Anda di halaman 1dari 19

Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan

kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Kerajaan Islam di
Pulau
Sulawesi ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
Indonesia, Februari 2023
Penyusu
Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan
kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Kerajaan Islam di
Pulau
Sulawesi ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
Indonesia, Februari 2023
Penyusu
Makalah Kerajaan Islam
di Pulau Sulawesi
oleh Keyra Decequeen
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat
dan karunia-Nya sehingga Makalah Kerajaan Islam di Pulau Sulawesi
ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan
kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku
umatnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam
penyusunan Makalah Sejarah Indonesia yang berjudul Makalah Kerajaan Islam di
Pulau
Sulawesi ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan
referensi
internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi
bahan
makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan
makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam
penulisan Makalah Kerajaan Islam di Pulau Sulawesi ini sehingga kami
mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat ban
MAKALAH SEJARAH INDONESIA
Kerajaan Islam di Sulawesi

i
Disusun Oleh :

MADRASAH ALIYAH MA’ARIF NU 5 SEKAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2023 – 2024

KATA PENGANTAR

ii
Segala puji bagi Alloh SWT pencipta semesta alam, Shalawat dan Salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarga-Nya
serta umat-Nya.

Dengan rasa syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT, hanya karena izin-
Nyalah penyusun dapat menyelesaikan pembuatan Proposal Usaha “SEJARAH
KERAJAAN ISLAM DI SULAWESI” tepat pada waktunya.

Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan


makalah ini. Berbagai kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang.

Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca umumnya dan penyusun pada khususnya.

Sekampung. 26 januari 2024

penyusun

DAFTAR ISI

iii
COVER................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. Latar belakang.........................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................2
C. Tujuan pembahasan.................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3

A. Sejarah awal islam di sulawesi................................................................3


B. Kerajaan islam di sulawesi......................................................................5
C. Masuknya islam di sulawesi....................................................................6
D. Peninggalan Sejarah islam di Sulawesi...................................................9
E. Perkembangan Islam di Sulawesi..........................................................11
F. Kedatangan Orang Melayu di Makasar.................................................11

BAB III PENUTUP.........................................................................................14

a. Kesimpulan............................................................................................14
b. Saran......................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama islam pertama masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan,
pendidikan, dll. Tokoh penyebar islam adalah walisongo antara lain; Sunan
Ampel, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, Sunan
Giri, Sunan Kudus, Sunan Drajat, Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk
pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk
pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa
masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut
disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti.
Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti
Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para
penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi
pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15
M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-
kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda.
Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan
Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol.
Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak
dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang
benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil’alamin.
Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya
pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan
dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab
yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya
adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini
bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun
setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya

1
menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam
seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain
karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang
penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis.
Setiap kali para penjajah – terutama Belanda – menundukkan kerajaan Islam di
Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan
tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka.
Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam
dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum
kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga
terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab
dengan pribumi.

B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah masuknya Awal Islam di Sulawesi
2. Bagaimana Kerajaan Islam di Sulawesi
3. BagaimanaMasuknya Islam di beberapa kota di Sulawesi
4. Apasaja peninggalan sejarah Islam di Sulawesi
5. Bagaimana perkembangan Islam di Sulawesi
6. Bagaimana Kedatangan Orang Melayu di Tanah Bugis Makassar

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Sejarah masuknya Awal Islam di Sulawesi
2. Untuk mengetahui Kerajaan Islam di Sulawesi
3. Untuk mengetahui bagaimana masuknya Islam di beberapa kota di
Sulawesi
4. Untuk Mengetahui Peninggalan sejarah islam di Sulawesi
5. Untuk mengetahui Bagaimana perkembangan Islam di Sulawesi
6. Untuk mengetahui Bagaimana Kedatangan Orang Melayu di Tanah
Bugis Makassar

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Awal Islam di Sulawesi


Ribuan pulau yang ada di Indonesia, sejak lama telah menjalin hubungan
dari pulau ke pulau. Baik atas motivasi ekonomi maupun motivasi politik dan
kepentingan kerajaan. Hubungan ini pula yang mengantar dakwah menembus dan
merambah Celebes atau Sulawesi. Menurut catatan company dagang Portugis
yang datang pada tahun 1540 saat datang ke Sulawesi, di tanah ini sudah bisa
ditemui pemukiman Muslim di beberapa daerah. Meski belum terlalu besar,
namun jalan dakwah terus berlanjut hingga menyentuh raja-raja di Kerajaan Goa
yang beribu negeri di Makassar.
Raja Goa pertama yang memeluk Islam adalah Sultan Alaidin al Awwal
dan Perdana Menteri atau Wazir besarnya, Karaeng Matopa pada tahun 1603.
Sebelumnya, dakwah Islam telah sampai pula pada ayahanda Sultan Alaidin yang
bernama Tonigallo dari Sultan Ternate yang lebih dulu memeluk Islam. Namun
Tonigallo khawatir jika ia memeluk Islam, ia merasa kerajaannya akan di bawah
pengaruh kerajaan Ternate.
Beberapa ulama Kerajaan Goa di masa Sultan Alaidin begitu terkenal
karena pemahaman dan aktivitas dakwah mereka. Mereka adalah Khatib Tunggal,
Datuk ri Bandang, datuk Patimang dan Datuk ri Tiro. Dapat diketahui dan dilacak
dari nama para ulama di atas, yang bergelar datuk-datuk adalah para ulama dan
mubaligh asal Minangkabau yang menyebarkan Islam ke Makassar.
Pusat-pusat dakwah yang dibangun oleh Kerajaan Goa inilah yang
melanjutkan perjalanan ke wilayah lain sampai ke Kerajaan Bugis, Wajo Sopeng,
Sidenreng, Tanette, Luwu dan Paloppo.

Abad 15 Makassar sebagi kota pelabuhan yang penting dalam


perdagangan dunia. Makassar telah masuk dalam jaringan perdagangan
sutera yang menghubungkan antara dunia niaga Asia dan Eropa. Makassar
adalah titik temu antara jalur niaga di belahan Timur, dan Barat dan antara jalur

3
niaga di belahan Utara. Transportasi inilah yang membentuk jaringan
niaga antara satu pusat perdagangan dengan pusat perdagangan lainnya.
Perdagangan china dan Eropa yang dulu menempuh jalur darat, sejak abad 15
mulai pindah ke jalur laut.
jalur laut rupanya lebih aman dari kemungkinan perampokan di tengah
jalan. Jalur transportasi perdagangan sutera ini dalam sejarah biasa disebut dengan
jalur sutera.Jalur sutera setelah abad 15 adalah melalui Laut Tengah, Samudra
Hindia dan Laut China Selatanmeramaikan jalur Selat Malaka. Masuknya Agama
Islam di Makassar Raja Gowa ke-13 bernama lengkap I Tepu Daeng parambung
Karaeng ri BontolangkasaTunipasulu putra Tunijallo. Tunipasulu ketika itu masih
muda. Dua tahun setelah dinobatkan baginda dipecat dari jabatannya oleh Dewan
Kerajaan. Setelah beliau dipecat, beliau berangkatke Luwe di Luwu lah beliau
masuk Islam.Pada masa pemerintahan I Manngerangi Daeng Manrabbia yang
bergelar SultanAlauddin Tumenanga ri Gaukanna raj Gowa ke-14 agama Islam
diterima sebagai agama resmikerajaan. Peristiwa-peristiwa terpenting dalam masa
pemerintahan baginda, dapat dicatat sebagai berikut:
Penerimaan Islam sebagai agama kerajaan Sesungguhnya agama islam
sudah sampai di Makassar, sejak raja Gowa ke-10Tunipalangga (1546-1565),
yaitu ketika baginda memberi ijin kepada pedagang-pedagangMelayu dengan
perantaraan nakoda Bonang, untuk menetap di Mangalekana. Raja Gowa danTallo
menerima Islam dengan resmi sebagai agamanya menurut Lontara Gowa-Tallo,
ialah padamalam Jum’at,9 Jumadil-awal 1014 (H) atau tanggal 22 September
1605. Dinyatakan bahwaMangkubumi Kerajaaan Gowa/Raja Tallo I Malingkaeng
Daeng Manyori mula-mula menerimadan mengucapkan kalimat syahadat dan
sesudah itu barulah raja Gowa ke-14 MangarangaiDaeng Manrabbia. Dua tahun
kemudian, seluruh rakyat Gowa dan Tallo dinyatakan memeluk agama
islam, dengan upacara sembahyang Jum’at bersama yang pertama di
masjid Tallo padatanggal 9 November 1607. Pada waktu yang sama di
Bandar Makassar, pedagang-pedagangMelayu dan orang-orang Makassar
yang sudah memeluk Islam di sekitar Benteng Somba Opu, dimasjid
Mangallekana juga diselenggarakan sembahyang Jum’at dan doa syukur.

4
B. Kerajaan Islam di Sulawesi
Pada abad ke 15 di Sulawesi berdiri beberapa kerajaan, diantaranya dari suku
bangsa Makassar (Gowa dan Tallo) dan Bugis (Luwu, Bone, Soppeng dan Wajo).
2 kerajaan yang memiliki hubungan baik yaitu kerajaan Gowa dan Tallo. Ibu kota
kerajaannya adalah Gowa yang sekarang menjadi Makasar. Kerajaan ini pada
abad ke 16 sudah menjadi daerah islam. Masuk dan berkembangnya Islam di
Makasar atas juga datuk Ribandang (Ulama adat Minangkabau). Secara resmi
kerajaan Gowa Islam berdiri pada tahun 1605 M.
Kerajaan Gowa Tallo
Kerajaan Gowa Tallo sebelum menjadi kerajaan Islam sering berperang
dengan kerajaan lainnya di Sulawesi Selatan, seperti dengan Luwu, Bone,
Soppeng, dan Wajo. Kerajaan Luwu yang bersekutu dengan Wajo ditaklukan oleh
Kerajaan Gowa Tallo. Kemudian Kerajaan Wajo menjadi daerah taklukan Gowa
menurut Hikayat Wajo.
Dalam serangan terhadap Kerajaan Gowa Tallo Karaeng Gowa meninggal dan
seorang lagi terbunuh sekitar pada 1565. Ketiga kerajaan Bone, Wajo, dan
Soppeng mengadakan persatuan untuk mempertahankan kemerdekaannya yang
disebut perjanjian Tellumpocco, sekitar 1582. Sejak Kerajaan Gowa resmi sebagai
kerajaan bercorak Islam pada 1605, maka Gowa meluaskan pengaruh politiknya,
agar kerajaan-kerajaan lainnya juga memeluk Islam dan tunduk kepada Kerajaan
Gowa Tallo.
Kerajaan-kerajaan yang tunduk kepada kerajaan Gowa Tallo antara lain Wajo
pada 10 Mei 1610, dan Bone pada 23 Nopember 1611. Di daerah Sulawesi
Selatan proses Islamisasi makin mantap dengan adanya para mubalig yang disebut
Datto Tallu (Tiga Dato), yaitu Dato’ Ri Bandang (Abdul Makmur atau Khatib
Tunggal) Dato’ Ri Pattimang (Dato’ Sulaemana atau Khatib Sulung), dan Dato’
Ri Tiro (Abdul Jawad alias Khatib Bungsu), ketiganya bersaudara dan berasal dari
Kolo Tengah, Minangkabau.
Para mubalig itulah yang mengislamkan Raja Luwu yaitu Datu’ La Patiware’
Daeng Parabung dengan gelar Sultan Muhammad pada 15-16 Ramadhan 1013 H
(4-5 Februari 1605 M). Kemudian disusul oleh Raja Gowa dan Tallo yaitu

5
Karaeng Matowaya dari Tallo yang bernama I Mallingkang Daeng Manyonri
(Karaeng Tallo) mengucapkan syahadat pada Jumat sore, 9 Jumadil Awal 1014 H
atau 22 September 1605 M dengan gelar Sultan Abdullah. Selanjutnya Karaeng
Gowa I Manga’rangi Daeng Manrabbia mengucapkan syahadat pada Jumat, 19
Rajab 1016 H atau 9 November 1607 M. Perkembangan agama Islam di daerah
Sulawesi Selatan mendapat tempat sebaikbaiknya bahkan ajaran sufisme
Khalwatiyah dari Syaikh Yusuf al-Makassari juga tersebar di Kerajaan Gowa dan
kerajaan lainnya pada pertengahan abad ke-17. Karena banyaknya tantangan dari
kaum bangsawan Gowa maka ia meninggalkan Sulawesi Selatan dan pergi ke
Banten. Di Banten ia terima oleh Sultan Ageng Tirtayasa bahkan dijadikan
menantu dan diangkat sebagai mufti di Kesultanan Banten.
Dalam sejarah Kerajaan Gowa perlu dicatat tentang sejarah perjuangan
Sultan Hasanuddin dalam mempertahankan kedaulatannya terhadap upaya
penjajahan politik dan ekonomi kompeni (VOC) Belanda. Semula VOC tidak
menaruh perhatian terhadap Kerajaan Gowa Tallo yang telah mengalami
kemajuan dalam bidang perdagangan. Setelah kapal Portugis yang dirampas oleh
VOC pada masa Gubernur Jendral J. P. Coen di dekat perairan Malaka ternyata di
kapal tersebut ada orang Makassar. Dari orang Makassar itulah ia mendapat berita
tentang pentingnya pelabuhan Sombaopu sebagai pelabuhan transit terutama
untuk mendatangkan rempah-rempah dari Maluku. Pada 1634 VOC memblokir
Kerajaan Gowa tetapi tidak berhasil.
Peristiwa peperangan dari waktu ke waktu berjalan terus dan baru
berhenti antara 1637-1638. Tetapi perjanjian damai itu tidak kekal karena pada
1638 terjadi perampokan kapal orang Bugis yang bermuatan kayu cendana, dan
muatannya tersebut telah dijual kepada orang Portugis. Perang di Sulawesi
Selatan ini berhenti setelah terjadi perjanjian Bongaya pada 1667 yang sangat
merugikan pihak Gowa Tallo.
C.Masuknya Islam di beberapa kota di Sulawesi
1.Makasar-Bugis
Dapat dipastikan bahwa pada tahun 1600 M, suku Makasar dan suku Bugis telah
memeluk agama Isla, Suku Bugis dan suku Makasar ialah yang bertempat tinggal

6
di bagian Selatan Barat Pulau Sulawesi. Orang-orang Bugis dan Makasar
merupakan yang lebih maju dan terdiri dari pedagang yang kaya. Di samping itu,
mereka terkenal sebagai pelaut yang ulung.
Bersamaan dengan masuknya Islam ke Sulawesi Selatan ini, orang Portugis
datang pula
ke sana sambil menyiarkan agama Kristen. Saling berebut pengaruh antara Islam
dan Kristen, namun penduduk asli Bugis dan Makasar masuk ke dalam Islam.
2.Alifuru-Minahasa
Penduduk di Alifuru banyak yang menganut kepercayaan animisme. Kehidupan
mereka masih agak terbelakang. Suku Alifuru merupakan masyarakat penduduk
di bagian Utara kepulauan Sulawesi. Begitu pula orang Minahasa kebanyakan
mereka menganut agama Katolik yang dibawa orang Portugis. Pemerintah
Portugis melarang orang Islam menyiarkan agama di kalangan oraang Alifuru dan
orang Minahasa. Setelah Portugis digantikan oleh penjajah Belanda, mereka
mengizinkan berdakwah Islam di sana dengan dibatasi boleh hanya bagi orang
pribumi di sana.
Pada jaman penjajahan Belanda, penganut Katolik banyak yang
pindah kepada Protestan. Karena mendapat hambatan dan dipersulit oleh
penjajah maka perkembagan Islam di kalangan penduduk di Sulawesi bagian
Utara itu tidaklah sesubur seperti di Sulawesi bagian Selatan.
3.Gowa
Berita tentang agama Islam yang dianut oleh suku Makasar telah menjadi
pembicaraan di kalangan orang-orang Gowa. Mereka telah mendengar betapa
indahnya pemujaan orang Islam terhadap Tuhan di waktu mengerjakan shalat. Di
samping itu, sampai pula kepada mereka berita tentang kegiatan orang Kristen
mengembangkan agama mereka yang dibantu dan ditunjang oleh orang Portugis.
Orang Gowa mengirimkan utusan ke Aceh meminta bantuan tenaga guru
yang dapat mengajar dan menjelaskan tentang agama Islam bagi orang-orang
Gowa. Tidak berapa lama datanglah serombongan mubaligh dari Aceh untuk
mengIslamkan orang Gowa. Kemudian missionaris Kristen pun berusaha
menyiarkan agama Kristen dengan jalan menjelek-jelekkan agama Islam.

7
Penyiaran agama Islam di Gowa dimulai pada abad 17. Orang Gowa masuk Islam
dan menjadi penganut Islam yang baik.
4.Bone
Raja Gowa telah memeluk agama Islam beserta rakyatnya, sedangkan raja
Bone belum Islam. Raja Gowa beserta rakyatnya dengan semangat beragama
yang menyala-nyala ingin menyebarkan agamanya ke daerah lain. Pada suatu
waktu terjadi suatu perselisihan antara raja Gowa dengan raja Bone. Raja
Gowa menyampaikan kepada raja Bone bahwa dia dipandang tidak setaraf
dengan raja Gowa, kecuali kalau dia bersama rakyatnya masuk Islam dan
mempercayai Tuhan Yang Maha Esa. Hal itu disampaikan oleh raja Bone
kepada rakyatnya dan menurut rakyat Bone belum dapat mengakui
kekalahan karena mereka belum pernah berperang.
Kemudian terjadi peperangan antara Gowa dan Bone. Gowa dapat mengalahkan
kerajaan Bone. Dengan demikian raja Bone bersama rakyatnya masuk Islam.
Bone diakui ibertaraf sama dengan kerajaan Gowa bersaudara karena seagama.
5.Tallo
Di sebelah Utara Gowa terletak daerah Tallo. Penyiar agama Islam di daerah Tallo
tercatat seorang mubaligh yang bernama Khotib Tunggal pada tahun 1603 M.
Pengikut Khotib Tunggal ada dua macam, ada golongan yang benar-benar
beriman dan mengharapkan kerajaan agama Islam dan sebagian lain mencari
keuntungan keduniaan.
Raja-raja yang terkenal diantaranya :
1. Sultan Alaudin (1605-1639 M) raja pertama Islam di Gowa-Tallo. Kerajaan
ini adalah negara maritim yang terkenal dengan perahu-perahu layarnya
dengan jenis Pinisi dan lImbo. Pada masa Sultan Alaudin berkuasa, Islam
mengalami perkembangan pesat yang daerah kekuasaannya hampir mencakup
seluruh daerah Sulawesi. Ia wafat pada tahun 1939 M, setelah menjadi raja
selama 34 tahun dan digantikan putranya yang bernama Muhammad Said.
2. Muhammad Said (1639-1653 M). Raja ini berkuasa selama 14 tahun.
3. Sultan hasanuddin (1653-1669 M). Sultan ini sebagai pengganti dari
Muhammad Said. Pada masa Sultan hasanuddin berkuasa, Gowa – Tallo

8
mencapai puncak kejayaannya. Wilayah kekuasaannya sampai ke pulau
Selayar, Butung, Sumbawa dan Lombok. Ia berkuasa selama 16 Tahun.

D.Peninggalan sejarah islam di Sulawesi


1. Batu Pelantikan Raja (Batu Pallantikang)
Batu petantikan raja (hatu pallantikang) terletak di sebelah tenggara kompleks
makam Tamalate. Dahulu, setiap penguasa baru Gowa-Tallo di sumpah di atas
batu ini (Wolhof dan Abdurrahim, tt : 67). Batu pallantikang sesungguhnya
merupakan batu alami tanpa pem¬bentukan, terdiri dari satu batu andesit yang
diapit 2 batu kapur. Batu andesit merupakan pusat pemujaan yang tetap
disakralkan masyarakat sampai sekarang. Pe-mujaan penduduk terhadap ditandai
dengan banyaknya sajian di atas batu ini. Mereka meyakini bahwa batu tersebut
adalah batu dewa dari kayangan yang bertuah
2. Mesjid Katangka
Mesjid Katangka didirikan pada tahun 1605 M. Sejak berdirinya telah
mengalami beberapa kali pemugaran. Pemugaran itu berturut-turut dilakukan
oleh: [a] Sultan Mahmud (1818); [b] Kadi Ibrahim (1921); [c] Haji Mansur Daeng
Limpo, Kadi Gowa (1948); dan [d] Andi Baso, Pabbicarabutta GoWa (1962)
sangat sulit meng¬identifikasi bagian paling awal (asli) bangunan mesjid tertua
Kerajaan Gowa ini.
Yang masih menarik adalah ukuran tebal tembok kurang lebih 90 cm, hiasan
sulur-suluran dan bentuk mimbar yang terbuat dari kayu menyerupai singgasana
dengan sandaran tangan. Hiasan makhuk di samarkan agar tidak tampak realistik.
Pada ruang tengah terdapat empat tiang soko guru yang mendukung konstruksi
bertingkat di atasnya. Mimbar dipasang permanen dan diplaster. Pada pintu masuk
dan mihrab terdapat tulisan Arab dalam babasa Makassar yang menyebutkan
pemugaran yang dilakukan Karaeng Katangka pada tahun 1300 Hijriah.
3. Makam Syekh Yusuf
Kompleks makam ini terletak pada dataran rendah Lakiung di sebelah barat
Mésjid Katangka. Di dalam kompleks ini terdapat 4 buah cungkup dan sejumlah
makam biasa. Makam Syekh Yusuf terdapat di dalam cungkup terbesar, berbentuk

9
bujur sangkar Pintu masuk terletak di sisi Selatan. Puncak cungkup berhias
keramik. Makam ini merupakan makam kedua. Ketika wafat di pengasingan,
Kaap, tanggal 23 Mei 1699, beliau di¬makamkan untuk pertama kalinya di Faure,
Afrika Selatan. Raja Gowa meminta kepada pemerintah Belanda agar jasad Syekh
Yusuf dipulangkan dan dimakamkan di Gowa. Lima tahun sesudah wafat (1704)
baru per¬mintaan tersebut dikabulkan. Jasadnya dibawa pulang bersama keluarga
dengan kapal de Spiegel yang berlayar langsung dan Kaap ke Gowa. Pada tanggal
6 April 1705, tulang kerangka Syekh Yusuf dimakamkan dengan upacara adat
pemakaman bangsawan di Lakiung. Di atas makamnya dibangun kubah yang
disebut kobbanga oleh orang Makassar.
Makam Syekh Yusuf mempunyai dua nisan tipe Makassar, terbuat dari batu
alam yang permukaannya sangat mengkilap. Hal ini dapat terjadi karena para
peziarah selalu menyiramnya dengan minyak kelapa atau semacamnya. Sampai
sekarang peziarah masih sangat ramai mengunjungi tokoh ulama (panrita)dan
intelektual (tulnangngasseng) yang banyak berperan dalam perkembangan dan
kejayaan kerajaan Gowa-Tallo abad pertengahan.
Dalam lontarak "Riwayakna Tuanta Salamaka ri Gowa7, Syekh Yusuf
dianggap Nabi Kaidir (Abu Hamid, 1994: 85). la tokoh yang memiliki
keistimewaan, seperti berjalan tanpa berpijak di tanah. Dalam usia belia ia sudah
tamat mempelajari kitab fiqih dan tauhid. Guru tarekat Naqsabandiayah,
Syattariyah, Ba'alaniiyah, dan Qa¬driyah. Wawasan sufistiknya tidak pernah
menyinggung pertentangan antara Hamzah Fanzuri yang me-ngembangkan ajaran
Wujudiyah dan Syekh Nuruddin ar-Raniri.
4. Benteng Tallo
Benteng Tallo terletak di muara sungai Tallo. Benteng dibangun dengan
menggunakan bahan batu bata, batu padas/batu pasir, dan batu kurang. Luas
benteng diper¬kirakan 2 kilometer Bardasarkan temuan fondasi dan susunan
benteng yang masih tersisa, tebal dinding benteng diperkirakan mencapai 260 cm.
Akibat perjanjian Bongaya (1667) benteng dihancurkan. Sekarang, sisa-sisa
benteng dan bekas aktivitas berserakan. Beberapa bekas fondasi, sudut benteng
(bas¬tion) dan batu merah yang tersisa sering dimanfaatkan penduduk untuk

10
berbagai keperluan darurat, sehingga tidak tampak lagi bentuk aslinya. Fondasi itu
mengelilingi pemukiman dan makam raja-raja Tallo.
E.Perkembangan Islam di Sulawesi
Ajaran Islam lama kelamaan mulai berkembang di pulau Sulawesi. Tahun
1562-1565 M,di bawah pimpinan Raja tumaparisi kolama,kerajaan Gowa-Tallo
berhasil menaklukan daerah selayar,Bulukumba,Maros Mandar,dan Luwu.Pada
masa itu di Gowa-Tallo telah terdapat kelompok-kelompok masyarakat Muslim
dalam jumlah yang cukup besar.Kemudian atas jasa Dato Ribandang dan Dato
Sulaemana, penyebaran dan pengembangan Islam menjadi lebih intensif dan
mendapat kemajuan yang pesat.Pada tanggal 22 September 1605 raja Gowa yang
bernama Karaeng Tanigallo masuk Islam yang kemudian bergelar Sultan
Alaudin .Beliau menjalin hubungan baik dengan kerajaan Ternate,bahkan secara
pribadi beliau bersahabat baik dengan Sultan Baabullah dari Ternate.
Akhirnya,Kerajaan Gowa-Tallo resmi menjadi kerajaan bercorak Islam.Lalu
kerajaan Gowa melakukan perluasan kekuasaannya.Contohnya di daerah Wajo
dan Sopeng berhasil di taklukan dan di Islamkan.Demikian juga Bone,berhasil di
taklukan tahun 1611 M.
Gowa menjadi pelabuhan dagang yang luar biasa ramai,disinggahi pedagang
dari berbagai daerah dan mancanegara.Kerajaan Gowa pun menjadi kerajaan kaya
raya dan disegani pada masanya.
F.Kedatangan Orang Melayu di Tanah Bugis Makassar
Bardasarkan sumber-sumber yang telah ditemukan, dapat dikatakan bahwa
gelombang emigran orang-orang Bugis Makassar ke Semenanjung Melayu
melalui tiga priode. , Pertama berlangsung pada masa sebelum kawasan
Sulawesi Selatan memasuki proses Islamisasi. Mereka itu sudah tersebar di
berbagai tempat semenanjung Sumatra, Malaka dan Kalimantan yang
menghubungkan kawasan-kawasan itu dengan rute perdagangan dengan Pusat
Malaka, kelompok Bugis pada masa itu belum membentuk dirinya dalam suatu
kekuatan militer, mereka umumnya masih hidup dalam kelompok-kelompok kecil
sebagai pedagang antar pulau dan sebagai nelayan. Itulah sebabnya mereka pada

11
umumnya tinggal di kawasan pantai mereka dapat dikatakan kelompok the sea
man atau orang laut.
Gelombang kedua terjadi pada masa proses Islamisasi sedang berlangsung di
Sulawesi Selatan. Masa berlangsung Islamisasi itu berkaitan erat dengan gerakan
politik yang si lancarkan Kerajaan Gowa dan sekutu-sekutunya untuk
menundukkan kwasan-kawasan yang belum masuk Islam dan sampai Islam
diterima masyarakat setempat konflik politik juga masih berlangsung.
Gelombang ketiga berlangsung setelah kerajaan Gowa dan Wajo jatuh di
tangan VOC . Masa inilah merupakan periode yang paling banyak terjadi
perpindahan orang-orang Bugis Makassar kesemenanjung Melayu. Perpindahan
yang terjadi dalam gelombang ini berbentuk kelompok yang besar . Mereka tidak
saja terdiri dari masyarakat lapisan bawah tatapi apat dikatakan terdiri dari smua
lapisan sosial
Dari ketiga gelombang yang disebutkan di atas, gelombang terakhir paling
menarik, faktor pemindahan berkaitan erat dengan akibat langsung peperangan
yang terjadi di kawasan Sulawesi Selatan. Orang-orang Bugis Makassar yang
termasuk ke dalam gelombang yang terakhir ini dipimpin langsung oleh
kelompok bangsawan.
Dengan sisa-sisa kekuatan militer dan kekayaan yang mereka miliki
kelompok bangsawan ini mengikuti pengikut pengikutnya atau rakyat yang
meninggalkan kampung halamannya untuk merantau dengan tujuan utamanya
untuk melanjutkan perjuangan melawan kekuasaan Belanda.Perjuangan dalam
melawan kekuasaan Belanda itu dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
dengan melakukan gangguan pada rute perdagangan atau pelayaran Belanda di
Selat Makassar, pantai Ambon dan di Selat Malaka, pantai Kalimantan yang
starategis dan Kepulauan Riau. Tindakan mereka dikaitkan dengan “bajak laut”
Sejak kedatangan orang-orang Melayu di kerajaan Makassar (Kerajaan Gowa)
peranannya tidak hanya dalam perdagangan dan penyebaran agama, tetapi juga
dalam kegiatan sosial budaya. Peranan orang-orang Melayu di Kerajaan Gowa
misalnya, menyebabkan Raja Gowa ke XII, Mangarai Daeng Pamatte Karaeng
Tunijallo membangun sebuah Mesjid di Kampung Mangallekana untuk
kepentingan para saudagar Melayu agar mereka betah tinggal di Makassar,

12
sekalipun ia sendiri belum beragama Islam. Adanya perkampungan para
saudagara Melayu itu membuat struktur kekuasaan Kerajaan Gowa dibantu juga
oleh orang-orang Melayu dan memegang peranan penting di Istana Kerajaan
Gowa. Hal itu dapat ditemukan dalam untaian kalimat sebagai berikut:
‘Kamilah orang-orang Melayu yang mengajar anak negeri duduk berhadap-
hadapan dalam pertemuan adat, mengajar menggunakan keris panjang yang
disebut tatarapang, tata cara berpakaian dan berbagai hiasan untuk para anak
bangsawan.
Dalam periode tahun .1546-1565 pada masa raja Gowa ke 10, seorang
keturunan Melayu berdarah campuran Bajo yang amat terkemuka bernama I
Mangambari Kare Mangaweang, yang juga dikenal dengan nama I Daeng Ri
Mangallekana diangkat sebagai sahbandar ke II Kerajaan Gowa, sejak saat itu
secara turun temurun jabatan Sahbandar berturut-turut dipegang oleh orang
Melayu sampai dengan Sahbandar Ince Husein, Sahbandar terakhir tahun 1669
ketika kerajaan Gowa mengalami kekalahan perang melawan VOC.
Jabatan penting lainnya ialah juru tulis istana dijabat pula oleh orang-orang
Melayu Incik Amin, juru tulis istana di zaman Sultan Hasanuddin Raja Gowa ke
XVI (1653-1669) adalah juru tulis istana yang terakhir dan amat terkenal di
zaman kebesaran Kerajaan Gowa. Sebuah karya tulisnya yang amat indah
berjudul : Syair Perang Makassar” mengisahkan saat-saat terakhir kerajaan Gowa
tahun 1669.
Salah satu sumbangan utama orang-orang Melayu di Indonesia Timur,
khususnya di Sulawesi ialah upayanya dalam menyebarkan Agama Islam dan
penyebaran dan penyebaran Kebudayaan Melayu di Sulawesi. Pada tahun 1632
Rombongan Migran Melayu dari Patani tiba di Makassar. Rombongan besar ini
dipimpin oleh seorang bangsawan Melayu dari Patani bernama Datuk
Maharajalela Turut serta dengannya kemanakannya suami istri yang bergelar
Datuk Paduka Raja bersama istrinya yang bergelar Putri Senapati, Raja
Gowa memberinya tempat di sebelah selatan Somba Opu, Ibu Kota Kerajaan
Gowa, karena disana telah berdiri Perkampungan Melayu asal Patani. Sejak saat
itu Salajo diganti menjadi kampung Patani, hingga sekarang.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebelum hadirnya Islam, masyarakat di Sulawesi telah menganut agama
Katholik, Kristen, Hindu, dan Budha, serta animism. Kaya tradisi dan
kebudayaan kuno. Kemudian setelah hadirnya Islam di Sulawesi terjadilah
perubahan yang cukup signifikan dalam segi hubungan sosial antar penduduk
serta perdagangan, tetapi tidak menghapus tradisi yang ada.
Islam datang di Sulawesi dan menyebar secara damai dan santun. Pertama
hadir pada abad ke-15 Masehi di Kerajaan Gowa di Daerah
Mangalekana, yang dibawa oleh para pedagang muslim dari Arab, Persia,
India, Cina, dan Melayu ke Ibukota Kerajaan Gowa, Somba Opu.Di tandai
dengan pulau Sulawesi didatangi oleh para pedagang muslim dari
Sumatra,Malaka dan Jawa,di Sulawesi terdapat kerajaan-kerajaan besar dan
terkenal seperti kerajaan Gowa-Tallo,Bone,Wajo,dan Sopang.Letak Gowa-
Tallo berada dikota Makassar,maka Gowa-Tallo disebut Kerajaan
Makassar,yang Istananya terletak di Sumba Opu.
Islam disebarkan oleh tiga Datuk dari Sumatera yaitu: Datuk Ri Tiro,
Datuk Patimang, dan Datuk Ri Bandang. Aliran atau corak yang dibawa
adalah sufistik dan tasauf. Karena selain selain mereka ahli dalam bidang
sufistik dan tasauf, hal ini pun sesuai dengan masyarakat yang lebih
mmenyukai hal-hal yang bersifat kebatinan. Setelah Islam berkembang di
Sulawesi Selatan lambat laun terus menyebar ke seluruh daerah di pulau
Sulawesi.

B. Saran
Untuk lebih menambah wawasan dan memperbaiki makalah ini perlulah
kiranya saran yang membangun dari para teman-teman maupun dari kalangan
yang berkomitmen terhadap Sejarah Islam Indonesia.

14
DAFTAR PUSTAKA

Yatim, Badri .1993.Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II.Jakarta:Raja


Grafindo Persada
Abdullah, Taufik. 1990. Sejarah Lokal di Indonesia.Yogyakarta:Gama University
Press
Harun, Yahya. 1995. Kerajaan Islam Nusantara Abad XVI dan XVII /
M.Yogyakarta: Kurnia Kalam Sejahtera
http://cheng88community.blogspot.co.id/2013/11/makalah-sejarah-masuknya-
agama-islam-di.html
http://faktaandalusia.wordpress.com/2007/08/09/sejarah-awal-islam-sulawesi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Buton
http://dadank22.blogspot.com/2008/11/menelusuri-awal-masuknya-islam-di.html

15

Anda mungkin juga menyukai