Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan sarana melanjutkan ilmu dari masa ke masa yang berkesinambungan.
Hal ini dilakukan agar ilmu yang ditularkan kepada generasi tidak terputus lagi jelas asalnya,
dapat diketahui kebenarannya lalu dapat menerapkan ilmu yang faktual dan membandingkannya.
Hal itu sejalan dengan kewajiban seorang muslim untuk menuntut ilmu yang berarti terus
memperbarui ilmu yang dimiliki.
Lembaga pendidikan dasar yakni MI memberikan memberikannmata pelajaran yang
berkaitan dengan sejarah Islam atau biasa disebut dengan Sejarah Kebudayaan Islam.
Didalamnya memaparkan latar belakang adanya agama Islam, lahirnya nabi Muhammad SAW
yang merupakan utusan, cara penyebaran agama, eksistensi agama Islam dalam peradaban Arab,
sampai masuknya agama Islam di negara Indonesia.
Melalui pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, siswa diharapkan dapat menghargai
sebuah proses dan memumbuhkan kemampuan berpikir kritis dalam menghadapi persoalan
mendatang melalui hikmah yang dapat diambil dari kejadian lampau. Maka dari itu, belajar
sejarah itu penting seperti yangdikatakan Ir. Soekarno dalam pidatonya yang menyatakan bahwa
jangan sekali-kali melupakan sejarah, didalamnya tersirat makna bahwa manusia perlu
mempelajari sejarah sebagai bekal hidupnya agar tidak melakukan kesalahan yang pernah terjadi
dalam peradaban manusia.
Namu seperti yang kita tahu bahwa pembelajaran sejarah sangat membosanakan karena
mengharuskan siswa untuk mengingat waktu dan peristiwa yang terjadi. Akibatnya,
pembelajaran ini kurang diminati oleh siswa dan mereka cenderung mengabaikan pembelajaran
yang berlangsung. Selain itu, pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah yang menjadikan
siswa pasif dalam pembelajaran.
Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi dalam penyampaian materi sehingga dapat menarik
motivasi siswa untuk belajar. Sebagai contoh, pembelajaran bisa dilakukan dengan cara
membagi kelompok berisikan dengan beberapa siswa , dan memeberikan tugas kelompok yang
harus diselesaikan bersama dengan kelompok. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Implementasi Model-Model Pembelajaran
Kooperatif pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam disekolah MI Islamiyah P2A.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah implementasi model-model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran
sejarah di MI ISLAMIYAH P2A?
2. Apa sajakah kendala yang ditemui guru dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan
model-model pembelajaran kooperatif?
3. Bagaimanakah motivasi belajar siswa dengan menggunakan model-model kooperatif dalam
pembelajaran sejarah?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, tujuan dari penelitian yang dilaksanakan ini
adalah:

1. Untuk mengetahui implementasi model-model pembelajaran inovatif dalam pembelajaran


sejarah di MI ISLAMIYAH P2A
2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang ditemui guru dalam pembelajaran sejarah dengan
menggunakan model-model pembelajaran kooperatif.
3. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa dengan menggunakan model-model kooperatif dalam
pembelajaran sejarah.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat memberikan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
implementasi model pembelajaran kooperatif.
b. Sebagai bahan referensi untuk mengkaji permasalahan yang sama dengan obyek yang lebih
luas.
c. Dapat dijadikan sumber informasi bagi semua pihak yang ingin mengetahui implementasi
model-model pembelajaran kooperatif yang dapat menumbuhkan motivasi belajar sejarah siswa
di MI ISLAMIYAH P2A.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
Dapat digunakan sebagai masukan bagi pihak sekolah mengenai implementasi model-model
pembelajaran kooperatif serta bagaimana motivasi belajar siswa dengan menggunakan model-
model pembelajaran kooperatif.
b. Bagi Guru
Dapat memberikan informasi mengenai bagaimana motivasi belajar siswa dengan
menggunakan model-model pembelajaran kooperatif serta memberikan masukan berkenaan
dengan kendala yang dialami ketika melakukan pembelajaran dengan menggunakan model-
model pembelajaran kooperatif.
c. Bagi Siswa
Dapat memberikan informasi tentang model-model pembelajaran kooperatif dalam
pembelajaran sejarah sehingga dapat menumbuhkan motivasi mereka dalam belajar.
d. Bagi peneliti
ü Memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang tidak diperoleh di bangku kuliah.
ü Sebagai pengetahuan dan acuan tentang model-model pembelajaran kooperatif
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Model-Model Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja
mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan
kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat
(Sugiyanto, 2010: 40). Selanjutnya Lie (2004: 27) yang dikutip oleh Sugiyanto mengatakan
bahwa,
“Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih dan asuh sehingga
tercipta masyarakat belajar (Learning Community). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi
juga dari sesama siswa. Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat
elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen itu adalah (1) saling ketergantungan positif
(2) interaksi tatap muka (3) akuntabilitas individual dan (4) keterampilan untuk menjalin
hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan”.
Jadi, model pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus
pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan
kemampuannya dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran
kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama kelompok.

2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD


Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan
dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai
menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode
pembelajaran kooperatif yang efektif. (Kristin, 2016:77)
Slavin (2011: 21) Student Teams Achievement Division(STAD), siswa ditempatkan ke tim-tim
belajar yang beranggotakan empat orang yang bercampur tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku
bangsa. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam kelompok kecil dan
memastikan semua anggota sudah memahami tentang pelajaran yang diberikan.
Komponen STADmenurut Slavin (2011: 32) adalah sebagai berikut:
(1)Presentasi kelas. Presentasi kelas dalam STAD berbeda dari cara pengajaran yang biasa.
Masing-masing kelomp
ok mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka.
Murid harus betul-betul memperhatikan presentasi ini karena dalam presentasi terdapat materi
yang dapat membantu untuk mengerjakan kuis yang diadakan setelah pembelajaran.
(2)Belajar dalam tim. Murid dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5
orang dimana mereka mengerjakan tugas
yang diberikan. Jika ada kesulitan murid yang merasa mampu membantu murid yang kesulitan.
(3)Tes individuyang dilaksanakansetelah pembelajaran.
(4)Skor pengembangan individu. Skor yang didapatkan dari hasil tes selanjutnya dicatat oleh
guru untuk dibandingkan dengan hasil prestasi sebelumnya. Skor tim diperoleh dengan
menambahkan skor peningkatan semua anggota dalam 1 tim. Nilai rata-rata diperoleh dengan
membagi jumlah skor penambahan dibagi jumlah anggota tim.
(5)Penghargaan tim. Penghargaan didasarkan nilai rata-rata tim dimana dapat memotivasi
mereka.

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif tipe GI


Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) merupakan metode
investigasi kelompok yang dimana siswa terlibat dalam perencanaan, baik topik yang dipelajari
maupun bagaimana jalannya penyelidikan mereka (Majid, 2013).
Metode GI melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun
cara untuk mempelajarinya melalui investigasi (Nurhadi, 2004). Metode Kooperatif tipe Group
Investigation ini menuntut para siswa terlibat aktif di awal pembelajaran hingga akhir
pembelajaran sehingga mampu mengembangkan aspek kognitif, afektif, psikomotor yang
berimbang.
2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowbal Throwing

Snowball throwing merupakan pengembangan dari metode diskusi dan merupakan bagian
dari model pembelajaran kooperatif. Hanya saja, pada metode ini, kegitan belajar diatur
sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan lebih
menyenangkan. Dengan penerapan metode ini, diskusi kelompok dan interaksi antar peserta
didik dari kelompok yang berbeda memungkinkan terjadinya saling berbagi pengetahuan dan
pengalaman dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang mungkin timbul dalam diskusi yang
berlangsung secara lebih interaktif dan menyenangkan(Sukertiasih, 2010).
Pembelajaran snowball throwing merupakan metode pembelajaran yang dalam
pelaksanaannya dengan pantauan guru, peserta didik belajar dalam kelompok dan saling bekerja
sama untuk menguasai materi pelajaran (Oviyanti, 2013)
Jadi, pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang menguatkan sosial melalui interaksi
yang terjalin didalam pembelajaran dan menghargai pendapat yang memungkinkan siswa
mendapat pengetahuan baru dari orang lain serta masih dibawah pengawasan guru sehingga
pembelajaran dapat terarah.
2.2 Pembelajaran Sejarah Di MI ISLAMIYAH P2A

Pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkunganya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Menurut Brings yang
dikutip oleh Sugandi (2004: 10), secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat
peristiwa yang mempengaruhi si pelajar sedemikian rupa sehingga si pelajar tersebut
memperoleh kemudahan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Senada dengan pengertian
pembelajaran tersebut (Darsono, 2000: 24) menegaskan bahwa pembelajaran adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah
yang lebih baik. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan sengaja.
Jadi, dari berbagai pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
seperangkat peristiwa sebagai wahana bagi guru memberikan materi pelajaran dengan
sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengorganisasikannya menjadi pola yang
bermakna serta memperoleh kemudahan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Menurut Darsono (2000: 25) ciri-ciri pembelajaran adalah (1) pembelajaran dilakukan
secara sadar dan direncanakan secara sistematis, (2) pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian
dan motivasi siswa dalam belajar, (3) pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang
menarik dan menantang bagi siswa, (4) pembelajajaran dapat menggunakan alat bantu belajar
yang tepat dan menyenangkan bagi siswa, serta (5) pembelajaran dapat membuat siswa siap
menerima pelajaran, baik secara fisik maupun psikologis.
Jadi, pembelajaran sejarah adalah seperangkat peristiwa sebagai wahana bagi guru
memberikan materi pelajaran mengenai masa lampau dengan sedemikian rupa sehingga siswa
lebih mudah mengorganisasikannya menjadi pola yang bermakna serta memperoleh kemudahan
dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga tingkah laku siswa dapat berubah menjadi
lebih baik.
Aktivitas belajar siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian,
dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar
dalam memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut (Kunandar, 2008). Tanpa aktivitas siswa,
proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Proses pembelajaran yang terjadi
didalam kelas harus melibatkan siswa yang aktif (Sardiman, 2010). Siswa aktif bisa dilihat dari
aktifitas siswa yang terjadi didalam kelas. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi
tindak belajar dan tindak mengajar (Dimyati, 2006). Hasil belajar terbagi menjadi kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik (Suprijono, 2011).
Jadi, keterlibatan siswa dalam suatu pembelajaran berperan penting bagi keberhasilan
belajar siswa.
Penelitian yang dilakukan di MI ISLAMIYAH P2A dengan menggunakan model
kooperatif terbukti bahwa siswa lebih antusias dalam pembelajaran yang berlangsung. Seperti
yang kita ketahui bahwa pemeblajaran sejarah sangat membosankan apalagi dengan Teknik
pembelajaran yang itu-itu saja membuat siswa kehilangan minat dalam mengikuti pemeblajaran
sejarah. Dengan sedikit inovasi yang dilakukan oleh peneliti tentunya dapat memberikan
pengalaman belajar yang baru bagi siswa kelas 3 di MI ISLAMIYAH P2A.
2.3 Motivasi Belajar
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi Belajar adalah
perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari
praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan
tertentu.

Motivasi berasal dari kata motif yakni kondisi dalam diri individu yang mendorong
individu untuk melakukan aktivitas tertentu baik disadari maupun tidak untuk mencapai tujuan
tertentu (Winarni,Anjariah,&Romas,2016)
Motivasi belajar dapat diartikan sebagai daya pendorong untuk melakukan aktivitas
belajar tertentu yang berasal
dari dalam diri dan juga dari luar individu sehingga menumbuhkan semangat dalam
belajar(Monika& Adman, 2017)
Motivasi belajar merupakan syarat mutlak untuk belajar dan memegangperanan penting
dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar. Motivasi belajar tidak hanya menjadi
pendorong untuk mencapai hasil yang baik tetapi mengandung usaha untuk mencapai tujuan
belajar
(Puspitasari, 2013).

Jadi, motivasi belajar adalah perubahan energi serta tingkah laku dalam diri (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan (feeling) dan reaksi untuk mencapai tujuan
tertentu.
Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal. Mula-mula merupakan
ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan
yang bermotif. Perubahan ini mungkin bisa dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat melihatnya
dalam perbuatan. Seorang terlibat dalam suatu diskusi, karena dia merasa tertarik pada masalah
yang akan dibicarakan maka suaranya akan timbul dan katakatanya dengan lancar dan cepat akan
keluar. Motivasi juga ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang
bermotivasi mengadakan respon-respon yang tertuju kearah suatu tujuan. Respon-respon itu
berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap
respon merupakan suatu langkah kearah mencapai tujuan (Hamalik, 2011: 158-159).
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik berupa hasrat dan keinginan berhasil
dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah
adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan keinginan belajar yang menarik.
Tetapi harus diingat bahwa kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga
seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang
sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa
indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan
seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1)
adanya hasrat dan keinginan berhasil, (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar (3)
adanya harapan dan cita-cita masa depan (4) adanya penghargaan dalam belajar (5) adanya
kegiatan yang menarik dalam belajar (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga
memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik (Uno, 2011: 23).
Motivasi belajar mempunyai peranan besar dari keberhasilan seorang siswa. Hasil belajar
akan menjadi optimal kalau ada motivasi belajar. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan
semakin baik hasil belajar. Dengan demikian motivasi senantiasa menentukan intensitas usaha
belajar bagi siswa (Bakar, 2014).
Jadi, Ketika hasil belajar siswa memperoleh penilaian yang baik disebabkan oleh
tingginya motivasi belajar yang dimiliki siswa, peningkatan motivasi belajar siswa dapat diikuti
oleh peningkatan hasil belajar siswa. Guru memiliki peran strategis dalam memotivasi siswa.
Oleh karena itu kemampuan guru dalam memotivasi siswa turut menentukan hasil belajar siswa
.
Referensi

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang IKIP Semarang.

Bakar, R. (2014). The effect of learning motivation on student’s productive competencies


In vocational high school, West Sumatra. International Journal of Asian Social Science,4(6), 722-732.

Firosalia Kristin. 2016. EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE


STAD DITINJAU DARI HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS 4SD. Scholaria, Vol. 6 No. 2,
Mei 2016: 74-79

Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning: teori, Riset dan Praktik.

Sugiyanto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.


Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia.
Majid, Abdul. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurhadi. (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang. UM Press.

Kunandar.(2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi


Guru. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sardiman. (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suprijono, Agus. (2011). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Oviyanti. (2013). KeefektifanPembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Bervisi Sets
Terhadap Hasil Belajar Koloid.Jurnal chemistry in education, 3(1), 96-101.

Sukertiasih. (2010). Implementasi Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Snowball Throwing


pada Pokok Bahasan Limit Fungsi untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Peserta
Didik Kelas XI IPA SMA Saraswati Mataram Tahun Ajaran 2007/2008. Jurnal Ganec Swara, 4
(1), 69-78.

Puspitasari, D. B. (2013). Hubungan antara Persepsiterhadap Iklim Kelasdengan MotivasiBelajar


Siswa SMP Negeri 1 Bancak.EMPATHY JurnalFakultasPsikologi,1(1).

Monika, M., & Adman, A. (2017). Peran Efikasi Diridan Motivasi BelajardalamMeningkatkan
Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan.Jurnal PendidikanManajemen Perkantora,1(1),
110-117.

Winarni, M., Anjariah, S., & Romas, M. Z.(2016). Motivasi Belajar Ditinjau DariDukungan
Sosial Orangtua Pada Siswa SMA.Jurnal Psikologi,2(1).
Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Uno, Hamzah B. dan umar masri. 2007. Mengelola kecerdasan dalam pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai