Anda di halaman 1dari 3

SOAL

1. Apa keistimewaan dari tafsir Haroki ?


2. Apa Indikator tafsir Isyari ?
3. Beri contoh masing masing tafsir Haroki dan Isyari ?

JAWABAN
1. Kelebihan Tafsir Haroki:
a. Pendekatan Analitis: Tafsir Haroki menggunakan pendekatan analitis yang membedah
ayat-ayat Al-Quran secara mendalam. Tafsir ini membahas struktur bahasa Arab, tata
bahasa, makna kata, dan keterkaitan ayat dengan konteks historisnya. Pendekatan ini
membantu pembaca untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas dan
komprehensif tentang ayat-ayat Al-Quran.
b. Penekanan pada Konteks Sejarah: Tafsir Haroki memberikan penekanan yang kuat
pada konteks sejarah ayat-ayat Al-Quran. Hal ini membantu pembaca untuk
memahami latar belakang dan konteks di mana ayat-ayat tersebut diungkapkan.
Pengetahuan tentang konteks sejarah ini penting untuk menginterpretasikan dan
menerapkan ajaran Al-Quran dengan benar.
c. Penafsiran yang Terperinci: Tafsir Haroki memberikan penjelasan yang terperinci
tentang ayat-ayat Al-Quran. Tafsir ini tidak hanya memberikan makna harfiah, tetapi
juga menyelidiki makna-makna tersembunyi dan implikasi yang lebih dalam dari
ayat-ayat tersebut. Dengan demikian, pembaca dapat memperoleh wawasan yang
lebih mendalam tentang pesan dan hikmah yang terkandung dalam Al-Quran.
d. Penggunaan Sumber Primer: Tafsir Haroki mengacu pada sumber-sumber primer
seperti kitab-kitab hadis dan sejarah Islam. Penggunaan sumber-sumber ini membantu
memperoleh pemahaman yang akurat tentang ayat-ayat Al-Quran dan konteksnya.
Tafsir Haroki tidak hanya mengandalkan interpretasi subyektif, tetapi berusaha untuk
mengaitkan ayat-ayat dengan ajaran dan praktik Rasulullah SAW serta para sahabat.
e. Keberagaman Perspektif: Tafsir Haroki mengakomodasi berbagai perspektif dan
pendapat para ulama terdahulu. Ini memungkinkan pembaca untuk memperoleh
wawasan yang beragam dan melihat variasi interpretasi yang ada dalam tradisi tafsir
Islam. Dengan mempertimbangkan berbagai pandangan ini, pembaca dapat
membangun pemahaman yang lebih kaya dan holistik tentang ayat-ayat Al-Quran.

2. Indikator tafsir isyari dapat mencakup hal-hal berikut:

a. Konteks sejarah: Indikator ini melibatkan pemahaman terhadap latar belakang


sejarah dan konteks sosial di mana ayat-ayat Al-Quran diturunkan. Ini termasuk
memahami peristiwa-peristiwa sejarah yang berpengaruh terhadap penurunan ayat-
ayat tersebut dan memperhitungkan kondisi sosial dan budaya saat itu.
b. Bahasa Arab: Tafsir isyari memperhatikan penggunaan bahasa Arab dalam Al-
Quran. Indikator ini mencakup pemahaman tentang makna kata-kata kunci dalam
bahasa Arab serta tata bahasa dan struktur kalimat dalam ayat-ayat Al-Quran.
Pemahaman yang baik tentang bahasa Arab membantu dalam menafsirkan pesan Al-
Quran secara akurat.
c. Prinsip-prinsip tafsir: Indikator ini melibatkan penerapan prinsip-prinsip
umum dalam tafsir Al-Quran, seperti memahami ayat-ayat yang bersifat umum dan
khusus, memperhatikan konteks ayat sebelum dan sesudahnya, dan mencari
keterkaitan antara ayat-ayat yang saling berkaitan. Prinsip-prinsip ini membantu
dalam memahami pesan Al-Quran secara menyeluruh.
d. Konsistensi dengan ajaran Islam: Indikator ini melibatkan memastikan bahwa
tafsir isyari tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dan ajaran Islam yang telah
mapan. Pesan-pesan Al-Quran yang diinterpretasikan melalui pendekatan tafsir isyari
haruslah konsisten dengan prinsip-prinsip dasar Islam dan tidak mengarah pada
kesimpulan yang bertentangan dengan keyakinan dan nilai-nilai Islam.
e. Relevansi dengan konteks zaman: Indikator ini mencakup kemampuan tafsir
isyari untuk merespons dan relevan dengan konteks zaman dan kehidupan manusia
saat ini. Tafsir isyari harus mampu menghubungkan pesan Al-Quran dengan realitas
dan tantangan zaman modern tanpa mengubah substansi atau prinsip-prinsip inti
agama.
f. Dalam melakukan tafsir isyari, penting untuk memiliki pengetahuan yang
mendalam tentang bahasa Arab, sejarah Islam, dan prinsip-prinsip tafsir Al-Quran. Ini
akan membantu dalam mengaplikasikan indikator-indikator tersebut secara efektif
untuk memahami dan menafsirkan Al-Quran dengan tepat sesuai dengan konteksnya.

3. Contoh tafsir haroki dan isy’ari


Contoh Tafsir HAROKI
Tafsir harakah adalah suatu metode tafsir Al-Quran yang memperhatikan pergerakan
dan keberlanjutan makna dalam ayat-ayat Al-Quran. Metode ini mengacu pada
pemahaman bahwa makna Al-Quran tidak terbatas pada kata-kata yang ada, tetapi
juga melibatkan pergerakan makna dari satu kata ke kata lain, serta hubungan antara
ayat-ayat yang saling terkait.
1) Berikut ini adalah contoh tafsir harakah dalam Al-Quran:
Surah Al-Baqarah ayat 3: "Alladziina yu'minuna bilghaibi wa yuqimuna shalata"
Dalam tafsir harakah, perhatian diberikan pada gerakan harakah dari "yu'minuna"
(mereka yang beriman) ke "yuqimuna" (mereka yang mendirikan). Tafsir ini
menunjukkan bahwa iman sejati akan diikuti oleh tindakan nyata dalam menjalankan
shalat sebagai bentuk ketaatan kepada Allah.
Contoh Tafsir Isy’ari
Tafsir isyari adalah salah satu pendekatan dalam tafsir Al-Quran yang berfokus pada
pemahaman makna ayat-ayat Al-Quran secara literal atau harfiah. Tafsir isyari
cenderung tidak melibatkan penafsiran metaforis atau figuratif yang mendalam.
Berikut adalah contoh tafsir isyari untuk salah satu ayat Al-Quran:
Ayat: "Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang dicabut lidahmu, 'Inilah
halal dan inilah haram', supaya kamu mengada-ada terhadap Allah kebohongan.
Sesungguhnya orang-orang yang mengada-ada terhadap Allah kebohongan, tidaklah
beruntung."

(Tafsir Al-Quran Surah An-Nahl [16:116])


Tafsir isyari untuk ayat ini akan menekankan makna harfiah ayat tersebut. Dalam
konteks ini, ayat ini menekankan pentingnya tidak membuat klaim palsu terhadap
hukum-hukum agama. Maksudnya adalah, seseorang tidak boleh dengan sengaja
menyatakan sesuatu sebagai halal (diperbolehkan) atau haram (dilarang) menurut
ajaran agama Islam tanpa dasar yang kuat atau tanpa otoritas ilmiah yang memadai.
Tafsir isyari akan menyoroti pesan etika dan moral ayat ini, yaitu agar umat Muslim
menjaga kejujuran dan kredibilitas mereka ketika memberikan fatwa atau
menyampaikan pengetahuan agama kepada orang lain. Ayat ini juga menekankan
pentingnya tidak menyesatkan orang lain dengan mengklaim kebohongan tentang
ajaran agama.
Dalam tafsir isyari, penafsiran ayat ini akan cenderung fokus pada pemahaman
harfiah kata-kata dan kalimat yang digunakan dalam ayat tersebut, serta konteks
historis dan sosial saat ayat diturunkan

Anda mungkin juga menyukai

  • Qawaid 10
    Qawaid 10
    Dokumen3 halaman
    Qawaid 10
    Tsalits Fityatul Jannah
    Belum ada peringkat
  • Qawaid 1
    Qawaid 1
    Dokumen4 halaman
    Qawaid 1
    Tsalits Fityatul Jannah
    Belum ada peringkat
  • Ulum Hadits 4
    Ulum Hadits 4
    Dokumen3 halaman
    Ulum Hadits 4
    Tsalits Fityatul Jannah
    Belum ada peringkat
  • Ulum Hadits 2
    Ulum Hadits 2
    Dokumen3 halaman
    Ulum Hadits 2
    Tsalits Fityatul Jannah
    Belum ada peringkat