Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KERJA BULANAN

PENYULUHAN AGAMA ISLAM NON PNS


BULAN JANUARI TAHUN 2023

NAMA PENYULUH : SITI RAHMADANI,S.Pd


JABATAN : PENYULUH AGAMA NON PNS
BIDANG TUGAS : PEMBERDAYAAN WAKAF
KECAMATAN : SIANTAR UTARA
KOTA : PEMATANGSIANTAR
PROVINSI : SUMATERA UTARA

KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN SIANTAR UTARA


KEMENTERIAN AGAMA KOTA PEMATANGSIANTAR
PROVINSI SUMATERA UTARA
SURAT PERNYATAAN MELAKUKAN KEGIATAN
PENYULUHAN AGAMA ISLAM

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Drs. MASJUDAN
NIP : 196605072002121002
Jabatan : Kepala KUA Kecamatan Siantar Utara

Menerangkan Bahwa :
Nama : SITI RAHMADANI, S.Pd
Jabatan : Penyuluhan Agama Islam Non PNS
Bidang Tugas : Pemberdayaan Wakaf
Wilayah Tugas : Kecamatan Siantar Utara

Bahwasanya yang bersangkutan telah melakukan kegiatan bimbingan dan penyuluhan Agama Islam sesuai
dengan bidang tugasnya sebanyak 8 kali pada bulan 01 (JANUARI) Tahun 2023 .
Demikianlah surat pernyataan ini diperbuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya .

Ka. KUA Kec. Siantar Utara Pematangsiantar, 31 Januari 2023


Penyuluh Agama Islam Non PNS

Drs. MASJUDAN
NIP. 196605072002121002 SITI RAHMADANI, S.Pd
RENCANA KERJA OPERASIONAL PENYULUHAN AGAMA ISLAM
NON PNS PADA BULAN JANUARI 2023
Nama Penyuluh : SITI RAHMADANI, S.Pd
Jabatan : Penyuluh Agama Islam Non PNS
Bidang Tugas : Pemberdayaan Wakaf
Kecamatan : Siantar Utara
Kota : Pematangsiantar
Provinsi : Sumatera Utara
N Kelompok Bentuk Pokok Bahasan Tujuan/Target Waktu
o Binaan Kegiatan
1 Jamaah Majelis Perkembangan wakaf di dunia Mengetahui tentang bagaimana
Masjid Al- Ta’lim islam perkembangan wakaf di dunia 2 Jam
Ikhlas Bane islam
2 Jamaah Majelis Manajemen wakaf uang pada Mengetahui tentang manajemen
Masjid Al- Ta’lim Tabung Wakaf Indonesia (TWI) wakaf uang pada Tabung Wakaf 2 Jam
Ikhlas Kel. Indonesia (TWI)
Bane
3 Jamaah Majelis Hadits tentang wakaf Mengetahui hadits tentang wakaf
Masjid Al- Ta’lim 2 Jam
Ikhlas Kel.
Bane
4 Jamaah Majelis Konsep wakaf dalam islam Mengetahui konsep wakaf dalam
Masjid Al- Ta’lim islam 2 Jam
Ikhlas Kel.
Bane
5 Jamaah Majelis Kedudukan wakaf dalam islam Mengetahui tentang kedudukan
Masjid Al- Ta’lim wakaf dalam islam 2 Jam
Ikhlas Kel.
Bane
6 Jamaah Majelis Sejarah singkat wakaf di indonesia Mengetahui sejarah singkat
Masjid Al- Ta’lim wakaf di indonesia
Ikhlas Kel. 2 Jam
Bane
7 Jamaah Majelis Wakaf dalam perspektif syari’ah Mengetahui tentang wakaf dalam
Masjid Al- Ta’lim perspektif hokum nasional 2 Jam
Ikhlas Kel.
Bane
8 Jamaah Majelis Bentuk – bentuk wakaf Mengetahui bentuk – bentuk
Masjid Al- Ta’lim wakaf 2 Jam
Ikhlas Kel.
Bane

Mengetahui Koordinator Penyuluh Penyuluh Agama Islam


Ka. KUA Kec. Siantar Utara Kec. Siantar Utara Non PNS

Drs. MASJUDAN Dra. MASDAWIAH, S.Pd.I SITI RAHMADANI, S.Pd


NIP. 196605072002121002 NIP. 196512311992032014
LAPORAN MINGGU I (PERTAMA)
PENYULUH AGAMA ISLAM NON PNS
Nama Penyuluh : SITI RAHMADANI,S.Pd
Jabatan : Penyuluh Agama Islam Non PNS
Bidang tugas : Pemberdayaan Wakaf
Kecamatan : Siantar Utara
Kota : Pematangsiantar
Provinsi : Sumatera Utara

No Kelompok Hari / Pokok Bahasan Masalah Yang Metode / Cara Waktu


Binaan Tanggal Di Hadapi Pelaksanaan
1 Jamaah Masjid Kamis / 05 Perkembangan Banyak yang - Ceramah Pukul 18.00
Al-Ikhlas Kel. Januari 2023 wakaf di dunia belum - Tanya s/d 19.00
Bane islam mengetahui jawab WIB
tentang
perkembangan
wakaf di dunia
islam
2 Jamaah Masjid Jum’at / 06 Manajemen Banyak yang - Ceramah Pukul 18.00
Al-Ikhlas Kel. Januari 2023 wakaf uang pada belum - Tanya s/d 19.00
Bane Tabung Wakaf mengetahui jawab WIB
Indonesia (TWI) tentang
manajemen
wakaf uang
pada Tabung
Wakaf
Indonesia
(TWI)

Mengetahui Koordinator Penyuluh Penyuluh Agama Islam


Ka. KUA Kec. Siantar Utara Kec. Siantar Utara Non PNS

Drs. MASJUDAN Dra. MASDAWIAH, S.Pd.I SITI RAHMADANI, S.Pd


NIP. 196605072002121002 NIP. 196512311992032014
LAPORAN MINGGU II (KEDUA)
PENYULUH AGAMA ISLAM NON PNS

Nama Penyuluh : SITI RAHMADANI,S.Pd


Jabatan : Penyuluh Agama Islam Non PNS
Bidang tugas : Pemberdayaan Wakaf
Kecamatan : Siantar Utara
Kota : Pematangsiantar
Provinsi : Sumatera Utara

No Kelompok Hari / Pokok Bahasan Masalah Yang Metode / Cara Waktu


Binaan Tanggal Di Hadapi Pelaksanaan
1 Jamaah Masjid Kamis / 12 Hadits tentang Banyak yang - Ceramah Pukul 18.00
Al-Ikhlas Kel. Januari 2023 wakaf belum - Tanya s/d 19.00
Bane memahami jawab WIB
hadits tentang
wakaf
2 Jamaah Masjid Jum’at / 13 Konsep wakaf Banyak yang - Ceramah Pukul 18.00
Al-Ikhlas Kel. Januari 2023 dalam islam belum - Tanya s/d 19.00
Bane mengetahui jawab WIB
tentang konsep
wakaf dalam
islam

Mengetahui Koordinator Penyuluh Penyuluh Agama Islam


Ka. KUA Kec. Siantar Utara Kec. Siantar Utara Non PNS

Drs. MASJUDAN Dra. MASDAWIAH, S.Pd.I SITI RAHMADANI, S.Pd


NIP. 196605072002121002 NIP. 196512311992032014
LAPORAN MINGGU III (KETIGA)
PENYULUH AGAMA ISLAM NON PNS

Nama Penyuluh : SITI RAHMADANI,S.Pd


Jabatan : Penyuluh Agama Islam Non PNS
Bidang tugas : Pemberdayaan Wakaf
Kecamatan : Siantar Utara
Kota : Pematangsiantar
Provinsi : Sumatera Utara

No Kelompok Hari / Pokok Bahasan Masalah Yang Metode / Cara Waktu


Binaan Tanggal Di Hadapi Pelaksanaan
1 Jamaah Masjid Kamis / 18 Kedudukan Banyak yang - Ceramah Pukul 18.00
Al-Ikhlas Kel. Januari 2023 wakaf dalam belum - Tanya s/d 19.00
Bane islam mengetahui jawab WIB
tentang
kedudukan
wakaf dalam
islam
2 Jamaah Masjid Jum’at / 19 Sejarah singkat Banyak yang - Ceramah Pukul 18.00
Al-Ikhlas Kel. Januari 2023 wakaf di belum - Tanya s/d 19.00
Bane indonesia mengetahui jawab WIB
sejarah singkat
wakaf di
Indonesia

Mengetahui Koordinator Penyuluh Penyuluh Agama Islam


Ka. KUA Kec. Siantar Utara Kec. Siantar Utara Non PNS

Drs. MASJUDAN Dra. MASDAWIAH, S.Pd.I SITI RAHMADANI, S.Pd


NIP. 196605072002121002 NIP. 196512311992032014
LAPORAN MINGGU IV (KEEMPAT)
PENYULUH AGAMA ISLAM NON PNS

Nama Penyuluh : SITI RAHMADANI,S.Pd


Jabatan : Penyuluh Agama Islam Non PNS
Bidang tugas : Pemberdayaan Wakaf
Kecamatan : Siantar Utara
Kota : Pematangsiantar
Provinsi : Sumatera Utara
No Kelompok Hari / Pokok Bahasan Masalah Yang Metode / Cara Waktu
Binaan Tanggal Di Hadapi Pelaksanaan
1 Jamaah Masjid Kamis / 26 Wakaf dalam Banyak yang - Ceramah Pukul 18.00
Al-Ikhlas Kel. Januari 2023 perspektif belum - Tanya s/d 19.00
Bane syari’ah mengetahui jawab WIB
tentang wakaf
dalam prspektif
syari’ah
2 Jamaah Masjid Jum’at / 27 Bentuk – bentuk Banyak yang - Ceramah Pukul 18.00
Al-Ikhlas Kel. Januari 2023 wakaf belum - Tanya s/d 19.00
Bane mengetahui jawab WIB
tentang bentuk
– bentuk wakaf

Mengetahui Koordinator Penyuluh Penyuluh Agama Islam


Ka. KUA Kec. Siantar Utara Kec. Siantar Utara Non PNS

Drs. MASJUDAN Dra. MASDAWIAH, S.Pd.I SITI RAHMADANI, S.Pd


NIP. 196605072002121002 NIP. 196512311992032014
- PERKEMBANGAN WAKAF DI DUNIA ISLAM

Indonesia adalah negara yang menganut sistem hukum Eropa Kontinental yang berlandaskan pada paradigma
positivistik, Untuk mengetahui perjalanan hukum Islam di Indonesia, maka salah satunya dapat dilihat dari
perkembangan positivisasi hukum Islam khususnya hukum wakaf dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia. Saat
ini wakaf belum dikelola secara optimal. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah masih terbatasnya
pemahaman masyarakat terhadap ibadah wakaf ini. Oleh karena itu perlu memberikan gambaran terhadap sejarah
perkembangan zakat yang dikaji dari aspek hukum perwakafan yang undangkan maupun yang ditetapkan
pemerintah.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research dengan pendekatan dari segi peraturan
perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku yang berkaitan dengan wakaf melalui studi
kepustakaan.Penelitian ini menggunakan metode analisis data kualitatif yaitu yuridis normatif yang disajikan
secara deskriptif.

Pada masa pemerintah kolonial Belanda, peraturan wakaf yang dikeluarkan memiliki semangat untuk
menertibkan administrasi tanah wakaf di bawah naungan bupati atau pejabat yang berwenang. Setelah Indonesia
merdeka, keluarnya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Agraria mengamanatkan
bahwa perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan peraturan perundang-undangan. Amanat ini kemudian
diwujudkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik.
Positivisasi hukum perwakafan berlanjut dengan lahirnya lahir Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1999 tentang
Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam. Dari kedua produk hukum ini, terjadi pergeseran objek wakaf dari tanah
milik meluas menjadi benda milik. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf lahir sebagai implikasi
dinamika sosial yang berkembang beriringan dengan itu juga lahir fatwa DSN MUI yang turut memberi dukungan.
Penambahan objek wakaf terutama uang menjadi harapan berkembangnya wakaf dan wujud perhatian pemerintah
yang serius.
Sejarah perkembangan wakaf di Indonesia sejalan dengan penyebaran Islam di seluruh wilayah nusantara. Di
samping melakukan dakwah Islam, para ulama juga mengajarkan wakaf pada umat. Kebutuhan akan tempat
beribadah, seperti masjid, surau, mendorong umat Islam untuk menyerahkan tanahnya sebagai wakaf. Ajaran
wakaf di bumi Nusantara terus berkembang terbukti dengan banyaknya masjid-masjid bersejarah yang dibangun di
atas tanah wakaf.4 Seiring dengan perkembangan sosial masyarakat Islam, praktek perwakafan mengalami
kemajuan dari waktu ke waktu.

Salah satu faktor penting yang ikut mewarnai corak dan perkembangan wakaf di era modern adalah ketika
negara ikut mengatur kebijakan wakaf melalui seperangkat hukum positif. Dalam proses perumusan kebijakan
tersebut, ditentukan oleh bagaimana penguasa melihat potensi maupun organsiasi wakaf, baik dalam kerangka
kepentingannya, maupun kepentingan umat Islam pada umumnya. Secara umum dapat dikatakan bahwa kebijakan
mengenai wakaf atau filantropi Islam pada umumnya dibuat berdasarkan asumsi-asumsi ideologis menyangkut
relasi antara Islam dan negara serta pertanyaan mengenai seberapa jauh Islam boleh berperan di ruang publik.

Di masa penjajahan, kegiatan perwakafan mengalami perkembangan yang pesat. Hal itu ditandai dengan
banyaknya muncul organisasi keagamaan, sekolah madrasah, pondok pesantren, masjid, yang semuanya dibangun
dengan swadaya masyarakat di atas tanah wakaf.6 Politik pemerintah pada masa ini mengenai filantropi Islam
tunduk pada rasionalitas politik Islam Hindia Belanda. Di mana Islam sebagai sistem nilai dibatasi sedemikian
rupa sehingga ia dipraktekkan dalam kerangka ritual-personal semata. Rasionalitas semacam ini membuat tradisi
wakaf sebagai lembaga pelayanan sosial. Namun, karena aktivitas filantropi Islam seringkali bersinggungan
dengan hubungan antarmasyarakat maka pemerintah kolonial pada akhirnya memandang perlu untuk mengatur
dengan ketentuan-ketentuan hukum, di antaranya Surat Edaran Sekretaris Gubernemen Tanggal 4 Juni 1931
Nomor 1361/A sebagaimana termuat dalam Bijblad Nomor 12573 Tahun 1931, Tentang Toezich Van De
Regeering Op Mohammedaansche Bedehuizen, Vrijdagdiensten En Wakafs. Surat edaran ini mengatur tentang
keharusan adanya keizinan bupati dalam berwakaf. Bupati memerintahkan agar wakaf yang diizinkan dimasukkan
ke dalam daftar yang dipelihara oleh ketua Pengadilan Agama yang diberitahukan kepada Asisten Wedana yang
selanjutnya dilaporkan ke Kantor Landrente.

Sayangnya, peraturan yang dibuat tidak sepenuhnya didasarkan pada keinginan politik (political will) yang
jujur serta pemahaman yang benar tentang hakikat dan tujuan wakaf. Akibatnya, peraturan-peraturan ini mendapat
reaksi dari organisasi-oraganisasi Islam karena orang yang akan berwakaf harus mendapat izin pemerintah.
Sementara itu umat Islam memandang perwakafan merupakan tindakan hukum privat sehingga tidak perlu ada izin
dari pemerintah. Reaksi ini merupakan penolakan terhadap campur tangan pemerintah kolonial terhadap urusan-
urusan yang berhubungan dengan agama Islam. Ini berarti peraturan yang dikeluarkan pemerintah kolonial tidak
memiliki arti penting bagi pengembangan wakaf, selain untuk memenuhi formalisme administratif semata.

Formalisme ini terus berlangsung sampai masa kemerdekaan. Politik filantropi Islam pada masa Orde Lama
tidak mengalami perubahan mendasar. Peraturan-peraturan yang mengatur perwakafan zaman kolonial, pada
zaman kemerdekaan masih tetap diberlakukan, karena peraturan perwakafan yang baru belum ada.

Peraturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah Indonesia berkaitan dengan perwakafan seperti yang terjadi
pada orde lama tidak memiliki arti penting bagi pengembangan wakaf selain hanya untuk memenuhi formalisme
administratif semata. Hal ini dikarenakan pemerintah pada masa orde baru ini lebih berkonsentrasi untuk
memperkuat diri di atas kekuatan-kekuatan sipil terutama Islam, sembari menjalankan agenda sekularisasi
politiknya secara konsisten, malah Islam hampir termarginalkan. Keadaan ini terus berlangsung sampai paroh
kedua dasarwarsa 1980-an ketika secara mengejutkan Islam mulai diterima di ruang publik.

Ada pun peraturan perwakafan yang lahir pada masa orde baru adalah: Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun
1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik. Dengan adanya peraturan pemerintah ini, perwakafan tanah milik di
Indonesia mulai memasuki babak baru. Perwakafan tanah milik di Indonesia mulai tertib dan terjaga. Ini
merupakan peraturan pertama yang memuat substansi dan teknis perwakafan. Selama ini di Indonesia, peraturan
yang mengatur perwakafan kurang memadai sehingga banyak muncul persoalan perwakafan di tengah masyarakat,
seperti banyaknya sengketa tanah wakaf. Tanah wakaf yang statusnya tidak jelas, banyak benda wakaf yang tidak
diketahui keadaannya, penyalahgunaan harta wakaf, dan sebagainya. Hal ini karena tidak adanya keharusan untuk
mendaftarkan benda-benda wakaf. Barulah dengan ditetapkannya peraturan pemerintah ini perwakafan mempunyai
dasar hukum yang kuat.

Kemudian Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam. Instruksi yang
dikeluarkan tangggal 5 Februari 1991 ini adalah pedoman bagi instansi pemerintah dan masyarakat yang
memerlukannya dalam menyelesaikan masalah-masalah di bidang perwakafan khususnya yang termuat dalam
buku III. Aturan yang dimuat dalam buku III tentang perwakafan ini belum membawa pembaharuan dalam
pengelolaan wakaf karena secara substansi masih berbentuk elaborasi dari aturan yang termuat dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik. Di sisi lain, instruksi presiden yang terdapat
dalam buku III ini sebetulnya belum cukup merevitalisasi sektor wakaf. KHI masih mengadopsi paradigma lama
yang literal yang cenderung bersifat fiqh minded. Hal ini terlihat dari materi hukum yang dicakup merupakan
bentuk univikasi pendapat-pendapat mazhab dan Hukum Islam di Indonesia yang berkaitan dengan perwakafan.

Sejalan dengan bergulirnya gelombang reformasi dan demokratisasi dipenghujung tahun 1990-an, membawa
perubahan dan mengokohkan Islam sebagai salah satu kekuatan politik di panggung nasional, sampai munculnya
undang-undang yang secara khusus mengatur wakaf. Pemerintah RI mengakui aturan hukum perwakafan dalam
bentuk undang-undang. Pada masa reformasi, peraturan perwakafan berhasil disahkan adalah Undang-undang
Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan
Undang–undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Produk undang-undang ini telah memberikan pijakan
hukum yang pasti, kepercayaan publik, serta perlindungan terhadap aset wakaf. Pensahan undang-undang ini
merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kesejahteraan umum, meningkatkan peran wakaf, tidak hanya
sebagai pranata keagamaan saja, tetapi juga memiliki kekuatan ekonomi yang potensial untuk memajukan
kesejahteraan umum. Di samping itu, dengan disahkannya undang-undang ini, objek wakaf lebih luas cakupannya
tidak hanya sebatas benda tidak bergerak saja, tapi juga meliputi benda bergerak seperti uang, logam mulia, surat
berharga, hak sewa dan sebagainya.

Campur tangan pemerintah terhadap wakaf hanya bersifat pencatatan dan mengawasi pemeliharaan benda-
benda wakaf agar sesuai dengan tujuan dan maksud wakaf. Pemerintah sama sekali tidak mencampuri, menguasai,
atau menjadikan benda wakaf menjadi milik negara. Kehadiran Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang
Wakaf secara simbolik menandai kemauan politik negara untuk memperhatikan permasalahan sosial umat Islam.
Perkembangan peraturan perundang-undangan tentang wakaf hari ini sangat ditentukan oleh dinamika internal
umat Islam serta hubungan harmonis antara Islam dan negara. Iklim politik yang kondusif ini memungkinkan
berkembangnya filantropi Islam seperti wakaf. Selain itu, demokrasi menyediakan arena bagi artikulasi politik
Islam secara konstitusional. Pada akhirnya, politik filantropi Islam ditentukan oleh proses integrasi/nasionalisasi
gagasan sosial-politik Islam ke dalam sistem dan konfigurasi sosial politik nasional.

Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf ini menjadi momentum pemberdayaan wakaf secara
produktif sebab di dalamnya terkandung pemahaman yang komprehensif dan pola manajemen pemberdayaan
potensi wakaf secara modern. Dalam undang-undang wakaf yang baru ini konsep wakaf mengandug dimensi yang
sangat luas. Ia mencakup harta tidak bergerak, maupun yang bergerak, termasuk wakaf uang yang penggunaannya
sangat luas, tidak terbatas untuk pendirian tempat ibadah dan sosial keagamaan. Formulasi hukum yang demikian,
jelas suatu perubahan yang sangat revolusioner. Jika dapat direalisasikan, akan memunculkan pengaruh yang
berlipat ganda terutama dalam kaitannya dengan pemberdayaan ekonomi umat. Dengan demikian, Undang-undang
Nomor 41 tahun 2004 diproyeksikan sebagai sarana rekayasa sosial (social engineering), melakukan perubahan-
perubahan pemikiran, sikap dan perilaku umat Islam agar senafas dengan semangat undang-undang tersebut.

Dengan memperhatikan konteks dan latar belakang lahirnya undang-undang wakaf, sangat terkait dengan motif
politik, ekonomi, dan tertib hukum. Selain bermaksud mengakomodasi kepentingan sosial-religius umat Islam,
pemerintah menyadari bahwa berkembanganya lembaga wakaf dapat meningkatkan kesejahteraan sosial
masyarakat. Karenanya tidak mengherankan, pemerintah diwakili Departemen Agama memainkan peranan yang
signifikan dalam menginisiasi dan menfasilitiasi lahirnya seperangkat peraturan filantropi, khususnya Undang-
undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Sesuai dengan kehendak politik yang tertuang dalam undang-
undang ini pemerintah bukanlah sebagai pelaksana operasional pengelola wakaf tapi pemerintah hanya berfungsi
sebagai regulator, motivator, fasilitator, dan publik servis bagi pengelolaan wakaf.

Berdasarkan uraian di atas, dengan telah diaturnya wakaf dalam bentuk undang-undang di Indonesia, sektor
wakaf dapat lebih difungsikan ke arah peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi umat. Dari sini nampak jelas
bagaimana kepentingan kesejahteraan sosial sangat kuat mempengaruhi proses regulasi di bidang perwakafan.
Semangat pemberdayaan potensi wakaf secara produktif dan profesional yang dikumadangkan undang-undang
wakaf adalah untuk kepentingan kesejahteraan umat manusia di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, maupun
bidang sosial keagamaan lainnya. Seruan ini mendorong munculnya lembaga pengelola wakaf uang yang
dilakukan oleh perusahaan investasi, bank syari’ah, dan lembaga investasi syari’ah lainnya, seperti yang dilakukan
oleh Tabung Wakaf Indonesia Dompet Dhuafa Republika.
- MANAJEMEN WAKAF UANG PADA TABUNG WAKAF INDONESIA (TWI)

Peran dan potensi dana ummat dalam pembangunan sangat potensial. Berdasarkan kondisi ini, maka Dompet
Dhuafa tergerak untuk mengambil inisiatif membentuk institusi Tabung Wakaf Indonesia (TWI) yang berfungsi
selaku pengelola wakaf (nazhir wakaf) khususnya wakaf uang, sekaligus mengalokasikannya secara tepat dengan
profesionalitas dan amanah. Tabung Wakaf Indonesia (TWI) merupakan badan unit atau badan otonom dengan
landasan badan hukum Dompet Dhuafa Republika, berdiri pada tanggal 14 Juli 2005. TWI merupakan badan
hukum yayasan yang telah kredibel dan memenuhi persyaratan sebagai nazhir wakaf sebagaimana dimaksud
Undang-undang Wakaf.12 Yakni sebagai nazhir wakaf berbentuk badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan,
dan keagamaan Islam.13 Pendirian lembaga pengelola wakaf ini adalah untuk mewujudkan sebuah lembaga nazhir
wakaf dengan model suatu lembaga keuangan yang dapat melakukan kegiatan mobilisasi penghimpunan harta
benda dan dana wakaf guna memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat. Lembaga ini ikut mendorong
pembangunan sosial dan pemberdayaan ekonomi. Kelahiran lembaga ini diharapkan dapat melakukan optimalisasi
wakaf sehingga wakaf dapat menjadi penggerak ekonomi ummat. Sasaran lembaga pengelola wakaf adalah seluruh
lapisan masyarakat yang memiliki kemampuan berwakaf dan masyarakat yang menjadi sasaran program
pemberdayaan TWI.

Dompet Dhuafa Republika merupakan institusi pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat pada tanggal 8
Oktober 2001. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 439 Tahun 2001, Dompet
Dhuafa Republika pun dikukuhkan sebagai Lembaga Amil Zakat.14 Itu berarti payung hukum yang dipakai
sampai saat ini untuk legalitas lembaga pengelola wakaf uang masih sebagai amil zakat, belum sebagai nazhir.

Kegiatan utama TWI, yang mempunyai visi “Membangkitkan peran wakaf sebagai penegak dan pembangkit
ekonomi ummat”, dan misi “Mendorong pertumbuhan ekonomi ummat serta optimalisasi peran wakaf dalam
sektor sosial dan ekonomi produktif “adalah melakukan kegiatan menghimpun harta benda wakaf baik berupa
benda tidak bergerak, maupun benda bergerak dan melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf
yang telah dihimpunnya untuk kepentingan ummat. 15

Mekanisme yang dilakukan Tabung Wakaf Indonesia (TWI) dalam mengelola dana wakaf uang dapat dilihat
dari beberapa aspek yakni penghimpunan dana wakaf, manajemen investasi serta pendistribusiannya
kepada mauquf alaih.

1. Manajemen Fundraising Dana Wakaf

Pada dasarnya pengelolaan harta wakaf, baik wakaf benda tidak bergerak, maupun wakaf benda bergerak telah
dilakukan oleh Dompet Dhuafa Republika sejak tahun 2001. Hal ini terlihat dari berhasilnya Dompet Dhuafa
Republika menghimpun dana wakaf uang sebesar Rp86.968.000,00 Penghimpunan dana wakaf uang ini
meningkat tahun 2002, sebesar Rp822.451.600,00 Peningkatan ini nampaknya dipengaruhi oleh keluarnya fatwa
MUI tentang wakaf uang 11 Mei 2002. Peningkatan jumlah dana yang berhasil dihimpun ini terus terjadi tahun
2004 di saat pembahasan dan pensahan undang-undang wakaf. Ini terlihat dari laporan keuangan Dompet Dhuafa
tahun 1425 H yang menunjukkan terjadinya peningkatan yang signifikan yakni Rp7.443.389.785,00 Hal ini berarti
sejak ditetapkan sebagai lembaga yang khusus mengelola wakaf uang, TWI mencoba melakukan tanggung
jawabnya secara profesional. Sejak peresmian TWI menjadi lembaga pengelola wakaf yang diberi kewenangan
untuk mengakses potensi wakaf uang secara mendiri.

- HADITS TENTANG WAKAF

Hadits-hadits berikut dibawakan oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Bulugh Al-Marram ketika mengangkat
bahasan wakaf. Kita lihat hadits pertama yang menerangkan tentang wakaf itu termasuk amal jariyah.
Wakaf sendiri berarti menahan bentuk pokok dan menjadikannya untuk fii sabilillah sebagai bentuk qurbah
(pendekatan diri pada Allah). (Lihat Minhah Al-‘Allam, 7: 5)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ُ‫عو لَه‬ َ ‫ار َي ٍة َو ِع إل ٍم يُ إنتَفَ ُع ِب ِه َو َولَ ٍد‬


ُ ‫صا ِلحٍ َي إد‬ َ ‫ط َع َع َملُهُ ِإ اَّل ِم إن ث َ ََلث َ ٍة ِم إن‬
ِ ‫صدَقَ ٍة َج‬ َ َ‫سا ُن ا إنق‬ ِ ‫ات إ‬
َ ‫اْل إن‬ َ ‫ ِإذَا َم‬-

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah
jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang shalih” (HR. Muslim no. 1631)

Yang dimaksud sedekah jariyah adalah amalan yang terus bersambung manfaatnya. Seperti wakaf aktiva
tetap (contoh: tanah), kitab, dan mushaf Al-Qur’an. Inilah alasannya kenapa Ibnu Hajar Al-Asqalani memasukkan
hadits ini dalam bahasan wakaf dalam Bulughul Maram. Karena para ulama menafsirkan sedekah jariyah dengan
wakaf.

Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan berkata, “Hadits ini jadi dalil akan sahnya wakaf dan pahalanya yang besar di
sisi Allah. Di mana wakaf tersebut tetap manfaatnya dan langgeng pahalanya. Contoh, wakaf aktiva tanah seperti
tanah, kitab, dan mushaf yang terus bisa dimanfaatkan. Selama benda-benda tadi ada, lalu dimanfaatkan, maka
akan terus mengalir pahalanya pada seorang hamba.” (Minhah Al-‘Allam, 7: 11).

Imam Ash-Shan’ani menyebutkan, “Para ulama menafsirkan sedekah jariyah dengan wakaf. Perlu
diketahui bahwa wakaf pertama dalam Islam adalah wakaf dari ‘Umar bin Al-Khattab sebagaimana nanti akan
disebutkan haditsnya yang dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah. Kaum Muhajirun berkata, “Wakaf pertama dalam
Islam adalah wakaf dari Umar.” (Subul As-Salam, 5: 226)
- KONSEP WAKAF DALAM ISLAM

Kata wakaf (jamaknya: awqaf) mengandung arti mencegah atau penahanan. Lebih jauh dapat dikatakan juga
bahwa wakaf sebagai sesuatu yang substansi (wujud aktiva) dipertahankan, sementara hasil atau manfaatnya
digunakan sesuai dengan keinginan dari orang yang menyerahkan (waqif) dengan proses legal sesuai dengan
fungsi wakaf yang disebutkan dalam UU No.41 Tahun 2004 Pasal 5 yang menyatakan wakaf berfungsi untuk
mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan
kesejahteraan umum. Wakaf tunai merupakan dana yang dihimpun oleh pengelola wakaf (nadzir) melalui
penerbitan sertifikat wakaf tunai yang dibeli oleh masyarakat.

Wakaf tunai dapat juga diartikan mewakafkan harta berupa uang atau surat berharga yang dikelola oleh
institusi (perbankkan atau lembaga keuangan syari’ah) yang keuntungannya akan disedekahkan, dengan syarat
modalnya tidak bisa dikurangi untuk sedekahnya, sedangkan dana wakaf yang terkumpul selanjutnya dapat
digulirkan dan diinvestasikan oleh nadzir ke dalam berbagai sektor usaha yang halal dan produktif, sehingga
keuntungannya dapat dimanfaatkan untuk pembangunan umat dan bangsa secara keseluruhan. Komisi Fatwa
Majelis Ulama Indonesia telah menetapkan fatwa berkenaan dengan wakaf tunai yang menyatakan bahwa (1)
wakaf uang (cash wakaf atau waqf al-Nuqud) adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga
atau badan hukum dalam bentuk uang tunai, (2) termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga,
(3) wakaf uang hukumnya boleh (jawaz), (4) wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal
yang dibolehkan secara syar’i, dan (5) nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual,
dihibahkan dan atau diwariskan.

- KEDUDUKAN WAKAF DALAM ISLAM

Wakaf merupakan salah satu lembaga hukum Islam. Pelaksanaannya di Indonesia mengalami perkembangan.
Secara yuridis terdapat peraturan yang mengatur tentang wakaf, yaitu PP No. 28 Tahun 1977 dan Inpres No. 1
Tahun 1991. Peraturan itu belum memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga lahirlah undang-undang tentang
wakaf yang memberikan kepastian hukum dan menjadi landasan legal bagi kedudukan dan pengelolaan wakaf di
Indonesia. Wakaf sebagai suatu institusi keagamaan, disamping berfungsi sebagai ubudiyah juga berfungsi sosial.
Dalam fungsinya sebagai ibadah, wakaf diharapkan akan menjadi bakal kehidupan si wakif (orang yang
mewakafkan) di kemudian hari, karena wakaf adalah suatu bentuk amal yang pahalanya akan terus mengalir
selama harta wakaf itu dimanfaatkan. Amalan wakaf ini merupakan amalan shodaqoh yang telah dilembagakan
dan harta benda yang telah diwakafkan tersebut digunakan untuk amal kebaikan yang terlepas dari hak milik
perorangan, dan menjadi milik Allah. Maka harta yang telah dilembagakan dan menjadi milik umum tersebut
penggunaannya harus disesuaikan dengan tujuan wakaf itu sendiri.
- SEJARAH SINGKAT WAKAF DI INDONESIA

Sejarah perkembangan wakaf di Indonesia dapat dikatakan sejalan dengan perkembangan penyebaran Islam.
Pada masa-masa awal penyiaran Islam, kebutuhan terhadap masjid untuk menjalankan aktivitas ritual dan dakwah
berdampak positif, yakni pemberian tanah wakaf untuk mendirikan masjid menjadi tradisi yang lazim dan meluas
di komunitas-komunitas Islam di Nusantara.

Seiring dengan perkembangan sosial masyarakat islam dari waktu ke waktu praktik perwakafan mengalami
kemajuan setahap demi setahap. Tradisi wakaf untuk tempat ibadah tetap bertahan dan mulai muncul wakaf lain
untuk kegiatan pendidikan seperti untuk pendirian pesantren dan madrasah. Dalam periode berikutnya, corak
pemanfaatan wakaf terus berkembang, sehingga mencakup pelayanan sosial kesehatan, seperti pendirian klinik dan
panti asuhan. Perkembangan modern wakaf menunjukkan bahwa di Indonesia seperti Nahdlatul Ulama dan
Muhammadiyah.

Pada tingkat tertentu, perkembangan wakaf juga dipengaruhi oleh kebijakan perundang-undangan pada
masanya. Sejak masa kolonial, aturan wakaf telah ada terkait dengan administrasi dan pencatatan wakaf. Aturan
perundang-undangan wakaf tersebut terus berkembang sejalan dinamika perkembangan dan pengelolaan wakaf di
lapangan. Dari sini, jumlah dan aset wakaf terus meningkat. Meskipun demikian, peningkatan tersebut tidak
disertai dengan upaya peningkatan mutu pengelolaan wakaf, terutama peningkatan mutu sumber daya manusia dan
manajemennya. Karena itu, tidak heran mengapa wakaf produktif tidak tumbuh dengan baik.

Wakaf merupakan ajaran Islam yang umum dipraktikkan masyarakat. Wakaf untuk masjid, lembaga
pendidikan, pesantren, dan kuburan merupakan jenis wakaf yang paling dikenal oleh masyarakat. Praktik wakaf ini
diasumsikan telah ada sejak Islam menjadi kekuatan sosial politik dengan berdirinya beberapa kerajaan Islam di
Nusantara sejak akhir abad ke-12 M. Di Jawa Timur, tradisi yang menyerupai praktik wakaf telah ada sejak abad
ke-15 M dan secara nyata disebut wakaf dengan ditemukannya bukti-bukti historis baru ada pada awal abad ke-16.
Di Sumatera, Aceh, wakaf disebutkan mulai muncul abad ke-14 M. Meskipun demikian perlu ditekankan di sini
bahwa praktik-praktik yang menyerupai wakaf dilaporkan telah ada sejak jauh sebelum datangnya Islam ke
Nusantara.

Praktik yang menyerupai wakaf ini dapat ditemukan dalam tradisi penyerahan tanah di beberapa daerah.
Misalnya, di Mataram, telah dikenal praktik semacam wakaf yang disebut tanah perdikan, di Lombok dikenal
tanah pareman. Dalam tradisi masyarakat Baduy di Cibeo, Banten Selatan juga dikenal huma serang dan di
Minangkabau ada pula tanah pusaka (tinggi). Selanjutnya di Aceh dikenal tanah wnkeuh, yaitu tanah pemberian
sultan yang digunakan untuk kepentingan umum sperti bertani, berkebun, dan membangun sarana umum.
Lembaga wnkeuh ini terus bertahan hingga masa kolonial. Hasil tanah wenkeuh biasanya dipakai untuk membiayai
kenduri tahunan, pelaksanaan ibadah termasuk pembangunan masjid dan meunasah.
Masa awal tumbuhnya wakaf dapat ditelusuri sejak abad ke 12 M, yakni ketika terjadi penetrasi Islam oleh
para guru sufi ke Nusantara. Peran guru sufi ini memberi pengaruh pada penduduk setempat dan memberi andil
bagi penyebaran Islam. samapi dengan abad ke-14 M, pengaruh para pengembara sufi dalam mengembangkan
ajaran Islam semakin meluas dan mulai masuk melalui pintu-pintu kerajaan di Nusantara. Bukti paling kuat dapat
ditelusuri dari peran Walisongo ketika memperkenalkan Islam.

Untuk menyebarkan Islam ke lingkungan Istana, para wali biasanya memulainya dengan mendirikan pesantren
dan masjid di lingkungan kesultanan (istana). Pola ini dilakukan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim (w. 1419 M),
dan Sunan Ampel (w. 1467 M), yang kemudian diikuti oleh para tokoh walisongo lainnya. Masjid dan pesantren-
pesantren, di samping menjadi anak panah penyebaran Islam, dikenal juga sebagai institusi wakaf pertama yang
menjadi benih bagi perkembangan filantropi Islam pada masa berikutnya.

Dalam studinya, Rachmat Djatnika menyatakan bahwa sebagai kelembagaan yang berdiri pada abad ke-15,
seperti Masjid Rahmat dan Masjid Ampel belum bisa dikatakan wakaf jika dilihat dari karakteristik wakaf
berdasarkan mazhab Syafi’i. Sejauh Observasi Djatnika terhadap kedua masjid tersebut, tidak ditemukan bukti
ikrar wakaf dan tidak diketahui siapa wakifnya, dua rukun wakaf yang disyaratkan imam Syafi’i. Menurut
Djatnika, berdasarkan catatan dan bukti-bukti historis, diketahui bahwa wakaf baru terjadi pada awal abad ke-16 M
di Jawa Timur. Pada masa tersebut, terdapat enam buah wakaf dengan total 20.615 m2.

Pada masa berikutnya, jumlah wakaf bertambah menjadi 7 wakaf dan terus bertambah hinga tahun 1751-1800
menjadi 61 lokasi wakaf. Dalam perkembangan berikutnya di abad XIX, tercatat 303 lokasi wakaf tanah milik.

Praktik dan tradisi wakaf seperti di atas menyebar hampir merata di Nusantara. Jika di Jawa, wakaf
dipraktikkan melalui pendirian masjid dan pesantren, di wilayah lain, seperti Sumatera wakaf dipraktikkan melalui
pendirian surau di Minangkabau, di tangan para tokoh agama, seperti Syaikh Khatib, Syaikh Thaher Djalaludin,
Syaikh Muhammad Djamil Djambek, Syaikh Ibrahim Musa, dan Haji Rasul, institusi keagamaan surau dan Masjid
didirikan. Selain itu, sebagian wakaf digunakan untuk mengembangkan sekolah-sekolah agama, seperti thawalib,
parabek, dan diniyah.

Selanjutnya perkembangan wakaf di Sumatera, khususnya Aceh, muncul sejak pertengahan abad ke -14 M.
Pada masa ini, para sultan Aceh dikenal sangat mengutamakan pendidikan. Untuk untuk mendukung akan
pendidikan tersebut, didirikanlah masjid dan meunasah. Pada masa awal islamisasi, masjid maupun meunasah
tidak saja digunakan untuk tempat ibadah keagamaan, tetapi juga bersifat multifungsi. Misalnya, sebagai sarana
proses belajar mengajar berlangsung, untuk aktivitas sosial, politik, kebudayaan, dan sebagainya.

Sementara itu, dalam struktur birokrasi kerajaan, masjid di Aceh memiliki tugas untuk mengelola dan mengurusi
persoalan-persoalan keagamaan, seperti pernikahan, salat, zakat, wakaf, dan lain-lain. Hal ini menguntungkan
posisi ulama selaku orang yang memiliki peran langsung di masjid karena peran ini juga, mereka mendapat
penghormatan tinggi dari Sultan.

Di antara ulama yang mendapat penghormatan pada masa itu ialah: Syekh Syamsudin bin ‘Abdullah as-
Sumatrani, Hamzah Fansuri, Syekh Ibrahim as-Syam, Nuruddin ar-Raniri,’Abd ar-Rauf as-Sinkli. Para ulama
inilah yang kemudian mengembangkan dan memperkuat doktrin fiqh Imam Syafi’i dan serangkaian ajaran tasawuf
dalam perkembangan Islam di Nusantara lebih lanjut.

Wakaf untuk Masjid maupun kegiatan dakwah seperti digambarkan pada periode awal munculnya wakaf di
atas, juga terjadi pada masa-masa berikutnya. Bahkan hingga sekarang, paraktik wakaf untuk masjid, madrasah,
dan pesantren masih terjadi secara dominan. Djatnika menyebutkan bahwa wakaf pertama pada awal abad ke-16
M, yaitu wakaf dari KH Abdul Wahab di Beji Lamongan berupa langgar yang dikenal dengan Langgar Beji.

Tempat tersebut selain berfungsi untuk melaksanakan kegiatan keagamaan, juga dipergunakan sebagai
tempat belajar belajar agamaoleh para muridnya. Wakaf lain adalah wakaf Raden Nur Rahmat di Sendangduwur.
Di tempat ini didirikan kompleks yang di dalamnya terdapat masjid dan di sekitarnya ada lahan pemakaman.
Raden Nur Rahmat yang diberi gelar Sunan Sendangduwur oleh Sunan Drajat ini berjasa mengembangkan ajaran
Islam di daerah tersebut.

Dari gambaran perkembangan awal wakaf di atas, tampak jelas bahwa corak keagamaan dari tradisi
pemanfaatan wakaf di Indonesia berkaitan langsung dengan corak penyebaran dan perkembangan agama Islamdi
Nusantara. Karena ini jugalah yang membuat tradisi wakaf di negara Muslim lain, seperti Turki dalam kurun
waktu yang relatif sama. Di pusat kesultanan Utsmaniyah tersebut, telah tumbuh berbagai tradisi wkaf seperti
wakaf air minum, wakaf dapur umum, wakaf untuk kamar mandi umum, dan jembatan.

Meskipun demikain, terdapat fakta bahwa wakaf dalam bentuk rumah tinggal pernah didirikan di luar
negeri, tepatnya di Makkah oleh para Sultan di Nusantara. Dalam bukunya Makkah Hurgronje menyebutkan
bahwa ada cukup banyak rumah dan penginapan wakaf milik komunitas Jawah (Nusantara) yang berfungsi untuk
memfasilitasi para jamaah haji dari Nusantara. Rumah-rumah tersebut didedikasikan oleh para pembesar negeri
saat melaksanakan ibadah haji atau pun merupakan sumbangan yang dikumpulkan oleh Syaikh ketika
membimbing ibadah haji. Di antara rumah wakaf yang cukup terkenal adalah rumah wakaf Aceh, rumah wakaf
Banten, dan rumah wakaf Pontianak.

Di atas disebutkan bahwa wakaf untuk kegiatan keagamaan lebih dudlu dipraktikkan. Namun, dalam waktu
yang tidak terlalu lama, yakni pada masa berikutnya, terdapat pula wakaf untuk kesejahteraan sosial. Misalnya
wakaf tanah dan bangunan dari Sultan Notokusumo I Raja Sumenep tahun 1786 M untuk fakir miskin. Djatnika
menduga bahwa pemberian wakaf untuk kesejahteraan sosial semacam ini didorong oleh siasat untuk mencegah
tanah tersebut jatuh VOC.
- WAKAF DALAM PERSPEKTIF SYARI’AH

Wakaf merupakan salah satu sumber dana sosial potensial yang erat kaitannya dengan kesejahteraan umat di
samping zakat, infak dan sedekah. Terlebih karena ajaran agama menjadi motivasi utama masyarakat untuk
berwakaf. Di Indonesia, wakaf telah dikenal dan dilaksanakan oleh umat Islam sejak agama Islam masuk di
Indonesia. Sebagai salah satu institusi keagamaan yang erat hubungannya dengan sosial ekonomi, wakaf telah
banyak membantu pembangunan secara menyeluruh di Indonesia, baik dalam pembangunan sumber daya manusia
maupun dalam pembangunan sumber daya sosial.

Tak dapat dipungkiri, bahwa sebagian besar rumah ibadah, perguruan Islam dan lembaga-lembaga keagamaan
Islam lainnya dibangun diatas tanah wakaf. Namun amat disayangkan bahwa persepsi sebagian besar masyarakat
Muslim di Indonesia mengenai obyek wakaf masih terbatas pada tanah dan bangunan dan meskipun saat ini sudah
mulai berkembang pada uang, saham dan benda bergerak lainnya. Demikian pula berdasarkan data yang ada dalam
masyarakat, umumnya wakaf di Indonesia sebagian besar di gunakan untuk kuburan, masjid dan madrasah, dan
sedikit sekali yang di dayagunakan secara produktif. Hal itu tentunya tidak terlepas dari kenyataan bahwa sebagian
besar harta yang diwakafkan baru berkisar pada asset tetap (fixed asset), seperti tanah dan bangunan.

Dalam perekonomian moderen dewasa ini, uang memainkan peranan penting di dalam menentukan kegiatan
ekonomi masyarakat suatu negara. Disamping berfungsi sebagai alat tukar dan standar nilai, uang juga merupakan
modal utama bagi perubahan perekonomian dan penggerak pembangunan. Bahkan, dewasa ini nyaris tak satupun
negara yang lepas dari kebutuhan uang dalam mendanai pembangunannya. Tapi ironisnya tidak sedikit
pembangunan di negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim masih dibiayai oleh modal hutang. Indonesia
termasuk diantara negara-negara yang pembangunannya masih dibiayai oleh modal hutang yaitu dengan
mengandalkan uang pinjaman dari lembaga keuangan multilateral, seperti, World Bank, ADB dan satu negara
donor yang tergabung dalam CGI. Lebih ironis lagi ialah ajaran agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk
muslim tersebut tidak pernah menganjurkan umatnya untuk berhutang apalagi menumpuk-numpuk hutang yang
akan membebani generasi setelahnya.

Dari apa yang dikemukakan diatas, diperoleh gambaran betapa pentingnya kedudukan wakaf dalam masyarakat
muslim dan betapa besarnya peranan uang dalam perekonomian dewasa ini. Hanya saja potensi wakaf yang besar
tersebut belum banyak didayagunakan secara maksimal oleh pengelola wakaf akibat terbatasnya pemahaman
masyarakat mengenai obyek benda yang boleh diwakafkan serta masih terbatasnya nazir wakaf yang memiliki
sumber daya yang profesional dan manajerial.
Padahal wakaf memiliki potensi yang sangat bagus untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat, terutama
dengan konsep wakaf Uang. Terlebih disaat pemerintah tidak sanggup lagi menyejahterahkan rakyatnya. Karena
itu makalah ini dibuat untuk melihat bagaimana legalitas wakaf uang dalam Hukum Islam dan sejauh mana wakaf
uang mampu berperan sebagai alternatif menyejahterakan umat dalam Ekonomi Islam.

- BENTUK – BENTUK WAKAF

Dalam pandangan islam ada dua model investasi yang harus dimiliki oleh setiap Muslim, yaitu investasi dunia dan
investasi akhirat. Investasi dunia biasanya diwujudkan dengan menyimpan uang dalam bentuk tabungan, emas,
tanah dan lain sebagainya.

Dalam Islam, investasi akhirat itu atau shodaqoh terdiri dari dalam beberapa bentuk, yaitu zakat, infak, sedekah,
dan shodaqoh jaariyah (wakaf) yang akan mengalir menjadi multimanfaat. Wakaf berdasarkan peruntukkan
merupakan salah satu macam wakaf yang dilihat dari segi kemanfaatannya. Jenis wakaf ini dibagi lagi menjadi
tiga, yaitu wakaf khairi, wakaf ahli, dan wakaf musytarak.

1. Wakaf khairi adalah wakaf yang digunakan untuk kebaikan yang terus menerus dan tahan lama. Pihak
yang memberikan barang wakaf (wakif) mensyaratkan bahwa wakaf harus digunakan untuk menyebar
manfaat jangka panjang, contohnya masjid, sekolah, rumah sakit, hutan, sumur, dan bentuk lainnya untuk
kesejahteraan masyarakat.

2. Lalu, Wakaf Ahli merupakan jenis wakaf yang kebermanfaatannya ditujukan untuk keturunan wakif.
Wakaf ini dilakukan oleh wakif kepada kerabat atau keluarganya, contohnya kisah wakaf Abu Thalhah
yang membagikan harta wakaf untuk keluarga pamannya.

3. Kemudian, Wakaf Musytarak merupakan wakaf yang manfaatnya ditujukan untuk keturunan wakif dan
masyarakat umum, contohnya yaitu yayasan yang berdiri di atas tanah wakaf, pembebasan sumur pribadi
untuk digunakan oleh masyarakat luas.
DAFTAR HADIR
PENYULUHAN AGAMA ISLAM NON PNS
KECAMATAN SIANTAR UTARA
KOTA PEMATANGSIANTAR
Nama Pengajian : Jema’ah Masjid Al-Ikhlas
Alamat : Jalan Bintang Maratur Kel. Bane Kec. Siantar Utara
Hari / Tanggal : _____________________________________________
Pokok Bahasan :______________________________________________

No Nama Tanda Tangan


1 SAKDIN PURBA
2 SULAEMAN
3 CHAERUL MU’MIN
4 ILYAS SIMATUPANG
5 AHMAD BANGUN LUBIS
6 CHOIRI
7 SYA’BAN
8 IRVAN
9 MARZUKI
10 AZWARDI SARAGIH
11 ANDI MANALU
12 RISBEN HUTABARAT
13 AMRI SIREGAR
14 RINALD
15 AHMAD AFANDI
16 ABDUL RAHMAN SIMATUPANG
17 SUTOYO

PAI NON PNS KEC. SIANTAR UTARA BKM Al-Ikhlas


Kel. Bane, Kec. Siantar Utara

SITI RAHMADANI,S.Pd M. GUNARIO. S


DAFTAR HADIR
PENYULUHAN AGAMA ISLAM NON PNS
KECAMATAN SIANTAR UTARA
KOTA PEMATANGSIANTAR
Nama Pengajian : Majelis Ta’lim Ar-Rohimah
Alamat : Jln. Meranti, Kel. Kahean Kec. Siantar Utara
Hari / Tanggal : _____________________________________________
Pokok Bahasan :______________________________________________

No Nama Tanda Tangan


1 RUKIYATI
2 RIWIS
3 YATIN
4 SUPINAH
5 JANNAH
6 ERPIYAH
7 NDARI
8 SURI
9 SINTA
10 WATIK
11 ANTI
12 WAGINI
13 YURI
14 PARTINI
15 DIRA
16 NUR

PAI NON PNS KEC. SIANTAR UTARA Majelis Ta’lim Ar-Rohimah

SITI RAHMADANI,S.Pd ANITA


DAFTAR HADIR
PENYULUHAN AGAMA ISLAM NON PNS
KECAMATAN SIANTAR UTARA
KOTA PEMATANGSIANTAR
Nama Pengajian : Majelis Ta’lim Al-Khodijah
Alamat : Jln. Kabu-Kabu Kel. Kahean Kec. Siantar Utara
Hari / Tanggal : _____________________________________________
Pokok Bahasan :______________________________________________

No Nama Tanda Tangan


1 HJ. JUNIAR
2 MARIATI
3 SUMARNI
4 ANISA
5 WIZRA ARYANI
6 AFIFAH
7 RINI RAHAYU
8 RANI
9 MARSIYEM
10 NURHIDAYATI
11 NUR’AINI
12 NENI
13 JURAIDA
14 NANI
15 LESTARI
16 TUMINI
17 RUKIYA

PAI NON PNS KEC. SIANTAR UTARA Majelis Ta’lim Al-Khodijah

SITI RAHMADANI,S.Pd SUMARNI


DOKUMENTASI PENYULUHAN BULAN JANUARI 2023

(MINGGU KE-I)

(MINGGU KE-II)
(MINGGU KE-III)

(MINGGU KE-IV)

Anda mungkin juga menyukai