Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR 2

Disusun oleh :

Nama : Afifah Aribatul Fatin


Nim : 221710101093
Kelas : THP C
Acara : Teknik – Teknik Laboratorium Kimia

Asisten : 1. Rizal Fawahan


2. Larissa Nathania Marella
3. Umrotus Shofiyatul Fadhiyah
4. Lulu Hammadah
5. Aditya Nanda Annisa

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laboratorium adalah unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan,


berupa ruangan tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola
secara sistematis untuk kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala
terbatas, dengan menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuan
tertentu, dalam rangka pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan/atau pengabdian
kepada masyarakat. (PERMENPAN No. 3 Tahun 2010)

Teknik laboratorium adalah seperangkat metode yang digunakan untuk


melakukan percobaan di [ilmu alam] seperti kimia, biologi dan fisika, yang
semuanya mengikuti metode ilmiah. Meski beberapa di antaranya melibatkan
penggunaan peralatan laboratorium yang kompleks, mulai dari peralatan gelas
laboratorium hingga peralatan listrik dan peralatan lainnya yang membutuhkan
pasokan yang lebih presisi (Fatin, dkk, 2021).
Agar seorang analisis mempunyai kemampuan cukup mengenai teknik
analisis dengan menggunakan alat laboratorium atau dengan kata lain dapat
melakukan teknik laboratorium dengan baik maka seorang analis harus mampu
menguasai teknik penggunaan peralatan dasar laboratorium pengujian. Seorang
analis harus dapat menguasai pengoperasian peralatan gelas, peralatan dasar
pendukung, peralatan pemanas dan neraca untuk menimbang. Hampir semua
pengujian mutu di laboratorium menggunakan peralatan dasar pengujian tersebut.
Seorang analis yang telah menguasai teknik pengoperasian peralatan dasar akan
dapat bekerja lebih professional. Teknik pengoperasian dan penanganan peralatan
dasar laboratorium merupakan dasar kemampuan untuk dapat mengoperasikan
peralatan canggih (Amalia, dkk., 2019).
Tanpa disadari, minimnya pengetahuan mengenai cara (teknik) penggunaan
alat di laboratorium akan menyebabkan kesalahan pada saat praktikum bahkan
dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Oleh karena itu,
pengetahuan mengenai cara menggunakan alat di laboratorium merupakan suatu
pengetahuan dasar yang wajib dimiliki oleh mahasiswa sebelum dan saat
melakukan praktikum di laboratorium. Keterampilan dalam menggunakan alat di
laboratorium ini bertujuan untuk mengurangi kesalahan kerja sehingga
mendapatkan hasil yang maksimal serta dapat mengurangi tingkat kecelakaan kerja
(Hauriyah, dkk., 2019).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah:
 Untuk memberikan pengalaman riil teknik-teknik penggunaan peralatan
gelas dalam kegiatan analisis kimia dan meningkatkan kualitas
psikomotorik mahasiswa.
 Untuk mengetahui fungsi-fungsi dari berbagai alat laboratorium dan
akhirnya mengetahui prinsip kerja alat-alat yang digunakan.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teknik Pemipetan

Pipet memiliki berbagai macam jenis dan kegunaan, namun pada


umumnya pipet berbahan plastik ataupun kaca dengan ujung meruncing dan
diujungnya yang lain ditutupi oleh penutup karet. Adapun di bawah ini
perbedaan dan fungsi pipet sesuai dengan jenisnya.

 Pipet tetes, berbahan dasar plastik atau kaca dengan dengan bentuk
ujung bawah runcing dan tertutup karet pada bagian atasnya.
 Pipet volume, bergelembung pada bagian tengah dan memiliki tingkat
ketelitian lebih tinggi dan lebih baik.
 Pipet buret, untuk mengukur volume cairan hasil titrasi dengan bentuk
silinder dan memiliki sumbat keran di bagian ujungnya.
 Mikropipet, kerap digunakan untuk memindahkan larutan bervolume di
bawah 1 ml dengan akurat.

Berikut ini merupakan cara melakukan teknik pemipetan dengan baik dan benar.

 Menggunakan jenis pipet yang sesuai dengan larutan ataupun cairan


yang akan dipindahkan.
 Memeriksa kembali jumlah volume cairan yang akan dipindahkan
kemudian sesuaikan volume dengan ukuran pipet.
 Memastikan bahwa di ujung pipet tidak terdapat debu atau kotoran
apapun (steril) dan memiliki kualitas yang bagus.
 Memastikan bahwa pipet sudah dipasang secara baik dan benar.
 Melakukan perawatan rutin bila perlu melakukan kalibrasi agar
perhitungannya tetap valid.

2.2 Teknik Penyaringan

Filtrasi merupakan teknik pemisahan suatu campuran padatan cairan


(slurry) dengan pemberian tahanan aliran (filter media) yang bisa dilewati
cairan, tetapi menahan partikel padatan. Dalam filtrasi media penyaring
memegang peranan penting, oleh karena itu filter yang digunakan harus
memenuhi syarat-syarat di bawah ini.

 Dapat menahan zat padat yang disaring dan akhirnya menghasilkan


filtrat yang cukup jernih.
 Filter sangat penting sehingga bahannya haruslah yang tidak mudah
tersumbat.
 Wajib tahan terhadap tekanan perubahan kimia dan harus bersifat kuat.

Dalam banyak industri menggunakan kain kanvas sebagai metode


penyaringan atau filtrasi, akan tetapi ada juga zat cair yang bersifat korosif yang
mengakibatkan kerusakan pada filter jenis kain kanvas. Dalam hal ini, perlu
digunakan medium filter yang lain, seperti kain wol, tenungan logam monel
atau baja tahan karat, tenungan gelas, dan kertas.

2.3 Teknik Titrasi

Teknik ini berperan dalam proses standarisasi larutan. Biasanya


menggunakan alat yang disebut dengan buret yang dilengkapi dengan statif
(Amalia, dkk., 2019). Berikut ini langkah-langkah dalam proses titrasi dengan
menggunakan buret dikutip dari modul praktikum.
 Kran buret diolesi dengan vaselin secukupnya dan bilas tabung buret dengan
cairan yang akan digunakan titrasi sebanyak 3 kali.
 Isi buret dengan larutan titran dan pastikan berada diatas skala nol.
 Alirkan larutan dengan memutar kran sampai ujung buret terisi penuh.
 Pastikan dalam buret tidak ada gelembung udara, pembacaan skala awal
sebelum meniter harus tegak lurus dengan permukaan cairan (kesalahan
parallax). Aturlah tinggi larutan sampai miniskus tepat di angka nol atau
angka lainnya.
 Mulai titrasi, tangan kiri memegang kran sambil memutarnya dan tangan
kanan memegang labu Erlenmeyer sambil digoyangkan dengan gerakan
memutar agar tetesan titran segera tercampur sampai titik akhir titrasi.

2.3.1 NaOH

NaOH atau natrium hidroksida atau yang biasa dikenal soda kaustik
adalah senyawa kimia yang sangat basa. NaOH sering digunakan dalam
skenario yang membantu meningkatkan alkalinitas campuran dan
menetralkan asam. Dalam latihan ini, NaOH digunakan dalam latihan
praktek teknik titrasi. Sebanyak 25 mL NaOH digunakan dan diambil
dengan pipet ukur dan kemudian ditempatkan dalam labu Erlenmeyer.
Kemudian NaOH diteteskan ke dalam larutan pp untuk menambah warna
pada NaOH. Kemudian tambahkan NaOH dengan HCl secara perlahan-
lahan hingga pH netral dan hasilnya jernih.

2.3.2 HCL

HCl atau asam klorida merupakan salah satu asam kuat yang tidak
berwarna dan memiliki bau seperti klorin, dan pada konsentrasi tinggi
bersifat korosif. Asam klorida ini juga dapat larut dalam bentuk
perbandingan apapun dalam air, sehingga memiliki julukan miscible atau
dalam bahasa Indonesia dapat dicampur. Jenis senyawa dari asam klorida
ini adalah senyawa kovalen.

2.3.3 Indikator PP
Indikator merupakan suatu senyawa kompleks yang dapat bereaksi
dengan asam maupun basa dengan adanya perubahan warna sesuai dengan
konsentrasi ion hidrogen melalui proses titrasi. Indikator yang digunakan
pada titrasi basa kuatasam kuat biasanya berupa indikator sintetis, misalnya
indikator fenolftalein (pp). Indikator ini merupakan indikator sintetis yang
dijual di pasaran dengan harga yang relatif mahal, dapat menyebabkan
polusi kimia, ketersediaan yang terbatas dan biaya produksi yang tinggi.
BAB 3

METODOLOGI PENELIATIAN

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:

3.1.1 Alat dan Bahan Pemindahan Larutan dengan Pipet

1. Pipet volume (ukuran 5 ml, 10 ml, 25 ml)


2. Ball pipet
3. Beaker glass (3 buah ukursan 50ml)
4. Timbangan analitik
5. Spatula
6. Tisu
7. Aquades

3.1.2 Teknik Pemindahan Larutan dengan Beaker Glass

1. Beaker glass (6 buah ukuran 150ml)


2. Timbangan analitik
3. Aquades

3.1.3 Alat dan Bahan Titrasi

1. Buret
2. Klem dan statis
3. Beaker glass
4. Gelas ukur
5. Pipet tetes
6. Timbangan Analitik
7. NaOh
8. HCl
9. Indikator PP
10. Tisu

3.1.4 Alat dan Bahan Penyaringan

1. Labu erlen mayer (3 buah)


2. Beaker glass 250 ml
3. Pipet tetes
4. Filter paper (3 buah)
5. Corong kaca (3 buah)
6. Gelas ukur 50 ml
7. Timbangan analitik
8. Timbangan digital
9. Alat penghisap
10. Larutan kopi 25 ml
3.2 Diagram Alir dan Fungsi Perlakuan

Diagram alir dan fungsi perlakuan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :

3.2.1 Teknik Pemindahan Larutan dengan Pipet

Beaker berisi
aquadest

Pengukuran dengan
pipet 5, 10, dan 25

Penimbangan alat

Penimbangan dalam
gelas beaker 2

Penimbangan

Fungsi perlakuan:
Berdasarkan diagram alir di atas, aquades dalam beaker glass diambil
dengan pipet volume menggunakan pipet ball. Hasil penggunaan pipet
dituangkan ke dalam beaker glass untuk melihat apakah volume larutan dalam
pipet sama dengan volume larutan yang dituangkan ke dalam beaker glass.
Pada tahap akhir dilakukan perhitungan untuk menentukan hasil akhir
penuangan.

3.2.2 Teknik Pemindahan Larutan dengan Beaker Glass

Beaker berisi
aquadest

Penimbangan alat

Penuagan pada gelas


beaker lain

Penimbangan

Fungsi perlakuan:

Berdasarkan diagram alir di atas, saat pemindahan larutan dari beaker


glass satu ke beaker glass lainnya, pastikan mulut beaker glass tepat pada
beaker glass lainnya untuk menghindari tumpahnya larutan kimia yang
dipindahkan. Gelas yang diisi dengan aquadest kemudian ditimbang pada
timbangan analitik untuk mengetahui massa aquadest yang dipindahkan.
3.2.3 Teknik Titrasi

Penimbangan
erlenmayer

Pemindahan 25 ml
NaOH kedalam labu

HCl Pencampuran HCl


denganindikator
PP

Titrasi Pemindahan
padaburet

Penimbangan larutan
hasil

Fungsi perlakuan:

Berdasarkan diagram alir di atas, pertama isi buret dengan HCl sampai
melebihi tanda nol, lalu tambahkan 25 ml NaOH ke dalam labu Erlenmeyer.
Tambahkan dua tetes larutan indikator pp ke NaOH. Lakukan titrasi dengan
menambahkan NaOH tetes demi tetes dengan HCl sampai larutan menjadi
jernih.

3.2.4 Teknik Penyaringan dengan Penghisap

Penimbangan alat
hisap

Larutan Penyaringan residu


kopi

Filtrat

Penimbangan

Fungsi perlakuan:

Berdasarkan diagram alir di atas, cara melakukan Teknik penyaringan


menggunakan alat hisap yaitu, pertama letakkan corong bunchner diatas
Erlenmeyer vaccum. Setelah itu, pasangkan pipa mesin vaccum pada lubang
yang terdapat di Erlenmeyer vaccum, terakhir nyalakan mesin vaccum dan
mulai proses penyaringan.

3.2.5 Teknik Penyaringan Tanpa Penghisap

Penimbangan

Pelipatan filter paper

Larutan Penyaringan Residu


kopi

Filtrat

Penimbangan

Fungsi perlakuan:
Berdasarkan diagram alir di atas, untuk menyaring tanpa menggunakan
alat penghisap, lipat terlebih dahulu kertas saring menjadi delapan atau empat
bagian. Kemudian masukkan kertas saring ke dalam corong pisah dan pastikan
ukuran kertas tidak melebihi corong. Kertas saring yang terpasang dibasahi
dengan larutan kopi untuk menghindari lubang udara.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, N.R., Rosanti, W., Susatyo, E.B., & Harjito. 2019. Analisis Keterampilan
Dasar Laboratorium dengan Pembelajaran Pogil pada Materi Titrasi
Asam dan Basa. Universitas Negeri Semarang.

Hauriyah, I., Muhab, S., & Hadinugrahaningsih, T. 2019. Pengaruh Laboratorium


Virtual Dalam Kegiatan Praktikum Terhadap Keterampilan Laboratorium
Siswa Materi Titrasi Asam Basa. Universitas Negeri Jakarta : Jakarta.

Eliyarti, Chichi, R., & Zakirman. 2020. DESKRIPSI PENGETAHUAN AWAL


ALAT PRAKTIKUM MATERI KOLOID DALAM PERKULIAHAN
KIMIA DASAR MAHASISWA TEKNIK. Jurnal Pendidikan Kimia dan
Ilmu Kimia, 3 (1), 14-25.
LAMPIRAN ACC

4.1 Data Pengamatan


4.1.1 Pemindahan Larutan Aquades dengan Pipet
Tabel 4.1 Data pengamatan pemindahan larutan aquades dengan pipet

Volume Nominal Pipet


Ulanga
5 ml 10 ml 25 ml
n
a b c a b c a b c
1 73,31 78,28 4,96 68,77 78,62 9,85 73.38 98,20 24,82
4 1 7 1 7 6 3 8 5
2 73,32 78,26 4,94 68,77 78,66 9,88 73,39 98,14 24,75
1 3 2 3 0 7 5 7 2
3 73,32 78,28 4,95 68,77 78,63 9,86 73,38 98,24 24,85
Σ 7 4 7 6 7 1 3 1 2
x
SD
4.1.2 Pemindahan Larutan dari Beaker Glass ke Wadah Lain
Tabel 4.2 Data pengamatan pemindahan larutan dari beaker glass ke wadah lain

Berat

Ulangan Beaker glass 1 + isi Botol semprot Beaker glass 2 + isi C

Awal Akhir Awal Akhir Kosong Isi (B) + kosong

1 91,8128 67,3744 66,5018 90,8584

2 93,3104 68,6689 58,8707 83,4081

3 93,6760 69,1162 74,7665 99,0692

X
SD

4.1.3 Teknik Titrasi


Tabel 4.3 Data pengamatan teknik titrasi

Berat Erlenmeyer Jumlah Titran


Ulangan
Awal Akhir gram mL

1 159,050 185,870 26,820 26,900

2 147,419 172,678 25,260 25,300

3 164,417 190,323 25,906 26,100

SD

4.1.4 Teknik Penyaringan

Tabel 4.4 Data pengamatan teknik penyaringan

Berat

Corong+kertas
Ulangan Wadah 1 (Beaker Glass) Botol Semprot Wadah 2 (Erlenmeyer)
saring

a b c d e f g a b h

A Penyaringan Tanpa Penghisap

1 109,763 133,742 109,918 37,413 42,687 106,428 128,468 22,04

2 109,763 134,084 109,918 37,424 35,696 113,37 135,812 22,44

3 109,763 134,068 109,918 36,236 36,53 111,504 133,774 22,27


Rerata

SD

B Penyaringan dengan Penghisap

1 110 134 110 231 317 473 497 24

Rerata

SD

4.2 Hasil Perhitungan


4.2.1 Pemindahan Larutan Aquades dengan Pipet
Tabel 4.5 Hasil perhitungan pemindahan larutan aquades dengan pipet

Volume Nominal Pipet


Ulanga
5 ml 10 ml 25 ml
n
a b c a b c a b c
1 73,31 78,28 4,967 68,77 78,62 9,856 73.38 98,20 24,82
4 1 1 7 3 8 5
2 73,32 78,26 4,942 68,77 78,66 9,887 73,39 98,14 24,75
1 3 3 0 5 7 2
3 73,32 78,28 4,957 68,77 78,63 9,861 73,38 98,24 24,85
7 4 6 7 3 1 2
Σ 14,86 29,60 74,42
6 4 9
x 4,955 9,868 24,80
9
SD 0,013 0,017 0,052
4.2.2 Pemindahan Larutan dari Beaker Glass ke Wadah Lain
Tabel 4.6 Hasil perhitungan pemindahan larutan dari beaker glass ke wadah lain
Berat

Beaker glass 1 + Botol


Ulanga Beaker glass 2 + isi
isi semprot C
n
Awa Akhi Koson Isi (B) +
Awal Akhir
l r g kosong

66,501 0,081
1 91,8128 67,3744 90,8584
8 8

58,870 0,104
2 93,3104 68,6689 83,4081
7 1

74,766 0,257
3 93,6760 69,1162 99,0692
5 1

0,443
Σ
0

0,147
X
6

0,095
SD
4

4.2.3 Teknik Titrasi


Tabel 4.7 Hasil perhitungan teknik titrasi

Berat Erlenmeyer Jumlah Titran


Ulangan
Awal Akhir gram mL

1 159,050 185,870 26,820 26,900

2 147,419 172,678 25,260 25,300


3 164,417 190,323 25,906 26,100

∑ 77,986 78,300

X 25,995 26,100

SD 0,784 0,800

4.2.4 Teknik penyaringan


Tabel 4.8 Hasil perhitungan teknik penyaringan

Berat

Ulangan Corong+kertas
Wadah 1 (Beaker Glass) Botol Semprot Wadah 2 (Erlenmeyer)
saring

a b c d e f g a b h

A Penyaringan tanpa Penghisap

1 109,763 133,742 109,918 37,413 42,687 106,428 128,468 22,0

2 109,763 134,084 109,918 37,424 35,696 113,37 135,812 22,4

3 109,763 134,068 109,918 36,236 36,53 111,504 133,774 22,2

Rerata 109,763 133,965 109,918 37,0243 38,3043 110,434 132,685 22,2

SD 0 0,193 0 0,68274 3,81834 3,59256 3,79125 0,20

B Penyaringan dengan Penghisap

1 110 134 110 231 317 473 497 24

Rerata 110 134 110 231 317 473 497 24

SD 0 0 0 0 0 0 0 0

ACC 18/03/2023
LAMPIRAN PERHITUNGAN

4.3.1 Teknik pemindahan larutan dengan pipet


A. Perhitungan data (c)
1. Berat volume aquades (c) 5 ml
Ulangan 1 (g) = Berat (beaker glass kosong + aquades) – beaker glass
kosong

= 78,281 - 73,314

= 4,967

Ulangan 2 (g) = Berat (beaker glass kosong + aquades) – beaker glass


kosong

= 78,263 – 73,321

= 4,942

Ulangan 3 (g) = Berat (beaker glass kosong + aquades) – beaker glass


kosong

= 78,284 – 73,327

= 4,957

2. Berat volume aquades (c) 10 ml


Ulangan 1 (g) = Berat (beaker glass kosong + aquades) – beaker glass
kosong

= 78,627 – 68,771

= 9,856

Ulangan 2 (g) = Berat (beaker glass kosong + aquades) – beaker glass


kosong
= 78,660 – 68,773

= 9,887

Ulangan 3 (g) = Berat (beaker glass kosong + aquades) – beaker glass


kosong

= 78,637 – 68,776

= 9,861

3. Berat volume aquades (c) 25 ml


Ulangan 1 (g) = Berat (beaker glass kosong + aquades) – beaker glass
kosong

= 98,208 – 73,383

= 24,825

Ulangan 2 (g) = Berat (beaker glass kosong + aquades) – beaker glass


kosong

= 98,147 – 73,395

= 24,752

Ulangan 3 (g) = Berat (beaker glass kosong + aquades) – beaker glass


kosong

= 98,241 – 73,389

= 24,852

B. Perhitungan jumlah data c


1. Pipet 5 ml ( ∑ ) = Pengulangan 1 + Pengulangan 2 + Pengulangan
3
= 4,967 + 4,942 + 4,957
= 14,866

2. Pipet 10 ml ( ∑ ) = Pengulangan 1 + Pengulangan 2 + Pengulangan


3
= 9,856 + 9,887 + 9,861

= 29,604

3. Pipet 25 ml ( ∑ ) = Pengulangan 1 + Pengulangan 2 + Pengulangan


3
= 24.825 + 24,752 + 24,852

= 74,429

C. Perhitungan rata-rata data c


1. Rata-rata data c setiap pipet 5 ml (𝑥) = jumlah data c : n
= 14,866 : 3

= 4,955

2. Rata-rata data c setiap pipet 10 ml (𝑥) = jumlah data c : n


= 29,604 : 3

= 9,868

3. Rata-rata data c setiap pipet 25 ml (𝑥) = jumlah data c : n


= 74,429 : 3

= 24,809

D. Perhitungan standar deviasi


∑ (𝑋𝑖−𝑋)2
1. Standar deviasi pipet 5 ml (SD) = √ 𝑛−1

=
(4,967−4,955)2+(4,942−4,955)2+(4,957−4,955)2

3−1
(0,012)2+(−0,013)2+(0,002)2
=√ 2

(0,000144)+(0,000169)+(0,000004)
=√ 2

0,000317
=√ 2

= √0,0001585

= 0,013

∑ (𝑋𝑖−𝑋)2
2. Standar deviasi pipet 10 ml (SD) = √ 𝑛−1

=
(9,856−9,868)2+(9,887−9,868)2+(9,861−9,868)2

3−1

(−0,012)2+(0,019)2+(−0,007)2
=√ 2

(0,000144)+(0,000361)+(0,000049)
=√ 2

0,000554
=√ 2

= √0,000277

=0,017

∑ (𝑋𝑖−𝑋)2
3. Standar deviasi pipet 25 ml (SD) = √ 𝑛−1

=
(24,825−24,809)2 +(24,752−24,809)2+(24,852−24,809)2

3−1

(0,016)2 +(−0,057)2 +(0,043)2


= √ 2
(0,000256)+(0,003249)+(0,001849)
=√ 2

0,005354
=√ 2

= √0,002677

= 0,052

4.3.2 Teknik pemindahan larutan dari Beaker Glass ke Wadah Lainnya


Ulangan 1 = Berat awal BG1 – [Berat akhir BG1 + (Isi (B) + kosong –
Kosong)]
= 91,8128 – (67,3744 + (90,8584 – 66,5018))
= 91,8128 – 91,7310
= 0,0818
Ulangan 2 = Berat awal BG1 – [Berat akhir BG1 + (Isi (B) + kosong –
Kosong)] = 93,3104 – (68,6689 + (83,4081 – 58,8707))
= 93,3104 – 93,2063
= 0,1041
Ulangan 3 = Berat awal BG1 – [Berat akhir BG1 + (Isi (B) + kosong –
Kosong)]
= 93,6760 – (69,1162 + (99,0692 – 74,7665))

= 93,6760 – 93,4189

= 0,2571

Σ (jumlah) = U1 + U2 + U3
= 0,0818 + 0,1041 + 0,2571
= 0,4430
U1 +U2 +U3
Rata – rata = N
0,0818 + 0,1041 + 0,2571
= 3
0,443
= 3

= 0,14767
∑ (𝑋𝑖−𝑋)2
SD =√ 𝑛−1

=
(0,0818−0,147666667)2 +(0,1041−0,147666667)2 +(0,2571−0,147666667)2

3−1

(−0,065866667)2+(−0,043566667)2+(0,109433333)2
=√ 2

(0,00433842)+(0,00189805)+(0,0119757)
=√ 2

0,01821217
=√ 2

= 0,0954258

4.3.3 Teknik titrasi


Jumlah titran (gram) = U1 + U2 + U3

= 26,8204 + 25,2598 + 25,9059

= 77,9861

Jumlah titran (ml) = U1 + U2 + U3

= 26,9 + 25,3 + 26,1

= 78,3

Rata – rata titran (gram) = Jumlah titran (gram)/3

= 77,9861 / 3

= 25,9893

Rata – rata titran (ml) = Jumlah titran (ml)/3


= 78,3 / 3

= 26,1

(𝑥1− 𝑥)²+(𝑥2−𝑥)²+(𝑥3−𝑥)²
Standar deviasi titran (gram) SD = √ 𝑛−1

SD =
(26,8204−25,9956)²+(25,2598−25,9956)²+(25,9059−25,9956)²

3−1

(0,8248) 2 + (−0,7358)+ (−0,0897)


SD = √ 2

0,6802 + 0,5414 + 0,0080


SD = √
2

SD = 0,6324 gram

(𝑥1− 𝑥)²+(𝑥2−𝑥)²+(𝑥3−𝑥)²
Standar deviasi titran (ml) SD = √ 𝑛−1

(26,9−26,1)²+(25,3−26,1)²+(26,1−26,1)²
SD = √ 3−1

(0,8)²+(−0,8)+(0)0
SD = √ 2

0,64 + 0,64 +0
SD = √ 2

SD = 0,6532 ml

4.3.4 Teknik filtrasi


A. Perhitungan rata – rata
1. Rerata beaker glass (Wadah 1)
U1 +U2 +U3
Rata – rata a = N
109,763+109,763+109,763
= 3

329,289
= 3

= 109,763

U1 +U2 +U3
Rata – rata b = N

133,742+134,084+134,068
= 3

401,894
= 3

= 133,964667

U1 +U2 +U3
Rata – rata c = N

109,918+109,918+109,918
= 3

329,754
= 3

= 109,918

2. Rerata corong + kertas saring


U1 +U2 +U3
Rata – rata d = N

37,413+37,424+36,236
= 3
111,073
= 3

= 37,0243333

U1 +U2 +U3
Rata – rata e = N

42,687+35,696+36,530
= 3

114,913
=
3

= 38,3043333
3. Rerata erlenmeyer (Wadah 2)
U1 +U2 +U3
Rata – rata a = N

106,428+113,370+111,504
= 3

110,434
= 3

= 110,434

U1 +U2 +U3
Rata – rata b = N

128,468+135,812+133,774
= 3

398,054
=
3

= 132,684667

U1 +U2 +U3
Rata – rata h = N

22,040+22,442+22,270
= 3
66,752
= 3

= 22,2506667

B. Perhitungan standar deviasi


1. Standar deviasi beaker glass
∑(𝑥−𝑥̅ )2
Beaker glass a SD = √ (𝑛−1)

∑(𝑥−𝑥̅ )2 +(𝑥−𝑥̅ )2+(𝑥−𝑥̅ )2


SD = √ (𝑛−1)

SD =
∑(109,763−109,763)2 +(109,763−109,763) 2+(109,763−109,763) 2
√ (3−1)

0
SD = √(3−1)
SD = 0
∑(𝑥−𝑥̅ )2
Beaker glass b SD = √ (𝑛−1)

∑(𝑥−𝑥̅ )2 +(𝑥−𝑥̅ )2+(𝑥−𝑥̅ )2


SD = √ (𝑛−1)

SD =
∑(133,742−133,965)2 +(134,084−133,965)2 +(134,068−133,965) 2
√ (3−1)

0,04958+0,01424+0,01068
SD = √ (3−1)

0,0745
SD = √ 2

SD = √0,03725
SD = 0,193
∑(𝑥−𝑥̅ )2
Beaker glass c SD = √ (𝑛−1)

∑(𝑥−𝑥̅ )2 +(𝑥−𝑥̅ )2+(𝑥−𝑥̅ )2


SD = √ (𝑛−1)

∑(109,918−109,918) 2 +(109,918−109,918) 2 +(109,918)2


SD = √ (3−1)

0
SD = √(3−1)

SD = 0
2. Standar deviasi corong + kertas saring
∑(𝑥−𝑥̅ )2
Corong + kertas saring d SD = √ (𝑛−1)

∑(𝑥−𝑥̅ )2 +(𝑥−𝑥̅ )2+(𝑥−𝑥̅ )2


SD = √
(𝑛−1)

SD =
∑(37,413−37,0243) 2 +(37,424−37,0243)2 +(36,236−37,0243) 2
√ (3−1)

0,15106+0,15973+0,62147
SD = √ (3−1)
0,93226
SD = √ 2

SD = √0,46613
SD = 0,62874
∑(𝑥−𝑥̅ )2
Corong + kertas saring e SD = √ (𝑛−1)

∑(𝑥−𝑥̅ )2 +(𝑥−𝑥̅ )2+(𝑥−𝑥̅ )2


SD = √ (𝑛−1)

SD =
∑(42,687−38,3043) 2 +(35,696−38,3043)2 +(36,530−38,3043) 2
√ (3−1)

19,2078+6,8034+3,14826
SD = √ (3−1)

29,1594
SD = √ 2

SD = √14,5797
SD = 3,81834
3. Standar deviasi erlenmeyer
∑(𝑥−𝑥̅ )2
Erlenmeyer a SD = √ (𝑛−1)

∑(𝑥−𝑥̅ )2+(𝑥−𝑥̅ )2 +(𝑥−𝑥̅ )2


SD = √ (𝑛−1)

SD =
∑(106,428−110,434)2 +(113,370−110,434)2 +(111,504−110,434) 2
√ (3−1)

16,048+8,6201+1,1449
SD = √ (3−1)

25,813
SD = √ 2

SD = √12,9065
SD = 3,59256
∑(𝑥−𝑥̅ )2
Erlenmeyer b SD = √ (𝑛−1)
∑(𝑥−𝑥̅ )2+(𝑥−𝑥̅ )2 +(𝑥−𝑥̅ )2
SD = √ (𝑛−1)

SD =
∑(128,468−132,685)2+(135,812−132,685)2+(133,774−132,685)2
√ (3−1)

17,7803+9,78021+1,18665
SD = √ (3−1)

28,7471
SD = √ 2

SD = √14,3736
SD = 3,79125
∑(𝑥−𝑥̅ )2
Erlenmeyer h SD = √ (𝑛−1)

∑(𝑥−𝑥̅ )2+(𝑥−𝑥̅ )2 +(𝑥−𝑥̅ )2


SD = √ (𝑛−1)

SD =
∑(22,040−22,2507)2 +(22,442−22,2507)2+(22,270−22,2507)2
√ (3−1)

0,04438+0,03661+0,00037
SD = √ (3−1)

0,08136
SD = √
2

SD = √0,04068
SD = 0,2017

Anda mungkin juga menyukai