1. Jelaskan pernyataan bahwa Hadits merupakan sumber hukum yang ke dua setelah
alQuran ! berikan contoh kongrit dari penjelasan saudara !
2. 2. Bagaimana Sejarah penulisan Hadits di Zaman Rosulullah SAW masih ada?
bagaimana penjelasan hadits baginda Rosul di bawah ini:
a. البكتبوا عنى سوى القران
b. اكتبوا البى شاه
Jawaban
1. Jumhur ulama berpendapat bahwa Hadits berkedudukan sebagai sumber atau dalil
kedua setelah Al-Quran dan mempunyai kekuatan untuk ditaati serta mengikat untuk
semua umat Islam. Jumhur ulama mengemukakan alasannya dengan beberapa dalil, di
antaranya : Banyak ayat Al-Qur’an yang menyuruh umat mentaati Rasul. Ketaatan
kepada rasull sering dirangkaikan dengan keharusan mentaati Allah ; seperti yang
tersebut dalam quran1: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Nya),Bahkan dalam ayat lain Al-Quran mengatakan bahwa orang yang
mentaati Rasul berarti mentaati Allah, sebagaimana tersebut dalam quran 2:
Artinya :Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah.
dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak mengutusmu
untuk menjadi pemelihara bagi mereka.
Yang dimaksud dengan mentaati Rasul dalam ayat-ayat tersebut adalah mengikuti
apa-apa yang dilakukan atau dilakukan oleh Rasul sebagaimana tercakup dalam
Sunnahnya.
Dari ayat diatas jelaslah bahwa Hadits itu adalah juga wahyu. Bila wahyu mempunyai
kekuatan sebagai dalil hukum, maka hadits pun mempunyai kekuatan hukum untuk
dipatuhi. Kekuatan hadits sebagai sumber hukum ditentukan oleh dua
segi: pertama, dari segi kebenaran materinya dan kedua dari segi kekuatan
penunjukannya terhadap hukum. Dari segi kebenaran materinya kekuatan hadits
mengikuti kebenaran pemberitaannya yang terdiri dari tiga tingkat, yaitu: mutawatir,
masyhur, dan ahad sebagaimana dijelaskan diatas.
2. Mengenai larangan nabi kepada sahabatnya untuk tidak mencatat hadits-haditsnya
sebagaimana riwayat yang diterima dari Abu Sa’id al-Khudri, Abu Hurairah, dan Zaid
bin Tsabit yang tercantum dalam Taqyid al-Ilm, karya Ibnu Abdul Barr yang berbunyi
ال تكتبوا عني ومن كتب عني غير القرآن فليمحه
“Janganlah kalian menulis dari ku, dan barangsiapa yang telah menulis dari ku
selain al Quran maka hapuslah”.3
“Dahulu aku menulis semua yang aku dengar dari Rasulullah karena aku ingin
menghafalnya. Kemudian orang orang Quraisy melarangku, mereka berkata,
“Engkau menulis semua yang kau dengar dari Rasulullah? Dan Rasulullah adalah
seorang manusia, kadang berbicara karena marah, kadang berbicara dalam keadaan
lapang”. Mulai dari sejak itu akupun tidak menulis lagi, sampai aku bertemu dengan
Rasulullah dan mengadukan masalah ini, kemudian beliau bersabda sambil
menunjukkan jarinya ke mulutnya, “tulislah! Demi yang jiwaku ada di tanganNya,
tidak lah keluar dari mulutku ini kecuali kebenaran”.4
Dua hadits di atas menjelaskan bahwa Rasulullah pernah melarang penulisan hadits,
dan membolehkan penulisan hadist. Para ulama Rabbani mereka mempunyai
pendapat akan dua hadits tersebut:
Pendapat pertama : mereka menjamak semua hadits pelarangan dan pembolehan,
dan berpendapat bahwa Rasulullah melarang penulisan hadits karena beberapa sebab
diantaranya,
Pelarangan penulisan hadits terjadi jika hadits di tulis dalam lembaran yang
sama bersama Al Quran.5
Pelarangan penulisan hadits terjadi saat wahyu Al Quran masih turun, karena
Nabi takut tercampurnya Al Quran dengan hadist.6
Pelarang penulisan hadits terjadi karena Nabi takut kaum muslimin akan sibuk
terhadap hadist melebihi kesibukkannya terhadap Al Quran.7
Pelarangan penulisan hadits dikhususkan untuk yang mempunyai hafalan yang
kuat, dan di bolehkan jika tidak memiliki hafalan yang kuat.8
Pendapat kedua : Ulama berpendapat bahwa hadits-hadits tentang pelarangan
penulisan hadits tidak ada yang shohih, karena menurut sebagian para Ulama hadist