Anda di halaman 1dari 4

Sejarah elips, parabola, dan lingkaran

Apollonius yang menjadi matematikawan lahir di Perga, Pamphylia yang sekarang dikenal
dengan sebutan Murtina atau Murtana, terletak di Antalya, Turki. Pada jaman itu, Perga adalah
pusat kebudayaan dan lokasi kuil Artemis, dewi alam.
Archimedes sudah mencetuskan nama parabola yang artinya bagian sudut kanan kerucut.
Apollonius (barangkali melanjutkan penamaan Archimedes) mengenalkan kata elips dan
hiperbola dalam kaitannya dengan kurva-kurva tersebut. Istilah “elips”, “parabola”, dan
“hiperbola” bukanlah penemuan Achimedes maupun Apollonius; mereka mengadaptasi kata dan
artinya dari para pengikut Pythagoras (pythagorean), dalam menyelesaikan persamaan-
persamaan kuadratik untuk aplikasi mencari luas. Elips berarti kurang atau tidak sempurna
digunakan untuk memberi nama apabila luas persegi panjang pada bidang yang diketahui
disetarakan dengan bagian garis tertentu yang diketahui hasilnya kurang. Hiperbola yang
artinya kelebihan dipakai apabila luas persegi panjang pada bidang yang diketahui disetarakan
dengan bagian garis tertentu yang diketahui hasilnya lebih. Parabola yang artinya di samping
atau pembanding) tidak mengindikasikan lebih atau kurang. Apollonius menggunakan ketiga
istilah di atas dalam konteks baru yaitu sebagai persamaan parabola dengan verteks pada titik
asal, (0,0), sistem Kartesian, adalah y² = lx (l = “latus rectum” atau parameter) sekarang diganti
dengan 2p atau bahkan 4p.
Geometer Yunani membagi kurva menjadi 3 kategori. Pertama, “plane loci” terdiri dari
garis lurus dan lingkaran; kedua, “solid loci” terdiri dari bagian/potongan kerucut; ketiga,
“liniear loci” gabungan antara garis dan bentuk bidang. Konsep parabola, hiperbola dan elips
banyak memberi sumbangan bagi astronomi modern.
Kemudian mengenai permasalahan penggandaan kuadrat 2x³ = y³ atau x³ = 2.
Problem yang tidak dapat dipecahkan terjadi karena sebuah legenda. Bangsa Athena,
menurut cerita, konsultasi dengan Orakel (tempat dibangun kuil dan dewa bersabda) sebelum
melakukan kampanye perang dan dijawab bahwa untuk mempertahankan kejayaan mereka harus
menggandakan lebar altar pemujaan terhadap Apolo (Anak Zeus yang dipercayai oleh ayahnya
untuk menyingkapkan keputusan-keputusan ayahhandanya untuk umat manusia), yang berbentuk
kubus. Mereka segera membuat altar dengan dua kali panjang, dua kali lebar dan dua kali
tinggi dibanding altar aslinya. Percaya bahwa mereka sudah memenuhi keinginan Oracle,
mereka dengan penuh percaya diri menuju perang – dan kalah. Ternyata, mereka membuat altar
delapan kali besarnya, bukan 2 kali.
Dalam sejarah Tiongkok banyak ahli matematika berupaya menghitung π. Sedangkan
hasil yang dicapai Zu Chongzhi pada abad ke-5 dapat dikatakan merupakan kemajuan dalam
penghitungan π. Zu Chongzhi lahir di kota Jiankang( kota Nanjing) pada tahun 429. sejak kecil
ia sangat cerdas dan suka pengetahuan di bidang matematika dan astronomi. Pada tahun 464
ketiga ia berumur 35 tahun, Zu Chengzhi mulai menghitung π.
Dalam kehidupan sehari-hari rakyat Tiongkok mengetahui bahwa panjang keliling
lingkaran sama dengan tiga kali libat lebih diameter lingkaran. Sebelum Zu Chongzhi, ahli
matematika Tiongkok Liu Hui mengajukan cara ilmiah untuk menghitungkan π, dengan panjang
keliling regular polygon dalam lingkaran untuk mendekati panjang keliling lingkaran yang asli.
Dengan cara ini Liu Hui telah menghitungkan π sampai 4 angka dibelakang koma. Sedangkan
melalui penelitian Zu Chongzhi, π telah dihitungkan sampai 7 angka di belakang koma yaitu
diantara 3.1415926 dengan 3.1415927, dan memperoleh nilai mirip π dalam bentuk bilangan
pecahan.
Untuk memperingati hasil Zu Chongzhi, ahli sejarah matematika di luar negeri pernah
mengusulkan menamakan π dengan tingkat Zu. Zu Chongzhi dan anaknya juga menyelesaikan
penghitungan volume bola. Prinsip matematika itu dinamakan prinsip Zu.
Sebelum abad ke-14, Tiongkok adalah negara yang relatif maju dalam bidang matematika.

HALAMAN KEDUA

IRISAN KERUCUT

Dalam matematika, irisan kerucut adalah lokus dari semua titik yang membentuk kurva
dua-dimensi, yang terbentuk oleh irisan sebuah kerucut dengan sebuah bidang. tiga jenis kurva
yang dapat terjadi adalah parabola, elips, dan hiperbola. Apollonius dari Perga adalah
matematikawan Yunani yang pertama mempelajari irisan kerucut secara sistematik pada awal
abad ke-2 SM. dalam memahami geometri irisan kerucut, sebuah kerucut dianggap memiliki dua
kulit yang membentang sampai tak berhingga di kedua arah. Sebuah generator adalah sebuah
garis yang dapat dibuat pada kulit kerucut, dan semua generator saling berpotongan di satu titik
yang disebut verteks kerucut. Jenis-jenis irisan kerucut yaitu, jika sebuah bidang mengiris
kerucut sejajar dengan satu dan hanya satu generator, maka irisannya adalah parabola.
Jika bidang pengiris sejajar dengan dua generator, maka irisannya akan memotong kedua
kulit dan membentuk sebuah hiperbola. Sebuah elips terjadi jika bidang pengiris tidak
sejajar dengan generator manapun. Lingkaran adalah kasus khusus dari elips, yang terbentuk
jika bidang pengiris memotong semua generator dan tegak lurus sumbu kerucut. Kasus-kasus
degenerasi terjadi jika bidang-bidang pengiris melalui verteks kerucut. Irisan-irisannya dapat
berupa titik, garis lurus, dan dua garis lurus yang saling berpotongan. Sebuah titik terjadi jika
bidang pengiris melalui verteks kerucut namun tidak memotong generator mana pun. Kasus ini
merupakan elips yang terdegenerasi. Jika bidang pengiris melalui verteks kerucut, dan hanya satu
generator, maka yang terjadi adalah sebuah garis lurus, dan merupakan parabola yang
terdegenerasi. Sebuah hiperbola terdegenerasi terjadi jika bidang pengiris melalui verteks
kerucut dan dua generator sehingga memberikan dua garis lurus yang saling berpotongan.

Secara geometri analitis, irisan kerucut dapat didefinisikan sebagai:


“tempat kedudukan titik-titik pada sebuah bidang, sedemikian sehingga jarak titik-titik tersebut
ke sebuah titik tetap F (yang disebut fokus) memiliki rasio yang konstan terhadap jarak titik-titik
tersebut ke sebuah garis tetap L (disebut direktriks) yang tidak mengandung F.”
1100 - Omar Khayyām "memberikan klasifikasi lengkap dari persamaan kubik dengan solusi
geometris ditemukan dengan cara memotong bagian kerucut . "Ia menjadi yang pertama
menemukan umum geometrik solusi dari persamaan kubik dan meletakkan dasar bagi
pengembangan geometri analitik dan non-Euclidean geometri . 340 SM- Aristaeus (Αρισταίος ο
Κορτωνιάτης) menulis Lima Buku tentang Bagian Conic.
Bagian Conic antara kurva tertua, dan merupakan salah satu subjek matematika tertua dipelajari
secara sistematis dan menyeluruh.
Para conics tampaknya telah ditemukan oleh Menaechmus (a, Yunani c.375-325 SM),
tutor untuk Alexander Agung. Mereka yang dikandung dalam upaya untuk mengatasi tiga
masalah konstruksi terkenal trisecting sudut, penggandaan kubus, dan mengkuadratkan
lingkaran. (Ini masalah bertahan sampai awal abad 19 ketika ditunjukkan bahwa tidak mungkin
untuk menyelesaikannya dengan bantuan hanya straightedge dan kompas a). Conics pertama
kali didefinisikan sebagai persimpangan:. sebuah kerucut lingkaran tegak dari berbagai sudut
simpul, sebuah pesawat tegak lurus terhadap unsur kerucut. Appollonius (c. 262-190 SM)
konsolidasi dan diperpanjang hasil sebelumnya conics menjadi Bagian monografi Conic, terdiri
dari delapan buku dengan 487 proposisi.
Appollonius adalah yang pertama untuk mendasarkan teori ketiga conics pada bagian
satu kerucut lingkaran, kanan atau miring. Dia juga yang memberikan nama elips, parabola, dan
hiperbola. Dalam Renaisans, hukum Kepler tentang gerak planet, Descarte dan Fermat koordinat
geometri, dan awal geometri proyektif dimulai oleh Desargues, La Hire, Pascal mendorong
conics ke tingkat tinggi.

HALAMAN TIGA

Anda mungkin juga menyukai