Anda di halaman 1dari 18

Judul

Pelaksanaan Putusan Pengadilan Agama Tentang Pemenuhan Kewajiban

Nafkah bagi Anak di desa Larangan Badung kecamatan Palengaan kabupaten

Pamekasan

ABSTRAK
Mufarrohah, 2015, Pelaksanaan Putusan Pengadilan Agama Tentang
Pemenuhan Kewajiban Nafkah bagi Anak di desa Larangan Badung
Kecamatan Palengaan Kabupaten Pamekasan. Skripsi, Jurusan
Syariah, Program Studi Al-Ahwal Al-Syahshiyyah, Pembimbing Dra.
Hj. Siti Musawwamah. M. Hum.
Kata kunci : Pelaksanaan Putusan Pengadilan Agama, Pemenuhan, Nafkah anak
Persoalan dalam suatu keluarga ada yang bisa diselesaikan secara baik
dan bijaksana. Ada juga yang ada dalam suatu keluarga terkadang tidak dapat
diselesaikan dengan baik. Persoalan yang tidak dapat diselesaikan dengan baik
berkibat pada putusnya suatu perkawinan yaitu perceraian antara suami istri.
Masyarakat Larangan Badung terjadi kelalaian orang tua dalam memenuhi
kewajibannya dalam memberi nafkah kepada anaknya setelah terjadi perceraian
terutama kepada seorang bapak yang tidak memenuhi kebutuhannya anaknya.
Apabila sudah terjadi perceraian persoalan yang sering kali muncul adalah
penentuan siapakah yang lebih berhak mengasuh dan memelihara anak di
bawah umur. Penyelesaiannya menurut UUP maupun KHI adalah pemeliharaan
anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya,
pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada anak untuk
memilih diantara ayah atau ibunya sebagi pemegang hak pemeliharaannya dan
biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya. PA sering memutuskan bahwa
nafkah anak yang masih di bawah umur menjadi tanggung jawab bapaknya.
Dari kontek diatas ada tiga pembahasan yang menjadi kajian pokok dalam
penelitian ini. Pertama, Pelaksanaan putusan PA tentang pemenuhan kewajiban
nafkah bagi anak di Desa Larangan Badung Kecamatan Palengaan Kabupaten
Pamekasan Kedua, Kendala pelaksanaan putusan PA tentang pemenuhan
kewajiban nafkah bagi anak di Desa Larangan Badung Kecamatan Palengaan
Kabupaten Pamekasan, Ketiga, Pandangan hukum Islam mengenai pemenuhan
kewajiban nafkah bagi anak di Desa Larangan Badung Kecamatan Palengaan
Kabupaten Pamekasan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data
diskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat

1
diamati. Sedangkan Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumber data dalam penelitian ini
adalah para informan baik mantan isteri maupun mantan suami yang dapat
menjelaskan tentang pemenuhan nafkah bagi anak.

Hasil temuan ini menunjukkan bahwa: Pertama, pelaksanaan pemenuhan


kewajiban nafkah bagi anak di Desa Larangan Badung yaitu diberikan langsung
kepada anaknya atau ibunya, nafkah tidak setiap bulan diberikan, hanya setiap
hari raya idul fitrih bahkan ada yang tidak memberikan sama sekali dan nafkah
yang biberikan berupa baju, uang dan lain-lain. Kedua, kendala seorang bapak
melalaikan pemenuhan kewajiban nafkahbagi anak yaitu karena rasa kebencian yang
mendalam kepada mantan isteri, tidak mampu memberi nafkah, dan sikap isteri yang
tidak menghargai pemberian dari mantan suami kepada anaknya. Ketiga, mengenai
pandangan Hukum Islam pemeliharaan anak merupakan kewajiban yang tidak boleh
itinggalkan atau melalaikannya karena merupakan dosa baik bapak maupun ibu yang
utuh maupun yang sudah bercerai, meskipun masyarakat mengetahui bahwa dalam
UUP maupun KHI yang mengatur tentang hal itu akan tetapi masyarakat
Larangan Badung melalaikan kewajibannya dalam memberi nafkah.
Latar Belakang

Apabila sudah terjadi perceraian antara suami istri persoalan yang sering kali

muncul adalah penentuan siapakah yang lebih berhak mengasuh dan

memelihara anak di bawah umur itu. Penyelesaiannya yang pertama, adalah

pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah

hak ibunya. Kedua, pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan

kepada anak untuk memilih diantara ayah atau ibunya sebagi pemegang hak

pemeliharaannya. Ketiga, biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya. 1 Begitu

juga yang sering diputusakan oleh Pengadilan Agama (PA) bahwa nafkah anak

yang masih di bawah umur menjadi tanggung jawab bapaknya.

Pada realitanya berdasarkan penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti,

fenomena yang terjadi khususnya yang ada di desa Larangan Badung

1
Kompilasi Hukum Islam Di Lengkapi Undang-Undang Perkawinan, hlm. 32

2
Kecamatan Palengaan Kabupaten Pamekasan, pihak mantan suami, enggan

menjalankan putusan pengadilan, justru pihak suami merasa bebas ketika

putusan dibacakan di depan sidang pengadilan. Keputusan PA Pamekasan yang

sudah ditetapkan harus dipatuhi dan dijalankan oleh semua pihak yang

bersangkutan. Artinya putusan hakim itu memiliki kekuatan eksekutorial, yaitu

kekuatan untuk dilaksanakannya apa yang ditetapkan oleh putusan itu secara

paksa oleh alat-alat negara. Oleh sebab itulah muncul persoalan baru mengenai

pelaksanaan putusan pengadilan terkait dengan nafkah bagi anak.

Putusan pengadilan itu berlaku sampai kedua belah pihak tidak

mempunyai tanggungan terhadap si anak dibawah umur dan berlaku bagi

seorang bapak jika sudah bercerai maka bapak wajib untuk memberi nafkah

kepada si anak di bawah umur yang belum mumayyiz (belum mengerti

kemaslahatan dirinya). Apabila si anak di bawah umur sudah mengerti,

hendaklah diselidiki oleh seorang yang berwenang, siapakah di antara keduanya

(ibu dan bapak) yang lebih baik dan lebih pandai untuk mendidik anak di

bawah umur itu, maka si anak di bawah umur hendaklah diserahkan kepada

yang lebih cakap untuk mengatur kemaslahatan anak dibawah umur itu. Atas

dasar Itulah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang

“Pelaksanaan Putusan Pengadilan Agama tentang Pemenuhan Kewajiban

Nafkah Bagi Anak di desa Larangan Badung kecamatan Palengaan kabupaten

Pamekasan”.

3
Fokus Penelitian

Dari uraian konteks penelitian tersebut, fokus penelitian dalam penelitian

ini dapat dirumuskan sebagai beikut:

1. Bagaimana pelaksanaan putusan PA tentang pemenuhan kewajiban

nafkah bagi anak di desa Larangan Badung kecamatan Palengaan

kabupaten Pamekasan?

2. Apa kendala pelaksanaan putusan PA tentang pemenuhan kewajiban

nafkah bagi anak terpenuhi di desa Larangan Badung kecamatan

Palengaan kabupaten Pamekasan?

3. Bagaimana pandangan hukum Islam mengenai pelaksanaan putusan PA

tentang pemenuhan kewajiban nafkah bagi anak di desa Larangan Badung

kecamatan Palengaan kabupaten Pamekasan?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini, berdasarkan fokus di atas adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mendiskripsikan pelaksanaan putusan PA tentang pemenuhan

kewajiban nafkah bagi anak di desa Larangan Badung kecamatan

Palengaan kabupaten Pamekasan.

2. Untuk mengungkapkan kendala pelaksanaan putusan PA tentang

pemenuhan kewajiban nafkah bagi anak di desa Larangan Badung

kecamatan Palengaan kabupaten Pamekasan.

4
3. Untuk mendiskripsikan pandangan hukum Islam mengenai pelaksanaan

putusan PA tentang pemenuhan kewajiban nafkah bagi anak di desa

Larangan Badung kecamatan Palengaan kabupaten Pameksan.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi pengelola perpustakaan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

(STAIN) Pamekasan, hasil dari penelitian ini diharapkan mampu

memberi kontribusi pemikiran, yang nantinya berupa bahan refrensi

dalam mengembangkan inovasi pada dunia pendidikan terlebih dalam

perkembangan saat ini.

2. Bagi pemerhati hukum Islam, hasil penelitian ini diharapkan menjadi

bahan tambahan pengalaman dan pengetahuan berharga tentang

pelaksanaan putusan PA tentang pemenuhan kewajiban nafkah bagi anak

di desa Larangan Badung.

4. Bagi masyarakat desa Larangan Badung kecamatan Palengaan kabupaten

Pameksan yaitu untuk informasi penting agar masyarakat memahami

terhadap pemenuhan kewajiban nafkah bagi anak dapat berjalan sesuai

dengan ketentuan syari’ah yang ada supaya tidak ada anak yang terlantar

sebagai akibat dari kelalaian terhadap kewajiban memberi nafkah bagi

anak.

Definisi Istilah

1. Putusan PA adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang yang

merupakan hasil atau kesimpulan dari suatu perkara yang telah

5
dipertimbangkan dengan masak-masak yang dapat berbentuk putusan

tertulis maupun lisan.

2. Pemenuhan Kewajiban adalah tindakan melaksanakan sesuatu yang

merupakan milik atau di miliki seseorang yang diperolehnya dan yang

wajib dilakukan oleh seseorang.

3. Nafkah anak adalah belanja untuk hidup sehari-hari karena orang tua

mempunyai kewajiban untuk memberi biaya sekolah, biaya hidup dan

pakaian sampai ia dewasa.

Kajian Pustaka

Hadhonah (Pemeliharaan anak)

Hadhonah (pemeliharaan anak) disebut dengan ‘‘Al Hadhinah” yang

merupakan Masdar dari kata ’’al hadhanah’’ yang berarti mengasuh atau

memelihara bayi (hadhonah as shabiyya). Dalam pengertian istilah, hadhonah

adalah pemeliharaan anak yang belum mampu berdiri sendiri, biaya

pendidikannya dan pemeliharannya dari segala yang membahayakan jiwanya.

Akibat Hukum Putusya Perceraian Terhadap Anak

Keberadaan anak bagi keluarga juga menjadi suatu hal yang terpenting dalam

keutuhan rumah tangga antara suami isteri yang telah melakukan ikatan

pernikahan. Maka akibat adanya perkawinan tidak lepas juga tanggung jawab

suami-isteri untuk memperhatikan dan merawat anak tersebut hingga dewasa.

Sehingga dalam hal tanggung jawab untuk memelihara anak ialah orang tuanya,

baik kedua orang tuanya masih hidup rukun atau terjadi perceraian. Jika

pemeliharaan anak setelah terjadi perceraian dilakukan oleh ibu, maka tanggung

6
jawab biaya pemeliharaan anak tetap menjadi tanggung jawab ayahnya.

Tanggung jawab terhadap anak bila terjadi perceraian. Pemeliharaan itu pada

dasarnya menjadi tanggung jawab keduanya, pemeliharaan anak meliputi

berbagai hal diantaranya meliputi masalah ekonomi, pendidikan dan segala

sesuatu yang menjadi kebutuhan pokok anak karena terjadi perceraian maka

hanya dibatasi terhadap keduanya, maka bagi suami hanya dapat memberikan

nafkah terhadap anak di bawah asuhan isteri secara berlanjut. Adapun dalam

KHI pasal 156 (d) dengan jelas bahwa semua biaya hadhonah dan nafkah anak

menjadi tanggung jawab ayah menurut kemampuanya, sekurang-kurangnya

sampai anak tersebut dapat mengurus sendiri (21 tahun).2

Pelaksanaan Putusan Hakim.

Pihak-pihak yang berperkara menyerahkan perkara-perkaranya kepada

pengadilan tiada lain tujuannnya adalah untuk menyelesaikan perkara mereka

secara tuntas dengan putusan pengadilan. Adanya putusan pengadilan bukan

berarti sudah menyelesaikan perkara secara tuntas, akan tetapi perkara akan

dianggap selesai apabila ada pelaksanaan putusan atau eksekusi. Dalam artian

pencari keadilan mempunyai tujuan akhir, yaitu agar segala hak-haknya yang

dirugikan oleh pihak lain dapat dipulihkan melalui putusan pengadilan/hakim.

Dalam mengajukan gugatan kepengadilan orang bermaksud mendapatkan

haknya, memperoleh kepastian hukum dan mengharapkan manfaat dari putusan

pengadilan yang mengabulkan gugatannya, selanjutnya agar dapat dipenuhi

hak-hak seperti tertera dalam putusan pengadilan yang mengabulkan gugatan

2
Kompilasi Hukum Islam, hlm. 48

7
tersebut, perlu tindak lanjut yang dikenal dengan permohonan pelaksanaan

putusan (eksekusi). Eksekusi adalah pelaksanaan suatu putusan yang sudah

tidak dapat dirubah lagi itu, ditaati secara sukarela oleh pihak yang bersengketa.

Jadi dalam makna perkataan eksekusi sudah mengandung arti pihak yang kalah

(tergugat), mau tidak mau harus mentaati putusan Hakim secara sukarela,

sehingga putusan itu harus dipaksakan kepadanya.3

Pengertian yang terakhir ini mendasarkan bahwa pengadilan agama sebagai

salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman dapat melaksanakan seagala putusan

yang di jatuhkan secara mandiri tanpa harus melalui bantuan pengadilan negeri.

Hal ini berlaku setelah ditetapkannya UU No. 7/1989. Dan sebagai akibat dari

ketentuan UU Peradilan Agama diatas adalah:

1. Ketentuan tentang eksekutoir verklaring dang pengukuhan oleh

pengadilan negeri dihapuskan

2. Pada setiap pengadilan agama diadakan juru sita untuk dapat

melaksanakan putusan-putusannya.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat diketahui bahwa pelaksanaan putusan

hakim (eksekusi) dapat secara sukarela, atau secara paksa dengan menggunakan

alat negara, apabila pihak terhukum tidak mau melaksanakan secara sukarela.

Semua keputusan pengadilan mempunyai kekuatan eksekutorial, yaitu kekuatan

untuk dilaksanakan secara paksa oleh alat-alat negara. Keputusan pengadilan

bersifat seksekutorial adalah karena pada bagian kepala keputusannya berbunyi

3
Subekti, Hukum Acara Perdata, (Bandung: Bina Cipta, 1989), hlm. 130

8
“Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. 4 Putusan hakim

yang dapat dieksekusi adalah: Putusan hakim yang bersifat kondemnatoir,

Putusan hakim yang bersifat deklaratoir, Putusan hakim yang bersifat

kontistutif.

Metode Penelitian

Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif,

pendekatan kualitatif menjadi pilihan karena pendekatan merupakan proses

penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang dan perilaku yang dapat diamati.5 Pendekatan kualitatif cenderung

mendasarkan kepada usaha mengungkapkan dan memformulasikan data

lapangan dalam bentuk ferbal (kata-kata) semaksimal mungkin, utuh, serta

menggambarkan realitas yang sebenarnya. Sedangkan jenis penelitian yang

digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu

metode yang memandu peneliti untuk mengeksplorasikan situasi sosial yang

akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam.

Kehadiran Peneliti

Peneliti bertindak sebagai intrumen kunci sekaligus pengumpulan data. Dalam

penelitian kualitatif, Kehadiaran peneliti di lapangan merupakan suatu

keharusan dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti sudah menjadi sifat

dari penelitian tersebut bahwa kehadiran peneliti ini penting untuk memperoleh

4
Eka Susilawati, Buku Ajar: Hukum Acara Perdata, (Pamekasan: STAIN Pamekasan, Press, 2006)
hlm. 68
5
Lexi J. Meleong, Metode Penelitian Kualittatif, ( Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), hlm. 4

9
seperangkat data, informasi, dan dukumentasi yang dibutuhkan oleh peneliti

sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Desa Larangan Badung

Kecamatan Palengaan Kabupaten Pamekasan. Masyarakat di desa Larangan

Badung ini terajdi kelalaian orang tua dalam memenuhi kewajibannya dalam

memberi nafkah kepada anaknya setelah terjadi perceraian terutama kepada

seorang bapak yang tidak memenuhi kebutuhan anaknya. data.

Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata atau tindakan,

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain 6. Sumber data

langsung dalam penelitian kualitataif adalah lingkungan ilmiah. Sumber data

menjadi dua bagian yaitu, sumber data primer dan sumber data sekunder.

Prosedur Pengumpulan Data

Wawancara

Wawancara adalah alat pengumpulan informasi dengan cara mengajukan

sejumlah pertanyaaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.7 Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancara tidak berstruktur.

Observasi

Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengamati dan mencatat secara sistematik segala yang diselidiki. Jenis

6
Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, hlm 157
7
Margono, Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 165

10
observasi yang digunakan peneliti adalah observasi berperan serta pasif. Dalam

hal ini peneliti berada dilokasi penelitian sebagai seorang mahasiswa yang

sedang melakukan penelitian. Jadi, dalam hal ini penelitian ini peneliti turut

berperan dan ambil bagian meskipun dalam peneliti ini hal ini hanyalah sebagai

pengamat saja. Peneliti tidak akan melakukan interfensi, termasuk di dalamnya

adalah melarang, menasehati, apalagi merubah, atau yang sejenisnya. Selain itu,

observasi dilakukan oleh peneliti termasuk observasi terbuka, yaitu pengamatan

terbuka (penelitian) secara terbuka dan diketahui oleh subyek penelitian.

Dokumentasi

Dokumentsi adalah cara pengumpulan data dengan mencatat data yang sudah

ada. Diantara sekian banyak kegiatan dalam mencari data mengenai segala hal

yang terkait dengan penelitian, maka data atau variabel dokemntasi tersebut

dapat berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah prasasti, notulen

rapat, legger, agenda, dan sebagainya,8 sehingga dalam pengertian yang luas

dokumentasi dapat dikaitkan dengan segala hal yang telah ada dan tersebar di

lokasi penelitian.

Analisis Data

Analisis data merupakan suatu tahapan yang dilakukan dalam sebuah

penelitian. Analisis data akan dapat dilakukan setelah seperangkat data dan

informasi serta dokumentasi diperoleh oleh peneliti melalui beberapa teknik

penelitian. Kesimpulan data yang diperoleh dari lokasi penelitian tersebut

dianalisis secara teliti dan seksama dengan menggunakan diskripsi analisa


8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, hlm. 274

11
eksploratif. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tesedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah

dituliskan dalam bentuk catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi,

gambar, foto dan lain sebagainya.9 Dengan demikain maka analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data non statistik, sehingga

dengan demikian peneliti akan mudah untuk melakukan tahap-tahap analisis.

Tahap analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah checking organizing.

Pengecekan Keabsahan Data

Dalam mengecek keabsahan data yang diperoleh dari lokasi penelitian, peneliti

telah melakukan observasi ulang tentang adanya kasus perkara pemenuhan

kewajiban nafkah bagi anak tersebut. Untuk menguji keabsahan temuan dari

data-data yang telah dikumpulkan melalui teknik wawancara, observasi, maka

dapat dilakukan dengan beberapa cara atau langkah. Teknik yang digunakan

oleh peneliti untuk melakukan pengecekan keabsahan temuan tersebut antara

lain dilakukan dengan perpanjangan kehadiran peneliti, observasi yang lebih

mendalam, serta trianggulasi (menggunakan beberapa sumber).

Tahap-Tahap Penelitian

Agar suatu penelitian dapat dilakukan dengan baik dan teratur, maka perlu

dilkukan pentahapan dalam proses penelitian, adapun tahap-tahap dilakukan

dalam penelitian ini adalah: Pertama, tahap pra lapangan. Kedua, tahap

9
Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, hlm. 247

12
pekerjaan lapangan. Ketiga, tahapan analisis data; Keempat, tahap penulisan

laporan.

Hasil Dan Pembahasan

Setelah peneliti melakukan penelitian dengan pengumpulan data dan kemudian

memaparkannya sesuai dengan yang diperoleh di lapangan. Rumusan masalah

dan rincian tersebut mengacu pada fokus masalah.

Pelaksanaan pemenuhan kewajiban nafkah bagi anak yang terjadi di desa

Larangan Badung kecamatan Palengaan kabupaten Pamekasan, yaitu dalam

memenuhi kewajibannnya untuk memberi nafkah bagi anak masyarakat kurang

memperhatikan bahkan masyarakat melalaikan kewajibannya. Walaupun ada

salah satu dari mantan suami yang memberikan uang, namun itu hanya

sekedarnya saja dan hanya cukup untuk uang jajan. Ada juga sebagian mantan

suami membelikan baju untuk anaknya pada waktu hari lebaran saja. Dalam

kehidupan rumah tangga, seharusnya antara mantan suami isteri bisa

melaksanakan semua hak dan kewajiban yang memang wajib dilaksanakan oleh

mereka. Diataranya kewajiban yang tidak dilaksanakan oleh mantan suami ialah

dengan tidak memenuhi nafkah bagi anak, padahal memenuhi kewajiban nafkah

bagi anak adalah kewajiban mantan suami, walaupun mantan isteri

diperbolehkan untuk membantunya, tapi semestinya hal tesebut tidak dilalaikan

demi kebaikan kehidupan seorang anak, baik dalam hal kebutuhan pokok

hidupnya dan yang terpenting pendidikannya, namun yang terjadi akibat dari

kelalaian orang tuanya anak menjadi terlantar karena kurang kasih sayang dan

didikan orang tuanya. Dengan demikian masyarakat Larangan Badung dapat

13
dinilai kurang konsisten dan kurang mengamalkan ilmu yang di dapat. Apabila

terjadi perceraian antara kedua orang tua maka bersama siapapun dia tinggal

dan diasuh, yang mempunyai kewajiban memberi nafkah anaknya adalah

seorang bapak, baik dalam hukum agama maupun hukum positif. Biaya

mengasuh anak harus ditanggung oleh ayah, karena termasuk kewajiban yang

harus dicukupi seperti nafkah.

Adapun kendala pelaksanaaan putusan PA tentang pemenuhan kewajiban

nafkah bagi anak berdasarkan Nomor: 993/Pdt.G/2015/PA.Pmk bahwa seorang

mantan suami tidak mampu untuk memberi nafkah kepada anaknya, dan ada

juga karena sikap yang tidak menghargai dari mantan isteri terhadap pemberian

seorang bapak kepada anakya dan mempunyai kebencian yang mendalam

terhadap mantan isteri, apalagi seorang ibu yang bekerja dan meninggalkan

anaknya karena alasan seorang bapak melalaikan nafkah terhadap anaknya

tindakan seperti itu tidak sesuai dengan hukum Islam maupun UUP/KHI,

karena bagaimanapun yang terjadi seorang anak berhak atas pengasuhan yang

baik oleh kedua orang tua.

Walaupun sudah cukup jelas dalam ajaran Islam bahwa biaya

pemeliharaan anak menjadi tanggung jawab sepenuhnya bapak namun

masyarakat Larangan Badung tetap melalaikannya. Masyarakat mengetahui

langsung dalam UUP dan KHI yang mengatur tentang hal itu akan tetapi isi dari

pada UUP maupun KHI itu adalah serapan dari ajaran inti agama Islam yaitu

Al-quran dan Hadits. Dan tentunya sebagai masyarakat yang salah satu

masyarakat menyebutkan alam santri itu merupakan ajaran pokok.

14
Kelalaian yang terjadi pada masyarakat Larangan Badung terhadap

pemenuhan kaewajiban nafkah bagi anak disebabkan karena masyarakat

Larangan Badung kurang memahami atau tidak mengerti tentang kewajibannya.

Alasan apapun yang dialihkan masyarakat Larangan Badung di dalam

kelalaiannya terhadap nafkah anak sesuai dengan hukum Islam dan Undang-

undang yang mengaturnya tidak dapat dibenarkan kecuali alasan seorang bapak

tidak mampu dan atas kesabaran dan sikap menerimanya seorang ibu yang tidak

menafkahi anaknya adalah suatu yang dianjurkan dalam Islam karena alasan

tidak mau memperpanjang percekcokan dan tidak ingin menambah masalah

agar keutuhan dau keluarga antara mantan suami isteri tetap terjaga demi

kemaslahatan bersama.

Kesimpulan Dan Saran

Kesimpulan

Dalam masalah pelaksanaan putusan PA tentang pemenuhan kewajiban nafkah

bagi anak di desa Larangan Badung berbeda-beda caranya, diantaranya adalah

sebagai berikut:

Seorang mantan suami langsung memberikan uang kepada mantan isteri untuk

membelanjakan kebutuhan anaknya berupa pakaian, makanan dan alat sekolah

bagi anak yang masih duduk di bangku sekolah dan ada yang tidak melalui

ibunya, mungkin kurang percaya terhadap mantan isteri, seorang bapak

memberikannya uang kepada mertuanya yang tinggal bersama anaknya.

15
Selain cara yang di atas, ada seorang anak disuruh minta pergi kerumah

bapaknya dan cara tersebut tentuya bagi anak yang sudah baligh dan memilih

untuk tinggal bersama ibunya. Kemudian ada juga bapaknya sendiri

mengantarkan dan umumnya pada masyarakat Larangan Badung setiap hari-

hari besar agama Islam biasanya dikasih beras dan baju baru untuk anaknya.

Tidak selamanya yang diberikan kepada anaknya berupa uang, yang banyak

dilakukan oleh masyarakat Larangan Badung adalah apa yang sedang

dibutuhkan oleh anaknya tersebut.

Dalam masalah kendala pelaksanaan putusan PA tentang pemenuhan kewajiban

nafkah bagi anak di desa Larangan Badung bermacam-macam alasan dan di

antaranya adalah sebagai berikut:

Ada yang mempunyai alasan kebencian terhadap mantan suami yang dipicu

masalah perceraian sehingga bapak bersikap cuek dan tidak memberi nafkah

tehadap anaknya. Adapun sikap tidak menghargai dari mantan isteri tehadap

pemberian dari bapak kepada anaknya, sehingga muncul rasa malu untuk

memberikannya lagi. Alasan lain seorang bapak menjadi lalai terhadap

tanggung jawab untuk memberikan nafkah kepada anaknya, karena pada

umumnya masyarakat Larangan Badung adalah pekerjaannya tani jadi

pekerjaannya bisa tidak mencukupi untuk menafkahi anaknya, apalagi bapak

tersebut kawin lagi tentunya mempunyai keluarga baru yang tinggal

bersamanya dan bapak tersebut harus memberi nafkah, pastinya bapak lebih

mengutamakan kebutuhan pribadi dan keluarga yang menjadi tanggung

16
jawabnya dari pada anak yang tinggal bersama ibunya karena lebih

membutuhkannya.

Dalam masalah pandangan hukum Islam mengenai pemenuhan kewajiban

nafkah bagi anak di Desa Larangan Badung Kecamatan Palengaan Kabupaten

Pamekasan.

Di dalam hukum Islam telah ditetapkan kewajiban orang tua untuk menafkahi

anaknya, dan hal ini merupakan perkara yang wajib dan tidak boleh

ditinggalkan atau melalaikan kewajibannya karena hal itu merupakan dosa, baik

bapak maupun ibu yang utuh ataupun yang sudah bercerai, tetapi bapaklah yang

betanggung jawab atas nafkah anaknya. Akan teapi yang terjadi tidak sesuai

dengan hukum Islam pemberian nafkah yang seharusnya diberikan oleh suami,

ternyata bapak malah melalaikan kewajibannya dan isteri ikut mencari nafkah

untuk anaknya.

Saran

1. Hendaknya perpustakaam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)

Pamekasan khususnya kapada jurusan Syariah berperan memberikan

penyuluhan kepada masyarakat yang kurang memahami hukum Islam.

2. Hendaknya bagi para pemerhati hukum Islam menyadari bahwa sebenarnya

dalam hukum Islam mengajarkan keadilan dan tanggung jawab dalam

pemenuhan kewajiban nafkah bagi anak.

3. Hendaknya bagi masyarakat mampu mengkaji dan menerapkan ajaran-

ajaran serta Undang-undang yang mengatur tentang pemenuhan kewajiban

nafkah bagi anak.

17
Daftar Rujukan

Abdul Manan, Penetapan Hukum Acara Perdata, Dilingkungan Peradilan

Agama. Jakarta: Kencana, 2006

Abdul Muchith Muzadi, Fiqih Perempuan Praktis. Surabaya: Khalista, 2005

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih. Jakarta: Kencana, Cet, II, 2003

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan islam Di Indonesia; Antara Fiqih Dan

Undang-Undang Perkawianan. Jakarta: Kencana, cet. III, 2006

Eka Susilawati, Buku Ajar: Hukum Acara Perdata. Pamekasan: STAIN

Pamekasan, Press, 2006

Kompilasi Hukum Islam Di Lengkapi Undang-Undang Perkawina, Jakarta:

Permata Press. 2003

Lexi J. Meleong, Metode Penelitian Kualittatif. Bandung: Remaja Rosda

Karya, 2008

M. Margono, Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010

Sayid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 3, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006

Subekti, Hukum Acara Perdata. Bandung: Bina Cipta, 1989

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta, 2006

18

Anda mungkin juga menyukai

  • ARTIKEL
    ARTIKEL
    Dokumen26 halaman
    ARTIKEL
    amir jauzi
    Belum ada peringkat
  • ABSTRAK
    ABSTRAK
    Dokumen1 halaman
    ABSTRAK
    amir jauzi
    Belum ada peringkat
  • ABSTRAK
    ABSTRAK
    Dokumen2 halaman
    ABSTRAK
    amir jauzi
    Belum ada peringkat
  • ARTIKEL
    ARTIKEL
    Dokumen20 halaman
    ARTIKEL
    amir jauzi
    Belum ada peringkat
  • ABSTRAK
    ABSTRAK
    Dokumen2 halaman
    ABSTRAK
    amir jauzi
    Belum ada peringkat
  • Surat Lamaran
    Surat Lamaran
    Dokumen1 halaman
    Surat Lamaran
    amir jauzi
    Belum ada peringkat
  • Undangan Setengah Folio
    Undangan Setengah Folio
    Dokumen1 halaman
    Undangan Setengah Folio
    amir jauzi
    Belum ada peringkat