Anda di halaman 1dari 5

Pendidikan Budaya Anti Korupsi

Dosen Pengampu :
Ry Eny Mian Marisi. Br.S, S.ST, M.K.M

Nama : Dyah Ayu Desy Aryati


NIP : PO71241230281

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2023/2024
1. Gambaran Kasus Korupsi di Tempat Kerja

Terdapat relasi yang kuat antara korupsi, pembangunan berkelanjutan, proses demokrasi, dan
penegakan hukum. Lebih jauh lagi, korupsi menjadi salah satu penyebab utama proses pemiskinan
yang menyebabkan kemiskinan kian absolut, pelayanan publik yang tidak optimal, infrastruktur yang
tidak memadai, high-cost economy, dan terjadinya eksploitasi sumber daya yang tidak menimbulkan
manfaat bagi kemaslahatan publik.

A. Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa Latin corruptio atau corruptus yang kemudian dikatakan bahwa
corruptio berasal dari bahasa Latin yang lebih tua, yaitu corrumpere. Secara harfiah, korupsi adalah
kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, dan penyimpangan
dari kesucian. Kata korupsi dalam KBBI adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara
(perusahaan, organisasi, yayasan, dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

B. Tindak Pidana Korupsi


Tindak pidana korupsi berarti tindakan melanggar hukum yang dilakukan secara sengaja maupun
tidak sengaja oleh seseorang atau sekelompok orang yang dapat dipertanggungjawabkan oleh
peraturan perundang-undangan. Berdasarkan UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, bahwa tindak pidana korupsi adalah tindakan melawan hukum dengan melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara. Pada UU No. 20 Tahun 2001, terdapat 7 kelompok
tindak pidana korupsi antara lain: (1) Kerugian Keuangan Negara, (2) suap-menyuap, (3) pemerasan,
(4) perbuatan curang, (5) penggelapan dalam jabatan, (6) benturan kepentingan dalam pengadaan,
dan (7) gratifikasi.

2. Nilai-nilai Prinsip Anti Korupsi


Menurut Komisi Pemberantasan Korupsi RI, seseorang yang menjaga integritas akan memiliki
sikap yang mencegahnya untuk melakukan tindakan korupsi. Integritas adalah bertindak dengan cara
yang konsisten dengan apa yang dikatakan. Nilai integritas merupakan kesatuan antara pola pikir,
perasaan, ucapan, dan perilaku yang selaras dengan hati nurani dan norma yang berlaku. Integritas
dapat diidentifikasi ke dalam 9 (sembilan) nilai, yaitu :
a. Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat didefinisikan sebagai sebuah tindakan
maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tidak curang.
b. Kepedulian adalah mengindahkan, memerhatikan dan menghiraukan. Rasa kepedulian
dapat dilakukan terhadap lingkungan sekitar.
c. Kemandirian berarti dapat berdiri di atas kaki sendiri, artinya tidak banyak bergantung
kepada orang lain dalam berbagai hal.
d. Kedisiplinan adalah ketaatan/kepatuhan kepada peraturan.
e. Tanggung Jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu.
f. Kerja keras didasari dengan adanya kemauan di dalam kemauan terkandung ketekadan,
ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian keberanian.
g. Kesederhanaan yaitu dibiasakan untuk tidak hidup boros.
h. Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan membela
kebenaran.
i. Keadilan adalah sama berat, tidak berat sebelah dan tidak memihak. Menempatkan
segala sesuatu pada tempatnya.

3. Dampak Kasus Korupsi


Perilaku korupsi adalah perilaku yang tidak hanya merugikan negara, tetapi juga mencederai
hajat hidup orang banyak. Beberapa contoh dampak korupsi :
1. Merusak Kedisiplinan
Sebagai contoh korupsi merusak sikap disiplin misalnya orang tua menyogok sekolah
agar anaknya bisa sekolah di tempat yang dia inginkan, sehingga anaknya menjadi
sombong dan seenaknya dalam belajar dikarenakan semuanya bisa dibayar dengan
uang.
2. Menghambat Profesionalisme
Korupsi bisa menghambat nilai profesionalisme. Misalnya, seorang staf perusahaan tidak
berprestasi, dengan sogokan bisa menempati posisi yang penting. Sementara itu, staf
yang berprestasi, jujur dan tidak mau menyogok karirnya “mentok” karena tidak
mendapatkan promosi yang profesional.
3. Biaya Ekonomi yang Tinggi
Korupsi dapat menyebabkan biaya tinggi contohnya biaya perijinan usaha yang
birokratis sehingga untuk mendapatkan izin, tiap meja harus mengeluarkan uang. Ada
lagi kasus seperti pembuatan SIM menjadi mahal tidak masuk akal. Semua tes dipersulit
agar peserta bisa melalui jalur pintas.
4. Merusak Tatanan Hukum
Jaksa muda nan cantik Pinangki sebagai contoh kekacauan hukum dikarenakan tindak
korupsi. Kasarnya, hukum bisa dibuat sesuai pesanan bandar yang mempunyai uang.
5. Kekacauan Politik
Pembuat aturan atau Undang-Undang kerap merugikan kepentingan masyarakat
dikarenakan kekuatan para pengusaha yang mempunyai kepentingan terhadap aturan
tersebut.
6. Kebencian Sosial
Para koruptor akan diingat selamanya oleh masyarakat bahwa dia adalah pencuri uang
rakyat dan penjahat bangsa.

E. Analisis Penangulangan Korupsi


Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk memberantas tindak pidana korupsi
diantaranya :
a. Strategi Preventif
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan dengan diarahkan pada hal-hal
yang menjadi penyebab timbulnya korupsi. Setiap penyebab yang terindikasi harus
dibuat upaya preventifnya, sehingga dapat meminimalkan penyebab korupsi.
Disamping itu perlu dibuat upaya yang dapat meminimalkan peluang untuk
melakukan korupsi dan upaya ini melibatkan banyak pihak dalam pelaksanaanya agar
dapat berhasil dan mampu mencegah adanya korupsi.

b. Strategi Deduktif
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan agar apabila
suatu perbuatan korupsi terlanjur terjadi, maka perbuatan tersebut akan dapat
diketahui dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan seakurat-akuratnya, sehingga
dapat ditindaklanjuti dengan tepat. Dengan dasar pemikiran ini banyak sistem yang
harus dibenahi, sehingga sistem-sistem tersebut akan dapat berfungsi sebagai aturan
yang cukup tepat memberikan sinyal apabila terjadi suatu perbuatan korupsi. Hal
ini sangat membutuhkan adanya berbagai disiplin ilmu baik itu ilmu hukum, ekonomi
maupun ilmu politik dan sosial.
c. Strategi Represif
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan untuk
memberikan sanksi hukum yang setimpal secara cepat dan tepat kepada pihak-pihak
yang terlibat dalam korupsi. Dengan dasar pemikiran ini proses penanganan korupsi
sejak dari tahap penyelidikan, penyidikan dan penuntutan sampai dengan peradilan
perlu dikaji untuk dapat disempurnakan di segala aspeknya, sehingga proses
penanganan tersebut dapat dilakukan secara cepat dan tepat.
Selain itu, dari masyarakat dan para pemerhati / pengamat masalah korupsi banyak
memberikan sumbangan pemikiran dan opini strategi pemberantasan korupsi secara preventif
maupun secara represif, antara lain :
1. Konsep “carrot and stick” yaitu konsep pemberantasan korupsi yang sederhana yang
keberhasilannya sudah dibuktikan di Negara RRC dan Singapura. Carrot adalah
pendapatan netto pegawai negeri, TNI dan Polri yang cukup untuk hidup dengan
standar sesuai pendidikan, pengetahuan, kepemimpinan, pangkat dan
martabatnya, sehingga dapat hidup layak bahkan cukup untuk hidup dengan “gaya”
dan “gagah”. Sedangkan Stick adalah bila semua sudah dicukupi dan masih ada
yang berani korupsi, maka hukumannya tidak tanggung-tanggung, karena tidak ada
alasan sedikitpun untuk melakukan korupsi, bilamana perlu dijatuhi hukuman mati.
2. Gerakan “Masyarakat Anti Korupsi” yaitu pemberantasan korupsi di Indonesia saat
ini perlu adanya tekanan kuat dari masyarakat luas dengan mengefektifkan gerakan
rakyat anti korupsi, LSM, ICW, Ulama NU dan Muhammadiyah ataupun ormas yang
lain perlu bekerjasama dalam upaya memberantas korupsi, serta kemungkinan
dibentuknya koalisi dari partai politik untuk melawan korupsi.
3. Gerakan “Pembersihan” yaitu menciptakan semua aparat hukum (KPK, Kepolisian,
Kejaksaan, Pengadilan) yang bersih, jujur, disiplin, dan bertanggungjawab serta
memiliki komitmen yang tinggi dan berani melakukan pemberantasan korupsi tanpa
memandang status sosial untuk menegakkan hukum dan keadilan.
4. Gerakan “Moral” yang secara terus menerus mensosialisasikan bahwa korupsi adalah
kejahatan besar bagi kemanusiaan yang melanggar harkat dan martabat manusia.
Melalui gerakan moral diharapkan tercipta kondisi lingkungan sosial masyarakat yang
sangat menolak, menentang, dan menghukum perbuatan korupsi dan akan
menerima, mendukung, dan menghargai perilaku anti korupsi. Langkah ini antara
lain dapat dilakukan melalui lembaga pendidikan, sehingga dapat terjangkau seluruh
lapisan masyarakat terutama generasi muda sebagai langlah yang efektif
membangun peradaban bangsa yang bersih dari moral korup.
5. Gerakan “Pengefektifan Birokrasi” yaitu dengan menyusutkan jumlah pegawai dalam
pemerintahan agar didapat hasil kerja yang optimal dengan jalan menempatkan
orang yang sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Dan apabila masih ada
pegawai yang melakukan korupsi, dilakukan tindakan tegas dan keras kepada mereka
yang telah terbukti bersalah dan bilamana perlu dihukum mati karena korupsi adalah
kejahatan terbesar bagi kemanusiaan dan siapa saja yang melakukan korupsi berarti
melanggar harkat dan martabat kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai