Anda di halaman 1dari 6

DAMPAK KESEHATAN PENGGUNAAN ROKOK ELEKTRIK

PADA REMAJA
Oleh :

Risqia Maulida Putri

Isma Rosida Nurali

Universitas Brawijaya

Abstrak : Trend merokok sudah menjadi kebiasaan pada masyarakat Indonesia. Pengguna
rokok yang didominasi oleh kaum adam semakin meresahkan yang biasanya dilakukan oleh
orang dewasa, kini usia remaja sudah merokok. Menurut para ahli, remaja yang merokok
dikarenakan mereka sedang mencari jati diri, sehingga mereka mengikuti trend yang
berkembang di lingkungan. Seiring berkembangnya teknologi, muncul jenis rokok baru yaitu
rokok elektrik atau vape yang merupakan perkembangan dari rokok konvensional. Rokok
elektrik lebih praktis dan efisien digunakan, karena tidak melibatkan korek api untuk
menyalakannya. Peningkatan jumlah pengguna rokok elektrik mulai menjadi masalah yang
harus diperhatikan, salah satunya di kalangan remaja yang semakin bertambah jumlahnya.
Keadaan ini semakin memprihatinkan terkait dampak kesehatan bagi tubuh mereka yang akan
ditimbulkan di masa mendatang.

kata kunci : remaja, rokok elektrik, dampak kesehatan.

Perkembangan rokok semakin pesat seiring dengan kemajuan teknologi. Dahulu, rokok
yang digunakan adalah rokok tradisional berbahan tembakau kini berubah menjadi rokok
elektrik yang berwujud cair. Kalangan pengguna rokok tidak hanya dari orang dewasa saja dan
saat ini banyak remaja yang merokok menggunakan rokok elektrik yang kita jumpai di
lingkungan masyarakat. Remaja yang merokok menggunakan rokok elektrik menganggap
rokok elektrik aman untuk kesehatan dan penggunaannya yang mudah. Selain itu, aroma dari
uap ditimbulkan dari pemanasan cairan nikotin yang memiliki aroma nikmat sangat disukai
oleh remaja.

Alamsyah (2009) dan Musdalifah et.al (2011) mengatakan bahwa ada beberapa faktor
yang berpengaruh pada remaja perokok seperti dari faktor keluarga, pendidikan, pertemanan
dan psikologisnya. Penelitian dari Rosanne et al (2014), mengatakan sebanyak 13,3 % remaja
usia 13-18 tahun yang mengonsumsi rokok konvensional akan merasa kurang puas dan
penggunaannya bisa lebih dari sekali dalam seminggu. WHO juga mengatakan remaja yang
mulai aktif dalam merokok akan berpotensi tinggi dalam terkena penyakit kardiovaskular.
Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan jumlah perokok
di Indonesia mencapai 28,8%. Mengutip dari berita Liputan6, penggunaan rokok elektrik akan
berdampak pada kesehatan tubuh. Para perokok elektronik akan berpotensi mengidap penyakit
asma, penyakit paru-paru bahkan bisa menyebabkan kematian.

Saat ini, hampir di semua tempat kita bisa menemukan remaja dengan rokok elektriknya.
Di lingkungan sekolah pun terkadang mereka secara diam-diam membawa rokok elektrik.
Tidak hanya itu, ketika kita ingin pergi ke sebuah café untuk mengerjakan tugas pasti kita akan
menemukan remaja yang merokok dengan rokok elektrik. Regulasi peraturan pemerintah
tentang rokok elektrik masih belum bisa dilaksanakan dengan baik diseluruh wilayah.
Kurangnya pengawasan dari pihak sekolah dan orang tua yang membuat remaja berani dalam
menggunakan rokok elektrik.

Penggunaan rokok elektrik pada remaja semakin lama akan semakin bertambah seiring
dengan perkembangan zaman yang semakin canggih. Tujuannya awal rokok elektrik
digunakan sebagai pengganti rokok konvensional pada orang dewasa malah menyimpang dan
semakin trend di kalangan remaja sekolah. Mudahnya penggunaan dari rokok elektrik
menjadikan salah satu alasan karena remaja menyukai hal yang bersifat mudah dan praktis.

Sebagai salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi jumlah perokok
remaja, perlu dilakukan upaya lebih dari pihak pemerintah dan juga orang tua. Penegasan
aturan mengenai rokok elektrik harus dijalankan dengan semaksimal mungkin. Pemberian
penyuluhan mengenai bahaya rokok elektrik di setiap sekolah juga diperlukan agar
memberikan pengetahuan pada remaja. Selain itu, pengawasan yang dilakukan oleh orang tua
juga perlu ditingkatkan.

Berdasarkan uraian diatas, artikel ini akan membahas tentang apa itu rokok elektrik dan
permasalahan kesehatan yang akan ditimbulkan akibat kebiasaan merokok dikalangan remaja.
Adapun tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan
tentang rokok elektrik dan bahayanya bagi kesehatan tubuh remaja sebagai upaya memberikan
pengetahuan dalam menekan jumlah perokok remaja.

Pengertian Rokok Elektrik

Rokok elektrik adalah jenis rokok baru yang menggunakan tenaga baterai untuk
mengubah nikotin menjadi uap atau dikenal sebagai electronic nicotine delivery system / ENDS
(WHO, 2009). Rokok elektrik memiliki berbagai macam ukuran dan utamanya terdapat baterai,
pemanas logam dan cartridge untuk tempat cairan atau liquid. Rokok elektrik juga disebut
dengan vape, personal vaporizer, vapor, dan sebagainya. Contoh dari bentuk rokok elektrik
ada yang berbentuk pena, portable vape, dan berbentuk desktop.

Rokok elektrik bekerja dengan cara memanaskan liquid yang sudah diisi dalam cartridge.
Kemudian, liquid tersebut akan berubah menjadi uap asap dan uap ini yang akan dihirup
(Diana, 2018). Liquid umumnya memiliki berbagai macam rasa dan aroma. Uap yang
dihasilkan berwarna putih dan tidak membuat pedih pada mata. Selain itu, uap dari rokok
elektrik akan cepat hilang tidak seperti asap dari rokok konvensional.

Pada awalnya, rokok elektrik digunakan untuk mengurangi kebiasaan merokok


menggunakan rokok konvensional (Brown et al, 2014). Namun, semakin lama rokok elektrik
akhirnya digunakan oleh hampir setiap kalangan. Kalangan remaja adalah salah satu dari
banyaknya pengguna rokok elektrik. Mereka menganggap aroma uap yang dihasilkan dari
rokok elektrik sangat enak dan ukurannya yang kecil membuatnya mudah untuk dibawa
kemana saja. Mudahnya menemukan store rokok elektrik menjadikan salah satu alasan
mengapa para remaja gemar menggunakan rokok elektrik.

Rokok elektrik mengubah cairan yang mengandung propilen glikol atau gliserin menjadi
uap (Goniewicz, et al, 2011). Menurut Allen et al. (2016) kandungan liquid dari rokok elektrik
terdiri dari nikotin, propilen glikol, gliserin, air, perasa atau flavoring, dan zat kimia yang lain.
Nikotin adalah zat yang mudah menguap, tidak memiliki warna, berbentuk cair dan bersifat
toksik. Zat nikotin dapat mengakibatkan ketergantungan bagi yang mengonsumsinya. Pada
rokok elektrik, kandungan nikotinnya bermacam-macam mulai dari kadar terendah hingga
kadar tertinggi.

Herbert A. Gilbert adalah tokoh yang mempelopori rokok elektrik pada tahun 1963. Lalu
pada tahun 2004, Hon Lik mematenkan rokok elektrik dan memproduksinya. Seiring
perkembangan teknologi, rokok elektrik menyebar ke berbagai wilayah dunia dan semakin
populer. Meningkatnya popularitas dari rokok elektrik membuat peminatnya juga semakin
bertambah.

Dampak Kesehatan Penggunaan Rokok Elektrik

Dapat kita ketahui, jumlah pengguna rokok elektrik meningkat setiap tahunnya.
Peningkatan tersebut menimbulkan kontroversi baik dari segi ilmu pengetahuan, politik,
finansial, psikologis dan kesehatan. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap bahaya
menggunakan rokok elektrik, tingkat pengetahuan yang rendah dan beranggapan bahwa rokok
elektrik dianggap tidak beracun dan aman dibandingkan rokok konvensional. Namun hal ini
ditanggapi oleh pihak FDA (Food and Drug Administration) menyatakan bahwa dalam
cartridges (mesin pembakaran) dan larutan dalam rokok elektrik mengandung nitrosamine,
dietilen glikol, dan kontaminan lain yang berpotensi membahayakan kesehatan manusia.

Nikotin memiliki efek dalam merubah struktur saluran pernafasan sehingga dapat
mempengaruhi kerja sistem pernafasan. Dikemukakan oleh Norman Edelman, kepala medis
dari American Lung Association menyatakan belum setuju dengan argumen bahwa rokok
elektrik itu aman. FDA (Food and Drug Administration) Amerika Serikat mengatakan bahwa
nikotin cair sintesis dapat membuat paru-paru teriritasi. Saat uap dihisap, cairan ini berubah
menjadi carbonyl yang mengakibatkan kanker. Nikotin merupakan salah satu zat adiktif yang
menimbulkan dampak kecanduan hingga perasaan marah, depresi, gelisah, dan cemas. Hal
tersebut sangat berbahaya bagi orang yang menderita penyakit jantung. Tidak hanya itu, bahan
kimia lainnya yang terkandung dalam rokok elektrik seperti propilen glikol, dieter glikol, dan
gliserin juga akan menyebabkan kanker jika mereka dipanaskan secara bersamaan, serta dapat
merusak jaringan paru-paru. FDA (Food and Drug Administration) mengatakan bahwa
kandungan nitrosamin, dietilen glikol dan zat kontaminan pada larutan e cigarette rokok
elektrik berpotensi akan berdampak buruk pada saluran pernapasan yaitu trakea
(Palazzolo,2013).

Selain itu uap yang dihasilkan dari rokok elektrik menjadi polusi udara. Uap rokok
elektrik mengandung formalin dan senyawa karsinogenik yang berbahaya untuk perokok pasif.
Menurut Dr. Bernard Dreyer, President American Academy of Pediatrics, mencatat bahwa
bahan-bahan cairan vaping mengandung formalin dan asetaldehida yang dapat menyebabkan
kerusakan. Beberapa orang yang sensitif terhadap propylene glycol bisa menyebabkan mulut
dan tenggorokan kering serta bau uap yang menetap. Propilen glikol dan gliserin dapat
membuat iritasi saluran pernafasan ketika dihirup jangka pendek. Pengguna rokok elektrik
dilaporkan memiliki gejala-gejala seperti iritasi mulut dan tenggorokan, batuk, vertigo, sakit
kepala, gangguan saluran pencernaan, dan mual.

Dampak buruk lainnya yang ditimbulkan oleh rokok elektrik seperti: (1) Dapat
disalahgunakan dengan memasukkan bahan bahaya ilegal seperti mariyuana, heroin, dan lain-
lain, (2) Bahan perasa berbahaya, (3) Resiko bertambahnya rokok pemula, (4) Resiko
bertambahnya dual user (perokok ganda), (5) Resiko perokok yang berhenti merokok akan
merokok kembali karena mengetahui rokok elektrik ini aman, dll (BPOM, 2015).

Rokok elektrik belum mempunyai standar penjualan produk dan izin dari Kementrian
Kesehatan seperti layaknya rokok biasa yang sudah mempunyai standar maupun izin penjualan
sendiri. Hal ini bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109
Tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk
Tembakau Bagi Kesehatan yang mengatur standar produk penjualan yang mengandung zat
adiktif seperti nikotin yang terdapat di rokok biasa maupun rokok elektrik.

Kementerian Kesehatan RI perlu mengeluarkan peraturan mengenai rokok elektrik,


mulai dari penjualannya, kandungan didalamnya, dan bahaya mengkonsumsinya. Oleh
sebab itu, perlu segera dikeluarkannya keputusan yang mengatur rokok elektrik sehingga
dapat mengedukasi bagi masyarakat.

Kesimpulan

Penggunaan rokok elektrik dapat memberikan dampak kesehatan bagi remaja. Dampak
yang ditimbulkan dapat terlihat secara fisik, seperti bibir kering, pecah-pecah. Selain itu zat-
zat kimia dapat menimbulkan gangguan pada saluran pernafasan, mual, muntah, sakit kepala
hingga penyakit kanker karena bersifat karsinogenik. Adanya zat kimia nikotin bisa membuat
rasa ketergantungan pada remaja.
Hal ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi remaja pengguna rokok elektrik untuk lebih
sadar akan dampak merokok terhadap kesehatan tubuh. Serta memberikan edukasi bagi remaja
tentang pendidikan kesehatan dini agar dapat mencegah dampak panjang dari penggunaan
rokok elektrik.

Daftar Pustaka

Gita, K. N. & I Gede Putra Ariana, 2016. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Di
Indonesia Terkait Bahaya Konsumsi Rokok Elektrik, Perlindungan Hukum Terhadap
Konsumen Di Indonesia Terkait Bahaya Konsumsi Rokok Elektrik, 04(8), pp. 1–6. Available
at: http://garuda.ristekdikti.go.id/journal/article/457189.

Karuniawati, A., 2019. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Rokok Elektrik (vape)
pada Siswa SMP Negeri Se-Kecamatan Rambang Kabupaten Purbalingga’, Skripsi Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, pp. 29–30.

Sabir, A., Asikin, M. and Willem, I., 2019. Pengaruh Uap Rokok Elektrik Terhadap Kualitas
Udara Ambien Pada Lingkungan Pengguna Rokok Elektrik Di Kota Parepare, Jurnal Ilmiah
Manusia Dan Kesehatan, 2(3), pp. 447–458. Available at:
https://jurnal.umpar.ac.id/index.php/makes/article/view/190.

Sudradjat, S. E. et al. 2019. Tinjauan Pustaka Kajian Efek Rokok Elektrik terhadap Kesehatan
A Review of the Health Effects of Electric Cigarettes, Sudradjat SE, 25(3), pp. 177–122.

Putra, I. G. N. E., Putra, I. M. R., Rama, D. G. A., & Prayoga, P. A. S. A., 2017. Gambaran
Pemahaman, Persepsi, Dan Penggunaan Rokok Elektrik Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
Di Kota Denpasar. In PROCEEDING 4th ICTOH 2017 Indonesian Conference on Tobacco or
Health 2017 (p. 2).

Erlianti, Susi. 2020. Pengembangan Bahan Ajar “Efek Negatif Rokok Elektrik “ sebagai
Sumber Belajar Siswa SMA. Tesis. Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.
Pascasarjana. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing 1 Dr. Lisdiana, M.Si., Pembimbing
II Prof. Dr. Priyantini Widiyaningrum, M.S.

Kencana, I.G.N.S.A., 2020. KEBIJAKAN KAWASAN TANPA ROKOK TERHADAP


PENGGUNA VAPE (ROKOK ELEKTRIK) DI KABUPATEN BADUNG. Jurnal Surya
Kencana Satu: Dinamika Masalah Hukum dan Keadilan, 11(1), pp.1-20.

Utami, N., 2020. Pengaruh Kebiasaan Merokok Orang Tua terhadap Perilaku Merokok Remaja
di Indonesia. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 16(3), pp.327-335.
Fitharizby, I.K., Boham, A. and Senduk, J.J., 2020. PERSEPSI REMAJA PADA ROKOK
ELEKTRIK VAPE (STUDI PADA ANAK USIA REMAJA DI DESA SEA KECAMATAN
PINELENG). ACTA DIURNA KOMUNIKASI, 2(3).

Sitinjak, L. and Susihar, S., 2020. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REMAJA


MENGKONSUMSI ROKOK ELEKTRIK. JURNAL AKADEMI KEPERAWATAN HUSADA
KARYA JAYA, 6(1).

Elsa, M.S. and Nadjib, M., 2019. Determinan rokok elektrik di Indonesia: data SUSENAS
(Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2017. Berita Kedokteran Masyarakat, 35(2), pp.41-
48.

Istiqomah, D., Cahyo, K. and Indraswari, R., 2016. Gaya Hidup Komunitas Rokok Elektrik
Semarang Vaper Corner, Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 4(2), pp. 203–212.

Wira, A., Winaya, I. B. O. and Adi, A. A. A. M., 2018. Perubahan Histopatologi Trakea Mencit
Jantan Pascapaparan Asap Rokok Elektrik’, Indonesia Medicus Veterinus, 7(4), p. 422. doi:
10.19087/imv.2018.7.4.422.

Yazid, A. R. N. and Rahmawati, A. A., 2018. Rokok Elektrik dan Rokok Konvensional
Merusak Alveolus Paru, Prosiding Seminar Nasional Unimus, 1, pp. 27–32.

Anda mungkin juga menyukai