Anda di halaman 1dari 21

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG

TAHUN 2015 NOMOR 3

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG


NOMOR 3 TAHUN 2015

TENTANG

IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MAGELANG,

Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi merupakan salah satu


kegiatan dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya
yang mempunyai peranan penting dalam
pencapaian berbagai sasaran guna menunjang
terwujudnya tujuan pembangunan nasional;
b. bahwa dalam rangka menjamin ketertiban
penyelenggaraan usaha di bidang Jasa Konstruksi
serta pembinaan terhadap masyarakat jasa
konstruksi agar mampu mendukung peran strategis
dalam pembangunan di Kabupaten Magelang, perlu
adanya pengaturan mengenai Izin Usaha Jasa
Konstruksi;
c. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Magelang
Nomor 24 Tahun 2001 tentang Izin Usaha Jasa
Konstruksi sudah tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, kondisi dan
dinamika perkembangan jasa konstruksi saat ini
sehingga perlu diganti;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Izin Usaha
Jasa Konstruksi;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;

-1-
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam
Lingkungan Provinsi Jawa Tengah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 42);
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3833);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2014
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679 );
5. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000
tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa
Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 63, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3955)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun
2010 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha
dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 157);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000
tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3956) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun
2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 95);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000
tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa
Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 65, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3957);
-2-
8. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 16
Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan dan
Pembinaan Jasa Konstruksi di Provinsi Jawa
Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 74);
9. Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 10
Tahun 2011 tentang Bangunan Gedung (Lembaran
Daerah Kabupaten Magelang Tahun 2011 Nomor
10);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MAGELANG


dan
BUPATI MAGELANG

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG IZIN USAHA JASA


KONSTRUKSI.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Magelang.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
3. Bupati adalah Bupati Magelang.
4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD
adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah
Daerah.
5. Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan
pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan
konstruksi.
6. Usaha jasa konstruksi adalah usaha dalam layanan jasa
perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan
pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan
pekerjaan konstruksi.

-3-
7. Badan Usaha Jasa Konstruksi yang selanjutnya disingkat BUJK
adalah badan usaha yang kegiatan usahanya bergerak di bidang
Jasa Konstruksi.
8. Izin Usaha Jasa Konstruksi yang selanjutnya disingkat IUJK
adalah izin untuk melakukan usaha di bidang Jasa Konstruksi
yang diberikan oleh Pemerintah Daerah.
9. Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian
kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan
yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal,
dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya
untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.
10. Perencana konstruksi adalah penyedia jasa orang-perseorangan
atau BUJK yang dinyatakan ahli dan professional di bidang
perencanaan jasa konstruksi yang mampu mewujudkan pekerjaan
dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan atau bentuk fisik
lain.
11. Pelaksana konstruksi adalah penyedia jasa orang-perseorangan
atau BUJK yang dinyatakan ahli dan professional dibidang
pelaksanaan pekerjaan jasa konstruksi yang mampu
menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil
perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lainnya.
12. Pengawas konstruksi adalah penyedia jasa orang-perseorangan
atau BUJK yang dinyatakan ahli dan professional dibidang
pengwasan jasa konstruksi, yang mampu melaksanakan pekerjaan
pengawasan sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai
selesai dan diserahterimakan.
13. Domisili adalah tempat pendirian dan/atau kedudukan/alamat
badan usaha yang tetap dalam melakukan kegiatan usaha jasa
konstruksi.
14. Klasifikasi adalah bagian kegiatan registrasi untuk menetapkan
penggolongan usaha dibidang jasa konstruksi menurut bidang dan
sub bidang pekerjaan atau penggolongan profesi ketrampilan dan
keahlian kerja orang perseorangan dibidang jasa konstruksi
menurut disiplin keilmuan dan/atau keterampilan tertentu
dan/atau kefungsian dan/atau keahlian masing-masing.
15. Kualifikasi adalah bagian kegiatan registrasi untuk menetapkan
penggolongan usaha dibidang jasa konstruksi menurut
tingkat/kedalaman kompetensi dan kemampuan usaha, atau
penggolongan profesi keterampilan dan keahlian kerja orang
perseorangan dibidang jasa konstruksi menurut
tingkat/kedalaman kompetensi dan kemampuan profesi dan
keahlian.

-4-
16. Sertifikat Badan Usaha yang selanjutnya disingkat SBU adalah
tanda bukti pengakuan dalam penetapan klasifikasi dan kualifikasi
atas kompetensi dan kemampuan usaha di bidang jasa konstruksi
yang berbentuk badan usaha sebagai syarat diterbitkanya Izin
Usaha Jasa Konstruksi.
17. Penanggung Jawab Teknik yang selanjutnya disingkat PJT adalah
tenaga ahli tetap yang ditunjuk Penanggung Jawab Badan Usaha
untuk bertanggung jawab terhadap aspek keteknikan dalam
operasionalisasi BUJK.
18. Tanda Daftar Usaha Orang Perseorangan Jasa Konstruksi yang
selanjutnya disingkat TDUP Jasa Konstruksi adalah bukti telah
terdaftarnya usaha orang perseorangan pada SKPD pemberi IUJK.
19. Sertifikat Keterampilan Kerja adalah tanda bukti pengakuan atas
kompetensi dan kemampuan profesi keterampilan kerja orang
perseorangan di bidang jasa konstruksi menurut disiplin keilmuan
dan/atau keterampilan tertentu dan/atau kefungsian tertentu.
20. Sertifikat Keahlian Kerja adalah tanda bukti pengakuan atas
kompetensi dan keahlian kerja orang perseorangan di bidang jasa
konstruksi menurut disiplin keilmuan dan/atau kefungsian
dan/atau keahlian tertentu.
21. Pembinaan adalah kegiatan pengaturan, pemberdayaan, dan
pengawasan yang dilakukan Pemerintah Daerah bagi penyedia
jasa, pengguna jasa dan masyarakat.
22. Lembaga adalah Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi.
23. Tim Pembina Jasa Konstruksi Daerah yang selanjutnya disingkat
TPJKD adalah Tim yang dibentuk untuk melaksanakan koordinasi
pembinaan jasa konstruksi yang ditunjuk oleh Bupati.
24. Institusi Pembina Jasa Konstruksi adalah institusi yang tugas
pokok dan fungsinya melaksanakan kegiatan pembinaan jasa
konstruksi.

BAB II
JENIS, BENTUK DAN BIDANG USAHA JASA KONSTRUKSI

Pasal 2

(1) Jenis usaha jasa konstruksi meliputi:


a. jasa perencanaan;
b. jasa pelaksanaan; dan
c. jasa pengawasan konstruksi.
(2) Jasa perencanaan, jasa pelaksanaan, dan jasa pengawasan
konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
secara terintegrasi.

-5-
Pasal 3

(1) Bentuk usaha jasa konstruksi meliputi:


a. orang perseorangan; atau
b. BUJK.
(2) Bentuk usaha yang dilakukan oleh orang perseorangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a selaku pelaksana
konstruksi hanya dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi
beresiko kecil, berteknologi sederhana, dan berbiaya kecil.
(3) Bentuk usaha yang dilakukan oleh orang perseorangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a selaku perencana
konstruksi atau pengawas konstruksi hanya dapat melaksanakan
pekerjaan konstruksi yang sesuai dengan bidang keahliannya.
(4) BUJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat
berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum.

Pasal 4

(1) Bidang usaha jasa konstruksi meliputi:


a. Bidang Usaha Perencanaan;
b. Bidang Usaha Pelaksanaan; dan
c. Bidang Usaha Pengawasan.
(2) Bidang usaha perencanaan dan pengawasan konstruksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf c terdiri
atas bidang usaha yang bersifat umum dan spesialis.
(3) Bidang usaha pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdiri atas bidang usaha yang bersifat umum, spesialis,
dan keterampilan tertentu.
(4) Bidang usaha jasa konstruksi yang bersifat umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) harus memenuhi kriteria
mampu mengerjakan bangunan konstruksi atau bentuk fisik lain,
mulai dari penyiapan lahan sampai dengan penyerahan akhir atau
berfungsinya bangunan konstruksi.
(5) Bidang usaha jasa konstruksi yang bersifat spesialis sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) harus memenuhi kriteria
mampu mengerjakan bagian tertentu dari bangunan konstruksi
atau bentuk fisik lainnya.
(6) Bidang usaha jasa konstruksi yang bersifat ketrampilan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus memenuhi kriteria
mampu mengerjakan subbagian pekerjaan bangunan konstruksi
dari bagian tertentu bangunan konstruksi dengan menggunakan
teknologi sederhana.

-6-
BAB III
KLASIFIKASI DAN KUALIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI

Bagian Kesatu
Klasifikasi Usaha Jasa Konstruksi

Pasal 5

(1) Klasifikasi bidang usaha perencanaan dan pengawasan konstruksi


meliputi:
a. arsitektur;
b. rekayasa (engineering);
c. penataan ruang; dan
d. jasa konsultansi lainnya.
(2) Klasifikasi bidang usaha pelaksanaan konstruksi meliputi:
a. bangunan gedung;
b. bangunan sipil;
c. instalasi mekanikal dan elektrikal; dan
d. jasa pelaksanaan lainnya.
(3) Setiap klasifikasi bidang usaha sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) dapat dibagi menjadi beberapa subklasifikasi
bidang usaha jasa konstruksi.
(4) Setiap subklasifikasi bidang usaha jasa konstruksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dapat meliputi satu atau gabungan dari
beberapa pekerjaan konstruksi.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembagian subklasifikasi bidang
usaha jasa konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur
dalam Peraturan Bupati.

Pasal 6

(1) Layanan bidang usaha perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan


konstruksi dapat dilakukan secara terintegrasi.
(2) Layanan bidang usaha yang dapat dilakukan secara terintegrasi
terdiri atas:
a. rancang bangun (design and build);
b. perencanaan, pengadaan dan pelaksanaan terima jadi
(enginerring, procurement, and construction);.
c. penyelenggaraan pekerjaan terima jadi (turn-key project); atau
d. penyelenggaraan pekerjaan berbasis kinerja (performance
based).
(3) Layanan usaha yang dilaksanakan secara terintegrasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan oleh badan usaha
yang berbadan hukum.

-7-
Bagian Kedua
Kualifikasi Usaha Jasa Konstruksi

Pasal 7

(1) Kualifikasi BUJK meliputi:


a. kualifikasi usaha besar;
b. kualifikasi usaha menengah; dan
c. kualifikasi usaha kecil.
(2) Setiap kualifikasi usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dibagi menjadi beberapa subkualifikasi usaha jasa
konstruksi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembagian subkualifikasi usaha
jasa konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam
Peraturan Bupati.

BAB IV
IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

Pasal 8

(1) Perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas


konstruksi yang berbentuk BUJK wajib memiliki IUJK dari Bupati.
(2) Jenis pelayanan IUJK meliputi:
a. permohonan IUJK baru;
b. perpanjangan IUJK;
c. perubahan data IUJK; dan
d. penutupan IUJK.
(3) Bupati dapat mendelegasikan wewenang pemberian IUJK kepada
Kepala SKPD.
(4) Dalam hal pemberian IUJK didelegasikan kepada SKPD yang tidak
membidangi jasa konstruksi, IUJK diberikan setelah mendapatkan
rekomendasi dari SKPD yang membidangi jasa konstruksi.
(5) Persyaratan dan tata cara untuk memperoleh pelayanan IUJK dan
rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4)
diatur dalam Peraturan Bupati.

Pasal 9

(1) IUJK diberikan kepada BUJK yang berdomisili di Daerah.


(2) IUJK berlaku untuk melaksanakan kegiatan usaha jasa konstruksi
di seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia.

-8-
(3) Dalam IUJK harus dicantumkan klasifikasi dan kualifikasi usaha
jasa konstruksi.
(4) Klasifikasi dan kualifikasi usaha jasa konstruksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) harus sesuai dengan yang tercantum
dalam SBU.

Pasal 10

(1) Masa berlaku IUJK selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang.
(2) Perpanjangan IUJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sebelum habis masa
berlaku IUJK.
(3) Jika permohonan perpanjangan IUJK diajukan setelah masa
berlakunya habis, dan telah melampui waktu 90 (sembilan puluh)
hari sejak berakhir masa berlakunya, maka Pemegang IUJK harus
mengajukan permohonan IUJK baru.
(4) Masa berlaku IUJK perubahan sama dengan sisa masa berlaku
SBU yang telah diubah.
(5) IUJK berakhir sebelum jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dalam hal:
a. pemegang IUJK menutup kegiatan usaha jasa konstruksi;
b. pemegang IUJK menutup IUJK;
c. pemegang IUJK dikenai sanksi pencabutan IUJK; dan/atau
d. pemegang IUJK melakukan perubahan data usaha.

BAB V
TANDA DAFTAR USAHA ORANG PERSEORANGAN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 11

(1) Usaha orang perseorangan selaku pelaksana konstruksi hanya


dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan
klasifikasi dan kualifikasi yang ditetapkan oleh Lembaga untuk
pekerjaan yang berisiko kecil, berteknologi sederhana dan berbiaya
kecil.
(2) Usaha orang perseorangan wajib mendaftar pada SKPD pemberi
IUJK.
(3) Terhadap usaha orang perseorangan yang telah terdaftar pada
SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan TDUP Jasa
Konstruksi.

-9-
Pasal 12

(1) TDUP Jasa Konstruksi berlaku selama selama 3 (tiga) tahun dan
dapat diperpanjang.
(2) Perpanjangan TDUP Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diajukan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sebelum
habis masa berlaku TDUP Jasa Konstruksi.
(3) Jika permohonan perpanjangan TDUP Jasa Konstruksi diajukan
setelah masa berlakunya habis, dan telah melampui waktu 90
(sembilan puluh) hari sejak berakhir masa berlakunya, maka
Pemegang TDUP Jasa Konstruksi harus mengajukan permohonan
TDUP Jasa Konstruksi baru.
(4) Dalam hal terjadi perubahan data yang tercantum dalam TDUP
Jasa Konstruksi, harus dilakukan perubahan TDUP Jasa
Konstruksi.
(5) Dalam hal terjadi kehilangan atau kerusakan TDUP Jasa
Konstruksi, harus dilakukan penggantian TDUP Jasa Konstruksi.
(6) Dalam hal usaha orang perseorangan akan berhenti/menutup
kegiatan usahanya, harus dilakukan penutupan TDUP Jasa
Konstruksi.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan
pemberian, perpanjangan, penggantian, dan penutupan TDUP Jasa
Konstruksi diatur dalam Peraturan Bupati.

BAB VI
PENANGGUNG JAWAB TEKNIK BADAN USAHA

Pasal 13

(1) Setiap BUJK wajib memiliki PJT yang bersifat mengikat.


(2) PJT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki Kartu PJT
yang diterbitkan oleh pemberi IUJK.
(3) Kartu PJT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku selama
yang bersangkutan menjadi PJT pada BUJK, dengan ketentuan:
a. dalam hal terjadi perubahan data yang tercantum dalam Kartu
PJT, harus dilakukan perubahan Kartu PJT.
b. dalam hal terjadi kehilangan atau kerusakan Kartu PJT, harus
dilakukan penggantian Kartu PJT; atau
c. dalam hal PJT berhenti, harus dilakukan penutupan Kartu PJT.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan
penerbitan Kartu PJT diatur dalam Peraturan Bupati.

-10-
Pasal 14

(1) Selain PJT, BUJK dapat mengangkat tenaga teknik dan/atau


tenaga ahli sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan.
(2) Tenaga teknik dan/atau tenaga ahli yang berstatus tenaga tetap
pada suatu BUJK dilarang merangkap sebagai tenaga tetap
ataupun tenaga tidak tetap pada usaha orang perseorangan atau
BUJK lainnya di bidang usaha jasa konstruksi yang sama.
(3) Tenaga teknik dan/atau tenaga ahli yang berstatus tenaga tetap
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus berdomisili di Daerah
atau Kabupaten/Kota yang berdekatan dan dapat dijangkau setiap
harinya dengan mudah.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tenaga teknik dan/atau tenaga
ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Bupati.

BAB VII
SERTIFIKAT KETERAMPILAN KERJA DAN
SERTIFIKAT KEAHLIAN KERJA

Pasal 15

(1) PJT BUJK dan pemilik usaha orang perseorangan harus memiliki
Sertifikat Keterampilan Kerja dan/atau Sertifikat Keahlian Kerja
sesuai dengan klasifikasi dan kualifikasi tenaga kerja konstruksi.
(2) Sertifikat Keterampilan Kerja dan/atau Sertifikat Keahlian Kerja
dikeluarkan oleh lembaga.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Sertifikat Keterampilan Kerja
dan/atau Sertifikat Keahlian Kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati.

BAB VIII
HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN

Pasal 16

Setiap BUJK yang telah memiliki IUJK dan orang perseorangan yang
memiliki Tanda Daftar Usaha berhak untuk mengikuti proses
pengadaan jasa konstruksi dan mendapatkan pembinaan dari
Pemerintah Daerah.

-11-
Pasal 17

Setiap BUJK yang telah memiliki IUJK dan orang perseorangan yang
memiliki Tanda Daftar Usaha wajib:
a. menyelenggarakan kegiatan sesuai IUJK yang diberikan;
b. melaporkan perubahan data usaha BUJK dan orang perseorangan
kepada SKPD pemberi izin paling lama 14 (empat belas) hari setelah
terjadinya perubahan data BUJK/usaha orang perseorangan;
c. melaksanakan pekerjaan konstruksi dan bertanggung jawab
terhadap hasil pekerjaan;
d. menyampaikan laporan akhir tahun kepada SKPD pemberi IUJK
paling lambat bulan Desember tahun berjalan; dan
e. mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 18

Setiap pemegang IUJK dilarang:


a. melakukan kegiatan usaha jasa konstruksi di luar izin yang telah
diberikan; dan
b. menyerahkan pelaksanaan pekerjaan secara ilegal.

Pasal 19

Setiap usaha orang perseorangan yang tidak memiliki TDUP Jasa


Konstruksi dan BUJK yang tidak memiliki IUJK dilarang mengikuti
kegiatan pengadaan barang/jasa Pemerintah.

BAB IX
PEMBINAAN

Pasal 20

(1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan usaha jasa konstruksi


kepada penyedia jasa konstruksi, pengguna jasa konstruksi, dan
masyarakat.
(2) Pembinaan usaha jasa konstruksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), meliputi:
a. pengaturan;
b. pemberdayaan; dan
c. pengawasan.
(3) Pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
dilakukan dengan penerbitan peraturan perundang-undangan dan
standar-standar teknis.

-12-
(4) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
dilakukan terhadap usaha jasa konstruksi dan masyarakat untuk
menumbuhkembangkan kesadaran akan hak, kewajiban dan
perannya dalam pelaksanaan jasa konstruksi.
(5) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
dilakukan terhadap penyelenggaraan pekerjaan konstruksi untuk
menjamin terwujudnya ketertiban jasa konstruksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Pembinaan jasa konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilaksanakan oleh:
a. TPJKD; dan
b. Institusi Pembina Jasa Konstruksi.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan usaha jasa konstruksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Bupati.

BAB X
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN INSTANSI YANG MEMBERIKAN
IUJK

Pasal 21

(1) Kepala SKPD yang ditunjuk untuk melaksanakan pemberian IUJK,


wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban secara berkala
setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Bupati.
(2) Bupati menyampaikan laporan pemberian IUJK kepada Gubernur
secara berkala setiap 4 (empat) bulan sekali.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati.

BAB XI
SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 22

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal Pasal 8 ayat (1), Pasal 11


ayat (3), Pasal 13 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 17, Pasal 18, dan
Pasal 19 dikenakan sanksi berupa:
a. peringatan tertulis, berupa teguran yang tidak menghentikan
dan meniadakan hak berusaha perusahaan;
b. pembekuan IUJK, yang akan menyebabkan perusahaan tidak
diizinkan untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi untuk
sementara waktu; atau
c. pencabutan IUJK yang akan meniadakan hak berusaha
perusahaan.
-13-
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Bupati.

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 23

IUJK yang diberikan sebelum diundangkannya Peraturan Daerah ini


dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya izin tersebut.

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 24

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah


Kabupaten Magelang Nomor 24 Tahun 2001 tentang Izin Usaha Jasa
Konstruksi (Lembaran Daerah Kabupaten Magelang Tahun 2001
Nomor 24) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 25

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Magelang.

Ditetapkan di Kota Mungkid


pada tanggal 11 Juni 2015

BUPATI MAGELANG,

ttd

ZAENAL ARIFIN
Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Magelang
Tahun 2015 Nomor 3
pada tanggal 11 Juni 2015

Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MAGELANG,

ttd

AGUNG TRIJAYA

-14-
PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG


NOMOR 3 TAHUN 2015

TENTANG

IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

I. UMUM
Kabupaten Magelang yang memiliki potensi sumber daya alam
maupun sumberdaya manusia, merupakan modal yang cukup
potensial dalam pelaksanaan pembangunan. Pelaksanaan
pembangunan yag telah berjalan cukup pesat dapat dilihat dari
pertumbuhan di berbagai bidang seperti bidang sosial, bidang
ekonomi, bidang budaya yang mempunyai peranan penting dalam
pencapaian sasaran guna menunjang terwujudnya tujuan
pembangunan nasional. Dengan dilaksanakannya pembangunan,
khususnya pembangunan infrastruktur telah memberikan dampak
yang cukup signifikan di berbagai sektor dan di semua lapisan
masyarakat, sehingga kontribusi yang disumbangkan dari sektor
jasa kontruksi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
di Kabupaten Magelang mengalami peningkatan yang cukup
signifikan pula.
Sebagian besar pembangunan fisik di Kabupaten Magelang
dilaksanakan oleh para pelaku di bidang jasa konstruksi. Namun
demikian jumlah pelaku bidang jasa konstruksi saat ini cukup
banyak dan terus berkembang serta tidak sebanding dengan
jumlah pekerjaan yang ada, sehingga kompetisi para pelaku di
bidang jasa konstruksi sangat ketat.
Guna mengimbangi perkembangan di bidang jasa konstruksi,
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2000
tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi Pemerintah
Daerah berwenang untuk melakukan pembinaan dan pengawasan
yang efektif di bidang jasa konstruksi agar kompetisi lebih
kompetitif. Untuk itu perlu adanya ketentuan-ketentuan meliputi
berbagai masalah, khususnya peningkatan pelayanan terhadap
perkembangan di masa mendatang yang diatur dalam suatu
Peraturan Daerah.
Selain itu, dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor
92 Tahun 2010 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran
Masyarakat Jasa Konstruksi dan Peraturan Pemerintah Nomor 59
-15-
Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor
29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi,
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04/PRT/M/2011
tentang Pedoman Persyaratan Pemberian Izin Usaha Jasa
Konstruksi Nasional dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 14/PRT/M/2010 tentang SPM Bidang PU dan Penataan
Ruang, Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 24 Tahun
2001 tentang Izin Usaha Jasa Konstruksi perlu untuk dilakukan
perubahan dan penyempurnaan.
Maksud ditetapkannya Peraturan Daerah ini adalah untuk
melakukan pengaturan pelaksanaan pemberian IUJK, sedangkan
tujuannya adalah untuk:
a. mewujudkan tertib pelaksanaan pemberian IUJK sesuai dengan
persyaratan ketentuan peraturan perundang-undangan guna
menunjang terwujudnya iklim usaha yang baik;
b. mewujudkan kepastian keandalan penyedia jasa konstruksi
demi melindungi kepentingan masyarakat;
c. mewujudkan peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan
sumberdaya dalam pembangunan sarana dan prasarana fisik;
d. mendukung penyediaan pelayanan dasar dan pencapaian target
standar pelayanan minimal dibidang jasa konstruksi; dan
e. mewujudkan peningkatan peran masyarakat di bidang jasa
konstruksi.
Pemberian IUJK berlandaskan pada asas kejujuran dan
keadilan, manfaat, keserasian, keseimbangan, kemandirian,
keterbukaan, kemitraan, keamanan, dan keselamatan demi
kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut diatas
membentuk Peraturan Daerah tentang Izin Usaha Jasa Konstruksi.

II. PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup Jelas.
Pasal 2
Cukup Jelas.
Pasal 3
Ayat (1)
Huruf a
Orang Perseorangan adalah warga negara, baik
Indonesia maupun asing.
Huruf b
Cukup Jelas.
-16-
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
BUJK yang berbentuk badan hukum antara lain
Perseroan Terbatas dan Koperasi.
BUJK yang bukan badan hukum antara lain Comanditer
Venoschap dan Firma.
Pasal 4
Cukup Jelas.
Pasal 5
Cukup Jelas.
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “rancang bangun (design
and build)” adalah pekerjaan konstruksi
terintegrasi dengan ketentuan penyedia jasa
memiliki tugas membuat suatu perencanaan
proyek yang lengkap dan sekaligus
melaksanakannya dalam 1 (satu) kontrak
konstruksi. Penyedia jasa selain mendapatkan
pembayaran atas pekerjaan konstruksi, juga
menerima imbalan jasa atas pembuatan
rencana/desain proyek dimaksud.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “perencanaan,
pengadaan dan pelaksanaan terima jadi
(enginerring, procurement, and construction)” adalah
pekerjaan konstruksi terintegrasi untuk kontrak
perencanaan, pengadaan, dan pelaksanaan
terima jadi pembangunan pekerjaan dalam
industri minyak, gas bumi, dan petrokimia.

-17-
Huruf c
Yang dimaksud dengan “penyelenggaraan
pekerjaan terima jadi (turn-key project)” adalah
pekerjaan konstruksi dengan kontrak pengadaan
barang/jasa pemborongan atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu
dengan jumlah harga pasti dan tetap sampai
seluruh bangunan/konstruksi, peralatan, dan
jaringan utama maupun penunjangnya dapat
berfungsi dengan baik sesuai dengan kriteria
kinerja yang ditetapkan.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “penyelenggaraan
pekerjaan berbasis kinerja (performance based)”
adalah pekerjaan konstruksi dengan kontrak
yang mendasarkan pembayaran pada
pemenuhan indikator kinerja minimum, dengan
kontrak pekerjaan kepada penyedia jasa
didasarkan atas “kinerja” pekerjaan yang dicapai.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 7
Cukup Jelas.
Pasal 8
Cukup Jelas.
Pasal 9
Cukup Jelas.
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.

-18-
Ayat (5)
Huruf a
Cukup Jelas.
Huruf b
Cukup Jelas.
Huruf c
Cukup Jelas.
Huruf d
IUJK berakhir sebelum jangka waktu berlaku
untuk IUJK yang lama. Perubahan IUJK dapat
dilakukan pada saat IUJK masih berlaku ataupun
saat IUJK diperpanjang.
Pasal 11
Cukup Jelas.
Pasal 12
Cukup Jelas.
Pasal 13
Ayat (1)
Yang dimaksud bersifat mengikat adalah PJT tidak
boleh bekerja selain pada BUJK yang bersangkutan.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud “tenaga tetap” adalah personel yang
bekerja setiap saat pada perusahaan tersebut
dinyatakan dengan kontrak kerja dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Ayat (3)
Keterangan berdomisili dibuktikan dengan KTP atau
surat keterangan boro dari pejabat yang berwenang.
-19-
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Pasal 15
Cukup Jelas.
Pasal 16
Cukup Jelas.
Pasal 17
Cukup Jelas.
Pasal 18
Cukup Jelas.
Pasal 19
Cukup Jelas.
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan TPJKD adalah tim yang
dibentuk oleh Bupati yang diketuai Assisten
Ekonomi, Pembangunan dan Kesra.
Huruf b
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 21
Cukup Jelas.
Pasal 22
Ayat (1)
Huruf a
Cukup Jelas.
Huruf b
Cukup Jelas.
Huruf c
Pencabutan IUJK dilakukan apabila IUJK terbukti
diperoleh dengan cara melanggar hukum,
pemegang ijin/ penanggung jawab perusahaan
-20-
telah dijatuhi hukuman oleh Lembaga Peradilan
yang telah mempunyai kekuatan hukuman tetap
dan perusahaan telah dinyatakan pailit oleh
lembaga Peradilan
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Pasal 23
Cukup Jelas.
Pasal 24
Cukup Jelas.
Pasal 25
Cukup Jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 9

-21-

Anda mungkin juga menyukai