Anda di halaman 1dari 3

Biodata penulis

Namaku wafa, Muhamad wafa washoyal ilah. Aku lahir di Gresik, 20 Juli 2005.
Hobiku bermain bulu tangkis. Cita-citaku menjadi guru.

Motto : "Jangan sia-sia kan hidupmu jika ingin mencapai kebahagiaan yang
hakiki”
DIA

Tujuh tahun Penuh Sudah aku menjadi pengagum rahasianya. Selama kurun wartu itu, hanya bayang-
bayangnya saja yang bisa aku gapai. Semuanya semua tapi aku tetap menunggu

Aku Sama sekali tak mengenalnya.Yang aku tahu bahwa dia begitu memesona ketika dia duduk di dalam
kereta sambil memainkan handphone-nya dengan earphone di telinganya. Dia bagai Oase di gurun Pasir,
Menyegarkan mataku yong tengah dahaga diantara orang-orang membosankon yang kadang
Membuatku tak nyaman.

Namun oase tersebut hanyalah fatamorgana dan celakanya dua tahun masa SMA ku adalah masa yang
sangat memilukan bagi seorang gadis yang menunggu kata sapa darinya, layaknya kata "Hai" dari
seorang pemuda yang begitu bersinar di antara butiran debu dan gumpalan asap yang menyelimuti
mata. Bagai bulan purnama di tengah-tengah gelapnya malam.

Seragam putih biruku pun memudar ditelan ketidakpastian akan seseorang yang selalu membuat kakiku
melangkah tergesa seusai bel sekolah berbunyi. Walau terdengar perih namun aku cukup senang
dengan semua hal yang aku lewati kala itu. Merasakan anehnya degup jantung yang berdegup tak
beraturan, dan menikmati syaraf-syaraf mata tak berkedip yang menegang. Namun hal tersebut tidak
berlangsung lama.

Tahun ke tiga SMA ku adalah tahun yang sangat suram bagiku, bagaimana tidak setelah liburan pada
tahun ke dua ku di SMA, dia..... Tidak lagi di sana, tidak lagi di kereta yang sama denganku, sedih
menggerogoti hatiku, aku sangat menyesal tidak menyapanya dulu dan dengan sombongnya menunggu
sapaan darinya, Dan semua ketragisan nan indah itu harus berakhir dengan bergantinya warna biru
menjadi kelabu. Keperihan disambut dengan kesuraman. Apakah ada hal yang lebih menyedihkan
daripada ini?.... TIDAK

Masa-masa SMA ku pun berakhir dengan sangat memilukan, bahkan setiap kali aku menaiki kereta yang
sama dengannya dulu, aku menghela napas berharap bisa bertemu dengan nya lagi. Masa kuliah ku pun
tiba selama empat tahun dan berlalu begitu saja, meninggalkan jejak-jejak rasa yang semakin hari
semakin menipis, bagai mendung yang menumpahkan hujan dengan lebat. Aku hanya bisa menyerah
dan berusaha untuk move on.

Besok lembaran baru dibuka, Aku mendapat tawaran kerja di sebuah perkantoran yang terletak di
jakarta bagian barat. Dan ada hal yang membuatku terkejut dan hampir membuat ku pingsan.
Bagaimana tidak kami bertemu kembali, kenangan-kenangan lama kembali muncul dipikiranku.
Jantungku berdebar-debar tak kuat menahan rasa rinduku bahkan membuat ku ingin segera memeluk
nya, akan tetapi dia tetap bersikap seperti biasa, tentu saja hal tersebut tidak akan membuatku
menurunkan rasa ku pada nya. Namun hal yang lebih mengejutkan pun terjadi.

"Oh kamu yaa? " Tanya pemuda itu.

"Eh... Ka-kamu mengenalku? " Jawabku dengan terbata-bata.

"Tentu saja kan... Dulu kita sering di kereta yang sama bukan" Lanjut nya, aku tersedak tak percaya kalau
dia juga tahu kami sering di kereta yang sama.

"Jojo" Lanjut nya kembali sambil menyodorkan tangan dengan tawa yang memamerkan barisan gigi nya
yang cemerlang.

"Rere" Balas ku, sambil membalas sodoran tangan nya dengan tersipu malu.

Sejak saat itu, kami menjadi lebih dekat, kami juga sering pulang bersama dan kadang-kadang dia juga
mengajak ku ke toko buku atau berjalan-jalan diantara lebat nya pohon-pohon besar di alun-alun kota.
Saat hari libur, kami juga kerap saling bercerita tentang hari-hari yang telah terlewati.

Dan hari yang ku tunggu-tunggu.....

Diusiaku yang ke-24, aku dilamar oleh nya, aku sangat-sangat bahagia bahkan untuk menceritakan
kebahagiaan ku, aku tak yakin bisa selesai dalam satu hari. Bermula menjadi pengagum rahasianya dan
berakhir menjadi istrinya. Tidak ada hal yang lebih membahagiakan daripada ini. Manis namun
terkadang pahitnya masih sedikit terasa.

Anda mungkin juga menyukai