Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS VEGETASI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah: Ekologi Tumbuhan

Dosen Pengampu :
Enni Halimatussa’diyah, M. Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok VIII
Sem. V/T.BIO 2

Fany Erlangga Saragih (0310212042)


Muhammad Fazil Mawla Lubis (0310212027)
Putri Rizq Achyari (0310212032)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUMATERA UTARA
MEDAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang atas segala ridho-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa semester lima mata
kuliah Ekologi Tumbuhan Prodi Tadris Biologi Fakultas Ilmu Tadris dan
Keguruan UIN Sumatera Utara yang berisis tentang Analisis Vegetasi.
Sebuah kesempurnaan tentunya sulit ditemukan, kami selaku penyusun
makalah ini tentunya tak luput dari kesalahan, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang dapat memotivasi menuju ke arah perbaikan.
Ucapan terimakasih dan penghargaan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan berkontribusi dalam pelaksanaan kegiatan ini. Kami mohon maaf
atas segala kekurangan dan kesalahan.

Medan, 20 November 2023


Penulis

Kelompok VIII

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Pengertian Analisis Vegetasi........................................................................ 3
B. Komponen-Komponen Tumbuhan Penyusun Vegetasi ............................... 5
C. Metode Analisis Vegetasi ............................................................................ 7
D. Langkah Kerja Analisis Vegetasi ................................................................. 9
E. Parameter Dalam Analisis Vegetasi ........................................................... 11
F. Ayat Al-qur’an Tentang Vegetasi .............................................................. 14
BAB III ................................................................................................................. 15
PENUTUP ............................................................................................................. 15
A. Kesimpulan ................................................................................................ 15
B. Saran ........................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Vegetasi didefinisikan sebagai mosaik komunitas tumbuhan dalam
landskap dan vegetasi alami diartikan sebagai vegetasi yang terdapat dalam
landskap yang belum dipengaruhi oleh manusia. Ilmu vegetasi sudah dimulai
hampir tiga abad yang lalu. Mula-mula kegiatan utama yang dilakukan lebih
diarahkan pada diskripsi dari tentang alam dan vegetasinya. Dalam
mendiskripsikan suatu vegetasi haruslah dimulai dari suatu titik pandang bahwa
vegetasi merupakan suatu pengelompokan dan tumbuh-tumbuhan yang
hidup bersama bersama dalam suatu terutama terutama yang mungkin mungkin
dikarakterisasi dikarakterisasi baik oleh spesies spesies sebagai komponenya.
Maupun oleh kombinasi dan struktur sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi
gambaran vegetasi secara umum atau fungsional. Dalam ilmu vegetasi telah
dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis dan juga sintesis sehingga
akan membantu dan mendiskripsikan suatu vegetasi sesuai dengan kemajuan
dalam bidang-bidang pengetahuan.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat
tumbuhtumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi
dan penutupan penutupan tajuk. Untuk keperluan keperluan analisis analisis
vegetasi vegetasi diperlukan diperlukan data-data data-data jenis, diameter dan
tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan
tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang
struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.
Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode
Berpetak (Teknik sampling kuadrat: petak tunggal atau ganda, Metode Jalur,
Metode Garis Berpetak) dan Metode Tanpa Petak (Metode berpasangan acak,
Titik pusat kwadran, Metode titik sentuh, Metode garis sentuh, Metode Bitterlich).

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka fokus pembahasan dalam
makalah ini adalah:
1. Apa Pengertian analisis vegetasi?
2. Apa saja komponen-komponen tumbuhan penyusun suatu vegetasi?
3. Bagaimana metode analisis vegetasi?
4. Bagaimana langkah kerja analisis vegetasi?
5. Bagaimana parameter dalam analisis vegetasi?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas maka maksud dan tujuan dari penulisan
makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian analisis vegetasi.
2. Untuk mengetahui komponen-komponen tumbuhan penyusun suatu
vegetasi.
3. Untuk mengetahui metode analisis vegetasi.
4. Untuk mengetahui langkah kerja analisis vegetasi.
5. Untuk mengetahui parameter dalam analisis vegetasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisis Vegetasi


Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama
individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya
sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono,
1977).
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat
mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda
dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya.
Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai
dengan keadaan habitatnya.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-
tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan
penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis,
diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun hutan
tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang
struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.
Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi
dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam
suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau
areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda; (2) menduga tentang
keragaman jenis dalam suatu areal; (3) melakukan korelasi antara perbedaan
vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan
(Ewusie, 1990).
Ada dua fase dalam kajian vegetasi ini, yaitu mendiskripsikan dan
menganalisa, yang masing-masing menghasilkan berbagi konsep pendekatan yang
berlainan. Metode manapun yang dipilih yang penting adalah harus disesuaikan

3
dengan tujuan kajian, luas atau sempitnya yang ingin diungkapkan, keahlian
dalam bidang botani dari pelaksana (dalam hal ini adalah pengetahuan dalam
sistimatik) dan variasi vegetasi secara alami itu sendiri.
Vegetasi merupakan keseluruhan tumbuhan dari suatu area,
vegetasi berfungsi berfungsi sebagai sebagai area penutup penutup lahan.
Penutupan Penutupan oleh vegetasi vegetasi memberi memberi
efek positif positif bagi daerah tersebut, tersebut, penutup penutup lahan
nantinya nantinya akan mengurangi mengurangi aliran permukaan, mencegah
erosi tanah dan ban permukaan, mencegah erosi tanah dan banjir, serta jir, serta
menjaga suhu tanah dan daerah sekitar. Persebaran vegetasi dapat dipengaruhi
oleh kondisi fisik lahan yang ada, diantaranya adalah kondisi topografi lahan
(Indriyanto, 2006).
Analisis Vegetasi adalah suatu analisis dalam Ekologi tumbuhan
yang berguna berguna untuk mengetahui mengetahui berbagai berbagai jenis
vegetasi vegetasi dalam suatu komunitas komunitas atau populasi populasi
tumbuhan tumbuhan yang berkembang berkembang dalam skala waktu dan ruang.
Selain itu dengan melakukan analisis vegetasi, dapat diketahui keadaan vegetasi
tumbuhan dimasa sekarang dan dapat menduga-duga kemungkinan perkembangan
dimasa depan. Para pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu
komponen dari ekosistem yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-
kondisi faktor lingkungan dan sejarah dari faktor-faktor itu dalam suatu bentuk
yang mudah diukur dan nyata. Dengan demikian, analisis begetasi secara hati-hati
dipakai sebagai alat untuk memperlihatkan informasi yang berguna tentang
komponenkomponen lainnya dari suatu ekosistem (Syafei, 1990).
Menurut Kaninde dkk (2011), struktur vegetasi dapat didefinisikan sebagai
organisasi individu-individu tumbuhan dalam ruang yang membentuk tegakan dan
secara lebih luas membentuk tipe vegetasi atau asosiasi tumbuhan. Kershaw
dalam Kaninde dkk (2011) menambahkan bahwa bentuk vegetasi dibatasi oleh
tiga komponen pokok, yaitu : (1) stratifikasi yang merupakan lapisan penyusun
vegetasi (strata) yang dapat terdiri dari pohon, tiang, perdu, sapihan, semai, dan
herba (2) sebaran h sebaran horizontal orizontal dari jenis penyusun penyusun
vegetasi vegetasi tersebut y tersebut yang menggambarkan kedudukan antar

4
individu (3) banyaknya individu (abundance) dari jenis penyusun vegetasi
tertentu. Indriyanto (2006) mempunyai pendapat berberda berberda mengenai
mengenai stratifikasi. stratifikasi. Menurutnya s Menurutnya stratifikasi tratifikasi
tumbuhan diba tumbuhan dibagi menjadi menjadi 4 yaitu (a) semai yang
merupakan anakan pohon mulai kecambah sampai setinggi < 1,5 meter (b)
pancang yang merupakan anakan pohon yang tingginya 1,5 meter dan diameter <
7 cm (c) tiang yang merupakan pohon muda dengan diameter 7 cm sampai 20 cm
(d) pohon yang merupakan pohon dewasa berdiameter 20 cm. Selanjutnya,
Selanjutnya, Kershaw dalam Kaninde dkk (2011) mengatakan bahwa penguasaan
suatu jenis terhadap spesies lainmya ditentukan berdasarkan berdasarkan Indeks
Nilai Penting Penting (INP), yang merupakan merupakan penjumlahan
penjumlahan dari kerapatan, dominansi relatif dan frekuensi relative.

B. Komponen-Komponen Tumbuhan Penyusun Vegetasi


Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen
penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus
dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu
vegetasi umumnya terdiri dari:
1. Belukar (Shrub): Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar dan
memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak sub tangkai.
2. Epifit (Epiphyte): Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain
(biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau
hemi-parasit. Tumbuhan epifit adalah tumbuhan yang menumpang pada
tumbuhan lain sebagai tempat hidupnya. Namanya dibentuk dari bahasa
Yunani: epi-, permukaan atau tutup, dan phyton, tumbuhan atau pohon.
Berbeda dengan parasit, epifit dapat sepenuhnya mandiri, lepas dari tanah
sebagai penyangga dan penyedia hara bagi kehidupannya, maupun dari
hara yang disediakan tumbuhan lain. Air diperoleh dari hujan, embun atau
uap air. Hara mineral diperoleh dari debu atau hasil dekomposisi batang
serta sisa-sisa bagian tumbuhan lain yang terurai. Meskipun tidak
“mencuri” hara dari tumbuhan yang ditumpanginya, epifit dapat menjadi
pesaing terhadap ketersediaan cahaya. Akar epifit kadang-kadang juga

5
menutupi dan menembus batang pohon yang ditumpangi sehingga
merusak keseimbangan fisiologi tumbuhan inangnya. Contoh epifit yang
populer adalah berbagai macam anggrek, dan nanas-nanasan (bromeliad).
3. Paku-pakuan (Fern): Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya
memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut
keluar tangkai daun.
4. Palma (Palm): Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan
biasanya tinggi, tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang
dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
5. Pemanjat (Climber): Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak
berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya
seperti kayu atau belukar. Tumbuhan pemanjat ini disebut juga dengan
Liana. Suatu tumbuhan dikatakan liana apabila dalam pertumbuhannya
memerlukan kaitan atau objek lain agar ia dapat bersaing mendapatkan
cahaya matahari. Liana dapat pula dikatakan tumbuhan yang merambat,
memanjat atau menggantung. Berbeda dengan epifit yang mampu
sepenuhnya tumbuh lepas dari tanah, akar liana berada di tanah atau paling
tidak memerlukan tanah sebagai sumber haranya.
Tumbuhan memanjat ini paling banyak ditemukan di hutan-hutan tropika.
Contohnya adalah jenis-jenis rotan, anggur, serta beberapa Cucurbitaceae
(suku labu-labuan). Liana biasanya bukan parasit namun ia dapat
melemahkan tumbuhan lain yang menjadi penyangganya dan berkompetisi
terhadap cahaya.
Di hutan-hutan lebat yang dipenuhi liana, hewan-hewan arboreal (hidup di
pohon) dapat dengan leluasa berpindah dari satu pohon ke pohon lain
melalui liana atau dengan bergelantungan pada batang liana. Berbagai
kera, seperti siamang dan owa, dikenal sebagai penjelajah pohon yang
ulung melalui liana.
6. Terna (Herb): Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak
menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki
bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki
tangkai lembut yang kadang-kadang keras.

6
Terna adalah tumbuhan yang batangnya lunak karena tidak membentuk
kayu. Tumbuhan semacam ini dapat merupakan tumbuhan semusim,
tumbuhan dwimusim, ataupun tumbuhan tahunan. Yang dapat disebut
terna umumnya adalah semua tumbuhan berpembuluh (tracheophyta).
Biasanya sebutan ini hanya dikenakan bagi tumbuhan yang berukuran
kecil (kurang dari dua meter) dan tidak dikenakan pada tumbuhan non-
kayu yang merambat (digolongkan tumbuhan merambat).
Di daerah tropika banyak dijumpai terna yang tahunan, sementara di
daerah beriklim sedang terna biasanya sangat bersifat musiman: bagian
aerial (yang tumbuh di atas permukaan tanah) luruh dan mati pada musim
yang kurang sesuai (biasanya musim dingin) dan tumbuh kembali pada
musim yang sesuai.
7. Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki
satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.
Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya,
yaitu :
a. Semai (Seedling): Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan
kurang dari 1.5 m.
b. Pancang (Sapling): Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan
berdiameter kurang dari 10 cm.
c. Tiang (Poles): Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari
20 cm.

C. Metode Analisis Vegetasi


Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk
menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu
vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat
berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang
pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada.

7
1. Metode Destruktif (Pengukuran yang bersifat merusak)
Metode ini biasanya dilakukan untuk memahami jumlah materi
organik yang dapat dihasilkan oleh suatu komunitas tumbuhan. Variable
yang dipakai bisa diproduktivitas primer, maupun biomasa. Dengan
demikian dalam pendekatan selalu harus dilakukan penuain atau berarti
melakukan perusakan terhadap vegetasi tersebut.
Metode ini umumnya dilakukan untuk bentuk vegetasi yang sederhana,
dengan ukuran luas pencuplikan antara satu meter persegi sampai lima
meter persegi. Penimbangan bisa didasarkan pada berat segar materi hidup
atau berat keringnya. Metode ini sangat membantu dalam menentukan
kualitas suatu padang rumput dengan usaha pencairan lahan
penggembalaan dan sekaligus menentukan kapasitas tampungnya.
Pendekatan yang terbaik untuk metode ini adalah secara floristika, yaitu
didasarkan pada pengetahuan taksonomi tumbuhan.

2. Metode non Destruktif (Pengukuran yang bersifat tidak merusak)


Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu
berdasarkan penelaahan organisme hidup/tumbuhan (tidak didasarkan
pada taksonominya) dan pendekatan lainnya adalah didasarkan pada
penelaahan organisme tumbuhan secara taksonomi atau pendekatan
floristika.
a. Metode non-destruktif, non-floristika
Metode non-floristika telah dikembangkan oleh banyak pakar
vegetasi. Seperti Du Rietz (1931), Raunkiaer (1934) dan Dansereau
(1951), yang kemudian diekspresikan oleh Eiten (1968) dan Unesco
(1973) dan serau membagi dunia tumbuhan berdasarkan berbagai hal,
yaitu bentuk hidup, ukuran, fungsi daun, bentuk dan ukuran daun,
tekstur daun, dan penutupan. Untuk setiap karakteristiknya di bagi-
bagi lagi dalam sifat yang kebih rinci, yang pengungkapannya
dinyatakan dalam bentuk simbol huruf dan gambar.
Bentuk Hidup Metode ini, klasifikasi bentuk vegetasi, biasanya
dipergunakan dalam pembuatan peta vegetasi dengan skala kecil

8
sampai sedang, dengan tujuan untuk menggambarkan penyebaran
vegetasi berdasarkan penutupannya, dan juga masukan bagi disiplin
ilmu yang lainnya.
Untuk memahami metode non-floristika ini sebaiknya kita kaji
dasar-dasar pemikiran dari beberapa pakar tadi. Pada prinsipnya
mereka berusaha mengungkapkan vegetasi berdasarkan bentuk
hidupnya, jadi pembagian dunia tumbuhan secara taksonomi sama
sekali diabaikan, mereka membuat klasifikasi tersendiri dengan dasar-
dasar tertentu.
b. Metode non destruktif floristika
Metode ini dapat menentukan kekayaan floristika atau
keanekaragaman dari berbagai bentuk vegetasi. Penelaahan dilakukan
terhadap semua populasi spesies pembantuk masyarakat tumbuhan
tersebut, jadi dalam hal ini pemahaman dari setiap jenis tumbuhan
secara taksonomi adalah mutlak diperlukan. Dalam pelaksanaanya
ditunjang dengan variabel-variabel yang diperlukan untuk
menggambarkan baik struktur maupun komposisi vegetasi.

D. Langkah Kerja Analisis Vegetasi


Secara umum langkah kerja Analisis Vegetasi untuk menguraikan
komunitas tumbuhan dibagi atas 2 tahap, yaitu:
1. Analisis Karakter (Analytical Characters)
Analisis karakter terdiri atas:
a. Analisis kuantitatif, memberikan data komunitas yang berkenaan
dengan jumlah dan ukuran komunitas. Pada analisis kuantitatif ada 3
parameter penting yang diukir dari satu komunitas:
1) Kekerapan (frekuensi), berkenaan dengan
keseragaman/keteraturan sebaran dari suatu tumpukan dalam
suatu komunitas. Kekerapan digambarkan dengan persentase
kehadiran jenis tersebut dalam petak-petak contoh (plot).

9
Frekuensi = Jumlah petak contoh yang ditempati suatu jenis
Jumlah semua petak yang dibuat

FR = Jumlah petak contoh yang ditempati suatu jenis X 100%


Total frekuensi seluruh jenis
2) Kerapatan (densitas), merupakan jumlah individu suatu jenis
yang terdapat dalam suatu area contoh.
Densitas = Jumlah individu suatu jenis
Luas area sampel

Densitas Relatif = Jumlah individu suatu jenis X 100%


Total densitas seluruh jenis
3) Dominansi, merupakan luas tutupan atau penguasaan suatu jenis
tumbuhan terhadap bidang dasar pada suatu komunitas.
Dominansi dapat diukur dengan:
a) Cover (kelindungan atau tutupan tajuk)
Dominansi = luas cover suatu jenis
Luas area sampel
b) Basal area, luas area dekat permukaan tanah yang dikuasai
suatu jenis tumbuhan.
Dominansi = Luas basal area suatu jenis X 100%
Total dominansi seluruh jenis

2. Sintesis Karakter
Sintesis karakter dipakai untuk membedakan antara bebagai komunitas.
Namun diantara parameter itu bila dikombinasikan menampilkan corak
yang lebih berguna untuk perumpunan.

10
E. Parameter Dalam Analisis Vegetasi
1. Parameter Kuantitatif dalam Analisis Vegetasi
a. Kerapatan (Density)
Kerapatan menunjukkan jumlah individu suatu jenis tumbuhan
pada tiap petak contoh. Jumlah individu yang dinyatakan dalam
persatuan ruang disebut kerapatan (Odum, 1993) yang umumya
dinyatakan sebagai jumlah individu atau biosmasa populasi persatuan
areal atau volume, misal 200 pohon per Ha.
b. Dominasi (Tutupan)
Tutupan menyangkut luas tanah yang ditempati oleh bagian
tumbuhan di atas tanah seperti yang tampak dari atas. Tutupan ditasir
dari sejumlah contoh dan diberi batasan sebagai perbandingan bagian
(biasanya dinyatkan sebagai persentase) tanah yang ditempati spesies
yang ada.
Mengingat sifat tumpang tindih dari bagian tumbuhan, persentase
seluruh tutupan sering lebih dari 100% untuk menghindari kesalahan
ini ada kalanya dipakai tutupan nisbi yaitu besarnya tutupan suatu
spesies sebagai persentase darikeseluruhan luas semua spesies dan
tanah gundul dalam suatu habitat tertentu. Dengan cara ini maka angka
keseluruhannya tidak akan melebihi 100%.
Dominansi dinyatakan dengan istilah kelindungan (coverage) atau
luas basal atau biomassa atau volume.
1) Kelindungan adalah: proyeksi vertical dari tajuk (canopy) suatu
jenis pada area yang diambil samplingnya,dinyatakan dalam persen
luas secara penaksiran. Dapat dinyatakan berdasar penaksiran
dengan kelas.
2) Luas basal
Satuan ini iasa di gunakan untuk jenis jenis yang berkelompok atau
membentuk rumpun dengan batas yang jelas.
3) Biomassa
Tumbuhan dipotong diatas tanah dan dikeringkan dalam pengering
kemudian di timbang berat keringnya. Dengan mengukur tinggi

11
masing masing jenis kita dapat mengetahui pula hubungan tinggi
dan beratnya. Cara ini baik unuk memperbandingkan stadia
pertumbuhan gulma.
4) Volume
Dihitung dengan rata rata luas basal x rata rata tinggi x jumlah
suatu jenis.
c. Frekuensi (kekerapan)
Kekerapan menyangkut tingkat keseragaman terdapatnya individu
suatu spesies di dalam suatu daerah. Kekerapan diukur dengan
mencatat ada atau tidaknya suatu spesies dalam daerah contoh atau
luas yang secara idealnya tersebar secara acak di seluruh daerah yang
dikaji.
Karenanya kekkerapan dikatakan sebagai persentase dari seluruh
daerah contoh atau luas yang dipakai yang di dalmnya terdapat spesies
tertentu. Misalnya suatu spesies ditemukan dlam 15 dari 30 contoh.
Maka kekerapannya adalah 50 % (Ewusie, 1990).
Raunkiser dalam shukla dan Chandel (1977) membagi fekuensi dalm
lima kelas berdasarkan besarnya persentase,yaitu:
 Kelas A dalam Frekuensi 01 –20 %
 Kelas B dalam frekuensi 21-40 %
 Kelas C dalm frekuensi 41-60%
 Kelas D dalam frekuensi 61-80 %
 Kelas E dalam frekuensi 81-100%
d. Indek Nilai Penting (importance value Indeks)
Merupakan jumlah nilai nisbi kedua atau ketiga parameter diatas.

2. Parameter Kualitatif dalam Analisis Komunitas Tumbuhan


a. Fisiognomi
Fisiognomi dalah penampakan luar dari suatu komunitas tumbuhan
yang dapat di deskripsikan berdasarkan penampakan spesies tumbuhan
dominan, penampakan tinggi tumbuhan, dan warna dari tumbuhan
yang tampak dari mata.

12
b. Fenologi
Fenologi adalah perwujudan pross pada setiap fase dalam siklus
hidupnya.
c. Periodisitas
Periodisitas adalah kejadian musiman dan berbagai proses dalam
kehidupan tumbuhan.
d. Stratifikasi
Distribusi tumbuhan dalam ruangan vertical. Semua spesies
tetumbuhan dalam komunitas tidak sama ukuran nya,serta secara
vertical tidak menempati ruangan yang sama.
e. Kelimpahan
Parameter kualitatif yang mencerminkan distribusi relative spesies
organisme dalam komunitas. Kelimpahan pada umumnya berhubungan
dengan densitas berdasarkan penaksiran kualitatif. Menurut penaksiran
kualitatif kelimpahan dikelompokkan menjadi 5,yaitu:
1) Sangat jarang
2) Kadang-kadang/jarang
3) Sering /tidak banyak
4) Banyak /berlimpah-limpah
5) Sangat banyak/sangat berlimpah
f. Penyebaran adalah parameter kualitatif yang menggambarkan
keberadaan spesies organism pada ruang secara horizontal. Penyebaran
tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 anatara lain: Random,
seragam dan berkelompok.
g. Daya hidup atau vitalitas, tingkat keberhasilan tumbuhan untuk hidup
dan tumbuh normal, serta kemampuan untuk bereproduksi
h. Bentuk pertumbuhan, penggolongan tumbuhan menurut bentuk
pertumbuhannya, habitat atau menurut karakteristik lainya (Indriyanto,
2006).

13
F. Ayat Al-qur’an Tentang Vegetasi

Artinya: “(Tuhan) yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu,


dan menjadikan jalan-jalan di atasnya bagimu, dan yang menurunkan air (hujan)
dari langit.” Kemudian Kami tumbuhkan dengannya (air hujan itu) berjenis-jenis
aneka macam tumbuh tumbuhan” (Q.S Thaahaa : 53).
Ayat ini menegaskan bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Ini
mencakup semua aspek alam semesta, termasuk tumbuhan atau vegetasi.
Tumbuhan adalah salah satu ciptaan Allah yang menghiasi bumi dan memberikan
manfaat besar bagi manusia dan makhluk lainnya. Petunjuk Allah tidak hanya
terbatas pada penciptaan tumbuhan tetapi juga pada cara mereka tumbuh,
berkembang dan memberikan manfaat kepada manusia dan alam. Allah telah
memberikan petunjuk tentang bagaimana merawat, menggunakan dan menjaga
tanaman.
Vegetasi tumbuhan memberikan berbagai manfaat bagi manusia dan
ekosistem. Mereka menyediakan oksigen, makanan, penahan tanah, serta bahan-
bahan untuk obat-obatan, bahan bangunan, dan berbagai produk. Petunjuk Allah
dalam cara tumbuhan ini tumbuh dan berguna bagi manusia adalah salah satu
bukti kebaikan-Nya. Ayat 53 dari Surah Taha mengingatkan kita untuk
menghargai penciptaan Allah dan petunjuk-Nya dalam vegetasi tumbuhan serta
untuk menjaga keberlanjutan alam semesta yang Dia ciptakan. Ini juga merupakan
panggilan untuk merenungkan misteri penciptaan dan petunjuk Allah dalam
segala hal, termasuk dalam tumbuhan yang tumbuh di alam.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ilmu vegetasi telah menjadi satu tradisi selama hampir tiga abad.
Kegiatan pertama pertama dan utama mengetahui mengetahui gambaran
gambaran bentang bentang alam (lanskap) (lanskap) dan vegetasinya.
Karakteristik bentang alam/lanskap sangat dipengaruhi oleh: (1) tipe
vegetasi dan (2) perbedaan bentuk hidupnya (selalu hijau, menggugurkan
daunnya, tajuk daun jarum, tajuk daun lebar, dan yang lainnya) di masing-
masing jenis lahan (hutan tropika, savana, padang rumput, gurun kaktus,
dan lainnya).
2. Analisis Vegetasi adalah suatu analisis dalam Ekologi tumbuhan
yang berguna untuk berguna untuk mengetahui mengetahui berbagai
jenis vegetasi dalam suatu komunitas atau populasi tumbuhan yang
berkembang dalam skala waktu dan ruang.
3. Secara garis besar, metode analisis vegetasi dapat dikelompokkan menjadi
2, yaitu metode destruktif dan non-destruktif. Metode non-distruktif dibagi
menjadi metode non-destruktif non-floristika dan metode non-destruktif
floristika. Beberapa metodologi yang umum dan efektif serta efisien untuk
dilakukan antara lain: metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot
(metode titik dan metode kwarter).

B. Saran
Dari tugas makalah tersebut, banyak hal yang dapat kita pelajari. Seperti
halnya yang sudah kami harapkan dan sampaikan pada kata pengantar tugas
makalah ini, yaitu semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat menambah
wawasan kita dan pemahaman kita mengenai Analisi Vegetasi dan lainnya.
Demikian makalah yang dapat kami buat. kami mohon maaf jika terdapat
kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun kami
agar dalam tugas-tugas selanjutnya, kami dapat menyelesaikannya dengan lebih
baik lagi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan terjemahannya. (2008). Departemen Agama RI. Bandung:


Diponegoro.
Arnyana, I. B. P. 2007. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Denpasar: Bagian
Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Ewusie, Yanney. (1990). Ekologi Tropika. Bandung: ITB.
Hatta, S. (1993). Budidaya Aren dan Multigunanya. Yogyakarta: Kanisius. Heyne.
Indriyanto. (2006). Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.
Kainde, R.F., Ratang, S.P., Tasirin, J.S., & Faryanti, D. (2011). Analisis vegetasi
Hutan Lindung Gunung Tumpa. Eugenia, 17, (3).
Kordi MG. 2012. Ekosistem Mangrove; Potensi, fungsi, dan Pengelolaan. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Mirmanto, E. (2010). Komposisi Flora dan Struktur Hutan Alami di Pulau
Ternate, Maluku Utara. Jurnal Biologi Indonesia, 6 (3), 341-351.
Riski, M. Farhan, Ridhoyatul A, Nur Aisyah, dan M. Nasrullah. (2019). Analisis
Vegetasi Tumbuhan di Resort Pattunang-Karenta Taman Nasional
Bantimurung Bulusaraung. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Odum, Eugene. (1993). Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: UGM Press.
Onrizal dan Cecep Kusmana. (2004). Kajian Ekologi Hutan Pantai di Kawasan
Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Teluk Jakarta. Jurnal Komunikasi
Penelitian,16 (6).
Sahira M, Solfiyeni dan Syamsuardi. (2016). Analisis Vegetasi Tumbuhan Asing
Invasif di Kawasan Taman Hutan Raya Dr. Moh. Hatta, Padang, Sumatera
Barat. Fakultas MIPA Universitas Andalas, Padang.
Samin, A.N, Chairul, Mukhtar. (2016). Analisis Vegetasi Tumbuhan Pantai Pada
Kawasan Wisata Pasir Jambak, Kota Padang. Fakultas MIPA Universitas
Andalas, Padang.
Saputra, A. 2016. Komposisi, Struktur Dan Keanekaragaman Jenis Vegetasi Di
Jalur Wisata Air Terjun Wiyono Atas Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman Provinsi Lampung. Fakultas Pertanian Universitas Lampung,
Lampung.

16
Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif: Metode Analisis Populasi dan
Komunitas. Jakarta: Penerbit Usaha Nasional.
Syafei, Eden Surasana. (1990). Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB: Bandung.
Syamsurizal. (1999). Pengantar Ekologi Tumbuhan. Padang: FMIPA UNP.

17

Anda mungkin juga menyukai