Anda di halaman 1dari 16

NO.

DOKUMEN : 010/HSE/CUM/XIX
PT CIPTA UTAMA MEKANIKA NO TERBITAN : 1
NO REVISI : 0
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TGL TERBIT : 12 Agustus 2018
Engineering ,Fabrication & constuction

FORM HALAMAN :
1/1

FORM PEMBUANGAN LIMBAH

Jenis Limbah : Limbah Mengandung B3 Berat Total Limbah B3 : Kg

Limbah Padat Limbah Padat : Kg

Limbah Cair Limbah Cair : Kg

Limbah Non B3 Berat Total Limbah non B3 : Kg

Limbah Padat Limbah Padat : Kg

Limbah Cair Limbah Cair : Kg

Rincian Nama Limbah : 1). 5).

2). 6).

3). 7).

4). 8).

Alasan/tujuan Pembuangan Limbah :

Tanggal Pembuangan Limbah :

Tujuan pengiriman Limbah ke :

Jenis Kendaraan Pengangkut : No Kendaraan :

Operator Kendaraan :

Dibuat Oleh : Diketahui Oleh : Disetujui Oleh :

Nama : Nama : Nama : Nama : Nama :


(Workshop Gudang) (PPIC) (SHE) (HRD/GA) (Operation Manager)
BANNER K3 WORKSHOP PT CIPTA UTAMA MEKANIKA
NO. DOKUMEN : Pro.01/HSE/CUM/XVIII
PT CIPTA UTAMA MEKANIKA
NO TERBITAN : 1

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA NO REVISI : 0


(K3) TGL TERBIT : 12 Agustus 2018
PROSEDUR HALAMAN : 1/6

I Pengertian
Prosedur Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) adalah suatu standar operasi dari unit manajemen untuk memberikan kenyamanan dan
keamanan bagi setiap pekerja yang secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan efetifitas dan produktifitas tenaga kerja

II Tujuan
Tujuan dari prosedur Keselamatan dan kesehata kerja (K3) adalah
1 . Meningkatkan dan memelihara Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja dalam setiap unit manajemen baik secara jasmani maupun rohani
2 :Mencegah gangguan kondisi kesehatan akibat kondisi kerja
3 .Melindungi tenaga kerja dari bahaya kecelakaan kerja atau pun kesehatan yang timbul di akibatkan pekerjaan
4 .Menempatkan tenaga kerja pada posisi yang sesuai dengan kondisi fsik, faal tubuh dan mental psikologis tenaga kerja yang bersangkutan

III Sasaran
Sasaran objek K3 adalah seluruh karyawan PT Cipta Utama Mekanika yang berada di kantor, workshop, maupun yang ada di lapangan (site plant Project)

IV Dasar Hukum
1. Undang -undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 1969 tentang ketentuan- ketentuan pokok mengenai tenaga kerja
2. Undang undang Republik Indonesia nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamat dan kesehatan Kerja
3. Peraturan menteri tenaga kerja koperasi dan transmigrasi No Per. 05/men/1985 tentang pesawat angkat dan alat angkut
4. Peraturan mentri tenaga kerja koperasi dan transmigrasi No Per. 01/men/1989 tentang kualifikasi dan syarat-syarat operator crane
5. Peraturan menteri tenaga kerja No Per.02/MEN/1982 tentang kualifikasi juru las
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per.04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan
8. Permenakertrans Nomor. PER.18/MEN/XI/2008. Tentang Penyelenggara Audit Sistem Manajemen Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja
9. Peraturan mentri tebaga kerja No per.15/Men/VIII/2008 tentang pertolongan pertama pada kecelakaan di tempat kerja
10 . Peraturan Mentri Tenaga kerja No Per. 03/men/1998 tentang Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan
11 . Peraturan Mentri tenaga kerja N0 per. 08/Men/VII/2010 tentang Alat pelindung diri

V Penanggung Jawab
1 . Kepala bagian Produksi
Bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dan melaporkan segala sesuatunya kepada Manager operasional
2 . Manager operasional
Manager Operasional dibawah direktur operasional dan direktur utama bertanggung jawab atas monitor dan pelaksanaan k3 baik
di lapangan maupun di kantor serta pelaporannya apabila terjadi kecelakaan kerja yang berada di bawah pertanggung jawabannya
3 . Direktur
Bertanggung jawab atas pelaksanaan K3 di semua unit kerja PT Cipta Utama Mekanika

VI Masukan

1 .Undang -undang Republik Indonesia


2 .Peraturan Menteri Tenaga Kerja
3 .Peraturan Gubernur Jawa barat
4 .Peraturan Bupati karawang
5 .Peraturan Perusahaan

VII Keluaran

1 . Keselamatan dan Kesehatan tenaga Kerja yang berada di unit manajemen


2 . Peningkatan produktifitas dan efektifitas tenaga kerja

VIII Waktu
Sebelum, saat Pelaksanaan dan setelah pekerjaan selesai
NO. DOKUMEN : Pro.01/HSE/CUM/XVIII
PT CIPTA UTAMA MEKANIKA
NO TERBITAN : 1
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA NO REVISI : 0
(K3) TGL TERBIT : 12 Agustus 2018
PROSEDUR HALAMAN : 2/6

IX Proses Kerja
A K3 pada kegiatan pengelasan
A.1 Persiapan
1 .Persiapkan peralatan pengelasan listrik, topeng las berikut kacanya sarung tangan kulit palu cipping dan gerinda tangan, semua peralatan
harus dalam kondisi baik dan berfungsi normal
2 .Persiapkan bahan untuk pengelasan, berupa kawat las yang besarnya berbanding lurus dengan ketebalan material yang akan di las
3 .Gunakan alat perlindungan diri untuk welder dan helper welder, mencakup sepatu safety, appron, APAR type dry chemical, diperlukan siapkan
fire blanket
4 .Sebelum melakukan pengelasan, pelajari point penting yang dapat menimbulkan bahaya dan perkirakan faktor resiko yang akan terjadi.
5 .Kerjasama dengan safety officer apabila pengelasan dilakukan di area B3, kimia, dan bahan mudah terbakar, dan safety officer memastikan
keamanan dengan menguji emisi gas dengan menggunakan gas detector
6 .Persiapkan dan pastikan juru las sudah mempunyai sertifikat kompetensi juru las, sesuai dengan grade pengelasannya
7 .lakukan pengisian working permit
A.2 Pelaksanaan
1 .Periksa material las, apabila terdapat karat, lakukan pemberihan terlebih dahulu
2 pastikan grounding /massa , terhubung dengan material las
3 .Nyalakan mesin las. Pastikan ampere sesuai dengan diameter kawat electroda yang dipakai yaitu :
setting 90 A untuk kawat las diameter 2,6 mm
setting 120 A - 160 A untuk kawat las diameter 3.2 mm
setting 160 A - 200 A untuk kawat las diameter 4 mm
Semua setingan ampere di atas adalah untuk mesin las 3 Phase dengan nilai ampere tinggi
4 mulai titik awal las dengan posisi titik las terjauh agar tidak terjadi kontak tidak sengaja oleh welder
5 untuk pengerjaan las pada kendaraan atau alat berat, pastikan baterai sudah terputus
6 pengelasan yang dilakukan di dekat tangki bahan bakar atau area dekat penyimpanan cat/thinner maka terlebih dahulu harus di buat isolasi
area dengan pelat dan sediakan air secukupnyaatau fire banket untuk menghindarkan percikan api ke area mudah terbakar
7 isolasi jalur kabel dari percikan api dengan metal atau fire blanket
8 kembalikan posisi ampere ke posisi awal setelah selesai melakukan pengelasan

B K3 pada kegiatan angkat dan angkut

B.1 Persiapan
1 .Pastikan alat angkat dan angkut dalam kondisi layak pakai, tidak ada sling yang putus, rantai dalam kondisi tidak aus, tidak terjadi macet,
kondisi hook ada penguncinya, tombol remote dalam baik dan berfungsi, kabel power tidak ada yang terkelupas
2 .pastikan operator alat angkat sudah mempunyai surat ijin operasional (SIO)
3 .pastikas akses untuk area angkat di isolasi dari mobilisasi manusia.
4 Pastikan beban yang akan di angkat sesuai dengan kapasitas mesin
5 .pastikan kondisi cuaca memungkinkan untuk bekerja apabila melakukan pekerjaan di area terbuka
B.2 Pelaksanaan
1 .periksa gerakan beban, jangan terlalu cepat dan berhenti mendadak. Hindari ayunan yang besar saat mengangkat
2 .orang yang memberi aba aba / rigger adalah yang di beri tugas untukmengarahkan posisi
3 operator dilarang meninggalkan alat angkat/angkut saat menyala atau saat power nyala. Pastikan posisi hook tidak ada beban saat
4 Pastikan posisi hook tidak ada beban saat meninggalkan mesin
5 Pastikan posisi hook tidak ada beban saat meninggalkan mesin

C K3 pada kegiatan Forklift


1 .Pengemudi forklift yang diijinkan adalah seseorang yang telah mengikuti pelatihan dan memahami :
a. Pengoperasian forklift yang benar dan aman
b. Perawatan forklift yang baik dan benar
2 Sebelum mengoperasikan / menghidupkan forklift, periksalah terlebih dahulu kondisi forklift
3 .Laporkan segera kepada atasan anda segala kelainan yang anda temukan pada forklift sebelum dioperasikan
4 Jangan melebihi beban angkat maksimum sesuai dengan “Load Chart / Grafik Beban” pada forklift
5 Palet yang digunakan harus sesuai dengan besar/volume beban yang diangkat
6 Atur lebar garpu/fork pada forklift sesuai dengan beban yang diangkat
7 Aturlah beban seaman dan seimbang mungkin
8 Hindari mengangkat beban pada posisi lantai yang tidak rata
9 Orang dilarang keras berada di bawah beban yang sedang diangkat
10 tidak boleh menahan beban dengan tangan atau melalui tiang garpu yang. sedang dioperasikan
11 Gunakan / pasanglah penumpu beban pada garpu ( load back rest) dan atap. pelindung ( overhead guard) forklift, agar
terlindung dari bahaya jatuhnya beban yang diangkat tinggi
NO. DOKUMEN : Pro.01/HSE/CUM/XVIII
PT CIPTA UTAMA MEKANIKA
NO TERBITAN : 1

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA NO REVISI : 0


(K3) TGL TERBIT : 12 Agustus 2018
PROSEDUR HALAMAN : 3/6

12 Pada saat berjalan dengan muatan, usahakan beban yang dibawa serendah mungkin. dengan jalan / lantai ( + 15 cm )
13 Sebelum forklift mulai bergerak, lihat dan awasi lokasi / arah tujuan . Pastikan. aman dan kemudian mulailah bergerak
14 Jalankan dan hentikan forklift anda secara perlahan. Jangan gunakan rem secara mendadak terutama pada saat membawa beban
15 Tidak menjalankan forklift secara ugal ugalan, jaga jarak aman dengan kendaraan di depannya,
16 Pada medan operasi yang sulit atau pandangan terhalang, gunakan pemandu untuk. membantu anda
17 Jangan menggunakan forklift untuk menaikkan orang bekerja di atas
18 Jika akan meninggalkan forklift, pastikan:
a. Parkir di tempat yang aman dan rata
b. Pasang rem tangan dan ganjal ban bila perlu
c. Matikan mesin dan cabut kunci kontaknya
19 Matikan mesin pada saat anda mengisi bahan bakar
20 Periksalah kondisi forklift setelah operasi selesai. Catat dan laporkan hal yang. berkaitan dengan pengoperasian dan kondisi forklift

D K3 pada kegiatan Mesin Roll , Press dan Cutting

1 Periksa kondisi motor, gearbox, hydraulic, conveyor, press, dan sebelum dioperasikan.
###
2 Pastikan setiap mesin dalam keadaan baik sebelum dioperasikan. Bila ada mesin yang tidak berfungsi atau dalam kondisi
###
3 yang dapat menimbulkan ganguan atau kerusakan, segera ambil tindakan yang diperlukan atau laporkan kepada atasan
4 Petugas menggunakan perlengkapan APD yang sesuai (helm, sepatu safety)
###
5 Pastikan area kerja terisolasi dari mobilisasi pekerja lain saat mesin beroperasi
###
6 pastikan semua cover pelindung, sensor safety terpasang dan berfungsi baik
###
7 jangan memasukan anggota tubuh atau material asing saat mesin menyala. Matikan mesin apabila akan melakukan
###
8 setting jig, roll atau cutting, atau saat akan melakukan perbaikan
9 matikan power saat akan meninggalkan mesin
###

E K3 pada kegiatan Ketinggian ( work at high)


E.1 Persiapan
1 Menyediakan peralatan kerja untuk meminimalkan jarak jatuh atau mengurangi konsekuensi dari jatuhnya tenaga kerja
### 2 ( scafolding, safety net, APD)
3 Persiapkan scaffolding yang sudah di label hijau oleh safety officer
4 pastikan perancah scaffolding bersertifikat
### 5 pastikan body harness tidak kadaluarsa masa pakainya
### 6 pastikan area kerja tidak licin
### 7 lakukan pengisian working permit

E.2 Pelaksanaan
1 Pekerja pada ketinggian harus di awasi oleh leader dan safety officer
2 lakukan dengan hati hati, pastikan akses naik ke atas tidak ada rintangan
3 tidak boleh bercanda saat bekerja diketinggian
4 pastikan body harness selalu terikat ke support
### 5 pastikan penerangan cukup saat bekerja waktu malam hari
### 6 hentikan pekerjaan saat terjadi hujan
7 hentikan pekerjaan jika ragu, tidak dalam kondisi sehat atau tidak terbiasa di ketinggian

F K3 pada kegiatan Hot Work


F.1 Persiapan
1 identifikasi area kerja apakah terdapat area mudah terbakar seperti drum bahan bakar, cat atau ceceran oli
2 Pindahkan semua material mudah terbakar dan bersihkan area welding di lokasi pekerjaan
3 jika tidak memungkinkan material untuk dipindahkan, lindungi material dengan welding pad atau welding blanket
4 pasanglah welding certain/boxing untuk mengisolasi area welding dengan pelat
NO. DOKUMEN : Pro.01/HSE/CUM/XVIII
PT CIPTA UTAMA MEKANIKA
NO TERBITAN : 1

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA NO REVISI : 0


(K3) TGL TERBIT : 12 Agustus 2018
PROSEDUR HALAMAN : 4/6
F.2 Pelaksanaan
1 Lakukan pengukuran gas dengan menggunakan detector gas untuk mendeteksi uap bahan bakar , apabila hasil pengukuran gas lebih
dari 1% hentikan pekerjaan
2 Matikan atau tutup sistem ventilator atau conveyor yang memungkinkan membawa material mudah terbakar ke area kerja
3 sediakan APAR didekat area kerja
4 lakukan pengawasan terus menerus oleh safety officer

G K3 pada kegiatan Area Terbatas (Confined Space)


G.1 Persiapan
1 Seorang Safety officer telah melakukan pengecekan, apakah area tidak mengandung gas Tocsic & mudah terbakar serta kadar Oksigen
dalam kondisi normal 19,5% – 23%
2 Lakukan pengecekan apakah pada lubang tangki sdh dipasang tanda aman
3 Pada manhole telah diberi tanda Aman “ telah diuji dan Aman untuk dimasuki “ oleh petugas Safety.
4 Pekerja telah diberi wewenang untuk memasuki area connfined Space . Sebelum masuk harus memakai BA, Safety Belt, Safety Line dan
di luar Confine space harus ada seorang yg stand by memonitor pekerja
5 Harus ada Alat Pelindung Diri yang memadai, terawat dan selalu siap pakai
G.2 Pelaksanaan
1 Periksa apakah lempeng baja tdk terdapat bahan yg mudah terbakar.
2 Bahan mudah terbakar (kain majun, kertas, olie bekas) yg berada disekitar pengelasan hrs segera dipindahkan.
3 Pekerjaan PANAS tidak boleh dilakukan jika sedang dilakukan pengecatan.
4 APAR harus selalu tersedia dilokasi pengelasan.
5 Selama “ Hot Work “ udara bersih harus tetap mengalir ke dalam area.
6 Pekerja hrs memakai Air Supply Respirator, mengingat pd proses Hot Work timbul FUMES yang sangat Tocsic
7 Bila terdapat uap yg mdh terbakar, semua peralatan harus tahan terhadap percikan api & ledakan
8 Jika di dalam tangki terdapat gas/uap beracun & Pyroporics ( diborane,Iron Sulfida ) maka manhole tidak boleh dibuka. Blowing dgn
udara juga tidak boleh. Tetapi harus dilakukan dahulu pencucian dengan Dry Ice
8 Harus saling komunikasi antara pekerja dan pengawas
9 Harus disiplin terhadap waktu
10 Bagi pengawas dilarang meninggalkan tempat, sebelum pekerjaan selesai.
11 Jika terjadi keadaan darurat, segera evakuasi, amankan seluruh pekerja dari dlm area dengan peralatan yang tersedia Pekerjaan dinyatakan
selesai, bila ada rekomendasi dari Safety & safety Permit dicabut/ditutup kembali

H K3 pada kegiatan Isolasi (Lock Out Tag Out)


1 Lakukan pemeriksaan terhadap sumber energi yang terhubung dengan peralatan yang akan diperbaiki
2 Semua pihak yang terlibat langsung maupun yang tidak terlibat langsung namun masih berhubungan dengan pekerjaan atau peralatan
akan diperbaiki harus diberitahu
3 Lakukan pemutusan jaringan atau aliran listrik dari sumbernya, lakukan isolasi pada titik isolasi yang telah disediakan atau disesuaikan
yang dengan rekomendasi pabrik
4 Setiap sumber yang telah diisolasi harus tetap diuji terlebih dahulu sebelum pekerjaan dilakukan untuk memastikan bahwa sumber energi
benar-benar terputus
5 Setelah sumber energi telah diputus, pasanglah Lock untuk memastikan bahwa tidak ada orang lain yang sewaktu-waktu dapat
menghidupkan atau menyambung kembali sumber energi. dan pasanglah tagging pada titik isolasi untuk memberikan informasi kepada
pekerja lain terkait pekerjaan yang dilakukan
6 Setelah semua sudah dipastikan aman, maka pekerjaan dapat dilakukan sesuai perencanaan
7 Lakukan perapihan dan pembersihan jika pekerjaan telah selesai dilakukan
8 Lakukan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap area kerja anda, untuk memastikan tidak ada pekerja lain yang berada di area tersebut,
posisi “ON”, serta pastikan bahwa peralatan yang digunakan tidak ada yang tertinggal.
9 Lepaslah semua gembok dan tagging setelah pekerjaan selesai
10 Setelah gembok dan tagging dilepas, sambungkan kembali peralatan dengan sumber energi. Misalnya dengan memutar clipsal pada
atau membuka valve pada posisi “On”
11 Ujilah peralatan yang telah diperbaiki, pastikan bahwa peralatan telah berfungsi dengan baik dan sumber energi telah disambungkan.
NO. DOKUMEN : Pro.01/HSE/CUM/XVIII
PT CIPTA UTAMA MEKANIKA
NO TERBITAN : 1

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA NO REVISI : 0


(K3) TGL TERBIT : 12 Agustus 2018
PROSEDUR HALAMAN : 5/6

I Alat Pelindung Diri


1 Saat mengangkat beban tubuh harus tegak dan lutut di tekuk tumpuan pada kaki bukan pada pinggang
2 Sediakan penerangan yang cukup apabila pekerjaan diklakukan di malam hari
3 Alat pelindung diri yang di gunakan antara lain:
a Pelindung Kepala yaitu helm safety untuk melindungi dari terbentur atau tertimpa
b Pelindung Mata yaitu kacamata safety untuk melindungi mata dari percikan material
c Pelindung telinga yaitu ear plug untuk melindung telinga dari suara bising
d Pelindung Tangan yaitu sarung tangan
e Sepatu safety
f gunakan pakaian yang terang saat bekerja di ruangan gelap

J Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

1### Didalam setiap area kerja siapkan kotak P3K untuk mengantisipasi kalau ada kecelakaan kerja
2### komunikasi tidak terputus saat ada kecelakaan kerja
3### apabila memungkinkan segera bawa korban ke klinik atau rumah sakit terdekat
4### peralatan dan obat-obatan yang per disiapkan adalah untuk mengantisipasi luka robek, lika memar, keracunan, iritasi, dan sesak nafas

K Pelaporan Insiden Kecelakaan


1 Apabila terjadi kecelakaan disuatu unit kerja, maka karyawan yang mengetahui kejadiantersebut memberikan pertolongan pertama pada korban
(P3K) bila diperlukan
2 Karyawan lainnya yang mengetahui kejadian segera menghubungi pimpinan untuk memberitahukan perihal terjadinya kecelakaan dan petugas
yang pada saat itu ada, untuk mendapatkan pertolongan selanjutnya, membawa korban ke unit gawat darurat rumahsakit, bila diperlukan
3 Melaporkan kejadian kecelakaan yang sesuai secara singkat dengan menyebutkan lokasi kejadian serta peristiwa terjadinya dengan jelas
4 Atasan korban melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada pengawas K3 (denganmenggunakan "ormulir laporan kecelakaan dalam waktu tidak
lebih dari 24 jam
5 Dokter rumah sakit yang menangani korban (bila diperlukan) mengisi formulir laporan kecelakaan dengan menyebutkan keadaan korban dan
mengirimkannya ke pengawas K3 perusahaan
6 Petugas K3 dan atasan korban meneliti sebab'sebab kecelakaan dan menentukan langkah'langkah pencegahan agar kecelakaan yang serupa tidak terulang
lagi dikemudian hari
7 Setelah penderita sembuh dan tidak lagi dirawat di rumah sakit, dokter rumah sakit yang menangani (bila diperlukan) mengirimkan laporan sembuh
dengan menjelaskan tentang prosentase cacat dari korban ataupun lainnya kepada pengawas K3 dan bagian personalia untuk penyelesaian korban
8 Bila korban meninggal dunia, maka dokter rumah sakit yang menangani mengeluarkan surat keterangan kematian dan mengirimkan ke bagian HRD
segera menyelesaikan segala urusan administrasi korban tersebut serta memberitahukan kepada pihak keluarga korban
9 Bila kecelakaan menimpa seorang karyawan diluar kawasan maupun lingkungan perusahaan, maka karyawan lain atau pihak keluarga yang mengetahui
kejadian itu segera memberitahu hal tersebut kepada pihak perusahaan

H Warna dan simbol K3

dapat Dilihat dilampiran

I Pelaporan Kecelakaan Kerja

Apabila terjadi kecelakaan kerja segera melapor ke atasan dan dinas tenaga kerja setempat

J BSyarat -syarat kontraktor /Vendor mulai bekerja

1. Mengisi safety permit dengan melampirkan copy PO, Daftar Karyawan, dan Daftar Skup kerja yang akan di kerjakan
2. Mengikuti safety induction oleh seluruh karyawan yang akan terlibat dalam pekerjaan
3. Mengisi form daftar alat kerja dan menyerahkannya ke safety officer kemudian safety officer bersama dengan kontaktor melakukan
pengecekan aktual alat kerja, apabila tidak memenuhi syarat safety, ijin kerja belum bisa diterbitkan
4. Kontraktor wajib mengikuti program 5S di area kerjanya
5. Setelah selesai melakukan pekerjaan, kontraktor melaporkan ke safety officer untuk dilakukan safety cleareance
NO. DOKUMEN : Pro.01/HSE/CUM/XVIII
PT CIPTA UTAMA MEKANIKA
NO TERBITAN : 1
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA NO REVISI : 0
(K3) TGL TERBIT : 12 Agustus 2018
PROSEDUR HALAMAN : 6/6

K PENANGANGAN LIMBAH FABRIKASI


K.1 pengelolaan Limbah
1. Mengelola seluruh limbah sebelum dibuang ke lingkungan dan memenuhi peraturan yang ditetapkan pemerintah
2. Melakukan pemisahan sampah basah, kering, B3 dan Non B3 ke tempat sampah sementara yang telah disediakan, selanjutnya ditempatkan
ke tempat sampah utama
3. Petugas bahan material menyimpan dan mengelola bahan-bahan yang mengandung B3 sesuai ketentuan yang ada
4. Limbah padat berupa logam sisa fabrikasi dan yang terkontaminasi bahan B3 harus dimasukkan ke tempat Limbah B3
5. Setiap kemasan yang terkontaminasi B3 harus ditempatkan di penyimpanan yang telah ditentukan
6. Proses pencucian part mobil menggunakan bahan yang ramah lingkungan dan limbah cair yang dihasilkan dimasukkan dalam penampungan
7. Petugas kebersihan workshop harus mengelola limbah yang dihasilkan ditampung pada tempat yang telah ditetapkan
8. Penanggung jawab workshop harus melakukan kontrol secara berkala atas kelangsungan terjaganya proses aktivitas bengkel yang aman
dan ramah lingkungan

K.2 Klasifikasi Limbah


Limbah Non B3
Limbah padat golongan : kertas, gypsum, potongan kayu, plastic, sampah organic dari taman, pecahan keramik, lumpur saluran/got,
drum besi/plastic, jerigen, kaleng part bekas, sisa makanan dan minuman dll ) -
Limbah Cair : sisa air mineral, air bekas cuci tangan

###
Limbah B3 (padat & cair)
Limbah padat B3 seperti kain majun terkontaminasi B3, sarung tangan terkontaminasi B3, kemasan terkontaminasi B3, dan,
bahan kimia kadaluarsa, asbes bekas dll
Limbah cair B3 seperti oli bekas, minyak rem bekas , filter bekas, coolant radiator bekas

K Diagram Alir K3

Direktur Manager Operasional Kepala Bagian/section Head

K3 PRODUKSI/PROYEK

PRODUKTIVITAS

DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJUI OLEH

YANTO NURANI ATEP SUHENDRA MOKHAMAD SHOLIKIN


LAMPIRAN 1.
SIMBOL- SIMBOL K3
1 TABEL SIMBOL PENGGUNAAN PPE

2 TABEL SIMBOL-SIMBOL PETUNJUK P3K


3 TABEL SIMBOL-SIMBOL WASPADA TERHADAP BAHAYA

4 TABEL SIMBOL-SIMBOL LARANGAN


NO. DOKUMEN : 03/HSE/CUM/XIX
PT CIPTA UTAMA MEKANIKA
NO TERBITAN : 1
PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA,PENILAIAN NO REVISI : 0
DAN PENGENDALIAN RISIKO TGL TERBIT : 12 Agustus 2018
Engineering ,Fabrication & constuction

PROSEDUR HALAMAN : 1/6

I Tujuan
Tujuan dibuat prosedur ini adalah agar semua potensi bahaya diidentifikasi, dinilai resikonya serta dilakukan upaya pengendalian resiko tersebut
, agar tidak membahayakan karyawandan pekerjadi PT Cipta Utama Mekanika

II Sasaran
Prosedur ini mencakup kegiatan identifikasi bahaya, penilaian resiko dan menentukan tindakan pengendalian risiko yang sesuai. Bahaya tersebut
dapatberasal dari peralatan dan bahan maupun proses produksi serta hasil modifikasi, laporan dari karyawan, rekanan atau tamu, hasil inspeksi,
audit dan sebagainya

III Dasar Hukum


1 .Permenaker No.05/MEN/96 elemen 2, 6 dan 9
2 .AS/NZS 4360: 1999

IV Penanggung Jawab
1 . Direktur Utama bertanggung jawab untuk mengesahkan TMR dan keberlangsungan kegiatan manajemen risiko di tempat ke
2 . Technical Manager bertanggung jawab memimpin dan memilih anggota tim TMR jika dibentuk dan mengkoordinasikan dengan anggota tim
dalam semua kegiatan manajemen resiko dan mensyahkan hasil Risk Assessment
3 HSE Coordinator bertanggung jawab untuk mengevaluasi tindakan perbaikan yang diambil oleh TMR dan bila perlu memberi rekomendasi
4 . Tim Manajemen Resiko (TMR) bertanggung jawab mengidentifikasi bahaya, menilai resiko dan mengusulkan tindakan pengendalian berdasarkan
hirarki pengendalian

V Uraian Prosedur
Persiapan Tim Manajemen Risiko
V.1 Dalam rangka pelaksanaan Manajemen Risiko di PROSYMPAC, Technical Managerakan memilih dan menetapkan Tim Manajemen Risiko (TMR)
yang terdiri dari ketua dan anggota. Tim ini dipilih dari beberapa perwakilan karyawanmemiliki keahlian dan pengalaman yang berhubungan
dengan area/proses yang akan diidentifikasi potensi bahayanya, serta pihak lain yang memiliki keahlian yang dibutuhkan. TMR disahkan
oleh Direktur Utama
V.2 Ketua tim akan mempersiapkan segala sesuatunya agar kegiatan Manajemen Risiko dapat berjalan dengan lancar dan efektif, seperti: ruang lingkup
kegiatan, alat tulis, formulir-formulir, dan lain-lain

Pelaksanaan Identifikasi Bahaya


V.3 Pada tahap awal, tim akan melakukan identifikasi bahaya yang ada berdasarkan ruang lingkup kegiatan Manajemen Risiko. Bahaya ini dapat
ditentukan dengan melihat semua kemungkinan yang dapat menimbulkan kecelakaan atau penyakit akibat kerja
V.4 Identifikasi bahaya dilakukan dengan cara observasi suatu aktivitas/objek/daerah atau melakukan wawancara dengan personil yang terkait
dengan aktivitas tersebutdan pengisian Form Identifikasi Bahaya
V.5 TMR melakukan pencatatan semua potensi bahaya yang terdapat pada aktivitas/objek/daerah, dalam Form Identifikasi Bahaya dan
Penilaian Resiko

Penilaian Resiko
V.6 Setelah semua bahaya diidentifikasi, bahaya tersebut dinilai risikonya untuk menentukan tingkat resiko yang ada
V.7 Penilaian risiko mempertimbangkan 3 (tiga)faktor yaitu frekuensi, keparahan dan peluang. Kriteria dari masing-masing faktor ini ditentukan
berdasarkan petunjuk yang ada pada Formulir Risk Assesment
V.8 Dalam mempertimbangkan faktor peluang dan akibat, TMR dapat menggunakan data-data K3 perusahaan (insiden, kecelakaan atau penyakit
akibat kerja yang terjadi sebelumnya), maupun data-data eksternal yang berhubungan dengan Manajemen Risiko ini (data dari perusahaan lain,
literatur dan lain-lain)
V.9 Resiko diterima bila score risk status 0-5 (safe) dan 6-30(acceptable), Resiko dengan score risk status di atas 30
( Medium, High dan Intolerable) tidak dapat diterima
NO. DOKUMEN : 03/HSE/CUM/XIX
PT CIPTA UTAMA MEKANIKA
NO TERBITAN : 1
PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA,PENILAIAN NO REVISI : 0
DAN PENGENDALIAN RISIKO TGL TERBIT : 12 Agustus 2018

Engineering ,Fabrication & constuction PROSEDUR HALAMAN :


2/6

Tindakan Pengendalian Risiko


Bila suatu risiko tidak dapat diterima (unacceptable risk), maka TMR harus mengusulkan tindakan pengendalian yang efektif. Usulan tindakan
akan membahas usulan tindakan pengendalian dari TMR. Jika disetujui, Tim Produksi akan menentukan waktu dan Penanggung Jawab tindakan
pengendalian tersebut. Jika tidak disetujui, Tim Produksi akan mencari alternatif penyelesaian lainnya.Apabila berdasarkan penilaian risiko
yang telah dilakukan, risiko dapat diterima (acceptable risk),maka hanya perlu dilakukan monitoring/pemantauan terhadap kondisi yang ada

Pemantauan Tindakan pengendalian Risiko

2 pastikan grounding /massa , terhubung dengan material las


3 .Nyalakan mesin las. Pastikan ampere sesuai dengan diameter kawat electroda yang dipakai yaitu :
setting 90 A untuk kawat las diameter 2,6 mm
setting 120 A - 160 A untuk kawat las diameter 3.2 mm
setting 160 A - 200 A untuk kawat las diameter 4 mm
Semua setingan ampere di atas adalah untuk mesin las 3 Phase dengan nilai ampere tinggi
4 mulai titik awal las dengan posisi titik las terjauh agar tidak terjadi kontak tidak sengaja oleh welder
5 untuk pengerjaan las pada kendaraan atau alat berat, pastikan baterai sudah terputus
6 pengelasan yang dilakukan di dekat tangki bahan bakar atau area dekat penyimpanan cat/thinner maka terlebih dahulu harus di buat isolasi
area dengan pelat dan sediakan air secukupnyaatau fire banket untuk menghindarkan percikan api ke area mudah terbakar
7 isolasi jalur kabel dari percikan api dengan metal atau fire blanket
8 kembalikan posisi ampere ke posisi awal setelah selesai melakukan pengelasan

B K3 pada kegiatan angkat dan angkut

B.1 Persiapan
1 .Pastikan alat angkat dan angkut dalam kondisi layak pakai, tidak ada sling yang putus, rantai dalam kondisi tidak aus, tidak terjadi macet,
kondisi hook ada penguncinya, tombol remote dalam baik dan berfungsi, kabel power tidak ada yang terkelupas
2 .pastikan operator alat angkat sudah mempunyai surat ijin operasional (SIO)
3 .pastikas akses untuk area angkat di isolasi dari mobilisasi manusia.
4 Pastikan beban yang akan di angkat sesuai dengan kapasitas mesin
5 .pastikan kondisi cuaca memungkinkan untuk bekerja apabila melakukan pekerjaan di area terbuka
B.2 Pelaksanaan
1 .periksa gerakan beban, jangan terlalu cepat dan berhenti mendadak. Hindari ayunan yang besar saat mengangkat
2 .orang yang memberi aba aba / rigger adalah yang di beri tugas untukmengarahkan posisi
3 operator dilarang meninggalkan alat angkat/angkut saat menyala atau saat power nyala. Pastikan posisi hook tidak ada beban saat
4 Pastikan posisi hook tidak ada beban saat meninggalkan mesin
5 Pastikan posisi hook tidak ada beban saat meninggalkan mesin

C K3 pada kegiatan Forklift


1 .Pengemudi forklift yang diijinkan adalah seseorang yang telah mengikuti pelatihan dan memahami :
a. Pengoperasian forklift yang benar dan aman
b. Perawatan forklift yang baik dan benar
2 Sebelum mengoperasikan / menghidupkan forklift, periksalah terlebih dahulu kondisi forklift
3 .Laporkan segera kepada atasan anda segala kelainan yang anda temukan pada forklift sebelum dioperasikan
4 Jangan melebihi beban angkat maksimum sesuai dengan “Load Chart / Grafik Beban” pada forklift
5 Palet yang digunakan harus sesuai dengan besar/volume beban yang diangkat
6 Atur lebar garpu/fork pada forklift sesuai dengan beban yang diangkat
7 Aturlah beban seaman dan seimbang mungkin
8 Hindari mengangkat beban pada posisi lantai yang tidak rata
9 Orang dilarang keras berada di bawah beban yang sedang diangkat
10 tidak boleh menahan beban dengan tangan atau melalui tiang garpu yang. sedang dioperasikan
11 Gunakan / pasanglah penumpu beban pada garpu ( load back rest) dan atap. pelindung ( overhead guard) forklift, agar
terlindung dari bahaya jatuhnya beban yang diangkat tinggi
NO. DOKUMEN : pro.01/HSE/CUM/XIX
PT CIPTA UTAMA MEKANIKA
NO TERBITAN : 1
NO REVISI : 0
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
TGL TERBIT : 12 Agustus 2018
Engineering ,Fabrication & constuction

PROSEDUR HALAMAN :
3/6

12 Pada saat berjalan dengan muatan, usahakan beban yang dibawa serendah mungkin. dengan jalan / lantai ( + 15 cm )
13 Sebelum forklift mulai bergerak, lihat dan awasi lokasi / arah tujuan . Pastikan. aman dan kemudian mulailah bergerak
14 Jalankan dan hentikan forklift anda secara perlahan. Jangan gunakan rem secara mendadak terutama pada saat membawa beban
15 Tidak menjalankan forklift secara ugal ugalan, jaga jarak aman dengan kendaraan di depannya,
16 Pada medan operasi yang sulit atau pandangan terhalang, gunakan pemandu untuk. membantu anda
17 Jangan menggunakan forklift untuk menaikkan orang bekerja di atas
18 Jika akan meninggalkan forklift, pastikan:
a. Parkir di tempat yang aman dan rata
b. Pasang rem tangan dan ganjal ban bila perlu
c. Matikan mesin dan cabut kunci kontaknya
19 Matikan mesin pada saat anda mengisi bahan bakar
20 Periksalah kondisi forklift setelah operasi selesai. Catat dan laporkan hal yang. berkaitan dengan pengoperasian dan kondisi forklift

D K3 pada kegiatan Mesin Roll , Press dan Cutting

1 Periksa kondisi motor, gearbox, hydraulic, conveyor, press, dan sebelum dioperasikan.
###
2 Pastikan setiap mesin dalam keadaan baik sebelum dioperasikan. Bila ada mesin yang tidak berfungsi atau dalam kondisi
###
3 yang dapat menimbulkan ganguan atau kerusakan, segera ambil tindakan yang diperlukan atau laporkan kepada atasan
4 Petugas menggunakan perlengkapan APD yang sesuai (helm, sepatu safety)
###
5 Pastikan area kerja terisolasi dari mobilisasi pekerja lain saat mesin beroperasi
###
6 pastikan semua cover pelindung, sensor safety terpasang dan berfungsi baik
###
7 jangan memasukan anggota tubuh atau material asing saat mesin menyala. Matikan mesin apabila akan melakukan
###
8 setting jig, roll atau cutting, atau saat akan melakukan perbaikan
9 matikan power saat akan meninggalkan mesin
###

E K3 pada kegiatan Ketinggian ( work at high)


E.1 Persiapan
1 Menyediakan peralatan kerja untuk meminimalkan jarak jatuh atau mengurangi konsekuensi dari jatuhnya tenaga kerja
### 2 ( scafolding, safety net, APD)
3 Persiapkan scaffolding yang sudah di label hijau oleh safety officer
4 pastikan perancah scaffolding bersertifikat
### 5 pastikan body harness tidak kadaluarsa masa pakainya
### 6 pastikan area kerja tidak licin
### 7 lakukan pengisian working permit

E.2 Pelaksanaan
1 Pekerja pada ketinggian harus di awasi oleh leader dan safety officer
2 lakukan dengan hati hati, pastikan akses naik ke atas tidak ada rintangan
3 tidak boleh bercanda saat bekerja diketinggian
4 pastikan body harness selalu terikat ke support
### 5 pastikan penerangan cukup saat bekerja waktu malam hari
### 6 hentikan pekerjaan saat terjadi hujan
7 hentikan pekerjaan jika ragu, tidak dalam kondisi sehat atau tidak terbiasa di ketinggian

F K3 pada kegiatan Hot Work


F.1 Persiapan
1 identifikasi area kerja apakah terdapat area mudah terbakar seperti drum bahan bakar, cat atau ceceran oli
2 Pindahkan semua material mudah terbakar dan bersihkan area welding di lokasi pekerjaan
3 jika tidak memungkinkan material untuk dipindahkan, lindungi material dengan welding pad atau welding blanket
4 pasanglah welding certain/boxing untuk mengisolasi area welding dengan pelat
NO. DOKUMEN : pro.01/HSE/CUM/XIX
PT CIPTA UTAMA MEKANIKA
NO TERBITAN : 1
NO REVISI : 0
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
TGL TERBIT : 12 Agustus 2018
Engineering ,Fabrication & constuction

PROSEDUR HALAMAN :
4/6
F.2 Pelaksanaan
1 Lakukan pengukuran gas dengan menggunakan detector gas untuk mendeteksi uap bahan bakar , apabila hasil pengukuran gas lebih
dari 1% hentikan pekerjaan
2 Matikan atau tutup sistem ventilator atau conveyor yang memungkinkan membawa material mudah terbakar ke area kerja
3 sediakan APAR didekat area kerja
4 lakukan pengawasan terus menerus oleh safety officer

G K3 pada kegiatan Area Terbatas (Confined Space)


G.1 Persiapan
1 Seorang Safety officer telah melakukan pengecekan, apakah area tidak mengandung gas Tocsic & mudah terbakar serta kadar Oksigen
dalam kondisi normal 19,5% – 23%
2 Lakukan pengecekan apakah pada lubang tangki sdh dipasang tanda aman
3 Pada manhole telah diberi tanda Aman “ telah diuji dan Aman untuk dimasuki “ oleh petugas Safety.
4 Pekerja telah diberi wewenang untuk memasuki area connfined Space . Sebelum masuk harus memakai BA, Safety Belt, Safety Line dan
di luar Confine space harus ada seorang yg stand by memonitor pekerja
5 Harus ada Alat Pelindung Diri yang memadai, terawat dan selalu siap pakai
G.2 Pelaksanaan
1 Periksa apakah lempeng baja tdk terdapat bahan yg mudah terbakar.
2 Bahan mudah terbakar (kain majun, kertas, olie bekas) yg berada disekitar pengelasan hrs segera dipindahkan.
3 Pekerjaan PANAS tidak boleh dilakukan jika sedang dilakukan pengecatan.
4 APAR harus selalu tersedia dilokasi pengelasan.
5 Selama “ Hot Work “ udara bersih harus tetap mengalir ke dalam area.
6 Pekerja hrs memakai Air Supply Respirator, mengingat pd proses Hot Work timbul FUMES yang sangat Tocsic
7 Bila terdapat uap yg mdh terbakar, semua peralatan harus tahan terhadap percikan api & ledakan
8 Jika di dalam tangki terdapat gas/uap beracun & Pyroporics ( diborane,Iron Sulfida ) maka manhole tidak boleh dibuka. Blowing dgn
udara juga tidak boleh. Tetapi harus dilakukan dahulu pencucian dengan Dry Ice
8 Harus saling komunikasi antara pekerja dan pengawas
9 Harus disiplin terhadap waktu
10 Bagi pengawas dilarang meninggalkan tempat, sebelum pekerjaan selesai.
11 Jika terjadi keadaan darurat, segera evakuasi, amankan seluruh pekerja dari dlm area dengan peralatan yang tersedia Pekerjaan dinyatakan
selesai, bila ada rekomendasi dari Safety & safety Permit dicabut/ditutup kembali

H K3 pada kegiatan Isolasi (Lock Out Tag Out)


1 Lakukan pemeriksaan terhadap sumber energi yang terhubung dengan peralatan yang akan diperbaiki
2 Semua pihak yang terlibat langsung maupun yang tidak terlibat langsung namun masih berhubungan dengan pekerjaan atau peralatan
akan diperbaiki harus diberitahu
3 Lakukan pemutusan jaringan atau aliran listrik dari sumbernya, lakukan isolasi pada titik isolasi yang telah disediakan atau disesuaikan
yang dengan rekomendasi pabrik
4 Setiap sumber yang telah diisolasi harus tetap diuji terlebih dahulu sebelum pekerjaan dilakukan untuk memastikan bahwa sumber energi
benar-benar terputus
5 Setelah sumber energi telah diputus, pasanglah Lock untuk memastikan bahwa tidak ada orang lain yang sewaktu-waktu dapat
menghidupkan atau menyambung kembali sumber energi. dan pasanglah tagging pada titik isolasi untuk memberikan informasi kepada
pekerja lain terkait pekerjaan yang dilakukan
6 Setelah semua sudah dipastikan aman, maka pekerjaan dapat dilakukan sesuai perencanaan
7 Lakukan perapihan dan pembersihan jika pekerjaan telah selesai dilakukan
8 Lakukan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap area kerja anda, untuk memastikan tidak ada pekerja lain yang berada di area tersebut,
posisi “ON”, serta pastikan bahwa peralatan yang digunakan tidak ada yang tertinggal.
9 Lepaslah semua gembok dan tagging setelah pekerjaan selesai
10 Setelah gembok dan tagging dilepas, sambungkan kembali peralatan dengan sumber energi. Misalnya dengan memutar clipsal pada
atau membuka valve pada posisi “On”
11 Ujilah peralatan yang telah diperbaiki, pastikan bahwa peralatan telah berfungsi dengan baik dan sumber energi telah disambungkan.

Anda mungkin juga menyukai