Anda di halaman 1dari 13

EFEKTIVITAS MAGNESIUM PADA GEJALA MENSTRUASI DIANTARA

MAHASISWA DISMENORE

Tugas Mata Kuliah


Evidence Based For Midwifery In The Community Practice

Disusun Oleh :
EKA LILI MAYASARI
HASTATIARNI
OFRIDA TO

POLTEKKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR


PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2022
A. MASALAH

Dismenore dan gejala terkait adalah masalah yang paling sering dialami wanita
dengan siklus ovulasi normal. Prevalensi dismenore primer dan sekunder adalah 71% dan
18% pada wanita muda di Iran
Dismenore primer sering terjadi pada lebih dari 50% wanita dan 15% diantaranya
mengalami nyeri yang hebat. Dismenore primer dialami oleh 60-75% perempuan muda. Tiga
perempat jumlah tersebut mengalami dismenore dengan intensitas ringan dan sedang,
sedangkan seperempat lainnya mengalami dismenore dengan tingkat berat. Di Indonesia,
kejadian dismenore primer mencapai 54,89% Beberapa studi menyatakan bahwa dismenore
dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Sekitar 10-15% perempuan dapat absen dari sekolah
dan kehilangan waktu bekerja karena dismenore.

Penyebab pasti dari dismenore primer tidak diketahui meskipun teori yang
diterima secara luas adalah produksi prostaglandin uterus yang berlebihan. Meskipun
obat anti-prostaglandin efektif dalam pengobatan dismenore, penggunaan jangka
panjangnya dapat menyebabkan beberapa efek samping seperti mual, gastritis, nekrosis
papiler ginjal, dan penurunan aliran darah ginjal. Kekurangan magnesium dapat banyak
gangguan termasuk kelelahan, lekas marah, kelemahan, dan dismenore. Magnesium
mempengaruhi kontraktilitas dan relaksasi otot polos rahim dan dapat menghambat
sintesis prostaglandin. Tingkat magnesium pada wanita dengan dismenore primer rendah. Oleh
karena itu, ada kemungkinan bahwa magnesium dapat mengurangi keparahan nyeri haid
dan gejala yang terkait dengan penurunan kadar Prostaglandin.

B. PERTANYAAN KLINIK TERKAIT MASALAH

Intervention 2 dosis magnesium yang efektif dalam


mengurangi keparahan gejala menstruasi (150
mg atau 300 mg)
C. PICO

P : Mahasiswa dengan dismenore primer yang tinggal di asrama


Universitas Ilmu Kedokteran Ahvaz Jundishapur
I : Mahasiswa meminum pil magnesium (dua kelompok 150 mg atau
300 mg)
C : 1 kelompok mahasiswa meminum pil tablet Plasebo
O : kedua dosis magnesium stearat (150 dan 300 mg) dapat
mengurangi keparahan gejala menstruasi pada siswa dengan
dismenore primer tanpa efek samping.
T : waktunya tidak disebut kapan, hanya pda hasil disebutkan .Peneliti
secara intensif mengikuti partisipan selama empat siklus (dua
siklus sebelum dan dua siklus setelah perlakuan).

E. ARTIKEL

Jurnal Internasional Ilmu Kesehatan dan Reproduksi Wanita Vol. x,


No. x, xx 2021, x–x ISSN 2330-4456

F. CRITICAL APPRAISAL

Komponen Jurnal Pertanyaan untuk membantu telaah jurnal


A. Pendahuluan 1. Apa masalah penelitian?
(Introduction) Dismenore dan gejala terkait adalah masalah yang paling sering dialami
wanita dengan siklus ovulasi normal.
2. Seberapa besar masalah tersebut? (dapat dilihat dari prevalensi atau
insiden masalah, adanya peningkatan masalah dibandingkan sebelumnya
atau dibandingkan dengan area lain)
Prevalensi dismenore primer dan sekunder adalah 71% dan 18% pada wanita
muda di Iran Meskipun obat anti-prostaglandin efektif dalam pengobatan
dismenore, penggunaan jangka panjangnya dapat menyebabkan beberapa
efek samping seperti mual, gastritis, nekrosis papiler ginjal, dan
penurunan aliran darah ginjal.
3. Dampak masalah jika tidak diatasi
 Kekurangan magnesium dapat banyak gangguan termasuk kelelahan,
lekas marah, kelemahan, dan dismenore. Magnesium mempengaruhi
kontraktilitas dan relaksasi otot polos rahim dan dapat menghambat
sintesis prostaglandin.
4. Bagaimana kesenjangan yang terjadi? (bandingkan antara masalah yang
ada/kenyataan dengan harapan/target)
 Hasil tinjauan klinis menunjukkan bahwa penggunaan magnesium
dalam beberapa percobaan dapat mengurangi dismenore dan kadar
prostaglandin dalam darah.
5. Berdasarkan masalah penelitian, apa tujuan dari hipotesis yang
ditetapkan oleh penelitian
 Berdasarkan hipotesis nol penelitian ini, dua dosis magnesium 150
dan 300 mg sama-sama efektif dalam meredakan dismenore.

B. Metode 6. Apa desain penelitian yang digunakan oleh peneliti?


(Method)  Penelitian ini menggunakan desain uji coba terkontrol double blind
B.1 Desain (2kelompok intervensi dan 1 kelompok control)
Penelitian 7. Untuk desain eksperimen :
a. Apakah menggunakan kelompok control untuk menentukan
efektifitas suatu intervensi?
 Ya, 1 kelompok control plasebo
b. Apakah peneliti melakukan random alokasi (randomisasi)?
 Ya
c. Jika peneliti melakukan randomisasi, bagaimana prosedurnya, apakah
dilakukan randomisasi sederhana, blok atau strafikasi? Siapa yang
melakukan randomisasi?
 Peserta secara acak dibagi menjadi tiga kelompok dengan
menggunakan randomisasi strafikasi berdasarkan kelompok umur 18
sd 22 th, dengan skor nyeri menggunakan VAS.
d. Jika ternyata pada data dasar (base line ) terdapat perbedaan
karakteristik/variable perancu pada kedua kelompok, apakah peneliti
melakukan pengendalian pada uji statistic dengan stratifikasi atau uji
multivariate ?
 Ya (analisis ANOVA, Kruskal-Wallis, uji t berpasangan dan uji
Mann-Whitney)
e. Apakah peneliti melakukan masking atau penyamaran dalam
memberikan perlakuan kepada responden (responden tidak menyadari
apakah sedang mendapatkan intervensi yang diujicobakan atau intervensi
lain)?
 Ya, dimana subjek tidak mengetahui adanya pengelompokkan
pada penelitian tersebut sehingga semua subjek hanya mengetahui
mereka menerima perlakuan yang sama .
f. Untuk menjamin kualitas pengukuran, apakah peneliti melakukan
blinding saat mengukur outcome ?
ya, di mana peserta tidak tahu siapa yang mengambil pengobatan dosis
150mg, siapa yang 300mg, dan (kontrol), atau plasebo. Blinding
merupakan upaya agar sampel atau peneliti tidak mengetahui kedalam
kelompok mana sampel dimasukan (eksperimen atau control). Hal ini
menunjukan upaya peneliti meningkatkan validitas informasi.

B.2 Populasi dan 8. Siapa populasi target dan populasi terjangkau?


Sampel  Populasi Target : Mahasiswi dengan dismenore primer di Asrama
Universitas Ilmu Kedokteran Ahvaz jundishapur, Iran.
 Populasi Terjangkau : 60 responden, dengan pembagian 40
responden menjadi kelompok perlakuan, dimana pada 20
responden diberikan terapi 150mg Magnesium, dan 20 responden
diberikan terapi 300mg Magnesium sedangkan 20 responden
menjadi kelompok kontrol yang tidak diberikan Tablet Plasebo
9. Siapa sampel penelitian? Apa kriteria inklusi dan ekslusi sampel?
B.3 Pengukuran  Kriteria Inklusi :
atau  Mahasiswa dengan dismenore primer.
pengumpulan  Memiliki priode menstruasi yang teratur
data  Mengalami dismenore sedang atau berat.
 Lajang
 Berusia 18 dan 22 tahun
Kriteria Ekslusi :

 Dismenore sekunder
 Mahasiswi dengan riwayat penyakit kronis atau mereka yang
menggunakan pil kontrasepsi oral atau suplemen vitamin
10. Bagaimana metode sampling yang digunakan untuk memilih sampel
dari populasi target ?
 Simple Random Sampling

11. Berapa jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ? Metode


atau rumus apa yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel?
Uji coba terkontrol plasebo double-blind Jumlah sample 60 responden,
B.4 Analisis data 40 responden menjadi kelompok perlakuan, dimana pada 20 responden
diberikan terapi 150mg Magnesium, dan 20 responden diberikan terapi
300mg Magnesium sedangkan 20 responden menjadi kelompok kontrol
yang tidak diberikan Tablet Plasebo

12. Variabel apa saja yang diukur dalam penelitian ?


 sosio- demografi dan informasi medis, status dismenore, dan
kebiasaan pribadi
 intensitas Nyeri menstruasi
 keparahan gejala menstruasi.
 Efektifitas magnesium 150mg dan 300mg
13. Metode apa yang digunakan untuk mengumpulkan data ?
Untuk memilih subjek, salah satu peneliti mendatangi kamar siswa di
asrama yang dipilih. diminta untuk mengisi kuesioner yang berisi
pertanyaan untuk menentukan orang yang memenuhi syarat, Kemudian,
gadis-gadis muda diminta untuk mencatat intensitas nyeri mereka di
daftar periksa (buku harian) selama dua siklus berturut-turut.
14. Alat ukur apa yang digunakan untuk mengumpulkan data ?
 menggunakan Skala Analog Visual (VAS)
 Skala Gejala Somatik (SSS)
15. Bagaimana validitas dan reabilitas alat ukur/instrumen yang
digunakan ? Apakah peneliti menguji validitas dan digunakan untuk
menguji validitas dan reabilitas alat ukur dan bagaimana hasilnya ?
 Alat ukur sudah baku sehingga tidak perlu dilakukan uji validitas
dan reabilitas
16. Siapa yang melakukan pengukuran atau pengumpulan data? Apakah
dilakukan penelitian khusus untuk observer atau yang melakukan
pengukuran ?

Yang melakukan pengukuran/pengumpulan data adalah peneliti sendiri


dimana hasil VAS dan SSS dari sampel akan langsung di kumpulkan dan
dilakukan intrpretasi data.

17. Uji statistic apa yang digunakan untuk menguji hipotesis atau
menganalisis data ?
 uji ANCOVA digunakan untuk membandingkan antara perbedaan
rata-rata sebelum dan sesudah intervensi.

18. Untuk penelitian eksperimen apakah peneliti menggunakan metode


intention to treat atau on treatment analysis ?
 On treatment analysis hanya menganalisis sampel yang mengikuti
penelitian sampai selesai saja, sedangkan sampel drop out
dianggap tidak mengikuti penelitian dan tidak diikutkan dalam uji
analisis
19. Program atau software statistic apa yang digunakan peneliti untuk
menganalisis data ?

 Analisis data dilakukan menggunakan SPSS (versi 16.0), dan


P<0,05 dianggap signifikan secara statistik.

C. Hasil 20. Bagaimana alur(flow)penelitian yang menggambarkan responden yang


Penelitian mengikuti penelitian sampai selesai, drop out dan loss of follow up?
Tindak lanjut pra interpensi 99 responden, 39 responden dikecualikan
(intensitas nyeri dibawah standar ) 11 responden tidak ada kerja sama
yang baik, (tidak mencatat skala nyeri pada buku harian) dan 28
responden menyesal untuk berpartisipasi. Tersisa 60 responden yang akan
dilakukan intervensi, dibagi menjadi 3 kelompok, 20 klompok control
(placebo), 20 klompok penerima magnesium 150 mg, 20 klompok
penerima magnesium 300 mg. masing2 klompok menyelesaikan
intervensi dan di analisis

C.1 Alur
penelitian dan
data base line
21. Bagaimana karakteristik responden dan base line data ?
 Dari 60 subjek yang memenuhi syarat, berjenis kelamin wanita
berusia rata2 20-21 tahun, IMT, 24-25, usia saat menarch 12 th,
tingkat pendidikan sarjana sains ,
Pendaftaran

Tindak lanjut sebelum intervensi

Alokasi

C.2 Hasil
penelitian

Pasca intervensi
Menindaklanjuti

22. Pada penelitian eksperimen apakah variable perancu (confounding


variabel)dalam data base line tersebar seimbang ada setiap kelompok?
Jika tidak seimbang, apa yang dilakukan peneliti untuk membuat
penelitian bebas dari pengaruh variable perancu?
 Pada penelitian ini tidak ditemukan variabel perancu (confounding
variable). Peneliti menghindari pengaruh variabel perancu dengan
cara menentukan kriteria Inklusi sesuai tujuan penelitian dan
memilih responden secara ketat

23. Apa hasil utama dari penelitian? Jika peneliti melakukan uji hipotesis,
apakah hipotesis peneliti terbukti atau tidak terbukti (bermakna atau tidak
secara statistik)? Apakah hasil penelitian juga bermakna secara klinis?
Menurut hasil penelitian ini, magnesium 150 mg dan 300 mg keduanya
efektif dalam mengurangi gejala dismenore dibandingkan dengan plasebo.
Namun, magnesium 300 mewakili hasil yang lebih baik jika dibandingkan
dengan magnesium 150 mg.
24. Untuk penelitian eksperimen dengan variable dependen kategorik,
apakah peneliti menjelaskan tentang nilai kepentingan klinis dari hasil
penelitian seperti number need totreat (NNT), relative risk reduction
(RRR) atau absolute risk reduction (ARR)
 Pada penelitian ini peneliti tidak menjelaskan nilai-nilai tersebut

D. Diskusi 25. Bagaimana interpretasi peneliti terhadap hasil penelitian? Apakah


(discuss) peneliti membuat interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal – hal
yang ditemukan dalam penelitian berdasarkan teori terkini?

 Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan efek dua dosis


magnesium stearat (300 dan 150 mg) pada tingkat keparahan
sindrom menstruasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua
dosis magnesium mengurangi keparahan gejala menstruasi.
Namun,magnesium 300 mg lebih efektif daripada magnesium 150
mg
 Perawatan yang paling umum untuk menghilangkan gejala
adalahmenggunakan obat antiinflamasi nonsteroid yang tingkat
kegagalannya sekitar 20-25%, dan efek samping dapat diamati dalam
beberapa kasus, Oleh karena itu, banyak peneliti telah mencoba untuk
menemukan pengobatan lain seperti terapi komplementer dan
alternatif, dan banyak penelitian sedang dilakukan mengenai hal ini
26. Bagaimana peneliti membandingkan hasil penelitiannya dengan
penelitian – penelitian terdahulu serta teori yang ada saat ini untuk
menunjukan adanya relevansi?
 Peneliti membandingkan hasil penelitian dengan penelitian oranglain, Banyak
penelitian nutrisi telah melaporkan asupan nutrisi mineral yang lebih rendah
seperti magnesium di kalangan mahasiswa di Iran. Selanjutnya, survei diet
orang-orang di Eropa dan Amerika Serikat mengungkapkan bahwa tingkat
asupan magnesium lebih rendah dari yang direkomendasikan Asupan mineral
dan vitamin yang rendah telah disebutkan dalam diet mahasiswa Iran.
 Misalnya, Saeedian Kia et al menunjukkan bahwa ada kadar serum Ca dan
Mg yang lebih rendah pada wanita dengan sindrom pra-menstruasi (PMS)
dibandingkan dengan kontrol mereka yang sehat

 Dalam penelitian mereka pada 30 gadis muda dengan dismenore, Benassi et


al menggunakan 4,5 mg magnesium pidolate oral selama tiga hari dari hari
ke- 7 sebelum menstruasi sampai hari ke -3 menstruasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa magnesium dapat secara signifikan menurunkan
dismenore pada hari pertama menstruasi dan penurunan ini berlanjut selama
6 siklus yang sejalan dengan temuan peneliti.

 Untuk membandingkan efek magnesium dengan vitamin B6, Ebrahimi dkk


mendaftarkan 126 gadis muda dan membagi mereka menjadi tiga kelompok
magnesium, vitamin B6, dan plasebo. Hasil mereka menunjukkan bahwa
meskipun magnesium dapat secara signifikan mengurangi beberapa gejala
dismenore seperti keinginan, retensi air, dan kecemasan, efek magnesium
dalam hal perubahan somatik dan depresi sama dengan atau kurang dari
vitamin B6. Perbedaan antara hasil kami dan hasil Ebrahimi et al mungkin
karena mereka menggunakan magnesium 250 mg dan skala yang berbeda
untuk menilai gejala dismenore.

 Demikian juga, Fathizadeh et al melaporkan bahwa kombinasi Mg dan


vitamin B6 lebih efektif daripada Mg dan plasebo untuk mengurangi gejala
PMS. Dalam studi kasus kontrol, Saeedian Kia dkk menemukan bahwa
defisiensi magnesium lebih banyak terjadi pada wanita dengan PMS.Dalam
penelitian ini, hipotesis nol ditolak karena kedua dosis magnesium tidak
sama.

27. Bagaimana peneliti menjelaskan makna dan relevansi hasil


penelitiannya dengan perkembangan ilmu kebidanan/kesehatan serta
terhadap pemecahan masalah?
Penelitian ini adalah sebuah langkah penting dalam dunia
kesehatan khususnya kebidanan dengan menunjukkan adanya
efektivitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua dosis
magnesium stearat (150 dan 300 mg) dapat mengurangi keparahan
gejala menstruasi pada siswa dengan dismenore primer tanpa efek
samping.
28. Bagaimana nilai kepentingan (importancy) hasil penelitian?
 Semua peneliti dalam penelitian ini memiliki kontribusi ilmiah
dalam laporan ini
29. Bagaimana applicability hasil penelitian menurut peneliti? Apakah
hasil penelitian dapat diterapkan pada tatanan praktik kebidanan ditinjau
dari aspek fasilitas, pembiayaan, sumber daya manusia dan aspek legal?
 kedua dosis magnesium stearat (150 dan 300 mg) dapat mengurangi keparahan
gejala menstruasi pada siswa dengan dismenore primer tanpa efek samping.


30. Apakah mungkin penelitian ini direplikasi pada setting praktik klinik
lainnya?
Penelitian ini merupakan study pertama yang membandingkan efek dua
dosis magnesium pada dismenore primer, jadi kemungkinan untuk
replikasi pada praktik klinik lainnya perlu untuk memastikan bahwa
penelitian sebelumnya itu konsisten.

31. Apakah peneliti menjelaskan kekuatan dan kelemahan penelitian?


Peneliti menjelaskan bahwa ini adalah studi pertama yang membandingkan
efek dua dosis magnesium pada dismenore primer. Peneliti secara intensif
mengikuti partisipan selama empat siklus (dua siklus sebelum dan dua siklus
setelah perlakuan). Namun, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan.
Pertama, asupan magnesium peserta tidak diukur dalam penelitian ini.
Oleh karena itu, efek signifikan dari dua dosis magnesium pada penghilang
rasa sakit yang diamati dalam penelitian ini mungkin terkait dengan
kekurangan magnesium dalam makanan para peserta. Selain itu, penelitian ini
dilakukan hanya di asrama di lingkungan perkotaan, yang mungkin tidak
digeneralisasi untuk gadis-gadis lain dari populasi pedesaan. Akhirnya,
diagnosis dismenore primer hanya berdasarkan laporan sendiri tanpa
menggunakan tes diagnostik lain seperti sonografi.

32. Pada level evidence apa hasil penelitian ini dikategorikan?


Hasil penelitian ini adalah jenis intervensi Level evidence RCT level 2.
Untuk rekomendasinya C, belum bisa diterapkan hasil dari penelitian
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai