Anda di halaman 1dari 26

TUGAS

INTERMONEV COMMUNITY 2
SEMESTER GANJIL T.A 2023/2024

PENYUSUNAN KUESIONER SASARAN LANSIA

Dosen Pembimbing:
Catur Saptaning Wilujeng S.Gz., MPH

Anggota Kelompok:
Aamaaliya Eka M. 205080301111025
Alfina Putri Rakhmadiyah 205070301111033
Aisyah Pradjna Paramita S 195070307111028
Tiffany Rania K. 205070307111034
Maynada Kamilia 205070307111004
Risqia Maulida P 205070300111041
Hana Maulaya I. 205070300111049
Samratul Fuadha Y. 205070300111043
Wardatul M. 205070301111017
Gemma Karnika P. 205070307111030
Kadek Anggita W 205070300111033

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
1. Tujuan:
● Mengkaji status gizi lansia usia 60 tahun ke atas di wilayah Kecamatan Wagir,
Kabupaten Malang
● Mengkaji tingkat kesehatan mental lansia usia 60 tahun ke atas di wilayah
Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang

2. Kerangka Konsep:

Gambar 1. Kerangka Konsep Sasaran Lansia

3. Matriks Variabel dan Indikator.

No. Variabel(s) Indicator(s) Method(s) Reference(s)

1. Status Gizi Berat Badan (kg) Penimbangan dengan Safiq, A., &
Lansia timbangan digital merk SECA Fikawati, S.,
yang memiliki ketelitian 0,1 kg 2020.

Tinggi Badan (cm) Pengukuran dengan microtoise


yang memiliki ketelitian 0,1
cm

Tinggi Lutut (cm) Pengukuran menggunakan


menggunakan pita meter
dengan ketelitian 0,1 cm

Lingkar Pinggang Pengukuran menggunakan


atau Lingkar Perut menggunakan pita meter
(cm) dengan ketelitian 0,1 cm

Lingkar Pinggul Pengukuran menggunakan


(cm) menggunakan pita meter
dengan ketelitian 0,1 cm
IMT Perhitungan dengan rumus
kg/m² atau kategori LP (cm)

2. Status Umur Kementerian


Kesehatan & Kesehatan RI,
frekuensi Analisis tempat 2016.
terkena tinggal Wawancara dengan kuesioner
penyakit terstruktur
Penyakit yang
pernah atau sedang
diderita

2.1 Penyakit Obat yang Wawancara dengan kuesioner Kementerian


penyerta dikonsumsi terstruktur Kesehatan RI,
berhubungan 2016.
dengan penyakit

2.1.1 Riwayat Tempat berobat Wawancara dengan kuesioner Kementerian


berobat terstruktur Kesehatan RI,
2016.

2.2 Aktivitas fisik Jenis Kegiatan Ahnia, S.,


Wawancara dengan kuesioner Ratnasari, D.,
Durasi aktivitas PAL & Wahyani, A.
D., 2022.

3. Kondisi mental Penurunan energi Wawancara dengan kuesioner Kementerian


lansia SRQ-20 Kesehatan.,
Kognitif
2009
Depresi

Fisiologis/somatik

Kecemasan

3.1 Dukungan Status tinggal Wawancara dengan kuesioner Sartika, N.,


keluarga dan terstruktur Zulfitri, R. and
faktor Persiapan makanan
Novayelinda,
lingkungan
R., 2011

3.1.1 Tingkat Pengetahuan Wawancara dengan kuesioner Kurniawati,S.A


pengetahuan & tentang gizi terstruktur ., 2017
sumber daya seimbang

Pengetahuan
tentang penyakit

4. Perilaku dan Status gizi Diukur dengan antropometri Dieny, F., dkk.
asupan 2019
makanan Aktivitas fisik Wawancara dan kuesioner PAL
kurang/lebih Frekuensi makan Kuesioner frekuensi makanan
(FFQ)

4.1 Kondisi Penurunan selera Wawancara dan kuesioner Haryana, N. &


kesehatan makan terstruktur Chairunnisa, T.
lansia 2022; Sari, W.
Penurunan Wawancara dan kuesioner & Septiani, W.
kemampuan indera terstruktur 2019;
pengecap Damayanti, R.,
dkk. 2020;
Berkurangnya Wawancara dan kuesioner Senjaya, A.
jumlah gigi terstruktur 2016

5. Status sosial Riwayat Wawancara dan kuesioner Nurhidayati, I.,


dan ekonomi pendidikan terstruktur dkk. 2021

Pekerjaan Wawancara dan kuesioner


terstruktur

Penghasilan Wawancara dan kuesioner


terstruktur

4. Planning metodologi
A. Desain Kuesioner

Tanggal Wawancara Waktu wawancara


(hari.bulan/tahun) mulai jam…………… hingga
/ / jam………….

1. Identitas Responden

1.1 Kode responden

1.2 Nama responden

1.3 Jenis kelamin 01. Laki-laki


02. Perempuan

1.4 Usia

1.5 Tahun kelahiran


1.6 Alamat

1.7 No. Telp

2. Status Gizi

Tanggal
Pengukuran / /

Pengukuran 1 Pengukuran 2 Pengukuran 3 Rata rata

2.1 Berat badan


(kg)

2.2 LilA (cm)

2.3 Tinggi badan/


tinggi lutut
(cm)

2.4 Lingkar
pinggang/
perut (cm)

2.5 Lingkar
Pinggul (cm)

2.6 IMT (kg/m²)

3. Status Kesehatan dan Frekuensi Terkena Penyakit

3.1 Dengan siapakah saat ini Anda 01. Sendiri


02. Anak/menantu
tinggal?
03. Pasangan
77. Lainnya, sebutkan
…………………………

3.2 Apakah anda memiliki riwayat 01. Tekanan darah tinggi


penyakit atau masalah yang 02. Asam urat
pernah atau sedang diderita? 03. Kolesterol
04. Penyakit paru-paru
05. Penyakit jantung
06. Penyakit ginjal
07. Gula Darah
08. Keropos tulang
77. Lainnya, sebutkan
………………………….

4. Penyakit Penyerta

4.1 Apakah ada obat yang sedang Anda konsumsi atau


dikonsumsi dalam jangka waktu panjang? Jika iya, jenis
obat apakah yang Anda konsumsi?

5. Riwayat Berobat

5.1 Apa jenis fasilitas kesehatan 01. Rumah Sakit


yang Anda pilih untuk 02. Puskesmas
berobat? 03. Praktek dokter
pribadi
04. Pengobatan alternatif
77. Lainnya, sebutkan
………………………….

6. Aktivitas Fisik

Jenis Kegiatan Durasi

6.1 Kegiatan apa saja yang


Bapak/Ibu lakukan setiap hari
selama 24 jam?

7. Kondisi Mental Lansia

7.1 Apakah Anda mengalami 00. Tidak


penurunan energi dan 01. Ya
konsentrasi secara signifikan
dalam beberapa minggu
terakhir?

7.2 Apakah Anda mengalami 00. Tidak


perubahan suasana hati secara 01. Ya
signifikan dalam beberapa
minggu terakhir?

7.3 Apabila Anda masih bekerja, 00. Tidak


apakah Anda mengalami 01. Ya
penurunan pendapatan?

8. Depresi

8.1 Apakah Anda sering merasa 00. Tidak


sakit kepala?
01. Ya

8.2 Apakah Anda kehilangan nafsu 00. Tidak


makan?
01. Ya

8.3 Apakah tidur Anda tidak 00. Tidak


nyenyak?
01. Ya

8.4 Apakah Anda mudah merasa 00. Tidak


takut?
01. Ya

8.5 Apakah Anda merasa cemas, 00. Tidak


tegang, atau khawatir?
01. Ya

8.6 Apakah tangan Anda gemetar? 00. Tidak


01. Ya

8.7 Apakah Anda mengalami 00. Tidak


gangguan pencernaan?
01. Ya

8.8 Apakah Anda merasa sulit 00. Tidak


berpikir jernih?
01. Ya
8.9 Apakah Anda merasa tidak 00. Tidak
bahagia?
01. Ya

8.10 Apakah Anda lebih sering 00. Tidak


menangis?
01. Ya

8.11 Apakah Anda merasa sulit 00. Tidak


untuk menikmati aktivitas
01. Ya
sehari-hari?

8.12 Apakah Anda merasa kesulitan 00. Tidak


untuk mengambil keputusan?
01. Ya

8.13 Apakah aktivitas/tugas 00. Tidak


sehari-hari Anda terbengkalai?
01. Ya

8.14 Apakah Anda merasa tidak 00. Tidak


mampu berperan dalam
01. Ya
kehidupan ini?

8.15 Apakah Anda kehilangan 00. Tidak


minat terhadap banyak hal?
01. Ya

8.16 Apakah Anda merasa tidak 00. Tidak


berharga?
01. Ya

8.17 Apakah Anda mempunyai 00. Tidak


pikiran untuk mengakhiri
01. Ya
hidup Anda?

8.18 Apakah Anda merasa lelah 00. Tidak


sepanjang waktu?
01. Ya

8.19 Apakah Anda merasa tidak 00. Tidak


enak di perut?
01. Ya

8.20 Apakah Anda mudah lelah? 00. Tidak


01. Ya

9. Dukungan Keluarga dan Faktor Lingkungan

Apakah ada orang yang 00. Tidak


bersedia membantu jika Anda 01. Ya
membutuhkan bantuan?

Apabila ada, siapakah yang 01. Anak/menantu


secara khusus membantu Anda 02. Pasangan
dalam aktivitas sehari-hari 77. Lainnya, sebutkan
seperti berbelanja, perawatan …………………………
kesehatan, atau tugas-tugas
rumah tangga seperti
menyiapkan makanan?

Apakah Anda merasa memiliki 00. Tidak


dukungan emosional dari 01. Ya
keluarga atau lingkungan saat
Anda merasa cemas, stres, atau
kesepian?

10. Tingkat Pengetahuan dan Sumber Daya

10.1 Makanan yang sehat adalah 00. Salah


makanan yang lezat dan
01. Benar
banyak mengandung gizi

10.2 Penggunaan garam yang 00. Salah


banyak dapat menyebabkan
01. Benar
penyakit darah tinggi

10.3 Jumlah makanan yang baik 00. Salah


dimakan lansia yaitu sedikit
01. Benar
tapi sering
10.4 Makan makanan seperti nasi, 00. Salah
sayur, ikan, dan buah yang
01. Benar
cukup menyebabkan badan
tetap sehat

10.5 Makanan yang baik untuk 00. Salah


lansia adalah makanan yang
01. Benar
lunak agar lebih mudah
dikunyah

10.6 Sayur-sayuran dan 00. Salah


buah-buahan sangat penting
01. Benar
untuk menjaga agar tubuh
lansia tetap sehat dan bugar

10.7 Makan gorengan dan minum 00. Salah


kopi sebagai pengganti sarapan
01. Benar
dapat menyebabkan sakit perut

10.8 Jenis makanan yang disiapkan 00. Salah


sehari-hari terdiri dari
01. Benar
makanan pokok (nasi), lauk
pauk (ikan, daging, telur),
sayur, dan buah

11. Perilaku dan Asupan Makan (Tabel FFQ)


Bahan Makanan >1x/ 1x/h 4-6x/ 1-3x/ 1-3x/ Tidak
No
hr r mg mg bln Pernah

1 Makanan Pokok

Beras/Nasi

Mie

Kentang

Singkong/Ubi

Jagung

Lainnya
………………………

2 Ikan dan hasil olahannya

Ikan segar

Ikan asin
Udang

Lainnya
…………………………

3 Daging, telur, dan hasil


olahannya

Daging sapi

Daging kambing

Daging ayam

Telur Ayam

Nugget

Sosis

Lainnya
………………………

4 Kacang-kacangan dan hasil


olahannya

Kacang hijau

Kacang tanah

Tahu

Tempe

Lainnya
………………………..

5 Sayuran

Bayam

Kangkung

Daun singkong

Sawi hijau

Kol

Timun

Lainnya
…………………….

6 Buah-buahan

Jeruk

Pepaya
Apel

Pisang

Mangga

Lainnya
……………………..

7 Susu dan hasil olahannya

Yoghurt

Keju

Ice cream

Lainnya
…………………………

8 Makanan jajanan

Roti

Kue

Puding

Gorengan

Lainnya
………………………

9 Suplemen/Vitamin

……………………….

12. Kondisi Kesehatan Lansia

12.1 Apakah Anda merasa bahwa 00. Tidak


selera makan Anda telah 01. Ya
berkurang dalam tiga bulan
terakhir?

12.2 Apakah Anda mengalami 00. Tidak


masalah pencernaan seperti 01. Ya
mual, mulas, atau muntah?

12.3 Apakah Anda merasa ada 00. Tidak


masalah mulut yang mungkin 01. Ya
membuat makan menjadi sulit
atau tidak nyaman?

12.4 Apakah Anda merasa ada 00. Tidak


masalah gigi yang mungkin 01. Ya
membuat makan menjadi sulit
atau tidak nyaman?

12.5 Apakah Anda merasa 00. Tidak


berkurangnya jumlah gigi 01. Ya
Anda membuat Anda
mengalami kesulitan dalam
mengunyah makanan sehingga
mempengaruhi pola makan?

13. Status Sosial dan Ekonomi

13.1 Apakah pendidikan terakhir 00. Tidak sekolah


yang telah Anda selesaikan? 01. Tamat SD
02. Tamat SMP/MTS/
sederajat
03. Tamat SMA/SMK/
sederajat
04. Tamat Diploma/
Sarjana
77. Lainnya, sebutkan
…………………………

13.2 Apa pekerjaan Anda saat ini? 00. Tidak bekerja


01. PNS/TNI/Polri
02. Pegawai Swasta
03. Petani
04. Wiraswasta
05. Buruh
06. Pensiunan
77. Lainnya, sebutkan
………………………….

13.3 Apabila Anda masih bekerja, 01. < Rp 3.000.000,00


berapa jumlah pendapatan 02. Rp. 3.000.000,00 -
Anda dalam satu bulan? 6.000.000,00
03. Rp. 6.000.000,00 -
9.000.000,00
04. >Rp. 9.000.000,00

B. Sampling dan Prosedur.


a. Sampling
Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan Cluster Sampling yaitu
pengambilan sampel yang diambil berdasarkan daerah populasi yang telah
ditetapkan. Lokasi penyuluhan dilakukan di Kecamatan Wagir, Kota Malang.
Kriteria dalam sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria
tersebut untuk menentukan dapat atau tidaknya sampel digunakan. Kriteria
inklusi dan eksklusi dalam pada penyuluhan ini adalah sebagai berikut:
1. Kriteria Sampel Inklusi
● Masyarakat di Kecamatan Wagir yang berusia lanjut ≥60 tahun.
● Bersedia menjadi responden penyuluhan.
● Bersedia mengikuti kegiatan penyuluhan hingga akhir.
● Lansia yang datang ke Posyandu Lansia.
● Lansia yang bisa membaca dan menulis, jika tidak bisa, maka
kuesioner dibacakan oleh penyuluh atau keluarga lansia.
2. Kriteria Sampel Eksklusi
● Masyarakat yang tidak memenuhi kriteria inklusi.
● Masyarakat yang tidak bersedia menjadi responden penyuluhan.
● Lansia dengan gangguan berkomunikasi seperti tidak bisa berbicara
dan tidak mampu memahami lawan bicara.
● Lansia dengan kondisi bedrest total.
b. Prosedur
Metode pengambilan data pada penyuluhan ini dilakukan secara
langsung, yaitu dengan metode wawancara. Teknik wawancara digunakan
untuk menggali dan memperoleh data terkait identitas lansia, riwayat
kesehatan, riwayat pola makan, riwayat status gizi, dan sebagainya.
Wawancara akan dilakukan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang telah
disediakan pada lembar kuesioner. Berikut merupakan prosedur wawancara ;
1. Memberi salam dan mengucapkan terimakasih kepada responden
karena telah bersedia meluangkan waktu yang ada dan memberikan
informasi.
2. Memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama dan asal institusi
(universitas).
3. Menginformasikan bahwa wawancara dan kuesioner berlangsung
singkat kurang lebih 15-20 menit.
4. Menjelaskan tujuan wawancara dan kuesioner.
5. Meminta izin kepada responden untuk melakukan wawancara dan
pengambilan data melalui kuesioner.
6. Meminta responden untuk memberikan jawabannya secara jujur.
7. Menjelaskan bahwa wawancara direkam dengan menggunakan
recorder dan dicatat pada lembar kuesioner.
8. Menjelaskan bahwa hasil wawancara dan kuesioner hanya untuk
penyuluhan.
9. Pewawancara membuat rangkuman hasil wawancara dan mengolah
data menggunakan tabulasi data untuk pengumpulan data melalui
kuesioner.
10. Menanyakan kepada responden apakah masih ada yang ingin
disampaikan untuk ditambahkan.
11. Mengucapkan salam dan terimakasih kepada responden atas informasi
yang diberikan dan meminta maaf jika ada kesalahan.

Selanjutnya, pada penilaian status gizi pada lansia dilakukan secara


langsung maupun tidak langsung. Penilaian secara langsung dilakukan dengan
pengukuran antropometri. Metode pengukuran antropometri yang dapat
dilakukan meliputi tinggi badan, berat badan, tinggi lutut, lingkar pinggang
dan perut, serta lingkar pinggul. Adapun yang paling sederhana dalam
penentuan status gizi seseorang adalah dengan menggunakan pengukuran
indeks massa tubuh. Berikut merupakan prosedur antropometri, kategori
tingkat depresi, prosedur 24hr recall, dan prosedur FFQ :
1. Prosedur antropometri
1.1 Tinggi Badan
Berikut merupakan prosedur pengukuran tinggi badan (Widardo dkk,
2018):
● Pilih bidang vertikal yang datar (misalnya tembok/ bidang pengukuran
lainnya) sebagai tempat untuk meletakkan.
● Pasang Microtoise pada bidang tersebut dengan kuat dengan cara
meletakkannya di dasar bidang / lantai), kemudian tarik ujung meteran
hingga 2 meter ke atas secara vertikal/ lurus hingga Microtoise
menunjukkan angka nol.
● Pasang penguat seperti paku dan lakban pada ujung Microtoise agar
posisi alat tidak bergeser (hanya berlaku pada Microtoise portable).
● Mintalah subjek yang akan diukur untuk melepaskan alas kaki (sepatu
dan kaos kaki) dan melonggarkan ikatan rambut (bila ada).
● Persilahkan subjek untuk berdiri tepat di bawah Microtoise.
● Pastikan subjek berdiri tegak, pandangan lurus ke depan, kedua lengan
berada di samping, posisi lutut tegak / tidak menekuk, dan telapak
tangan menghadap ke paha (posisi siap).
● Setelah itu pastikan pula kepala, punggung, bokong, betis dan tumit
menempel pada bidang vertikal/tembok dinding dan subjek dalam
keadaan rileks.
● Turunkan Microtoise hingga mengenai menyentuh rambut subjek
namun tidak terlalu menekan (pas dengan kepala) dan posisi
Microtoise tegak lurus.
● Catat hasil pengukuran.

1.2 Berat Badan


Berikut merupakan prosedur penimbangan berat badan menggunakan
timbangan mekanik dan timbangan digital (Maulidiana dkk, 2020):
Timbangan mekanik/manual/pegas
● Letakkan timbangan pada permukaan bidang, seperti lantai, yang datar
dan rata. Tekan sudut-sudut timbangan untuk memastikan
permukaannya rata.
● Berdiri di depan timbangan, pastikan jarum menunjuk tepat di angka 0.
● Minta subyek untuk melepas alas kaki, jaket, topi, dan usahakan
menggunakan pakaian seminimal mungkin.
● Persilakan subyek naik ke atas timbangan.
● Subyek berdiri diatas timbangan dengan berat yang tersebar merata
pada kedua kaki dan posisi kepala dengan pandangan lurus ke depan.
Usahakan untuk tetap tenang dan rileks.
● Pastikan subyek tidak menyentuh dan/atau disentuh atau tersentuh
sebelum pembacaan hasil penimbangan.
● Baca hasil penimbangan setelah jarum menunjukkan angka yang sudah
tidak berubah-ubah dengan ketelitian 0,1 kg.
● Persilakan subyek untuk turun dari timbangan.
● Catat hasil penimbangan.

Timbangan digital
● Letakkan timbangan pada permukaan bidang, seperti lantai, yang datar
dan rata. Tekan sudut-sudut timbangan untuk memastikan
permukaannya rata. (Khusus untuk timbangan SECA 876 2 in 1,
terdapat indikator yang menandakan suatu permukaan rata atau tidak.
Indikator ini berisi air dan udara, jika gelembung air tidak berada tepat
di tengah, kaki-kaki yang ada di sudut timbangan dapat diatur
ketinggiannya hingga permukaannya rata).
● Periksa baterai timbangan, dengan cara menekan timbangan dan pada
layar menunjukkan angka 0,00 atau ok, jika layar menunjukkan error
atau balt itu menunjukkan baterai harus diganti.
● Berdiri di samping kanan depan timbangan, dan minta subyek untuk
melepas alas kaki, jaket, topi, dan usahakan menggunakan pakaian
seminimal mungkin.
● Nyalakan konektor dan tunggu sampai layar menunjukkan angka 0,00.
● Persilakan subyek naik ke atas timbangan.
● Subyek berdiri diatas timbangan dengan berat yang tersebar merata
pada kedua kaki dan posisi kepala dengan pandangan lurus ke depan.
Usahakan untuk tetap tenang dan rileks.
● Pastikan subyek tidak menyentuh dan/atau disentuh atau tersentuh
sebelum pembacaan hasil penimbangan.
● Baca hasil penimbangan setelah layar menunjukkan angka dengan
ketelitian 0,1 kg dan sudah tidak berubah-ubah kemudian catat hasil
penimbangan.
● Persilahkan subyek untuk turun dari timbangan.
● Catat hasil penimbangan.

1.3 Tinggi Lutut


Berikut merupakan pengukuran tinggi lutut baik dengan posisi duduk
maupun posisi tidur (Fatmah dkk, 2008):
Posisi duduk
● Tinggi lutut diukur dengan alat Knee Height Caliper dalam posisi
duduk.
● Tinggi lutut diukur dengan caliper berisi mistar pengukuran dengan
mata pisau menempel pada sudut 90o.
● Alat yang digunakan adalah alat ukur tinggi lutut terbuat dari kayu.
● Pengukuran dilakukan pada kaki kiri subyek antara tulang tibia dengan
tulang paha membentuk sudut 90o.
● Alat ditempatkan di antara tumit sampai bagian proksimal dari tulang
patella.
● Pembacaan skala dilakukan pada alat ukur dengan ketelitian 0,1 cm.
Posisi Tidur
● Pasien terlentang pada tempat tidur (usahakan posisi tempat tidur/kasur
rata/horizontal).
● Tempatkan alat penyangga di antara lipatan paha dan betis kaki kiri
membentuk siku (90o).
● Beri bantuan dengan bantal pada bagian pantat pasien jika alat
penyangga terlalu tinggi.
● Telapak kaki pasien membentuk siku (sudut 90o).
● Pasang alat pengukur tepat pada telapak kaki bagian tumit dan lutut
baca angka (panjang lutut) pada alat secara seksama.
● Catat angka hasil pengukuran.

Hasil pengukuran tinggi lutut dalam cm, selanjutnya dikonversikan


menjadi tinggi badan menggunakan rumus Chumlea 8 sebagai berikut:
TB pria = 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutut dlm cm)
TB wanita = 84,88 – (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut dlm
cm)

1.4 Lingkar Pinggang dan Perut


● Minta subyek untuk menggunakan pakaian yang longgar (tidak
menekan) atau setipis mungkin atau minta subyek untuk mengangkat
pakaian setinggi dada sehingga alat ukur dapat diletakkan dengan
sempurna. Sebaiknya pita pengukur tidak berada di atas pakaian yang
digunakan.
● Subyek berdiri tegak dengan santai dan berat badan terdistribusi
normal pada kedua kaki, kedua tangan di samping, kedua kaki agak
terbuka, perut dalam keadaan rileks.
● Pengukur menghadap ke subjek dan meletakkan alat ukur melingkar
pada bagian pinggang secara horizontal, dimana merupakan bagian
paling kecil dari pinggang atau pada titik pertengahan antara tulang
rusuk paling akhir dan tulang panggul.
● Pengukuran dilakukan pada akhir ekspirasi normal karena posisi
diafragma dapat memengaruhi keakuratan pengukuran.
● Pastikan alat ukur melingkar sejajar di sekeliling tubuh subyek.
Seorang asisten pengukur terkadang diperlukan untuk meletakkan alat
ukur dengan tepat.
● Pastikan pita/metlin tidak terlalu longgar dan tidak terlalu rapat.
● Baca dan catat hasil pengukuran hingga milimeter terdekat.
● WHO STEPS Manual merekomendasikan untuk melakukan
pengukuran ini pada subyek dalam keadaan berpuasa atau sebelum
makan untuk mengurangi efek isi perut.
1.5 Lingkar Pinggul
● Minta subyek untuk menggunakan pakaian yang longgar (tidak
menekan) atau setipis mungkin. Sebaiknya pita pengukur langsung
mengenai kulit subyek.
● Minta subyek untuk berdiri tegak dengan santai dan berat badan
terdistribusi normal pada kedua kaki, kedua tangan di samping, dan
kedua kaki agak terbuka.
● Pengukur menghadap ke subjek dan meletakkan alat ukur melingkar
pada bagian pinggul secara horizontal, dimana merupakan lingkar
terbesar (tonjolan gluteus paling maksimal) antara pinggang dan paha.
● Pastikan pita/metlin tidak terlalu longgar dan tidak terlalu rapat.
● Baca dan catat hasil pengukuran hingga milimeter terdekat.

1.6 Physical Activity Level


Berikut adalah rumus dan kategori dari Physical Activity Level :
1.8 Indeks Massa Tubuh
Indeks massa tubuh atau IMT merupakan ukuran yang digunakan
untuk mengetahui status gizi seseorang. Rumus atau cara menghitung IMT
adalah dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat dari
tinggi badan dalam meter (kg/m2) sebagai berikut :

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝐾𝑔)


IMT = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚) × 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)

Berikut merupakan klasifikasi dari indeks massa tubuh menurut WHO


(2000) :

Status Gizi IMT

Berat badan kurang (Underweight) <18.5

Berat badan normal 18.5 - 22.9

Kelebihan berat badan 23 - 24.9


(Overweight) dengan risiko

Obesitas I 25 - 29.9

Obesitas II ≥30
Berikut merupakan klasifikasi indeks massa tubuh menurut nasional
(PGN, 2014):

Klasifikasi IMT

Kurus Berat <17.0

Kurus Ringan 17.0 - 18.4

Normal 18.5 - 25.0

Gemuk Ringan 25.1 - 27.0

Gemuk Berat >27

2. Kategori Tingkat Depresi


Berikut merupakan interpretasi hasil kuesioner tingkat depresi:
● Jawaban "ya" memiliki skor 1.
● Jawaban "tidak" memiliki skor 0.
● Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) nilai pisah ditetapkan
5/6. Artinya, jika subjek menjawab "ya" pada 6 atau lebih pertanyaan
(dari total 20 pertanyaan), maka responden tersebut dianggap
mengalami gangguan mental emosional atau distres yang berpotensi
pada terjadinya gangguan jiwa.
Selain menggunakan skor total, pada pengkategorian tingkat depresi dapat
dihitung menggunakan skor subskala sebagai berikut:
● Gejala depresi: nomor 6,9,10,14,15,16, dan 17.
● Gejala cemas: nomor 3,4 dan 5.
● Gejala somatik: nomor 1, 2, 7, dan 19
● Gejala kognitif:nomor 8,12, dan 13
● Gejala penurunan energi: nomor 8,11,12,13,18, dan 20

3. Prosedur 24hr recall


Langkah – langkah pelaksanaan recall 24 jam menurut Supariasa et al
(2016) dalam Ningsih (2019) :
1) Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua
makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran
rumah tangga (URT), dengan menggunakan food models terstandar
atau foto/gambar alat terstandar, atau sampel nyata makanan serta
dengan menggunakan alat makanan yang digunakan responden
tersebut selama kurun waktu 24 jam yang lalu. Biasanya, waktu yang
diambil dimulai sejak responden bangun pagi kemarin sampai
istirahat tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari waktu saat
dilakukan wawancara mundur ke belakang sampai 24 jam penuh.
Urutan waktu makan sehari dapat disusun berupa makan pagi, siang,
malam, dan snack serta makanan jajanan. Pengelompokan bahan
makanan dapat berupa makanan pokok, sumber protein nabati,
sumber protein hewani, sayuran, buah-buahan, dll. Makanan yang
dikonsumsi di luar rumah juga dicatat.
2) Petugas melakukan konversi dari URT ke dalam ukuran berat (gram).
Dalam menaksir/memperkirakan URT ke dalam ukuran berat (gram)
pewawancara menggunakan berbagai alat bantu seperti contoh ukuran
rumah tangga (piring, mangkok, gelas, sendok, dan lain-lain) atau
model makanan (food model). Makanan yang dikonsumsi dapat
dihitung dengan alat bantu ini atau dengan menimbang langsung
contoh makanan yang akan dimakan berikut informasi tentang
komposisi makanan jadi (Ningsih, 2019)

4. Prosedur FFQ
Berikut ada langkah-langkah pelaksanaan wawancara FFQ menurut
Sirajuddin dkk, 2018 :
● Persiapkan formulir FFQ yang terdiri dari 3 kolom utama meliputi
nomor, bahan makanan, dan frekuensi konsumsi atau frekuensi makan.
● Sebagai pewawancara memperkenalkan diri terlebih dahulu dan
menjelaskan tujuan terkait wawancara konsumsi pangan kepada
subjek.
● Mulai wawancara dengan menanyakan frekuensi makan untuk setiap
bahan makanan yang ada pada daftar bahan makanan dalam formulir
serta jumlah porsi yang dikonsumsi. Saat melakukan wawancara,
enumerator menggunakan buku foto makanan agar responden
mengetahui ukuran dan berat makanan
● Tulis jawaban dengan mencentang kolom yang sesuai dengan
frekuensi makan responden.
● Akhiri sesi wawancara dan ucapkan terima kasih.
● Jumlahkan seluruh skor konsumsi pada akhir baris formulir FFQ dan
tentukan skor konsumsi pangan responden.

Daftar Pustaka

Ahnia, S., Ratnasari, D., & Wahyani, A. D. (2022). Hubungan Asupan Makan, Aktivitas
Fisik, dan Status Gizi dengan Kadar Kolesterol Darah Pra Lansia dan Lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Losari. Jurnal Ilmiah Gizi Kesehatan (JIGK), 4(01), 36-44.
Damayanti, R., dkk. 2020. Hubungan Activity Of Daily Living(ADL) Dengan Tingkat
Depresi Pada Lansia. Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 8 No. 2
Dieny, F., dkk. Modul Gizi dan Kesehatan Lansia. 2019
Fatmah., Hardinsyah., Boedhihartono., dan Rahardjo T. B. W. (2008). Model Prediksi Tinggi
Badan Lansia Etnis Jawa Berdasarkan Tinggi Lutut, Panjang Depa, dan Tinggi Duduk.
Majalah Kedokteran Indonesia, 58(12).
Haryana, N. & Chairunnisa, T. 2022. Proses Asuhan Gizi Terstandar pada Chronic Kidney
Disease Stage V, Diabetes Melitus II, Anemia dan Pseudoaneurisma. PONTIANAK
NUTRITION JOURNAL. Volume 5 Nomor
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Buku Kesehatan Lanjut Usia. Jakarta.
Khumaeroh, A., & Picessa, A. (2023). Profil Hemodinamik pada Soccer Pria Pra Lanjut Usia
Selama Masa Latihan High Intensity Interval Training (HIIT). Journal of Telenursing
(JOTING), 5(2), 2039-2049.
Kurniawati, S.A., 2017. Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Pola Makan Lansia Yang
Menderita Hipertensi (Di Puskesmas Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang)
(Doctoral dissertation, STIKES Insan Cendekia Medika Jombang).
Maulidiana, A. R., Fahmi, I., & Muslihah, N. Modul Penilaian Status Gizi Praktikum. 2020.
Universitas Brawijaya.
Ningsih, A. A. (2019). Perbedaan Asupan Energi dan Protein pada Balita Stunting dan Tidak
Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Sentolo I Kulon Progo. Skripsi. Politeknik
Kementrian Kesehatan Yogyakarta, 1988, 1–64.
Nurhidayati, I., Dkk. 2021. Status Gizi Berhubungan Dengan Kualitas Hidup Lansia Di
Puskesmas Jogonalan I. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat Stikes
Cendekia Utama Kudus. Vol 10, No 2.
Prasetio, C.E., Triwahyuni, A. and Prathama, A.G., 2022. Psychometric Properties of
Self-Report Questionnaire-20 (SRQ-20) Indonesian Version. Jurnal Psikologi, 49(1),
pp.69-86.
Safiq, A., & Fikawati, S. (2020). PERBEDAAN STATUS GIZI DAN KESEHATAN
PRALANSIA DAN LANSIA DI PUSKESMAS CIPAYUNG DEPOK
[DIFFERENCES OF NUTRITIONAL AND HEALTH STATUS BETWEEN MIDDLE
AGE AND ELDERLY IN CIPAYUNG HEALTH CENTRE DEPOK]. Penelitian Gizi
dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research), 43(2), 89-100
Sartika, N., Zulfitri, R. and Novayelinda, R. (2011) ‘Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Status Gizi Lansia’, Jurnal Ners Indonesia, 2(1), pp. 39–49. Available at:
https://doi.org/10.31258/jni.2.1.39-49.
Senjaya, A. 2016. Gigi Lansia. Jurnal Skala Husada. Volume 13 Nomor 1
Sari, W. & Septiani, W. 2019. Malnutrisi pada Lansia di Kota Pekanbaru. Jurnal Kesehatan
Komunitas. Vol 5 No. 1
Widardo, B., Wibowirini, B., Wiyono, N., Damayanti K.E., Wulandari, S., & Hastu Buku
Manual Keterampilan Klinik Topik Antropometri. 2018. Kementerian Riset, Teknologi,
Dan Pendidikan Tinggi Universitas Sebelas Maret Fakultas Kedokteran.
World Health Organization Western Pacific Region. (2000). International Association for the
Study of Obesity and the International Obesity Task Force. The Asia-Pacific
perspective: Redefining obesity and its treatment. Crows Nest, NSW, Australia: Health
Communications Australia
Zein. A. O. S, 2019. Kemunduran Fisiologis Lansia dan Pengaruhnya Terhadap Keselamatan
di Kamar Mandi Studi Kasus Kamar Mandi Panti Wredha Asuhan Bunda.

Anda mungkin juga menyukai