Anda di halaman 1dari 9

STASE KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKIOLITIS


DI BANGSAL FLAMBOYAN RST. SOEDJONO MAGELANG

Disusun oleh:
Teguh Septiawan

233203051

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN S1
UNIVERSITAS JENDRAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2024

1
A. Definisi
Bronkiolitis adalah penyakit virus pada saluran pernafasan bawah yang ditandai
dengan peradangan bronkioli yang lebih kecil ditandai edema membran mukosa
yang melapisi dinding bronkioli, ditambah infiltrasi sel dan produksi mukus
meningkat, yang menimbulkan obtruksi jalan nafas

Bronkiolitis adalah suatu penyakit paru obstruktif pada bayi dan anak yang paling
sering disebabkan oleh infeksi RSV (respiratory syncytial virus) . Bronkiolitis
sering diderita bayi atau anak berumur kurang dari dua tahun paling sering pada
usia 6 bulan . Penyakit ini disebabkan oleh infeksi yang mempengaruhi saluran
udara kecil (bronkiolus) dan mengganggu fungsi paru-paru penderitanya
(Bernstein & Shelov, 2016)

B. Etiologic
Sebagian besar oleh bronkiolitis disebabkan oleh :
a. Syncytial virus (50-90%)
b. Parainfluenza
c. Rhinovirus
d. Adenovirus
e. Influenza
f. Mycoplasma pneumoniae
g. Metapneumovirus (Ngastiyah, 2016)
C. Patofisiologi

RSV (respiratory syncytial virus) adalah kausa utama bronkiolitis. Bukti-bukti


terkini memberi kesan bahwa MPV juga merupakan kausa signifikan
bronkiolitis pada bayi. Virus parainfluenza dan adenovirus lebih jarang
menyebabkan penyakit ini. RSV, suatu virus RNA dalam genus Pneumovirus
dari famili Paramyxoviridae, dinamai demikian karena efek sitopatik khas
(pembentukan sinsitium) yang trelihat beberapa hari setelah inokulasi bahan
terinfeksi ke biakan sel. Gen RSV menyandi paling sedikit 10 polipeptida,
termasuk protein selubung F dan G. protein fusi (F) mempermudah penetrasi
sel serta penyebaran se-ke-sel di saluran nafas, an protein G membantu

2
perlekatan virus ke residu asam sialat di sel epitel pernapasan. RSV, yang
dibagi menjadi tipe A dan B berdasarkan perbedaan dalam protein G , melekat
dan menginfeksi sel epitel pernapasan. Proliferasi virus di epitel pernapasan
menyebabkan edema dan nekrosis lapisan epitel saluran napas, terlepasnya sel
bersilia,dan pembentukan sumbat mucus. Terjadi proliferasi limfositik
peribronkus yang intens. Dapat terjadi sumbatan saluran nafas distal yang
menyebabkan ketidakcocokan ventilasi-perfusi, hiperinflasi, atelectasis,
hipoksia, gagal napas, dan, pada beberapa kasus, kematian. Tingginya kadar
antibody penetralisasi fungsional dalam serum terhadap protein F dan G RSV
berkorelasi dengan proteksi terhadap penyakit. Kadar antibodi penetralisasi
maternal yang rendah dilaporkan berkaitan dengan penyakit yang lebih parah
pada bayi. Munculnya IgA sekretorik spesifik-RSV bersamaan dengan
terhentinya pengeluaran (shedding) (Purnamasari & Wulandari, 2015)

D. Pathway

3
E. Manifestasi klinis
a. Sering bersin dan banyak secret atau lender
b. Demam ringan
c. Tidak dapat makan dan gangguan tidur
d. Retraksi atau tarikan pada dinding-dinding dada; suprasternal, intercostal,
dan subcostal pada inspirasi
e. Cuping hidung
f. Nafas cepat
g. Dapat juga sianosis
h. Batuk-batuk
i. Wheezing
j. Iritabel
k. Cemas (Subhanada & Supriyanto, 2015)
F. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan rontgen : pada toraks menunjukkan paru-paru dalam keadaan
hipererasi dan diameter anterior-posterior membesar pada foto lateral.
Ditemukan bercak-bercak konsolidasi tersebar disebabkan atelectasis atau
radang
b. Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah tepi dalam batas
normal,kimia darah menunjukkan gambaran asidosisrespiratorik maupun
metabolic. Usapan nasofaring menunjukkan flora bakteri normal
(Ngastiyah, 2016)
G. Komplikasi
a. Bronkiolitis kronis yang tidak tangani cenderng menjadi bronchitis kronik
b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan
gizzi kurang dapat terjadi othitis media, sinusitis dan pneumonia
c. Bronchitis kronik menyebabkan terserang infeksi
d. Bila secret tetap tinggal dapat menyebabkan atelektasisi atau bronkiestasis
(Bernstein & Shelov, 2016)
H. Penatalaksanaan
1. Oksigen1–2L/menit
2. IVFDdextrose10%;NaCl0,9%=3:1+KCl10mq/500mlcairan

4
3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feading drip.
4. Jika sekresi lendir berlebih dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transpor mukosilier.
5. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
6. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
 Untuk kasus bronkiolitis community base :
a. Ampicillin 100 mg / Kg BB / hari dalam 4 hari pemberian.
b. Chloramfenikol 75 mg / Kg BB / hari dalam 4 kali pemberian
 Untuk kasus bronkiolitis hospital base :
a. Cefotaxim 100 mg / Kg BB / hari dalam 2 hari pemberian.
b. Amikasin 10 - 15 mg / Kg BB / hari dalam 2 kali pemberian
(Suriadi & Rita, 2016)
I. Pengkajian keperwatan
Pengkajian adalah proses mengumpulkan informasi atau dasar tentang klien,
agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan
dan 29 keperawatan klien, baik fisik, mental, social dan lingkungan. Tujuan
dari pengkajian adalah untuk memperoleh informasi tentang kesehatan klien,
menentukan masalah keperawatan klien, menilai keadaan kesehatan klien,
membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah
berikutnya Berikut focus pengkajian yang dilakukan pada pasien bronkiolitis
dengan bersihan jalan napas tidak efektif :
a. Biodata Pasien Biodata pasien setidaknya berisi tentang nama, umur, jenis
kelamin, pekerjaan, dan pendidikan. Umur pasien dapat menunjukkan
tahap perkembangan baik pasien secara fisik maupun psikologis. Jenis
kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan
pengaruhnya terhadap terjadinya masalah atau penyakit, dan tingkat
pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien masalah atau
penyakitnya
b. Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan yang perlu dikaji meliputi data
saat ini dan masalah yang lalu. Perawat mengkaji klien atau keluarga dan
berfokus kepada manifestasi klinik dari keluhan utama, kejadian yang
5
membuat kondisi sekarang ini, riwayat kesehatan masa lalu, dan riwayat
kesehatan keluarga
c. Keluhan utama Keluhan utama akan menentukan prioritas intervensi dan
mengkaji pengetahuan klien tentang kondisinya saat ini. Keluhan utama
yang biasa muncul pada pasien Bronchiolitis adalah sering bersin dengan
lender, demam, serta tidak dapat makan dan tidur terganggu (Suriadi &
Yuliani, 2006).
d. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik yang difokuskan adalah sebagai
berikut :
1. Pernapasan Gejala : Nafas pendek, batuk menetap disertai produksi
sputum tiap hariminimal selama 3 bulan, terpajan padapolusi kimia
(rokok), debu/asap. Tanda : Menggunakan otot bantu pernapasan,
nafas cuping hidung, bibir dandasar kuku sianosis, krekels lembab.
2. Sirkulasi Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah. Tanda :
Peningkatan tekanan darah, takhikarida, disritmia, edema, bunyi
jantungredup, warna kulit/ membran mukosa sianosis.
3. Makanan/ Cairan Gejala : Mual/ muntah, nafsu makan menurun,
ketidakmampuan untuk makankarena disress pernapasan, peningkatan
berat badan akibat oedema. Tanda : Turgor kulit buruk, berkeringat.
4. Aktivitas/ Istirahat Gejala : Kelelahan, malaise, aktivitas menurun,
ketidakmampuan untuk tidur,dispnea. Tanda : Keletihan, gelisah,
kelemahan (Suriadi & Rita, 2016)
J. Diagnosa keperawatan pada pasien bronkiolitis diantaranya adalah bersihan
jalan nafas tidak efektif (TIM POKJA SDKI DPP PPNI , 2017)
K. Rencana keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan terjadinya
obstruksi, inflamasi, peningkatan sekresi dan nyeri
Tujuan : - Memelihara jalan nafas yang baik - Pengeluaran sekret secara
adekuat
Intervensi :
a. Berikan posisi yang sesuai untuk memperlancar pengeluaran sekret

6
b. Lakukan cuction pada saluran nafas bila diperlukan
c. Posisikan badan terlentang dengan kepala agak terangkat 30°
d. Bantu anak mengeluarkan sputum
e. Lakukan fisioterapi dada
f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antibiotic
2. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan asupan O2
yang tidak adekuat
Tujuan :
- Frekuensi pernafasan efektif
- Adanya perbaikan pertukaran gas pada paru
Intervensi :

a. Kaji pola dan status nafas

b. Observasi tanda-tanda vital

c. Beri lingkungan yang aman dan nyaman

d. Diskusikan adanya penyebab

e. Ajarkan tehnik nafas dalam

3. Hipertermi berhubungan dengan peradangan bronkiolus


Tujuan : Gangguan pengaturan suhu tubuh tidak terjadi.
Intervensi :

a. Kaji faktor penyebab

b. Pantau tanda-tanda vital

c. Pantau adanya takikardi, takipnea

d. Pertahankan cairan parenteral sesuai indikasi

e. Kolaborasi pemberian antipireti

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang


informasi Tujuan :

7
- Tidak terjadi kesalahpahaman
- Keluarga mengerti penyakit pada anaknya.
Intervensi :

a. Kaji tingkat pengetahuan dan pemahaman keluarga.

b. Jelaskan setiap melakukan prosedur tindakan.

c. Lakukan hubungan saling percaya.

d. Beri penyuluhan keluarga tentang penyakit anaknya.

e. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.

f. Minta pada keluarga untuk mengulang kembali penjelasan perawat.

g. Beri reinforcement positif. (Mutaqin , 2014)

8
Daftar Pustaka

Bernstein, D. P., & Shelov, S. (2016). Ilmu Kesehatan Anak Untuk Mahasiswa
Kedokteran. Jakarta: EGC.
Mutaqin , A. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan . Jakarta: Salemba Medika.
Ngastiyah. (2016). Perawatan anak sakit. Jakarta: EGC.
Purnamasari, L., & Wulandari, D. (2015). Kajian Asuhan Keperawatan Pada Anak
Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut. 2(2).
Subhanada, I. B., & Supriyanto, B. (2015). Faktor Faktor Yang Berhubungan
Dengan Bronkiolitis Akut. 10 (6), 13-15.
Suriadi, Y., & Rita. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Anak (2nd). Jakarta: CV
Sagung seto.
TIM POKJA SDKI DPP PPNI . (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: PPNI.

Anda mungkin juga menyukai