Anda di halaman 1dari 3

A.

Ringkasan Artikel Dokumen dalam L/C

Dalam artikel ini penulis menggunakan metode hukum normatif dengan pengkajian
berdasarkan bahan-bahan hukum dari literatur. Fokus penelitian adalah pada “Bill of Lading”
(B/L) atau konosemen, sebuah dokumen pengapalan penting yang berfungsi sebagai tanda
terima barang yang dimuat ke kapal laut, bukti kepemilikan barang, dan bukti perjanjian
pengangkutan barang melalui jalur laut. Konosemen memiliki beberapa peran penting dalam
aktivitas ekspor-impor, seperti tanda bukti penerimaan barang, bukti kepemilikan barang, dan
bukti kontrak pengangkutan. Dokumen ini juga merupakan salah satu persyaratan dalam
penarikan Letter of Credit. Untuk sah, konosemen harus memenuhi beberapa syarat, seperti
dikeluarkan dan ditandatangani oleh pengangkut, mencantumkan pernyataan bahwa
pengangkut telah menerima sejumlah barang dan akan mengangkut barang tersebut sesuai
dengan persyaratan penyerahan.

Konosemen memiliki enam fungsi utama:


1. tanda terima penyerahan barang,
2. kontrak penyerahan barang,
3. bukti kepemilikan barang,
4. perlindungan atas barang yang diangkut,
5. kuitansi uang tambang, dan
6. tanda bukti lawan.
Selain itu, juga ada beberapa jenis dan bentuk konosemen, dan setiap jenis memiliki peran
dan fungsi tertentu dalam perdagangan internasional.

Dalam menangani Bill of Lading, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti
menerima Bill of Lading langsung dari maskapai pengapalan, mencocokkan Bill of Lading
dengan invoice dan Letter of Credit, dan memastikan tanggal Bill of Lading tidak melewati
batas tanggal pengapalan. Bill of Lading juga harus cocok dengan Letter of Credit tentang
pelaksanaan pembayaran. Secara keseluruhan, konosemen memainkan peran penting dalam
aktivitas ekspor-impor sebagai bukti kepemilikan barang dan bukti kontrak pengangkutan.
B. Ringkasan Artikel Prosedur Penerapan B/L

Dalam perdagangan, penjual dan pembeli memiliki hak dan kewajiban


masing-masing. Penjual berkewajiban menyerahkan barang yang telah diperjanjikan dan
berhak menerima pembayaran atas barang tersebut. Sebaliknya, pembeli berkewajiban
membayar harga barang dan berhak menuntut penyerahan barang dari penjual. Dalam
perdagangan ekspor-impor, penjual (eksportir) dan pembeli (importir) seringkali memiliki
kepentingan yang bertolak belakang terkait cara pembayaran. Eksportir biasanya ingin
menerima pembayaran sebelum mengirimkan barang, sementara importir lebih senang
melakukan pembayaran setelah menerima barang. Hal ini pada dasarnya menyangkut
masalah kepercayaan antar pihak, risiko, dan nilai uang. Eksportir umumnya enggan
menyerahkan barang sebelum ada kepastian atau keyakinan bahwa pembayaran akan
diterima. Sebaliknya, importir enggan melakukan pembayaran sebelum ada kepastian atau
keyakinan bahwa barang akan diterima atau diserahkan. Oleh karena itu, selalu diupayakan
bagaimana agar hubungan pembayaran dapat berjalan lancar dan memuaskan semua pihak,
sehingga transaksi perdagangan ekspor-impor dapat berjalan dengan baik.

Letter of Credit (L/C) adalah dokumen pembayaran yang dapat menunjang kelancaran
perdagangan ekspor-impor di Indonesia. Dalam sistem pembayaran ini, terdapat beberapa
pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pihak langsung meliputi:
1. Pembeli (importir), yang memohon pembukaan L/C dari bank untuk keperluan
penjual (eksportir).
2. Penjual (eksportir), yang menerima pembukaan L/C dan berhak menarik uang dari
dana L/C.
Bank, yang meliputi:
1. Opening Bank/Issuing Bank, yakni bank devisa yang diminta bantuannya oleh
importir untuk membuka suatu L/C untuk keperluan eksportir.
2. Advising Bank, yakni bank yang memberitahukan/meneruskan L/C dan menegaskan
kebenaran/otentikasi dari L/C tersebut kepada eksportir.
3. Paying Bank, yakni bank yang namanya disebutkan dalam L/C sebagai pihak yang
melakukan pembayaran kepada eksportir asalkan dokumen-dokumen sesuai dengan
syarat-syarat L/C.
4. Negotiating Bank, biasanya bank yang namanya disebutkan dalam L/C sebagai pihak
yang melakukan negosiasi.

Pihak-pihak tidak langsung meliputi perusahaan pelayaran/perkapalan, Bea dan


Cukai/Pabean, perusahaan asuransi, badan-badan pemeriksa atau SGS/Perwakilan Sucofindo
(khusus Indonesia), dan badan-badan penelitian lainnya. Dalam pemberian L/C, bank-bank
koresponden di luar negeri haruslah bank-bank yang sudah dikenal atau yang memiliki
reputasi. Rule of Game dalam pemberian L/C juga harus ditegakkan secara murni terhadap
siapapun juga tanpa harus melihat siapa di belakang mereka. Hal ini penting untuk menjamin
kelancaran dan keberhasilan transaksi perdagangan ekspor-impor.

Anda mungkin juga menyukai