Anda di halaman 1dari 11
Ni aac MCLs 8.11 Pasirkal Soe any Seen eee SURAT KEPUTUSAN KEPALA KLINIK PRATAMA MAWAR No.27/SK/KMPKP.06/1/2023 TENTANG. KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI DI KLINIK PRATAMA MAWAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Klinik Pratama Mawar, maka diperlukan Kebijakan Pelayanan Farmasi di Klinik Pratama Mawar; b, bahwa dalam upaya meningkatkan mutu, efisiensi dan efektifitas pelayanan farmasi di Klinik, berdasarkan prinsip pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) perlu adanya standar pelayanan Farmasi yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam —pemberian _pelayanan kefarmasian di klinik; c. bahwa kebijakan pelayanan farmasi dapat dijadikan acuan dan pedoman dalam bekerja bagi seluruh bidang pelayanan di Instalasi Farmasi kkhususnya dan bagian lain pada umumnya yang terkait dalam melaksanakan tugas sesuai dengan fungsi masingmasing; Mengingat d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 308); Menetapkan KESATU KEDUA KETIGA e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 232); f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2021 tentang Standar Pelayanan Indonesia Tahun 2021 Nomor 1376); g. Peraturan Badan Pengawasan Obat Dan Makanan Nomor 4 tahun 2018 Tentang Pengawasan Pengelolaan h. Obat, Bahan Obat, Narkotika, Piskotropika dan Prekursor Farmasi di Fasilitas; MEMUTUSKAN KEPUTUSAN KEPALA KLINIK PRATAMA MAWAR TENTANG = PENYELENGGARAAN — PELAYANAN KEFARMASI DI KLINIK PRATAMA MAWAR Pelayanan Farmasi di Klinik adalah suatu proses yang mencakup pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian. Pengelolaan _perbekalan farmasi merupakan siklus kegiatan yang dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpaan, —_pendistribusian, —_pengendaliaan, penghapusan, administrasi, dan pelaporan dan evaluasi, Pelayanan kefarmasian meliputi pengkajian resep, dispensing obat, pemantauan dan pelaporan efek samping obat, pelayanan informasi obat, dan konseling Kebijakan Pelayanan Farmasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ketentuan Kepala Klinik. Pelayanan Instalasi Farmasi KEEMPAT : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya Ditetapkan di : Bandung Pada Tanggal : 30 Januari 2023 BY ip ik Pratama Mawar x + a € e wat wr \ Lampiran : Surat Keputusan Kepala Klinik Pratama Mawar Nomor — : 27/SK/KMPKP.06/1/2023 Tentang —: Kebijakan Pelayanan Farmasi KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI DI KLINIK PRATAMA MAWAR A. PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI 1, Pemilihan a. Pemilihan jenis obat dilakukan berdasarkan jenis obat pilihan (drug of choice) dari penyakit yang prevelensinya tinggi. b. Pemilihan jenis perbekalan farmasi dilaksanakan seminimal mungkin terkait dengan kesamaan jenis. c. Pemilihan perbekalan farmasi oleh Tim Farmasi dengan persetujuan Kepala Klinik Pratama Mawar untuk dapat dimasukkan ke dalam Formularium Klinik. 2. Perencanaan a.Perencanaan mengacu kepada formularium serta daftar alat kesehatan yang telah disepakati oleh pengguna dan ditetapkan oleh Kepala Klinik Pratama Mawar. b.Perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi berdasarkan pada metode konsumsi, anggaran tersedia, sisa persediaan, data pemakaian periode yang lalu, rencana pengembangan, dan waktu tunggu (lead time). c. Perencanaan kebutuhan dilakukan dengan sistem komputerisasi berdasarkan program stok minimal dan stok maksimal berupa saran order. 3. Pengadaan a. Proses pengadaan dilaksanakan sesuai undang-undang yang berlaku, yang melibatkan jalur distribusi obat yang resmi, dengan pengelolaan yang dikendalikan secara penuh oleh Klinik. b. Prosedur persetujuan dan pengadaan obat ~ obat yang diperlukan dalam pelayanan tetapi tidak tersedia dalam stok telah ditetapkan oleh Klinik. 4, Penerimaan a. Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh petugas farmasi b. Semua perbekalan farmasi yang diterima harus diperiksa dan disesuaikan dengan spesifikasi pada surat pesanan dan faktur. c. Pemeriksaan perbekalan farmasi yang diterima meliputi: 1) Jenis dan nama perbekalan farmasi 2) Jumlah perbekalan farmasi 3) Kondisi fisik perbekalan farmasi 4) Tanggal kadaluarsa perbekalan farmasi 5) Memiliki Material Safety Data Sheet (MSDS) 5. Penyimpanan a.Area penyimpanan perbekalan farmasi tidak boleh dimasuki oleh petugas selain petugas farmasi. b. Obat disimpan dalam kondisi yang sesuai bagi stabilitas produk c. Penyusunan perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan bentuk sediaan dan alfabetis dengan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First in First Out (FIFO) d. Penyusunan obat yang Look A Like Sound A like (LASA) tidak boleh saling berdampingan /berdekatan. Penyimpanan narkotika sesuai dengan peraturan penyimpanan narkotika. Psikotropika disimpan terpisah di lemari terkunci. g. Obat dengan kategori high alert disimpan terpisah dari obat lain selain obat high alert. h. Obat emergency disimpan dalam trolley/box/KIT emergency, terkunci dan menggunakan kunci yang memiliki nomor seri. i, Obat emergency tersedia di ruang tindakan , Ruang Praktik Dokter dan pengelolaannya dimonitor sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan di Klinik j. Bahan berbahaya disimpan dalam lemari tersendiri dan di beri lambang bahan berbahaya. k.Produk nutrisi_ disimpansesuai_ dengan _stabilitas produk penyimpanannya 1. Penyimpanan harus sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan untuk menjamin mutu, menghindari dari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga ketersediaan dan mudah dalam pencarian dan pengawasan. m.Penyimpanan harus terkontrol dengan didokumentasikan, dimonitor, dicatat, dan dilaporkan secara periodik. n.Perbekalan farmasi khusus meliputi obat-obat narkotik dan psikotropik, obat-obat High Alert, LASA, elektrolit pekat, bahan berbahaya dan beracun, produk nutrisi, dan bahan radioaktif, dikelola dengan prosedur yang telah ditetapkan Klinik. 0, Proses identifikasi, lokasi, pemberian label, dan penyimpanan obat ~ obatan yang perlu diwaspadai dan diimplementasikan dalam pelayanan dan diatur dalam prosedur yang telah ditetakan; p. Instalasi farmasi tidak mengelola obat untuk penelitian, obat hibah, obat sampel, obat yang bersifat radioaktif, Total Parenteral Nutrition (TPN) dan obat kemoterapi ° 4. Klinik menetapkan proses dan peralatan untuk pengamanan obat menggunakan CCTV dan mengunci area penyimpanan perbekalan farmasi lainnya. r, Sistem penarikan obat telah diatur sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan Klinik 6. Penulisan Resep, Pemesanan dan Pencatatan Obat a, Penulisan resep yang dapat diterima dijabarkan dan sekurangkurang memuat 9 elemen yaitu : 1) Data yang penting untuk mengindentifikasi pasien secara akurat 2) Elemen- elemen dari pemesanan atau penulisan resep 3) Bilamana nama generik atau nama dagang adalah diperlukan 4) Bilamana indikasi untuk penggunaan diperlukan pada suatu PRN (pro re nata atau bila perl) atau pesanan obat yang lain 5) Sikap hati-hati atau prosedur yang khusus untuk pemesanan obat dengan nama-obat-ucapan-mirip/NORUM (look-alike, soundalike) 6) Tindakan yang harus diambil bila pemesanan obat tidak lengkap, tidak terbaca atau tidak jelas 7) Jenis pemesanan tambahan yang diijinkan seperti pada pesanan dan setiap elemen yang dibutuhkan dalam pesanan yang emergensi 8) Dalam daftar tunggu (standing), automatic stop dan seterusnya, pesanan obat secara verbal atau melalui telepon dan proses untuk verifikasi pesanan 9) Jenis pesanan yang berdasarkan berat, seperti untuk kelompok pasien anak. b, Yang berhak menulis resep adalah dokter yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP), yaitu dokter umum dan dokier gigi c. Batasan penulisan resep : 1) Yang berhak menulis resep narkotika injeksi yaitu dokter spesialis anestesi 2)Yang berhak menulis resep psikotropika oral/patch yaitu dokter umum dengan pembatasan jumlah maksimal 7 hari terapi 3) Dalam 1 resep maksimal terdiri dari 5 R, jika lebih dari 5 R maka dapat ditambakan pada fom resep berikutnya. d. Peresepan dan pemesanan obat pasien, penulisan harus lengkap dan jelas dapat dibaca meliputi : nama dan no SIP, alergi (ada/tidak, bila ada sebutkan nama obat), tanggal resep, nama obat, bentuk sediaan, jumlah aturan pakai, cara pemberiaan, paraf dokter, nama pasien, umur, dan BB (Khusus pasien anak) ¢. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, sepenuhnya menjadi tanggung dokter yang bersangkutan (dokter wajib menyatakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep).Penulisan resep “bila perlu” (p.r.n) maka harus dituliskan dosis maksimal dalam sehari dan waktu pemakaiannya. £. Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) harus mencatat pada rekam medis pasien, obat yang diresepkan atau pemesanan obat untuk pasien rawat jalan dan pasien yang di observasi termasuk obat sebelum pasien dirujuk. &. Perawat tidak boleh menuliskan resep namun boleh mencatat obat sesuai dengan instruksi DPJP. Penulisan resep di Klinik Azizah Medical Centre digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan tugas- tugas pelayanan. 7. Penyiapan a. Penyiapan obat harus dilakukan di tempat yang bersih dan aman sesuai aturan dan standar praktik kefarmasian. b. Penyiapan obat injeksi dilakukan di Ruang bersih Instalasi Farmasi atau di ruang bersih di UGD jika jam pelayanan Instalasi Farmasi sudah selesai. c. Perbekalan farmasi yang akan diberikan kepada seluruh pasien dikemas sesuai dengan instruksi dokter yang tertera pada resep dengan memperhatikan jenis dan stabilitas obat. d.Penyiapan dan pengemasan perbekalan farmasi dilakukan oleh petugas farmasi yang diberi kewenangan oleh kepala instalasi farmasi e. Petugas farmasi dapat melakukan substitusi terapeutik tetapi dengan terlebih dahulu meminta persetujuan dokter penulis resep. £. Setiap obat yang telah disiapkan harus diberi label sesuai prosedur yang telah ditetapkan 8. Produksi Instalasi Farmasi Klinik Pratama Mawar tidak melakukan kegiatan produksi. 9. Pendistribusian a. Distribusi obat dilakukan secara tersentralisasi di Klinik Pratama Mawar. b, Pendistribusian perbekalan farmasi di Klinik terdiri atas: 1) Distribusi untuk pasien rawat jalan a) Distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan dilakukan berdasarkan resep b) Penyerahan perbekalan farmasi rawat jalan dilakukan oleh apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang diberi wewenang c) Penyerahan perbekalan farmasi pasien rawat jalan dilakukan dengan memberikan informasi obat kepada pasien. 2) Distribusi untuk pasien observasi a) Distribusi perbekalan farmasi untuk pasien Observasi dilakukan berdasarkan resep b)Penyerahan perbekalan farmasi untuk pasien observasi dilakukan oleh Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang diberi wewenang ©) Penyerahan perbekalan farmasi pasien Observasi dilakukan dengan memberikan informasi obat kepada pasien ¢. Petugas farmasi yang kompeten melaksanakan proses skrining (penelaahan) resep sebelum melayani resep. 4. Apoteker /Tenaga Teknis Farmasi diberi akses ke data pasien atau rekam medis yang diperukan untuk melakukan kajian resep e. Apoteker mengawasi penggunaan obat yang dibawa sendiri oleh pasien dengan menggunakan Formulir Rekonsiliasi Obat Yang Dibawa Sendiri Oleh Pasien yang merupakan bentuk koordinasi antara dokter, apoteker dan perawat. 10. Pemberian a. Petugas farmasi yang berwenang memberikan obat adalah Apoteker yang telah memiliki STRA, SIPA, SKP, RKK dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK, SIKTTK b. Dalam pemberian obat pada pasien yang masuk lewat IGD, wewenang pemberian obat didelegasikan kepada perawat. ¢. Klinik menyediakan sarana edukasi dan konseling bagi pasien yang menggunakan obat sendiri. 11. Pemusnahan a, Pengelolaan perbekalan farmasi rusak dan kadaluarsa berada di bawah pengawasan Kepala Klinik dan dikoordinasikan dengan Kepala Instalasi Farmasi agar tidak disalahgunakan. b.Pemusnahan perbekalan farmasi rusak di inventaris kemudian dibuatkan berita acara pemusnahan untuk dimusnahkan. ¢. Untuk obat-obat narkotika dan psikotopika, apabila rusak atau kadaluarsa, kegiatan pemusnahan nya harus disaksikan oleh petugas Dinas Kesehatan setempat. 4. Resep dimusnahkan setelah disimpan selama 3 tahun sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan oleh Klinik. 12. Pengawasan Kuantitas Perbekalan Farmasi Seluruh perbekalan farmasi yang ada di Klinik Pratama Mawar diawasi dengan cara stok opname. Jadwal stok opname di instalasi farmasi dilakukan 1 bulan sekali, untuk trolley emergency dilakukan setiap 1 Bulan sekali. 13. Evaluasi Penggunaan Obat a. Evaluasi Terapi Pengobatan Pasien », Evaluasi Formularium Klinik Pratama Mawar. 1) Pengajuan obat baru dari petugas penulis resep diterima secara tertulis dan disampaikan kepada Tim Farmasi dan Terapi (TFT) melalui sekretaris TFT. 2) Formularium direvisi minimal 1 (satu) tahun sekali. c. Kriteria Obat Masuk Formularium 1) Untuk satu golongan obat ditetapkan satu generik, satu paten, dan maksimal lima "me too’. 2) Mengutamakan penggunaan Obat generik; 3)Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan penderita; 4) Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas; 5) Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan; 6) Praktis dalam penggunaan dan penyerahan; 7)Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien; 8) Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan tidak langung; 4. Kriteria Obat Dikeluarkan Dari Formularium 1) Obat sering menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan. 2) Obat yang mengakibatkan adverse effect yang berakibat fatal 3) Obat yang ditarik dari peredaran oleh produsennya atau BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). 4) Obat sering mengalami kekosongan distributor atau pabrik. 5) Obat jarang digunakan (slow moving) sampai lebih dari tiga bulan. 6)Obat karena terlalu jarang digunakan, hingga sampai waktu kadaluarsanya atau mendekati batas kadaluarsa. ¢. Penerapan Penggunaan Formularium Dalam upaya menertibkan penggunaan obat, Klinik Pratama Mawar menerapkan penggunaan obat yang mengacu kepada Formularium Klinik yang harus dipatuhi oleh semua jajaran medis sehingga pengendalian dan pengawasan penggunaan obat secara menyeluruh oleh Tim Farmasi dan Terapi dapat dilakukan. 14, Penyediaan Obat-Obat Emergensi Di Unit Pelayanan a, Menentukan obat-obat emergensi yang tersedia meliputi: injeksi Dexametason, Injeksi Epineprin, Injeksi Lidocain dan Stesotid rektal b. Poliklinik menjamin tersediaanya obat-obat emergensi sebagaimana pada kutipan pertama dengan menerapkan pengelolaan obat dengan benar c. Petugas di unit emergensi bertanggung jawab akan ketersediaan oabt- obat emergensi tersebut, baik dalam hal pemesanan maupun keamanannya. B. PELAYANAN KEFARMASIAN Dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian maka diatur kebijakan sebagai berikut : 1. Pengkajian Resep Setiap resep yang diterima untuk dilayani harus dikaji terlebih dahulu oleh Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang bertugas di bagian administrasi , klinis dan kesesuaian farmasetika. Pengkajian resep dari aspek administrasi meliputi kelengkapan resep, terdiri dari identitas dokter dan pasien (nama, umur, jenis kelamin serta berat badan terutama untuk pasien anak), tanggal, kejelasan tulisan dokter, paraf dokter, dari aspek kesesuaian farmasetik meliputi bentuk sediaan, dosis, frekuensi, stabilitas, cara dan lama pemberian obat; serta dari aspek klinis yang terdiri dari adanya alergi, efek samping, dan interaksi obat. Jika ditemukan ketidakjelasan dalam peresepan, petugas yang berwenang melakukan konfirmasi langsung kepada penulis resep. 2. Dispensing Obat Scluruh resep yang masuk ke Instalasi Farmasi akan dilayani seluruhnya sesuai dengan prosedur mulai dari pencampuran, peracikan, pengemasan sampai penyerahan kepada pasien rawat jalan atau perawat untuk pasien IGD oleh seluruh petugas farmasi yang ada di Instalasi Farmasi. 3. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat Seluruh perbekalan farmasi terutama obat di Klinik Pratama Mawar dipantau penggunaannya untuk keamanan dan kesclamatan pasien serta dilaporkan kepada Apoteker jika ada efek samping obat untuk ditindaklanjuti 4. Pelayanan Informasi Obat PIO dilakukan oleh apotcker atau Tenaga Teknis Farmasi dibawah bimbingan Apotcker yang ditunjuk memberikan pelayanan PIO. 5. Konseling Konseling dilakukan secara selektif maupun sewaktu oleh Apoteker dengan menggunakan literatur farmasi jika diperlukan sesuai dengan kewenangannya. Kepala Klinik Pratama Mawar «eK

Anda mungkin juga menyukai