lontar Agastya Parwa disebutkan:  
x 'i y ^ z r n- k p¿ j nÆ= p ! ’i t mW= s= w(h ri k li z nÈ f fi.
Ṛṣi yajña ngaranya kapūjan sang paṇḍita mwang sang wruh ri kalinganing dadi
(Ṛṣi Yajña adalah pemujaan atau penghormatan kepada para paṇḍita atau beliau yang
mengetahui sangkan paraning dumadi)
Sementara itu dalam Lontar Bayi Loka Tattwa disebutkan:
x 'i y ^ z r n- a z tu r ke nPu !- rÈ x 'i zG n, s a [bo j n mW= widi wi dn k [bh
Ṛṣi yajña ngaranya angaturakên puṇya ring ṛṣi ng gana, saha bojana mwang widhi
widhana (Ṛṣi yajña adalah menghaturkan punia kepada para Ṛṣi, beserta bojana
(makanan) dan perlengkapan upacaranya)
 

c. Pitra Yajña
Pitra yajña adalah korban suci kepada para pitṛ. Kata pitṛ पितृ dapat diartikan sebagai
surga atau alamnya para leluhur. Para leluhur sendiri dalam bahasa Sanskerta disebut पितरस्
pitaras (Monier-William,1899:626). Korban suci untuk leluhur disebut juga sebagai pitara
yajña atau orang lebih mengenalnya sebagai pitra yajña.
Hindu memang mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa ingat dan
menghormati leluhurnya. Hal ini senada dengan bab Śīkṣa Wālli atau Sāmhitī pada Taittirīya
Upaniṣad I.XI.2 sebagai berikut:
दे व पितृ कार्याभयां न प्रमदि तव्यम् । मतृ दे वो भव पितृ दे वो भव । आचार्य दे वो भव । अतिथि
दे वो भव ॥
dewa pitṛ kāryābhayāṁ na pramadi tawyam, matṛ dewo bhawa, pitṛ dewo bhawa, ācārya
dewo bhawa, atithi dewo bhawa
Terjemahan:
Janganlah pernah ingkar terhadap kegiatan pemujaan kepada para Dewa dan para leluhur.
Sebagaimana dikatakan dalam Weda bahwa; Ibu adalah perwujudan Dewa; Ayah adalah
perwujudan Dewa; Guru adalah perwujudan Dewa; Tamu adalah perwujudan Dewa
Salah satu cara untuk menghormati leluhur adalah dengan melaksanakan pitra yajña
atau pengabdian dan pengorbanan kepada orang tua dan leluhur kita yang sudah meninggal.
Korban suci jenis ini adalah bentuk rasa hormat dan terima kasih kepada para pitara atau
leluhur karena telah berjasa ketika masih hidup melindungi kita. Kewajiban setiap orang yang
telah dibesarkan oleh orang tua (leluhur) untuk memberikan persembahan yang terbaik secara
tulus ikhlas. Ini sangat sesuai dengan ajaran suci Weda agar umat Hindu selalu saling
memberi demi menjaga keteraturan. Tujuan dari pelaksanaan Pitra yajña adalah untuk
membayar hutang kehadapan para leluhur (Pitra Ṛṇa) yang merawat dan membesarkan kita.
Terkait dengan Pitra Yajña ini Lontar Agastya Parwa menjelaskan:  
pi t} y ^ z r n- ti 2 m nṬ Ø tH-= $i w $Ľ fÕ.
pitṛ yajña ngaranya tilêman bwat hyang śiwa śraddha
(Pitra Yajña adalah upacara kematian untuk Hyang Siwasraddha)
Sementara itu dalam Lontar Bayi Loka Tattwa disebutkan:

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g223i


pi t} y ^ z r n- p m} sT i sT nÈ s w, s a t p/ n pi t],
pitṛ yajña ngaranya pamrêstistaning sawa, saha tarpana pitra
(Pitra yajña adalah upacara kematian dan persembahan tarpana)

d. Manusa Yajña
Manuṣa yajña adalah pengorbanan untuk manusia, terutama bagi mereka yang
memerlukan bantuan. Umpamanya ada musibah banjir dan tanah longsor. Banyak pengungsi
yang hidup menderita. Dalam situasi begini, umat Hindu diwajibkan untuk melakukan
Manuṣa yajña dengan cara memberikan sumbangan makanan, pakaian layak pakai, dan
sebagainya. Bila perlu terlibat langsung untuk menjadi relawan yang membantu secara
sukarela. Dengan demikian, memahami manuṣa yajña tidak hanya sebatas melakukan
serentetan prosesi keagamaan, melainkan juga kegiatan kemanusiaan seperti donor darah dan
membantu orang miskin juga termasuk manuṣa yajña.
Namun, manuṣa yajña dalam bentuk ritual keagamaan juga penting untuk
dilaksanakan. Karena sekecil apapun sebuah yajña dilakukan, dampaknya sangat luas dan
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Umpamanya, kalau kita melaksanakan upacara
potong gigi, maka semuanya ikut terlibat dan kena dampak. Untuk upacara manuṣa yajña,
agama Hindu mengajarkan agar dilakukan dari sejak dalam kandungan seorang ibu. Tujuan
pelaksanaan manuṣa yajña adalah untuk membayar leluhur (Pitra Ṛṇa) yang telah membantu
kita disaat membutuhkan pertolongan dan juga untuk penyucian diri.
Terkait dengan manuṣa yajña ini Lontar Agastya Parwa menjelaskan:  Manuṣa yajña
adalah memberikan makanan/hidangan kepada masyarakat. Sementara itu dalam Lontar Bayi
Loka Tattwa disebutkan: Manuṣa yajña adalah upacara untuk keselamatan diri manusia mulai
sejak perkawinan, dan seterusnya.

e. Bhuta Yajña
Bhuta yajña adalah korban suci yang tulus ikhlas tanpa pamrih kepada makhluk
bawahan (para bhuta), termasuk para bhuta sekala maupun niskala yang ada di sekitar kita.
Para bhuta ini cenderung menjadi kekuatan yang tidak baik, suka mengganggu. Tujuan
pelaksanaan Bhuta yajña adalah untuk membayar hutang yang kita memiliki kepada para
bhuta seperti alam semesta, makhluk hidup, yang merupakan ciptaan Sanghyang Widhi. Jadi
Bhuta yajña yang kita laksanakan untuk membayar hutang kepada Sang Hyang Widhi (Dewa
Ṛṇa).
Terkait dengan Bhūta yajña ini Lontar Agastya Parwa menjelaskan:  
*¿ t y ^ z r n- t wumW=/ k pu j nÈ tu wu a f p mu zW nÑ| !’ wu l nM k fi w li kĽ mE l f $ [f w m1!’ l.
Bhūta yajña ngaranya tawur mwang kapujaning tuwuhan apamungwan kuṇḍawulan maka
Diwali (Bhūta yajña adalah tawur dan pemujaan terhadap sarwa bhuta yaitu lingkungan
atau ruang dan seluruh makhluk di dunia)
Sementara itu dalam Lontar Bayi Loka Tattwa disebutkan:
*¿ t y ^ z r n-s lWi rÈ c ru, k ni'Q , m d-, U tT m.
bhūta yajña ngaranya salwiring caru, kaniṣṭa, madhya, uttama
(Bhūta yajña adalah segala macam upacara caru, tingkat kaniṣṭa, madhya, dan uttama)
Dilihat dari waktu pelaksanaan, yajña dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1. Nitya Karma yaitu yajña yang dilaksanakan setiap hari.
2. Naimitika Karma yaitu yajña yang dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu.

Pelaksanaan yajña yang berkaitan dengan Tri Ṛṇa dikelompokkan menjadi 5 yang
disebut dengan Pañca yajña yang terdiri dari:
1. Dewa yajña yaitu persembahan atau korban suci ke hadapan Sang Hyang Widhi dengan
segala manifestasi-Nya yang dilakukan dengan hati yang tulus ikhlas.
Adapun contoh pelaksanaan Dewa Yajña secara Nitya Karma atau sehari-harinya tampak

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g224i


pada aktivitas yajña seperti: sembahyang Tri Sandhya (pagi, siang, dan sore hari),
melaksanakan yajña sesa atau menghaturkan yajña berupa masakan yang akan kita makan,
berdoa sehari-harinya (dainika upasana), dan masih banyak lagi lainnya.
Sementara itu contoh pelaksanaan Dewa Yajña secara Naimitika Karma atau pada waktu-
waktu tertentu misalnya: mendirikan tempat suci, melaksanakan puja wali (odalan),
merayakan hari suci keagamaan, dan lain-lain
2. Pitra yājña yaitu korban suci yang dilakukan dengan hati yang tulus ikhlas ditujukan
kepada para leluhur.
Adapun contoh pelaksanaan Pitra yājña secara Nitya Karma antara lain: menjadi anak
yang baik, menuruti nasehat orang tua, merawat orang tua selagi sakit, mematuhi nasehat
orang tua, dan lain-lain.
Sementara itu contoh pelaksanaan Pitra yajña secara Naimitika Karma diantaranya:
melaksanakan upacara pitra yajña, membuat upacara pengabenan pada saat orang tua
meninggal, melaksanakan upacara atma wedana, melaksanakan upacara atiwa-tiwa,
melaksanakan upacara êntas-êntas, menghaturkan upacara śraddha (di Jawa pada
umumnya dikenal sebagai nyadran), upacara kasripahan (seperti surtanah, seperti
surtanah, têlung dinan, pitung dinan, patang puluh dinan, nyatus, mênḍak pisan, mênḍak
pinḍo, nyèwu), pêngéling-éling untuk para leluhur, melaksanakan pemujaan kepada
leluhur (pitra puja atau pitra tarpana), dan sebagainya.
3. Ṛṣi yājña yaitu korban suci yang tulus ikhlas kepada Para Maha Ṛṣi, Pendeta, dan para
guru.
Contoh pelaksanaan Ṛṣi yajña secara Nitya Karma antara lain: mempelajari ilmu
pengetahuan, hormat dan patuh kepada catur guru, meneruskan dan melaksanakan ajaran
catur guru, mengamalkan ajaran guru dalam kehidupan sehari-hari, dan sebagainya.
Sementara itu contoh pelaksanaan Ṛṣi yajña secara Naimitika Karma diantaranya:
penobatan calon sulinggih atau diksita menjadi sulinggih yang disebut upacara diksa,
membangun tempat-tempat pemujaan untuk sulinggih, menghaturkan/ memberikan punia
pada saat-saat tertentu kepada sulinggih, mulunen bagi dukun di Tengger pada saat Yajña
Kasada, dan sebagainya.
4. Manuṣa yajña yaitu korban suci yang tulus ikhlas yang ditujukan kepada sesama manusia.
Contoh pelaksanaan Manuṣa yajña secara Nitya Karma misalnya: saling menghormati
sesama manusia, membangun kerjasama antar sesama manusia, gotong royong (di Jawa
lazim disebut gugur gunung), membantu sesama manusia, membantu anak yatim piatu.
Contoh pelaksanaan Manuṣa yajña secara Naimitika Karma: upacara bayi dalam
kandungan (seperti: têlon-têlon, mitoni atau pagêḍong-gêḍongan), upacara bayi lahir atau
brokohan, kêpus pusêr, têḍak sitèn atau turun tanah, upacara otonan (hari kelahiran),
upacara potong gigi atau pangur, upacara pernikahan atau wiwaha saṁskara, dan lain-
lain.
5. Bhūta yajña yaitu korban suci yang tulus ikhlas, yang ditujukan kepada para bhūta kala,
makhluk di bawah manusia dan alam semesta.
Contoh pelaksanaan Bhuta yājña secara Nitya Karma: melestarikan lingkungan tumbuh-
tumbuhan dan binatang; membuang sampah pada tempatnya; menanami hutan yang
gundul, membeṛṣihkan saluran air atau selokan; ikut serta menjaga alam sekitar, dan
sebagainya.
Sementara itu contoh pelaksanaan Bhuta yājña secara Naimitika Karma: menghaturkan
sêgêhan, caru, dan tawur; melaksanakan upacara pañca wali krama; merayakan tumpêk
kandang, tumpek pengarah, dll.

Dalam pelaksanaan yajña agar berdasarkan dharma maka harus didasarkan pada: ikṣa,

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g225i


yaitu tujuan dari upacara tersebut harus diketahui dengan jelas, sehingga arah pelaksanaan
upacara dapat bejalan dengan baik; śakti, artinya dalam melaksankan upacara keagamaan
harus mengukur kemampuan atau kekuatan, baik financial maupun pemahaman terhadap
upacara tersebut; deśa, yaitu tempat dimana upacara dilangsungkan; kala, yaitu waktu
pelaksanaan upacara juga harus mendapatkan perhatian sehingga upacara tersebut memiliki
daya manfaat, sehingga harus dilaksankan dengan efisien, efektif dan bermanfaat; tattwa,
yaitu yang dijadikan dasar pelaksanaan upacara itu harus jelas, karena upacara yang tanpa
dasar sastra tidak akan memberikan pahala yang baik kepada yang melaksanakannya. Jadi
sekecil dan sesederhana apapun upacara itu harus ada dasar śāstra sebagai dasar pijakannya.
Hal ini sebagaimana disebutkan Manawadharmaśāstra VII.10 , yaitu:
कार्यं सो ऽवे क्ष्य शाक्तिं दे श कालौ च तत्त्वतः । कुरुते धर्म सिद्ध्यर्थं विश्व रूपं पु नः पु नः ॥
kāryaṁ so ‘wekṣya śāktiṁ deśa kālau ca tattwataḥ, kurute dharma siddhyarthaṁ wiśwa
rūpaṁ punaḥ punaḥ
Terjemahan:
Setelah mempertimbangkan sepenuhnya maksud, kekuatan dan tempat serta waktu, untuk
mencapai keadilan ia menjadikan dirinya menjadi bermacam wujudnya, untuk mencapai
dharma yang sempurna.
 
Selanjutnya ikṣa, śakti, deśa, kala, dan tattwa ini pada masyarakat Hindu di Bali
dikenal sebagai desa, kala, dan patra. Deśa artinya disesuaikan dengan daerah/tempat
diselenggarakannya yajña; kala artinya disesuaikan dengan waktu penyelenggaraan yajña;
patra artinya disesuaikan dengan keadaan/kemampuan penyelenggaraan yajña.
Agar pelaksanaan yajña lebih efisien, maka syarat pelaksanaan yajña perlu mendapat
perhatian, yaitu: Śāstra (harus berdasarkan Weda); Śraddha (harus dengan keyakinan);
Laścarya (keikhlasan menjadi dasar utama yajña); Dakṣiṇa (memberikan dana kepada
pandita); Mantra (puja, dan gita wajib ada pandita atau pinandita); Nāsmita (tidak untuk
pamer); Anna śewanam (pelayanan kepada masyarakat dengan cara mengundang untuk
makan bersama).
1. Kualitas Yajña
Ada tiga kualitas yajña, menurut Bhagawadgītā XVII. 11, 12, dan 13, yakni:
a. Sattwika Yajña
Sattwika yajña adalah yajña yang dilaksanakan sudah memenuhi syarat-syarat yang
telah ditentukan. Syarat-syarat yang dimaksud, antara lain:
1) Yajña harus berdasarkan sastra. Tidak boleh melaksanakan yajña sembarangan, apalagi
didasarkan pada keinginan diri sendiri karena mempunyai uang banyak. Yajña harus
melalui perhitungan hari baik dan buruk. Yajña harus berdasarkan sastra dan tradisi yang
hidup dan berkembang di masyarakat.
2) Yajña harus didasarkan keikhlasan. Jangan sampai melaksanakan yajña ragu-ragu.
Berusaha berhemat pun dilarang di dalam melaksanakan yajña. Hal ini mengingat arti
yajña itu adalah pengorbanan suci yang tulus ikhlas. Sang Yajamana atau penyelenggara
yajña tidak boleh kikir dan mengambil keuntungan dari kegiatan yajña. Apabila
dilakukan, maka kualitasnya bukan lagi sattwika namanya.
3) Yajña harus menghadirkan Sulinggih yang disesuaikan dengan besar kecilnya yajña.
Kalau yajñanya besar, maka sebaiknya menghadirkan seorang Sulinggih Dwijati atau
Pandita. Tetapi kalau yajñanya kecil, cukup dipuput/diselesaikan oleh seorang Pemangku
atau Pinandita saja.
4) Dalam setiap upacara yajña, Sang Yajamana harus mengeluarkan dakṣina. Dakṣina adalah
dana uang kepada Sulinggih atau Pinandita yang muput yajña. Jangan sampai tidak
melakukan itu, karena daksina adalah bentuk dari Ṛṣi yajña dalam Pañca yajña.
5) Yajña juga sebaiknya menghadirkan suara genta, gong atau mungkin Dharmagita. Hal ini

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g226i


juga disesuaikan dengan besar kecilnya yajña. Apabila biaya untuk melaksanakan yajña
tidak besar, maka suara gong atau Dharmagita boleh ditiadakan
 
b. Rajasika Yajña
Rajasika yajña adalah kualitas yajña yang relatif lebih rendah. Walaupun semua
persyaratan dalam Sattwika yajña sudah terpenuhi, namun apabila Sang Yajamana atau yang
menyelenggarakan yajña ada niat untuk memperlihatkan kekayaan dan kesuksesannya atau
hanya sekedar ingin pamer saja maka nilai yajña itu menjadi rendah. Oleh karenanya suatu
upacara yajña yang besar atau uttamaning uttama, akan menjadi tercela manakala tidak ada
keikhlasan dari sang yajamana.

c. Tamasika Yajña
Tamasika yajña adalah yajña yang dilaksanakan dengan motivasi agar mendapatkan
untung. Kegiatan ini sering dilakukan sehingga dibuat Panitia yajña dan diajukan proposal
untuk melaksanakan upacara yajña dengan biaya yang sangat tinggi. Akhirnya yajña jadi
berantakan karena Panitia banyak mencari untung. Bahkan setelah yajña dilaksanakan,
masyarakat mempunyai hutang di sana sini. Yajña semacam ini sebaiknya jangan dilakukan
karena sangat tidak mendidik.
 
2. Tingkatan Yajña
Tingkatan yajña dalam hal ini hanya berhubungan dengan tingkat kemampuan dari
umat yang melaksanakan yajña. Yang terpenting dari yajña adalah kualitasnya. Namun
demikian, Weda mengakomodir perbedaan tingkat sosial masyarakat.
Bagi mereka yang kurang mampu, dipeṛṣilakan memilih yajña yang lebih kecil, yaitu
madyama atau kanista. Tetapi bagi umat yang secara ekonomi mampu, tidak salah untuk
mengambil tingkatan yajña yang lebih besar yang disebut utama.
Adapun tingkatan-tingkatan yang dimaksud, yaitu:
a. Kaniṣṭha, yajña dengan sarana yang sederhana atau minim.
b. Madyama, yajña dengan sarana menengah, tetapi disesuaikan dengan kemampuan Sang
Yajamana; dan
c. Utama, yajña yang dilakukan dengan sarana lengkap, besar, megah, dan cenderung
mewah. Biasanya dilakukan oleh mereka yang mampu secara ekonomi.

2. Evaluasi (Pilihan Ganda)


Berilah tanda silang (X) huruf A, B, C atau D pada jawaban yang benar!
1. Latar belakang atau dasar seseorang melaksanakan yajña adalah....
A. Dewa Ṛṇa B. Ṛṣi Ṛṇa C. Pitra Ṛṇa D. Tri Ṛṇa
2. Kata Ṛṇa berasal dari bahasa Sanskerta, jika ditulis dalam akṣara Dewanāgarī yaitu....
A. रिन B. रिण C. ऋण D. ऋन
3. Salah satu dasar pelaksanaan yajña adalah karena ṛṇa yang dimiliki oleh manusia. Ṛṇa
dapat diartikan sebagai....
A. kurban B. hutang C. bunga D. suci

4. Yajña dalam Tri Kerangka Dasar Ajaran Hindu dikategorikan sebagai upācāra atau
ritual Hindu. Kata yajña sendiri berasal dari akar kata Sanskerta यज् yang berarti....
A. ritual B. bersujud C. berkurban D. berkarya
5. Dalam ilmu wyakarana atau tata bahasa Sanskerta, tempat di mana sebuah yajña
dilaksanakan disebut....
A. यज्ञकर्म B. यज्ञसद C. यज्ञशाल D. यज्ञफल

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g227i


6. Yajña atau kurban suci yang ditujukan kepada para leluhur atau mereka yang sudah
meninggal disebut....
A. Bhūta yajña B. Dewa yajña C. Pitṛ yajña D. Ṛṣi yajña
7. Yajña yang dihaturkan kepada para guru atau paṇḍita disebut....
A. Manuṣa yajña B. Bhūta yajña C. Dewa yajña D. Ṛṣi yajña
8. Setiap Budha Kasih Wuku Dungulan, umat Hindu melaksanakan yajña memperingati
hari suci Galungan. Upacara hari suci Galungan ini dapat dikategorikan sebagai....
A. Ṛṣi yajña B. Dewa yajña C. Bhūta yajña D. Manuṣa yajña
9. Pada saat Yajña Kasada, umat Hindu di Tengger bisa melaksanakan upacara Mulunên.
Dalam konsep agama Hindu, Mulunên ini bisa dikategorikan sebagai....
A. Ṛṣi yajña B. Dewa yajña C. Bhūta yajña D. Manuṣa yajña
10. Santi adalah anak yang baik. Dia suka membantu teman-temannya saat mereka dalam
kesusahan. Sikapnya yang suka menolong teman-temannya ini merupakan contoh....
A. Manuṣa yajña B. Dewa yajña C. Pitṛ yajña D. Ṛṣi yajña
11. Budi adalah anak yang patuh kepada orang tuanya. Setiap hari sebelum dia berangkat ke
sekolah dia selalu mencium tangan ayah ibunya dan tidak lupa mengucapkan
pangañjali.
Perilaku Budi semacam ini merupakan contoh pelaksanaan dari....
A. Bhūta yajña B. Dewa yajña C. Pitṛ yajña D. Ṛṣi yajña
12. Pak Yanto adalah orang terkaya sekampungnya. Suatu saat di kampungnya akan
melaksanakan upaca bersih desa. Pak Yanto berniat menyumbangkan uangnya untuk
pelaksanaan upacara tersebut, namun dia minta kepada panitia agar nama berikut
besarnya sumbangannya diumumkan pada saat puncak acara.
Yajña Pak Yanto ini termasuk....
A. Tamasika yajña B. Sattwika yajña
C. Rajasika yajña D. Karma yajña
13. Suatu saat Dewi menyumbangkan sebagian penghasilannya untuk dana punia untuk
pembangunan pura di desanya. Saat dia memberikan dana punia kepada panitia
pembangunan pura, dia berpesan supaya namanya tidak ditulis di daftar nama donatur
karena niatnya memang benar-benar tulus ikhlas dalam beryajña. Kalau pun ditulis
untuk pertanggung-jawaban dia meminta namanya disamarkan.
Tindakan yang dilakukan oleh Dewi tersebut dalam kualitas yajña termasuk....
A. Tamasika yajña B. Sattwika yajña
C. Rajasika yajña D. Karma yajña
14. Perhatikan gambar di samping!
Gambar tersebut adalah salah satu contoh pelaksanaan….
A Ṛṣi yajña B. Dewa yajña
C. Bhūta yajna D. Manuṣa yajña
15. Suatu ketika Pasraman Majapahid akan melaksanakan upacara pemelaspas di pasraman.
Saat akan melaksanakan yajña tersebut, pengurus pasraman mencari sumber-sumber
rontal yang terkait upacara pemelaspas tersebut.
Tindakan pengurus pasraman ini merupakan salah satu pertimbangan yajña yang harus
berdasarkan pada....
A. dakṣina B. mantra C. śāstra D. gītā
16. Setelah melaksanakan karya pemelaspas di pasraman, perwakilan panitia
menyampaikan ucapan terima kasih kepada paṇḍita pemuput upacara. Setelah ucapan

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g228i


terimakasih dari panitia salah satunya adalah menghaturkan sesari kepada beliau.
Tindakan panitia ini merupakan salah satu unsur dan syarat dari sebuah yajña yang
disebut....
A. dakṣina B. mantra C. śāstra D. gītā
17. Kidung dan tetembangan yang berisi pujaan biasanya akan dinyanyikan pada saat
upacara yajña. Nyanyian ini merupakan satu persyaratan agar yajña tersebut sattwika,
yakni harus ada....
A. gītā B. śraddha C. nasmita D. laścarya
18. Jika ingin mendapatkan hasil yang baik maka suatu upacara yajña harus dilaksanakan
dengan penuh keyakinan yang disebut sebagai....
A. annaśewa B. dakṣina C. nasmita D. śraddha
19. Untuk mendapatkan hasil yang baik maka suatu upacara yajña harus didasari oleh
ketulusan hati yang dalam syarat-syarat yajña disebut sebagai....
A. gītā B. śraddha C. nasmita D. laścarya
20. Dalam Bhagawad Gītā III.12 disebutkan:
इष्टान्भोगान्हि वो दे वा दास्यन्ते यज्ञभाविताः । तै र्दत्तानप्रदायै भ्यो यो भु ङ्क्ते स्ते न एव सः ॥
Menurut śloka tersebut mereka yang mendapat kenikmatan tanpa melaksanakan yajña
dapat diibaratkan sebagai....
A. pembunuh B. pencuri C. si bodoh D. śraddha

E. Presentasi tentang Pañca Yajña (Pertemuan III)

Buatlah presentasi tentang materi tentang Kepemimpinan Hindu, diskusikanlah bersama


teman-temanmu, lalu presentasikanlah di depan kelas!

RPP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas 7 g229i

Anda mungkin juga menyukai