Makanan ini terdiri dari lontong, taoge, tahu goreng, sate kerang, bawang goreng, kecap, dan sambal. Dinamakan lontong balap karena bermula dari wadah serupa gentong yang dipikul oleh penjualnya. Agar tidak ketinggalan pembeli, para penjual ini memikul dagangannya dengan setengah berlari sehingga terlihat seolah saling balapan. Hal tersebut yang akhirnya melekat pada makanan ini dan melahirkan nama lontong balap.
Monumen Sejarah Tugu Pahlawan
Peristiwa 10 November 1945 Peristiwa bersejarah ini, dipicu oleh tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby, dalam pertempuran di Surabaya, Jawa Timur. Dalam peperangan itu, Mallaby tewas terpanggang di dalam mobil yang ditumpanginya, diduga akibat terkena lemparan granat, saat melintas di depan Gedung Internatio. Pertempuran tersebut terjadi antara pasukan Indonesia melawan pasukan Inggris usai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Mereka juga mengeluarkan instruksi yang isinya bahwa semua pimpinan bangsa Indonesia dan para pemuda di Surabaya harus datang selambat-lambatnya tanggal 10 November 1945, pukul 06.00 di tempat yang telah ditentukan Namun ultimatum itu tidak ditaati oleh rakyat Surabaya sehingga terjadilah pertempuran Surabaya yang sangat dahsyat pada tanggal 10 November 1945, selama lebih kurang tiga minggu lamanya. Pertempuran tersebut telah mengakibatkan sekitar 20.000 rakyat Surabaya menjadi korban yang sebagian besar adalah warga sipil. Banyaknya nyawa rakyat yang gugur dalam memperjuangkan Tanah Air menjadikan Kota Surabaya dikenang sebagai Kota Pahlawan. Di antara kelompok pejuangan itu, terdapat bukan hanya rakyat Surabaya. Tetapi juga pejuang dari Sumatera, Kalimantan, Maluku, Sulawesi, Bali, para kiai dan alim ulama dari berbagai Pulau Jawa. Anak-anak, pemuda, pemudi, dan orang tua. Semua terjun ke medan perang. Tokoh yang terkenal karena perjuangannya dalam Pertempuran Surabaya adalah Bung Tomo. Ia memimpin rakyat Indonesia, khususnya di Surabaya, untuk melawan penjajah Inggris yang ingin merebut kembali Indonesia. Pidato heroiknya lewat radio untuk membakar semangat rakyat untuk berjuang mempertahankan Indonesia. Dariyah Soerodikoesoemo alias Dar Mortir menjadi pengingat bahwa perjuangan bukan hanya garis terdepan, tapi juga di belakang layar. Menjadi sosok ibu yang memasak di dapur untuk mengisi perut para pejuang demi mendukung kemerdekaan tidak kalah pentingnyadariberjuangdigarisdepan.