Anda di halaman 1dari 18

MODERASI BERAGAMA DI LINGKUNGAN KELUARGA

Diselesaikan guna memenuhi tugas liburan Semester I

Disusun oleh:

Sahrul Hidayat Yoteni


Kelas X - 4

MADRASAH ALIYAH NEGERI INSAN CENDEKIA SORONG


TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam, yang
telah mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, sholawat serta salam tak lupa pula kami
haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa cahaya
islam dan menerangi dunia dengan cahaya islam.

Berkat rahmat dan Inayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas berupa makalah ini
dengan tepat waktu. Adapun makalah ini penulis tulis guna memenuhi tugas selama
liburan semester I di Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Sorong. Makalah yang
berjudul “Moderasi Beragama di Lingkungan Keluarga di Masa Liburan Sekolah” ini
berisi tentang hasil pengamatan penulis tentang apa itu pengertian moderasi beragama
dalam lingkungan keluarga. Agar para pembaca bisa mengetahui apa itu pengertian dari
moderasi beragama, dan bagaimana hubungan moderasi beragama dalam lingkungan
keluarga. Tak lupa pula, penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak serta Ibu guru dan
orang tua serta wali yang telah membimbing penulis dengan memberikan banyak masukan
ilmu, waktu, semangat, pengarahan kepada penulis dalam penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah


ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Penulis
berharap agar makalah ini bermanfaat bagi masyarakat umum, para pembaca dan juga bagi
penulis sendiri. Semoga Allah SWT senantiasa menjadikan kita semua berada dalam
keridhoan-Nya dalam menempuh hidup ini. Aamiin.

Sorong, 5 Januari 2023

Penulis

Sahrul Hidayat Yoteni | 1


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………… 1


DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….. 2
BAB I ………………………………………………………………………………….. 3
PENDAHULUAN …………………………………………………………………….. 3
A. Latar Belakang ………………………………………………………………… 3
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………….. 4
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………………………… 5
BAB II ………………………………………………………………………………… 6
ISI ……………………………………………………………………………………... 6
A. Pengertian Moderasi Beragama ……………………………………………….. 6
B. Karakteristik Moderasi Beragama …………………………………………….. 8
C. Moderasi Beragama dalam Keluarga …………………………………………. 14
BAB III ………………………………………………………………………………... 16
KESIMPULAN ……………………………………………………………………….. 16

Sahrul Hidayat Yoteni | 2


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang memiliki penduduk muslim terbanyak di dunia dan
menjadi sorotan penting. Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk muslim
terbesar di dunia dan menjadi target utama dalam hal moderasi Islam. Moderasi adalah
prinsip dasar Islam. Islam moderat merupakan pemahaman keagamaan yang sangat
relevan dalam konteks keberagaman dalam segala aspek, baik agama, adat, suku, maupun
bangsa itu sendiri. Dari berbagai jenis keragaman yang dimiliki negara Indonesia,
keragaman agama adalah yang paling kuat dalam membentuk radikalisme di Indonesia.
Munculnya kelompok ekstrim yang semakin melebarkan sayapnya disebabkan oleh
berbagai faktor seperti kepekaan kehidupan beragama, masuknya kelompok ekstrim dari
luar negeri bahkan masalah politik dan pemerintahan. Maka, di tengah hiruk pikuk
masalah radikalisme ini, muncul istilah yang disebut “Moderasi Beragama”.

Pengertian moderasi beragama harus dipahami secara kontekstual bukan secara


tekstual artinya moderasi dalam agama di Indonesia bukanlah Indonesia yang moderat,
tetapi pemahaman dalam agama harus moderat karena Indonesia memiliki banyak kultur,
budaya. dan adat istiadat. Moderasi islam ini dapat menjawab berbagai persoalan agama
dan peradaban global. Tidak kalah pentingnya adalah Muslim moderat dapat merespon
dengan lantang, disertai dengan aksi damai dengan kelompok berbasis radikal dan
ekstremis yang melakukan segala sesuatu dengan paksaan dan kekerasan.

Islam dan umat Islam saat ini setidaknya menghadapi dua tantangan; Pertama,
kecenderungan beberapa umat Muslim untuk bersikap ekstrim dan ketat dalam
pemahaman teks-teks keagamaan dan mencoba untuk menerapkan metode ini di
masyarakat Muslim, bahkan dengan kekerasan dan paksaan. Kedua, kecenderungan lain
yang juga ekstrem dengan bersikap santai dalam beragama dan tunduk pada perilaku serta
pemikiran negatif yang berasal dari budaya dan peradaban lain. Dalam upayanya itu,
mereka mengutip dari teks-teks keagamaan seperti Al-Qur’an, hadits dan karya-karya
ulama klasik yang menjadi landasan dan kerangka pemikiran, tetapi dengan memahaminya
secara tekstual dan terlepas dari konteks kesejarahan. Sehingga mereka terlihat seperti
generasi yang terlambat lahir, sebab hidup di tengah masyarakat modern tetapi memiliki

Sahrul Hidayat Yoteni | 3


pola berfikir generasi terdahulu. Kemajemukan atau keberagaman adalah sebuah hal yang
mutlak dalam kehidupan ini. Ia adalah sunatullah yang dapat dilihat di alam ini. Allah
menciptakan alam ini di atas sunnah heterogenitas dalam sebuah kerangka kesatuan.
Dalam konteks kesatuan manusia, kita dapat mengetahui bagaimana Allah menciptakan
berbagai suku dan bangsa. Sebagai bagian dari kesatuan suatu bangsa, Allah menciptakan
beragam etnis, suku, dan kelompok. Sebagai bagian dari kesatuan sebuah bahasa, Allah
menciptakan berbagai dialek. Sebagai bagian dari kesatuan syariat, Allah menciptakan
berbagai mazhab atau aliran pemikiran dari para imam sebagai hasil ijtihad masing-
masing. Dalam kerangka kesatuan umat (ummatan wahidah), Allah menciptakan berbagai
agama. Keberagaman dalam beragama adalah sunnatullah sehingga keberadaannya tidak
bisa dinafikan begitu saja

Dalam menghadapi kemajemukan dan keberagaman masyarakat, senjata yang


paling ampuh untuk mengatur agar tidak terjadi bentrokan dan radikalisme, adalah melalui
pendidikan Islam yang moderat dan inklusif. Selain itu ajaran Islam sebagai rahmatan lil
alamin, rahmat bagi segenap alam semesta. Islam Wasathiyah atau yang berarti “Islam
Tengah” adalah suatu yang menjadi terwujudnya umat terbaik (khairu ummah). Allah
SWT menjadikan umat Islam pertengahan (wasath) dalam segala urusan agama, seperti
dalam hal kenabian, syariat dan lainnya. Pemahaman dan praktik amaliyah keagamaan
Islam Wasathiyah memiliki beberapa karakteristik, seperti berikut:

Tawassuth (moderat), Tawazun (ber keseimbangan), I’tidâl (lurus dan tegas), Tasamuh
(toleran), Musawah (egaliter dan non diskriminasi), Aulawiyah (mendahulukan yang
prioritas), Tahaddhur (berkeadaban), Tathawwur wa Ibtikar (dinamis, kreatif, dan
inovatif).

Konsep tersebut diharapkan mampu untuk diterapkan dalam kehidupan bernegara dan
berbangsa. Sehingga dengan konsep moderasi ini akan membawa Indonesia ke arah yang
lebih baik, sehingga tidak ada diskriminasi dalam keberagaman dan menimbulkan rasa
aman dan nyaman.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Itu Moderasi Beragama?

2. Bagaimana Karakteristik Moderasi Beragama?

Sahrul Hidayat Yoteni | 4


3. Bagaimana hubungan Moderasi Beragama dalam kaitannya dengan kehidupan
keluarga?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu Moderasi Beragama

2. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik Moderasi Beragama

3. Untuk mengetahui hubungan Moderasi Beragama dalam kaitannya dengan


kehidupan keluarga

Sahrul Hidayat Yoteni | 5


BAB 2
ISI

A. Pengertian Moderasi Beragama


1. Moderasi

Secara Bahasa

1) Kata moderasi berasal dari Bahasa Latin Moderatio, yang memiliki arti “sedang” (tidak
berlebihan dan tidak kekurangan). Kata itu juga berarti penguasaan diri (dari sikap sangat
kelebihan dan kekurangan). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyediakan dua
pengertian kata moderasi, yakni: 1. pengurangan kekerasan, dan 2. penghindaran
keekstreman. Jika dikatakan, “orang itu bersikap moderat”, kalimat itu berarti bahwa orang
itu bersikap wajar, biasa-biasa saja, dan tidak ekstrem.

2) Dalam bahasa Inggris, kata moderation sering digunakan dalam pengertian average
(ratarata), core (inti), standard (baku), atau non-aligned (tidak berpihak). Secara umum,
moderat berarti mengedepankan keseimbangan dalam hal keyakinan, moral, dan watak,
baik ketika memperlakukan orang lain sebagai individu, maupun ketika berhadapan
dengan institusi negara.

3) Sedangkan dalam bahasa Arab, moderasi dikenal dengan kata wasath atau wasathiyah,
yang memiliki padanan makna dengan kata tawassuth (tengah-tengah), i’tidal (adil), dan
tawazun (berimbang). Orang yang menerapkan prinsip wasathiyah bisa disebut wasith.
Dalam bahasa Arab pula, kata wasathiyah diartikan sebagai “pilihan terbaik”. Apa pun
kata yang dipakai, semuanya menyiratkan satu makna yang sama, yakni adil, yang dalam
konteks ini berarti memilih posisi jalan tengah di antara berbagai pilihan ekstrem.

Secara Istilah

Pertama, moderasi adalah sikap dan pandangan yang tidak berlebihan, tidak ekstrem dan
tidak radikal (tatharruf). Berdasar dalam Q.S. Al-Baqarah: 143 yang merujuk pengertian
bahwa moderasi di sini menjelaskan keunggulan umat Islam dibandingkan umat lain.
Dalam hal apa saja? Al-Qur'an mengajarkan keseimbangan antara kebutuhan manusia akan
sisi spiritualitas atau tuntutan batin akan kehadiran Tuhan, juga menyeimbangkan tuntutan

Sahrul Hidayat Yoteni | 6


manusia akan kebutuhan materi. Disebutkan dalam hadits, ada sekelompok orang
mendatangi Nabi Muhammad untuk menunjukkan bahwa mereka adalah orang kuat
beribadah, sampai tidak menikah. Nabi menjawab, yang benar adalah keseimbangan antara
ibadah dan pemenuhan materi. Itulah sunnah beliau. Dalam hal moral, al-Qur'an juga
mengajarkan hal keseimbangan, seperti menekankan sikap tidak berlebihan. Seseorang
tidak perlu terlalu dermawan dengan menyedekahkan hartanya sehingga dia sendiri
menjadi bangkrut dan tidak punya apa-apa. Tetapi, ia juga jangan kikir dan terlalu pelit,
sehingga hanya menjadi kaya sendiri, karena dalam harta yang kita miliki terdapat harta
bagi orang yang membutuhkan. Demikian, pesan yang tersampaikan dalam ayat al-Qur'an.
Kedua, moderasi adalah sinergi antara keadilan dan kebaikan. Inti pesan ini diambil dari
penjelasan para penafsir al-Qur'an terhadap ungkapan ummatan wasathan. Menurut
mereka, maksud ungkapan ini adalah bahwa umat Islam adalah orang-orang yang mampu
berlaku adil dan merupakan orang yang berperilaku baik.

2. Beragama

Secara Bahasa
1) Beragama berarti menganut atau memeluk agama. Contoh: Saya beragama Islam dan
dia beragama Kristen.
2) Beragama berarti beribadat; taat kepada agama; baik hidupnya (menurut agama).
Contoh: Ia berasal dari keluarga yang beragama.
3) Beragama berarti sangat memuja-muja; gemar sekali pada; mementingkan (Kata
percakapan). Contoh: Mereka beragama pada harta dan benda.

Secara Istilah
Beragama itu menebar kedamaian, menebar kasih sayang, kapanpun dimanapun dan
kepada siapapun. Beragama itu bukan untuk menyeragamkan keberagaman, tetapi untuk
memahami berbagai keberagaman dengan penuh kearifan. Agama hadir ditengah-tengah
kita agar harkat, derajat dan martabat kemanusiaan kita senantiasa terjamin dan
terlindungi.

Oleh karena itu, jangan gunakan agama sebagai alat untuk menegasi dan saling
merendahkan dan meniadakan satu dengan yang lain. Maka dari itu, mari senantiasa
menebarkan kedamaian dengan siapapun, dimanapun dan kapanpun. Beragama itu

Sahrul Hidayat Yoteni | 7


menjaga, menjaga hati, menjaga perilaku diri, menjaga seisi negeri dan menjaga jagat raya
ini.

Jadi Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama secara moderat, yakni
memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan
maupun ekstrem kiri. Ekstremisme, radikalisme, ujaran kebencian (hate speech), hingga
retaknya hubungan antar umat beragama, merupakan problem yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia saat ini.

B. Karakteristik Moderasi Beragama


Salah satu sumber konflik yang dapat menggoyahkan NKRI adalah konflik yang
bersumber dari keagamaan. Motif keagamaan akan menggoyahkan NKRI karena dibarengi
dengan makna “perang suci”. Dalam realitas empiris konflik tersebut ditarik ke dalam
tataran klaim kebenaran dan perang suci atas nama tuhan yang akan menimbulkan konflik
horizontal berdarah. Perang klaim kebenaran (truth claim) pemahaman keagamaan yang
bersifat eksklusif, ekstrem dan mutlak menjadi akar konflik antara sesama umat Islam.
Perang klaim kebenaran terjadi dalam dua wilayah keislaman, Pertama dalam ruang
lingkup perbedaan pemahaman yang bersifat variati-fiqhiyyah. Kedua, dalam aspek
penyimpangan, kesesatan pemahaman atau ajaran. Oleh karena itu perlu adanya paradigma
pemahaman Islam yang bisa memberikan penguatan ukhuwwah
Islamiyyah, wathaniyyah dan insaniyyah, salah satunya pendekatan moderasi Islam. Kata
moderasi dikenal dengan kata wasath atau wasathiyah, yang memiliki padanan makna
dengan kata tawassuth (tengahtengah), i’tidal (adil), dan tawazun (berimbang). Orang
yang menerapkan prinsip,wasathiyah bisa disebut wasith.

Dalam bahasa Arab pula, kata wasathiyah diartikan sebagai “pilihan terbaik”. Kata al-
wasathiyah dalam bahasa Arab adalah dari kata al-wasath yang diterjemahkan secara
bahasa dengan makna pertengahan. Maka manhaj wasathiyah sering dimaknai sebagai
pendapat pertengahan di antara dua atau lebih pendapat yang berbeda dan sering juga
dianggap sebagai pendapat moderat.. Kata ini terdapat pula dalam Q.S. Al-Baqarah ayat
143. Dalam ayat itu disebutkan wa kadzâlika ja‘alnâkum ummatan washatan… (Dan
demikianlah kami jadikan kalian sebagai umat yang “wasath”…). Bahkan Nabi
Muhammad SAW pernah mengeluarkan hadis, “ Sebaik-baiknya urusan yang
pertengahan “..
Sahrul Hidayat Yoteni | 8
Islam Wasathiyah, adalah ajaran Islam sebagai rahmatan lil alamin, rahmat bagi
segenap alam semesta. Islam Wasathiyah adalah “Islam Tengah” untuk terwujudnya umat
terbaik (khairu ummah). Allah SWT menjadikan umat Islam pertengahan (wasath) dalam
segala urusan agama, seperti dalam hal kenabian, syariat dan lainnya. Pemahaman dan
praktik amaliyah keagamaan Islam Wasathiyah memiliki karakteristik, sebagai berikut:

1. Tawassuth (moderat)

Tawassuth adalah sikap netral yang berdasar pada prinsip hidup menjunjung tinggi
nilai keadilan di tengah kehidupan bersama, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan.
Sikap ini dikenal juga dengan sebutan moderat (al-wasathiyyah)

Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa tawassuth/moderat berasal dari kata wasath
yang berarti adil, baik, tengah-tengah, dan seimbang. Artinya, seorang Muslim yang
bersikap tawassuth akan menempatkan dirinya di tengah-tengah dalam suatu perkara, tidak
ekstrim kanan ataupun kiri.

Tawassuth cocok diterapkan dalam kehidupan sosial antar sesama manusia. Terlebih di
masa sekarang yang penuh dengan problematika intoleransi dan diskriminasi antarumat
beragama. Adapun contoh sikap tawassuth dalam kehidupan sehari-hari adalah:

 Tidak membeda-bedakan golongan dalam berinteraksi dan berkomunikasi.


 Menjalin silaturahmi antar sesama agar tidak timbul pertikaian.
 Menerima pendapat orang lain yang tidak sepaham.
 Menerima saran, masukan, dan kritik membangun dari orang lain.
 Menggunakan bahasa yang santun dan menyejukkan saat berkomunikasi.
 Bersikap toleransi terhadap segala perbedaan yang ada.

2. Tawazun (berkeseimbangan)

Tawazun adalah suatu sikap yang mampu menyeimbangkan diri seseorang pada saat
memilih sesuatu sesuai kebutuhan, tanpa condong atau berat sebelah terhadap suatu hal
tersebut. Dalam konteks moderasi beragama, sikap ini sangat penting dalam kehidupan
antar umat beragama, jadi kita bisa seimbang dalam kehidupan dunia, tapi kita juga bisa
seimbang dalam kehidupan akhirat nya. Sikap tawazun sangat diperlukan oleh manusia
agar dia tidak melakukan sesuatu hal yang berlebihan dan mengesampingkan hal-hal yang
lain, yang memiliki hak harus ditunaikan. Tawazun merupakan Kemampuan seorang

Sahrul Hidayat Yoteni | 9


individu untuk menyeimbangkan kehidupanya dalam berbagai dimensi, sehingga tercipta
kondisi yang stabil, sehat, aman dan nyaman.

Sikap tawazun ini sangat penting dalam kehidupan seorang individu sebagai manusia.
Oleh karena itu sikap tawazun ini harus diterapkan dan dilaksanakan dalam diri peserta
didik; agar mereka dapat melakukan segala sesuatu dengan seimbang dalam kehidupannya.
Karena jika mengabaikan sikap tawazun dalam kehidupan ini, maka akan lahir berbagai
masalah.

Dalam kehidupan selalu ada suatu kejadian di mana seseorang hanya mementingkan
urusan dunianya saja atau memiliki prinsip hidupnya hanyalah untuk mencari kesenangan
duniawi semata. Perilaku yang dilakukannya dalam aktivitas sehari-hari sehingga menjadi
kebiasaan dan dianggap sudah menjadi hal yang biasa dalam pergaulannya. Seperti
merokok, lupa akan sholat, melakukan maksiat; atau memenuhi kebutuhan secara
berlebihan, seperti makan dengan berlebih-lebihan, tidur tak kenal waktu atau bermalasan-
malasan. Perilaku yang seperti ini merupakan suatu kecendrungan terus-menerus terhadap
hal yang negatif. Sedang kecendrungan yang terus-menerus terhadap hal positif;
umpamanya seperti seseorang yang terus-menerus melakukan ibadah dengan cara
mengurung diri, serta tak memperdulikan lingkungan sosial sekitar.

Contoh sikap tawazun dari Rasulullah SAW, seperti:

 Nabi Muhammad SAW, Beliau adalah pribadi yang imannya sangat kuat, seorang
yang zuhud, dan pandai strategi perang demi membela Islam, tapi, dalam
kehidupan berkeluarga, beliau menjadi pemimpin keluarga yang sangat baik,
sayang kepada istri dan anak-anaknya. Itulah sikap tawazun yang dapat kita jadikan
pedoman dari Nabi Muhammad SAW.

Dan contoh sikap tawazun dalam kehidupan sehari-hari, seperti:

 Seorang ibu mempunyai dua orang anak, yang satu sedang duduk di bangku SD,
sedangkan yang lain duduk di bangku perguruan tinggi. Tentunya si Ibu tersebut
tidak akan memberikan uang saku dengan jumlah yang sama kepada masing-
masing anaknya tersebut. Jika Ibu tersebut berpegang pada prinsip keadilan dan
seimbang tentu ia akan memberikan uang dengan dengan jumlah yang lebih kepada
anaknya tertua; karena anak ini mempunyai kebutuhan yang lebih daripada adiknya
yang masih SD.

Sahrul Hidayat Yoteni | 10


3. I’tidal (lurus dan tegas)

Arti kata I'tidal secara harfiah berarti lurus dan teguh, berarti meletakkan sesuatu pada
tempatnya, menjalankan hak dan memenuhi kewajiban secara proporsional. Islam
mengutamakan keadilan bagi semua pihak. Banyak ayat Al-Qur'an yang menunjukkan
ajaran mulia ini, tanpa mengedepankan keadilan, nilai-nilai agama terasa kering dan tidak
berarti, karena keadilan adalah ajaran agama yang secara langsung memengaruhi
kebutuhan hidup mayarakat. Tanpa itu, kemakmuran dan kesejahteraan hanya akan
menjadi ilusi.

I'tidal sangat diperlukan dalam kehidupan, karena tanpa itu nantinya semua akan
mengarah pada pemahaman Islam yang terlalu liberal atau radikal. Peran pendidik dalam
me-moderasi pendidikan Islam sangat diperlukan untuk pemahaman yang lurus, jujur dan
tegas dalam beragama.

Adapun contoh sikap I’tidal dalam kehidupan sehari-hari adalah:

 Seseorang yang selalu mematuhi aturan dalam lingkup masyarakat, sekolah


maupun keluarga.
 Selalu menegakkan kebenaran dalam lingkungan masyarakat, sekolah dan
keluarga.
 Tidak pernah goyang atau putus semangat dalam menegakkan keadilan dan
kebenaran.

4. Tasamuh (toleran)

Tasamuh berasal dari bahasa Arab yang artinya toleransi. Menurut bahasa Tasamuh
artinya adalah tenggang rasa, sedangkan menurut istilah saling menghormati dan
menghargai antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Contoh tindakan
tasamuh dalam kehidupan sehari-hari:
 Berlapang dada dalam menerima segala perbedaan.
 Memberikan kebebasan orang lain untuk memilih keyakinan (agama).
 Menghormati orang lain yang sedang beribadah.
 Tetap bergaul dan bersikap baik dengan orang yang berbeda keyakinan dalam hal
duniawi.

Sahrul Hidayat Yoteni | 11


 Tidak memaksakan orang lain dalam hal keyakinan (agama).
 Tidak membenci dan menyakiti perasaan seseorang yang berbeda keyakinan atau
pendapat dengan kita.
 Tidak mengganggu orang lain yang berbeda keyakinan ketika mereka beribadah.

5. Musawah (egaliter dan non diskriminasi)

Musawah yaitu tidak bersikap diskriminatif pada yang lain disebabkan perbedaan
keyakinan atau agama, tradisi dan asal usul seseorang. Secara bahasa, musawah berarti
kesejajaran atau kesetaraan. Artinya, tidak ada pihak yang merasa lebih tinggi dari yang
lain, sehingga dapat memaksakan kehendaknya. Dalam urusan kenegaraan, penguasa tidak
bisa memaksakan kehendaknya terhadap rakyat, berlaku otoriter dan eksploitatif. Sebab,
rakyat dan penguasa memiliki kedudukan dan hak sama yang harus dihargai
keberadaannya. Dalam konteks umum, musawah bisa dikaitkan dengan kerukunan antar
masyarakat. Dengan adanya musawah, diskriminasi antar masyarakat tidak akan terjadi.

Contoh tindakan musawah dalam kehidupan sehari-hari:

 Menghargai perbedaan Suku, Agama, Ras, dan Golongan yang terdapat disekitar
kita.
 Tidak memaksa kehendak orang lain untuk mengikuti ajaran agama kita.
 Senantiasa memaafkan kesalahan orang lain walaupun orang itu belum meminta
maaf.
 Bersikap ramah kepada siapapun.
 Tidak mendiskriminasi atau membeda-bedakan teman terutama yang berbeda
keyakinan.

6. Aulawiyah (mendahulukan yang prioritas)

Aulawiyah (mendahulukan yang prioritas) yaitu kemampuan mengidentifikasi hal-


ihwal yang lebih penting harus diutamakan untuk diimplementasikan dibandingkan dengan
yang kepentingannya lebih rendah. Jika dalam kehidupan sehari-hari kita menemukan
benturan dalam beramal contohnya, untuk menentukan prioritas dalam beramal, kita tidak
boleh hanya mengandalkan logika, hawa nafsu, analisis fakta ataupun mengandalkan
manfaat dan mudharat suatu perkara tersebut. Bila terjadi benturan dalam beramal,

Sahrul Hidayat Yoteni | 12


bagaimana membuat skala prioritasnya? Bila mubah bertemu sunnah, maka yang sunnah
harus didahulukan, bila sunnah bertemu wajib, maka yang wajib harus didahulukan, tetapi
bila wajib bertemu wajib kita lihat bentuk fardhu ‘ain dan kifayah yang diutamakan, begitu
pula seterusnya. Seperti misalnya dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai benturan
seperti:

 Kita memiliki uang yang terbatas, sedangkan kita juga pun memiliki keluarga yang
harus kita nafkahi, di satu sisi kita memiliki hutang kepada orang yang harus
dilunasi, mana yang harus diprioritaskan? Yang menjadi prioritas utama adalah
menafkahi keluarga.
 Menghadap kiblat adalah kewajiban. Jika sudah berusaha tetapi tetap tidak tahu
arah kiblat maka harus sholat menurut arah dugaan nya adalah arah kiblat.
Sehingga tetap melaksanakan sholat.

7. Tahaddhur (berkeadaban)

Tahadhdhur (berkeadaban) yaitu menjunjung tinggi akhlakul karimah, karakter,


identitas, dan integritas sebagai khairu ummah dalam kehidupan kemanusiaan dan
peradaban. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak bisa hidup sendiri di dunia
tanpa adanya orang lain disekitar. Berbuat baik serta tolong menolong menjadi suatu hal
yang wajib dilakukan demi terciptanya hidup rukun dan damai antar sesama manusia.
Tahaddhur dalam kehidupan bernegara dan berbangsa sangat dibutuhkan, karena dengan
adanya sikap ini maka seluruh kegiatan tangan, kami dan mata kita akan dapat terjaga
dengan baik. Sekarang kita banyak menyaksikan banyak isu yang beredar di tengah-tengah
masyarakat yang terbiasa menyebarkan informasi tanpa di cek terlebih dahulu kebenaran
dan fakta nya dan juga kita menyaksikan seringnya terjadi perdebatan antar individu
terhadap suatu perkara yang mereka sendiri sebenarnya tidak memahami dan mempunyai
ilmu yang mumpuni dalam hal tersebut. Melihat situasi dan kondisi itu maka moderasi
pendidikan islam dalam Tahaddhur sangat diperlukan agar kehidupan berbangsa dan
bernegara tercipta kerukunan dan keamanan serta ketentraman dalam kehidupan
bermasyarakat.

Sahrul Hidayat Yoteni | 13


8. Tathawwur wa Ibtikar (dinamis, kreatif, dan inovatif)

Tathawwur wa Ibtikar (dinamis dan inovatif) yaitu selalu terbuka untuk melakukan
perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan zaman serta menciptakan hal baru
untuk kemaslahatan dan kemajuan umat manusia. Pengertian dari Tathawwur wa Ibtikar
(dinamis dan inovatif) yaitu: selalu terbuka untuk melakukan perubahan-perubahan sesuai
dengan perkembangan zaman serta menciptakan hal baru untuk kemaslahatan dan
kemajuan umat manusia. Tathawwur wa Ibtikar (dinamis dan inovatif) dalam moderasi
pendidikan islam sangat dibutuhkan, karena merupakan suatu strategi yang disusun
sedemikian rupa untuk menjawab berbagai macam permasalahan dan kondisi kekinian
yang harus dihadapi oleh setiap orang. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi semakin dinamis dan berkelanjutan sebagai akibat dari modernisasi dan
globalisasi. moderasi pendidikan islam memerlukan Tathawwur wa Ibtikar untuk
menjawab berbagai macam persoalan yang terjadi di masyarakat.

C. Moderasi Beragama dalam Keluarga

Sebagai unit terkecil masyarakat dan tempat pendidikan pertama dan utama setiap
warga bangsa, keluarga memiliki potensi yang sangat besar untuk menanamkan dan
menyemai praktik moderasi beragama. Praktik moderasi beragama dengan semua
tradisinya tidak dapat diandaikan terjadi begitu saja secara alamiah, melainkan harus
disemai sejak nilai-nilai setiap individu warga bangsa dibentuk.

Konsep ‘’Moderasi Beragama dalam Keluarga” yang digambarkan adalah keluarga


damai yang menenteramkan anggota keluarganya serta memberikan manfaat yang sangat
besar bagi masyarakat, bangsa dan negara. Keluarga sedemikian tentu saja dibangun di
atas landasan nilai keadilan, kesalingan, dan keseimbangan. Ini adalah wujud yang selaras
dengan prinsip-prinsip moderasi beragama.

Selama liburan semester, penulis mengembangkan pemahaman dan penerapan


moderasi beragama di dalam keluarga. Seperti penerapan nilai dalam peningkatan ibadah,
mengikuti kegiatan-kegiatan keagaman, toleransi terhadap agama lain, menghormati
orang lain, dan Nilai-nilai luhur ini dapat ditanamkan dimulai dari keluarga karena
memiliki modal awal yang sangat mahal berupa pemahaman yang sangat baik mengenai

Sahrul Hidayat Yoteni | 14


konsep-konsep kunci moderasi beragama seperti nilai keadilan, keberimbangan, toleransi,
antikekerasan, dan penghormatan kepada kearifan tradisi lokal.

Peran keluarga dalam moderasi beragama yakni keluarga menjadi benteng yang luar
biasa untuk mencegah adanya ide radikal. Kemudian, imam yaitu seorang ayah di rumah
harus menjadi benteng utama dalam moderasi beragama. Ayah mengajarkan cara
memandang sikap dalam menerapkan kehidupan beragama.

Sahrul Hidayat Yoteni | 15


BAB 3

KESIMPULAN

Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama secara moderat,
yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem
kanan maupun ekstrem kiri. Ekstremisme, radikalisme, ujaran kebencian (hate speech),
hingga retaknya hubungan antar umat beragama, merupakan problem yang dihadapi oleh
bangsa Indonesia saat ini.

Moderasi beragama mengajarkan bagaimana cara pandang kita dalam kehidupan


beragama yang baik dan benar, tidak ekstrem apalagi radikal. Moderasi beragama pun
memberitahu kita sebagai seorang muslim untuk bertoleransi antar sesama umat beragama,
tidak diskriminasi antar ras, suku, agama, juga mengajarkan bagaimana cara kita berpikir
dinamis dan inovatif. Dalam menghadapi kemajemukan dan keberagaman masyarakat,
senjata yang paling ampuh untuk mengatur agar tidak terjadi bentrokan dan radikalisme,
adalah melalui pendidikan Islam yang moderat dan inklusif. Selain itu ajaran Islam
sebagai rahmatan lil alamin, rahmat bagi segenap alam semesta.

Melalui keluarga, moderasi beragama dapat mewujudkan harmonisasi di


masyarakat. Ia melihat banyak muncul kesalahpahaman soal moderasi beragama. Agama
sudah moderat datang dari Tuhan adalah ajaran yang sempurna. Tapi bagaimana cara kita
memahami dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Jangan sampai kita
terperosok pada bentuk pemahaman pengamalan keagamaan yang berlebihan.

Sahrul Hidayat Yoteni | 16


DAFTAR PUSTAKA

Moderasi Beragama, Kementerian Agama RI : 2019

Menag: Moderasi Beragama Harus Mewujud Dalam Keluarga (kemenag.go.id) (Internet)

Penguatan Pendidikan Agama dalam Keluarga | Republika Online (Internet)

Moderasi Beragama : Pengertian, Karakteristik dan Prinsip-Prinsipnya - Iqipedia


(Internet)

Jurnal Diklat Keagamaan

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Kamus Bahasa Inggris

Sahrul Hidayat Yoteni | 17

Anda mungkin juga menyukai