Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KERJA BULANAN

PENYULUHAN AGAMA ISLAM NON PNS


BULAN MEI TAHUN 2023

NAMA PENYULUH : SITI RAHMADANI,S.Pd


JABATAN : PENYULUH AGAMA NON PNS
BIDANG TUGAS : PEMBERDAYAAN WAKAF
KECAMATAN : SIANTAR UTARA
KOTA : PEMATANGSIANTAR
PROVINSI : SUMATERA UTARA

KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN SIANTAR UTARA


KEMENTERIAN AGAMA KOTA PEMATANGSIANTAR
PROVINSI SUMATERA UTARA
SURAT PERNYATAAN MELAKUKAN KEGIATAN
PENYULUHAN AGAMA ISLAM

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Drs. MASJUDAN
NIP : 196605072002121002
Jabatan : Kepala KUA Kecamatan Siantar Utara

Menerangkan Bahwa :
Nama : SITI RAHMADANI, S.Pd
Jabatan : Penyuluhan Agama Islam Non PNS
Bidang Tugas : Pemberdayaan Wakaf
Wilayah Tugas : Kecamatan Siantar Utara

Bahwasanya yang bersangkutan telah melakukan kegiatan bimbingan dan penyuluhan Agama Islam sesuai
dengan bidang tugasnya sebanyak 8 kali pada bulan 05 (MEI) Tahun 2023 .
Demikianlah surat pernyataan ini diperbuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya .

Ka. KUA Kec. Siantar Utara Pematangsiantar, 31 Mei 2023


Penyuluh Agama Islam Non PNS

Drs. MASJUDAN
NIP. 196605072002121002 SITI RAHMADANI, S.Pd
RENCANA KERJA OPERASIONAL PENYULUHAN AGAMA ISLAM
NON PNS PADA BULAN MEI 2023
Nama Penyuluh : SITI RAHMADANI, S.Pd
Jabatan : Penyuluh Agama Islam Non PNS
Bidang Tugas : Pemberdayaan Wakaf
Kecamatan : Siantar Utara
Kota : Pematangsiantar
Provinsi : Sumatera Utara
N Kelompok Bentuk Pokok Bahasan Tujuan/Target Waktu
o Binaan Kegiatan
1 Jamaah Majelis Pengertian wakaf Mengetahui tentang pengertian
Masjid Ta’lim Wakaf 2 Jam
Baiturrahma Nurul
h Huda
2 Jamaah Majelis Terbentuknya Wakaf Mengetahui tentang masa
Masjid Ta’lim Terbentuknya wakaf 2 Jam
Baiturrahma Nurul
h Huda
3 Jamaah Majelis Konteks situasi terjadinya wakaf Mengetahui konteks situasi
Masjid Ta’lim terjadinya wakaf 2 Jam
Baiturrahma Nurul
h Huda
4 Jamaah Majelis Kronologi terjadinya wakaf Mengetahui kronologi terjadinya
Masjid Ta’lim wakaf 2 Jam
Baiturrahma Nurul
h Huda
5 Jamaah Majelis Tanggapan para ulama tentang Mengetahui tentang tanggapan
Masjid Ta’lim wakaf para ulama tentang wakaf 2 Jam
Baiturrahma Nurul
h Huda
6 Jamaah Majelis Wakaf pada zaman dahulu Mengetahui sejarah singkat
Masjid Ta’lim tentang wakaf pada zaman dahulu
Baiturrahma Nurul 2 Jam
h Huda
7 Jamaah Majelis Manfaat berwakaf Mengetahui tentang manfaat
Masjid Ta’lim berwakaf 2 Jam
Baiturrahma Nurul
h Huda
8 Jamaah Majelis Makna tentang pentingnya Mengetahui makna pentingnya
Masjid Ta’lim berwakaf berwakaf 2 Jam
Baiturrahma Nurul
h Huda

Mengetahui Koordinator Penyuluh Penyuluh Agama Islam


Ka. KUA Kec. Siantar Utara Kec. Siantar Utara Non PNS

Drs. MASJUDAN Dra. MASDAWIAH, S.Pd.I SITI RAHMADANI, S.Pd


NIP. 196605072002121002 NIP. 196512311992032014
LAPORAN MINGGU I (PERTAMA)
PENYULUH AGAMA ISLAM NON PNS
Nama Penyuluh : SITI RAHMADANI,S.Pd
Jabatan : Penyuluh Agama Islam Non PNS
Bidang tugas : Pemberdayaan Wakaf
Kecamatan : Siantar Utara
Kota : Pematangsiantar
Provinsi : Sumatera Utara

No Kelompok Hari / Pokok Bahasan Masalah Yang Metode / Cara Waktu


Binaan Tanggal Di Hadapi Pelaksanaan
1 Jamaah Masjid Kamis / 04 Pengertian Wakaf Banyak yang - Ceramah Pukul 18.00
Baiturrahmah Mei 2023 belum - Tanya s/d 19.00
Kel. Melayu mengetahui jawab WIB
tentang
pengertian
Wakaf
2 Jamaah Masjid Jum’at / 05 Terbentuknya Banyak yang - Ceramah Pukul 18.00
Baiturrahmah Mei 2023 Wakaf belum - Tanya s/d 19.00
Kel. Melayu mengetahui jawab WIB
tentang masa
terbentuknya
wakaf

Mengetahui Koordinator Penyuluh Penyuluh Agama Islam


Ka. KUA Kec. Siantar Utara Kec. Siantar Utara Non PNS

Drs. MASJUDAN Dra. MASDAWIAH, S.Pd.I SITI RAHMADANI, S.Pd


NIP. 196605072002121002 NIP. 196512311992032014
LAPORAN MINGGU II (KEDUA)
PENYULUH AGAMA ISLAM NON PNS

Nama Penyuluh : SITI RAHMADANI,S.Pd


Jabatan : Penyuluh Agama Islam Non PNS
Bidang tugas : Pemberdayaan Wakaf
Kecamatan : Siantar Utara
Kota : Pematangsiantar
Provinsi : Sumatera Utara

No Kelompok Hari / Pokok Bahasan Masalah Yang Metode / Cara Waktu


Binaan Tanggal Di Hadapi Pelaksanaan
1 Jamaah Masjid Kamis / 11 Konteks situasi Banyak yang - Ceramah Pukul 18.00
Baiturrahmah Mei 2023 terjadinya wakaf belum - Tanya s/d 19.00
Kel. Melayu memahami jawab WIB
konteks situasi
terjadinya
wakaf
2 Jamaah Masjid Jum’at / 12 Kronologi Banyak yang - Ceramah Pukul 18.00
Baiturrahmah April 2023 terjadinya wakaf belum - Tanya s/d 19.00
Kel. Melayu mengetahui jawab WIB
tentang
kronologi
terjadinya
wakaf

Mengetahui Koordinator Penyuluh Penyuluh Agama Islam


Ka. KUA Kec. Siantar Utara Kec. Siantar Utara Non PNS

Drs. MASJUDAN Dra. MASDAWIAH, S.Pd.I SITI RAHMADANI, S.Pd


NIP. 196605072002121002 NIP. 196512311992032014

LAPORAN MINGGU III (KETIGA)


PENYULUH AGAMA ISLAM NON PNS

Nama Penyuluh : SITI RAHMADANI,S.Pd


Jabatan : Penyuluh Agama Islam Non PNS
Bidang tugas : Pemberdayaan Wakaf
Kecamatan : Siantar Utara
Kota : Pematangsiantar
Provinsi : Sumatera Utara

No Kelompok Hari / Pokok Bahasan Masalah Yang Metode / Cara Waktu


Binaan Tanggal Di Hadapi Pelaksanaan
1 Jamaah Masjid Kamis / 18 Tanggapan para Banyak yang - Ceramah Pukul 18.00
Baiturrahmah Mei 2023 ulama tentang belum - Tanya s/d 19.00
Kel. Melayu wakaf mengetahui jawab WIB
tentang
tanggapan para
ulama tentang
wakaf
2 Jamaah Masjid Jum’at / 19 Wakaf pada Banyak yang - Ceramah Pukul 18.00
Baiturrahmah Mei 2023 zaman dahulu belum - Tanya s/d 19.00
Kel. Melayu mengetahui jawab WIB
bagaimana
wakaf pada
zaman dahulu

Mengetahui Koordinator Penyuluh Penyuluh Agama Islam


Ka. KUA Kec. Siantar Utara Kec. Siantar Utara Non PNS

Drs. MASJUDAN Dra. MASDAWIAH, S.Pd.I SITI RAHMADANI, S.Pd


NIP. 196605072002121002 NIP. 196512311992032014

LAPORAN MINGGU IV (KEEMPAT)


PENYULUH AGAMA ISLAM NON PNS
Nama Penyuluh : SITI RAHMADANI,S.Pd
Jabatan : Penyuluh Agama Islam Non PNS
Bidang tugas : Pemberdayaan Wakaf
Kecamatan : Siantar Utara
Kota : Pematangsiantar
Provinsi : Sumatera Utara
No Kelompok Hari / Pokok Bahasan Masalah Yang Metode / Cara Waktu
Binaan Tanggal Di Hadapi Pelaksanaan
1 Jamaah Masjid Kamis / 25 Manfaat Banyak yang - Ceramah Pukul 18.00
Baiturrahmah Mei 2023 berwakaf belum - Tanya s/d 19.00
Kel. Melayu mengetahui jawab WIB
tentang
manfaat
berwakaf
2 Jamaah Masjid Jum’at / 26 Makna tentang Banyak yang - Ceramah Pukul 18.00
Baiturrahmah Mei 2023 pentingnya belum - Tanya s/d 19.00
Kel. Melayu berwakaf mengetahui jawab WIB
tentang makna
pentingnya
berwakaf

Mengetahui Koordinator Penyuluh Penyuluh Agama Islam


Ka. KUA Kec. Siantar Utara Kec. Siantar Utara Non PNS

Drs. MASJUDAN Dra. MASDAWIAH, S.Pd.I SITI RAHMADANI, S.Pd


NIP. 196605072002121002 NIP. 196512311992032014

A. Pengertian wakaf

Pengertian wakaf menurut bahasa dan istilah seperti yang dilansir melalui buku Fiqih Wakaf karya Nurwan
Darmawan, waqaf secara bahasa adalah al habs (menahan) dan at-tasbil (menyalurkan). Sedangkan secara istilah
wakaf berarti menahan suatu barang dan menyalurkan manfaatnya untuk tujuan mendekatkan diri kepada Allah.
Wakaf yang paling umum kita kenal adalah mewakafkan tanah untuk pembangunan bangunan yang
digunakan bagi kepentingan umum seperti masjid, pondok pesantren, sekolah dan lainnya. Namun saat ini
penerapan wakaf sudah lebih luas, seperti wakaf pangan (pakan hewan ternak, sarana air, lahan pertanian), wakaf
ekonomi (retail, saham), wakaf pendidikan, wakaf kesehatan dan lain sebagainya.

B. Terbentuknya Wakaf

Dalam sejarah Islam, Wakaf dikenal sejak masa Rasulullah SAW karena wakaf disyariatkan setelah nabi
SAW Madinah, pada tahun kedua Hijriyah. Ada dua pendapat yang berkembang di kalangan ahli yurisprudensi
Islam (fuqaha’) tentang siapa yang pertama kali melaksanakan syariat wakaf. Menurut sebagian pendapat ulama
mengatakan bahwa yang pertama kali melaksanakan wakaf adalah Rasulullah SAW ialah wakaf tanah milik Nabi
SAW untuk dibangun masjid.

Pendapat ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin Syabah dari ‘Amr bin Sa’ad bin Mu’ad, ia
berkata: Dan diriwayatkan dari Umar bin Syabah, dari Umar bin Sa’ad bin Muad berkata: “Kami bertanya tentang
mula-mula wakaf dalam Islam? Orang Muhajirin mengatakan adalah wakaf Umar, sedangkan orang-orang Ansor
mengatakan adalah wakaf Rasulullah SAW.” (Asy-Syaukani: 129).

Rasulullah SAW pada tahun ketiga Hijriyah pernah mewakafkan ketujuh kebun kurma di Madinah;
diantaranya ialah kebon A’raf, Shafiyah, Dalal, Barqah dan kebon lainnya. Menurut pendapat sebagian ulama
mengatakan bahwa yang pertama kali melaksanakan Syariat Wakaf adalah Umar bin Khatab. Pendapat ini
berdasarkan hadits yang diriwayatkan Ibnu Umar ra, ia berkata: Dari Ibnu Umar ra, berkata : “Bahwa sahabat
Umar ra, memperoleh sebidang tanah di Khaibar, kemudian Umar ra, menghadap Rasulullah SAW untuk meminta
petunjuk, Umar berkata : “Hai Rasulullah SAW., saya mendapat sebidang tanah di Khaibar, saya belum mendapat
harta sebaik itu, maka apakah yang engkau perintahkan kepadaku?” Rasulullah SAW. bersabda: “Bila engkau
suka, kau tahan (pokoknya) tanah itu, dan engkau sedekahkan (hasilnya), tidak dijual, tidak dihibahkan dan tidak
diwariskan. Ibnu Umar berkata: “Umar menyedekahkannya (hasil pengelolaan tanah) kepada orang-rang fakir,
kaum kerabat, hamba sahaya, sabilillah, Ibnu sabil dan tamu.

Dan tidak dilarang bagi yang mengelola (nazhir) wakaf makan dari hasilnya dengan cara yang baik
(sepantasnya) atau memberi makan orang lain dengan tidak bermaksud menumpuk harta” (HR.Muslim).

Kemudian syariat wakaf yang telah dilakukan oleh Umar bin Khatab dususul oleh Abu Thalhah yang
mewakafkan kebun kesayangannya, kebun “Bairaha”. Selanjutnya disusul oleh sahabat Nabi SAW. lainnya, seperti
Abu Bakar yang mewakafkan sebidang tanahnya di Mekkah yang diperuntukkan kepada anak keturunannya yang
datang ke Mekkah. Utsman menyedekahkan hartanya di Khaibar. Ali bin Abi Thalib mewakafkan tanahnya yang
subur. Mu’ads bin Jabal mewakafkan rumahnya, yang populer dengan sebutan “Dar Al-Anshar”. Kemudian
pelaksanaan wakaf disusul oleh Anas bin Malik, Abdullah bin Umar, Zubair bin Awwam dan Aisyah Isri
Rasulullah SAW.

Praktek wakaf menjadi lebih luas pada masa dinasti Umayah dan dinasti Abbasiyah, semua orang berduyun-
duyun untuk melaksanakan wakaf, dan wakaf tidak hanya untuk orang-orang fakir dan miskin saja, tetapi wakaf
menjadi modal untuk membangun lembaga pendidikan, membangun perpustakaan dan membayar gaji para
statnya, gaji para guru dan beasiswa untuk para siswa dan mahasiswa. Antusiasme masyarakat kepada pelaksanaan
wakaf telah menarik perhatian negara untuk mengatur pengelolaan wakaf sebagai sektor untuk membangun
solidaritas sosial dan ekonomi masyarakat.

Wakaf pada mulanya hanyalah keinginan seseorang yang ingin berbuat baik dengan kekayaan yang
dimilikinya dan dikelola secara individu tanpa ada aturan yang pasti. Namun setelah masyarakatIslam merasakan
betapa manfaatnya lembaga wakaf, maka timbullah keinginan untuk mengatur perwakafan dengan baik. Kemudian
dibentuk lembaga yang mengatur wakaf untuk mengelola, memelihara dan menggunakan harta wakaf, baik secara
umum seperti masjid atau secara individu atau keluarga.

Pada masa dinasti Umayyah yang menjadi hakim Mesir adalah Taubah bin Ghar Al-Hadhramiy pada masa
khalifah Hisyam bin Abd. Malik. Ia sangat perhatian dan tertarik dengan pengembangan wakaf sehingga terbentuk
lembaga wakaf tersendiri sebagaimana lembaga lainnya dibawah pengawasan hakim. Lembaga wakaf inilah yang
pertama kali dilakukan dalam administrasi wakaf di Mesir, bahkan diseluruh negara Islam. Pada saat itu juga,
Hakim Taubah mendirikan lembaga wakaf di Basrah. Sejak itulah pengelolaan lembaga wakaf di bawah
Departemen Kehakiman yang dikelola dengan baik dan hasilnya disalurkan kepada yang berhak dan yang
membutuhkan.

Pada masa dinasti Abbasiyah terdapat lembaga wakaf yang disebut dengan “shadr al-Wuquuf” yang
mengurus administrasi dan memilih staf pengelola lembaga wakaf. Demikian perkembangan wakaf pada masa
dinasti Umayyah dan Abbasiyah yang manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat, sehingga lembaga wakaf
berkembang searah dengan pengaturan administrasinya.

Pada masa dinasti Ayyubiyah di Mesir perkembangan wakaf cukup menggembirakan, dimana hampir semua
tanah-tanah pertanian menjadi harta wakaf dan semua dikelola oleh negara dan menjadi milik negara (baitul mal).
Ketika Shalahuddin Al-Ayyuby memerintah Mesir, maka ia bermaksud mewakafkan tanah-tanah milik negara
diserahkan kepada yayasan keagamaan dan yayasan sosial sebagaimana yang dilakukan oleh dinasti Fathimiyah
sebelumnnya, meskipun secara fiqh Islam hukum mewakafkan harta baitulmal masih berbeda pendapat di antara
para ulama.
C. Konteks situasi terjadinya wakaf

Menurut Drs H Ahmad Djunaidi dkk dalam bukunya Fiqih Wakaf (2004: 1-4), para ahli fikih berbeda dalam
mendefinisikan wakaf menurut istilah, sehingga berbeda pula dalam memandang hakikat wakaf itu sendiri.
Berbagai pandangan tentang wakaf menurut istilah sebagai berikut.

Wakaf menurut Abu Hanifah adalah menahan suatu benda yang menurut hukum tetap milik wakif dalam
rangka menggunakan manfaatnya untuk kebajikan. Berdasarkan definisi itu, maka pemilikan harta wakaf tidak
lepas dari wakif, bahkan dia dibenarkan menarik kembali dan boleh menjualnya. Jika wakif wafat, harta tersebut
menjadi harta warisan ahli warisnya.

Jadi yang timbul dari wakaf hanyalah “menyumbangkan manfaat”. Karena itu, Mazhab Hanafi mendefinisan
wakaf adalah: “Tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda yang berstatus tetap sebagai hak milik, dengan
menyedekahkan manfaatnya kepada suatu pihak kebajikan (sosial), baik sekarang maupun akan datang”.

Sementara Mazhab Maliki berpendapat, wakaf itu tidak melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan
wakif, namun wakaf tersebut mencegah wakif melakukan tindakan yang dapat melepaskan kepemilikannya atas
harta tersebut kepada yang lain. Wakif berkewajiban menyedekahkan manfaatnya dan tidak boleh menarik kembali
wakafnya.

Perbuatan wakif menjadikan manfaat hartanya untuk digunakan oleh mauquf alaih (penerima manfaat wakaf),
walaupun yang dimilikinya berbentuk upah atau menjadikan hasilnya untuk dapat digunakan seperti mewakafkan
uang.

Wakaf dilakukan dengan mengucapkan lafaz wakaf untuk masa tertentu sesuai dengan keinginan pemilik.

Dengan kata lain, pemilik harta menahan benda itu dari penggunaan secara pemilikan, tetapi membolehkan
pemanfaatan hasilnya untuk tujuan kebaikan, yaitu pemberian manfaat benda secara wajar, sedangkan benda itu
tetap menjadi milik wakif. Perwakafan itu berlaku untuk suatu masa tertentu, karenanya tidak boleh disyaratkan
sebagai wakaf kekal (selamanya).

Syafi’i dan Ahmad bin Hambal berpendapat, wakaf adalah melepaskan harta yang diwakafkan dari
kepemilikan wakif, setelah sempurna prosedur perwakafan. Wakif tidak boleh melakukan apa pun terhadap harta
yang diwakafkan, seperti perlakuan pemilik dengan cara pemilikannya kepada yang lain, baik dengan tukaran atau
tidak.

Jika wakif wafat, harta yang diwakafkan tersebut tidak dapat diwarisi oleh ahli warisnya. Wakif menyalurkan
manfaat harta yang diwakafkannya kepada mauquf ‘alaih (penerima manfaat wakaf) sebagai sedekah yang
mengikat, dimana wakif tidak dapat melarang penyaluran sumbangannya tersebut.

Apabila wakif melarangnya, maka Qadli atau pemerintah berhak memaksanya, agar memberikannya kepada
mauquf ’alaih. Karena itu, Mazhab Syafi’i mendefinisan wakaf adalah: tidak melakukan suatu tindakan atas suatu
benda, yang berstatus sebagai milik Allah Swt, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu kebajikan
(sosial).

Menurut mazhab lain, mengutip Wahbah Az-Zuhaili, Drs H Ahmad Djunaidi dkk menulis bahwa
pandangannnya sama dengan mazhab ketiga, namun berbeda dari segi kepemilikan atas benda yang diwakafkan,
yaitu menjadi milik mauquf ’alaih (penerima manfaat wakaf), meskipun mauquf ’alaih tidak berhak melakukan
suatu tidakan atas benda wakaf tersebut, baik menjual atau menghibahkannya.

D. Kronologi terjadinya wakaf

Dalam sejarah Islam, wakaf dikenal sejak masa Rasulullah SAW karena wakaf disyariatkan setelah Nabi
hijrah ke Madinah pada tahun kedua Hijriyah. Ada dua pendapat yang berkembang di kalangan ahli yurisprudensi
Islam (fuqaha) tentang siapa yang pertama kali melaksanakan syariat wakaf. Menurut sebagian ulama, yang
pertama kali melaksanakan wakaf adalah Rasulullah SAW, yakni mewakafkan tanah milik Nabi SAW untuk
dibangun masjid.

Pendapat ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Umar bin Syabah dari Amr bin Sa’ad bin Mu’ad, dan
diriwayatkan dari Umar bin Syabah, dari Umar bin Sa’ad bin Muad berkata, Kami bertanya tentang mula-mula
wakaf dalam Islam? Orang Muhajirin menga takan adalah wakaf Umar, sedangkan orang- orang Ansor
mengatakan adalah wakaf Rasulullah SAW.

Pendapat sebagian ulama yang mengatakan bahwa Sayyidina Umar adalah orang pertama yang melaksanakan
syariat wakaf berdasar pada hadis yang diriwayatkan Ibnu Umar yang berkata, Bahwa sahabat Umar RA,
memperoleh sebidang tanah di Khaibar, kemudian Umar RA, menghadap

Rasulullah SAW untuk meminta petunjuk, umar berkata: ‘Hai Rasulullah SAW, saya mendapat sebi dang
tanah di Khaibar, saya belum mendapat harta sebaik itu, maka apakah yang engkau perintahkan kepadaku?’
Rasulullah SAW bersabda: Bila engkau suka, kau tahan (pokoknya) tanah itu, dan engkau sedekahkan (hasilnya),
tidak dijual, tidak dihibah kan, dan tidak diwariskan.

Ibnu Umar berkata lagi: Umar menyedekahkannya (hasil pengelolaan tanah) kepada orang-orang fakir, kaum
kerabat, hamba sahaya, sabilillah Ibnu sabil, dan tamu, dan tidak dilarang bagi yang mengelola (nazhir) wakaf
makan dari hasilnya dengan cara yang baik (sepantasnya) atau member makan orang lain dengan tidak bermaksud
menumpuk harta.

Selain Umar, Rasulullah juga mewakafkan tujuh kebun kurma di Madinah di antaranya ialah kebun A’raf
Shafiyah, Dalal, Barqah, dan lainnya. Nabi juga mewakafkan perkebunan Mukhairik, yang telah menjadi milik
beliau setelah terbunuhnya Mukhairik ketika Perang Uhud. Beliau menyisihkan sebagian keuntungan dari
perkebunan itu untuk member nafkah keluarganya selama satu tahun, sedangkan sisanya untuk membeli kuda
perang, senjata dan untuk kepentingan kaum Muslimin. Mayoritas ahli fikih mengatakan bahwa peristiwa ini
disebut wakaf.

E. Tanggapan para ulama tentang wakaf

* PANDANGAN ULAMA MAZHAB TERKAIT WAKAF

Kemenag Natuna - Wakaf adalah perbuatan menyerahkan sebagian harta benda untuk dimanfaatkan
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu, demi kemaslahatan umat. Wakaf menjadi salah satu amal ibadah
dalam Islam yang tak lekang dimakan waktu. Allah SWT memuliakan seseorang yang memberikan wakaf.

Dalam hadis riwayat Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda: "Apabila seorang manusia itu meninggal
dunia, maka terputus-lah amal perbuatannya, kecuali dari tiga sumber, yaitu sedekah jariah [wakaf], ilmu
pengetahuan yang bisa diambil manfaatnya, dan anak soleh yang mendoakannya."

Dari sabda di atas, artinya amal ibadah wakaf tak akan hilang atau berhenti meski orang yang melakukan
wakaf atau wakif telah meninggal dunia.

Secara harfiah, wakaf berasal dari bahasa Arab 'waqafa' yang artinya 'menahan' atau berhenti'. Ada beberapa
definisi wakaf yang dikemukakan para ahli fikih. Para ahli menjelaskan istilah wakaf saling berbeda satu sama
lain.

Wakaf menurut Mazhab Syafi’i adalah menahan harta yang dapat diambil manfaatnya dengan tetap utuhnya
barang dan barang tersebut hilang kepemilikannya dari waqif, serta dimanfaatkannya pada sesuatu yang
dibolehkan. Mazhad Hanafi, misalnya, yang mendeskripsikan wakaf sebagai tindak melakukan suatu tindakan atas
suatu benda, yang berstatus tetap sebagai hak milik, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada pihak lain demi
kebajikan, baik sekarang maupun di masa yang akan datang. Sementara Mazhab Maliki berpendapat bahwa dalam
wakaf, seseorang tidak melepaskan hartanya dari kepemilikan. Namun, wakaf dapat mencegah wakif melakukan
tindakan yang dapat melepaskan kepemilikannya atas harta tersebut kepada pihak lain. Wakif juga berkewajiban
menyedekahkan manfaatnya, dan tidak boleh menarik kembali wakafnya.

Wakaf yang dikemukkakan Mazhab Hambali yaitu menahan secara mutlak kebebasan pemilik harta dalam
menjalankan hartanya yang bermanfaat dengan tetap utuhnya harta dan memutuskan seluruh hak penguasaan
terhadap harta, sedangkan manfaat harta adalah untuk kebaikan dalam mendekatkan diri kepada Allah. Definisi
menurut Mazhab Hambali ini memiliki kesamaan dengan Mazhab Syafi’i bahwa harta wakaf tidak dijual,
dihibahkan, diwariskan kepada siapapun.

Dari definisi keempat Mazhab yang telah dikemukakan (Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali)
terdapat kejelasan bahwa wakaf berarti menahan harta yang dimiliki untuk diambil manfaatnya bagi kemaslahatan
umat dan agama. Adapun perbedaannya adalah dalam hal apakah kepemilikan terhadap harta yang telah
diwakafkan itu terputus dengan sahnya wakaf, atau kepemilikan itu dapat ditarik kembali oleh waqif. Secara
umum, wakaf memiliki ketetapan hukum sunah. Artinya, wakaf dianjurkan dilakukan oleh orang yang mampu.

Hal ini tercantum sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 267. "Hai orang-orang yang
beriman, nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan
dari bumi untukmu. Dan jangan-lah kamu memilih yang buruk-buruk, lalu kamu menafkahkan daripadanya,
padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahui-
lah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji."

Syarat wakaf harus dipenuhi oleh orang yang melaksanakannya (wakif), benda yang diwakafkan, dan penerima
wakaf yaitu:

1. Seorang wakif harus memenuhi syarat di antaranya memiliki secara penuh harta yang akan diwakafkan, berakal,
baligh, dan mampu bertindak secara hukum.

2. Benda yang diwakafkan merupakan barang berharga, diketahui jumlahnya, dimiliki wakif, dan benda yang
berdiri sendiri. Harta benda tersebut juga harus diketahui sejumlah saksi saat diwakafkan.

3. Penerima wakaf merupakan seorang Muslim, merdeka, dan kafir zimmi tertentu. Kafir zimmi merupakan orang
non-Muslim yang hidup dalam negara Islam atau memiliki perjanjian damai dengan umat Muslim.
Wakaf dapat dibagi dalam tiga golongan sebagai berikut:

1. Wakaf untuk kepentingan si kaya dan si miskin dengan tidak berbeda.

2. Wakaf untuk kepentingan yang kaya dan sesudah itu baru yang miskin.

3. Wakaf untuk keperluan yang miskin semata-mata.

Wakaf golongan yang pertama bersifat amal atau untuk tujuan kebaikan umum, seperti halnya berbentuk
sekolah atau rumah sakit yang dibuka untuk melayani semua golongan. Sedangkan wakaf golongan kedua meliputi
wakaf keluarga yang dimaksudkan untuk kepentingan keluarga yang mendirikan wakaf tersebut. Dan golongan
ketiga adalah wakaf yang semata-mata melayani golongan tidak mampu, seperti halnya lembaga yang khusus
membagikan bahan makanan, pakaian dan obat-obatan bagi kalangan yang tidak mampu.

Selain pembagian wakaf menjadi tiga golongan tersebut, klasifikasi wakaf lainnya adalah wakaf ahli (Wakaf
keluarga atau wakaf khusus) dan wakaf khairi (Wakaf umum).

Wakaf ahli adalah wakaf yang peruntukannya hanya ditujukan kepada orang-orang tertentu, khususnya dalam
lingkungan keluarga saja. Contohnya seseorang yang mewakafkan buku-bukunya untuk anak-anaknya, diteruskan
kepada cucu-cucunya, dalam hal ini terbatas mereka saja yang dapat menggunakannya. Dalam prakteknya, harta
wakaf semisal tanah pertanian yang diwakafkan dengan bentuk wakaf ahli atau wakaf keluarga ini setelah melalui
masa ratusan tahun dan anak keturunan wakif sudah berkembang sedemikian rupa biasanya akan menhgadapi
berbagai kesulitan untuk memanfaatkan wakafnya. Secara administrasi akan menghabiskan banyak biaya
dibandingkan nilai manfaat yang diterima oleh anak keturunan si wakif. Beberapa negara yang perwakafannya
telah sedemikian maju telah melakukan peninjauan kembali dan hasilnya mempertimbangkan lebih baik lembaga
wakaf ahli ini dihapuskan.

Wakaf khairi adalah wakaf yang peruntukannya sejak semula ditujukan untuk kepentingan umum, wakaf
inilah yang dapat disebut sejalan benar dengan jiwa amalan wakaf , yang dinyatakan bahwa pahalanya akan terus
mengalir walaupun sang wakif telah meninggal, ketika harta wakaf masih tetap dapat dimanfaatkan. Wakaf khairi
ini yang hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat secara luas dan sebagai sarana meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dalam bidang sosial ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Wakaf adalah menahan suatu
benda dan memanfaatkan hasilnya. Benda wakaf harus bertahan lama, tidak cepat rusak ataupun habis sekali pakai.
Namun demikian wakaf sebenarnya tidak hanya terbatas pada benda-benda tidak bergerak saja, melainkan dapat
berupa benda bergerak. Terkait dengan hal tersebut maka dapat diuraikan tentang macam-macam harta yang dapat
diwakafkan:
Benda tak bergerak, semisal tanah, sawah, dan bangunan.Benda wakaf inilah yang paling dianjurkan untuk
diwakafkan, dan banyak diminati untuk diwakafkan karena mempunya nilai jariyah yang lama. Demikian pula,
wakaf dalam bentuk seperti inilah yang paling awal dilakukan oleh Umar bin Khattab atas tanah Khaibar atas
perintah Rasul SAW. Hal serupa juga dilakukan oleh Bani Najjar yang mewakafkan dinding pagarnya kepada
Rasulullah untuk kepentingan masjid.

Benda bergerak seperti mobil, sepeda motor, binatang ternak, maupun benda lainnya. Benda-benda bergerak,
meski nilai jariahnya terbatas dapat juga diwakafkan. Namun hal ini ada batasnya sampai dengan benda wakaf itu
tidak dapat lagi dipertahankan keberadaannya, maka selesailah wakaf tersebut. Perkecualian bila masih
memungkinkan diupayakan adanya tukar atau ganti dengan benda baru yang lainnya.

Wakaf Uang/Wakaf Tunai Secara klasik sudah ada upaya para fuqaha untuk merumuskan hukum tentang
wakaf uang. Bahkan madzhab Hanafi telah menerapkan wakaf uang. Imam al-Zuhri berpendapat bahwa boleh
wakaf dalam bentuk dinar maupun dirham dengan cara menjadikannya modal usaha perdagangan kemudian
menyalurkan keuntungannya sebagai nilai wakaf. Sedangkan Wahbah al-Zuhailli menyebutkan bahwa Madzhab
Hanafi membolehkan karena hal tersebut sudah banyak dipraktekkan masyarakat.

Setelah ikrar wakaf dilakukan oleh wakif kepada nażir, maka sesungguhnya hak milik atas harta benda wakaf
tersebut telah berpindah kepada Allah, dengan nażir tersebut sebagai pengelolanya. Mengenai status dan
kedudukan harta benda wakaf terdapat perbedaan pendapat di antara para ahli/fuqaha, seperti halnya Imam Hanafi
menyatakan bahwa wakaf tidak ubahnya sebagaimana transaksi pinjam-meminjam. Sehingga ini menunjukkan
bahwa menurut pendapat Imam Hanafi, kedudukan harta wakaf kepemilikannya tetap berada di tangan si wakif.
Dengan demikian menurut pemikiran Imam Hanafi berkaitan dengan kedudukan harta wakaf:

Wakif sewaktu-waktu boleh menarik kembali harta benda yang telah ia wakafkan.

1. Pada dasarnya harta wakaf tidak terlepas dari kegiatan transaksi,yang artinya ia masih memungkinkan dialihkan
haknya kepada pihaklain, baik melalui penjualan, waris, maupun melalui cara dihibahkan. Namun ada
pengecualian dalam hal wakaf masjid, wakaf atas dasar putusan pengadilan, dan wakaf melalui wasiat maka ketiga
jenis wakaf terakhir ini status dan kedudukannya di mata hukum adalah kekal dan abadi karena kepemilikan harta
wakaf menjadi milik Allah.

2. Imam Maliki juga memiliki pendirian bahwa harta wakaf status kepemilikannya masih tetap dalam kekuasaan si
wakif. Namun ada batasannya bahwa wakif dilarang mengalihkan harta wakaf/mentransaksikan kepada pihak lain,
selagi masa berlakunya wakaf masih berjalan. Hal ini menunjukkan bahwa menurut Imam Maliki, memungkinkan
adanya wakaf untuk masa durasi tertentu.
Sementara itu Imam Hambali dan Imam Syafi’i memiliki pandangan yang seirama bahwa dengan
terwujudnya wakaf maka status dan kedudukan harta wakaf itu menjadi berbeda, kepemilikannya bukan lagi
berada di tangan wakif, tetapi menjadi milik Allah, sehingga harta wakaf itu terlepas dari kegiatan transaksi.
Berdasarkan uraian ini, maka harta yang telah diwakafkan menjadikannya terlembagakan untuk selamanya, atau
kekal abadi. Hubungan antara pemilik harta semula (wakif) dengan harta yg diwakafkan telah terputus, kecuali hak
wakif yang berkaitan perolehan pahala secara terus-menerus selama harta wakaf tersebut masih dapat diambil
manfaatnya untuk kebaikan umat.

Dalam sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia di bidang perwakafan menyebutkan kalimat “dan
melembagakannya untuk selama- lamanya”, hal ini menjelaskan bahwa perwakafan di Indoensia sejalan dengan
pendapat Imam Syafi’i dan Hambali, sehingga status dan kedudukan harta-benda yang telah diwakafkan adalah
milik Allah untuk kemaslahatan umat, dan terlepas dari kepemilikan si wakif. Dalam hal ini wakif tidak lagi
berhak menarik kembali, mentransaksikan harta tersebut kepada pihak lain. Setelah ikrar wakaf diterima oleh
nażir, berakibat hukum sejak saat itu harta-benda wakaf menjadi harta benda abadi milik Allah yang berfungsi
sosial untuk kepentingan masyarakat yang kekekalannya dijamin serta dilindungi oleh undang-undang. Dengan
demikian maka di mata hukum sebenarnya wakaf itu sendiri telah menjadi sebuah lembaga hukum/badan hukum ,
dan di dalam wakaf terdapat unsur sebagaimana yang terdapat pada yayasan sebagai badan hokum.

F. Wakaf pada zaman dahulu

Pengelolaan wakaf pada masa khulafaur Rasyidin juga dikelola oleh baitul maal. Abu Bakar r.a mengangkat
Abu Ubaidah Bin Jarrah r.a, untuk membantunya, sebagai kepala baitul maal. Kemudian, Pengelolaan wakaf
semakin berkembang pada masa Umar bin Khatab, seiring bertambahbanyaknya aset wakaf yang ada, di antaranya
wakaf tanah yang dibebaskan oleh Umar bin Khattab r.a di beberapa Negara seperti Syam, Mesir dan Iraq. Umar
bin Khattab r.a membuat akte aset wakaf yang diumumkan ke publik untuk pertama kalinya.

Masa Umayyah sampai Sekarang:

Untuk pertama kalinya, lembaga wakaf secara terpisah mulai ada pada masa dinasti Umayyah, Taubah bin
Ghar Al-Hadramiy, Hakim Mesir pada masa khalifah Hisyam bin Abd Malik. Dia membangun lembaga wakaf
tersendiri di bawah Departemen Kehakiman di Mesir dan Basrah. Kemudian, Pada masa dinasti Abbasiyah
terdapat lembaga wakaf yang disebut dengan “shadr al-Wuquf” yang mengurus administrasi dan memilih staf
pengelola lembaga wakaf.

Pada masa Dinasti Mamluk oleh al-Dzahir Bibers al-Bandaq ((1260-1277 M/658-676 H) dibuat undang-
undang wakaf karena wakaf sudah dirasa menjadi tulang punggung ekonomi negara. Pada masa itu, perwakafan
dapat dibagi menjadi tiga kategori: pendapat Negara hasil wakaf yang diberikan oleh penguasa kepada orang-orang
yang dianggap berjasa, wakaf untuk membantu haramain (fasilitas Makkah dan Madinah) dan kepentingan
masyarakat umum.

Pada dinasti Utsmani, Undang-undang yang mengatur tentang pencatatan wakaf, sertifikasi wakaf, cara
pengelolaan wakaf, upaya mencapai tujuan wakaf dan melembagakan wakaf dibuat. Pada kekhalifahan ini juga
dikeluarkan undang-undang yang menjelaskan tentang tanah-tanah kekuasaan Turki Utsmani dan tanah-tanah
produktif yang berstatus wakaf.

Pasca kekhalifahan, wakaf dikelola oleh masing-masing negara muslim, diantaranya di Arab Saudi dibentuk
Departemen Haji dan Wakaf, di Mesir ada Kementrian Wakaf, dan di Turki, wakaf secara profesional dikelola oleh
Jenderal Wakaf dan mutawalli (pengelola wakaf yang ditunjuk pemberi wakaf).

Di Indonesia, pengelolaan wakaf dilakukan oleh lembaga wakaf swasta profesional, seperti Daarut Tauhiid,
yang diawasi oleh Badan Wakaf Indonesia (BWI), bagian dari Kementrian Agama. Secara regulasi, wakaf di
Indonesia diatur oleh Undang-undang no.41 tahun 2004 yang dijelaskan oleh Peraturan Pemerintah No.42 tahun
2006.

G. Manfaat berwakaf

5. Keutamaan Wakaf yang Perlu Diketahui

Kata wakaf berasal dari Bahasa Arab yang artinya penahanan atau larangan atau menyebabkan sesuatu
berhenti. Menurut Pasal 5 UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, wakaf berfungsi mewujudkan potensi dan
manfaat ekonomi harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum.
Lantas mengapa wakaf merupakan salah satu bentuk sedekah yang sangat dianjurkan? Berikut ini 5 keutamaan
wakaf yang perlu untuk diketahui.

1) Pahala akan selalu mengalir walaupun sudah wafat

Pemberi wakaf akan terus mendapatkan pahala yang mengalir dari harta yang diwakafkan karena harta yang
diwakafkan bersifat utuh dan terpelihara.

Dalam salah satu hadits, Rasulullah Saw bersabda:


“Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga (macam), yaitu: sedekah jariah
(yang mengalir terus), ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya” (HR Muslim).

2) Manfaatnya dirasakan banyak orang

Wakaf adalah bentuk ketakwaan kepada Allah dengan cara memanfaatkan harta yang dimiliki untuk
kemaslahatan atau kepentingan orang banyak. Contohnya adalah wakaf pembangunan masjid, wakaf pesantren,
wakaf tanah pemakaman, wakaf gedung untuk keperluan umum, wakaf klinik, dll. Jadi wakaf merupakan salah
satu amalan yang memiliki nilai sosial tinggi.

3) Pembelajaran bahwa harta yang dimiliki tidak kekal

Salah satu bentuk ujian ketika hidup di dunia adalah harta dan kita diuji tentang bagaimana harta tersebut
dipergunakan. Salah satu upaya yang bisa dijadikan sarana pembelajaran tentang pembelanjaan harta yang baik
adalah dengan berwakaf. Hal ini semata-semata menjauhkan diri dari sikap cinta dunia yang berlebihan.

4) Membantu orang lain dalam kesulitan

Harta yang kita wakafkan bersifat tetap dan terpelihara namun potensi manfaatnya dikembangkan menjadi
nilai lebih. Pemanfaatan nilai manfaat dari wakaf ini lah yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk membantu kaum
dhuafa yang sedang dalam kesulitan. Harta wakaf yang dikelola lalu menghasilkan nilai manfaat inilah yang
kemudian akan menjadi sumber bantuan untuk kaum dhuafa.

5) Memajukan Syiar Islam

Dengan terus terpeliharanya harta wakaf yang mengalirkan manfaat bagi yang membutuhkan, maka
menandakan syiar Islam terus hadir. Jika wakaf bisa secara luas dilakukan oleh umat Islam di suatu tempat maka
menandakan tempat tersebut memiliki syiar Islam yang maju dan diberkahi oleh Allah Swt.

Demikian 5 keutamaan wakaf yang perlu diketahui agar kita bisa tergerak untuk berwakaf. Kini berwakaf
semakin mudah karena ada inovasi berwakaf melalui perangkat digital. Jadiberkah.ID merupakan contoh platform
digital yang menghubungkan calon wakif (pemberi wakaf) dengan nazhir (pengelola wakaf). Rasakan kemudahan
dan keutamaan wakaf dalam genggaman melalui Jadi berkah.

H. Makna tentang pentingnya berwakaf


1. Melatih jiwa sosial dan membantu yang kesulitan

Berwakaf menjadi salah satu sarana untuk melatih jiwa sosial. Bagi kita yang memiliki harta benda lebih banyak,
bisa memberikan kepada kaum yang tidak mampu atau kesulitan. Misalnya lewat tanah yang kita wakafkan untuk
orang yang tidak memiliki tempat tinggal, dan lain sebagainya.

2. Belajar bahwa harta benda di dunia ini tidak kekal

Dengan berwakaf, kita belajar bahwa harta yang kita miliki harus dibagi dengan orang lain. Ada sebagian hak
orang lain dalam harta kita. Kehidupan akhirat yang kekal bisa diselamatkan lewat kehidupan di dunia. Wakaf
membantu kita untuk mendapatkan kehidupan akhirat yang lebih baik.

3. Amalan tidak terputus

Amalan wakaf tidak dapat terputus meski sudah meninggal dunia, jika dikelola terus menerus. Jadi meskipun kita
sudah tidak ada di dunia ini, kita bisa tetap berguna bagi orang-orang di sekitar kita.

4. Mempererat tali persaudaraan dan mencegah kesenjangan sosial

Dengan berwakaf yang digunakan untuk kepentingan umum, masyarakat akan merasakan manfaat yang sama.
Orang yang kekurangan bisa menikmati sarana-sarana publik yang lebih baik, dan orang yang lebih berada juga
bisa berbagi. Sehingga, kesenjangan sosial akan semakin kecil dan tali persaudaraan akan terasa lebih erat.

5. Mendorong pembangunan negara

Wakaf banyak digunakan untuk mendirikan sarana seperti sekolah, yayasan pendidikan, asrama, dan fasilitas
umum lain. Hal ini sangat membantu meningkatkan pembangunan negara lewat bidang pendidikan.
DAFTAR HADIR
PENYULUHAN AGAMA ISLAM NON PNS
KECAMATAN SIANTAR UTARA
KOTA PEMATANGSIANTAR
Nama Pengajian : Ma'mum Masjid Baiturrahmah
Alamat : Jalan Sriwijaya Kel. Melayu Kec. Siantar Utara
Hari / Tanggal : _____________________________________________
Pokok Bahasan :______________________________________________

No Nama Tanda Tangan


1 ALISA LUBIS
2 AULIA PUTRI
3 ANGGI HARAHAP
4 PUTRI RAMADHANI
5 DINDA HUMAIRA
6 ARFALIZA
7 LATISYA
8 HANA MIRANDA
9 SYAFA AQILA
10 AMIRA
11 SYIFA
12 QHALYA
13 KHAIRA
14 VIOLA
15 AFIKA
16 LAURA
17 SHEILA

PAI NON PNS KEC. SIANTAR UTARA REMAJA MASJID


BAITURRAHMAH
Kel. Melayu Kec. Siantar Utara

SITI RAHMADANI,S.Pd

DAFTAR HADIR
PENYULUHAN AGAMA ISLAM NON PNS
KECAMATAN SIANTAR UTARA
KOTA PEMATANGSIANTAR
Nama Pengajian : Majelis Ta’lim Nurul Huda
Alamat : Jln. Sriwijaya Kel. Melayu Kec. Siantar Utara
Hari / Tanggal : _____________________________________________
Pokok Bahasan :______________________________________________

No Nama Tanda Tangan


1 RUKIYATI
2 RIWIS
3 YATIN
4 SUPINAH
5 JANNAH
6 ERPIYAH
7 NDARI
8 SURI
9 SINTA
10 WATIK
11 ANTI
12 WAGINI
13 YURI
14 PARTINI
15 DIRA
16 NUR

PAI NON PNS KEC. SIANTAR UTARA Majelis Ta’lim Nurul Huda

SITI RAHMADANI,S.Pd NURLELAWATI LUBIS

No Nama Tanda Tangan


17 HJ. JUNIAR
18 MARIATI
19 SUMARNI
20 ANISA
21 WIZRA ARYANI
22 AFIFAH
23 RINI RAHAYU
24 RANI
25 MARSIYEM
26 NURHIDAYATI
27 NUR’AINI
28 NENI
29 JURAIDA
30 NANI
31 LESTARI
32 TUMINI
33 RUKIYA

PAI NON PNS KEC. SIANTAR UTARA Majelis Ta’lim Nurul Huda

SITI RAHMADANI,S.Pd NURLELAWATI LUBIS


DOKUMENTASI PENYULUHAN BULAN MEI 2023

(MINGGU KE-I)

(MINGGU KE-II)
(MINGGU KE-III)

(MINGGU KE-IV)

Anda mungkin juga menyukai