Anda di halaman 1dari 19

TUGAS–1 Geodesi Satelit (TG-621041)

Sistem Penentuan Posisi Berbasiskan


Satelit
Dosen : Dr.Ir. Sukanto Hadi,MT

Mohammad Akmal

2250241018

PROGRAM TEKNIK GEOMATIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHAMD YANI
CIMAHI
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga penyusunan tugas ini
dapat selesai dengan tepat waktu. Tugas ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas “Sistem
Penentuan Posisi menggunakan satelit”. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan juga untuk
menambah wawasan kepada pembaca tentang materi yang di sampaikan.

Saya disini menyampaikan ucapan terima kasih kepada, bapak Dr. Ir. Sukanto Hadi, MT selaku
dosen pengampuh pada mata kuliah Geodesi Satelite Berkat tugas yang diberikan ini, dapat
menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan.

Saya selaku penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih terdapat banyak
kesalahan. Oleh karena itu saya memohon maaf atas kesalahan dan ketidak sempurnaan yang di
dapat oleh pembaca dalam menyampaikan materi ini. Saya juga mengharapkan adanya kritik serta
saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini. Dengan ini saya mengucapkan
banyak banyak terima kasih kepada semuannya.

Bandung, Januari 2024


DAFTAR ISI

Hlm
COVER…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 1
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………….......... 1
BAB II: PEMBAHASAN 2
2.1 Sistem Penentuan Posisi Berbabiskan Satelit…………………………... 2
2.2 Beberapa Sistem Penentuan Posisi……………………………………... 3
2.2.1 Satelit Fotografi………………………………………………….. 4
2.2.2 Transit ( Doppler )……………………………………………….. 5
2.2.3 SLR ( Satelit Laser Ranging )……………………………………. 6
2.2.4 GPS ( Global Positioning System )……………………………….
7
2.2.5 LLR ( Lunar Laser Ranging )…………………………………….
2.2.6 VLBI ( Very Long Baaseline Interferometry )…………………... 8

2.2.7 Astronimi Geodesi.………………………………………………. 9

BAB III: PENUTUP 10


3.1 Kesimpulan……………………………………………………………... 10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geodesi satelit adalah cabang ilmu geodesi yang memanfaatkan satelit untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan terkait dengan Bumi.
Secara lebih spesifik, geodesi satelit berfokus pada Penentuan posisi yaitu
Satelit digunakan sebagai titik referensi yang sangat akurat untuk menentukan
lokasi di permukaan bumi. Ini diterapkan dalam teknologi seperti GPS (Global
Positioning System).
Yang lainnya adalah Penentuan medan gaya berat dimana Pengukuran dan
analisis sinyal satelit membantu memahami variasi gaya berat bumi di berbagai
tempat. Serta pemantauan perubahan. Dengan pengamatan jangka panjang,
geodesi satelit dapat mendeteksi perubahan kecil pada posisi dan bentuk bumi,
seperti pergerakan lempeng tektonik dan kenaikan permukaan laut akibat
perubahan iklim. Jadi, pada intinya, geodesi satelit menggunakan teknologi
canggih untuk mempelajari dan mengukur Bumi secara lebih akurat dan efisien,
dengan memanfaatkan satelit sebagai alat bantu utamanya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, berikut beberapa penjelasan yang
akan dibahas sebagai bahan kajian:
 Karakteristik, parameter, Besaran yang diukur, serta cara
mendapatkan posisi dari masing-masing system berikut, Satelit
Fotografi, Transit (Doppler), SLR (Satellie Laser Ranging), GPS
(Global Positioning System), LLR (Lunar Laser Ranging), VLBI (Vry
Long Baseling Interferometry), serta Astronomi Geodesi
1.3 Tujuan
Mengetahui lebih dalam dari pada sistem-sistem penentuan posisi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Satelit Fotografi


Satelit fotografi biasa digunakan untuk mendapatkan data citra atau
Fotogrametri yang merupakan seni, ilmu, dan teknologi perolehan informasi
tentang obyek fisik dan lingkungan melalui proses perekaman, pengukuran, dan
penafsiran foto udara (Thomson dan Gruner, 1980). Istilah Fotogrametri berasal
dari kata photos (sinar), gramma (sesuatu yang tergambar) dan metron
(mengukur). Secara sederhana maka fotogrametri dapat diartikan sebagai
"pengukuran secara grafis dengan menggunakan sinar". Dari definisi tersebut
dapat dimengerti bahwa fotogrametri meliputi (Wolf, 1983) Perekaman obyek
(pemotretan) - Pengukuran gambar obyek pada foto udara - Pemotretan hasil
ukuran untuk dijadikan bentuk yang bermanfaat (Peta). Fotogrametri adalah ilmu
untuk memperoleh informasi dari suatu objek melalui proses pencatatan,
pengukuran, dan interpretasi fotografis dimana aspek-aspek geometrik dari foto
udara seperti sudut, jarak, koordinat, dan sebagainya merupakan faktor utama.
Hasil dari fotogrametri adalah foto udara. Pemetaan fotogrametri menggunakan
foto udara sebagai sumber data utamanya.Kualitas peta atau informasi yang
dihasilkan sangat tergantung dari kualitas metrik maupun kualitas gambar
(pictorial quality) sumber data tersebut.Pengadaan foto udara biasanya bertitik
tolak dari tujuan peruntukannya. Ditinjau dari data yang dapat diperoleh dari foto
udara, maka fotogrametri dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Fotogrametri Metrik, Fotogrammetri Metrik atau metrik fotogrametri
bertujuan untuk memperoleh data kuantitatif seperti jarak, sudut, luas dan posisi
dari suatu objek.Untuk memperoleh data tersebut diperlukan alat-alat khusus serta
pengetahuan dan keterampilan tertentu.Hal ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan matematis antara sistem foto udara dengan sistem tanah, sehingga
ukuran-ukuran di foto dapat dipindahkan ke sistem tanah atau sebaliknya.
b. Fotogrametri Interpretatif, Fotogrammetri Interpretatif bertujuan untuk
memperoleh data kualitatif dengan cara pengenalan, identifikasi dan interpretasi
foto udara.
a. Karakterisik umum:
Akurasi: Sistem ini memiliki tingkat akurasi yang tinggi, tergantung pada
faktor-faktor seperti jumlah satelit yang terlihat, kondisi atmosfer, dan
jenis teknologi GNSS yang digunakan.
Pemakaian global: Karena menggunakan jaringan satelit, sistem ini dapat
digunakan di seluruh dunia.
Real-time atau post-processing: Data posisi dapat diperoleh secara real-
time atau diproses secara offline untuk meningkatkan akurasi.

b. Parameter:
Waktu: Sistem GNSS mengukur waktu sinyal yang diterima dari satelit
untuk menghitung jarak.
Koordinat: Koordinat tiga dimensi (latitude, longitude, dan elevasi) dari
posisi pengguna dihitung berdasarkan waktu tempuh sinyal dari satelit.
Geometri: Konfigurasi relatif antara satelit dan penerima diukur untuk
menentukan geometri yang optimal untuk perhitungan posisi yang akurat.

c. Besaran Ukuran:
Waktu tempuh sinyal: Waktu yang dibutuhkan oleh sinyal radio dari
satelit hingga penerima diukur dengan presisi tinggi.
Jarak: Jarak antara satelit dan penerima dihitung berdasarkan waktu
tempuh sinyal.
Sudut elevasi dan azimut: Sudut elevasi (ketinggian sudut dari horizon)
dan azimut (arah horizontal) dari satelit diukur untuk memperbaiki akurasi
perhitungan posisi.

d. Cara Mendapatkan Posisi


Triangulasi: Posisi titik dihitung dengan menggunakan metode triangulasi,
di mana jarak ke tiga atau lebih satelit diketahui, dan posisi penerima
dihitung di mana lingkaran (atau elips) dari jarak yang diketahui saling
berpotongan.
Solusi Least Squares: Untuk meningkatkan akurasi, metode ini digunakan
untuk memperbaiki posisi dengan meminimalkan kesalahan kuadrat dari
perbedaan antara jarak yang diukur dan jarak yang diharapkan.
Koreksi differensial: Koreksi diterapkan pada data posisi dengan
membandingkan posisi yang dihitung dengan posisi referensi yang
diketahui secara akurat, yang diperoleh dari stasiun referensi yang
terhubung dengan sistem GNSS.
2.2. Transit (Doppler)
Sistem penentuan posisi Transit adalah sistem navigasi satelit yang
dikembangkan oleh Amerika Serikat pada awal tahun 1960-an. Ini menggunakan
prinsip Doppler shift dari sinyal radio yang dipancarkan oleh satelit untuk
menentukan posisi pengguna di permukaan Bumi. Berikut adalah karakteristik
umum, parameter, besaran yang diukur, dan cara mendapatkan posisi titik dari
sistem penentuan posisi pada sistem Transit:
a. Karakteristik Umum:
Berbasis Satelit: Sistem Transit menggunakan jaringan satelit yang mengorbit
Bumi untuk menyediakan layanan navigasi.
Keakuratan Terbatas: Akurasi sistem Transit relatif rendah dibandingkan
dengan sistem navigasi modern karena faktor-faktor seperti resolusi waktu dan
keberadaan satelit yang terbatas.
Penggunaan Awal: Sistem Transit merupakan salah satu sistem navigasi satelit
pertama yang digunakan secara luas oleh kapal laut, pesawat, dan instalasi
militer.

b. Parameter:
Frekuensi Sinyal: Sistem Transit menggunakan frekuensi radio tertentu untuk
mentransmisikan data posisi dan waktu.
Waktu: Informasi waktu yang tepat sangat penting dalam sistem Transit untuk
menghitung posisi pengguna.
Kecepatan: Doppler shift dari sinyal radio diukur untuk menentukan
kecepatan relatif antara satelit dan penerima.

c. Besaran yang Diukur:


Doppler Shift: Perubahan frekuensi sinyal radio yang disebabkan oleh
pergerakan relatif antara satelit dan penerima diukur untuk menentukan
kecepatan relatif.
Waktu: Informasi waktu yang diterima dari satelit digunakan untuk
menghitung jarak antara satelit dan penerima berdasarkan kecepatan cahaya.

d. Cara Mendapatkan Posisi Titik:


Doppler Fix: Posisi pengguna ditentukan dengan mencocokkan Doppler shift
yang diukur dengan model yang diperkirakan tentang pergerakan satelit.
Dengan menggunakan informasi ini, posisi dan kecepatan relatif pengguna
terhadap satelit dapat dihitung.
Triangulasi: Meskipun prinsipnya berbeda dari sistem GNSS modern, sistem
Transit juga menggunakan triangulasi untuk menentukan posisi pengguna
dengan menggunakan data dari beberapa satelit dalam jaringan.
2.3. System Satellite Laser Ranging (SLR)
Sistem ini memberikan pancaran singkat sinar laser yang dikirim ke satelit
dari stasiun bumi dan dipantulkan kembali ke stasiun bumi. Pengukuran waktu
perjalanan (dalam pico seconds) bisa menentukan jarak ke satelit dan pengukuran
berulang untuk satu negara memungkinan untuk menentukan posisinya relatif
terhadap konstelasi satelit reflektif. Dalam hal ini, kerangka acuan untuk
mendeteksi gerakan lempeng aktif (waktu rata-rata selama beberapa tahun)
adalah serangkaian orbit Bumi.
a. Karakteristik Umum:
Presisi Tinggi: SLR adalah salah satu teknik pengukuran jarak paling presisi
yang digunakan dalam penelitian geodesi dan astronomi.
Jarak Jauh: Dapat digunakan untuk mengukur jarak ke satelit dan objek
astronomi lainnya yang jauh dari Bumi.
Penggunaan Laser: Menggunakan pulsa laser yang sangat sempit dan kuat
untuk memantulkan dari permukaan reflektor yang dipasang pada satelit atau
objek target.

b. Parameter:
Waktu: Waktu yang tepat digunakan untuk mengukur waktu tempuh pulsa
laser dari pemancaran hingga penerimaan kembali setelah dipantulkan
dari satelit.
Kecepatan cahaya: Kecepatan cahaya digunakan untuk menghitung jarak
berdasarkan waktu tempuh pulsa laser.

c. Besaran yang Diukur:


Waktu Tempuh: Waktu yang dibutuhkan oleh pulsa laser untuk
melakukan perjalanan dari stasiun pengirim, memantulkan dari satelit, dan
kembali ke stasiun penerima diukur dengan presisi tinggi.
Perubahan Jarak: Berdasarkan perubahan waktu tempuh pulsa laser,
perubahan jarak antara stasiun pengirim, satelit, dan stasiun penerima
dihitung.

d. Cara Mendapatkan Posisi Titik:


Triangulasi: Posisi titik dari satelit atau objek target dihitung dengan
menggunakan metode triangulasi dari beberapa stasiun pengirim yang terpisah
yang mencatat waktu tempuh pulsa laser.
Perhitungan Komputasi: Data waktu tempuh dari beberapa stasiun pengirim
digunakan untuk menghitung posisi tiga dimensi dari satelit atau objek target
menggunakan algoritma komputasi yang kompleks.
2.4. GPS (Global Positioning System)
Merupakan suatu metode penentuan posisi/koordinat dengan menggunakan
teknologi satelit navigasi dengan ketelitian tertentu (Abidin, 2007). Sistem satelit
navigasi yang berkembang pertama kali adalah sistem Global positioning system
(GPS). Pada saat ini, sistem GPS sudah banyak digunakan oleh orang di seluruh
dunia dalam beberapa bidang aplikasi. Di Indonesia pun, GPS sudah banyak
diaplikasikan, terutama yang terkait dengan aplikasi-aplikasi yang menuntut
informasi tentang posisi ataupun perubahan posisi.
Berikut ini adalah karakteristik umum, parameter, besaran yang diukur, dan
cara mendapatkan posisi titik dari sistem penentuan posisi menggunakan GPS:
a. Karakteristik Umum
GPS terdiri dari jaringan satelit yang mengorbit bumi, stasiun kontrol di darat,
dan penerima GPS di permukaan bumi.
Satelit GPS mengirimkan sinyal radio yang berisi informasi waktu dan posisi
satelit.
Penerima GPS menerima sinyal-sinyal ini untuk menentukan posisi,
kecepatan, dan waktu.
GPS adalah sistem global yang dapat digunakan di mana saja di bumi, asalkan
ada visibilitas ke satelit-satelit GPS.

b. Parameter
Sinyal GPS terdiri dari informasi waktu, posisi, kecepatan, dan informasi
lainnya yang diperlukan untuk navigasi.
Informasi waktu sangat penting karena perbedaan waktu antara kapan sinyal
dikirimkan oleh satelit dan kapan diterima oleh penerima digunakan untuk
menghitung jarak.

c. Besaran yang Diukur:


Dalam sistem GPS, yang paling umum diukur adalah posisi (latitude,
longitude, dan kadang-kadang ketinggian), kecepatan, arah, dan waktu.
Posisi adalah koordinat geografis tempat penerima GPS berada, yang
dinyatakan dalam latitude dan longitude.

d. Cara Mendapatkan Posisi Titik


Trilaterasi: Receiver GPS mengukur jarak ke minimal tiga satelit.
Metode Least Squares: Receiver GPS menggunakan metode ini untuk
menghitung posisi receiver berdasarkan jarak ke satelit.
Dengan menggunakan informasi waktu yang disertakan dalam sinyal tersebut
dan perbedaan waktu antara kapan sinyal dikirimkan dan diterima, penerima
GPS dapat menghitung jaraknya dari setiap satelit. Dengan memiliki jarak dari
beberapa satelit dan informasi posisi satelit, penerima GPS menggunakan
metode trilaterasi untuk menentukan posisi relatif terhadap satelit-satelit
tersebut. Posisi tersebut kemudian dihitung dengan menggunakan data lain
seperti efek atmosfer dan waktu satelit.
Setelah itu, penerima GPS melakukan perhitungan lebih lanjut untuk
mengonversi posisi relatif menjadi posisi absolut di bumi, yang diekspresikan
dalam koordinat latitude dan longitude.

2.5. Lunar Laser Ranging (LLR)


LLR (Lunar Laser Ranging) adalah metode yang digunakan untuk
menentukan jarak antara stasiun pengukuran di Bumi dan reflektor laser yang
ditempatkan di permukaan bulan. Ini adalah teknik yang sangat presisi dan telah
digunakan selama beberapa dekade untuk studi ilmiah tentang gerakan bulan,
rotasi bumi, dan variasi dalam jarak Bumi-Bulan.
Berikut adalah karakteristik umum, parameter, besaran yang diukur, dan cara
mendapatkan posisi titik dari sistem penentuan posisi menggunakan LLR:

a. Karakteristik Umum

LLR memanfaatkan reflektor laser yang dipasang di permukaan bulan oleh


misi Apollo. Sistem ini melibatkan pengiriman pulsa laser dari stasiun
pengukuran di Bumi ke reflektor di bulan, dan mengukur waktu yang
diperlukan untuk pulsa itu kembali ke stasiun pengukuran. LLR
memungkinkan pengukuran jarak antara Bumi dan bulan dengan presisi
tinggi, bahkan hingga beberapa milimeter.

b. Parameter

Parameter utama yang terlibat dalam LLR adalah waktu tempuh pulsa laser
dari stasiun pengukuran di Bumi ke reflektor di bulan, dan kembali ke stasiun
pengukuran. Selain itu, parameter-parameter seperti refraksi atmosfer dan
posisi relatif stasiun pengukuran dan bulan juga diperhitungkan.

c. Besaran yang Diukur

Besaran utama yang diukur dalam LLR adalah waktu tempuh pulsa laser dari
stasiun pengukuran ke reflektor di bulan, dan kembali ke stasiun pengukuran.

Dengan mengukur waktu perjalanan ini dengan sangat presisi, jarak antara
stasiun pengukuran di Bumi dan reflektor di bulan dapat dihitung.

d. Cara Mendapatkan Posisi Titik dari Sistem Penentuan


Posisi Menggunakan LLR

LLR mengukur waktu tempuh pulsa laser dari stasiun pengukuran ke reflektor
di bulan, dan kembali ke stasiun pengukuran.

Dengan menggunakan kecepatan cahaya yang diketahui dengan sangat tepat,


dan mengukur waktu tempuh dengan presisi tinggi, jarak antara stasiun
pengukuran di Bumi dan reflektor di bulan dapat dihitung. Dengan
mempertimbangkan efek-efek seperti refraksi atmosfer, rotasi Bumi, dan
gerakan bulan, posisi titik di permukaan bulan dapat dihitung relatif terhadap
stasiun pengukuran di Bumi.
2.6. VLBI (Very Long Baseline Interferometry)
Very Long Baseline Interferometry (VLBI) adalah teknik observasi astronomi
yang memungkinkan pengukuran posisi objek astronomi dengan sangat presisi
menggunakan jaringan antena radio yang tersebar di seluruh dunia. Berikut
adalah penjelasan mengenai karakteristik umum, parameter, besaran yang diukur,
dan cara mendapatkan posisi titik dari sistem penentuan posisi menggunakan
VLBI:

a. Karakteristik Umum

VLBI menggunakan jaringan antena radio yang terletak di berbagai lokasi di


seluruh dunia. Antena-antena ini bekerja secara sinkron untuk merekam sinyal
dari objek astronomi tertentu. Sinyal-sinyal tersebut kemudian dikirimkan ke
pusat pengolahan data untuk analisis lebih lanjut. VLBI memanfaatkan konsep
interferometri untuk menggabungkan data dari beberapa antena untuk
menciptakan citra yang sangat presisi dari objek yang diamati.

b. Parameter

Parameter utama dalam VLBI adalah waktu kedatangan sinyal radio dari
objek astronomi ke setiap antena di jaringan VLBI. Selain itu, informasi
seperti posisi relatif antena di Bumi dan waktu observasi juga digunakan.

c. Besaran yang Diukur

Besaran yang utama diukur dalam VLBI adalah perbedaan waktu kedatangan
sinyal radio dari objek astronomi ke setiap antena di jaringan VLBI. Dengan
mengukur perbedaan waktu ini, VLBI dapat menghitung sudut antara garis
pengamatan dari setiap antena ke objek yang diamati.

d. Cara Mendapatkan Posisi Titik dari Sistem Penentuan


Posisi Menggunakan VLBI
VLBI menggunakan teknik interferometri untuk membandingkan sinyal yang
diterima oleh beberapa antena yang tersebar di seluruh dunia. Dengan
mengukur perbedaan waktu kedatangan sinyal dari objek astronomi ke setiap
antena, VLBI menciptakan pola interferensi yang memungkinkan untuk
memperoleh informasi tentang posisi objek tersebut dengan sangat presisi.
Dengan membandingkan data observasi dari beberapa antena, VLBI dapat
menghasilkan citra atau peta yang sangat rinci dari objek yang diamati. Untuk
menentukan posisi titik objek di langit, data dari banyak antena diolah secara
bersamaan untuk memperoleh sudut pengamatan yang sangat akurat, yang
kemudian dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif objek tersebut.

2.7. Astronomi Geodesi


Sistem geodesi satelit tertua adalah sistem astronomi geodesi yang
berbasiskan pada pengamatan bintang, sampai saat ini metode astronomi geodesi
masih digunakan meskipun terbatas pada aplikasi-aplikasi tertentu saja. Sebagai
contoh metode ini telah digunakan sejak 1884 untuk penentuan lintang secara
teliti di Potsdam. Disamping itu metode astronomi geodesi ini juga sudah
berkontribusi dalam pengamatan pergerakan kutub (polar motion) sejak tahun
1890 (FGS, 1998)
a. Karakteristik Umum
Astronomi geodesi memanfaatkan pengamatan bintang, planet, bulan, dan
benda langit lainnya untuk menentukan posisi titik di permukaan Bumi.
Metode ini sering digunakan untuk menentukan posisi titik referensi geodetik
yang penting, seperti stasiun geodetik dan titik kontrol dalam pemetaan dan
survei.
b. Parameter
Parameter utama dalam astronomi geodesi adalah koordinat astronomis, yang mencakup
lintang (latitude) dan bujur (longitude) titik pengamatan. Selain itu, parameter seperti waktu
observasi, orientasi instrumen, dan koreksi atmosfer juga penting dalam proses penentuan
posisi.

c. Besaran yang Diukur


Besaran yang diukur dalam astronomi geodesi adalah posisi relatif benda langit terhadap
titik observasi di permukaan Bumi. Pengukuran dilakukan terhadap posisi sudut atau azimut
benda langit, serta waktu pengamatan.

d. Cara Mendapatkan Posisi Titik:


Astronomi geodesi menggunakan observasi terhadap posisi sudut atau azimut benda langit
dari beberapa lokasi di permukaan Bumi. Data pengamatan ini kemudian diproses
menggunakan metode triangulasi atau trilaterasi untuk menentukan posisi titik dengan
presisi tinggi. Dengan mengamati benda langit dari dua atau lebih lokasi yang terpisah
secara geografis, astronomi geodesi dapat menentukan sudut atau azimut benda langit dari
setiap titik observasi. Dari sudut atau azimut yang diukur ini, posisi titik dapat dihitung
dengan memperhitungkan faktor-faktor seperti rotasi Bumi, refleksi atmosfer, dan parameter
lain yang mempengaruhi pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA
Herjuno Gularso, Sawitri Subiyanto, L.M.Sabri (2005) “Tinjauan Pemotretan Udara Format
Kecil Menggunakan Pesawat ModelSkywalker 1680” (Studi Kasus :Area Sekitar
Kampus UNDIP) Di akses pada 25 februari 2024 pada laman:
https://media.neliti.com/media/publications/80549-ID- tinjauan-pemotretan-udara-
format-kecil-m.pdf
Yetti Yuniati, Melvi Ulvan, Mardiyah Azzahra (2016) “IMPLEMENTASI MODUL GLOBAL
POSITIONING SYSTEM (GPS) PADA SISTEM TRACKING BUS RAPID
TRANSIT (BRT) LAMPUNG MENUJU
SMART TRANSPORTATION” Diakses Pada tanggal 25 Februari 2024 pada laman:
https://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/sitekin/article/view/4059
Guntur Bagus Pamungkas , Bambang Sudarsono, Sutomo Kahar (2014) dalam jurnal "Analisis
Permasalahan Batas Darat Antara Indonesia-Malaysia dalam Perspektif Aspek Teknis
dan Teknologi Geospasial ", Jurnal Teknik: Media Pengembangan Ilmu dan Aplikasi
TeknikVol 22, No 02, November 2022, Hal. 158-171. ISSN (e): 2580-2615, ISSN (p):
1412-8810, Diakses
pada 29 Desember 2023 di laman : https://
https://jurnalteknik.unjani.ac.id/jt/article/view/469/234
Ruli Andaru (2012) dalam Artikel "Pemodelan Kondisi Bangungan Candi Borobudur pasca
Erupsi Dengan UAV-Based Fotogrametri", Diakses pada 24 Februari 2024 pada jurnal
Dialog Penanggulangan bencana Volume 3 nomor 2 tahun 2012 hal 108
Wolf, P.R, 1983, Elements of Photogrammetry, 2nd edition, McGraw Hill Book Company, New
York
Z, Hasanuddin Abidin (1987) “Geodesi Satelit” PT Pradnya Paramita: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai