Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA


PASIEN BRONKOPNEUMONIA

PUTRI WULAN NDARI

NIM: 203210056

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2024
LAPORAN PENDAHULUAN BRONKOPNEUMONIA

Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
Bronkopneumonia adalah
peradangan parenkim paru yang
di sebabkan
oleh bakteri, virus, jamur,
ataupun benda asing yang di
tandai dengan gejala
panas tinggi gelisah dipsnea,
napas cepat dan dangkal,
muntah, diare serta
batuk kering dan produktif
(Hidayat, 2009 dalam Dewi &
Erawati, 2016).
Bronkopneumonia adalah
suatu cadangan pada
parenkim paru yang
meluas sampai bronkioli
atau penyebaran langsung
melalui saluran
pernapasan melalui hematogen
sampai ke bronkus (Sujono &
Riyadi, 2009).
Bronkopneumonia adalah
suatu radang paru-paru yang
mempunyai
penyebaran bercak, teratur
dalam satu area atau lebih yang
berlokasi di dalam
bronki dan meluas ke parenkim
paru (Smeltzer, 2003 dalam
Dewi & Erawati,
2016).
Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Bronkopneumonia adalah
peradangan parenkim paru yang
di sebabkan
oleh bakteri, virus, jamur,
ataupun benda asing yang di
tandai dengan gejala
panas tinggi gelisah dipsnea,
napas cepat dan dangkal,
muntah, diare serta
batuk kering dan produktif
(Hidayat, 2009 dalam Dewi &
Erawati, 2016).
Bronkopneumonia adalah
suatu cadangan pada
parenkim paru yang
meluas sampai bronkioli
atau penyebaran langsung
melalui saluran
pernapasan melalui hematogen
sampai ke bronkus (Sujono &
Riyadi, 2009).
Bronkopneumonia adalah
suatu radang paru-paru yang
mempunyai
penyebaran bercak, teratur
dalam satu area atau lebih yang
berlokasi di dalam
bronki dan meluas ke parenkim
paru (Smeltzer, 2003 dalam
Dewi & Erawati,
2016).
Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Bronkopneumonia adalah
peradangan parenkim paru yang
di sebabkan
oleh bakteri, virus, jamur,
ataupun benda asing yang di
tandai dengan gejala
panas tinggi gelisah dipsnea,
napas cepat dan dangkal,
muntah, diare serta
batuk kering dan produktif
(Hidayat, 2009 dalam Dewi &
Erawati, 2016).
Bronkopneumonia adalah
suatu cadangan pada
parenkim paru yang
meluas sampai bronkioli
atau penyebaran langsung
melalui saluran
pernapasan melalui hematogen
sampai ke bronkus (Sujono &
Riyadi, 2009).
Bronkopneumonia adalah
suatu radang paru-paru yang
mempunyai
penyebaran bercak, teratur
dalam satu area atau lebih yang
berlokasi di dalam
bronki dan meluas ke parenkim
paru (Smeltzer, 2003 dalam
Dewi & Erawati,
2016).
1. Pengertian

Bronkopneumonia adalah peradangan parenkim paru yang di sebabkan oleh

bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang di tandai dengan gejala panas tinggi

gelisah dipsnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare serta batuk kering dan produktif

(Hidayat, 2019 dalam Dewi & Erawati, 2019).

Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkim paru yang

meluas sampai bronkioli atau penyebaran langsung melalui saluran pernapasan

melalui hematogen sampai ke bronkus (Sujono & Riyadi, 2020).Bronkopneumonia

adalah suatu radang paru-paru yang mempunyai penyebaran bercak, teratur dalam

satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru

(Smeltzer, 2019 dalam Dewi & Erawati,2019).

Etiologi
Etiologi terjadinya
bronkopneumonia dapat
disebabkan dari beberapa
faktor. Berikut adalah penyebab
bronkopneumonia antara lain:
a. Bakteri : Neumokokus,
Streptokokus, Stafilokokus,
Haemopilus influenza,
dan Klebsiela mycoplasma
pneumonia.
b. Virus : virus adena, virus
parainfluenza, virus influenza.
c. Jamur/fungi : Histoplasma,
capsutu, koksidiodes.
d. Protozoa : penumokistis
katini
e. Bahan kimia : aspirasi
makanan/susu/isi lambung,
keracunan hidrokarbon
(minyak tanah/ bensin).
(Riyadi, 2011 dalam Dewi &
Erawati, 2016)
2. Klasifikasi Bronchopneumonia

Pneumonia diklasifikasikan berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis sebagai berikut:

1. pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas lobus

atau lobularis.

2. Pneumonia atipikal,ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat dengan

gambaran infiltrate paru bilateral yang difus.

3. Pneumonia aspirasi, sering pada bayi dan anak Klasifikasi pneumonia berdasarkan

kuman penyebab adalah sebagai berikut:

a. Pneumonia bakteralis /topical,dapat terjadi pada semua usia,beberapa kuman

tendensi menyerang semua orang yang peka,misal :

1) klebsiela pada orang alkoholik.

2) stapilokokus pada influenza.

4. Pneumonia atipikal,sering mengenai anak dan dewasa muda dan disebabkan oleh

Mycoplasma dan Clamidia.

5. Pneumonia karena virus,sering pada bayi dan anak.

6. Pneumonia karena jamur,sering disertai imfeksi sekunder terutama pada orang

dengan daya tahan lemah dan pengobatannya lebih sulit.(Riyadi,2019)

3. Etiologi

Etiologi terjadinya bronkopneumonia dapat disebabkan dari beberapa

faktor. Berikut adalah penyebab bronkopneumonia antara lain:

a. Bakteri : Neumokokus, Streptokokus, Stafilokokus, Haemopilus influenza,dan

Klebsiela mycoplasma pneumonia.

b. Virus : virus adena, virus parainfluenza, virus influenza.

c. Jamur/fungi : Histoplasma, capsutu, koksidiodes.


d. Protozoa : penumokistis katini

e. Bahan kimia : aspirasi makanan/susu/isi lambung, keracunan hidrokarbon(minyak tanah/

bensin). (Riyadi, 2019 dalam Dewi & Erawati, 2019)

Faktor resiko penyebab bronkopneumonia antara lain :

a. Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)

b. Kekurangan nutrisi

c. Tidak mendapat asi yang cukupd

d. Polusi udara dan kepadatan tempat tinggal

e. Gambaran Klinis
f. Gambaran klinis
bronkopneumonia adalah
sebagai berikut :
g. a. Biasanya didahului
infeksi traktus respratori
atas
1. Gambaran Klinis Gambaran klinis bronkopneumonia adalah sebagai berikut :

a. Biasanya didahului infeksi traktus respratori atas

b. Demam (39 ⁰C – 40 ⁰C) kadang- kadang disertai kejang karena demamyang tinggi.

c. Anak sangat geliasah dan adanya nyeri dada yang terasa di tusuk-tusuk,yang

dicetuskan oleh pernapasan dan batuk.

d. Pernapasan cepat dan dangkal disertai penapasan cuping hidung dansianosis

sekitar hidung dan mulut.

e. Kadang - kadang disertai muntah dan diare. f. Adanya bunyi tambahan pernapasan

seperti ronchi dan wheezing.

f. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipokisia apabila infeksinya serius.
g. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus yang menyebabkan

ateletaksis absorbsi. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan seperti : nyeri

pleuritik, nafas dangkal dan mendengkur, takipnea (nafas cepat)

4. Patofisiologi

Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh

virus penyebab bronkopneumonia yang masuk ke saluran pernapasan sehingga terjadi

peradangan bronkus dan alveolus dan jaringan sekitarnya. Inflamasi pada bronkus

ditandai adanya penumpukan secret,sehingga terjadi demam, batuk produktif ronchi

positif dan mual. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu

proses peradanan yang meliputi empat stadium, yaitu:

A. Stadium I/Hiperemia (4-12 jam pertama/kongesti) Disebut hiperemia, mengacu

pada respon perdangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang

terinfeksi. Hal ini di tandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler

di tempat infeksi

B. Stadium II/Hepatiasi Merah (48 jam berikutnya) Disebut hepatiasi merah, terjadi

sewaktu alveolus terisi oleh sel darahmerah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan

oleh pejamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena

menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit, dan cairan,

sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium

ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan

bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.

C. Stadium III/Hepatisasi Kelabu (3-8 hari) Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi

sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada

saat ini endapan fibrinterakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi

fagositostis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi,

lobusmasih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna menjadi pucat kelabu

dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.

D. Stadium IV/resolusi (7-12 hari) Disebut juga stadium resolusi yang terjadi

sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis
diabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke struktrunya semula.

Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan secret, sehingga terjadi

demam, batuk produkif, ronchi positif dan mual.(Wijayaningsih, 2013 dalam Dewi &

Erawati, 2016)
5. Pathway

6. Pemeriksaan Penunjang
7. Pemeriksaan penunjang
pada bronkopneumonia
adalah sebagai berikut :
8. a. Foto thoraks
9. Pada foto thoraks
bronkopneumonia terdapat
bercak-bercak infiltrat pada
10. satu atau beberapa
lobus.
11. b. Laboratorium
12. Leukositosis dapat
mencapai 15.000 - 40.000
3
mm dengan pergeseran ke
13. kiri.
14. c. GDA: tidak normal
mungkin terjadi,
tergantung pada luas
paru yang
15. terlibat dan penyakit
paru yang ada.
16. d. Analisa gas darah
arteri bisa menunjukkan
asidosis metabolik dengan
atau
17. tanpa retensi CO2.
18. e. LED meningkat.
19. f. WBC (white blood
cell) biasanya kurang dari
3
20.000 cells mm
20. g. Elektrolit natrium dan
klorida mungkin rendah.
21. h. Bilirubin mungkin
meningkat.
22. i. Aspirasi
perkutan/biopsi jaringan
paruh terbuka menyatakan
intranuklear
23. tipikal dan keterlibatan
sistoplasmik.
24. (Padila, 2013 dalam
Dewi & Erawati, 2016

Intoleransi aktivitas
6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada bronkopneumonia adalah sebagai berikut :a. Foto

thoraks Pada foto thoraks bronkopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat

padasatu atau beberapa lobus. b. Laboratorium Leukositosis dapat mencapai

15.000 - 40.000 mm3 dengan pergeseran kekiri. c. GDA: tidak normal

mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yangterlibat dan penyakit paru

yang ada. d. Analisa gas darah arteri bisa menunjukkan asidosis metabolik dengan

atau tanpa retensi CO2. e. LED meningkat. f. WBC (white blood cell) biasanya

kurang dari 20.000 cells mm3g. Elektrolit natrium dan klorida mungkin rendah. h.

Bilirubin mungkin meningkat. i. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paruh terbuka

menyatakan intra nuklear tipikal dan keterlibatan sistoplasmik.(Padila, 2013

dalam Dewi & Erawati, 2016

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis pada pasien bronkopneumonia adalah

a. Pasien diposisikan semi fowler 45⁰ untuk inspirasi maksimal.

b. Pemberian oksigen 1-5 lpm.

c. Infus KDN 1 500 ml/24 jam. jumlah cairan sesuai dengan berat badan,kenaikan

suhu dan status hidrasi.

d. Pemberian ventolin yaitu bonkodilator untuk melebarkan bronkus.

8. Komplikasi

Komplikasi bronkopneumonia adalah sebagai berikut:

a. Atelektasis Adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru

akibat kurangnya mobilisasi reflek batuk hilang apabila penumpukan

sekretakibat berkurangnya daya kembang paru-paru terus terjadi dan

penumpukan secret ini menyebabkan obstruksi bronkus intrinsic.

b. Emfisema Adalah suatu keadaan di mana terkumpulnya nanah dalam rongga

pleura terdapat di suatu tempat atau seluruh rongga pleura.

c. Abses paru Adalah penumpukan pus dalam paru yang meradang.

d. Infeksi sistemik
e. Endocarditis Adalah peradangan pada katup endokardial.f. Meningitis Adalah

infeksi yang menyerang pada selaput otak.(Ngastiyah, 2012 dalam Dewi &

Erawati, 2016).

9. Konsep Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang

dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar

tentang klien, dan membuat catatan tentang respons kesehatan klien. Dengan

demikian hasil pengkajian dapat mendukung untuk mengidentifikasi masalah

kesehatan klien dengan baik dan tepat. Tujuan dari dokumentasi pada intinya

untuk mendapatkan data yang cukup untuk menentukan strategi perawatan.

Dikenal dua jenis data pada pengkajian yaitu data objektif dan subjektif.

Perawat perlu memahami metode memperoleh data. Dalam memperoleh data

tidak jarang terdapat masalah 33 yang perlu diantisipasi oleh perawat. Data

hasil pengkajiian perlu didokumentasikan dengan baik (Yustiana & Ghofur,

2016)

a. Usia : Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak

terjadi pada anak berusia di bawah 3 tahun.

b. Keluhan utama : Saat dikaji biasanya penderita bronkopneumonia

mengeluh sesak nafas.

c. Riwayat penyakit sekarang : Pada penderita bronkopneumonia biasanya

merasakan sulit untuk bernafas, dan disertai dengan batuk berdahak,

terlihat otot bantu pernafasan, adanya suara nafas tambahan, penderita

biasanya juga lemah dan tidak nafsu makan, kadang disertai diare.

d. Riwayat penyakit dahulu : Anak sering menderita penyakit saluran

pernafasan bagian atas, memiliki riwayat penyakit campak atau pertussis

serta memiliki faktor pemicu bronkopneumonia misalnya riwayat terpapar

asap rokok, debu atau polusi dalam jangka panjang.


e. Pemeriksaan fisik :

1) Inspeksi

Perlu diperhatikannya adanya sianosis, dispneu, pernafasan cuping

hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif menjadi

produktif, serta nyeri dada pada saat menarik nafas. 34 Batasan

takipnea pada anak 2 bulan-12 bulan adalah 50 kali/menit atau lebih,

sementara untuk anak berusia 12 bulan-5 tahun adalah 40 kali/menit

atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam

pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada ke

dalam akan tampak jelas.

2) Palpasi

Fremitus biasanya terdengar lemah pada bagian yang terdapat cairan

atau secret, getaran hanya teraba pada sisi yang tidak terdapat secret.

3) Perkusi

Normalnya perkusi pada paru adalah sonor, namun untuk kasus

bronkopneumonia biasanya saat diperkusi terdengar bunyi redup.

4) Auskultasi

Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan

telinga ke hidung atau mulut bayi. Pada anak pneumonia akan

terdengar stridor, ronkhi atau wheezing. Sementara dengan

stetoskop, akan terdengar suara nafas akan berkurang, ronkhi halus

pada posisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi.

Pernafasan bronkial, egotomi, bronkoponi, kadang-kadang terdengar

bising gesek pleura.

5) Penegakan diagnosis

Pemeriksaan laboratorium : Leukosit meningkat dan LED

meningkat, X-foto dada : Terdapat bercak-bercak infiltrate yang 35

tersebar (bronkopneumonia) atau yang meliputi satu atau sebagian

besar lobus.
6) Riwayat kehamilan dan persalinan:

a. Riwayat kehamilan: penyakit injeksi yang pernah diderita ibu

selama hamil, perawatan ANC, imunisasi TT.

b. Riwayat persalinan: apakah usia kehamilan cukup, lahir

prematur, bayi kembar, penyakit persalinan, apgar score.

7) Riwayat sosial

Siapa pengasuh klien, interaksi social, kawan bermain, peran ibu,

keyakinan agama/budaya. Kebutuhan dasar

a. Makan dan minum Penurunan intake, nutrisi dan cairan,

diare, penurunan BB, mual dan muntah

b. Aktifitas dan istirahat Kelemahan, lesu, penurunan aktifitas,

banyak berbaring

c. BAK Tidak begitu terganggu

d. Kenyamanan Malgia, sakit kepala

e. Higiene Penampilan kusut, kurang tenaga

f. Pemeriksaan tingkat perkembangan

g. Motorik kasar: setiap anak berbeda, bersifat familiar, dan

dapat dilihat dari kemampuan anak menggerakkan anggota

tubuh.

h. Motorik halus: gerakkan tangan dan jari untuk mengambil

benda, menggengggam, mengambil dengan jari,

menggambar, menulis dihubungkan dengan usia.

8) Data psikologis

a. Anak Krisis hospitalisasi, mekanisme koping yang terbatas

dipengaruhi oleh: usia, pengalaman sakit, perpisahan, adanya

support, keseriusan penyakit.

b. Orang tua Reaksi orang tua terhadap penyakit anaknya

dipengaruhi oleh :

1. Keseriusan ancaman terhadap anaknya


2. Pengalaman sebelumnya

3. Prosedur medis yang akan dilakukan pada anaknya

4. Adanya suportif dukungan

5. Agama, kepercayaan dan adat

6. Pola komunikasi dalam keluarga

i. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antaran
suplai dan kebutuhan oksigen
4. Gangguan keseimbangan cairan dak elektrolit berhubungan dengan
malabsrobsi
j. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


1 Bersihan Jalan Napas Tidak  Bersihan jalan napas  Manajemen Jalan
efektif berhubungan dengan (L.01001) Napas (I.01011)
spasme jalan nafas Setelah dilakukan Tindakan: Observasi:
Gejala dan Tanda Mayor: intervensi keperawatan 1. Monitor pola napas
Subjektif: selama 2x24 jam maka (frekuensi,
(tidak tersedia) diharapkan bersihan jalan kedalaman, usaha
Objektif : napas membaik dengan napas)
1. Batuk tidak efektif kriteria hasil: 2. Monitor bunyi
2. Tidak mampu batuk 1. Batuk efektif napas tambahan
3. Sputum berlebih meningkat (5) (mis. gurgling,
4. Mengi,wheezing 2. Produksi sputum mengi, wheezing,
dan atau ronkhi menurum (5) ronchi kering)
kering 3. Wheezing menurun 3. Monitor sputum
5. Mekonium di jalan (5) (jumlah, warna,
napas (pada 4. Dispnea menurun (5) aroma)
neonatus) 5. Gelisah menurun (5) Tindakan Terapeutik:
Gejala dan Tanda Minor : 6. Frekuensi napas 4. Lakukan fisioterapi
Subjektif : membaik (5) dada, jika perlu
1. Dispnea 7. Pola napas membaik 5. Keluarkan
2. Sulit bicara (5) sumbatan
3. Ortopnea Jalan nafsa
Okjektif : Edukasi :
1. Gelisah 6. Anjurkan asupan
2. Sianosis cairan 200 ml/hari,
3. Bunyi napas jika tidak
menurun kontraindikasi
4. Frekuensi napas 7. Ajarkan teknik
berubah batuk efektif
5. Pola napas berubah Kolaborasi :
8. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
2. Defisit nutrisi berhubungan  Status Nutrisi  Manajemen Nutrisi
dengan peningkatan (L.05014) (L.03018)
kebutuhan metabolism Setelah dilakukan 1. Identifikasi satatus
Gejala dan Tanda Mayor : tindakan keperawatan nutrisi
Subjektif: selama 2X24 jam 2. Identifikasi alergi
(Tidak Tersedia) diharapkan nutrisi dalam dan intoleransi
Objektif: tubuh adekuat dengan makanan
1. Berat badan Kriteria Hasil: 3. Monitor asupan
menurun minimal 1. Porsi makan yang makanan
10% di bawah dihabiskan (5) 4. Monitor berat badan
rentang ideal 2. Berat badan (4)
5. Lakukan oral
Gejala dan Tanda Minor : 3. Indeks Massa Tubuh
hygiene, jika perlu
Subjektif : (IMT) (5)
1. Cepat kenyang
6. Berikan makanan
tinggi serat untuk
setelah makan
mencegah
2. Kram / nyeri
konstipasi
abdomen
3. Nafsu makan 7. Berikan suplemen
menurun makanan, jika perlu
Objektif : 8. Anjurkan posisi
1. Bising usus duduk, jikaperlu
hiperaktif 9. Ajarkan diit yang
2. Otot pengunyah diprogramkan
lemah 10. Kolaborasi
3. Otot menelan lemah pemberian medikasi
4. Membran mukosa sebelum makan
pucat (mis.pereda nyeri,
5. Sariawan antlemetik), jika
6. Serum albumin perlu
turun 11. Kolaborasi dengan
7. Rambut rontok ahli gizi untuk
berlebihan menentukan jumlah
8. Diare . kalori, makanan
tinggi serat, dan
jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu
3. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi
berhubungan dengan keperawatan selama 2X24 gangguan fungsi
Gejala dan Tanda Mayor : jam intoleransi aktifitas px tubuh yang
Subjektif : dapat diatasi dengan KH : mengakibatkan
1. mengeluh lelah 1. keluhan lelah menurun kelelahan
Objektif : 2. Dyspnea saat aktivitas 2. Monitor kelelahan
1.frekuensi jantung menurun fisk dan emosional
meningkat > 20 % dari 3. Dyspnea setelah 3. Monitor pola dan jam
kondisi istirahat. aktivitas menurun tidur
Gejala dan Tanda Minor: 4. Frekuensi nadi 4. Monitor lokasi dan
Subjektif : meningkat ketidaknyamnan
1.dispnea saat/setelah selama melaukan
aktivitas aktivitas
2. merasa tidak nyaman 5. Sediakan lingkungan
setelah beraktivitas nyaman dan rendah
3. merasa lemah. stimulus
Objektif : 6. Laukan latihan
1.tekanan darah berubah rentang gerak pasif
>20% dari kondisi istirahat dan/atau aktif
2. gambaran EKG 7. Berikan aktivitas
menunjukkan aritmia distraksi yang
saat/setelah aktivitas menenagkan
3. gambaran EKG 8. Fasilitasi duduk di sisi
menunjukkan iskemia. tempat tidur
4. sianosis. 9. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
10. Anjurkan strategi
koping untuk
megurangi kellahan
11. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makan

4. Gangguan keseimbangan  Status keseimbangan  Manajemen cairan


cairan dan elektrolit cairan 1) Monitor status
berhubungan dengan Setelah dilakukan hidrasi (frekuensi
malabsrobsi. tindakan selama 2 x 24 nadi, kekuatan nadi,
jam diharapkan pasien : akral, pengisian
1) Cairan seimbang kapiler, kelembapan
2) Hidrasi mukosa, turgor
Dengan kriteria hasil : kulit, tekanan
1. Mempertahankan darah)
urine output sesuai 2) Monitor TTV
dengan usia dan berat 3) Catat intake output
badan dan hitung balans
2. Tekanan darah, nadi, cairan 24 jam
suhu dan pernafasan 4) Anjurkan pasien
dalam batas normal menambah intake
3. Tidak ada tanda tanda oral (cairan maupun
volume cairan turun, nutrisi)
elastisitas turgor baik, 5) Kolaborasi dengan
membrane mukosa tim medis dalam
lembab, tidak ada rasa pemberian IV
haus berlebih

k. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah sebuah tindakan atau proses gagasan yang sudah

disusun dengan begitu cermat dan detail. Implementasi ini umumnya tuntas sesudah

di anggap permanen. Di dalam implementasi biasanya dilakukan tindakan dari

intervensi yang telah dibuat/ditegakan

l. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah proses identifikasi untuk mengukur/menilai apakah

sebuah kegiatan atau program dilaksanakan sesuai perencanaan dan berhasil

mencapai tujuan atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan hasil akhir

dengan apa yang seharusnya dicapai. Setelah dilakukan Rencana keperawatan

kondisi pasien sudan membaik dari pada sebelumnya. Tetapi rencana tersebut harus

dilanjutkan dengan baik lagi sampai kondisi pasien benar-benar sembuh total
DAFTAR PUSTAKA

Gloria M. Bulechek, et al. 2020. Nursing Interventions Classifications (NIC), EdisiKeenam.

Missouri: Mosby ElsevierMorhedd, dkk. 2020.

Aplikasi Asuhan Keperawatan BerdasarkanDiagnosa Medis dan SDKI , Edisi Revisi

Jilid 2. Jogjakarta:MediAction PublishingRiyadi, Sujono & Sukarmin. 2019.

Asuhan keperawatan ada anak. Jogjakarta: GrahaIlmu.Wulandari, Dewi & Meira Erawati. 2019.

Buku Ajar Keperawatan Anak. Jogjakarta:Pustaka Pelajar.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Etiologi
f. Etiologi terjadinya
bronkopneumonia dapat
disebabkan dari beberapa
g. faktor. Berikut adalah
penyebab bronkopneumonia
antara lain:
h. a. Bakteri : Neumokokus,
Streptokokus, Stafilokokus,
Haemopilus influenza,
i. dan Klebsiela mycoplasma
pneumonia.
j. b. Virus : virus adena,
virus parainfluenza, virus
influenza.
k. c. Jamur/fungi :
Histoplasma, capsutu,
koksidiodes.
l. d. Protozoa : penumokistis
katini
m. e. Bahan kimia : aspirasi
makanan/susu/isi lambung,
keracunan hidrokarbon
n. (minyak tanah/ bensin).
o. (Riyadi, 2011 dalam Dewi
& Erawati, 2016
p.

Anda mungkin juga menyukai