Anda di halaman 1dari 23

TATA CARA PENELITIAN DAN PELAPORAN KECELAKAAN KAPAL

7.1. PERSIAPAN TIM

Pemberitahuan dari suatu kecelakaan dapat masuk kepada peneliti dalam


beberapa cara, mungkin dalam suatu pesan dari pemilik kapal, mungkin juga
langsung dari kapal, atau dapat juga dari media massa, mungkin oleh
pemberitahuan dari suatu pelabuhan atau mungkin pula dari suatu Radio
Communication Center (RCC). Bagaimanapun saat pemberitahuan tiba, dan
mengumpamakan peristiwa memerlukan satu penelitian, ada sejumlah tindakan
yang perlu dilakukan segera. Tidak semua dari tindakan akan diperlukan dalam
semua kasus tetapi yang berikut ini adalah suatu daftar panduan dengan asumsi
terjadi suatu peristiwa kecelakaan yang cukup serius:

a. Pada Direktorat Keselamatan Transportasi Darat.


1) Mengangkat peneliti atau membentuk satu tim peneliti sesuai dengan
keseriusan tingkat kecelakaan.
2) Menghubungi pemilik, manajer, penguasa pelabuhan dan pihak-pihak
terkait lainnya untuk menginformasikan bahwa peneliti sedang dalam
perjalanan dan membutuhkan kerjasama mereka. Jika mungkin
menginformasikan nama peneliti atau tim peneliti yang akan bertugas
lengkap dengan rencana perjalanan mereka.
3) Menghubungi para petugas pemadam kebakaran, unit gawat darurat,
polisi airud dan lain sebagainya yang mungkin terlibat dalam kegiatan
penanganan kecelakaan dan menginformasikan mereka tentang
penelitian yang akan dikerjakan dan mencari kesempatan untuk
berkerjasama dengan mereka khususnya untuk menemukan barang
bukti dari peristiwa kecelakaan yang terjadi.
4) Menghubungi pihak-pihak lain yang "mungkin tertarik" dan perlu
dilibatkan dengan maksud untuk melakukan suatu penelitian yang
bersifat kerjasama antar negara. Kondisi ini biasanya terjadi pada
kecelakaan kapal yang melibatkan kapal berbendera asing.
5) Jika peristiwa kecelakaan cukup serius, siapkan suatu keterangan pers
awal dan jadikan seseorang dengan pengalaman yang baik untuk
berhadapan dengan media massa.

b. Di Lokasi Penelitian (Regu Peneliti).


1) Bertemu dengan wakil dari pihak-pihak yang terkait dengan kecelakaan.
2) Membuat suatu ikhtisar awal dari sudut pandang kapal dan
mendapatkan suatu gambaran yang jelas tentang peristiwa kecelakaan
dari suatu pendekatan tertentu. Mengambil foto/video secepat mungkin
sebelum tempat kejadian perkara terganggu (TKP). Sering seorang
nakhoda kapal langsung membuat laporan yang ditujukan kepada
pemilik guna memberikan suatu pandangan dari peristiwa kecelakaan
secepatnya.
3) Menyusun pengaturan tertentu untuk menjaga TKP kecelakaan dan
untuk menjaga akses kendali jika mungkin, terutama sekali jika
kecelakaan melibatkan kepemilikan pihak ketiga.
4) Menyusun pengaturan untuk dasar wawancara yang obyektif, dimana
peneliti dapat mewawancarai para saksi dan atau menggunakan untuk
pengarahan singkat dan diskusi di antara mereka sendiri. Fasilitas
telepon dan faks, dan jika mungkin mesin fotokopi, fasilitas akses data
dan komputer, akan diperlukan di kasus yang paling serius.
Dalam suatu kecelakaan yang serius, akan ada kebutuhan untuk
membangun Pusat Pengendalian (command center) dimana regu
peneliti mempunyai fasilitas untuk mewawancarai banyak saksi,
sejumlah barang bukti fisik yang kuat, dan melaksanakan pertemuan-
pertemuan pengarahan singkat bagi kalangan peneliti sendiri. Sebuah
ruangan diperlukan untuk mewadahi kegiatan Pusat Pengendalian
dengan dilengkapi fasilitas komunikasi , khususnya saluran telpon
tersendiri.
5) Membuka akses ke para saksi lokal, pandu, operator, agen kapal,
anggota masyarakat, buruh pelabuhan dan lain-lain jika mereka
diperlukan untuk memperoleh informasi yang menyeluruh disamping
barang bukti lainnya. Jika pejabat seperti pandu misalnya agak
berkeberatan untuk diajak bekerja-sama, maka dapat meminta bantuan
syahbandar selaku pemegang otoritas tertinggi di pelabuhan untuk
memaksa bekerjasama dengan pihak-pihak yang dianggap terkait yang
berada di bawah pengaruhnya.

c. Penilaian Awal dari Barang Bukti yang Tersedia.


Di setiap kasus kecelakaan, misalnya dari kasus kapal tenggelam saat peneliti
dapat menjangkau kapal mungkin setelah kapal diapungkan kembali, atau
dari kasus kapal terbakar di seluruh bagian saat peneliti tiba akan ada
kebutuhan untuk mendapat bukti awal secepat mungkin. Apapun
keadaannya, perjalanan waktu akan melemahkan barang bukti yang tersedia.
Sebab bagaimanapun juga peneliti tidak terlibat langsung pada saat kapal
mulai tenggelam atau kapal mulai terbakar. Dan saat peneliti datang, para
saksi potensial sudah tidak berada ditempat, barang bukti sudah rusak,
dokumen-dokumen dikumpulkan oleh berbagai orang dari instansi yang
berbeda, dan daya ingat para saksi yang ada sudah mulai memudar karena
satu dan lain hal.
Barangkali yang lebih penting bagi para saksi dan mereka yang terlibat
adalah proses rekoleksi rasional dari peristiwa yang terjadi dan, tanpa
maksud untuk mengada-ada, cenderung terjadi pertukaran informasi di
antara mereka sehingga setiap orang melakukan penyesuaian tehadapi fakta
yang diingat saat mereka berbicara satu sama lain. Mungkin timbul
spekulasi, yang pada gilirannya, cenderung mewarnai dan merubah daya
ingat masyarakat tentang peristiwa kecelakaan tadi.
Hal tersebut merupakan kondisi yang tidak diharapkan, sehingga oleh sebab
itu penting bagi peneliti untuk segera mengumpulkan suatu ikhtisar secepat
mungkin dan kemudian merencanakan arah dan ruang lingkup penelitian
untuk mengurangi resiko kerusakan barang bukti dan bias informasi dari para
saksi tadi.
Dalam berbagai kesempatan, sumber awal yang paling bermanfaat untuk
mendapatkan informasi adalah staf senior kapal. Seketika setelah peristiwa
terjadi, mereka sudah membuat garis besar laporan ke pemilik kapal, atau
sedikitnya membuat masukan. Hal ini merupakan sifat alami para pelaut
untuk membuat laporan awal. Mereka sering memberikan gambaran yang
baik dari keseluruhan peristiwa, termasuk pemilihan waktu dan personil
yang dilibatkan.
Dalam kekosongan informasi semacam ini peneliti perlu mencari secepat
mungkin dari sumber apapun juga untuk memperoleh informasi awal.
Bersama dengan agen dan wakil pemilik, jika sesuai, peneliti perlu
menetapkan prioritas untuk mewawancarai saksi dan mengumpulkan barang
bukti serta membuat suatu rencana dasar yang dapat menangkap informasi
sebaik mungkin.
Perlu disadari bahwa peneliti tidak akan segera tiba di lokasi kecelakaan
kapal, biasanya sampai beberapa hari setelah kecelakaan terjadi. Hal ini jelas
merupakan kendala yang sering dihadapi dalam melakukan penelitian
kecelakaan kapal, kecuali jika kapal mengalami kerugian yang fatal sehingga
semua kendali dan peralatan akan dipindahkan atau digunakan pada saat
perbaikan kapal agar kapal kembali bisa beroperasi lagi. Pimpinan yang
menugaskan tim peneliti dapat menekankan kepada semua anggota tim
untuk memelihara barang bukti sejauh mungkin.

Pada kasus kecelakaan kapal yang serius akan terjadi persamaan pendapat
untuk memelihara barang bukti, kemudian mempertimbangkan untuk
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Memindahkan orang dari lokasi kejadian , tidak termasuk personil
tanggap darurat.
2) menyiapkan penjaga kawasan dan mengunci gerbang dan pintu.
3) menempatkan petugas pemberi tanda peringatan bahaya.
4) memanfaatkan personil keamanan untuk mengendalikan akses.

Sepenting kesan awal dari peristiwa kecelakaan adalah "menelusuri secara


seksama" lokasi kecelakaan itu. Dalam beberapa hal ini menjadi satu-satunya
kesempatan terbaik bagi peneliti untuk menilai lokasi sebelum terganggu
oleh orang lain dan ini merupakan kesempatan yang harus diambil untuk:
1) memotret peristiwa sebagaimana adanya secara menyeluruh.
2) membuat catatan, diagram dan sketsa, terutama dari barang bukti yang
mudah rusak, penempatan dari peralatan darurat, luas dari kerusakan
dan lain-lain. Sangat berguna untuk membawa alat perekam kecil dan
merekam suara catatan untuk kemudian dibuat transkrip saat berjalan
berkeliling melihat kondisi kapal dan lingkungan sekitarnya.
3) merekam secara persis apa tanggapan dari petugas tanggap darurat.

7.2. MEKANISME KOORDINASI

Adalah mutlak bahwa di kecelakaan apapun akan ada pihak-pihak yang


berkepentingan lain yang terlibat. Tentu saja banyaknya pihak yang terlibat
tergantung dari serius atau kurang seriusnya kasus kecelakaan yang terjadi. Di
kecelakaan yang cukup serius dimana terdapat korban jiwa, pihak keluarga
korban akan cenderung meminta mempercepat penelitian. Sementara pihak
lainnya, belum tentu bertindak sama. Di kasus yang kurang serius mereka akan
mencari perlindungan diri mereka sendiri atau melindungi posisi klien mereka.
Dengan mengabaikan penelitian kecelakaan, akan ada proses pengadilan yang
melibatkan pihak-pihak yang terlibat, sehingga masing-masing pihak ingin
melindungi posisi masing-masing.. Dalam konteks seperti ini peneliti akan
berhadapan dengan semua atau sebagian dari:
a. Tenaga ahli yang ditugaskan oleh pihak asuransi kapal.

b. Para pengacara yang mewakili pemilik muatan.

c. Surveyor yang ditugaskan oleh pemilik muatan.

d. Para pengacara yang mewakili pemilik dan awak kapal.

Semua ini adalah sebagai tambahan terhadap pejabat pelabuhan dan dinas
darurat siapapun yang mungkin hadir.

Di suatu peristiwa kecelakaan, terutama satu kecelakaan yang bukan bencana


besar, para wakil ini semua akan mencari perlindungan untuk kepentingan klien
mereka masing-masing. Ketika semua rusak, terutama muatan rusak, pemilik
akan menyadari bahwa di masa datang, ia akan menghadapi proses pengadilan
menyangkut klaim asuransi dan muatan, dan selagi pihak lain ini sibuk
mengamankan kepentingan mereka, mereka pun biasanya akan menangguhkan
penelitian di kasus yang utama, atau di mana telah ada korban jiwa, di kasus yang
lain mereka akan dengan aktif mengejar penyebab yang berkaitan dengan
kepentingan mereka sendiri.

7.3. PERLINDUNGAN BARANG BUKTI

Ada tiga jenis bukti: material/fisik, manusia (melalui wawancara atau pernyataan
para saksi yang didapat) dan dalam bentuk dokumen (termasuk media fotografis,
dokumen portofolio kelaikan kapal, sertifikasi kapal dan awak, rekaman
percakapan, dan lain sebagainya).
Bukti fisik meliputi benda padat, cairan, atau gas. Bukti dalam bentuk dokumen
meliputi semua dokumentasi yang dikembangkan oleh peneliti seperti halnya
pekerjaan tulis menulis kecelakaan yang terkait (dapat berbentuk data
elektronik) seperti bagan, buku pencatat kejadian, instrumen gambar, pekerjaan
menggambar, bagan, analisis rancang-bangun, informasi penjual, surat menyurat,
hasil cetak data komputer dan perangkat lunak komputer, terutama sekali yang
dibuat oleh personil yang terlibat seperti buku catatan ruang mesin/motor dan
anjungan.
a. Bukti Fisik.
Kebanyakan bukti fisik dapat ditinggalkan utuh pada suatu peristiwa
kecelakaan untuk menunggu penelitian lebih lanjut. Beberapa bukti mungkin
ada yang mudah rusak dan harus dipindahkan dengan cepat dan dipelihara
(contohnya cairan tertentu yang mungkin memerlukan analisa unsur perlu
untuk dikumpulkan dengan cepat dan disegel agar saat analisa yang berikut
isinya tidak berubah. Demikian juga untuk cairan yang mudah menguap atau
diserap perlu untuk dikumpulkan dengan cepat. Beberapa bukti fisik
mungkin telah dipindahkan atau diungsikan dari lokasi kecelakaan sebagai
tanggapan gawat darurat dan peneliti harus sadar akan hal ini. Suatu awal
pertanyaan untuk diarahkan pada personil tanggap gawat darurat adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan material apapun yang mungkin
telah mereka pindahkan selama melaksanakan pekerjaan mereka.
Karena bukti fisik sungguh perlu untuk dijaga dan dilindungi, sehingga
peneliti perlu merekam, menempatkan bukti-bukti, menggambar sketsa,
memotret atau membuat video sesuai dengan kebutuhan.
Bukti yang dikumpulkan perlu untuk disimpan dan memelihara integritasnya
setelah dikumpulkan, dalam hal ini peneliti perlu memastikan:
1) bahwa bukti disimpan dalam suatu tempat (wadah) yang aman yang
menjamin tidak akan terjadi perubahan wujud, warna dan bau;
2) dalam tempat (wadah) tersebut dibuat catatan tentag jenis barang bukti,
jumlah, tanggal pengambilan, dan catatan lain yang penting sehingga
terdokumentasi dengan jelas, termasuk pihak-pihak yang mempunyai
akses ke barang bukti tersebut.
Catatan: Peneliti harus konservatif dalam memutuskan materi apa yang
merupakan "barang bukti". Adalah mudah untuk membuang sesuatu yang
"tidak bermanfaat" tetapi hampir mustahil untuk mengumpulkan kembali
materi yang "tidak bermanfaat".
b. Bukti Manusia.
Bukti manusia juga memerlukan perlindungan. Daya ingat manusia tentang
peristiwa-peristiwa, seperti bukti fisik, cenderung mengalami penurunan dari
waktu ke waktu dan merekam daya ingat secepatnya langsung setelah
peristiwa terjadi cenderung akan menghasilkan catatan yang lebih akurat
dibanding dikumpulkan kemudian. Semua saksi yang mengalami kecelakaan
apapun cenderung untuk menjelaskan peristiwa secara alami dan "masuk
akal", sementara awak kapal akan secara alami berdiskusi satu dengan yang
lainnya sehingga pertimbangan penyebabnya cenderung bias. Kondisi ini
membawa ke arah jawaban yang tendensius yang tanpa disadari bertukar-
tukar prioritas dan pentingnya fakta tertentu yang mereka sudah saksikan.
Perlindungan terhadap persoalan tersebut dapat dilakukan dengan
menyaring secara berhati-hati melalui pertanyaan tetapi jauh lebih baik
dengan cara mengumpulkan bukti manusia secepat mungkin. Hal ini
mestinya tidak menghalangi kesempatan untuk mewawancarai tentang hal
yang sama di kemudian hari.
Agar dengan cepat mengidentifikasi para saksi kunci dan mengumpulkan
pernyataan mereka, sebab pernyataan awal adalah sering lebih akurat dan
mempunyai kredibilitas yang lebih besar dibanding yang dibuat kemudian.
Orang-orang lain seperti petugas tanggap darurat, anggota masyarakat,
orang yang tiba di lokasi tidak lama sesudah terjadi kecelakaan dan orang-
orang lain yang boleh jadi mampu menyediakan informasi harus turut
diidentifikasi untuk suatu waktu diminta keterangan. Jika keadaan mencegah
regu peneliti untuk mengambil semua pernyataan dari para saksi dengan
seketika, maka nama-nama dan kontak detil para saksi harus direkam
sedemikian rupa sehingga mereka mungkin dihubungi kemudian.
Akses kepada karyawan pemilik, anak buah kapal, umumnya dilindungi oleh
pemilik dan para pengacaranya, tetapi para pengacara pada umumnya
mempunyai yurisdiksi atau hak untuk melakukan wawancara lain di luar
peneliti sehingga memberikan keuntungan dalam mengumpulkan semua
bukti dan mengembangkan suatu gambaran dari peristiwa itu.

Tabel 7.1 Tipe Saksi yang Dianggap Mampu Memberi Pernyataan/Informasi Penting

Tipe Saksi Keterkaitannya Dengan Kecelakaan


Saksi Kunci Orang yang terlibat secara langsung dalam
kecelakaan atau yang mengalami cedera dari
kecelakaan (contohnya: Nakhoda, Pandu, ABK,
Penumpang dll.)
Saksi Mata Orang-orang yang tidak langsung
terlibat.Pengamat yang melihat kecelakaan terjadi
selama kecelakaan atau mengikuti perkembangan
kecelakaan.
Personil Tanggap Darurat Orang-orang yang datang segera ke lokasi
(Emergency response personnel) kecelakaan segera setelah kecelakaan terjadi dan
melakukan tindakan untuk menyelamatkan
korban jiwa, property dan lingkungan.
Saksi Potensial Lain Pejabat/Petugas pelabuhan,Karyawan perusahaan
pelayaran dan Anggota masyarakat lainnya.
Orang-orang yang terlibat dalam pengoperasian
kapal seperti pekerja shift yang sedang bertugas
pada saat kecelakaan terjadi, personel yang
bekerja di atas kapal/peralatan saat kapal
mengalami kecelakan.
Perancang kapal, ahli kebakaran, dan ahli-ahli
lainnya.

Untuk memastikan bahwa daftar para saksi potensial adalah lengkap, maka
perlu dibuat daftar inventarisasi untuk memudahkan dalam mengidentifikasi
orang-orang yang mungkin punya gambaran tentang peristiwa yang berguna
untuk ditanya kepada semua saksi pada setiap wawancara.
Cukup berguna bagi kita untuk bertanya pada saksi dengan cara membuat
suatu sketsa dari kecelakaan yang mengedepankan posisi-posisi saat
terjadinya peristiwa sehingga dapat menghasilkan konfirmasi bermanfaat
bagi penyusunan urutan kejadian dan dapat mengarahkan serta
memperlancar proses penelitian dari pada hanya sekedar mengandalkan
pernyataan-pernyataan saja.
Catatan: Ada sejumlah teknik-teknik wawancara, biasanya yang digunakan
dalam penelitian, seperti “wawancara informational dan diagnostik” yang
dapat bermanfaat di dalam mengumpulkan jumlah maksimum bukti dari
para saksi. Pelatihan di dalam teknik-teknik ini ada tersedia dan semua
peneliti perlu, dimana mungkin, mengenal teknik-teknik ini.

7.4. PELAKSANAAN PENELITIAN

Peneliti bertanggung jawab untuk memastikan bahwa analisis kejadian dilakukan


segera dengan menggunakan metode faktor sebab-akibat dan atau metoda-
metoda analisis lain, saat fakta-fakta awal tersedia. Hal ini membantu untuk
mengidentifikasi kesenjangan informasi awal, memandu proses pengumpulan
data dan mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang diperlukan bagi
wawancara.
Ketua tim peneliti perlu memonitor dan mendiskusikan kemajuan perkembangan
dengan para anggota untuk memastikan bahwa:
 Jika ada beberapa anggota di dalam regu, mereka semuanya bekerja secara
bersama untuk menghasilkan suatu hasil yang berkualitas;
 Jika analisis dan pengumpulan bukti ditugaskan pada individu atau
kelompok-kelompok yang terpisah, individu atau kelompok-kelompok tadi
harus saling berinteraksi secara teratur, dan terkoordinasi sehingga
memperkuat proses analisis dan memelihara fokus;
 Analisis bersifat iterative atau pengulangan (yaitu; berulang-ulang sehingga
setiap versi mendapatkan hasil tahap demi tahap yang lebih dekat pada hasil
akhir. Beberapa iterasi-iterasi bisa diperlukan sebagai informasi baru);
 Analisis diarahkan pada perhatian organisasi, sistem dan garis manajemen
yang dapat bermanfaat sebagai pendukung sebab kecelakaan;
 Faktor sebab-akibat, kesimpulan-kesimpulan dan penetapan keputusan
didukung oleh bukti;
 Fakta yang signifkan dan analisis tidak menghasilkan “jalan buntu”;
melainkan terhubung sebagai faktor-faktor sebab akibat.

a. Tahapan Penelitian dan Cakupan Fakta.


Metoda untuk pencarian fakta dalam suatu penelitian mencakup kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:

1) memeriksa lokasi;
2) mengumpulkan atau merekam bukti secara fisik;
3) mewawancarai para saksi dengan mempertimbangkan berbagai
perbedaan-perbedaan bahasa dan budaya;
4) meninjau ulang dokumen, prosedur dan catatan-catatan;
5) melaksanakan studi-studi khusus (menyangkut peralatan dan fisik kapal);
6) mengidentifikasi kesesuaian/ketidaksesuaian antar bukti yang
dikumpulkan;
7) mengidentifikasi informasi yang hilang; dan
8) merekam faktor-faktor tambahan dan faktor penyebab utama yang
mungkin.
Sasaran dari tahapan penelitian adalah untuk mengumpulkan fakta-fakta
yang mungkin dapat digunakan untuk memahami kecelakaan yang terjadi.
Cakupan tentang penelitian dapat dibagi menjadi lima bidang, yaitu :
1) orang.
2) lingkungan.
3) peralatan.
4) prosedur-prosedur.
5) organisasi.
Pada tahap awal penelitian, peneliti perlu mengarahkan upaya-upaya untuk
mengumpulkan dan merekam semua fakta yang penting dalam penentuan
penyebab kecelakaan. Peneliti harus sadar akan bahaya membuat
kesimpulan-kesimpulan terlalu awal tanpa dukungan data yang memadai.
Oleh sebab itu perlu direkomendasikan bahwa pencarian fakta pada tahap
awal penelitian harus dipisahkan dengan proses analisis itu sendiri. Sebab
analisis dapat dilakukan jika seluruh data yang diperlukan dapat dikumpulkan
sebagaimana yang diharapkan.

Informasi harus dibuktikan dimana mungkin. Pernyataaan-pernyataan yang


dibuat oleh para saksi yang berbeda dapat diuji silang agar dapat digunakan
sebagai bukti pendukung lebih lanjut. Untuk memastikan bahwa semua fakta
terbuka, pertanyaan-pertanyaan “Siapa ?, apa ?, Kapan ?, dimana ?,
mengapa ?, dan bagaimana ?" harus ditanyakan.

Gambar di halaman berikut ini menunjukkan sejumlah faktor-faktor yang


memilki dampak secara langsung ataupun tidak langsung pada perilaku
manusia dan pelaksanaan kinerja potensial.

Faktor Manusia Faktor Kapal

Lingkungan dan Elemen Manusia Kondisi Bekerja dan


Pengaruh Eksternal Kehidupan

Manajemen Organisasi di
Pelabuhan atas Kapal

Gambar 7.1: Faktor-faktor yang Berpengaruh Langsung/Tidak Langsung pada Perilaku


Manusia
b. Faktor Orang-orang
1) Kemampuan, keterampilan-keterampilan, pengetahuan (hasil dari
pelatihan dan pengalaman).
2) Kepribadian (kondisi mental, keadaan secara emosional).
3) Kondisi badan (kebugaran medis, narkoba dan alkohol, dan kelelahan).
4) Kegiatan sebelum kecelakaan.
5) Tugas-tugas yang dilakukan pada waktu kecelakaan terjadi.
6) Perilaku nyata pada waktu kecelakaan terjadi.
7) Sikap.

c. Organisasi di atas kapal


1) Bagian tugas-tugas dan tanggung-jawab.
2) Komposisi anak kapal (kompetensi – tingkatan).
3) Beban kerja/Kompleksitas tugas-tugas.
4) Waktu bekerja - waktu istirahat (jam).
5) Prosedur-prosedur dan peraturan tetap.
6) Komunikasi (internal dan eksternal).
7) Manajemen dan supervisi di atas kapal.
8) Organisasi pelatihan dan bimbingan di atas kapal.
9) Kerjasama termasuk manajemen sumber daya.
10) Perencanaan (pelayaran, muatan dan pemeliharaan).

d. Kondisi pekerjaan dan kehidupan


1) Tingkat automasi.
2) Perancangan kerja ergonomical, tempat tinggal dan rekreasi, dan
peralatan.
3) Ketercukupan kondisi kehidupan.
4) Peluang untuk rekreasi.
5) Ketercukupan dari makanan.
6) Tingkat gerakan kapal, vibrasi-vibrasi, menyembuhkan dan suara bising.
e. Faktor kapal
1) Desain.
2) Keadaan dari pemeliharaan.
3) Peralatan (ketersediaan dan keandalan).
4) Ciri-ciri yang termasuk pengamanan, menangani dan mempedulikan -
sertifikat-sertifikat.

f. Manajemen
1) Kebijakan di perekrutan.
2) Kebijakan keselamatan dan filsafat (kultur, sikap dan kepercayaan).
3) Manajemen kesanggupan untuk keselamatan.
4) Penjadwalan kala-kala cuti.
5) Kebijakan manajemen umum.
6) Penjadwalan pelabuhan.
7) Perubahan-perubahan dan persetujuan-persetujuan industri dan/atau
sesuai kontrak.
8) Komunikasi kapal.
9) Pengaruh dan lingkungan.
10) Kondisi-kondisi cuaca dan laut.
11) Densitas lalu lintas.
12) Pemilik kapal, perwakilan organisasi-organisasi dan para pelaut.
13) Regulasi-regulasi, survei-survei dan inspeksi-inspeksi (internasional,
nasional, pelabuhan, klasifikasi, dll).

g. Analisis
Begitu fakta-fakta dikumpulkan, mereka perlu untuk dianalisa untuk
membantu menetapkan urutan dari kejadian di dalam kejadian, dan untuk
[menggambar/menarik] kesimpulan-kesimpulan tentang defisiensi
keselamatan yang terbongkar(terbuka oleh penyelidikan). Analisis adalah
suatu keaktifan yang ditertibkan bahwa mempekerjakan logika dan memberi
alasan untuk membangun suatu jembatan antara informasi faktual dan
kesimpulan-kesimpulan.
Pertama masuk analisis untuk meninjau ulang informasi faktual itu untuk
memperjelas apakah relevan atau tidak, dan untuk memastikan informasi
itu melengkapi. Dengan demikian, proses ini dapat memberi bimbingan
kepada penyelidik seperti penyelidikan tambahan yang perlu untuk
dilaksanakan. Di dalam praktek penyelidikan normal, kesenjangan; celah;
jurang di dalam informasi bahwa tidak bisa dipecahkan biasanya ditimbuni
oleh ekstrapolasi logis dan anggapan-anggapan layak.
Meskipun upaya terbaik, analisis mungkin tidak menjurus kepada
kesimpulan-kesimpulan yang dipastikan. Di dalam kasus-kasus ini, semakin
banyak mungkin hipotesa harus diperkenalkan.

7.5. PELAPORAN

Ada 2 (dua) aspek yang perlu diperhatikan dalam penyusunan laporan yang harus
diperhatikan, pertama menyangkut pelaporan aktual dari peristiwa kecelakaan,
dan kedua adalah untuk memenuhi persyaratan dari Regulasi I/21 SOLAS dan
Articles 8 dan 12 konvensi MARPOL yang menyatakan bahwa setiap penelitian
kecelakaan kapal yang terjadi diwajibkan untuk memberikan informasi dari
temuan penelitian kecelakaan kapal sebagaimana yang dimaksud, kepada IMO.

a. Laporan Aktual.
Code memperkenalkan (Alinea 14) sebagai suatu bagan laporan dasar. Bagan
ini adalah logis dan membantu mengembangkan suatu laporan yang
terstruktur. Namun bukan berarti harus menjadi patokan yang ketat, variasi
bentuk sangat mungkin dimunculkan, tetapi apa pun bentuk laporan akhir
yang dihasilkan oleh regu penelitian perlu berisi pokok-pokok sebagai
berikut:
1) Ringkasan.
Bagian ini menguraikan secara singkat fakta-fakta dasar kecelakaan yang
menyatakan apakah ada kematian, luka-luka atau pencemaran sebagai
akibat dari kecelakaan. Berisi kesimpulan-kesimpulan utama dalam
bentuk ringkasan.
2) Fakta Detil.
Bagian ini termasuk identitas kapal, bendera kapal, pemilik, para
manajer, klasifikasi kelompok saksi dan masyarakat, detil kapal: tipe
ukuran, mesin penggerak, anak buah kapal dan lain-lain.
3) Naratif Berdasar Fakta.
Bagian ini menerangkan dengan jelas kenyataan yang terjadi tentang
kecelakaan. Perlu secara tegas memisahkan kenyataan yang terjadi dari
kesimpulan-kesimpulan dan anggapan-anggapan. Bagian itu perlu untuk
ditulis dengan penuh perhatian dan hanya berdasar pada fakta-fakta.
Akan ada kondisi yang tidak terelakkan yaitu kesenjangan data tetapi
peneliti perlu menghindari dan mengisi kesenjangan hal ini dilakukan
dalam bagian analisis. Setiap pembaca harus bisa menetapkan dari
bagian ini persisnya kejadian apa yang dibentuk secara pasti dalam
urutan waktu yang cukup.
4) Analisis dan Komentar.
Di dalam bagian ini, peneliti bebas untuk mengambil fakta-fakta dari
Bagian 3, dan menganalisis fakta-fakta, menambahkan analisis dari
tenaga ahli dan menggambarkan secara bersama-sama dari fakta-fakta
yang berbeda untuk menjangkau kesimpulan-kesimpulan yang didukung
oleh penyebab-penyebab di balik kecelakaan. Argumentasi dasar di balik
masing-masing kesimpulan perlu diperkenalkan di dalam bagian ini dan
masing-masing kesimpulan perlu untuk menggambarkan pada fakta-
fakta dan menunjukkan dasarnya. Adalah selalu mungkin bahwa peneliti
yakin dari beberapa unsur-unsur tetapi penelitian itu tidak dapat
menemukan fakta-fakta yang cukup untuk membuktikan unsur-unsur
tersebut.
Dalam bagian ini diizinkan untuk menyatakan ekspresi-ekspresi seperti
“pada keseimbangan kemungkinan-kemungkinan berikut, untuk
menyimpulkan alasan untuk ..” dapat digunakan saat tidak ada alternatif
dan menyediakan bukti dan analisis teknikal yang mengarahkan kepada
pencapaian kesimpulan. Bagian itu perlu berakhir dengan satu set
bentuk derivasi analisis dan mencatat di mana kesimpulan-kesimpulan
itu dicapai oleh argumentasi tanpa bukti yang pasti.
5) Analisis dari Unsur-unsur Kecelakaan.
Suatu bagian, atau bagian-bagian, analisis dan menafsirkan unsur-unsur
penyebab, kedua-duanya mekanikal dan manusia. Komentar-komentar
yang serupa berlaku bagi bagian ini seperti halnya bagian yang
terdahulu.
6) Rekomendasi.
Satu berkas rekomendasi menunjukkan keadaan kapal, Pemilik, Anak
Buah kapal, dan lain-lain seperti yang sesuai dan berasal dari
kesimpulan-kesimpulan analisis yang menyarankan setiap perubahan-
perubahan untuk mencegah kecelakaan bisa kembali terjadi lagi.

b. Laporan-laporan ke IMO.
Ada satu kewajiban timbul dari Regulasi I/21 SOLAS untuk setiap negara
untuk melaporkan kecelakaan-kecelakaan kepada International Maritime
Organization. Regulasi I/21 dari SOLAS menyatakan “setiap administrasi
untuk melakukan satu penelitian tentang segala kecelakaan yang terjadi” dan
“Masing-masing pemerintah terikat kontrak untuk melakukan penyediaan
informasi yang bersangkutan mengenai penemuan penelitian-penelitian
kepada Organization”. Ketentuan yang serupa termuat dalam pasal 8 & 12
MARPOL Convention.
Pemenuhan laporan-laporan kepada IMO di bawah Regulation 1/21 SOLAS
tidak diperlukan jika negara menilai bahwa hasil penelitian tidak
mempertunjukkan suatu kebutuhan untuk perubahan di dalam regulasi-
regulasi internasional yang ada. Sungguh negara anggota IMO berkewajiban
menunjukkan suatu kebutuhan yang memaksa terjadi perubahan dalam
dalam setiap regulasi sebelum satu item bisa ditempatkan di agenda dari
suatu panitia IMO. Bagaimanapun, benar bahwa ada suatu persepsi umum
sejak semua kecelakaan harus dilaporkan dengan mengabaikan interpretasi
yang tegas pada Regulation 1/21.

Tabel 7.2: Informasi yang Diserahkan ke IMO.

Informasi yang Diserahkan Kasus: Kasus: Kasus:


Kecelakaan Kecelakaan Kecelakaan
Sangat Serius Serius Kurang Serius
Lampiran 1 dari bentuk Dalam 6 bulan Dalam 6 bulan Dapat disediakan
laporan IMO setelah setelah jika ada pelajaran
Laporan ini merupakan kecelakaan kecelakaan penting yang
ringkasan dasar dimana kunci dapat diambil
informasi disediakan dengan
menandai kotak-kotak
relevan yg tersedia
Lampiran 2 & 3 dari bentuk Pada akhir Pada akhir Dapat disediakan
laporan IMO penelitian penelitian jika ada pelajaran
Lampiran 2 sama dengan penting yang
lampiran 1 tetapi dapat diambil
mensyaratkan lebih detail.
Lampiran 3 merupakan
lembar ringkasan yang
mensyaratkan
Input ringkasan atas temuan
dan rekomendasi.
Laporan penelitian lengkap Pada akhir Dapat Dapat disediakan
penelitian, disediakan jika jika ada pelajaran
dalam semua ada pelajaran penting yang
kasus penting yang dapat diambil
dapat diambil

Dalam edaran IMO MSC/Circ827/MEPC/Circ.333 Desember 1997 diatur


tentang harmonisasi prosedur pelaporan yang dikembangkan oleh
International Maritime Organization bagi setiap negara untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban mereka di bawah konvensi. Edaran IMO menyediakan
bentuk-bentuk patokan format pelaporan di mana detil dasar dapat
disisipkan untuk pemenuhan kepada IMO dan juga mengatur batasan waktu
yang disetujui untuk pemenuhan berbagai laporan.

Secara ringkas tahapan pelaksanaan dari Tata Cara Penelitian dan Pelaporan
kecelakaan Kapal ini dapat dilihat pada gambar 7.2 di halaman berikut ini.

Gambar 7.2: Tata Cara Penelitian dan Pelaporan Kecelakaan Kapal

KECELAKAAN KAPAL

Persiapan Tim Mekanisme Koordinasi


1. Direktorat Keselamatan Transp.Darat 1. Tenaga ahli yang ditugaskan pihak asuransi.
2. Di lokasi kecelakaan. 2. Pengacara pemilik muatan.
3. Penilaian awal dari barang bukti 3. Pengacara pemilik dan awak kapal.

Perlindungan Barang Bukti


 Bukti fisik
 Bukti manusia

Pelaksanaan Penelitian:
1. Tahapan penelitian & cakupan fakta.
2. Faktor orang-orang yang terlibat dalam proses kecelakaan.
3. Pengorganisasian di atas kapal.
4. Kondisi bekerja dan kehidupan kapal.
5. Faktor kapal.
6. Manajemen.
7. Analisis

Pelaporan
1. Aktual
2. Fakta detil
3. Naratif
4. Analisis dan komentar.
5. Analisis dari unsur-unsur
kecelakaan

Berkas Laporan Penelitian


(ke Gambar 7.3)

Sumber: Hasil Analisis, 2008.


7.6. BERKAS LAPORAN

Berkas Laporan Penelitian, terdiri dari:


1) Surat pengantar.
2) Sampul berkas.
3) Daftar isi berkas.
4) Resume (Kesimpulan).
5) Laporan Kecelakaan Kapal (LKK).
6) Berita Acara yang dibuat Nakhoda tentang terjadinya Kecelakaan Kapal
(Dapat dibuat berupa Kronologis Kejadian KK).
7) Letak /Peta/Gambar /posisi kejadian kecelakaan kapal.
8) Berita Acara pemeriksaan ditempat kejadian.
9) Surat/Telegram yang ditujukan ke Ditjenhubdat dengan tembusan kepada
Ditjenhubla /Dit. KPLP tentang adanya/ telah terjadi Kecelakaan Kapal.
10) Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan Saksi-saksi.
11) Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan Tersangkut.
12) Daftar Dokumen Awak Kapal.
 Buku Pelaut.
 Perjanjian Kerja Laut ( PKL ).
 Buku/Daftar Sijil Awak Kapal.
 Sertifikat keahlian awak kapal.
13) Copy Dokumen Awak Kapal.
14) Daftar Dokumen Kapal Antara lain :
 Surat Ukur.
 Surat Kebangsaan.
 Sertifikat Keselamatan/Kelaikan.
 Sertifikat Garis Muat.
 Sertifikat Perangkat Radio Telekomunikasi.
 Sertifikat Pengangkutan Minyak Bumi.
 Dispensasi Perwira.
 Dispensasi Penumpang.
 Dispensasi Muatan Berbahaya.
 Dokumen Internasional.
 Passenger Safety Certificate.
 Cargo Safety Construction.
 Cargo Safety Equipment Certificate.
 Cargo Safety Telegraphy/Telephony.
 Minimum Safety Manning Certificate.
 Certificate IOPP.
 Certificate NOPP.
 Certificate MLS.
 Pengkelasan kapal.
 Hull Certificate.
 Machinery Certificate.
 Load Line Certificate.
 Dokumen Lain – lain.
 SPI (Untuk Kapal Ikan).
 Log Book Pemeriksaan (LBP).
 Lembar Laik Operasionil (LLO).
 Derating Certificate.
 Safety Management Certificate (SMC).
 Document Of Compliance (DOC).
 Inflatable Life Raft (ILR).
 Sertifikat Pemadam Kebakaran.
 Port State Control (PSC).
 Warta Kapal.
 Ijin Trayek.
 SIUP angkutan kapal sungai dan danau.
15) Copy Dokumen Kapal.
16) Jurnal Deck dan Manoevering / Bell Book.
17) Jurnal Mesin dan Manoevering / Bell Book.
18) Daftar Dokumen Kapal Siap Berlayar (Port Clearance).
 Surat Ijin Berlayar Terakhir.
 Surat Ijin Berlayar.
 Laporan Kedatangan dan Keberangkatan Kapal (LK3).
 Sailing Declaration.
19) International Ship Security Certificate (ISSC).
20) Surat-surat panggilan.
21) Surat Perintah.
Untuk jelasnya tata cara penyusunan isi berkas dapat dilihat pada gambar 7.3.
dibawah ini.
Gambar 7.3: Berkas Laporan Penelitian

Isi Berkas Laporan


Penelitian

Surat Pengantar Sampul Berkas Daftar Isi Berkas Resume (kesimpulan)

Laporan Kecelakaan Kapal


(LKK)

Berita Acara yang dibuat Berita Acara Pemeriksaan Berita Acara Pemeriksaan Berita Acara Pemeriksaan
Nakhoda di Tempat Kejadian Pendahuluan saksi-saksi Pendahuluan Tersangkut

Letak/posisi Kejadian Surat/Telegram yang Daftar Dokumen/copy


ditujukan ke Ditjenhubdat Awak Kapal

Daftar Dokumen/copy
Kapal

Jurnal Deck &


Manoevering

Jurnal Mesin &


Manoevering

Daftar Dokumen Kapal


Siap Berlayar

International Ship Security


Certificate (ISSC)

Surat-surat Panggilan

Surat Perintah

Sumber: Hasil Analisis, 2008.

Anda mungkin juga menyukai