Catatan
Catatan
NIM : E1A020039
Quis 1
Rangkuman Materi
Latar Belakang UUPA menurut UU No 5 Tahun 1960, yaitu:
a) Hukum agraria yang berlaku sekarang ini sebagian tersusun berdasarkan tujuan dan sendi-
sendi dari pemerintah jajahan, dan sebagian lainnya lagi dipengaruhi olehnya, hingga
bertentangan dengan kepentingan rakyat dan Negara didalam melaksanakan
pembangunan semesta.
b) Sebagai akibat dari politik-hukum pemerintah jajahan itu hukum agraria tersebut
mempunyai sifat dualisme, yaitu dengan berlakunya peraturan-peraturan dari hukum adat
di samping peraturan-peraturan dari dan yang didasarkan atas hukum barat, selain
menimbulkan berbagai masalah antar golongan yang serba sulit, juga tidak sesuai dengan
cita-cita persatuan Bangsa.
c) Bagi rakyat asli hukum agraria penjajahan itu tidak menjamin kepastian hukum.
Tujuan UUPA
1. meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional, yang akan merupakan alat
untuk membawakan kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi Negara dan rakyat,
terutama rakyat tani, dalam rangka masyarakat yang adil dan makmur.
2. meletakan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan ke- sederhanaan dalam hukum
pertanahan.
3. meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah
bagi rakyat seluruhnya.
Adapun Hubungan antara latar belakang dan tujuan dari UUPA sendiri yaitu :
1. UUPA bertujuan untuk meletakkan dasar-dasar Hukum Agraria Nasional karena Hukum
Agraria yang lama masih tersusun berdasarkan tujuan dan sendi-sendi dari pemerintah jajahan
dan bahkan sebagian terpengaruh olehnya.
2. UUPA bertujuan untuk meletakkan dasar-dasar untuk kesatuan dan kesederhanaan hukum
dikarenakan hukum agraria lama bersifat dualisme bahkan pluralisme.
3. UUPA bertujuan untuk meletakkan dasar-dasar kepastian hukum bagi seruluh rakyat karena
hukum agraria lama tidak menjamin kepastian gukum bagi rakyat seluruhnya.
Dualisme Tanah
Yang dimaksud dengan dualisme hukum pertanahan sebelum UUPA adalah merujuk
pada masa di mana Indonesia masih di bawah kekuasaan kolonial barat. Hukum pertanahan
saat itu disebut dualisme karena diberlakukan atas dua hukum yang berbeda, yaitu atas hukum
adat dan atas hukum barat. Kebijakan tersebut diaplikasikan oleh para koloni hanya untuk
memenuhi kepentingan mereka dengan mengesampingkan kepentingan rakyat Indonesia.
Secara rinci, dualisme tersebut tergambar dalam pengaturan hak eigendom. Di mana pada
Pasal 51 ayat 7 Indische Staatsregeling pada Stb.1872 No. 117 tentang Agraris Eigendom
Recht, memberi hak eigendom (hak milik) pada orang Indonesia. Sementara, pada Buku II
KUHP diatur hal serupa, yatu tentang hak eigendom, namun tidak diperuntukkan untuk orang-
orang Indonesia. Hal ini menggambarkan bahwa telah terjadi pembedaan aturan hukum bagi
orang Indonesia dan bukan orang Indonesia terkait hak atas tanah. Seiring dengan terjadinya
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, dalam penyusunan hukum pertanahan terdapat dua arti
penting, yaitu bangsa Indonesia tidak lagi mengakui hukum pertanahan kolonial dan
menyusun hukum pertanahannya sendiri. Yang sekarang dikenal dengan Undang-Undang
Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960.
Jadi Dualisme adalah berlakunya dua macam kaidah Hukum yang mengatur tanah, yaitu
Hukum tanah Barat (Contoh Tanah Barat : Eigendom, erfpacht, Opstal) dan Hukum Tanah Adat
(Contoh : Tanah Milik, Pekulen Yasan, Gogol, Ulayat). Akibat adanya Dualisme maka
menimbulkan ketidakpastian Hukum terutama untuk Tanah Adat.
Alasan Kepastian Hukum Tanah Barat Terjamin sedangkan Tanah Adat Kurang Terjamin
Tanah hak barat dapat terjamin kepastian hukumnya, sebab mengenai tanah-tanah hak
barat diatur oleh hukum barat yang berbentuk tertulis, yaitu dengan adanya : Agrarische Wet,
KUHPerdata yang mengatur mengenai tanah yaitu pada buku II KUHPerdata, dan Agrarische
Besluit serta adanya Pendaftaran Tanah yang memberikan jaminan kepastian hukum terhadap
tanah-tanah hak barat. Dengan adanya pengaturan hukum tertulis tersebut, hukum tanah barat
lebih tersusun, tertata, dan terjamin kepastian hukumnya, sebab ada bukti nyata secara tertulis
yang memberikan pengaturan mengenai tanah-tanah adat. Sedangkan tanah-tanah adat diatur
oleh hukum adat ( hukum asli bangsa Indonesia) yang bentuknya tidak tertulis. Bentuknya
tidak tertulis itu lah yang tidak bisa memberikan jaminan kepastian hukum terhadap tanah
adat Indonesia, sebab tidak ada pembuktian nyata mengenai pengaturan tanah adat. Tanah
adat hanya disandarkan pada kebiasaan atau adat istiadat masyarakat Indonesia saja yang
memiliki corak tersendiri masing-masing wilayah. Selain itu, sebelum berlakunya UUPA dan
adanya dualisme hukum agraria, pengaturan mengenai tanah masih didahulukan bagi tanah-
tanah barat. Ditambah lagi, hukum tanah Barat saat itu memiliki kedudukan yang tinggi
dibandingkan dengan hukum adat, sehingga tanah adat tidak terjamin kepastian hukumnya.
Pendaftaran Tanah
BAIK MARI KITA DISKUSIKAN MATERI HARI INI. UNSUR POKOK PENDAFTARAN TANAH(PT)
ADALAH ADANYA DATA FISIK DAN DATA YURIDIS. NEGARA MANAPUN YG
MENYELENGGARAKAN PENDAFTARAN TANAH (PT) PASTI KEGIATAN UTAMANYA
ADALAH PENGUMPULAN DATA FISIK DAN DATA YURIDIS. DATA FISIK ADALAH DATA YG
MENJELASKAN TENTANG LETAK,BATAS, LUAS DAN ADAKAH BANGUNAN/TANAMAN YG
BERADA DIATAS TANAH TSB. PENYEBUTANNYA HARUS URUT TIDAK BOLEH DIBOLAK
BALIK, MISAL DATA FISIK ADALAH DATA YG MENJELASKAN TTG LUAS, LETAK BATAS
DST HAL INI ADALAH SALAH. KEMUDIAN YG DIMAKSUD DATA YURIDIS ADALAH DATA
MENJELASKAN TTG STATUS TANAH/HAKNYA, SUBYEK/PEMEGANG HAK/PEMILIK, BEBAN2
DIATAS TANAH TSB . HAL INI JUGA TIDAK BOLEH TERBOLAK BALIK DL
PENYEBUTANNYA. KALAU SDR LIHAT RUMUSAN PENGERTIAN PT DL PP NO 24 TH 1997,
COBA SDR CARI UNSUR2 POKOK PT MINIMAL 6. WAKTU 20 MENIT
Hak milik yang perlu didaftarkan menurut pasal 23, 32, dan 38 UUPA yaitu Hak Milik, HGU,
HGB demikian pula setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya dengan hak-hak lain harus
didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Pasal 19.
Jawaban Bagus
Pemegang hak atas tanah yang wajib melakukan pendaftaran:
1. Hak milik (Pasal 23 UUPA)
2. Hak guna usaha (Pasal 32 UUPA)
3. Hak guna bangunan (Pasal 38 UUPA)
Kewajiban melakukan PT bagi pemegang/subyek/pemilik hak atas tanah timbul ketika diundangkannya
UUPA dan/atau ketika terjadinya peralihan hak-hak atas tanah tersebut kepada yang bersangkutan.
Jawaban Bagus
Kewajiban pendaftaran tanah bagi Hak atas tanah (Hak milik, HGU, HGB) apabila terjadinya
peralihan, pembebanan, dan hapusnya hak atas bidang tanah dan hak milik atas satuan rumah
susun wajib didaftar.
YA JADI SEMUA OBYEK ITU NANTI KALAU SUDAH DIDAFTAR AKAN DIBERI STBH(SURAT
TANDA BUKTI HAK) BERUPA SERTIPIKAT KECUALI TANAH NEGARA. SEBAGAI PENUTUP
COBA SDR CARI APA ITU SERTIPIKAT DITINJAU DARI SUDUT ISINYA MAUPUN DARI SUDUT
KEKUATAN PEMBUKTIANNYA,
Jawaban
Dalam UUPA No. 5 Tahun 1960 disebutkan bahwa pendaftaran tanah dilakukan untuk
memberikan atau menjamin kepastian hukum dan perlindungan hukum. Pendaftaran tanah
bertujuan untuk mendapatkan surat tanda bukti berupa sertifikat hak atas tanah yang dikeluarkan
atau diterbitkan oleh badan pertanahan nasional. Bentuk pembuktian berupa sertifikat dapat
memberikan perlindungan hukum bagi pemegang hak dan sebagai pembuktian alat bukti yang
kuat (pasal 19 undang undang pokok Agraria). Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah akan memberikan perlindungan, kepastian, dan kekuatan hukum bagi orang
yang tercantum namanya di dalam sertifikat tersebut.
Sertifikat hak atas tanah sebenarnya tidak lain terdiri dari dua bagian, yaitu salinan buku
tanah dan surat ukur. Adapun buku tanah bukanlah buku dalam artian biasa, tetapi adalah
lembaran, daftar yang memuat keterangan mengenai nama kepemilikan hak atas tanah, subyek
pemegang hak milik atas tanah, asal usul tanah, peralihan hak atas tah dan pembebanannya jika
ada. Jadi, fungsi sertifikat hak atas tanah adalah sebagai bukti kepemilikan dan sesuatu jaminan
kekuatan dan kepastian hukum terhadap orang maupun badan hukum sebagai pemegang hak atas
tanah. Dengan adanya sertifikat hak atas tanah berarti bukti hak telah didaftarkan atas tanah yang
bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Dengan
demikian, sudah sewajarnya sertifikat hak atas tanah itu menjadi pegangan utama bagi seseorang
atau badan hukum sebagai pemegang hak yang mempunyai sesuatu hak atas tanah.
Selanjutnya, dengan melihat ketentuan ketentuan pasal 19 UUPA tersebut khususnya ayat
(1) dan (2), dalam melakukan pelaksanaan pendaftaran tanah, diberikan alat bukti hak yang lebih
dikenal dengan sebutan sertifikat hak atas tanah yang berlaku sebagai alat bukti yang kuat atas
pemegangan sebidang tanah tersebut. Sertifikat hak atas tanah pertama-tama berfungsi dalam
bidang pembuktian. Kepemilikan hak atas tanah dapat dibuktikan dengan sertifikat hak atas
tanah itu memuat:
1. Orang atau badan hukum yang disebutkan di dalamnya adalah pemegang hak yang sah dari
hak yang diuraikan di dalamnya, dan
2. Batas-batas bidang tanah yang menjadi objek hak itu yang diuraikan dalam bagian surat
ukurannya adalah batas-batas yang sah menurut hukum
Dalam fungsinya, sertifikat hak atas tanah sebagai alat bukti dapat juga ditinjau dari segi
hukum yang berlaku. Jadi, dalam hal seseorang mempunyai sebidang tanah atau hak atas tanah,
maka orang tersebut harus dapat menunjukkan suatu alat bukti, yaitu alat bukti yang menjadikan
haknya, sertifikat. Kemudian apabila telah dapat menunjukan alat bukti itu, orang tersebut diakui
sebagai pemilik atau yang berhak atas tanah, mengingat dasar-dasar pembuatan sertifikat sebagai
tertera di atas.
Berdasarkan PP no 24 tahun 1997 Sertifikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud
dalampasal 19 ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas
satuan rumah susun dan haktanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanahyang
bersangkutan.
Berdasarkan pasal 30 ayat (1) Sertipikat diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak
yangbersangkutan sesuai dengan data fisik dan data yuridis yang telahdidaftar dalam buku tanah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30ayat (1).
Ditinjau dari isinya sertifikat merupakan surat tanda bukti hak atas tanah yang dikeluarkan
atau diterbitkan oleh badan pertanahan nasional. Bentuk pembuktian berupa sertifikat dapat
memberikan perlindungan hukum bagi pemegang hak dan sebagai pembuktian alat bukti yang
kuat (pasal 19 undang undang pokok Agraria). Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah akan memberikan perlindungan, kepastian, dan kekuatan hukum bagi orang
yang tercantum namanya di dalam sertifikat tersebut. Jika ditinjau dari pembuktiannya menurut
pasal 32 ayat (1) Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian
yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yangtermuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data
yuridis tersebutsesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hakyang bersangkutan.
Sertifikat hak atas tanah sebagai alat bukti dapat juga ditinjau dari segi hukum yang berlaku.
Jadi, dalam hal seseorang mempunyai sebidang tanah atau hak atas tanah, maka orang tersebut
harus dapat menunjukkan suatu alat bukti, yaitu alat bukti yang menjadikan haknya, sertifikat.
Kemudian apabila telah dapat menunjukan alat bukti itu, orang tersebut diakui sebagai pemilik
atau yang berhak atas tanah, mengingat dasar-dasar pembuatan sertifikat sebagai tertera di atas.