Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)


DI RUANG ANTURIUM DI RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Disusun Oleh :
Varadila Istika Umami (14.401.21.055 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RUSTIDA


KRIKILAN- GLEMORE-BANYUWANGI
D-III KEPERAWATAN
2023
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PENYAKIT
1.1 Definisi
Gagal jantung adalah kondisi kronis dan progresif dimana otot jantung tidak
mampu untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Gagal jantung merupakan
sindrom klinik yang komplek dimana terjadi gangguan struktur dan fungsi ventrikel
dalam proses pengisian maupun pemompaan darah.(Fikriana, 2013)
Gagal jantung sering diakibatkan karena adanya defek pada kontraksi
miokard atau diakibatkan karena abnormalitas dari otot jantung seperti pada kasus
kardiomiopati atau viral karditis . Gagal jantung karena disfungsi miokard
mengakibatkan kegagalan sirkulasi untuk mensuplai kebutuhan metabolisme
jaringan.(Lailia, 2014)
Gagal jantung adalah suatu sindrom yang ditandai dengan tiga serangkai
kelainan jantung, intoleransi olahraga, dan aktivasi neuro-hormonal yang
disebabkan oleh kerusakan miokardium akibat infark, infeksi, racun, kelainan
genetik, hipertensi, atau penyakit katub (Albakri, 2018)

1.2 Etiologi
Gagal jantung terjadi ketika terjadi kerusakan pada lapisan dalam pembuluh
konduksi dan resistensi koroner yang menyebabkan aterosklerosis – penumpukan
kelebihan akumulasi plak lemak yang terdiri dari kolesterol dan produk limbah
seluler lainnya di lokasi kerusakan. Proses ini menyebabkan obstruksi yang

2
membatasi aliran pada satu atau lebih pembuluh konduksi atau pembuluh resistensi
koroner dan mengakibatkan penurunan jumlah suplai oksigen miokard .(Albakri,
2018)
1.3 Patofisiologi
Jantung adalah organ berupa otot,berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya
di atas dan puncaknya di bawah. Apexnya (puncak) miring ke sebelah bawah kiri .
Terdapat tiga kondisi yang mendasari terjadinya gagal jantung, yaitu gangguan
mekanik (beberapa faktor yang mungkin bisa terjadi secara tunggal atau bersamaan
yaitu beban tekanan, beban volume, tamponade jantung atau kontriksi perikard,
jantung tidak dapat diastole, obstruksi pengisian ventrikel, aneurisme ventrikel,
disenergi ventrikel, restriksi endokardial atau miokardial) dan abnormalitas otot
jantung yang terdiri dari primer (kardiomiopati, miokarditis metabolic (DM, gagal
ginjal kronik, anemia) toksin atau sitostatika) dan sekunder (iskemia, penyakit
sistemik, penyakit infiltrative, dankorpulmonal).(Lailia, 2014)

3
Pathway

4
1.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari umur pasien, beratnya
gagal jantung, etiologi penyakit jantung, ruang- ruang jantung yang terlibat, apakah
kedua ventrikel mengalami kegagalan serta derajat gangguan penampilan jantung.
Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu ditemukan :

1. Dipsnea / Sesak nafas


Seseorang dengan gagal jantung pada umumnya akan mengalami sesak
nafas saat melakukan aktivitas, saat istirahat atau bahkan saat tidur dan hal
ini terjadi secara tiba – tiba dan membuat penderita terbangun dari tidurnya.
Sesak nafas terjadi karena jantung tidak mampu memompa darah yang
berasal dari vena pulmonalis sehingga akan terjadi bendungan cairan di
dalam paru – paru.
2. Batuk kronis atau muncul wheezing
Batuk yang muncul pada penderita gagal jantung disertai dengan produksi
mukus yang berwarna putih atau pink. Hal ini terjadi karena penderita gagal
jantung juga mengalami penumpukan cairan di paru – paru.
3. Edema
Edema penderita gagal jantung biasanya terjadi di kaki maupun abdomen.
Terjadinya edema ini akan menyebabkan berat badan penderita menjadi
meningkat drastis karena terjadi penumpukan cairan di dalam tubuhnya.
4. Fatigue
Penderita seringkali merasakan mudah lelah saat melakukan aktivitas
sehari – hari. Hal ini terjadi karena jantung tidak mampu memompa darah
secara maksimal sehingga kebutuhan darah yang mengandung oksigen dan
zat – zat lain yang dibutuhkan oleh tubuh menjadi berkurang.
5. Nausea
Hal ini dapat diakibatkan oleh karena saluran pencernaan mengalami
penurunan kebutuhan aliran darah sehingga akan menyebabkan gangguan
dalam pencernaan
6. Takikardia

5
Penderita gagal jantung seringkali mengalami palpitasi. Hal ini karena
jantung berusaha memompa darah lebih cepat untuk memenuhi
kebutuhan.(Purwanto, 2016)
1.4 Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan abnormalitas struktural jantung (ACC/AHA) atau
berdasarkan gejala berkaitan dengan kapasitas fungsional :
Klasifikasi Gagal jantung Menurut Tungkatan Berdasarkan gejala dan
ACC / AHA aktifitas fisik

Stadium A Kelas I
Memiliki risiko tinggi berkembang Tidak terdapat Batasan melakukan.
menjadi gagal jantung. Tidak terdapat Aktivitas fisik. Aktivitas fisik sehari-hari
ganguan struktural atau fungsional tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi
jantung, tidak terdapat tanda atau atau sesak nafas
gejala
Stadium B kelas II
Telah terbentuk penyakit struktur Terdapat batasan aktivitas ringan. Tidak
jantung yang berhubungan dengan terdapat keluhan saat istirahat, namun
perkembangan gagal jantung. Tidak aktivitas fisik sehari-hari menimbulkan
terdapat tanda atau gejala kelelahan, palpitasi atau sesak nafas

Stadium C Kelas III


Gagal jantung asimptomatis yang Terdapat batasan aktivitas bermakna.
berhubungan dengan penyakit Tidak terdapat keluhan saat istirahat,
struktural jantung yang mendasari tetapi aktivitas fi sik ringan menyebabkan
kelelahan, palpitasi atau sesak

Stadium D Penyakit struktural jantung Kelas IV


yang lanjut serta gejala gagal jantung Tidak dapat melakukan aktivitas fi sik
yang sangat bermakna saat istirahat tanpa keluhan. Terdapat gejala saat

6
walaupun sudah mendapat terapi medis istirahat. Keluhan meningkat saat
maksimal melakukan aktivitas

ACC: American College of Cardiology, AHA: American Heart Association, NYHA:


New York Heart Association (Imaligy, 2014)
1.5 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada klien Congestive Heart Failure (CHF), yaitu:
a. Hepatomegali
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena di hepar merupakan manifestasi dari kegagalan jantung.
b. Asites
Bila proses hepatomegali ini berkembang, maka tekanan dalam pembuluh portal
meningkat, sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen, yaitu suatu
kondisi yang dinamakan asites. Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen ini
dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan distres pernapasan.
c. Edema paru
Pada gagal jantung kiri, darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri mengalami
hambatan, sehingga atrium kiri dilatasi dan hipertrofi. Aliran darah dari paru ke
atrium kiri terbendung. Akibatnya tekanan dalam vena pulmonalis, kapiler paru
dan arteri pulmonalis meninggi. Bendungan terjadi juga di paru yang akan
menyebabkan edema paru (Marderina, 2020)
1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. EKG Electrocardiography
tidak dapat digunakan untuk mengukur anatomi LVH tetapi hanya
merefleksikan perubahan elektrik (atrial dan ventrikular aritmia) sebagai faktor
sekunder dalam mengamati perubahan anatomi.
2. Radiologi
Foto thorax dapat membantu dalammendiagnosis gagal jantung. Kardiomegali
biasanya ditunjukkan dengan adanya peningkatan cardiothoracic ratio / CTR
(lebih besar dari 0,5) pada tampilan postanterior. Pada pemeriksaan ini tidak

7
dapat menentukan gagal jantung pada disfungsi siltolik karena ukuran bias
terlihat normal.
3. Echocardiograf
Pemeriksaan ini direkomendasikan untuk semua pasien gagal jantung. Tes ini
membantu menetapkan ukuran ventrikel kiri, massa,dan fungsi.(Lailia, 2014)
1.7 Penatalaksanaan
Penderita gagal jantung tidak dapat diobati, namun penatalaksanaan dapat
dilakukan dengan sebagai strategi untuk memperbaiki gejala – gejala yang muncul
agar penderita tetap memiliki kualitas hidup yang baik.
Patalaksanaan penderita gagal jantung meliputi :
1. Perubahan gaya hidup
Perubahan gaya hidup penderita gagal jantung meliputi :
a. Menghindari merokok
Kandungan nikotin dalam rokok secara bertahap akan meningkatkan
frekuensi denyut jantung dan tekanan darah.
b. Melihara berat badan
Kenaikan berat badan atau penurunan berat badan yang terjadi secara tiba
– tiba merupakan salah satu tanda gejala gagal jantung.
c. Menghindari / membatasi kafein
Menghindari/ membatasi konsumsi kopi dalam tiap harinya merupakan hal
yang penting untuk mencegah gagal jantung semakin berat.
2. Pengobatan
Pengobatan yang dapat diberikan pada penderita gagal jantung antara lain :
a. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitors
Captopril (Capoten), Enalapril (Vasotec), Fosinopril (Monopril), Lisinopril
(Prinivil, Zestril), Perindopril (Aceon), Quinapril (Accupril), Ramipril
(Altace), Trandolapril (Mavik)
b. Angiotensin II Receptor Blockers (ARBs) /Angiotensin-2 Receptor
Antagonists Candesartan (Atacand), Losartan (Cozaar), Valsartan (Diovan)
c. Angiotensin Receptor Neprilysin Inhibitors (ARNIs)
Sacubitril/valsartan

8
d. Beta Blockers
Bisoprolol (Zebeta), Metoprolol succinate (Toprol XL), Carvedilol
(Coreg), Carvedilol CR (Coreg CR)Toprol XL.
3. Pembedahan
Beberapa prosedur pembedahan yang dapat dilakukan antara lain :
a. Implantable Cardioverter-Defibrillator (ICD)
b. Cardiac Resynchronization Therapy (CRT)
c. Left ventricular assist device (LVAD)
d. Transplantasi jantung
e. Percutaneous coronary intervention (PCI)
f. Coronary artery bypass
g. Penggantian katup jantung (Fikriana, 2013)

Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
A. Identitas
Pada penyakit gagal jantung yang lebih beresiko pada rentan umur 65-74.
Selain itu perempuan lebih rentan terkena penyakit gagal jantung.
B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama :
Keluhan yang dirasakan oleh klien dengan gagal jantung yakni, merasakan
sesak nafas atau dispnea, serta nyeri yang muncul secara mendadak.
b. Riwayat Penyakit saat ini
Pada pasien gagal jantung hipertensi biasanya mengalami mengeluh sesak
nafas saat istirahat maupun aktivitas, terjadi peningkatan tekanan darah,
batuk, dan nyeri dada.
c. Riwayat penyakit dahulu

9
Berisi mengenai penyakit yang pernah dialami, alergi, imunisasi, serta obat-
obatan yang pernah digunakan, serta riwayat penyakit keluarga. Salah satu
factor resiko gagal jantung hipertensi adalah adanya riwayat gagal jantung
pada keluarga. Obesitas, asupan garam yang tinggi, diabetes mellitus
merupakan faktor risiko dari penyakit gagal jantung.

d. Riwayat Penyakit keluarga


Mengkaji terkait riwayat kesehatan yang pernah di alami oleh keluarga
seperti riwayat penyakit yang pernah dimiliki oleh ayah maupun ibu. , apakah
pada keluarga juga memiliki riwayat penyakit sistem kardiovaskuler.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum menjelaskan penampilan atau kondisi klien secara umum
akibat penyakit atau keadaan yang dialami pasien, derajat kesadaran serta
GCS. Klien gagal jantung datang ke rumah sakit dengan beberapa kondisi
seperti komposmentis dan somnolen. Beberapa klien gagal jantung biasanya
mengalami dyspnea dan merasakan nyeri dada.
b. Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital menunjukkan tekanan darah, nadi, RR, dan suhu klien.
Klien gagal jantung biasanya mengalami tekanan darah tinggi dan RR pada
klien biasanya tinggi dikarenakan sesak dan juga Nadi klien meningkat.
c. Pengkajian Head to toe
- Kepala
Mengkaji kuantitas, penyebaran, tekstur, warna rambut kepala; Mengkaji lesi,
ketombe, kutu, benjolan kulit kepala; Mengkaji ukuran, kontur, lekukan bila
ada trauma tengkorak; Mengkaji keadaan kulit wajah, kesimetrisan, lesi,
ekspresi, rambut pada wajah. Biasanya pada penderita HHF sering
- Mata
Pemeriksaan bola mata, kelopak mata, konjungtiva sclera, lebar dan
kesimetrisan refleks pupil terhadap cahaya, ketajaman penglihatan, gangguan

10
penglihatan, alat bantu penglihatan, adanya nyeri tekan atau benjolan, lapang
pandang. Biasanya pada penderita HHF sering mengalami mata anemis.
- Telinga
Pemeriksaan pada daun telinga ke telinga bagian dalam hingga fungsi
pendengaran, bentuk daun telinga, lesi, serumen, nyeri tekan pada tragus,
telinga tengah apakah ada cairan, serumen, benjolan atau tanda peradangan,
keadaan membrane timpani seperti warna, bentuk dan keutuhannya, fungsi
pendengaran dengan tes bisik atau menggunakan garpu tala (rinne, weber,
swabach)
- Hidung
Pengkajian pada bentuk hidung, kesimetrisan, septum nasi, serumen/sekret,
benjolan, tanda radang, kelenturan, nyeri, palpasi pada 4 sinus (frontalis,
etmoidalis, spenoidalis, maksilaris), potensi hidung (kelancaran hembusan
napas disetiap lubang hidung), termasuk fungsi pengidu.
- Mulut
Pengkajian pada kering lembabnya mukosa bibir, warna pucat atau tidanya
bibir (cyanosis/tidak), massa/benjolan, bentuk bibir, bau mulut dan
kebersihan, lesi mukosa (stomatitis), kebersihan gigi, gusi, karies, gigi
berlubang, gigi palsu, kesimetrisan lidah, kebersihan lidah, lesi, kesimetrisan
uvula, pembesaran dan tanda peradangan pada tonsil.
- Leher
Pada pemeriksaan leher biasanya melihat tentang bentuk dan kesimetrisan,
ada tidaknya benjolan (konsistensi, bentuk, ukuran), letak trakea,
kesimetrisan, tekanan vena jugularis, bising arteri karotis. Biasanya ada klien
gagal jantung sering ditemukan atau mengalami distensi vena jugularis.
- Dada
Jantung:
Inspeksi : Penampakan ictus cordis
Palpasi : Perabaan pada ictus cordis
Perkusi : Penentuan letak dan batas jantung

11
Auskultasi : Bunyi jantung pada klien gagal jantung kongestif adalah
mur-mur (S3) dan gallop (S4) , irama jantung klien gagal jantung kongestif
adalah disritmia dan takikardi , terdapat bising jantung.
- Paru
Inspeksi : Melihat bentuk dada, kesimetrisan dada, gerakan dada/napas,
pelebaran vena dada, pada klien gagal jantung kelas berat biasanya
menggunakan otot bantu pernapasan
Palpasi : Mengkaji benjolan, gerakan dinding thoraks, ekspansi paru, fokal
fremitus. Pada klien gagal jantung terdapat nyeri tekan.
Perkusi : Menentukan batas paru dan kelainan pada paru/thoraks,
normalnya sonor
Auskultasi : suara pernapasan, suara tambahan pernapasan.
- Abdomen
Inspeksi : melihat keadaan kulit, permukaan kulit, bentuk perut, gerakan
dinding perut, keadaan umbilicus. Pada klien dengan HHF atau gagal
jantung akibat hipertensi terkadang mengalami pembesaran perut karena
adanya pembesaran hati atau asites
Auskultasi : bising dan peristaltic usus, bunyi gerakan cairan, bising
pembuluh darah.
Perkusi : tanda pembesaran organ, adanya udara dan cairan bebas,
penentuan batas dan tanda pembesaran hepar
Palpasi : ketegangan otot, nyeri tekan abdomen, massa, keadaan hepar, lien,
ginjal, pemeriksaan ascites, ketok ginjal.
- Genetalia dan anus
Genetalia laki-laki : penyebaran dan pertumbuhan rambut pubis,
inspeksi bentuk, ukuran, kelainan pada penis, kebersihan, keadaan uretra,
skrotum, nyeri tekan, elastisitas, dan palpasi skrotum, hernia
Genetalia perempuan : penyebaran dan pertumbuhan rambut pubis,
inspeksi lesi dan benjolan, labia mayora, labia minora, klitoris, vagina,
uretra, serumen, kebersihan, kelainan pada vulva/vagina.
Anus : lesi, benjolan, pelebaran vena, kebersihan, colok dubur.

12
- Ekstremitas
Bentuk, ukuran, kesimetrisan otot, atropi, kontraktur, tremor, tonus, spasme
otot, kekuatan otot, kelainan pada ekstremitas, deformitas, massa,
peradangan, fraktur, peradangan sendi, mobilitas atau rentang gerak sendi.
Biasanya pada klien gagal jantung akan mengalami edema pada bagian
ekstremitas terutama di ekstremitas bawah.
- Kulit dan kuku
Kulit
Pemeriksaan warna kulit, tektur kulit, elastisitas/turgor, akral, kebersihan,
kelembaban, tekstur, kelainan kulit, seperti lesi, derajat edema, nyeri tekan,
termasuk inspeksi distribusi pertumbuhan rambut. Biasanya pada klien
dengan gagal jantung warna kulit pucat atau hitam atau sianotik
Kuku
Pemeriksaan warna kuku, bentuk, elastisitas, lesi, tanda radang, kebersihan,
panjang/pendeknya, CRT. Pada penderita gagal jantung warna kuku pucat
atau sianosis akibat pengisian kapiler yang lambat sehingga memungkinkan
CRT > 2 detik
- Keadaan lokal
Pengkajian terfokus pada kondisi local, misalnya deskripsi rinci luka, sistem
persyarafan/neurologis. (Aminiyah, 2019)

3. Diagnosa Keperawatan (PPNI, 2016)


a. Penurunan Curah Jantung (D.0008) b.d Perubahan Afterload
b. Intoleransi Aktivitas(D.0059) b.d Kondisi Fisiologis (mis.Penyakit
Kronis,Penyakit Terminal,Anemia,Malnutrisi,Kehamilan)
c. Gangguan pertukaran gas (D.0003) b.d Perubahan membran alveolus-kapiler
d. Hipervolemia (D.0022) b.d Kelebihan asupan natrium
4. Intervensi Keperawatan (PPNI, 2018)
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan (SLKI ) (SIKI)
(SDKI)

13
Penurunan curah Setelah dilakukan Perawatan Jantung
jantung b.d Tindakan keperawatan (I.02075)
Perubahan selama..x... jam curah 1. Identifikasi tanda
Afterload (D.0008) jantung meningkat dengan serta gejala primerr
kriteria hasil : Curah penurunan curah
Jantung (L.02008) jantng
1. Kekuatan nadi perifer 2. Identifikasi tanda
meningkat serta gejala sekunder
2. Dyspnea menurun penurunan curah
3. Takikardi menurun jantng
4. Sistem vaskular 3. Monitor tekanan
resisten menurun darah
5. Edema menurun 4. Monitor intake dan
output
5. Monitor keluhan
nyeri
6. Monitor saturasi
oksigen
Terapeutik
7. Posisikan klien
semi fowler atau
fowler
8. Berikan diet jantung
yang sesuai
9. Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stress
Edukasi
10. Anjukan beraktifitas
fisik sesuai toleransi

14
11. Anjurkan beraktifitas
secara bertahap
12. Anjurkan Berhenti
Merokok
13. Anjurkan pasien dan
keluarga pasien
mengukur berat badan
harian
14. Anjurkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan output
cairan harian
Kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian
antiaritmia , jika perlu
16. Rujuk keprogram
rehabilitasi jantung

Intoleransi Setelah di lakukan Tindakan Rehabilitasi Jantung (


Aktivitas (D.0059) keperawatan keperawatan L.02081)
b.d Kondisi selama …x 24 jam dapat Observasi
Fisiologis menunjukan kriteria hasil : 1. Monitor Tingkat
(mis.Penyakit 1. Takikardi Menurun Toleransi Aktivitas
Kronis,Penyakit 2. Edema Menurun 2. Periksa kontraindikasi
Terminal,Anemia, 3. Dispnea Menurun latihan (takikardia >
Malnutrisi,Kehami 4. Gambaran EKG aritmia 120 x/menit, TDS
lan) menurun >180 mmHg, TDD
5. Suara jantung menurun >110 mmHg.
6. Hepatomegali Menurun hipotensi ortostatik
>20 mmHg, angina,
dispnea, gambaran

15
EKG iskemia, blok
atrioventikuler derajat
2 dan 3, takikardia
ventrikel)Lakukan
skrining ansietas dan
depresi, jika perlu
Terapeutik
3. Fasilitasi pasien
menjalani latihan
fase 1 (Inpatient)
4. Fasilitasi pasien
menjalani latihan
fase 2 (outpatient)
5. Fasilitasi pasien
menjalani latihan
fase 3
(maintenance)
6. Fasilitasi pasien
menjalani latihan
fase 4 (long term)
Edukasi
7. jelaskan rangkaian
fase-fase
rehabilitasi jantung
8. Anjurkan
menjalani latihan
sesuai toleransi
9. Anjurkan pasien
dan keluarga untuk
modifikasi faktor
risiko (mis. latihan,

16
diet, berhen
merokok,
menurunkan berat
badan)
10. Anjurkan pasien
dan keluarga
mematuhi jadwal
kontrol kesehatan

Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi (


pertukaran gas intervensi keperawatan l.01014)
(D.0003) b.d selama..x... jam Observasi
Perubahan pertukaran gas dapat 1. Monitor frekuensi,
membran alveolus- meningkat dengan irama, kedalaman dan
kapiler kriteria hasil Pertukaran upaya napas.
Gas (L.01003) 2. Monilor pola napas
1. Dispnea (seperti bradipnea,
menurun takipnea,
2. Takikardia hiperventilasi,
membaik Kussmaul, Cheyne
3. Pola napas Biot, ataksik)
membaik Teraputik
4. Bunyi Nafas 3. Atur interval
Tambahan pemantauan
Menurun respirasi sesuai
kondisi pasien
Edukasi
4. Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan

17
Hipervolemia Setelah dilakukan intervensi Pemantauan Cairan (
(D.0022) b.d keperawatan selama..x... I.03121)
Kelebihan asupan jam pertukaran gas dapat Observasi
natrium meningkat dengan kriteria 1. Monitor Frekuensi
hasil : Keseimbangan dan kekuatan nadi
Cairan (L.030220) 2. Monitor Intake dan
1. Asupan Cairan output cairan
Menurun Terapeutik
2. Edema Menurun 3. Atur interval waktu
3. Tekanan Darah pemantauan sesuai
Membaik kondisi pasien
Edukasi
4. Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan

18
DAFTAR PUSTAKA

Albakri, A. (2018). Ischemic heart failure: A review of clinical status and meta-
analysis of diagnosis and clinical management methods. Clinical and
Medical Investigations, 3(4), 1–15. https://doi.org/10.15761/cmi.1000171

Aminiyah, R. (2019). Laporan Pendahuluan Konsep dasar penyakit Hypertensive


Heart Failure (Vol. 01).

Fikriana, R. (2013). Sistem Kardiovaskuler. In Journal of Chemical Information


and Modeling (Vol. 53, Issue 9).

Imaligy, E. U. (2014). Gagal Jantung pada Geriatri. 41(1), 19–24.

Lailia, R. N. (2014). Patomekanisme Penyakit Gagal Jantung Kongestif. 4(2), 1–


23.

Marderina, H. (2020). Asuhan Keperawatan Congestive Heart Failure (CHF)


Dengan Ketidakefektifan Pola Nafas di Ruang Melati 3 Rumah Sakit Umum
Daerah Dokter Soekardjo Tasikmalaya. Universitas Bhakti Kencana, 7.

PPNI. (2016). standart diagnosis keperawatan indonesia (D. PPNI (ed.); edisi 1).
DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (DPP PPNI (ed.); Edisi
1). Definisi dan Tindakan Keperawatan.

Purwanto, H. (2016). Keperawatan Medikal Bedah II. In News.Ge.

19

Anda mungkin juga menyukai