Pro.
Penanganan COVID-19 melalui pemberian vaksin memenuhi kriteria
untuk diberlakukannya lisensi wajib, karena kondisi penyakit tersebut dapat
menyebabkan kematian secara mendadak dalam jumlah banyak, hingga kasus
kematian harian di Indonesia akibat COVID-19 melebihi 100 kematian per hari,
dengan angka kasus sebanyak 1,937,652 kasus dengan jumlah kematian 53,476
kasus kematian,
& Center for Systems Science and Engineering (CSSE) at Johns Hopkins University (HU),
“Coronavirus COVID-19,” COVID-19 Dashboard, 2021,
tripesrorw reps comiapps/dashboardsfoda7594740fH40299423467D489@<7.
lisensi wajib atas vaksin COVID-19 dapat diterapkan. Sesuai
dengan Pasal 19 dan 20 Peraturan Presiden nomor 77 Tahun 2020 Menteri
berwenang menetapkan
sebuah tim mencakup kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
hukum, kementerian kesehatan, kementerian di bidang keuangan, kementerian
kesekretariatan
negara, dan tenaga ahli melalui Keputusan menteri untuk memberikan
pertimbangan serta
Prenentukan kompensasi dalam jangka waktu 90 hari setelah ditetapkannya
keputusan menteri.
Sclanjumnya menteri melaporkan hasil pelaksanaan tos tersebut kepada
Presiden 15 hari sejak :
persetujuan menteri diberikan dan selanjutnya ditetapkan oleh presiden.
Salinan peraturan
presiden selanjutnys disampaikan kepada pemesang Pate: .
Sutarman Yodo, “Perlindungan Hak Patt (Studi Komparatif Lingkup Perlindungan di
Berbagai Negara),” FIAT "USTISIAJumal Tmu Hukum
10, no. 4 (2017): 697.
pakal i ‘kayaan intelektual (KD) yang
IKI merupakan konsep perlindungan atas kel
Mia secara internasional melalui ‘Agreement on Trade-Related Aspects of
Yntellectual Property Rights Ss Agreement).
‘TRIPs, ruang lingkup perlindun
Rahasia Di Merek, 1 Hak 2 :
Tnikasi Peat, Desain Tata Letak Sirut Terpad dan Desai Indust
: i iden Dilla Nurfiena Astant,“Urgens! Frit Bksk
sp 19 Mel Penerapan Lisensi Wajib di Indonesia: Tvamal Komunikasi Hokum (KH)
6, no. 2 (2020): 456-64.Indoneri yang a meratifikasi WTO melalui Undang-Undang nomor 7
melindungi KI acy engesahan Agreement Establishing the WTO dapat
tungi Kl vaksin COVID-19 baik yang ditemukan oleh peneliti di
oo ma _ ut pet Selanjutnya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016
JU Paten), Paten melingkupi produk dan proses dari temuan
tersebut. Suatu invensi harus memenuhi syarat-syarat substantif yaitu:
novelty, industrial applicability, inventive step dan memenuhi_syarat-syarat
administratif untuk dapat dinyatakan Patentable :
oe berhak untuk mendapatkan perlindungan atas hak kekayaan intelektual.
5: Henning Grosse Ruse-Khan, “Part Il: National Security Exceptions and Test Data Protection,”
Access to Covid-19 Treatment and International Intellectual Property Protection .
, za See eee am
rope proton t-ii-national-security-exceptions-and-
Berkaitan dengan kewajiban negara untuk memenuhi kebutuhan
P masyarakat
terhadap akses vaksin COVID-19 yang dinyatakan melalui Undang-Undang
Nomor 36. Tahun 2009 tentang Kesehatan, bahwa negara memiliki kewajiban
untuk meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat yang dilakukan dengan
prinsip non diskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka
pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta meningkatkan
ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional. Dengan
tujuan tersebut pemerintah perlu untuk mendapatkan lisensi atas vaksin
COVID-19
S:Tony Hanoraga dan Niken Prasetyawati, “Lisensi Wajib Paten Sebagai Salah Satu
Wujud Pembatasan Hak Eksklusif Paten,” Jumal Sosial Humaniora 8, no. 2 (2015): 160.
hukum terhadap kekayaan intelektual
(KI) atau intellectual property (IP), termanifestasi dalam hak eksklusif yang
diberikan oleh negara kepada inventor atas invensinya dibidang tertentu yang
berlaku dalam jangka waktu tertentu untuk melaksanakan sendiri
invensinya ataupun memberikan persetujuan kepada pihak lain dalam
pelaksanaannya. Dalam perundang-undangan nasional diatur melalui Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten (UU Paten). UU Paten
sendiri memberikan dasar hukum bagi perlindungan kepada inventor,
Pemegang Paten dan segala kepentingan yang menyertainya
S: Teng Berlianty, its Sumber Daya Genetik
“Formulasi Pengaturan Disclosure ‘Requirement
Sebagai Hak Paten,” Kertha Semaya + ‘Journal Iimu Hukum 39, no. 2 (2017): 120-32.
Jasan bertentangan dengan
ran diskriminatif, menurut Agus Sardjono
ada warga bangsa anggota
dasarnya prinsip local working
Paten sebagai wujud perlindungan
Perubahan tersebut dilakukan al
Article 27 Trips yang melarang atu
bahwa diskriminasi diberlakukan kep:
bukan kepada produk. Padahal padadiperbolehkan dengan tujuan untuk pengembangan teknologi yang sesuai
dengan Article 7 TRIPsbahwa Paten adalah alat dalam kepentingan transfer
teknologi agar membawa dampak sosial, dan pengetahuan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi melalui perkembangan teknologi.
‘Ss: Attaran dan Champ, “Patent Rights and Local Working Under the WTO TRIPS Agreement;
An Analysis of the
U.S.-Brazil Patent Dispute.”
Hak paten merupakan hak kekayaan intelektual pertama yang diatur dalam suatu peraturan. World
Intellectual Property Organization (WIPO) memberikan batasan pengertian terhadap paten, yakni hak yang
‘memiliki kekuatan hukum yang diberikan berdasarkan undang-undang kepada seseorang untuk
‘mengecualikan, untuk waktu yang terbatas, orang lain dari tindakan tertentu dalam kaitannya dengan
‘mendeskripsikan penemuan baru; hak Istimewa diberikan oleh otoritas pemerintah sebagai masalah hak
kepada orang yang berhak untuk mengajukannya dan yang memenuhi persyaratan yang ditentukan. Pate
rmerupakan hak ekskulsif yang memiliki jangka waktu tertentu dimans orang lain dilarang menggunaken
invensinya hingga jangka waktu tersebut berakhir, atau atas zin dari inventor yang bersangkutan (Bostyn &
Petit, 2013). Paten diberikan oleh negara kepada inventor, dimana hal ini berarti dalam rangka memperoleh
hak paten, seorang inventor harus mengajukan pendaftaran atas invensinya (Skuybin et al., 2019).
Vaksin Covid-19 adalah suatu hal yang “baru* (new) dikarenakan muncul belum fama ini, ketika wabah Covid-
19 pertama kali ditemukan pada tahun 2019 silam. Biaya yang dikeluarkan pun tidak sedikit untuk penelitian
dan pengembangan obat-obatan esensial, serta biaya riset sebagai investasi yang harus kembali melalui
margin keuntungan yang relatf tinggi Itulah kenapa keinginan untuk mendaftarkan paten terhadap produk ini
‘sangat besar agar pemilik paten dapat menetapkan harga produk yang diinginkan serta melarang pihak lain
‘untuk menggunakan patennya tanpa izin.
i dalam Paris Convention for the Protection of Industrial Property disebutkan bahwa perlindungan terhadap
hhak paten menerapkan prinsip “national treatment” dalam pasal 2 ayat 1. Mereka akan mendapat manfaat
dari perlindungan yang sama seperti yang terakhir dan pemulihan yang sama untuk setiap pelanggaran hak-
hak mereka, dengan tunduk pada kondisidan formalitas yang dikenakan pada warga negara dipatuhi. Pada
pasa ini dapat ditarik benang merah bahwa warga negara yang tergabung akan mendapati perlindungan hak
Kekayaan intelektual mereka apabila mereka sudah mendaftarkan kekayaan intelektual mereka kepada suatu
negara berdasarkan undang-undang atau aturan yang telah ditetapkan oleh negara tersebut untuk
pendaftaran hak kekayaan intelektual. Negara memiliki kekuasaan dan kebebasannya sendiri untuk
‘menetapkan aturan, dengan dilaluinya alur dan persyaratan tersebut, barulah dapat diberikan perlindungan
kepada pemilik atau pendaftar hak kekayaan intelektual untuk menikmati hasil dari invensinya.
Setiap negara tentu memilki aturan dan kebijakannya masing-masing terkait pendaftaran paten, sehingga
Inventor harus jeli dalam memahami setiap alur pada negara tersebut jka ingin memperluas jaringan atas,
invensi nya untuk dapat diberikan hak ekslusif dari paten. Menilik dengan penjelasan diatas, sebagaimana
sebelumnya diketahui bahwa Vaksin Covid-19 adalah termasuk objek yang dapat dipatenkan, maka dapat
disimpulkan bahwa ketentuan teritorial terhadap hak paten diatas juga turut berlaku terhadap Vaksin Covid-19
yang telah dipatenkan.
Berdasarkan uraian pembahasan yang telah dipaparkan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: Vaksin
‘Covid-19 dapat diberikan hak paten menurut TRIPs dikarenakan memenuhi unsur invensi, teknologl, novelty,
langkah inventif dan dapat diterapkan dl industri, Dengan demikian, negara-negara anggota WTO yang telah
‘menyetujui TRIPs dapat dengan leluasa untuk mendaftarkan Vaksin Covid-19 untuk diterapkan di negara nya
sendir.Hak Paten pada Vaksin Covi
ergs a ven asa hea teritorial berdasarkan ketentuan pada TRIPs sehingga Vaksin,
Com serta merta terdaftar Juga di negara lalnnya.
‘negara lain maka harus mendaftarkan kembali patennya di eens ee Shoe eee
2/3: Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, tidak
satu pun penelitian
yang melihat potensi monopoli vaksin COVID-19 sebagai hasil perubahan atas
Pasal 20 UU Paten
melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang
dinilai mencederai
tujuan pemberlakuan Paten di Indonesia yang menarget transfer teknologi dan
ilmu pengetahuan
ke dalam negeri.
2/3:
Kehadiran UUCK yang mengubah isi Pasal tersebut berpengaruh pada prinsip
local working dalam: Jangka pendek,melisensikan, impor, ekspor, Paten akan
menjadi lebih mudah karena prinsip local working tidak diberlakukan sehingga
proses distribusi dan lisensi dapat dilakukan dengan lebih cepat mengingat
COVID-19 merupakan kondisi darurat yang membutuhkan penanganan
cepat; Jangka Panjang, sejak prinsip local ‘workingdalam Pasal 20 diubah
melalui UUCK maka ketentuan transfer teknologi, pembukaan kesempatan
jnvestasi dan lapangan pekerjaan ikut hilang, selain itu jangka waktu Paten
yang sebelumnya tidak dapat diperpanjang juga akan hilang.
Kehadiran UUCK yang mengubah Pasal 20 UU Paten dalam kaitannya dengan
penanganan kondisi darurat COVID-19 dapat melancarkan penanggulangan
pandemi melalui vaksin CODIV-19.
'S: Atmaja, Santoso, dan Irawati, “Perlindungan Hukum Terhadap Paten Produksi Farmasi atas
Pelaksanaan Paten
oleh Pemerintah (Goverment Use).”
1:
Vaksin COVID-19 yang lahir dari proses intelektual berhak atas
perlindungan hukum.
Perlindungan hukum seperti yang digagas Roscoe Pound bahwa hukum adalah
tools of social engineering dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kepentingan: sebagai
public interest, berarti bahwa kepentingan terhadap negara sebagai salah satu
badan hukum sebagai kepentingan umum; social interest, berarti hukum
memiliki kepentingan untuk menjaga kepentingan sosial; private interest,dalam konteks ini,
Pribadi tertentu,
a COVID-19 sebagai Perlindungan kepentingan umum (public interest)
ipat dihubungkan dengan kepentingan untuk melindungi kelangsungan hidup
bbangsa dan segenap tumpah darah Indonesia pada berbagai aspek termasuk
ekonomi, ataupun politik dalam dan luar negeri,
sedangkan sebagai perlindungan kepentingan sosial (social interest)
berhubungan dengan perlindungan terhadap hak masyarakat untuk pemenuhan
kebutuhan terhadap vaksin COVID-19 pada saat Pandemi COVID-19; dan
ates pribadi berhubungan dengan hak asasi manusia masing-masing
pribadi.
Berdasarkan hal tersebut, perlindungan terhadap vaksin COVID-19 dalam teori
Pore hukum yang disebutkan meliputi kepentingan umum, sosial, dan
pribadi.
hukum juga mengatur kepentingan pribadi yang dimiliki
Reward theory yang diusung oleh Robert M. Sherwood menjadi teori dasar
utama pemberian perlindungan HKI atas dasar sebagai bentuk penghargaan atas
temuan sebuah kekayaan intelektual yang membutuhkan pengorbanan waktu,
tenaga dan biaya sehingga inventor/penemu berhak atau
patut untuk menerima kembali apa yang telah dikorbankan tersebut,
13
S:R M Sherwood, Intellectual Property And Economic Development
(Oxford: Taylor & Francis, 2019), 28,
https://books.google.co.id/books?id=7KqbDwAAQBAI.
sementara itu, inventor juga berhak mendapatkan insentif sebagai bentuk
kompromi lain atas usahanya yang berguna sebagai pemacu untuk
menghasilkan penemuan lain yang berdasar kepada incentive theory. Dalam
konteks perlindungan HKI pada dasarnya bentuk penghargaan yang paling
relevan untuk diberikan kepada inventor melalui reward theory yaitu dengan
pemberian biaya yang patut sebagai kompromi atas apa yang telah inventor
keluarkan.
8: Rod Falvey, Neil Foster, dan David Greenaway, “Intellectual Property Rights and Economie
Growth,” Review of Development Economics
10, no. 4 (2006): 700-719Kontra
sera Wai ‘adalah salah satu cara yang bisa digunakan oleh penemu untuk mendapatkan hak ekslusifnya.
pi berdasarkan penelitian terkin,lsensi wajib tidak cocok untuk diterapkan kala pandeml. Diketahui dalam 2
‘tahun terakhir ini, belum ada satu perusahaan pun yang mendapatkan Lisesni Waiib untuk membuat vaksin
Covid 19 (Nature 603, 764 (2022)).
'Namun halnya, seiring berjalan waktu, beberapa negara negara maju sudah mulal membuka dir, sebagal
‘contoh Amerika Serikat yang terlihat memberikan kebijakan untuk melepaskan Hak Paten Vaksin Covid-19,
dalam hal mana diketahui bahwa Amerika adalah tuan rumah dari beberapa manufaktur Vaksin Covid-19,
~antara lain Moderna, Pfize-BioNtech, dan Johnson & Johnson. Dengan pelepasan tersebut, maka data Vaksin
Covid-19 diatas dapat disebarluaskan dengan masif tanpa hambatan apapun. Skema ini mengizinkan negara
anggota WTO menggunakan paten tanpa izin pemilik paten sebagai pemenuhan hak kesehatan masyarakat.
Dukungan oleh Amerika Serikat ini terbatas (limited) hanya untuk jenis vaksin saj, tidak melebar ke produk
dan teknologi lain yang sekiranya diperlukan untuk melawan Covid-19.
Kehadiran Paten khususnya pada bidang farmasi dan Kesehatan dapat
membatasi ketersediaan dan akses masyarakat terhadap pelayanan Kesehatan
dan obat-obatan. Hal tersebut timbul karena Paten pada dasamya memberikan
hak pemegang Paten atau inventor untuk memonopoli invensinya.
s; Yustisiana Susila Atmaja, Budi Santoso, dan Irawati, “Perlindungan Hukum Terhadap Paten
Produksi Farmasi
atas Pelaksanaan Paten oleh Pemerintah (Goverment Use),”
Masalah-Masalah Hukum
50, no. 2 (2021): 196-208.
Vaksin COVID-19 dengan Paten memiliki potensi kuat untuk dimonopoli oleh
pemegang Paten/inventor, sehingga pemerintah demi kepentingan umum dapat
memberi pengecualian terbatas terhadap hak eksklusif Paten dengan catatan
pengecualian tersebut tidak secara tanpa alasan yang sah bertentangan
dengan eksploitasi normal Paten dan tidak merugikan kepentingan
pemegang Paten/inventor.
S: Michael Halewood, “Regulating Patent Holders: Local Working Requirements and
Compulsory Licences at International Law,” Osgoode Hall Law Joumal35, no. 2 (1997): 243.
UU Paten sendiri mengandung prinsip [ll working. Prinsip ini merupakan
imbalan yang diminta oleh negara kepada penerima Paten untuk melaksanakan
invensinya di negara pemberi Paten yang diterapkan sejak tahun 1989 melalui
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten dan bertahan hingga
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten (UU Paten).
Melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, terdapat
perubahan dalam substansi Pasal 20 UU Paten yang berdampak pada
penghapusan prinsip local working
Pasal 20 ayat (1) dan (2) UU Paten sebelumnya mewajibkan pemegang Paten
untuk membuat produk atau menggunakan proses di Indonesia dengan
menunjang transfer teknologi, penyerapan investasi dan/atau penyediaan
lapangan kerja; diubah melalui UU Cipta Kerja menjadi: Paten wajibdilaksanakan di
i Indonesia der
yang dapat dilakukan een pelteanaan tersebut diatur pada ayat (2)
prov luk Paten baik pada Paten-prod embuat, mengimpor, atau melisensikan
Melalui perubahan tersebut t res luk, Paten-proses, ataupun Paten-metode.
Pasal 20 yang baru Bembeiaee perbedaan dalam definisi pelaksanaan Paten.
cara dan menggunakan kata " a pelaksanaan Paten ke dalam beberapa
tmemubuat, mengimpor, ata ‘atau’ dalam rumusannya, seperti “meliputi
dengan melakukan a nm ae produk yang diberi Paten”. Sehingga
ea satu dari kegiatan tersebut telah memenuhi
ajiban untuk melaksanakan Paten di Indonesi dis
eee pert pe aG indonesia atau inyatakan
kewaiib ayat (1) yang baru. Dalam perspektif ini
ajiban pemegang Paten menjadi relatif lebih ringan ay abila dibandingkan
dengan ketentuan pada Pasal 20 ayat (1) UU Paten febehintys °
Melalui bentuk kegiatan pelaksanaan Paten di Indonesia tersebut; pemegang
Paten memiliki keleluasaan dalam pelaksanaan Paten tanpa melakukan kegiatan
wajib berupa transfer teknologi, penyerapan investasi dan/atau penyediaan
lapangan pekerjaan, karena dengan melakukan salah satu bentuk kegiatan
pelaksanaan Paten di Indonesia maka pemegang Paten telah memenuhi
kKewajiban pelaksanaan Paten di Indonesia.
Penghapusan prinsip local working tersebut dapat berpengaruh terhadap
produksi Vaksin COVID-19 di waktu yang akan datang karena hilangnya
kewajiban untuk transfer teknologi ke Indonesia dari negara inventor, hal ini
tentu menimbulkan kekhawatiran ‘karena dengan begitu Indonesia tidak akan
memiliki kapabilitas untuk pembuatan vaksin COVID-19 pada waktu jangka
a kewajiban tersebut, kesempatan untuk
panjang, terlebih dengan hilangny:
membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia akan lebih sempit.
Penting bagi Negara Indonesia untuk menjamin ketersediaan vaksin COVID-19
mengingat tingkat vaksinasi Indonesia masih dibawah 50% dari populasi
penduduk yang apabila hanya disediakan melalui alternatif impor maka akan
sangat menguras biaya dan waktu, dan atas pertimbangan kewajiban untuk
melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia,
s: Jumal Hukum Progresif, Vol. 9, No. 1, April 2021