Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL PENELITIAN TESIS

STRATEGI KEPEMIMPINAN DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI

LULUSAN PONDOK PESANTREN MUHAMMADIYAH AT-TAJDID CEPU

FAKULTAS AGAMA ISLAM

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2024/2025


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia


(Zaenal Arifin, 2012).
Pendidikan pesantren juga menarik untuk di diskusikan oleh beberapa

orang. Ada beberapa hal yang menjadikan pesantren sebagai bahan topik untuk di

bicarakan yang pertama bahwa pesantren tumbuh dan berkembang pada masyarakat

Islam yang kedua di Indonesia pendidikan pesantren telah melewati berbagai zaman

yang panjang. Yang ketiga sebagaimana yang kita ketahui negara Indonesia merupakan

negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia, namun faktanya tidak

hanya penduduknya saja namun negara Indonesia juga memiliki jumlah pesantren

terbanyak di dunia. Keempat beberapa tokoh nasional dan ilmuan pernah belajar di

pendidikan pesantren. Seiring dengan perkembangan zaman pesantren telah

berkembang menjadi 3 jenis, yakni pesantren Tradisional, khalafi, dan modern.

Salah satu pesantren modern yang tengah berdiri di Indonesia adalah Pondok

Pesantren Modern Muhammadiyah At-Tajdid Cepu. Visi dari pondok Pesantren ini

adalah terwujudnya generasi Islam yang berkemajuan. Dengan memiliki program

belajar selama 6 tahun pondok pesantren modern Muhammadiyah At-Tajdid berupaya

mewujudkan lulusan generasi Islam yang berkemajuan.

Secara Ideal lulusan Pondok Pesantren Muhammadiyah At-Tajdid Cepu

memiliki beberapa indikator lulusan dari santri yang mereka lulusan yang pertama
lulusan memiliki kemampuan bahasa arab dan inggris dengan baik di buktikan dengan

nilai ( minimal 400 ) yang mereka dapatkan saat Tes uji kemahiran berbahasa inggris

atau yang biasa di sebut dengan TOEFL. Untuk kemampuan bahasa arab indikator yang

di tetapkan oleh pondok calon lulusan mampu menjawab minimal 75% pertanyaan dari

ujian bahasa secara lisan. Kedua Setiap santri yang akan lulus dari pondok di wajibkan

untuk membuat sebuah Karya tulis Ilmiah ( KIR ) dan santri di harapkan mampu

memahami minimal 75% dari materi yang di bawakan serta dapat menjawab sebagian

besar pertanyaan dari penguji, yang ketiga santri di harapkan memiliki hafalan

setidaknya 3 Juz dengan lancar, namun kenyataan yang terjadi beberapa lulusan Pondok

belum sepenuhnya atau sebagian memiliki beberapa kompetensi yang harusnya di miliki

oleh santri ketika lulus dari pondok.

B. Identifikasi Masalah

Belum paham

C. Pembatasan Masalah

Masalah yang akan peneliti bahas kali ini membahas tentang bagaimana strategi

pimpinan pondok pesantren Muhammadiyah At-Tajdid Cepu dalam

meningkatkan kompetensi lulusan Pondok. Menurut hasil wawancara dengan

kepala sekolah SMA At-Tajdid lulusan Pondok Pesantren Muhammadiyah At-

Tajdid merupakan santri yang mengenyam Pendidikan selama 6 tahun baik pada

jenjang SMP maupun SMA atau mengenyam Pendidikan menengah Atas selama

3 tahun di SMA At-Tajdid.

D. Rumusan Masalah
1. Strategi apa yang pimpinan pondok lakukan untuk mengembangkan lulusan

Pondok Pesantren Muhammadiyah At-tajdid ?

2. Bagaimana sikap pimpinan pondok untuk merespon evaluasi pesantren ?

3. Inovasi apa yang dilakukan oleh pimpinan untuk tetap mengembangkan

kompetensi lulusan Pondok Pesantren Muhammadiyah At-Tajdid Cepu ?

E. Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui strategi apa yang di lakukan oleh pimpinan pesantren

dalam mengembangkan lulusan pesantren Muhammadiyah At-Tajdid Cepu.

2. Untuk mengetahui sikap pimpinan pondok pesantren dalam merespon

evaluasi Pesantren Muhammadiyah At-Tajdid Cepu.

3. Untuk mengetahui sejauh mana inovasi pendidikan yang di lakukan oleh

pimpinan pondok pesantren dalam mengembangkan kompetensi lulusan

pondok.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai khazanah keilmuan baru

terhadap Pendidikan pesantren di Indonesia. Khususnya strategi

kepemimpinan pondok dalam meningkatkan lulusan Pesantren hasil

penelitian ini juga dapat dijadikan referensi baru kepada beberapa pesantren

di Indonesia untuk mengembangkan kompetensi lulusannya.

2. Manfaat praktis
a. a). Bagi dunia Pendidikan diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

bidang pendidikan pesantren secara umum, khususnya dalam hal strategi

kepemimpinan. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu

pilihan atau solusi permasalahan strategi kepemimpinan dalam rangka

meningkatkan hasil mutu pendidikan Pesantren. Manfaat lain bagi dunia

pendidikan Pesantren adalah memberikan sumbangan pemikiran bagi para

pemimpin saat membuat kebijakan dan keputusan di Pendidikan pesantren.

Harapan dari peneliti dari penelitian ini adalah memberikan gambaran

inovasi dan evalusi yang peneliti dapatkan dari lapangan. Data yang di

hasilkan dapat menjadi inspirasi kepada pimpinan pesantren di Indonesia

untuk meningkatkan kompetensi lulusan.

b). Bagi Pondok Pesantren dapat menjadi evaluasi tentang kegiatan

pengembangan kompetensi lulusan pondok pesantren.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitan Kualitatif

Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitin atau yang biasa dikenal dengan

( field research ). Penelitian kualitatif merupakan penelitian terhadap proses, dan

perkembangan dimana data-data yang peneliti dapatkan berasal dari lapangan studi

kasus yang peneliti dapatkan dari lapangan. Di kesempatan penelitian ini peneliti

menggunakan Strategi penelitian fenomenologi dan etnografi.


Fenomenologi

Secara etimologi Kata Fenomenologi berasal dari dua kata yakni Fenomena dan logos.

Fenomena berasal dari kata “phaneoo” yang bermakan membuat sesuatu hal menjadi

tampak sedangkan kata logi berasal dari kata logos yang bermakna ucapan atau ilmu.

Berdasarkan dua pengertian di atas fenomenologi dapat di artikan ilmu-ilmu tentang

fenomena yang menampakkan diri dari kesadaran peneliti. Dalam makna yang luas,

fenemonologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang keadaan yang tampak

saja. Pada penelitian kualitatif, fenomena merupakan sesuatu yang hadir dan muncul

dalam kesadaran peneliti dengan menggunakan cara tertentu dengan penggambaran

penulisan yang sesuai dengan kondisi apa yang peneliti lihat di keadaan tempat yang
(A Muri Yusuf, 2021)
peneliti teliti .

Etnografi

Kata Etnografi merupakan gabungan dari dua kata yakni ethno dan graphic. Ethno

merupakan orang atau sekelompok sosial dan budaya, sedangkan graphic berarti tulisan

atau catatan. Jadi secara literer ethnography merupakan menulis/catatan tentang orang

atau anggota kelompok sosial dan budaya. Dari pengertian di atas dapat di simpulkan

bahwa ethnography suatu bentuk penelitian yang terfokus pada makna sosiologis diri

individu dan konteks sosial-budayanya yang di himpun melalui observasi lapangan


(A Muri Yusuf, 2021)
sesuai dengan fokus penelitian .

Teknik pengumpulan data

a. Observasi
Observasi kualitatif merupakan sebuah Teknik pengumpulan data yang

mengharuskan peneliti untuk terjun ke lapangan guna mengamati Sugiyono

(2013) mengemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif, Teknik pengumpulan

data yang utama adalah observasi dan wawancara. Sedangkan menurut

Suharsimi (2010), dalam menggunakan metode observasi cara yang paling

efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai

instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah

laku yang digambarkan akan terjadi. Peneliti menerapkan observasi partisipasi

pasif dalam penelitian ini, yaitu peneliti datang di tempat kegiatan orang yang

diamati tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut (Sugiyono, 2013).

Penulis menggunakan metode observasi ini untuk memperoleh data dari strategi

team work dalam meningkatkan kemampuan problem solving untuk mengatasi

berbagai permasalahan yang ada. Observasi peneliti lakukan dengan mengamati

secara langsung semua kegiatan atau dokumentasi yang berkaitan dengan team

work dan problem solving yang ada di Pondok Pesantren Modern

Muhammadiyah At-Tajdid. Untuk memudahkan observasi maka peneliti juga

membuat kisi-kisi observasi agar observasi yang dilakukan terfokus pada

penelitian yang dilakukan. Data observasi dapat dijadikan penguat dari data hasil

wawancara pada subyek penelitian.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antar pewawancara

dan sumber informasi atau orang yang diwawancarai melalui komunikasi


langsung. Muri (2014) menyatakan bahwa wawancara merupakan percakapan

tatap muka antar pewawancara dengan sumber informasi, dimana pewawancara

bertanya langsung tentang sesuatu objek yang diteliti dan telah dirancang

sebelumnya. Penelitian dengan wawancara mendalam digunakan sebagai metode

utama pengumpulan data, juga menggunakan teknik recalling (ulangan) yakni

menggunakan pertanyaan yang serupa tentang suatu hal secara langsung

berkaitan dengan persoalan yang diteliti, guna memperoleh kepastian jawaban

dari responden dengan hasil jawaban dan selanjutnya juga sama, yaitu sebagai

data yang sudah final. Hasil wawancara digunakan sebagai gambaran kondisi

yang sebenarnya tentang strategi kepala sekolah dalam membentuk team work

dalam meningkatkan kemampuan problem solving.

c. Dokumentasi

Proses pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan literatur seperti

buku, artikel, laporan lembaga, majalah, dan lainnya. Data yang termasuk dalam

dokumentasi penelitian ini meliputi Hasil kompetensi lulusan Pondok pesantren

selama 5 tahun terakhir, evaluasi dan pengembangan kegiatan santri selama 5

tahun terakhir di Pondok Pesantren Muhammadiyah At-Tajdid.

SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian merupakan sumber untuk memperoleh keterangan penelitian.

Keterangan yang dimaksudkan adalah sumber data yang peneliti dapatkan saat

wawancara Pada kesempatan peneliti kali ini peneliti mewancarai beberapa subjek

penelitian. Penentuan subjek penelitian menggunakan key informan. Keyinforman


dalam penelitian ini merupakan orang yang di anggap mampu dalam bidang yang

sedang diteliti keyinforman tersebut merupakan kepala sekolah, guru dan tenaga

kependidikan untuk kevalidan data dari penelitian ini yang pertama tentu peneliti kepala

sekolah.

BAB II

KERANGKA BERPIKIR

Belum

KAJIAN PUSTAKA

A. Pondok pesantren di Indonesia

Di negara Indonesia pendidikan pesantren telah ada sejak tahun 1960.

Sebelum tahun 1960-an, pusat-pusat pendidikan pesantren di Indonesia lebih

dikenal dengan nama pondok. Istilah pondok barangkali berasal dari pengertian

asrama-asrama para santri atau tempat tinggal yang dibuat dari bamboo, atau

barangkali berasal dari kata Arab, funduq, yang artinya hotel atau asrama

( Dhofier, 2011 : 41). senada juga disampaikan Manfred Ziemek mengutip

pendapat Prasodjo S, pondok (kamar, gubuk, rumah kecil) dipakai dalam bahasa

Indonesia dengan menekankan kesederhanaan bangunan.Mungkin juga

“pondok” diturunkan dari kata Arab “funduq” (ruang tidur, wisma, hotel

sederhana). Dari pengertian ini, istilah pondok berarti sebagai tempat tinggal

sederhana bagi santri yang belajar Islam.


Perkataan pesantren berasal dari kata santri, yang dengan awalan pe di depan

dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri. Profesor Johns seperti dikutip

oleh Zamakhsari Dhofier, berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa

Tamil yang berarti guru mengaji, sedang C.C. Berg yang juga dikutip Dhofier,

berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri yang dalam bahasa

India berarti orang yang tahu buku-buku suci Agama Hindu, atau seorang

sarjana ahli kitab suci Agama Hindu. Menurut M. Chaturverdi dan BN Tiwari,

yang juga dikutip Dhofier, kata Shastri berasal dari kata shastra yang berarti

buku-buku suci, buku buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan.

Dari asal-usul kata santri pula banyak sarjana berpendapat bahwa Lembaga

pesantren pada dasarnya adalah Lembaga pendidikan keagamaan bangsa

Indonesia pada masa menganut agama Hindu Budha yang bernama ”mandala”

yang diislamkan oleh para kyai. Dari beberapa pendapat ini, istilah pondok sama

artinya dengan pesantren, yaitu sebagai tempat belajar santri. Sedangkan kat

santri yang berasal dari shastri berarti guru agama, orang yang ahli dalam

memahami kitab suci, ahli dalam ilmu agama

1. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Pesantren

2. Model pendidikan Pesantren di Indonesia

Pada umumnya, pesantren dibagi menjadi dua, yaitu Salaf dan Modern

Dalam penelitian ini, penulis mengikuti pendapat Ramayulis yang

mengklasifikasi pesantren dari segi cara menyikapi terhadap tradisi,

dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu: Salafi, Khalafi, dan pesantren


Modern. Ramayulis membedakan antara Khalafi dan Modern, yang biasanya

oleh sebagian kalangan umat Islam disamakan. Pesantren-pesantren ini

memiliki corak tradisi yang berbeda-beda yang dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Pesantren Salafi

Secara etimologis kata “salaf” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) berarti sesuatu atau orang yang terdahulu, ulama-ulama terdahulu

yang saleh. Abdul Mughist mengutip pendapat ‘Irfan A. Hamid, secara

terminologi khazanah Islam, “salaf” berarti ulama generasi sahabat, tabi’in,

dan tabi’at at-Tabi’in yang merupakan kurun terbaik pasca rasulullah saw

(KBBI, 2002: 982). Menurut penulis, istilah pesantren Salafi di tengah-

tengah masyarakat mengandung dua pemahaman yang berbeda. Pertama,

pesantren Salafi dimaknai sebagai pesantren tradisional yang tetap

mempertahankan kitab-kitab klasik serta mengapresiasi budaya setempat.

Kedua, pesantren Salafi dimaknai sebagai pesantren yang secara kon sisten

mengikuti ajaran ulama generasi sahabat, tabi’in, tabi’at tabi’in yang

memiliki kecenderungan pada penafsiran teks secara normatif dan

tidak/kurang mengapresiasi budaya setempat, karena semua budaya harus

sesuai dengan zaman para Salafush-Sholih, yaitu sahabat, tabi’in, tabi’at

tabi’in. Menurut Ramayulis, pesantren Salafi– model pesantren tradisional

(pen.)–merupakan jenis pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran

kitab-kitab klasik sebagai inti pendidikannya. Di pesantren ini, mata


pelajaran umum tidak diberikan. Tradisi masa lalu sangat dipertahankan.

Pemakaian sistem madrasah hanya untuk memudahkan sistem sorogan

seperti dilakukan di lembagalembaga pengajian bentuk lama. Pesantren

Lirboyo dan Ploso di Kediri Jawa Timur serta Pesantren Maslakul Huda di

Kajen Pati Jawa Tengah agaknya dapat disebut sebagai contoh pesantren

Salafi. Pesantren Salafi kelihatannya menjadi dirinya sebagai benteng utama

dalam mempertahankan tradisi. Sedangkan pesantren Salafi model kelompok

reformis, sebagaimana Abdul Mughist mengutip pendapat Brink,

termonologi “salaf” menurut kaum reformis yang dipelopori oleh Jamal ad-

Din alAfghani, Muhammad Abduh di Mesir, dan Muhammad Abdul Wahab

di Saudi Arabia bahwa paham Salafiyyah adalah ajaran ulama’ generasi

pertama yang konsisten secara literer terhadap Al-Qur’an dan Sunnah,

mengikis habis bid’ah, khurafat, dan tahayyul serta klenik, senantiasa

membuka pintu ijtihad dan menolak taklid “buta”. Dari pendapat ini, yang

dinamakan pesantren Salafi adalah pesantren yang secara konsisten

mengikuti ajaran ulama generasi pertama yang memiliki kecenderungan

pada penafsiran teks yang bersifat literalistik/normatif.

2. Pesantren Modern

B. Teori Kepemimpinan

Teori kepemimpinan
Membahas kepemimpinan akan terdengar menjadi sebuah topik pembahasan diskusi

yang klasik, namun topik pembahasan sebuah kepemimpinan akan selalu menarik untuk

dikaji lebih lanjut. Hal ini tentu tidak lepas dari peran seorang pemimpin dalam

memimpin sebuah lembaga instansi terkait. Ada beberapa pengertian tentang

kepemimpinan, menurut Pancasila kepemimpinan merupakan sebuah kepemimpinan

yang memiliki jiwa Pancasila untuk membawa masyarakat ke lingkungan yang

berdasarkan pancasila serta undang-undang dasar 1945. Menurut Drs. H. Malayu S.P.

Hasibuan kepemimpinan merupakan seni seorang pemimpin dalam mempengaruhi

perilaku bawahannya agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif guna

mencapai tujuan lembaga terkait. Menurut Chester irving barnad kepemimpinan

merupakan kemampuan pribadi untuk menegaskan keputusan yang memberikan

dimensi mutu dan dimensi kesusilaan terhadap koordinasi kegiatan dan perumusan

tujuannya. Dari ketiga pendapat yang telah peneliti ambil peneliti menyimpulkan bahwa

kepemimpinan adalah daya seorang pemimpin untuk mengajak seluruh lapisan yang dia

pimpin ke tujuan yang ingin di capai (Islam et al., n.d.).

Secara dasar teori kepemimpinan memiliki tiga macam yakni teori sifat, teori perilaku,

dan teori lingkungan.

1. Teori sifat

Teori sifat lebih dikenal masyarakat luas sebagai teori genetik, karena

menganggap bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan di bentuk . teori ini

menjelaskan bahwa ekstitensi dari pemimpin dapat di lihat berdasarkan sifat-

sifat sejak lahir yang telah menjadi seseuatu hal yang di wariskan.
2. Teori perilaku

Dalam teori perilaku seorang pemimpin menjelaskan apa yang dilakaukan oleh

seorang pemimpin yang efektif, bagaimana mereka dapat mendelegasikan tugas,

memiliki komunikasi yang baik dan dapat memotivasi bawahannya.

Berdasarkan teori ini seseorang dapat mengembangkan dirinya menjadi seorang

pemimpin yang baik

3. Teori lingkungan

Teori ini menganggap bahwa munculnya pemimpin – pemimpin itu merupaakan

hasil dari waktu dan lingkungan sekitar. Teori ini menjelaskan keberhasilan

seorang pemimpin akan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.

Selain beberapa terori kepemimpinan di atas ada teori Path-Goal yang menerangkan

bagaimana perilaku sorang pemimpin mempengaruhi motivasi dan prestasi kerja para

bawahannya, dalam situasi kerja yang bermacam-macam. Teori ini muncul dari sebuah

teori motivasi pengharapan dimana motivasi seorang pekerja tergantung pada

pengharapannya bahwa prestasi tinggi merupakan alat untuk mendapatkan hasil-hasil

yang positif serta menghindari hasil yang negatif.

C. Strategi Kepemimpinan

Strategi adalah rencana yang disatukan dan terintegrasi, menghubungkan

keunggulan strategi organisasi dan dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh

organisasi. Strategi dimulai dengan konsep menggunakan sumber daya

organisasi secara efektif dalam lingkungan yang berubah-ubah (Craven, 2001).

Aliminsyah dan Pandji (2004) mengartikan bahwa strategi adalah wujud rencana
yang terarah untuk memperoleh hasil yang maksimal. Strategi dalam setiap

organisasi merupakan suatu rencana keseluruhan untuk mencapai tujuan.

Organisasi tidak hanya memilih kombinasi yang terbaik, tetapi juga harus

mengkoordinir berbagai macam elemen untuk melaksanakan secara efektif dan

efesien (Aliminsyah dan Pandji, 2004). Murniati dan Usman (2009) menyatakan

bahwa strategi adalah pengembangan rencana jangka panjang untuk manajemen

efektif dari kesempatan dan kelemahan perusahaan. Strategi apabila dikaitkan

dengan manajemen dapat diartikan sebagai suatu pendekatan yang sistematis

bagi suatu tanggung jawab manajemen mengordinasikan organisasi ke posisi

yang dipastikan mencapai tujuan dengan cara yang akan meyakinkan

keberhasilan yang berkelanjutan (Murniati dan Usman, 2009). Konsep

manajemen strategic merupakan salah satu cara yang baik untuk mencapai

tujuan dan sasaran serta kinerja dengan memberdayakan sumber daya secara

efektif dan efisien. Kepala sekolah yang mempunyai konsep managemen

strategic diharapkan visi, misi dan tujuan sekolah dapat tercapai. Berdasarkan

uraian dan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi kepala sekolah

merupakan keseluruhan pola atau bentuk tindakan yang dilakukan oleh kepala

sekolah yang dinilai strategis untuk meningkatkan kerja tim guru dalam mencari

problem solving rangka mengaktualisasikan tujuan sekolah yang dipimpinnya.

Keseluruhan tindakan kepala sekolah tersebutSesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Razali, Harun & Ibrahim (2014) yang menemukan bahwa

penyusunan strategi kepala sekolah dalam meningkatkan profesional guru


disusun diawal tahun pelajaran dengan melalui forum musyawarah dengan

melibatkan semua personil sekolah. Program peningkatan profesional guru

adalah team teaching, melibatkan seluruh guru dalam semua aktivitas sekolah,

mengelola administrasi siswa, sarana dan prasarana, melakukan supervisi,

menanamkan disiplin memberikan motivasi dan penghargaan yang sesuai

(Razali, Harun & Ibrahim, 2014). Pelaksanaan program dilakukan oleh tim yang

terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan guru senior dan diawali

dengan pembagian tugas dan menjadikan perencanaan sebagai pedoman

pelaksanaan. Evaluasi dilakukan setiap akhir semester dengan terlebih dahulu

membina guru untuk memahami kegiatan evaluasi, menunjukkan instrumen

evaluasi dan mensosialisasikan kegaitan evaluasi (Razali, Harun & Ibrahim,

2014). selanjutnya akan membentuk suatu pola dalam satu keutuhan yang

integral.

1. Kepemimpinan

Kepemimpinan (leadership) berbeda dengan pemimpin (leader). Robbert D

Stuart (2002) mengatakan bahwa pemimpin adalah seorang yang diharapkan

mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi, memberi petunjuk dan juga

mampu menentukan individu untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan

menurut James P. Spillane (2006) pemimpin itu agen perubahan dengan

kegiatan mempengaruhi orang-orang lebih daripada pengaruh orang-orang

tersebut kepadanya. Pemimpin mengandung beberapa arti yang erat

kaitannya dengan pengertían mempelopori berjalan di muka, menuntun,


membimbing, mendorong, mengambil langkah/prakarsa pertama, bergerak

lebih awal, berbuat lebih dahulu memberi contoh, menggerakkan orang lain

melalui pengaruh (Permadi, 1996). Sarros dan Butchatsky (1996)

mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu

untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai

tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan

organisasi. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi tingkah

laku orang atau kelompok dengan maksud mencapai tujuan yang diinginkan

bersama. Pemimpin adalah seseorang atau sekelompok orang seperti kepala,

komandan, ketua dan sebagainya. Suharsaputra (2016) menyebutkan adanya

pendekatan-pendekatan terhadap kepemimpinan terdiri dari: 1) sebagai

proses yang befokus pada kelompok, 2) sebagai ciri personal, 3) sebagai seni

mendorong kepatuhan, 4) sebagai penggunaan pengaruh, 5) sebagai alat

pencapaian tujuan, 6) sebagai bentuk bujukan, 7) sebagai kekuasaan

hubungan, 8) sebagai akibat dari interaksi, 9) sebagai peran yang

diperbedakan, dan 10) sebagai pengawalan struktur (Suharsaputra, 2016).

2. Fungsi dan peran pemimpin

Plunkett dan Attner (1983) menjelaskan beberapa peran kepemimpinan,

yaitu sebagai pendidik, penasihat (counselor), penilai, dan juru bicara

Komariah dan Triatna (2006) menjelaskan bahwa keahlian manajerial

dengan kepemimpinan merupakan dua peran yang berbeda. Seorang manajer

yang baik adalah seseorang yang mampu menangani kompleksitas


organisasi, dia ahli perencanaan strategik dan operasional yang jujur, mampu

mengorganisasikan aktivitas organisasi secara27 terkoordinasi, dan mampu

mengevaluasi secara reliable dan valid. Seorang pemimpin yang efektif

mampu membangun motivasi staf, menentukan arah, menangani perubahan

secara benar, dan menjadi katalisator yang mampu mewarnai sikap dan

perilaku staf. Kepemimpinan dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok

secara operasional (Rivai dan Mulyadi, 2003), yaitu

a. Fungsi instruksi

Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai

komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana,

dan di mana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat

dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan

kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain agar

mau melaksanakan perintah (Rivai dan Mulyadi, 2003).

b. Fungsi konsultasi

Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam

usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan baha

pertimbangan yang mengharuskan untuk berkonsultasi dengan orang

yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi

yang dibutuhkan dalam menetapkan keputusan. Tahap berikutnya

konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat

dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang pelaksanaan.


Pemimpin yang menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan

keputusan-keputusan yang diambil akan mendapat dukungan dan

lebih mudah menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan

berlangsung efektif (Rivai dan Mulyadi, 2003).

c. Fungsi partisipasi

Pemimpin dalam menjalankan fungsi ini berusaha mengaktifkan

orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil

keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti

bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan

terarah berupa kerja sama dengan tidak mencampuri atau mengambil

tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam

fungsi sebagai pemimpin bukan pelaksana (Rivai dan Mulyadi,

2003).

d. Fungsi delegasi

Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang

membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun

tanpa persetuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti

kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu harus diyakini

merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip,

persepsi, dan aspirasi (Rivai dan Mulyadi, 2003).

e. Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalian berarti bahwa kepemimpinan yang

sukses/efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah

dalam koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan tercapainya

tujuan bersama secara maksimal.Fungsi pengendalian dapat

diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan

pengawasan (Rivai dan Mulyadi, 2003)

3. Jenis Kepemimpinan

Penelitian terdahulu yang relevan

Sebelum meneliti tentang judul terkait peneliti telah menelusuri tentang

penelitian sebelumnya ada beberapa penelitian yang memiliki kemiripan dengan

penelitian ini di antaranya, ( Minimal 5 cari lagi )

Yang pertama penelitian yang di tulis oleh azizah, Murniati dan Khoiruddin.

Dengan judul strategi kerjasama sekolah dengan dunia usaha dan dunia industri dalam

meningkatkana kompetensi lulusan pada SMK Negeri 3 Banda Aceh. Hasil penelitian

ditemukan: peneliti beranggapan bahwa strategi yang dilakukan oleh SMKN 3 Banda

Aceh lebih kepada persiapan dan kematangan pendidik dalam mengajarkan peserta

didik. Seperti Sekolah berupaya untuk merumuskan visi dan misi sekolah, penyusunan

kurikulum dan program kerjasama dengan pihak-pihak tertentu. untuk Mekanisme

kerjasama SMK dengan DU/DI tergambar dari adanya kesepakatan kedua belah

pihak dalam bentuk MOU dalam pelaksanaan praktek , kerjasama lain.

pelaksanaan uji kompetensi, audiensi dan seminar lainnya; dan faktor yang
mempengaruhi hubungan kerjasama SMKN3 dengan DU/DI dalam meningkatkan

kompetensi lulusan adalah terlihat dari adanya keterlibatan dan komitmen bersama

tenaga personil sekolah dalam penyusunan regulasi dan profil sekolah. Diharapkan

kepada kepala sekolah dan waka humas agar program kerjasama dengan DU/DI terus

dibina secara berkesinambungan, kerjasama yang dilaksanakan dengan dasar

MOU harus disosialisasikan agar kedua belah pihak dapat melaksanakan hak

dan kewajibannya secara tepat guna, kepada SMKN 3 dan stakeholder agar lebih

komunikatif dalam menjalin hubungan kerjasama dalam meningkatkan kompetensi

lulusan. Strategi yang di lakukan pada sekolah menunjukkan mengarah kepada


(Azizah et al., 2015)
peningkatan kepada tenaga pendidik pada SMKN3 Banda Aceh .

Yang kedua sebuah artikel yang di tulis oleh Ami latifah, Andi warisno, dan Nur

hidayah dengan judul penelitian. Kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan

mutu lulusan di MA Nurul Islam Jati Agung. Setelah peneliti membaca penelitian ini

peneliti menyimpulkan bahwa Madrasah aliyah Islam Jati Agung melakukan upaya

yang cukup banyak untuk meningkatkan mutu lulusan. Ada beberapa upaya yang

dilakukan oleh kepada madrasah aliyah Nurul Islam Jati Agung yang pertama kepala

sekolah berusaha untuk memberikan pelayanan masyarakat dengan baik seperti

memberikan petunjuk bagaimana melakukan tes masuk madrasah, melakukan perbaikan

fasilitas sekolah dan pengadaan seminar dan pelatihan kepada civitas akademik. Hasil

dari upaya ini membuat lulusan Madrasah Aliyah Islam Jati Agung diterima di

perguruan tinggi negeri terkemuka di Indonesia, adanya perbaikan insfrastuktur dan


(Ami Latifah et al., 2021)
SDM baik dari guru, staf dan lain sebagainya. .
Yang ketiga sebuah penelitian yang di tulis oleh Hidayat dan Nia Martina.

Dengan judul strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu lulusan di UPT SMA

Negeri OKI. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Strategi kepala sekolah

dalam meningkatkan Mutu Lulusan sudah baik, hal ini bisa dilihat dari tahap

strategi kepala sekolah antara lain: perencanaan, tahap ini digunakan kepala

sekolah untuk menganalisis agar mempermudah dalam meningkatkan mutu

lulusan, seperti menganalisis lingkungan internal dan eksternal perumusan

strategi Analisis kekuatan perencanaan strategi. Implementasi strategi,

implementasi yang dilakukan dalam ini membuat beberapa program yang ditujukan

agar menghasilakan mutu lulusan yang dapat bersaing, seperti: pembentukan

koordinator penanggung jawab program yang akan memudahkan kepala sekolah

dalam mengetahui seruruh kegiatan disekolah Sosialisasi rencana kegiatan program

sekolah yang diperlukan untuk mendapatkan dukungan penuh dari pihak yang

terkait dan masyarakat sekitar, program unggulan, program unggulan ini berfungsi

agar siswa-siswi dapat menigkatkan mutu lulusan yang berkualitas dan dapat

bersaing. Evaluasi, evaluasi yang kepala sekolah lakukan dalam meningkatkan

mutu lulusan yaitu: laporan pelaksanaan programhal ini berguna agar

mempermudahkan kepala sekolah dalam melakukan evaluasi, evaluasi rutin

padaproses pembelajaran evaluasi ini yang dilakukan guru dengan mengadakan kuis,

ulangan harian uts dan uas. Kendala yang dihadapi strategi kepala sekolah dalam

meningkatkan mutu lulusan yaitu: Guru mengajar tidak sesuai dengan bidangnya,
(Hidayat & Martina, 2022)
masih terdapat guru yang tidak disiplin .
Yang keempat sebuah penelitian yang ditulis oleh Nurmillah Hanifah Zulfayana

dengan judul strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu lulusan di sma negeri 2

pare. Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan di SMAN 2 Pare dan pembahasan

mengenai strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu lulusan di SMAN 2 Pare

maka dapat disimpulkan antara lain Perencanaan strategi kepala sekolah dalam

meningkatkan mutu lulusan di SMAN 2 Pare dimulai dengan melakukan analisis

lingkungan internal dan eksternal sekolah, berkoordinasi dengan wakil kepala sekolah

untuk merumuskan program-program sekolah, dan menyusun strategi dalam

meningkatkan mutu lulusan. Implementasi strategi SMAN 2 Pare ini disesuaikan

dengan program-program yang telah disusun yaitu dengan membentuk struktur

koordinator/penanggungjawab untuk setiap program yang akan dilakukan, proses PPDB

(Penerimaan Peserta Didik Baru) SMAN 2 Pare melakukan beberapa tahap dan jalur

dalam proses PPDB, yaitu Jalur AFIRMASI, Perpindahan Tugas Orang Tua dan Prestasi

Hasil Lomba, Jalur Prestasi Nilai Akademik, dan jalur ZONASI. Program yang telah

dirumuskan akan disosialisaikan kepada orang tua/wali siswa, komite dan pihak terkait

diantaranya pelaksanaan program unggulan yaitu Program Kelas Olimpiade,Siswa yang

mengikuti pelayanan ini berpotensi untuk lolos di SNMPTN (Seleksi Naional Masuk

Perguruan Tinggi) jalur undangan. Kelas olimpiade merupakan pelayanan yang

mempersiapkan siswa untuk mengikuti Olimpiade Sains Nasional. Pendidikan karakter

merupakan komitmen SMAN 2 Pare dalam pemahaman terhadap Kurikulum 2013.

Salah satu sikap yang ingin ditumbuhkembangkan dalam pendidikan karakter ini adalah

sikap religius dan wawasan kebangsaan. Evaluasi strategi yang dilakukan kepala SMAN
2 Pare adalah supervisi (pengawasan langsung), melalui laporan kegiatan dan

pelaksanaan evaluasi rutin pada proses pembelajaran


(Zulfayana & Nurmillah Hanifah, 2022)
.

Yang kelima sebuah artikel yang di tulis oleh muzakkar dengan judul Kinerja

Kepala asekolah dalam meningkatkan mutu lulusan madrasah tsanawiyah negeri

meureubo. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Kemampuan Kepala Sekolah

dalam meningkatkan kualitas lulusan memenuhi kriteria lulusan karena Kepala Sekolah

telah menjalankan berbagai kemampuan untuk mendukung pencapaian kualitas lulusan,

baik kemampuan sebagai pendidik, manajer, administrator, pengawas, pemimpin, dan

inovator, Dalam praktiknya, memang perlu motivasi kepala sekolah dan seluruh anggota

sekolah untuk mewujudkan kualitas lulusan. Kepala Sekolah mampu mengidentifikasi

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi sekolah, sehingga dapat

dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan mengenai peningkatan kualitas lulusan.

Dalam pelaksanaannya diperlukan berbagai upaya untuk mencapai komitmen mufakat

dari seluruh anggota sekolah untuk mencapai kualitas lulusan sekolah yang optimal.

Dari kesimpulan beberapa hasil penelitian peneliti menyimpulkan bahwa

beberapa instansi pendidikan memfokuskan dalam peningkatan kompetensi lulusan

dengan menguatkan kinerja guru atau pendidik, namun dalam penelitian ini peneliti

menemukan suatu hal kebaruan dalam peningkatan kompetensi lulusan. Tepatnya di

sebuah Pondok pesantren Modern Muhammadiyah At-Tajdid Cepu dimana pimpinan di

Pondok ini memfokuskan peningkatan kompetensi lulusan dengan fokus dalam

pengembangan kegiatan santri.


Kerangka berpikir

Pengertian tentang Strategi

Secara etimologi, kata “strategi” dapat diartikan sebagai seni (art), yakni siasat

atau rencana, sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia men-definisikan

bahwa strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
(Hamdani, 2011)
secara khusus . Sehingga berdasarkan pengertian di atas peneliti

menyimpulkan Strategi kepemimpinan pendidikan islam mengandung pengertian

rangkaian perilaku seorang pemimpin pendidikan yang tersusun secara terencana dan

sistematis untuk menginformasikan, mentransformasikan dan menginternalisasi-kan

nilai-nilai Islam, dengan adanya strategi ini menjadikan seorang pemimpin dapat

merencanakan atau mengupayakan seuatu hal untuk mencapai tujuan yang ingin di

capai.

Kompetensi lulusan

kata kompetensi berasal dari Bahasa inggris yakni (competence ) yang artinya

kemampuan atau kecakapan. Sedangkan kata lulusan menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia kata lulusan berasal dari kata “lulus” yang mendapatkan imbuhan an yang

berarti yang sudah lulus dari ujian atau tamatan dari jenjang Pendidikan. Sehingga

kompetensi lulusan merupakan kemampuan seorang lulusan yang telah dia dapatkan

pada jenjang Pendidikan sebelumnya .

Pondok pesantren modern Muhammadiyah At-Tajdid Cepu


Pondok pesantren Modern Muhammadiyah At-Tajdid Cepu merupakan salah satu

pondok pesantren modern yang berada di kecamatan Cepu Kabupaten Blora. Visi

Pondok ini adalah terwujudnya generasi Islam yang berkemajuan. Pondok Pesantren

Modern Muhammadiyah (PPMM) At-Tajdid ini memiliki dua program jenjang, yang

pertama yakni Sekolah mengenah Pertama ( SMP ) dan Sekolah Mengengah Atas

( SMA ). PPMM At-Tajdid didirikan pada tanggal 28 April 2013. Kata At-Tajdid berasal

dari bahasa arab yakni jaddada yujaddidu tajdidan yang bermakna baru. Pondok At-

Tajdid menggunkana dua kurikulum yakni kurikulum pendidikan nasional dan

kurikulum kepesantrenan yang berasal dari pondok modern Gontor atau yang biasa di

kenal dengan KMI ( kulliyatul Muaallimit islamiyati ). PPMM At-Tajdid memiliki

beberapa kegiatan ekstrakurikuler seperti Hizbul wathan, Tapak suci, Pidato 3 Bahasa,

dan lain sebagainya.

Rancangan Penelitian ini Peneliti mulai dengan mengidentifikasi masalah, yang

terjadi pada kondisi lapangan, kemudian peneliti melakukan observasi terhadap

lapangan di tahap ini peneliti menyimpulkan hipotesis beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi kompetensi lulusan Pondok, kemudian strategi yang dilakukan oleh

pimpinan, lalu kemudian implementasikan ke para santri agar harapannya kompetensi

lulusan santri PPMM At-Tajdid meningkat daripada sebelumnya. Tidak hanya itu

peneliti berhipotesis tentang kebaharuan yang nanti akan di hasilkan pada penelitian ini,

berupa inovasi dan evaluasi pendidikan pesantren.


Setelah melakukan hipotesis selanjutnya peneliti mulai mencari sumber data dari

literatur pustaka seperti jurnal, buku, internet dan sebagainya. Dengan menggunakan

teknik analisis data model Miles and Huberman peneliti akan mengumpulkan data baik

dari lapangan maupun dari pustaka, selanjutnya data primer yang peneliti dapatkan akan

peneliti kurangi untuk nantinya bakal di sajikan dalam bentuk narasi. Hasil narasi inilah

menjadi kesimpulan dari penelitian di atas.

Penelitian ini akan diakhiri dengan penarikan kesimpulan berdasarkan temuan

penelitian, serta sebagaimana yang peneliti jelaskan bahwa hasil penelitian ini akan

mengungkapkan tentang inovasi dan evaluasi pendidikan pesantren modern

Muhammadiyah At-Tajdid. kedepannya peneliti berharap akan ada penelitian yang

memiliki topik pembahasan yang relevan namun dengan pembahasan yang lebih dalam

dan tentunya lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai