LP Wulan Bronkopneumoni Baru
LP Wulan Bronkopneumoni Baru
NIM: 203210056
bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang di tandai dengan gejala panas tinggi
gelisah dipsnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare serta batuk kering dan produktif
adalah suatu radang paru-paru yang mempunyai penyebaran bercak, teratur dalam
satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru
Etiologi
Etiologi terjadinya
bronkopneumonia dapat
disebabkan dari beberapa
faktor. Berikut adalah penyebab
bronkopneumonia antara lain:
a. Bakteri : Neumokokus,
Streptokokus, Stafilokokus,
Haemopilus influenza,
dan Klebsiela mycoplasma
pneumonia.
b. Virus : virus adena, virus
parainfluenza, virus influenza.
c. Jamur/fungi : Histoplasma,
capsutu, koksidiodes.
d. Protozoa : penumokistis
katini
e. Bahan kimia : aspirasi
makanan/susu/isi lambung,
keracunan hidrokarbon
(minyak tanah/ bensin).
(Riyadi, 2011 dalam Dewi &
Erawati, 2016)
2. Klasifikasi Bronchopneumonia
Pneumonia diklasifikasikan berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis sebagai berikut:
atau lobularis.
3. Pneumonia aspirasi, sering pada bayi dan anak Klasifikasi pneumonia berdasarkan
4. Pneumonia atipikal,sering mengenai anak dan dewasa muda dan disebabkan oleh
3. Etiologi
b. Kekurangan nutrisi
e. Gambaran Klinis
f. Gambaran klinis
bronkopneumonia adalah
sebagai berikut :
g. a. Biasanya didahului
infeksi traktus respratori
atas
1. Gambaran Klinis Gambaran klinis bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
b. Demam (39 ⁰C – 40 ⁰C) kadang- kadang disertai kejang karena demamyang tinggi.
c. Anak sangat geliasah dan adanya nyeri dada yang terasa di tusuk-tusuk,yang
e. Kadang - kadang disertai muntah dan diare. f. Adanya bunyi tambahan pernapasan
f. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipokisia apabila infeksinya serius.
g. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus yang menyebabkan
ateletaksis absorbsi. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan seperti : nyeri
4. Patofisiologi
peradangan bronkus dan alveolus dan jaringan sekitarnya. Inflamasi pada bronkus
positif dan mual. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu
pada respon perdangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang
terinfeksi. Hal ini di tandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler
di tempat infeksi
B. Stadium II/Hepatiasi Merah (48 jam berikutnya) Disebut hepatiasi merah, terjadi
sewaktu alveolus terisi oleh sel darahmerah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan
oleh pejamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena
menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit, dan cairan,
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium
ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan
bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
C. Stadium III/Hepatisasi Kelabu (3-8 hari) Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi
sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada
saat ini endapan fibrinterakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositostis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi,
lobusmasih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna menjadi pucat kelabu
D. Stadium IV/resolusi (7-12 hari) Disebut juga stadium resolusi yang terjadi
sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis
diabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke struktrunya semula.
demam, batuk produkif, ronchi positif dan mual.(Wijayaningsih, 2013 dalam Dewi &
Erawati, 2016)
5. Pathway
6. Pemeriksaan Penunjang
7. Pemeriksaan penunjang
pada bronkopneumonia
adalah sebagai berikut :
8. a. Foto thoraks
9. Pada foto thoraks
bronkopneumonia terdapat
bercak-bercak infiltrat pada
10. satu atau beberapa
lobus.
11. b. Laboratorium
12. Leukositosis dapat
mencapai 15.000 - 40.000
3
mm dengan pergeseran ke
13. kiri.
14. c. GDA: tidak normal
mungkin terjadi,
tergantung pada luas
paru yang
15. terlibat dan penyakit
paru yang ada.
16. d. Analisa gas darah
arteri bisa menunjukkan
asidosis metabolik dengan
atau
17. tanpa retensi CO2.
18. e. LED meningkat.
19. f. WBC (white blood
cell) biasanya kurang dari
3
20.000 cells mm
20. g. Elektrolit natrium dan
klorida mungkin rendah.
21. h. Bilirubin mungkin
meningkat.
22. i. Aspirasi
perkutan/biopsi jaringan
paruh terbuka menyatakan
intranuklear
23. tipikal dan keterlibatan
sistoplasmik.
24. (Padila, 2013 dalam
Dewi & Erawati, 2016
Intoleransi aktivitas
6. Pemeriksaan Penunjang
mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yangterlibat dan penyakit paru
yang ada. d. Analisa gas darah arteri bisa menunjukkan asidosis metabolik dengan
atau tanpa retensi CO2. e. LED meningkat. f. WBC (white blood cell) biasanya
kurang dari 20.000 cells mm3g. Elektrolit natrium dan klorida mungkin rendah. h.
7. Penatalaksanaan
c. Infus KDN 1 500 ml/24 jam. jumlah cairan sesuai dengan berat badan,kenaikan
8. Komplikasi
a. Atelektasis Adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
d. Infeksi sistemik
e. Endocarditis Adalah peradangan pada katup endokardial.f. Meningitis Adalah
infeksi yang menyerang pada selaput otak.(Ngastiyah, 2012 dalam Dewi &
Erawati, 2016).
a. Pengkajian
tentang klien, dan membuat catatan tentang respons kesehatan klien. Dengan
kesehatan klien dengan baik dan tepat. Tujuan dari dokumentasi pada intinya
Dikenal dua jenis data pada pengkajian yaitu data objektif dan subjektif.
tidak jarang terdapat masalah 33 yang perlu diantisipasi oleh perawat. Data
2016)
a. Usia : Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak
biasanya juga lemah dan tidak nafsu makan, kadang disertai diare.
1) Inspeksi
2) Palpasi
atau secret, getaran hanya teraba pada sisi yang tidak terdapat secret.
3) Perkusi
4) Auskultasi
pada posisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi.
5) Penegakan diagnosis
besar lobus.
6) Riwayat kehamilan dan persalinan:
7) Riwayat sosial
banyak berbaring
tubuh.
8) Data psikologis
dipengaruhi oleh :
i. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antaran
suplai dan kebutuhan oksigen
4. Gangguan keseimbangan cairan dak elektrolit berhubungan dengan
malabsrobsi
j. Intervensi Keperawatan
k. Implementasi Keperawatan
disusun dengan begitu cermat dan detail. Implementasi ini umumnya tuntas sesudah
l. Evaluasi Keperawatan
mencapai tujuan atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan hasil akhir
kondisi pasien sudan membaik dari pada sebelumnya. Tetapi rencana tersebut harus
dilanjutkan dengan baik lagi sampai kondisi pasien benar-benar sembuh total
DAFTAR PUSTAKA
Asuhan keperawatan ada anak. Jogjakarta: GrahaIlmu.Wulandari, Dewi & Meira Erawati. 2019.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Etiologi
f. Etiologi terjadinya
bronkopneumonia dapat
disebabkan dari beberapa
g. faktor. Berikut adalah
penyebab bronkopneumonia
antara lain:
h. a. Bakteri : Neumokokus,
Streptokokus, Stafilokokus,
Haemopilus influenza,
i. dan Klebsiela mycoplasma
pneumonia.
j. b. Virus : virus adena,
virus parainfluenza, virus
influenza.
k. c. Jamur/fungi :
Histoplasma, capsutu,
koksidiodes.
l. d. Protozoa : penumokistis
katini
m. e. Bahan kimia : aspirasi
makanan/susu/isi lambung,
keracunan hidrokarbon
n. (minyak tanah/ bensin).
o. (Riyadi, 2011 dalam Dewi
& Erawati, 2016
p.