Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN IPA

“PEMBELAJARAN IPA ABAD 21”

DOSEN PENGAMPU: Prof. Dr. Muhlis, M.Si

Disusun oleh
RABIATUL HASANAH (I2E022023)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPA (PASCASARJANA)

UNIVERSITAS MATARAM

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah
melimpahkan rahmatnya. Sehingga makalah yang berjudul “Pengajaran IPA Abad
21” ini dapat penyusun selesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas dari mata kuliah Filsafat Pendidikan IPA, yang diampu oleh Bapak
Prof. Dr. H. Muhlis, M. Si.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan baik dari segi isi, maupun dari sistematika penyusunannya. Oleh karena
itu segala kritik dan saran yang sifatnya konstruktif, sangat penyusun harapkan
untuk melengkapi kekurangan yang ada pada penyusunan makalah ini.
Makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu tentunya tidak lepas dari bantuan
dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait, terutama sumber-sumber referensi
buku dan artikel jurnal yang banyak berkontribusi, serta Bapak Prof. Dr. H. Muhlis,
M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Pendidikan IPA, Untuk itu
penyusun ucapkan terima kasih.

Mataram, Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................


KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
1. Latar Belakang ............................................................................
2. Rumusan Masalah .......................................................................
3. Tujuan ..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................
1. Pembelajaran abad 21 .............................................................
2. Literasi sains ..............................................................................
BAB III KESIMPULAN..............................................................................
3.1.Kesimpulan.....................................................................................
Daftar Putaka.....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Era abad 21 menjadikan perkembangan dunia semakin cepat dan kompleks.
Perubahan tersebut pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat
modern. Abad 21 juga dapat dikatakan sebagai sebuah abad yang ditandai dengan
terjadinya transformasi besar – besaran dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri
dan berlanjut ke masyarakat berpengetahuan (Soh, Arsyad & Osman, 2010) Dalam
ketatnya tantangan yang dihadapi masyarakat, maka dibutuhkan perubahan paradigma
dalam sistem pendidikan yang dapat menyediakan seperangkat keterampilan abad 21 yang
dibutuhkan oleh peserta didik untuk menghadapi setiap aspek kehidupan global (Soh,
Arsad & Osman, 2010).
Perubahan zaman yang semakin maju berdampak besar pada berbagai link
kehidupan. Saat ini manusia telah memasuki abad 21 yang ditandai dengan peran teknologi
informasi yang tidak lepas dalam kehidupan. Abad 21 juga identik dengan adanya Revolusi
4.0 yang memunculkan Era Society 5.0 dimana teknologi digunakan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan. Pendidikan merupakan salah satu aspek krusial.
Pendidikan pada masa sekarang harus disesuaikan dengan perkembangan abad 21 agar
kompetensi siswa meningkat sehingga menjadi sumber daya yang mampu menghadapi
persaingan dan tantangan global sesuai tuntutan zaman.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran yang
dibelajarkan pada Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pendidikan IPA abad 21
memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Dalam mata pelajaran IPA teknnologi
digunakan sebagai media pembelajaran. Pembelajaran IPA yang baik ialah dapat
menciptakan rasa ingin tahu siswa,menambah kemampuan berpikir saintifik, dan
membuat siswa mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari (Kelana &
Pratama, 2019).
Literasi sains harus dipupuk sedini mungkin dalam penerapkannya (Bybee, 1997).
Literasi sains yang diterapkan pada siswa-siswi mungkin dipengaruhi oleh semakin
pentingnnya teknologi digital (Leu., et al., 2004) dan meningkatkan siswa-siswi di media
interaktif (Beschorner dan Hutchison, 2013). Hal tersebut mengakibatkan pembangunan
literasi siswa-siswi yaitu membaca dan menulis harus diperluas melalui multimedia dan TI
(teknologi informasi).
Peserta didik harus mampu menghadapi tantangan di era global. Oleh karena itu,
diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik yang baik dan melek
sains serta teknologi, berpikir logis, kritiss, kreatif, serta mampu beragumentasi secara
benar dan dapat berkolaborasi. Akan tetapi belum banyak yang mengetahui arti penting
literasi sains pada pembelajaran IPA khusunya pada peserta didik tingkatan SMP. Oleh
karena itu, artikel ini dibuat untuk membangun kesadaran mengenai pentingnnya literasi
sains pada pembelajaran IPA SMP khususnya pada abad 21.

4
Dengan memperhatikan tersebut, pengajaran IPA pada abad 21 harus mampu
memberi pemahaman, keterampilan, dan nilai yang relevan. Oleh karena itu, berdasarkan
uraian di latar belakang tersebut maka akan dijelaskan terkait dengan pembelajaran IPA
abad 21.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini yaitu:
a. Bagaimana pembelajaran abad 21.
b. Peran Literasi sain dalam Pembelajaran IPA abad 21
3. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini sebagai
berikut:
a. Untuk mendeskripsikan pembelajaran abad 21.
b. Peran Literasi sain dalam Pembelajaran IPA abad 21

5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pembelajaran Abad 21
Perkembangan dunia abad 21 ditandai dengan kemajuan dan tuntutan zaman. Abad
21, sumber daya manusia mulai digantikan dengan teknologi sehinggaketerampilan yang
dimiliki manusia sekarang sudah tidak bisa lagi mengikuti standar zaman dahulu. Pada era
globalisasi saat ini, semua dapat menjadi lebih mudah dan praktis. Hal ini
ditunjukkandengan banyaknya penerapan teknologi canggih berupa aplikasi yang
menyediakan kebutuhan untuk mempermudah kelangsungan hidup manusia. Terdapat tujuh
jenis keterampilan hidup yang dibutuhkan di abad 21. Wagner (2010) menyatakan tujuh
keterampilan yang dibutuhkan di abad 21 yaitu (1) kemampuan berpikir kritis dan
pemecahan masalah, (2) kolaborasi dan kepemimpinan, (3) ketangkasan dan kemampuan
beradaptasi, (4) inisiatif dan berjiwa entrepeneur, (5) mampu berkomunikasi efektif baik
secara oral maupun tertulis, (6) mampu mengakses dan menganalisis informasi, dan (7)
memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi.
Di abad ke 21 ini, pendidikan menjadi semakin penting untuk menjamin peserta
didik memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan teknologi
dan media informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan dengan menggunakan keterampilan
untuk hidup (life skills). Tiga konsep pendidikan abad 21 telah diadaptasi oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk mengembangkan kurikulum baru
untuk Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas
(SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Ketiga konsep tersebut adalah 21st
Century Skills, scientific approach dan authentic assesment. Selanjutnya, tiga konsep
tersebut diadaptasi untuk mengembangkan pendidikan menuju Indonesia Kreatif tahun
2045. Adaptasi dilakukan untuk mencapai kesesuaian konsep dengan kapasitas peserta
didik dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikannya. Keterampilan abad 21 adalah
(1) life and career skills, (2) learning and innovation skills, dan (3) Information media and
technology skills. Ketiga keterampilan tersebut dirangkum dalam sebuah skema yang
disebut dengan pelangi keterampilan pengetahuan abad 21/21st century knowledge-skills
rainbow (Trilling dan Fadel, 2009).
Abad 21 menuntut pendidikan untuk mempersiapkan pesertam didik yang mampu
menghadapi persaingan ekonomi global. Partnership for 21st Century Skills menekankan
bahwa pembelajaran abad 21 harus mengajarkan 4 kompetensi yaitu communication,
collaboration, criticalthinking, dan creativity. Frydenberg & Andone (2011) juga
menyatakan untuk menghadapi pembelajaran di abad 21, setiap orang harus memiliki
keterampilan berpikir kritis, pengetahuan dan kemampuan literasi digital, literasi informasi,
literasi media dan menguasai teknologi informasi dan komunikasi.
Pembelajaran di abad 21 ini memiliki perbedaan dengan pembelajaran di masa yang
lalu. Dahulu, pembelajaran dilakukan tanpa memperhatikan standar, sedangkan kini
memerlukan standar sebagai acuan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melalui standar

6
yang telah ditetapkan, guru mempunyai pedoman yang pasti tentang apa yang diajarkan dan
yang hendak dicapai. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah merubah gaya
hidup manusia, baik dalam bekerja, bersosialisasi, bermain maupun belajar. Memasuki
abad 21 kemajuan teknologi tersebut telah memasuki berbagai sendi kehidupan, tidak
terkecuali dibidang pendidikan. Guru dan siswa, dosen dan mahasiswa, pendidik dan
peserta didik dituntut memiliki kemampuan belajar mengajar di abad 21 ini. Sejumlah
tantangan dan peluang harus dihadapi siswa dan guru agar dapat bertahan dalam abad
pengetahuan di era informasi ini (Yana, 2013). Untuk mengembangkan pembelajaran abad
21,
guru harus memulai satu langkah perubahan yaitu merubah pola pembelajaran tradisional
yang berpusat pada guru menjadi pola pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pola
pembelajaran yang tradisional bisa dipahami sebagai pola pembelajaran dimana guru
banyak memberikan ceramah sedangkan siswa lebih banyak mendengar, mencatat dan
menghafal.
2. Literasi sains
a. Pengertian Literasi Sains
Secara harfiah literasi sians terdiri dari kata literatus yang berarti melek huruf dan
scientia yang diartikan memiliki pengetahuan. Literasi sains merupakan kemampuan
menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik
kesimpulan berdasarkan buktibukti dalam rangka berkenaan dengan alam dan
perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktifitas manusia (OCEO, 2004).
Menurut PISA literasi sains diartikan sebagai “the capacity to use scientific
knowledge, to identify questionsand to draw evidence-based conclusions in orde to
understand and help make decisions about the changes made to it trough human
activity” dari pemaparan tersebut literasi. sains diartikan sebagai kemampuan
kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan
menarik kesimpulan berdasarkan buktibukti, dalam rangka memahami serta membuat
keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan dengan alam melalui
aktivitas manusia (Harlen, 2004).
b. Pentingnya Literasi sains
Seorang pendidik dalam mengembangkan literasi sains peserta didiknya untuk
meningkatkan: 1) pengetahuan dan penyelidikan Ilmu Pengetahuan Alam, 2) kosa kata
lisan dan tertulis yang diperlukan untuk memahami dan berkomunikasi ilmu
pengetahuan dan, 3) hubungan antara sains, teknologi, dan masyarakat. Oleh karena
itu, dengan adanya literasi sains dalam pembelajaran. Pembelajaran sains juga dapat
dicapai dengan menghubungkan konsep kehidupan sehari-hari dengan konsep yang
dipelajari peserta didik. Hal ini dikarenakan dalam mencapai keberhasilan
pembelajaranmyakni mewujudkan visinya dapat ditunjukan apabila peserta didik
memahami materi yang dipelajari dan dapat mengimplementasikan untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari (Harlen, 2004).

7
c. Penilaian Literasi Sains
Seorang pendidik dalam mengembangkan literasi sains peserta didiknya untuk
meningkatkan: 1) pengetahuan dan penyelidikan Ilmu Pengetahuan Alam, 2) kosa kata
lisan dan tertulis yang diperlukan untuk memahami dan berkomunikasi ilmu
pengetahuan dan, 3) hubungan antara sains, teknologi, dan masyarakat. Oleh karena
itu, dengan adanya literasi sains dalam pembelajaran, siswa-siswi diharapkan memiliki
kemampuan yang harus dimiliki yaitu: a) memiliki kemampuan pengetahuan dan
pemahaman tentang konsep ilmiah dan proses yang diperlukan untuk berpartisipasi
dalam masyarakat di era digital, b) kemampuan mencari atau menentukan jawaban
pertanyaan yang berasal dari rasa ingin tahu yang berhubungan dengan pengalaman
sehari-hari, c) memiliki kemampuan, menjelaskan dan memprediksi fenomena. d)
dapat melakukan percakapan sosial yang melibatkan kemampuan dalam membaca
dalam mengerti artikel tentang Ilmu pengetahuan; e) dapat mengindentifikasi masalah-
masalah ilmiah dan teknologi informasi; f) memiliki kemampuan dalam mengevaluasi
informasi ilmiah atas dasar sumber dan metode yang dipergunakan; g) dapat menarik
kesimpulan dan argument serta memiliki kapasitas mengevaluasi argument
berdasarkan bukti (Kusuma, 2016).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian literasi sains yakni; penilaian literasi
sains tidak membedakan seseorang literat atau tidak, dan harus terus menerus.
Penilaian literasi dapat diperoleh dalam bentuk soal-soal berbeda dengan soal-soal
lainnya, adapun karakteristik soal yaitu 1) soal-soal tidak hanya terkait dengan konsep
kurikulum sehingga mengandung konsep yang lebih luas; 2) soal-soal harus memuat
informasi atau data-data yang berbentuk penyajian data untuk diolah oleh peserta didik
yang akan menjawabnya; 3) soal-soal literasi harus membuat peserta didik mampu
mengolah informasi dalam soal; 4) soal-soal dapat diubah menjadi beberapa jenis soal
(pilihan ganda, isian); 5) soal harus mencakup konteks aplikasi (Kusuma, 2016).
d. Media Pembelajaran Literasi Sains
Media pembelajaran merupakan hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dengan
pembelajaran dalam menciptakan keefektifan proses pembelajaran. Media
pembelajaran sebaiknya dipilih sesuai tujuan pembelajaran, materi ajar dan
karakteristik peserta didik sebagai subjek pembelajaran. Penggunakan media
pembelajaran sangat melekat dan sebagai alat pendukung dalam pembelajaran literasi
sains dan kompetensi pada abad 21. Apabila dilihat dari karakteristik peserta didik
sekolah menengah pertama pada umumnya berpikir dengan operasional kongkrit, hal
ini penting diketahui dalam pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan,
media pembelajaran yang sebaiknya digunakan merupakan media konkrit yang dapat
dioperasikan secara langsung sehingga dapat dioperasikan secara langsung agar konsep
tersebut lebih mudah di pahami dan diterima oleh peserta didik. Namun, pemilihan
media pembelajaran seharusnya sesuai dengan fungsi yang berdasarkan keterwakilan
media dalam mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik (Yuliati, 2017).

8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan makalah ini maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1) Pembelajaran IPA pada abad 21 berubah menjadi pembelajaran berpusat pada
peserta didik. Pembelajaran ini dapat dikembangkan dengan pembelajaran literasi
sains.
2) Keberhasilan pembelajaran ditunjukkan apabila peserta didik memahami apa yang
dipelajari serta dapat mengaplikasikannya dalam menyelesaikan berbagai masalah
dalam kehidupan seharihari.
3) Pembelajaran literasi sains penting bagi peserta didik untuk memahami apa yang
dipelajari.
4) Literasi sains dapat dijadikan acuan sebagai pengembangan pembelajaran IPA
karena literasi sains dinilai efektif dalam mengembangkan pembelajaran IPA abad
21.

9
DAFTAR PUSTAKA

Cipta Ridho Ratna Putri & Rahmawati. MEDIA PEMBELAJARAN IPA BERBASIS LITERASI
SAINS UNTUK SISWA. Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Dinda Widyastika, dkk. (2022). Literasi Sains dan Pendidikan Karakter pada Pembelajaran IPA
Abad 21. JOTE 3(3). 302-309
Rina Dwik Atanti. Dkk (2018). PENTINGNYA LITERASI SAINS PADA PEMBELAJARAN
IPA SMP ABAD 21. Indonesian Journal of Natural Science Education (IJNSE). 1
(01),2018.24-29.
S. N. Pratiwi1, C Cari2, N. S. Aminah.(2019). Pembelajaran IPA Abad 21 dengan Literasi Sains
Siswa. Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF). 9 (1)ISSN : 2089-6158.

10

Anda mungkin juga menyukai