Anda di halaman 1dari 3

235 Ribu

Cuaca cerah mengiringi pagi hari itu, tidak panas namun juga tidak dingin, cahaya
matahari mampu memberi rasa hangat dipagi itu
‘Alhamdulillah Barakallah’.. Iwan mengucap dalam hati, bersyukur pada Allah SWT
sambil terus berjalan kaki dari kostnya menuju kantor yang tidak terlalu jauh,
menikmati suasana pagi sepanjang jalan
Seperti biasanya dikantor, rutinitas pagi dilaksanakan seperti brifing serta yel-yel
penyemangat tidak lupa dilakukan semua teman-teman, mendengarkan beberapa
arahan serta diskusi singkat antara atasan dan bawahan, diselingi candaan ringan
memberikan aura positif dipagi itu…. it’ s a good start
Beberapa tugas yang mesti dilakukan oleh bidangnya ataupun lintas bidang, membuat
Iwan langsung berkoordinasi dan komunikasi dengan rekan-rekannya. Membalas
chat-chat internal kantor, koordinasi dengan eksternal, mengecek administrasi
laporan dan semacamnya, dan lain sebagainya
‘Harus selesai hari ini, in syaa Allah, karena kalau tidak atau tertunda lagi, bisa
menumpuk nantinya’.…gumam Iwan.
Jam kerja mendekati waktu Dhuhur, teman-teman sementara sibuk bekerja, dan
seorang rekan kerja, Dewi, datang dan
“Pak, ada tamu yang mau ketemu, katanya dari BNN Propinsi’
‘Oke oke….eh, berapa orang tamunya ?’ balas Iwan
‘2 orang pak, sudah menunggu diruang tamu’ kata Dewi
‘Siaaaappp’ balas Iwan sambil memberi tanda oke dengan jari

Rekan dari BNN Propinsi menyampaikan maksud kedatangannya yang ternyata


menyampaikan undangan kegiatan rapat kerja berupa Program Pemberdayaan
Masyarakat Antinarkoba di Instansi Pemerintah. Tak lama setelah tamu tersebut
pulang, Iwan langsung menuju ke ruang atasan menyampaikan undangan tersebut
‘Assalamu alaikum…permisi pak, ini ada undangan rapat kerja dari BNN Propinsi’
kata Iwan sambil menyerahkan undangan itu
‘Minta tolong dihadiri Pak Iwan saja ya, saya ada kegiatan Forum Komunikasi hari
itu’ kata Pak Kurnia,
‘Baik pak, saya hubungi panitianya untuk konfirmasi kehadiran, terima kasih pak’,
balas Iwan
Tiga hari kemudian, Iwan pun berangkat menghadiri kegiatan tersebut. Kegiatan
berlangsung seharian penuh, sejak pagi hingga sore. Saat ingin beranjak pulang, tiba-
tiba salah seorang panitia memanggil
‘Pak, tolong tanda tangan serta terima honor kegiatan pak’ kata seorang Panitia
‘Terima uang honor ?’ kata Iwan, dan langsung terlintas satu kata, gratifikasi
‘Terima kasih bu, mohon maaf bu, kami tidak bisa terima karena khawatir gratifikasi’
tambah Iwan
‘Oh, tidak pak, ini bukan gratifikasi, sudah dianggarkan di anggaran kantor, silahkan
diterima pak’ balas seorang Panitia
Karena melihat situasi yang masih ramai dan khawatir menjadi pusat perhatian,
Iwan berkata ‘Hmm…baik bu’ balas Iwan, dan langsung berpikir, besok isi form
gratifikasi, lapor atasan dan lapor ke UPG (Unit Pengendalian Gratifikasi)

Esok harinya dikantor, Iwan langsung mengisi form gratifikasi, melengkapi dengan
foto dan surat kegiatan serta eviden honor, dan melaporkan ke atasan serta
melaporkan ke UPG Pusat melalui email. Iwan melihat amplop honor tersebut, tertulis
235 ribu, dicek fisiknya, pas sejumlah nilai itu.
‘Lumayan juga, bisa pakai traktir teman-teman’
‘Jangan, belum pasti punyamu itu’
‘Pakai saja, kalau pun nanti UPG putuskan bukan punyanya, diganti saja, gampang’
‘No, selama belum pasti, jangan pakai’
‘Edede..pakai saja, tidak apa-apa’
‘No…belum jelas statusnya’

Terasa lucu sekaligus hebat tapi juga berat, pergulatan baik dan buruk terus terjadi
dalam diri karena 235 ribu itu. Iwan teringat dakwah ustad, bahwa rejeki harus halal
supaya berkah karena nantinya akan digunakan untuk makan minum dan lainnya,
kalau tidak jelas apalagi haram, pertanggungjawabannya diakhirat nanti depan Allah
SWT, belum lagi doa tidak terkabul, amal tidak diterima, dll
‘Waduh, nanti gara-gara rejeki tidak jelas, bisa masuk neraka…dehh, bodoh
ku’…kata hati Iwan
‘Lagipula rejeki yang diterima dari kantor sudah lebih dari cukup, untuk yang satu
ini, tunggu saja hasilnya dari UPG Pusat. Kalau untukku, alhamdulillah…kalau bukan,
alhamdulillah juga’
Iwan mengingat rejeki dari kantor yang diterima atas pekerjaan/tugas yang teman-
teman laksanakan setiap hari. Tugas-tugas kantor yang sebenarnya untuk
masyarakat, untuk masyarakat yang membutuhkan. Kalau menolong masyarakat
tanpa tendensi apapun, sama juga dengan menolong diri kita sendiri, dan jadi amal
ibadah bagi kita nantinya dihari kemudian. Tiba-tiba terlintas wajah orang tua, dan
Iwan pun tersenyum ‘Aman pak, Aman bu, tidak akan sentuh uang ini sampai jelas’

Sebulan kemudian, sebuah email masuk ke email kantor, yang rupanya dari UPG
Kantor Pusat tentang balasan laporan gratifikasi tersebut. Iwan membaca
lampirannya, dan tertulis uang tersebut dapat menjadi miliknya. Iwan mengucap
syukur Alhamdulillah, karena akhirnya dana tersebut jelas juga statusnya
‘Wi, ini ada uang 235 ribu, beli cemilan dkk untuk teman-teman’ ucap Iwan
‘Dapat rejeki nomplok pak…siappp pak, eksekusi segera, memang lagi lapar dan
butuh yang segar-segar nih pak” canda Dewi

Hari pun beranjak sore, tiba saatnya pulang kantor, sambil berjalan pulang ke kost,
Iwan mengingat kembali kegiatan itu, uang honor, pelaporan gratifikasi, pergulatan
The Good and The Bad sampai dengan status akhirnya yang jelas.
Semua rejeki yang diterima dari pekerjaan, bila dilaksanakan dari hati, dengan niat
yang ikhlas dan suci untuk menolong sesama akan menjadi berkah bagi kita semua.
In syaa Allah, Allah SWT yang membalasnya, karena dialah sebaik-baiknya pemberi
balasan..aamin

Azan magrib pun terdengar….Iwan berucap, ‘Alhamdulillah’

Anda mungkin juga menyukai