Anda di halaman 1dari 9

Kembali Kepada Allah

Khutbah Pertama:
‫ وُذ ِباِهلل ِم ُش وِر َأ ُفِس َنا ِم‬، ‫إَّن الـ َد ِلّلِه َنـ ُد َن َتِع ُن َن ْغِف‬
‫ْن ُر ْن َو ْن‬ ‫ْح َم ُه َو ْس ْي ُه َو ْس َت ُر ُه َو َنُع‬ ‫َحْم‬
‫ َو َأْش َه ُد َأن َّال‬،‫ َو َمْن ُيْض ِلْل َفاَل َه اِد َي َلُه‬،‫ َمْن َيْه ِدِه اُهلل َفاَل ُمِض َّل َلُه‬،‫َس ِّيَئاِت َأْع َم اِلَنا‬
‫ِإَلَه ِإَّال اهلل َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْيَك َلُه َو َأْش َه ُد َأَّن ُمـَح َّم دًا َعْبُد ُه َو َر ُس وُله‬.
‫َيا َأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُنوا اَّتُقوا الَّلَه َح َّق ُتَق اِتِه َو اَل ُمَتوُتَّن ِإاَّل َو َأْنُتْم ُمْس ِلُم وَن‬
‫َيا َأُّيَه ا الَّناُس اَّتُقوا َر َّبُك ُم اَّلِذي َخ َلَق ُك ْم ِم ْن َنْف ٍس َو اِح َد ٍة َو َخ َلَق ِم ْنَه ا َز ْو َجَه ا َو َبَّث‬
‫ِم ْنُه َم ا ِر َج ااًل َك ِثًريا َو ِنَس اًء َو اَّتُقوا الَّلَه اَّلِذي َتَس اَءُلوَن ِبِه َو اَأْلْر َح اَم ِإَّن الَّلَه َك اَن‬
‫َعَلْيُك ْم َر ِقيًبا‬
‫َيا َأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُنوا اَّتُقوا الَّلَه َو ُقوُلوا َقْو اًل َس ِديًد ا‬
‫ُيْص ِلْح َلُك ْم َأْع َم اَلُك ْم َو َيْغِف ْر َلُك ْم ُذُنوَبُك ْم َو َمْن ُيِط ِع الَّلَه َو َر ُس وَلُه َفَقْد َفاَز َفْو ًز ا‬
‫َعِظ يًم ا َأَّم ا َبْع ُد‬
Ibadallah,

Khotib mewasiatkan kepada diri khotib pribadi dan jamaah sekalian agar senantiasa bertakwa kepada
Allah Ta’ala. Karena hanya orang bertakwa saja yang akan sukses di dunia dan akhirat.

Ibadallah,
Sesungguhnya kita diciptakan untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Sebagaimana firman-Nya,
‫ا َلْق اِجْلَّن اِإل ن ِإَّال ِل ُد وِن‬
‫َو َس َيْع ُب‬ ‫َو َم َخ ُت‬
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-
Dzariyat: 56)

Seorang yang beribadah kepada Allah dengan sebenar-benarnya harus menempuh dan menggabungkan
dua hal:

1. Rasa takut kepada Allah.


2. Berharap ampunan dan pahala dari-Nya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala menceritakan tentang
para nabi,
‫ِإَّن َك اُنوا اِر وَن يِف ا اِت ْد و َنا َغبًا بًا َك اُنوا َلَنا اِش ِع‬
‫َخ َني‬ ‫َخْلْيَر َو َي ُع َن َر َو َر َه َو‬ ‫ُيَس ُع‬ ‫ُه ْم‬
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-
perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah
orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya: 90)

Ketika rasa takut itu menipis di hati kita, banyaknya maksiat yang kita lakukan dan perintah yang kita
selisihi, ini akan menyebabkan datangnya musibah dunia dan musibah akhirat. Akan menjadi sebab
lamanya pertolongan datang baik terhadap diri, masyarakat, dan bangsa. Allah Ta’ala berfirman,

‫َظَه َر اْلَف َس اُد يِف اْلَبِّر َو اْلَبْح ِر َمِبا َك َس َبْت َأْيِدي الَّناِس‬
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia.” (QS. Ar-
Rum: 41)

Demikian juga dengan firman-Nya,

‫ِإَّن اَّلِذيَن َتَو َّلْو ا ِم ْنُك ْم َيْو َم اْلَتَق ى اَجْلْمَعاِن ِإَمَّنا اْس َتَز ُهَّلْم الَّش ْيَطاُن ِبَبْع ِض َم ا َك َس ُبوا‬
“Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu, hanya saja
mereka digelincirkan oleh syaitan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat…” (QS. Ali
Imran: 155)

Dan firman-Nya,
‫َفِإْن َّل ا َفاْع َل َأَمَّنا ِر يُد الَّل َأْن ِص ي ِب ِض ُذُنوِهِب‬
‫ْم‬ ‫ُه ُي َبُه ْم َبْع‬ ‫ْم ُي‬ ‫َتَو ْو‬
“Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya
Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa
mereka.” (QS. Al-Maidah: 49)

Allah Ta’ala berfirman,

‫َّمِما َخ ِط يَئاِهِتْم ُأْغ ِر ُقوا َفُأْد ِخ ُلوا َنارًا‬


“Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka…” (QS.
Nuh: 25)

Mereka tenggelam di dunia dan dimasukkan ke dalam neraka di akhirat kelak.

Sesungguhnya kebaikan bangsa dan masyarakat itu bermula dari kebaikan individu. Apabila individu-
individu masyarakat baik, baik pula masyarakat dan negara. Oleh karena itu, hendaknya kita mengoreksi
dan memperbaiki diri kita masing-masing. Kita memperbaiki takwa kita kepada Allah. Dan kita
mewaspadai bisikan diri yang senantiasa mengajak pada keburukan.
Ada banyak jalan yang membantu kita untuk berjalan di atas kebenaran dan meninggalkan sebab-sebab
kemurkaan Allah.

1. MENGINGAT KEMATIAN
Kematian adalah akhir dari perjalanan duina bagi setiap orang. Kematian adalah pemutus kelezatan.
Membuat seseorang berpisah dari keluarga dan kerabatnya. Sebagaimana kematian telah menjemput
Sebagian dari kita, pasti dia juga akan mendatangi kita. Kita tidak tahu kapan pemutus kelezatan itu
datang. Allah Azza wa Jallah berfirman,

‫ُك ُّل َنْف ٍس َذاِئَقُة اْلَمْو ِت ِإَمَّنا ُت َّفْو َن ُأُج و ُك ْم َيْو َم اْلِق َياَم ِة َف ْن ُز ْح ِز َح َعْن الَّناِر‬
‫َم‬ ‫َر‬ ‫َو َو‬
‫ُأْد ِخ اَجْلَّنَة َفَقْد َفاَز َم ا اَحْلَياُة الُّد ْنَيا ِإَّال َم َتاُع اْلُغ وِر‬
‫ُر‬ ‫َو‬ ‫َو َل‬
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka
sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
(QS. Ali Imran: 185)

Renungkan juga firman Allah Ta’ala berikut ini:

‫َو َم ا اَحْلَياُة الُّد ْنَيا ِإَّال َم َتاُع اْلُغُر ور‬


“Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid: 20)

Ibnul Jauzi rahimahullah mengatakan, “Seorang yang mukmin dan kafir semua meyakini pastinya
kematian. Namun orang kafir terpedaya dengan panjang angan-angan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

‫َيِعُد ُه ْم َو َمُيِّنيِه ْم َو َم ا َيِعُد ُه ْم الَّش ْيَطاُن ِإَّال ُغُر ورًا‬


“Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada
mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.” (QS. An-Nisa:
120)

Dan betapa banyak kaum muslimin terpedaya juga dengan panjang angan-angan, menunda-nunda, seolah
kematian itu ada waktu tentunya. Padahal betapa sering kita melihat si pemutus kelezatan ini menyambar
orang selain kita tanpa ada waktu penentu. Bahkan tanpa pengantar sakit. Tanpa sebab. Tanpa bisa
ditebak kapan. Bisa jadi di malam hari, siang, atau pagi. Bisa jadi di kendaraan atau di tempat tidur. Bisa
tatkala bersama keluarga atau dalam keadaan sepi. Bisa dalam keadaan sedang takut kepada Allah. Bisa
juga dalam kondisi lalai.

Oleh karena itu, wajib bagi kita bertakwa kepada Allah. Dan mengambil pelajaran dari yang menimpa
orang selain kita. Allah Ta’ala berfirman,
‫َو َأْنِف ُقوا ِم ْن َم ا َر َز ْقَناُك ْم ِم ْن َقْبِل َأْن َيْأَيِت َأَح َد ُك ْم اْلَمْو ُت َفَيُقوَل َر ِّب َلْو ال َأَّخ ْر َتيِن ِإىَل َأَج ٍل‬
‫ِحِل‬ ‫ِم‬
‫َقِر يٍب َفَأَّصَّد َق َو َأُك ْن ْن الَّصا َني‬
“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian
kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak
menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan
aku termasuk orang-orang yang saleh?” (QS. Al-Munafikun: 10)

2. MENGINGAT AKHIRAT
Demi Allah, sebagaimana kita sekarang sedang mengalami kehidupan dunia, esok hari juga kita akan
mengalami kehidupan akhirat. Kita akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan tanpa alas kaki,
telanjang, dan belum dikhitan. Demi Allah, itu benar-benar akan terjadi. Allah Ta’ala berfirman,

‫َيا َأُّيَه ا الَّناُس اَّتُقوا َر َّبُك ْم ِإَّن َز ْلَز َلَة الَّس اَعِة َش ْي ٌء َعِظ يٌم * َيْو َم َتَر ْو َنَه ا َتْذ َه ُل ُك ُّل‬
‫ا‬ ‫ى‬ ‫ا‬ ‫َك‬ ‫َّنا‬‫ل‬ ‫ا‬ ‫ى‬ ‫ا‬ ‫َل‬ ‫ٍل‬ ‫َت ُك ُّل َذاِت‬ ‫َأ‬ ‫ا‬ ‫َّم‬ ‫ِض ٍة‬
‫َس ُس َر َو َم ُه ْم‬ ‫َه َو َتَر‬ ‫ْمَح‬ ‫ْمَح‬ ‫َض‬
‫ْر َع َو ُع‬ ‫ْت‬ ‫َض‬ ‫َع‬ ‫ُمْر َع‬
‫ِبُس َك اَر ى َو َلِكَّن َعَذ اَب الَّلِه َش ِديٌد‬
“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu
kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah
semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita
yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk,
akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.” (QS. Al-Hajj: 1-2)

Iya, kita akan dibangkitkan pada hari kiamat. Dan kita akan mengingat semua dosa dan kesalahan yang
telah kita lakukan. mengingat semua ucapan haram, pandangan haram, perbuatan haram, memakan yang
haram, dll dari hal-hal yang diharamkan. Di hari itu, kita akan benar-benar tahu tentang kondisi
senyatanya. Apakah kita termasuk orang lalai dan menunda, hingga kita berjumpa dengan hari tersebut.

3. MENINGGAL SEBAB YANG BISA MENGANTARKAN PADA MAKSIAT


Sesungguhnya kemaksiatan itu memiliki sebab. Dan setan akan membuat cara agar kita dekat dengan
kemaksiatan. Dia menghiasinya dan menampakkannya indah. Dan jiwa yang menyeru kepada keburukan
pun mendorongnya untuk melakukan dos aitu. Allah Ta’ala berfirman,

‫ا َأُّي ا اَّلِذي آ ُنوا ال َّتِب وا ُط اِت الَّش َطاِن‬


‫ْي‬ ‫َت ُع ُخ َو‬ ‫َي َه َن َم‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan.” (QS. An-Nur: 21)

Renungkanlah sesungguhnya setan adalah musuh kita yang nyata.


Di antara Langkah-langkah setan adalah chanel televisi, majalah, atau jaringan internet. Ini semua bisa
menjadi jalan-jalan setan untuk menjatuhkan manusia dalam kubangan dosa. Ia bisa mendekatkan yang
jauh dan menjauhkan yang dekat. Terkadang internet dengan sosial medianya tidak terasa membuat orang
berjalan begitu jauh. Tiba-tiba ia kaget sudah melangkah demikian jauh dan masuk begitu dalam.

Demi Allah, kita harus berhati-hati dan bijak dalam menggunakan internet. Karena mewaspadai dan
melakukan pencegahan, itu lebih mudah daripada melakukan pengobatan.

4. MENGINGAT BAHWASANYA KITA DIAWASI ALLAH DAN MENGINGAT NIKMAT-


NIKMAT ALLAH.
Di antara bentuknya, kita mengingat bahwa mata ini Allah lah yang membuantya mampu melihat. Dan ini
adalah nikmat dari Allah. Tangan ini yang kita gerakkan. Kita gunakan untuk mengambil dan memberi,
ini adalah nikmat dari Allah. Demikian juga dengan kaki yang kita gunakan untuk berjalan, ini juga
pemberian Allah. Dengan demikian, sepantasnyalah kita bertakwa kepada Allah yang Maha Melihat kita,
mengawasi kita, lalu kita bermaksiat dengan nikmatnya itu?

Demi Allah, seandainya Allah mau, Dia mampu menghilangkannya dari kita. sehingga kita tidak mampu
menggunakan fungsi dari indera dan organ tersebut. Kita juga ingat anggota badan kita yang lain juga
merupakan nikmat Allah. hendaknya kita menggunakannya dalam rangka menaati Allah dan menjauhi
hal-hal yang Dia larang. Dan salah satu bentuk makar kepada Allah adalah melanjutkan bermaksiat
kepada Allah, lalu berharap kebaikan di akhirat. Ibnu Abi Hatim menukil ucapan salah seorang salaf,
yakni Ismail bin Rafi’ rahimahullah:

‫من األمن من مكر اهلل إقامة العبد على معصية اهلل وهو يرجو مغفرة اهلل‬
“Termasuk bentuk aman dari makar allah adalah seseorang terus bermaksiat kepadanya sambil terus
berharap ampunannya.”
5. BERSUNGGUH-SUNGGUH DALAM KETAATAN.
Ketaatan akan mengundang ketaatan lainnya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

‫َفَأَّم ا َمْن َأْع َطى َو اَّتَق ى * َو َص َّد َق ِباُحْلْس ىَن * َفَس ُنَيِّس ُر ُه ِلْلُيْس َر ى‬
“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya
pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (QS. Al-
Lail: 5-7)

Allah Ta’ala juga berfirman,

‫وا‬ ‫ْق‬ ‫ا‬‫َت‬‫آ‬ ‫ى‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫اَّلِذ‬


‫ًد‬ ‫َد‬ ‫َز‬
‫َو َن ْو ُه ْم ُه َو ُه ْم َت ُه ْم‬‫َتَد‬ ‫ْه‬
“Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan
memberikan balasan ketakwaannya.” (QS. Muhammad: 17)
Ketaatan akan mengundang ketaatan lainnya. Kebaikan akan menyeru kebaikan lainnya. Demikian juga
sebaliknya, dosa akan mengundang dosa lainnya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

‫َفَلَّم ا َز اُغوا َأَز اَغ الَّلُه ُقُلوَبُه ْم‬


“Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka.” (QS. ash-Shaf: 5)

Demikian juga dengan firman-Nya,

‫َو َأَّم ا َمْن ِخَب َل َو اْس َتْغىَن * َو َك َّذ َب ِباُحْلْس ىَن * َفَس ُنَيِّس ُر ُه ِلْلُعْس َر ى‬
“Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka
kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.” (QS. Al-Lail: 8-10)

‫ َو َنَف َع َو ِإَّياُك ْم َمِبا ِفْيِه ِم َن اآلَياِت َو الِّذ ْك ِر‬, ‫َباَر َك اُهلل َو َلُك ْم يِف اْلُقْر آِن اْلَعِظ ْيِم‬
‫ْيِن‬ ‫ْيِل‬
‫ َق َّب ِم ِم ْنُك ِتَال َت ِإَّن الَّس ِم اْل ِل‬, ‫ا ِك ِم‬
‫ْيُع َع ْيُم‬ ‫َحْل ْي َو َت َل ْيِّن َو ْم َو ُه ُه ُه َو‬

Khutbah Kedua:
‫ل آِلِه َأ اِبِه‬ ‫ِهلل الَّصَالُة الَّسَال ل َأْش ِف اَألْنِب اِء الـ ِل‬
‫َي َو ُمْر َس َني َو َع َى َو َصَح‬ ‫َو ُم َع َى َر‬ ‫اَحْلْم ُد َو‬
‫ا‬ ‫َأ‬
‫َّم‬ ، ‫ِن‬ ‫الِّدي‬ ‫ِب ِبِإ اٍن ِاىَل وِم‬
‫َبْع ُد‬ ‫َي‬ ‫َو َمْن َت َعُه ْم ْح َس‬
Selanjutnya adalah yang ke..

6. BERTEMAN DENGAN ORANG-ORANG SHALEH.


Berteman dengan orang-orang shaleh akan membantu kita dalam mengingat Allah dan menaati-Nya.
Allah berfirman kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫ِة ِش‬ ‫ِذ‬


‫َو اْص ْرِب َنْف َس َك َمَع اَّل يَن َيْد ُعوَن َر َّبُه ْم ِباْلَغَد ا َو اْلَع ِّي ُيِر يُد وَن َو ْجَهُه‬
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja
hari dengan mengharap keridhaan-Nya.” (QS. Al-Kahfi: 28)

Dan juga firman-Nya,


‫ا ُنوا َلى اْلِّرِب الَّتْق ى ال ا ُنوا َلى اِإلِمْث اْل ْد اِن‬
‫َو ُع َو‬ ‫َو َو َو َتَع َو َع‬ ‫َو َتَع َو َع‬
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Maidah: 2)

Dalam pertemanan dengan orang-orang shaleh terdapat kebaikan yang besar. Karena itu, kita berupaya
semaksimal usaha kita untuk senantiasa berteman dengan orang-orang shaleh. Orang-orang shaleh itu
berada dalam kebahagiaan. Karena menaati Allah itu akan memunculkan rasa bahagia. Dan kita berharap
energi kebahagiaan inipun akan merambat kepada kita.

7. TAUBAT KEPADA ALLAH.


Allah Ta’ala berfirman,

‫َو ُتوُبوا ِإىَل الَّلِه ِمَج يعًا َأُّيَه ا اْلُم ْؤ ِم ُنوَن َلَعَّلُك ْم ُتْف ِلُح وَن‬
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
(QS. An-Nur: 31)

Allah ta’ala berfirman,

‫ي‬ ‫ِر‬ ‫ِّه‬‫َط‬ ‫ْل‬ ‫ا‬ ‫ُّب‬ ‫ِإَّن الّل ِحُي ُّب الَّتَّو اِب ِحُي‬
‫َن‬ ‫َت‬ ‫ُم‬ ‫َني َو‬ ‫َه‬
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang suka
membersihkan diri.” (QS. Al Baqarah: 222)
Mari kita taubati semua dosa dan kesalahan kita. Dan jangan sampai kita berputus asa dari rahmat Allah
gara-gara kita merasa dosa kita begitu besar. Dan tidak mungkin mendapatkan ampunan. Allah sangat
menyayangi hamba-hamba-Nya.

Perhatikan hadits berikut, Dari Umar bin Al Khattab radhiallahu ‘anhu, beliau menuturkan:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kedatangan rombongan tawanan perang. Di tengah-tengah


rombongan itu ada seorang ibu yang sedang mencari-cari bayinya.

Tatkala dia berhasil menemukan bayinya di antara tawanan itu, maka dia pun memeluknya erat-erat ke
tubuhnya dan menyusuinya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada kami,

“Apakah menurut kalian ibu ini akan tega melemparkan anaknya ke dalam kobaran api?”

Kami menjawab, “Tidak mungkin, demi Allah. Sementara dia sanggup untuk mencegah bayinya
terlempar ke dalamnya.”

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


“Sungguh Allah lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada ibu ini kepada anaknya.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
‫‪Bersungguh-sungguhlah untuk bertaubat kepada Allah. sekarang juga. Jangan tunda! Karena menunda‬‬
‫‪membuat kita akan jatuh dan kembali melakukan perbuatan dosa lagi.‬‬

‫ِإَّن الَّلَه َو َم اَل ِئَك َتُه ُيَص ُّلوَن َعَلى الَّنِّيِب َيا َأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُنوا َص ُّلوا َعَلْيِه َو َس ِّلُم وا َتْس ِليمًا‬

‫َالَّلُه َّم َص ِّل َعَلى َحُمَّم ٍد َو َعَلى آِل َحُمَّم ٍد َك َم ا َص َّلْيَت َعَلى ِإْبَر اِه ْيَم َو َعَلى آِل ِإْبَر اِه ْيَم ‪،‬‬
‫ِإَّنَك ِمَح ْيٌد ِجَمْيٌد ‪َ .‬و َباِر ْك َعَلى َحُمَّم ٍد َو َعَلى آِل َحُمَّم ٍد َك َم ا َباَر ْك َت َعَلى ِإْبَر اِه ْيَم َو َعَلى‬
‫آِل ِإْبَر اِه ْيَم ‪ِ ،‬إَّنَك ِمَح ْيٌد ِجَمْيٌد‬
‫ْا ِل اِت اْل ْؤ ِمِن اْل ْؤ ِم َناِت ْاَأل اِء ِم‬ ‫الَّل َّم اْغ ِف ِلْل ِلِم‬
‫ْح َي ْنُه ْم َو‬ ‫ُه ْر ُمْس َنْي َو ُملْس َم َو ُم َنْي َو ُم‬
‫ْاَأل اِت‬
‫ْم َو‬
‫الَّلُه َّم َأِعَّز اِإْل ْس َالَم َو ْا ْس ِلِم َنْي َو َأْه ِلِك ْالَك َف َر َة َو ْا ْش ِر ِكَنْي َو َدِّم ْر َأْعَد اَءَك َأْعَد َءا‬
‫ُمل‬ ‫ُمل‬
‫الِّد ْيِن‬

‫الَّس اَل ِم ‪ِّ ،‬جَنَنا ِم الُّظُل اِت‬ ‫ُلوِب ا‪َ ،‬أ ِل َذا ِن ا‪ ،‬ا ِد‬ ‫َّل ِّل‬
‫َن َم‬ ‫َو‬ ‫ال ُه َّم َأ ْف َبَنْي ُق َن َو ْص ْح َت َبْي َن َو ْه ُسُبَل‬
‫ا‬‫َن‬
‫ِإىَل الُّنوِر ‪َ ،‬و َج ِّنْبَنا اْلَف َو اِح َش َم ا َظَه َر ِم ْنَه ا َو َم ا َبَطَن ‪َ ،‬و َباِر ْك َلَنا يِف َأَمْساِعَنا‪،‬‬
‫ي‬ ‫َأ اِر َنا‪ُ ،‬لوِبَنا‪َ ،‬أْز اِج َنا‪ُ ،‬ذِّر َّياِتَنا‪ُ ،‬ت َل َنا ِإَّنَك َأْن الَّتَّو ا الَّر ِح‬
‫ُم‬ ‫َت ُب‬ ‫َو ْب َع ْي‬ ‫َو‬ ‫َو َو‬ ‫َو ْبَص َو ُق‬

‫َالَّلُه َّم َأْص ِلْح َلَنا ِدْيَنَنا اَّلِذْي ُه َو ِعْص َم ُة َأْم ِر َنا‪َ ،‬و َأْص ِلْح َلَنا ُدْنَياَنا اَّلْيِت ِفْيَه ا َمَعاُشَنا‪،‬‬
‫َو َأْص ِلْح َلَنا آِخ َر َتَنا اَّل ِإَلْيَه ا َمَعاُدَنا‪َ ،‬و اْجَعِل اَحْلَياَة ِز َياَدًة َلَنا ْيِف ُك ِّل َخ ٍرْي ‪َ ،‬و اْجَعِل‬
‫ْيِت‬
‫اْلَمْو َت َر اَح ًة َلَنا ِم ْن ُك ِّل َش ٍّر‬

‫َر َّبَنا َه ْب َلَنا ِم ْن َأْز َٰو ِج َنا َو ُذِّر َّيٰـِتَنا ُقَّر َة َأْع ٍنُي َو ٱْجَعْلَنا ِلْلُم َّتِق َني ِإَم اًم ا‬
‫ا‬ ‫ا‬ ‫َأن‬ ‫َّن‬‫ِإ‬ ‫ن‬ ‫َّل‬ ‫ن‬ ‫َلَنا ِم‬ ‫ِإ‬
‫َّه‬
‫َت َو ُب‬‫ْل‬ ‫َك‬ ‫ۚ‬ ‫ًة‬‫َر َمْح‬ ‫َك‬ ‫ُد‬ ‫َر َّبَنا اَل ُتِز ْغ ُقُلوَبَنا َبْع َد ْذ َه َد ْيَتَنا َو َه ْب‬

‫َر َّبَنا اْغ ِف ْر َلَنا َو ِإل ْخ َو اِنَنا اَّلِذْيَن َس َبُقْو َنا ِبْاِإل َمْياِن َو َالْجَتَعْل ْيِف ُقُلْو ِبَنا ِغًّال ِّلَّلِذْيَن َءاَم ُنْو ا‬
‫ِق‬ ‫ِخ‬ ‫ِت‬ ‫ِح‬
‫َر َّبَنا ِإَّنَك َر ُءْو ٌف َّر ْيٌم‪َ .‬ر َّبَنا آ َنا يِف الُّد ْنَيا َح َس َنًة َو يِف اآل َر ِة َح َس َنًة َو َنا َعَذ اَب‬
‫الَّناِر‬

‫َص َّلى اُهلل َعَلى َس ِّيِدَنا َحُمَّم ٍد َعَلى آِلِه َصْح ِبِه َأَمْجِعَنْي ‪ُ .‬س ْبَح اَن ِّبَك ِّب اْلِعَّز ِة‬
‫َر َر‬ ‫َو‬ ‫َو‬ ‫َو‬
‫َّم ا ِص ُف َن ‪َ ,‬ال َلى اْل ِل ‪ ,‬ا ُد ِهلل ِّب اْل اَلِم‬
‫َع َي ْو َو َس ٌم َع ُمْر َس َنْي َو َحْلْم َر َع َنْي‬

Anda mungkin juga menyukai