Anda di halaman 1dari 4

Nama : Zakky Muharrir

NPM : 2103101010173
MK : Hukum Penanaman Modal 03

Istilah ”Corporate Governace” pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury


Committee di tahun 1992 dalam laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai
Cadbury Report dan merupakan titik balik (turning point) yang sangat menentukan
bagi praktik corporate governance di seluruh dunia. Cadbury Committee (1992)
mengemukakan bahwa corporate governance diartikan sebagai sistem yang berfungsi
untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Forum of Corporate Governance
for Indonesia-FCGI (2001) mengemukakan bahwa corporate governance adalah
seperangkat peraturan yang mengatur hubungan (dengan kata lain sebagai sistem yang
mengendalikan perusahaan) antara pemegang saham, pengurus (pengelola)
perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan
internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka
atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan.
Dapat disimpulkan bahwa corporate governance itu adalah suatu sistem,
proses dan seperangkat peraturan yang dibangun untuk mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan sehingga tercipta tata hubungan yang baik, adil dan
transparan di antara berbagai pihak yang terkait dan memiliki kepentingan
(stakeholder) dalam perusahaan. Pihak-pihak terkait dimaksud terdiri atas pihak
internal yang bertugas mengelola perusahaan dan pihak eksternal yang meliputi
pemegang saham, kreditur dan lain-lain.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) telah
mengembangkan seperangkat prinsip-prinsip good corporate governance dan dapat
diterapkan secara luwes (fleksibel) sesuai dengan keadaan, budaya, dan tradisi di
masing-masing negara. Prinsip-prinsip yang dimaksud terdiri dari : 1) Fairness, 2)
Transparency, 3) Accountability, dan 4) Responsibility.
1. Fairness (Kewajaran/Keadilan). Prinsip ’Kewajaran atau Keadilan’ ini
merupakan keadilan dan kesetaraan didalam memenuhi hak-hak stakeholders
yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Prinsip fairness ini juga dapat diartikan sebagai upaya dan tindakan yang
tidak membeda-bedakan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders)
terhadap organisasi atau perusahaan terkait.
2. Transparency (Transparansi). Keputusan Menteri Negara BUMN No. Kep-
117/M-MBU/2002 mengartikan transparansi sebagai keterbukaan dalam
melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam
mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Jadi dalam
prinsip ini, para pemegang saham haruslah diberi kesempatan untuk berperan
dalam pengambilan keputusan atas perubahan-perubahan mendasar dalam
perusahaan dan dapat memperoleh informasi yang benar, akurat, dan tepat waktu
mengenai perusahaan.
3. Accountability (Akuntabilitas). Akuntabilitas dapat diartikan sebagai
kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban organ sehingga
pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. OECD menyatakan bahwa
prinsip ini berhubungan dengan tersedianya sistem yang mengendalikan
hubungan antara organorgan yang ada dalam perusahaan.
4. Responsibility (Pertanggungjawaban). OECD menyatakan bahwa prinsip
tanggung jawab ini menekankan pada adanya sistem yang jelas untuk mengatur
mekanisme pertanggungjawaban perusahaan kepada shareholder dan stakeholder.
Hal ini dimaksudkan agar tujuan yang hendak dicapai dalam good corporate
governance dapat direalisasikan, yaitu untuk mengakomodasikan kepentingan
dari berbagai pihak yang berkaitan dengan perusahaan seperti masyarakat,
pemerintah, asosiasi bisnis, dan sebagainya.
Di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (“UU PT”) tidak ditemukan pengertian GCG, tetapi banyak diatur di dalam
peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) karena OJK
melakukan fungsi pengawasan terhadap perusahaan terbuka dan perusahaan yang
bergerak di bidang jasa keuangan yang memerlukan tingkat kepatuhan terhadap
hukum yang tinggi. Salah satu peraturan yang baru adalah Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 73/POJK.05/2016 Tahun 2016 tentang Tata Kelola Perusahaan
yang Baik Bagi Perusahaan Perasuransian (“POJK 73/2016”). Dalam Pasal 1 angka
25 POJK 73/2016 diberikan pengertian GCG bagi perusahaan perasuransian sebagai
berikut:
“Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Perasuransian yang
selanjutnya disebut Tata Kelola Perusahaan Yang Baik adalah struktur dan
proses yang digunakan dan diterapkan organ Perusahaan Perasuransian
untuk meningkatkan pencapaian sasaran hasil usaha dan mengoptimalkan
nilai Perusahaan Perasuransian bagi seluruh pemangku kepentingan khususnya
pemegang polis, tertanggung, peserta, dan/atau pihak yang berhak memperoleh
manfaat secara akuntabel dan berlandaskan peraturan perundang-undangan serta
nilai-nilai etika”.
Dengan meningkatnya persaingan yang ketat untuk memperoleh modal,
kecenderungan saat ini, lebih banyak di titik beratkan pada pelaksanan Good
Corporate Governance yang efektif. Pelaksanaan Good Corporate Governance yang
sungguh-sungguh menjadi sangat vital bagi dunia usaha. Terutama untuk tujuan-
tujuan :
a. Meningkatkan kemampuan bersaing mendapatkan modal dipasar global.
b. Mengurangi risiko perubahan yang bersifat tiba-tiba dan mendorong
penanaman modal jangka panjang.
c. Memperkuat sektor finansial.
d. Memajukan manajemen yang bertanggung jawab dan kinerja finansial yang
solid.
Good Corporate Governance mempunyai 5 tujuan utama yaitu :
a. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham;
b. Melindungi hak dan kepentingan stakeholders lainnya;
c. Meningkatkan nilai saham dan perusahaan;
d. Meningkatkan kinerja Dewan Komisaris dan Manajemen;
e. Meningkatkan mutu hubungan Dewan Komisaris dan Manajemen.

Kesimpulannya, praktik Good Corporate Governance (GCG) sangat penting


karena dapat mengarahkan dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan tata
hubungan yang baik, adil, dan transparan antara berbagai pihak terkait. Corporate
governance didefinisikan sebagai sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan, serta pemegang kepentingan lainnya. Prinsip-prinsip GCG
yang dikembangkan oleh OECD, yaitu fairness, transparency, accountability, dan
responsibility, menjadi dasar untuk menciptakan tata kelola yang baik. Selain itu,
undang-undang dan peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga pengawas seperti OJK
juga menegaskan pentingnya GCG dalam menjaga kepatuhan terhadap hukum dan
nilai-nilai etika. Implementasi GCG yang efektif diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan bersaing perusahaan, mengurangi risiko, memperkuat sektor finansial,
serta meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan. Tujuan utama GCG termasuk
melindungi hak dan kepentingan pemegang saham dan stakeholders lainnya,
meningkatkan nilai perusahaan, serta meningkatkan kinerja dan hubungan antara
dewan komisaris dan manajemen.

Anda mungkin juga menyukai