Anda di halaman 1dari 8

HUJAN DAN SENJA

Kita lupa kata sementara, sedangkan semesta tak selamanya abadi~

Poemmmm~~~~~

1. Senja membawa ku menuju kegelapan malam yang mencekit, yang menusuk kalbu, ratusan
bintang purnama yang bercahaya, ratusan bulan yang menanti disana. Sungguh sendu rasanya
hujannnn
2. Senja sore itu kubaca lagi puisi mu, menggetarkan, membius mata, kutitip segenggam rindu,
disela sajak yang kau tulis, agar dapat kutemui kamu di suatu tempat yang indah, dibawah
rintik hujan, dapat kucium semerbak aroma semesta
3. Senja seindah itu selalu berhasil membuatku candu, rindu akan kisah kita, semenawan itu
selalu mampu membuatku tak ingin kembali pada realita
4. Hujan itu indah kan? Karena aku selalu teringat akan sosokmu, kenangan kita. Dibalik tetes
hujan aku belajar bahwa ada cinta dan pengorbanan yg tulusss
5. Jingga membius langit, membawa kepingan kenangan menusuk hati. Maka kau akan tahu
caranya bersyukur untuk hal hal kecil yang selama ini kau anggap remeh
6. Aku sangat menantikan hujan dan senja, bak berlian langka yang hanya ada satu . hujan yang
dengan ajaibnya mampu membuat kita tiba tiba menangis, tersenyum, merindu akan
kenangan masa lalu
7. Senja yang selalu membuat kita takjub akan pesonanya, semburat warna oranye menghias
angkasa menenangkan jiwa yang rapuh, sang surya yang mulai tenggelam menyapa ramah
hati yang rapuh, tataplah langit maka kamu akan merasa berharga. Membuat dunia terasa
hangat dan berwarna. Terimakasih atas semua keajaiban mu semesta
8. Cobalah keluar jika hujan turun, nikmati rintik hujan, bermainlah bersama harmoninya.
Melukiskan memori dalam benak.
9. Tak ada kabar nyata, kau menyapaku dalam mimpi. Kita mencari cela atas dasar rindu
10. Aku ingin menulis banyak bahagia tentang kita, namun kuurungkan. Sebab kupikir biar kita
berdua saja yang tahu perihal betapa bahagianya kita ketika bersama
11. Aku masih jatuh hati padanya, setiap aku mengingatnya, setiap aku memejamkan mata

Jika berbicara tentang hujan dan senja, apakah yang terlintas dalam benak mu? Sesuatu yang sendu dan
membawa bencana? Sesuatu yang indah dan menggetarkan?

Entalah, apapun itu pandangan mu namun aku sangat menyukai hujan dan senja. Bagiku hujan selalu
membuat ku candu untuk merindu, begitupun senja yang selalu membuat ku takjub akan pesonanya.

Kecintaan ku pada hujan dan senja sebenarnya berawal dari suatu kejadian yang tidak sengaja dan tidak
terduga.

Waktu itu aku membaca puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul Hujan Bulan Juni, Aku mulai
menyukai hujan semenjak membaca puisi sendu nan menggetarkan itu. Entah kenapa rasanya begitu
nyata. Pak Sapardi seperti membawa ku melayang dalam dunianya. Beliau dengan begitu ajaibnya
mampu menuliskan puisi Hujan Bulan Juni dan sejak pertama kali membacanya aku langsung dibuat
merinding, takjub, sekaligus tak menyangka ada orang sehebat itu yang mampu menulis puisi seindah itu.
Saat hujan turun aku selalu menghentikan aktivitas ku belajar, menutup buku, memejamkan mata, dan
menikmati sendunya rintik hujan. Sebenarnya aku ingin sih bermain hujan hujanan, namun mama selalu
melarangku dengan tegas. Alhasil aku hanya bisa menikmati hujan dari balik jendela. Aku selalu
menunggu hujan untuk segera turun, apalagi ketika aku sedang belajar matematika dan fisika yang
membuat kepala ku hampir meledak, hanya hujan lah obat yang mampu menghilangkan rasa stress ku.
Aroma khas yang dibawa hujan selalu bisa mengembalikan mood ku yang berantakan.
Satu hal yang membuatku semakin menyukai hujan adalah ia selalu bisa membangkitkan kenangan masa
lalu, entah itu menyakitkan maupun menyenangkan. Aku selalu teringat akan sosoknya dan akan
kenangan kita kala hujan turun. Bagiku hujan terbuat dari rintik sendu, rindu, dan harap. Suasana yang
diciptakannya sungguh romantis dan tak terlupakan.
Karena hujan juga, aku berhasil menemukan dia yang sangat teristimewa dalam hidupku. Pertemuan kita
terbilang begitu sederhana, aku yang sedang berteduh dari derasnya hujan ditaman kota dan dia yang
sedang berlari riang ditengah dingin dan basahnya hujan sore itu.
Sejak pertama kali aku melihatnya dia adalah orang yang mampu membius aku dengan sorot mata dan
dengan manis senyumannya. Rambutnya yang bewarna kecoklatan, tergerai panjang dengan indah. Dia
bahkan yang mengajakku berkenalan
“Hai nama mu siapa?”
“Awan”
Gadis itu mengulurkan tangannya, “Kenalin aku Senjani”
“Nama yang bagus, kamu pasti anak senja kan?” tanyaku basa basi
Senjani tersenyum kecil dan senyumnya semakin membuatku deg degan. Ia berbalik menatapku “Kamu
sendiri? Kamu anak hujan kan?”
Suaranya yang begitu lugu dan mukanya yang sangat polos berhasil membuatku jatuh cinta dengan
sederhana
“Aku kehujanan, disini dingin banget, kamu nggak mau minjemin jaket kamu?”
Degub jantungku berdetak tak karuan, tangan ku tiba tiba gemetaran, sebelumnya aku tak pernah
merasakan gejolak ini. Inikah yang dinamakan cinta pada pandangan pertama?
Dengan sangat gugup dan canggung, aku meminjamkan jaket coklat yang cukup tebal, untung saja aku
membawa dua jaket. Jujur saja aku sama sekali tak berani tuk menatapnya, sungguh matanya terlalu indah
tuk ditatap.
“Makasih, boleh aku duduk disebelah mu?”
Aku mengganggukan kepala tanda setuju. Aku mencoba untuk bersikap tenang dihadapannya
“Kamu kenapa suka hujan?”
Suaranya memecah keheningan diantara kami, yaa aku memang sedari tadi hanya diam dan menikmati
suara gemuruh petir yang bersahut sahutan.
Aku akhirnya menceritakan kesukaan ku pada hujan, entah mengapa tapi aku pengen aja dia juga suka
sama hujan. Dia sangat tertarik mendengar ocehan ku. Hatinya yang lembut seperti kain sutera berhasil
merebut segala perhatian ku tentang dia.
“Wahh iya sih hujan memang layak tuk dinikmati, tapi aku lebih suka menikmati senja daripada hujan”
Aku mengeryitkan alisku, aku bingung sekali mengapa dia bisa begitu menyukai senja, “Bukannya senja
hanya membawa kita menuju kegelapan?”
Senjani justru tertawa kecil, seolah menganggap lucu pertanyaan ku, “Senja memang membawa kita
menuju kegelapan, namun sesuatu yang indah, yang membekas dihati layak untuk dinikmati bukan?”
Mataku terbelalak dengan sempurna, kemungkinan bapaknya adalah seorang sastrawan terkenal, jika
tidak mengapa dia bisa menjawab sepuitis itu?
Aku merasakan ada yang aneh. Yaa, Senjani sedari tadi terus menatap ku dengan bingung, seolah ada
sesuatu yang salah dariku
“Kamu kok malu malu gitu sih sama aku? Jangan jangan kamu jatuh cinta ya sama aku?”
Aku tersentak kaget. Apakah dia dukun cinta? Bagaimana dia bisa membaca perasaan ku? Senjani hanya
membuat ku semakin gugup saja.
“Tuh kan kamu salting. Iya gapapa sih kalau kamu suka sama aku. Tapi nggak usah malu malu gitu
kalik!”
Terkadang jatuh cinta memang aneh ya? Daya magisnya mampu menyentuh sanubari seseorang. Aku
yang baru pertama kali merasakan indahnya jatuh cinta aja sudah seperti ini. Jangan sampai aku nanti
menjadi budak cinta.
“Oiya aku punya banyak kumpulan puisi loh, kamu mau lihat nggak?”
Senjani tak pernah bosan untuk bercerita tentang indahnya senja padaku, dia selalu menunjukkan padaku
puisi puisi nya yang berkaitan dengan senja. Dia adalah seorang wanita yang unik. Salah satu puisinya
yang membekas dalam ingatan ku adalah Ada Wajahmu Dilangit Senja.
Kenapa aku menyukai senja?
Karena ada wajah mu yang terlukis diawan
Ada nama mu yang terukir ditengah semburat warna oranye
Ada senyum mu yang terpancar indah mewarnai angkasa
Walau hadirnya hanya sebentar,
Namun itu sudah cukup untuk mengobati rindu ini
Deg, tubuh ku seketika membeku, hatiku seperti tertusuk duri. Semudah itukah dia membuat ku jatuh
cinta? Dan semudah itukah dia membuat ku patah hati?
“Tenang aja, aku nggak pernah segalau itu kok, itu cuman puisi imajinasi ku aja”
Entah mengapa tapi aku merasa sangat lega saat mendengar jawabannya. Tetapi bisa kuakui sih puisinya
sangat indah apalagi saat dibaca hujan hujan begini, ahh dia semakin membuat ku jatuh cinta saja.
Setelah hampir 2 jam hujan akhirnya reda juga. Senjani melepaskan jaket nya dan mengembalikan
padaku. Jujur aku masih ingin berbincang dengannya dan mengenalnya lebih dalam lagi.
“Kamu mau pulang sekarang?”
“Iya lah, kan hujannya udah reda”
Raut wajahku berubah menjadi sendu. Aku ingin sekali mengantarkan Senjani pulang, namun aku terlalu
gengsi untuk itu.
“Nggak usah cemberut. Besok kita ketemu lagi disini yaa!”
Mendengar permintaannya aku sempat berpikir, apakah Senjani juga menyukai ku? Tapi kan kita baru
pertama kali bertemu. Tapi jika itu maunya aku sangat senang, karna itu artinya aku tak perlu mencari
alasan untuk bisa menemuinya.
***
Seiring berjalannya waktu kami menjadi semakin dekat. Senjani semakin sering menemui ku ditaman ini,
terkadang kami belajar bareng untuk mengerjakan tugas, dia juga selalu membawa makanan untuk
dimakan bersama. Dua orang yang mempunyai kesukaan berbeda, satu menyukai hujan dan satu lagi
menyukai senja. Aku tak tahu sampai kapan kita bisa menjadi dekat namun yang pasti aku merasakan ada
sesuatu yang indah saat bersamanya.
“Hey Awan kamu mau nggak ke café dekat sini?” tawar Senjani dengan lembut
Aku refleks menoleh kearahnya, dia berlari mendekati ku.
“Tapi kan aku baru sampai, yakali suruh pergi lagi”
“Ihhh ayolah, mumpung masih jam 4 sore. Lagian tempatnya nggak jauh dari taman ini kok”
Karena dia memaksa, akhirnya aku menuruti permohonannya. Motor tua yang aku kendarai melesat
ditengah hangatnya mentari sore. Sedangkan Senjani dengan santainya merangkul aku dari belakang. Dia
nggak tahu apa kalau aku sudah kegeeran?
“Kita mau kemana sih?” tanyaku kebingungan
“Suara mu kerasin dikit dong. Udah tau bising juga!”
Aku menghela napas pasrah, ternyata dibalik semua tentangnya yang aku puji puji, Senjani tetaplah
seorang wanita seperti pada umumnya, BAWEL!
“Kita mau kemana sihhh?” ulangku dengan lebih keras
“Ke café” jawabnya singkat
“Iya maksudnya nama café nya apaaa?” dengus ku sedikit sebal
“Ikutin aku aja, nanti aku kasih tahu”
Hembusan angin sore menemani kami sepanjang perjalanan, juga suara helm Senjani dan suara helm ku
yang saling bertubrukan menambah romansa sore ini. Dari balik spion aku dapat melihat rambutnya yang
terbang kesana kemari karena terhembus angin sepoi sepoi, senyumnya mengembang dengan sempurna.
Aku memarkirkan motor ku tepat di depan sebuah café bernuansa 90-an. Dapat terlihat jelas dari dekorasi
café yang sangat vintage. Suara obrolan anak anak muda terdengar dengan jelas disetiap sudut ruangan.
Senjani tak mengizinkan ku untuk memesan secangkir kopi, ia langsung membawa ku ke rooftop.
Seketika itu juga aku tahu kalau dia ingin mengajakku untuk melihat senja. Dia menarik tangan ku dan
berlari secepat kilat menaiki tangga. Alhasil aku tergopoh gopoh membututinya dari belakang.
“Pelan pelan napa, ngapain sih buru buru?” decak ku sedikit tersengal sengal
“Dasar kamu cowok lemah! Masa gitu aja capek!”
Ya Tuhannn suaranya jika sudah marah begini sangatlah lucu, ingin sekali aku menjahilinya.
“Ayoo cepat Awannn, kamu kayak orang nggak makan setahun aja sih!”
Aku berusaha untuk menahan tawaku agar tidak meledak, bisa bisa dia semakin marah kalau aku tertawa
ngakak ditengah omelan kecilnya.
Tepat pukul 5 sore, saat kami menginjakkan kaki di rooftop tersuguhkan pemandangan yang begitu
memikat mata dan hati. Rasanya seperti masuk dalam dunia dongeng yang cerah dan berwarna.
“Senjanya indah kan”
“Iya, indah kayak kamu”
“Dihh kalau aku kan cantik, indah hanya buat senja aja”
Sejauh mata memandang hanya hamparan semesta yang indah dan menggetarkan dibalut dengan warna
jingga, kuning, dan oranye yang menghiasi cakrawala. Angin yang berhembus menyentuh kulit, suara
burung yang berkicauan, juga pesona wanita disebelah ku membuat ku tak ingin beranjak dari tempat ini.
Aku menatap Senjani, ia hanya tertegun, matanya tak berkedip, dan bibirnya tak berhenti tersenyum.
Senyuman hangat darinya semakin menambah kesempurnaan sore ini
Aku harap senja tenggelam lebih lama dari biasanya, agar aku bisa melihat indahnya bola mata dan
senyum nya lebih lama lagi…
“Hanya senja yang mengajarkan kita cara untuk bersyukur” ucap ku sok puitis
“Sekarang kamu tahu kan mengapa aku menyukai senja?”
Aku mengangguk pelan, walaupun hadirnya senja hanya sebentar, namun percayalah senja membuat kita
merasa berharga di dunia ini, senja mengajarkan kita bahwa semua kesedihan pasti akan berlalu juga.
Senja membuat dunia terasa lebih hangat dan berwarna.
Senjani menggenggam tangan ku dengan erat. Aku jadi merasa ganteng jika Senjani bertingkah seperti ini
Senjani, apakah kamu juga mempunyai rasa yang sama? Apakah kamu juga menyukai ku sejak
perjumpaan pertama kita?
Senja yang indah itu kini perlahan memudar, warna jingga, kuning, dan oranye kini sudah tenggelam di
ufuk barat. Langit berubah menjadi gelap dan dingin. Tak ada lagi warna warna indah yang menghiasi
semesta, semuanya berganti dengan lampu lampu kota yang menyilaukan mata.
“Senja nya udah tenggelam, yok kita turun”
Tidak ada jawaban dari Senjani, matanya berubah menjadi sendu. Seolah menyimpan sejuta kesedihan.
Namun kenapa dia tiba tiba sedih? Bukankah tadi dia yang paling semangat mengajakku kesini? Apakah
dia sedih karena senja tenggelam terlalu cepat? Atau apa? Sungguh aku tak mengerti.
Aku merangkul pundaknya, berharap dapat memberinya sedikit ketenangan
“Kamu kenapa?”
Dia masih tak menjawab, namun aku dapat merasakan sesuatu yang mendalam darinya. Firasat ku
semakin tak enak. Sebenarnya apa yang terjadi pada Senjani?
Gadis itu semakin menggenggam tangan ku dengan erat, menatap mata ku dalam dalam, “Makasih ya
udah hadir dalam hidup aku, memberi warna baru dalam hari hari ku”
Sedetik kemudian dia memelukku, seolah ini yang terakhir kalinya. Namun aku masih membeku, sejuta
pertanyaan terlintas dalam benak ku. Aneh sungguh aneh.
Air matanya mengalir begitu deras, sekarang tak lagi kulihat senyumnya yang indah itu. Tapi sampai
sekarang aku masih tak mengerti apa yang terjadi.
“Maafin aku, terimakasih untuk semua kenangan yang sudah kita ukir. Sama seperti senja, yang indah
pasti akan berlalu juga”
Tangisan nya membuat ku semakin merasa bersalah. Apakah aku telah menyakiti hatinya? Kurasa aku tak
pernah. Lalu mengapa dia tiba tiba berkata seperti itu? Mengapa tiba tiba dia meminta maaf?
“Kok kamu tiba tiba kayak gini sih? Kalau ada masalah tuh bilang. Perasaan semenit yang lalu kamu
masih happy happy aja kok”
“Aku nggak mau membuat kisah kita semakin panjang, aku nggak mau membuat rasa ini tumbuh
semakin dalam. Sama seperti senja dan hujan, kurasa kita tidak akan bisa bersatu. Sudah cukup kisah kita
sampai disini, tetaplah jadi Awan yang pertama kali aku kenal, tetaplah bahagia.”
Pipi ku mendadak basah, bendungan air mata tak lagi bisa aku tahan, aku mencoba untuk menguatkan
diriku sendiri. Seharusnya tadi aku tak menuruti permintaan nya untuk kesini dan aku yakin hal ini takkan
terjadi. Namun dalam hati terkecil ku sebenarnya aku senang, karena dia juga mencintai ku.
Apa dia takut kalau aku tiba tiba menyakitinya? Apa dia takut kalau aku tiba tiba berubah? Apa dia takut
kalau kisah kita berakhir dalam kegelapan malam?
“Kamu kok tiba tiba berpikir kayak gitu sih? Setelah sekian bulan kita lewati ini semua, kenapa kamu tiba
tiba menjadi ragu? Kalau kamu pikir kita nggak bisa bersatu, setidaknya kita masih bisa menjadi sahabat
kan?”
Dia menggeleng kuat, “Kamu nggak akan bisa mengerti sekarang Awan, tapi aku yakin suatu saat nanti
kita akan berjumpa. Tunggu aku, Awan. Aku akan kembali…”
“Senjani…tunggu!”
Dia berlari, dia pergi, dia menghilang.
Aku berteriak ditengah kegelapan malam, meneriakkan namanya. Aku mencoba untuk mengejarnya,
namun ia telah raib. Sebenarnya apa maksud dari kata katanya? Kemanakah ia akan pergi? Mengapa dia
menjadi tidak percaya padaku? Entah sungguh entah.
Aku tak tahu apa yang sedang semesta rencanakan, namun cara semesta mempertemukan ku dengan mu,
juga cara semesta memisahkan ku dengan mu sungguh unik, indah, dan menyakitkan
Suara ku menggema dengan begitu pilu. Hatiku tertusuk. Aku merasakan kehilangan yang begitu dalam.
“AKU YAKIN SEMESTA AKAN MEMPERTEMUKAN KITA, CEPAT ATAU LAMBAT AKU
PASTI BISA MENEMUI KAMU!”
Suara teriakan ku terdengar dengan begitu jelas, seolah aku habis berteriak dikamar ku sendiri. Sejumput
cahaya putih menusuk mata ku hingga semakin terang dan jelas. Aku berusaha untuk membuka mataku.
Aku terbangun dengan begitu terkejut, berusaha untuk mengumpulkan nyawa ku

“Senjani…Senjani!” ronta ku panik

Aku memandangi sekeliling, siapa tahu aku dapat menemukan Senjani, tapi tempat ini… tempat ini
rasanya tak asing bagiku. Tempat ini juga bukan tempat aku menikmati senja terakhir bersama Senjani.

Aku tersadar penuh, aku menjerit, dan ingin menangis rasanya. Ternyata sosok wanita sempurna yang
menyukai senja hanya hadir dalam mimpi ku. Aku berkeringat dingin, aku masih tak bisa percaya bahwa
semua ini adalah mimpi. Namun kenapa mimpi ku sore ini begitu indah dan menyakitkan? Jika saja aku
tahu kalau ini hanyalah mimpi, maka aku akan memilih untuk selamanya tidur dalam mimpi itu.

Aku menyenderkan kepalaku. Kenangan ku dengan Senjani masih membekas dengan jelas, menempel
dalam sanubari ku hingga saat terakhir Senjani mengajakku menikmati senja dan menghilang tanpa
alasan. Kenangan ku bersamanya terlalu indah tuk dilupakan.

Sampai disini lah kisahku dengan Senjani berakhir termakan oleh kejamnya waktu dan takdir, berlalu
diujung senja. Kisah kita dimulai dengan begitu indah, namun diakhiri dengan begitu tragis. Kata katanya
yang terakhir kali dia ucapkan masih menghantui ku, menyesakkan hati ku. Sampai kapan semesta
membingungkan ku dengan teka teki kehilangannya?

Namun hal itu tidak akan pernah merubah kecintaan ku pada senja dan hujan. Aku justru sangat
bersyukur pada semesta karena telah mempertemukan ku dengan sosoknya. Aku akan selalu mengenang
dia kala hujan turun dan kala senja menutup sorenya.

Itulah kawan mengapa aku sangat tergila gila pada hujan dan senja. Kedua hal itu memberi warna baru
dalam hatiku. Walau ada sejuta rindu, kesedihan, dan kenangan yang menyakitkan, namun hujan dan
senja selalu berhasil untuk menenangkan ku. Aku mencoba mengingat kata kata nya yang puitis itu,
dengan membayangkan wajahnya, aku menuliskan puisi untuknya

Dimana kau kini sungguh aku rindu

Semesta membeku saat kau tak lagi ada disisiku

Engkau mentari yang menuntun ku berjalan

Engkau senja yang membasuh semua perih

Engkau sungguh berarti buat ku

Melalui puisi ini,


Ada segenggam rindu yang kutitip
Ada sekumpulan doa yang ku ucapkan:
Tanpa mu aku hancur
Kembalilah…
Senjani dengan sejuta pesonanya mampu membius aku, membuatku luluh dan jatuh cinta dengan begitu
sederhana, hadirnya mewarnai hari hari ku, menyapa hati ku yang rapuh, menemani ku yang sedang
bersedih. Dia sama seperti senja, selalu kunanti, selalu kurindu, dan hadirnya sangat berarti buat ku.
Senyumya, matanya, cara ia menyapa ku, sikapnya yang unik, puisi puisnya yang menggetarkan, dan
semua tentangnya akan selalu lekat dalam sanubari ku. Akan selalu menemani dalam setiap langkah ku.
Aku berharap dia bisa hadir dalam mimpi ku lagi. Namun apakah aku bisa menemuinya dalam dunia
nyata? Apakah ada sosok seperi Senjani dalam dunia nyata?
Jadi kawan, adakah yang kalian rindukan dibalik hujan dan senja?

Anda mungkin juga menyukai