Anda di halaman 1dari 8
FREKUENSI DIARE DITINJAU DARI BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA. Prediction of Diarthea frequency on Children between 12 — 59 months based on household density in Indonesia Joko Lrianto’, Sutanto PH”, Dwi Hapsari’, Bambang Sukana’ Abstract. It has been known that diarthea is one of ten priontized diseases in Indonesia, Oue of the reazons is that the disease is always occurs throughout the year among the population... child who is suffering froin diarrhea can be indivated by losing his body liguid and electrolyte continuowsly. if this condition was not handled and eured properly. the child will come to a phase called dehydration. ‘The degree of liquid discharged from a clild in a day shows how severe the diarrhea is, Before necessary actions were taken to the ailing child, the level of the dehydration should be firstly measured. To ‘measuwe the level of diaheal severity in children between [2 ~ $9 months of age a liable maatlwaticat ‘mode! was used. Variables to be analyzed were, household density, children age in months. physical conditions, monthly expenditure, mother's education, source of drinking water, and the type of latrine used by the family. Only household density, physical conditions, another's education, aod type latrine used by the family can be analyzed by using this model, The model could only analyze R? = 0,068 or 6.8% of all cases of diarthea in childcen between 12~ 59 months old. Results of this analysis ‘are not too accurate, thus, precautions should be taken before impleinentation in the community Keywords “ matemstical model, diuryhea, household density PENDAHULUAN Di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang penyakit diare masih menjadi salah satu masalah heschatan masyarakat yang ulama, ini ditunjukkan dengan tingginya angka kesakitan dan kematian yang disebabkan olch penyakit tersebut, khususnya yang terjadi pada bayi dan anak balita Dari hasil beberapa penelitian dan laporan dari tahun ke tahun, diare termasuk dalam sepuluh besar penyakit yang dilaporkan masyarakat. Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDK!) tahun 1991 ‘menunjukkan 11,1% anak balita menderita diare, hasil SOK! tahun 1994 angka tersebut tidak banyak berubah, yaitw 12.1% ‘anak balita menderita diore pada dua minggu terakhir, sedangkan pada SDKI tahun 1997, diare pada anak balita masih 10% (BPS, BKKBN, DEPKES, 1998), Hal inj menunjukkan penyakit ini tetap ada di masyarakat dengan kejadian yang hampir sama tiap dilakukan penelitian SDK Diare dilaporkan pula _ sebagai penyakit yang mengakibatkan Kejadian ‘dun Pengembangan Kesotan baton Masveraka, Universitas Indooesia Luar Biasa, yaitu jumilah penderka yang meningkat dalam waktu yeng relauf singkat, Pada tahun 1996 Depkes melapor- kan ada 74 Kabupaten pada 19 propinsi di Indonesia telah texjadi KLB, dengan jumnlah penderita 83.457 orang, meninggal 187 orang, Kematian akibat diare umumnya disebabkan oleh buang air besar yang terus menerus, sehingga penderita kehilangan cairan dan elektrolit dalam tubuhh_menye- bbabkan terjadinya dehidrasi, Kejadian ini iperparah bila disertai dengan malnutrisi Semakin pendek jarak antara buang air besar yang satu dengan yang berkutnya akan mempercepai terjadinya dchidrasi, Karena cairan dan elektrolit yang, dikeluar- kan dari tubuh semakin banyok. Setiap episode diare raia-rata terjadi empat sampai lima kali buang air besa (Gondwe Rabbeca, 1999) Dari analisis lanjut SDKI 1994 iketalui kepadatan hunian merupakan fakior lingkungan yang paling berperan terbadap Kejadian diare pada anak balita dibandingkan faktor lingkungan yang tain, Semakin tinggi kepadatan hunian suatw 1 on Pongembega Fhakog! Keschatan Frekuensi Diare. Joko 1 eal) rumah tangga maka akan semakin pendek rantai penularan diare dari orang ke orang dalam rumah tanga tersebut. Pada kondisi Kesehatan yang buruk seperti adanys malnutrisi bila diikuti pula dengan diare akan berakibat terhadap peningkatan fre- kuensi diare ita sendin (Irianto Joko dkk. 1996). Mengingat penyakit ini selalu ada di masyarakat dengan prevalensi yang tinggi upaya lain adalah mencegah penyakit ini agar tidak: menjadi parah ketika menyerang, penderita, ‘hususnya pada anak balita Dengan ditekannya tingkat keparahan penyakit ini make risiko terjadinya kema- tian akan semakin Kecil, yang diharapkan dapat menurunkan angka Kematian anak balita Analisis ini ingin mengetahui faktor- faktor apa saja_ yang _mempengaruhi Keparahan diare yang terjadi pada anak balita, dengan menggunakan sumber data SDKI tahun 1997. Tujuan Sccara khusus penelitian ini ingin memperoleh informasi peranan kepadatan hhunian rumah tanga terhadap frekuensi diare dengan mempechatikan variabel lain seperti umur anak balita, pendidikan ibu, pengeluaran rumah tangga, adanya demam dan batuk, sumber air minum dan jenis kakus yang digunakan rumah tanga Ruang Lingkup Lingkup analisis ini adalah ibu yang kan anak balitanya menderita diare dan diketahui frekuensi mencret terbanyak dalam seharisemalam yang kemudian dihubungkan dengun Kepadatanhunian rumah tangga serta kontribusi faktor yang terdapat pada anak balita, ibw dari anak tersebut, dan rumah tangganya. Karena menggunakan dala sekunder menyebab- kkan penetitian ini tidak bebas merancang Variabel yang dibutuhkan. —_sehingga variabel-variabel yang diteliti_—me~ nyesuaiken pada variabel yang telah ada pada data sekunder tersebut dalam hal ini data SDKI 1997. BAHAN DAN CARA Variabel dan Definisi Operasional Untuk lebih mudahnya dibuat Tabel satu seperti di bawah ini yang menerang- kan nama variabel, kode dalam analisis, definisi operasional dan Kategori yang dipergunakan, Populasi dan Samp Yang menjadi populasi dalam penetitian ini ‘adalah seluruh sampel SDK! 1997, yaitu wanita yang pernah kawin usia 15 - 49 tahun dan mempunyai anak balita. Adapun yang menjadi sampel adalah, —ibu yang mempunysi anak balite menderita diare pada dua minggu terakhir serta diketahui frekuensi diarenya. Sedangkon yang men- jadi unit analisa dalam penelitian ini adalah ‘anak balita yang menderita diare dan dike- (shai frekuensi diarenya selama sehari semialam ketika diare terparah, Analisis Data ‘Analisis ini akan mengamati pengaruk Kepadatan hunian terhadap kejadian diare dan bagaimana pengaruh dari umur dan Kordisi Kesehatan anak, —pendapatan Keluarga, pendidikan ibu. sumber air dan jenis jamban yang digunakan keluarga (erhadap ubungan kepadatanhunian ‘dengan kejadian diare tersebut Secaragaris besamya penelitian ini melakukan analisis pada masing-masing variabel (wnivariat), hubungan dua variabel (bivarial) dan hubungan yang lebih dari ddua variabel (multivariat}. Analisis waivariat merupakan lang- Kah awal analisis untuk setiap variabel dalam penclitian yaitu dengan menghitung proporsinya, Variabel yang akan dianalisis univariat tersebut ysitu kejadian diare sebagai dependen. dan kepadatan hunian, ‘umur anak, kondisi fisik anak, pendapatan keluarga, pendidikan ibu, sumiber air dan jenis jamban yang dipergunakan keluarga akan diperlakukan sebagai variabel inde- penden 78 Tabel 1. Definisi dan Skala Variabel_ Yang Dipergunakan Dalam Penelitian ‘Nama Variabet Definisi dan Katopors, 7 Frekueisi dire Taina Wangan terbonyak dhnolay dari ig alr bung” ait besa (Grek) (arent) dalam sehar sematam (24 jam) 0 = Jarang (di bawah angka ratu-rata), | = Sering ( di atas angka rate~ rata) 2 epadtantunanPeentngn ent asain dng: ih es th ean. 'idak (tiap anggota "unah tangga = atau> dan 1) m persegs) 1 = Padat (ap anggots rumals anges < dari 10 m pers) il SGasconal Rentang sia 12- $9 bulan yang. dibitung dari tun + balan wawncara amt, SDKI 1997 dtuang tahun dan buen kelahiran anak =36~$9bolan, |= 12~35 balan 4 Kondis fk ‘Ketan demam slaw batuk yong menyertaidiere pa anak balita. a oa = Baik (idnk ada demam ata atu), # = Burak (ada desnan/ Batak) ' i Besamnyo fataia dalam (0 ribuan Gari peugeldaran rumah tanga Keh oe dalam sebulan untuk makanon dan bukan makanan, chores “SeasOribuat leh | =< 90 a 6 Pendidikar ibu Jenjang sekolab ‘ertioggi yang sedang/ paras dijalani oleb ibu. (02 SLTA+(SLTA atau lebih), | = SLP+ SD, 2= Tidak sekolale (aii, 7 sudiiesdl Jenis suber air minum Keluarga yang sering digunakan. (0 = Baik, jk menggunaken air ledeng, sumur terindking dan rata a on ‘erlindung 1 = Buruk, yaitu yang menggurakan sumur air tk terindung, mata air lak terlindung, air bujan dan nga 8 Jenis jamhan, Gamben) “Tempat buang air besarKeluarga yang sering diganak 0 Baik, yait janban yang eblongkapi dengan tang sept 1L= Bur, yt jamban yang tidak dilengkapi dengan tanghi sept Analisis bivariat dimaksudkan watuk melihat hubungan variabel dependen dengan satu variabel independen atau antar variabel independen. Uji statistik yang digunakan untuk amelihat hubungan dua variabel ini adalah dengan Chi-Square. Dinyatakan secara statistik ada porbedaan bila dalam pengamatan di dapati niles p 50.05. Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan frekuensi diare dilakukan_ berbagai cara. analisis sesuai scruktur datanya. Untuk variabel kepadatan hhunian, unsur anak dan penghasilan keluar- 89, di yji dengan regresi linier. Variabel Pendidikan ibw di uji dengan menggonakan 79 ANOVA, sedangkan untuk variabel keadaan fisik, sumber air minum, serta jenis jamban Keluarga yang digunakan, di uji dengan menggunakan tes. Untuk memilih variabel sebagai kandidat. yang disertakan dalam analisis ‘muttivariat adalah berdasarkan subtansi, dan nilaip-voiue (p). Pemilihan, variabel berdasarkan subiansi yaitu melalui pertim- bangan adanya literatur yang, meajelaskan hubungan amtara variabel yang sedang dianalisis dengan frekuensi diare. Mengacu pada Murti, variabel kandidat —dipilih melalui nilai p < 0,25 batasan ini dipilih berdasarkan pertimbangan peluang variabel untuk menjadi kandidat_ menjadi besar (Murti Bhisima, 1997), Pemiliban model dilakukan dengan mengamati nilai R dan F fest pada model sebelum dan sesudah ditambakkan variabel Jain dalam anatisis. R®dipilih yang nilainya paling tinggi dengan memperhitungkan nilai signifikansi F. secara statistik signi kan bila nilai p < 0.05. Ketika menguji variabel independen untuk mexdapatkan model yang baik, dimulai dari altematif ‘model yang, memasukan seluruh variabel, Kemudian di keluarkan satu demi satu mulai variabel yang mempunyai p paling besar. Variabel dapat tetap dipertahankan dalam model bila variabel _tersebut mompunyai nilai p $0.10. Tetapi jika di dapati nilai_ p > 0.10, maka variabel tersebut dikeluarkan dari altematif model sedangkan untuk variabel__kepadatan ‘nonian selalu dipertahankan dalam model mengingat secara subtansi variabel tersebut sangat penting (Nourusis Marija J, 1993), Selanjutnya éilakukan_pemeriksaan interaksi antara kepadatan tunian dengan faktor yang diduga menjadi perancu (confounding), seperti keadaan Asik, pendidikan ibu, dan jenis jamban yang digunakan. Pemeriksean interaksi ini dila- Kukan dengan menggambar diagram garis dari masing-masing variabel tersebut. selain itu dengan mengamati_nilai Kemaknaannya di dalam model. Secara statistik pemeriksaan interaksi dilihat dari ji F parsial pada variabel yang berinteraksi dan garis hubungan. Bila uji F parsial menunjukkan nilai p = 0.05 maka disimpulkan secara statistik ada interaksi HASIL Dari penelusuran data SDKI 1997 didopati scbanyak 364 anak bolita menderita diare. Namun setelah diteluseri {ebih dalam. hanya 288 anak balita yang benar menderita diare. Sisanya sebanyak 76 anak balita walaupun menurut ibunya dinyatakan diare, (ctapi frekuenst diarenya Kurang dari tiga kali. Dengan menghilang- kan nilai ekstrim, paca akhimya sebanyak 265 anak balita di analisis. Hasil pemilah- Frekwensi Dia... loko Lata) an menunjukkan bahwa dari seluruh anak lita yang menurat ibunya diare, ternyata hanya ada 79.12 % yang dapat dikateyori- Kan menderita diare, sisanya 20.88 % bukan penderita diare. Gambaran Frekuensi Diare Data frekuensi diare dikumpulkan bukanlah melalui pengukuran. sehingua renlang batas bawah dengan batas atas tidak selebar jika data tersebut dilakukan dengen cara mengukur. Gambaran anak Yalita menurut variabel frekuensi diare, kepadatan hunian, umur anak balita, dan pendapatan keluarga disajikan dalam Tabel satu. Rata-rata frekuensi diare yang terjadi pada anak balita adakin 4.33 halt selama sehan semalam frekuensi tering seba- fnyak delapan kali Kepadatan union rumah tanga pada anak balita yang menderita diare yaitu ferpadat_ 1 m® /orang. terendah 70m? Jorang. sedanghan rata-ratayaitu. 11.1 meter persegi untuk satu orang, Kepadatan hunian _ mempunyai fbubungon dengan fFekuensi diave, hal ini ditunjubkan dengan hasil uji regeesi linier kedua variabel terscbut yang secara statistik bermakna dengan p=0,000. dan R= 0.088 Rata-rate umur anak penderita diare adalah 33,77 bulan dengan batas bawah umur 34,59 bulan dan batas alas 37.89 bulan. Ada Kemungkinan umor anak ini akan telap tampak penganihuya bila dianalisis dart nol bulan, seperti yang dikemukakan UNICEF bahwa kejadian diare rendah pada umur di bawah enam bbulan dan meningkat pada umur satu tahun yang kemudian turun kembali (UNICEF. (1997). Penghasilan keluarga—_rata-rata berkisar antara Rp 293,200.00 hingga Rp 341,740.00, Dalam kehidupan sehan-hari Keluarga dengan penghasilan rata-rata terstbut pada Kondisi Indonesia sekarang ini, akan tetap sulit mewujudkan keluarga yang lebih mapan. Pada variabel yang dikategorikan seperti keadaan fisik, pendidikan ibu, sumber air minum, dan jenis jamban Kelue 80 Juma! Ekologg Kesehatan. Vol |,No2. Juni 2002-77-84 Tabel 2. Gambaran Anak Balita Penderita Diare Menurut Beberapa Variabel Variabel metal Max Frekuensi dare 3 330 Kepadetan huntan i 9.71 = 11,69) Umer 2 3450- 37.89 Pendapator keluarga 7.671 ISL.5793L747 29320-34174 ‘arga yang digunakan, distribusimasing masing variabel tersebut disajikan menurut persentase pada Kategori baik dan buruk, hhasilnya untuk variabel keadaan fisik, jenis sumber air, dan jenis jamban yang diguna- kan, dapat dilihat pada Gambar | Pada Gambar 1 terlihat bahwa keadaan fisik anak balita sebanyak 64,2% kondisinya buruk, dav sisanya 35.8% bai Proporsi keluarga yang menggunakan air ‘minum dengan Kategori baik tidak jaulh derbeda dengan keluarga yang mengguna- kan air minum dengan kategori buruk yaitu, 57.0% untuk yang baik dan 43% untuk yang buruk. Namun proporsi pada penggunaan jamban terlihat perbedaan yang mencolok yaitu, kanya 18.9% untuk keluarga yong menggunakan jamban dengan Kategori baik. dan 81.1% untuk keluarga yang menggunakan jamban dengan kategori buruk, Dari Gambar 2 terlihat bahwa sebanyak 68,23% ibu anak _balita erpendidikan sedang (tamat SD dan SLTP), yang, berpendidikan tinggi (tamat SLTA’ dan perguruan tinggi) sebanyak 20.31%, dan yang berpendidikan rendah sebanyak 11.46%. BB EH fH Pe | | | 80% = a + 3 a [| | — 8 60% + : >) | Buruk 3 % + . y |mBaik | g 40% - | f aBek | 20% | 0% - Keadaan Sumber Air —_Jenis Fisik Jamban | — 7 7 onan Gambar I. Persentase Variabel Keadaan Fisik, Sumber Air. dan Jenis Jaman Menusut Kategori Baik dan Buruk at Tinggi 20.31% Frekuensi Diare.. loko ef ad) Rengan 11.48% ‘Sedeng 68.29% Gambar 2. Persentase anak balita menurut pendidikan ibu Frekuen: Independen Diare menurut Variabel Keseluruhan variabel _independen tersebut secara statistik bermakna berhu- bungan dengan frekuensi diare anak balita, Frasil ji tersebut mendapat nilai_p = 0,00 Untuk selanjutnya, nilai tersebut diguna- kan untuk pemilihan variabel kandidat yang akan disertaken dalam = uji ‘multivariar guna mengetahui peran serta pengaruh dari masing-masing variabel independen jika secara_ bersama-sama

Anda mungkin juga menyukai