CHF Varadila
CHF Varadila
Disusun Oleh :
Varadila Istika Umami (14.401.21.055 )
1.2 Etiologi
Gagal jantung terjadi ketika terjadi kerusakan pada lapisan dalam pembuluh
konduksi dan resistensi koroner yang menyebabkan aterosklerosis – penumpukan
kelebihan akumulasi plak lemak yang terdiri dari kolesterol dan produk limbah
seluler lainnya di lokasi kerusakan. Proses ini menyebabkan obstruksi yang
2
membatasi aliran pada satu atau lebih pembuluh konduksi atau pembuluh resistensi
koroner dan mengakibatkan penurunan jumlah suplai oksigen miokard .(Albakri,
2018)
1.3 Patofisiologi
Jantung adalah organ berupa otot,berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya
di atas dan puncaknya di bawah. Apexnya (puncak) miring ke sebelah bawah kiri .
Terdapat tiga kondisi yang mendasari terjadinya gagal jantung, yaitu gangguan
mekanik (beberapa faktor yang mungkin bisa terjadi secara tunggal atau bersamaan
yaitu beban tekanan, beban volume, tamponade jantung atau kontriksi perikard,
jantung tidak dapat diastole, obstruksi pengisian ventrikel, aneurisme ventrikel,
disenergi ventrikel, restriksi endokardial atau miokardial) dan abnormalitas otot
jantung yang terdiri dari primer (kardiomiopati, miokarditis metabolic (DM, gagal
ginjal kronik, anemia) toksin atau sitostatika) dan sekunder (iskemia, penyakit
sistemik, penyakit infiltrative, dankorpulmonal).(Lailia, 2014)
3
Pathway
4
1.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari umur pasien, beratnya
gagal jantung, etiologi penyakit jantung, ruang- ruang jantung yang terlibat, apakah
kedua ventrikel mengalami kegagalan serta derajat gangguan penampilan jantung.
Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu ditemukan :
5
Penderita gagal jantung seringkali mengalami palpitasi. Hal ini karena
jantung berusaha memompa darah lebih cepat untuk memenuhi
kebutuhan.(Purwanto, 2016)
1.4 Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan abnormalitas struktural jantung (ACC/AHA) atau
berdasarkan gejala berkaitan dengan kapasitas fungsional :
Klasifikasi Gagal jantung Menurut Tungkatan Berdasarkan gejala dan
ACC / AHA aktifitas fisik
Stadium A Kelas I
Memiliki risiko tinggi berkembang Tidak terdapat Batasan melakukan.
menjadi gagal jantung. Tidak terdapat Aktivitas fisik. Aktivitas fisik sehari-hari
ganguan struktural atau fungsional tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi
jantung, tidak terdapat tanda atau atau sesak nafas
gejala
Stadium B kelas II
Telah terbentuk penyakit struktur Terdapat batasan aktivitas ringan. Tidak
jantung yang berhubungan dengan terdapat keluhan saat istirahat, namun
perkembangan gagal jantung. Tidak aktivitas fisik sehari-hari menimbulkan
terdapat tanda atau gejala kelelahan, palpitasi atau sesak nafas
6
walaupun sudah mendapat terapi medis istirahat. Keluhan meningkat saat
maksimal melakukan aktivitas
7
dapat menentukan gagal jantung pada disfungsi siltolik karena ukuran bias
terlihat normal.
3. Echocardiograf
Pemeriksaan ini direkomendasikan untuk semua pasien gagal jantung. Tes ini
membantu menetapkan ukuran ventrikel kiri, massa,dan fungsi.(Lailia, 2014)
1.7 Penatalaksanaan
Penderita gagal jantung tidak dapat diobati, namun penatalaksanaan dapat
dilakukan dengan sebagai strategi untuk memperbaiki gejala – gejala yang muncul
agar penderita tetap memiliki kualitas hidup yang baik.
Patalaksanaan penderita gagal jantung meliputi :
1. Perubahan gaya hidup
Perubahan gaya hidup penderita gagal jantung meliputi :
a. Menghindari merokok
Kandungan nikotin dalam rokok secara bertahap akan meningkatkan
frekuensi denyut jantung dan tekanan darah.
b. Melihara berat badan
Kenaikan berat badan atau penurunan berat badan yang terjadi secara tiba
– tiba merupakan salah satu tanda gejala gagal jantung.
c. Menghindari / membatasi kafein
Menghindari/ membatasi konsumsi kopi dalam tiap harinya merupakan hal
yang penting untuk mencegah gagal jantung semakin berat.
2. Pengobatan
Pengobatan yang dapat diberikan pada penderita gagal jantung antara lain :
a. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitors
Captopril (Capoten), Enalapril (Vasotec), Fosinopril (Monopril), Lisinopril
(Prinivil, Zestril), Perindopril (Aceon), Quinapril (Accupril), Ramipril
(Altace), Trandolapril (Mavik)
b. Angiotensin II Receptor Blockers (ARBs) /Angiotensin-2 Receptor
Antagonists Candesartan (Atacand), Losartan (Cozaar), Valsartan (Diovan)
c. Angiotensin Receptor Neprilysin Inhibitors (ARNIs)
Sacubitril/valsartan
8
d. Beta Blockers
Bisoprolol (Zebeta), Metoprolol succinate (Toprol XL), Carvedilol
(Coreg), Carvedilol CR (Coreg CR)Toprol XL.
3. Pembedahan
Beberapa prosedur pembedahan yang dapat dilakukan antara lain :
a. Implantable Cardioverter-Defibrillator (ICD)
b. Cardiac Resynchronization Therapy (CRT)
c. Left ventricular assist device (LVAD)
d. Transplantasi jantung
e. Percutaneous coronary intervention (PCI)
f. Coronary artery bypass
g. Penggantian katup jantung (Fikriana, 2013)
9
Berisi mengenai penyakit yang pernah dialami, alergi, imunisasi, serta obat-
obatan yang pernah digunakan, serta riwayat penyakit keluarga. Salah satu
factor resiko gagal jantung hipertensi adalah adanya riwayat gagal jantung
pada keluarga. Obesitas, asupan garam yang tinggi, diabetes mellitus
merupakan faktor risiko dari penyakit gagal jantung.
10
penglihatan, alat bantu penglihatan, adanya nyeri tekan atau benjolan, lapang
pandang. Biasanya pada penderita HHF sering mengalami mata anemis.
- Telinga
Pemeriksaan pada daun telinga ke telinga bagian dalam hingga fungsi
pendengaran, bentuk daun telinga, lesi, serumen, nyeri tekan pada tragus,
telinga tengah apakah ada cairan, serumen, benjolan atau tanda peradangan,
keadaan membrane timpani seperti warna, bentuk dan keutuhannya, fungsi
pendengaran dengan tes bisik atau menggunakan garpu tala (rinne, weber,
swabach)
- Hidung
Pengkajian pada bentuk hidung, kesimetrisan, septum nasi, serumen/sekret,
benjolan, tanda radang, kelenturan, nyeri, palpasi pada 4 sinus (frontalis,
etmoidalis, spenoidalis, maksilaris), potensi hidung (kelancaran hembusan
napas disetiap lubang hidung), termasuk fungsi pengidu.
- Mulut
Pengkajian pada kering lembabnya mukosa bibir, warna pucat atau tidanya
bibir (cyanosis/tidak), massa/benjolan, bentuk bibir, bau mulut dan
kebersihan, lesi mukosa (stomatitis), kebersihan gigi, gusi, karies, gigi
berlubang, gigi palsu, kesimetrisan lidah, kebersihan lidah, lesi, kesimetrisan
uvula, pembesaran dan tanda peradangan pada tonsil.
- Leher
Pada pemeriksaan leher biasanya melihat tentang bentuk dan kesimetrisan,
ada tidaknya benjolan (konsistensi, bentuk, ukuran), letak trakea,
kesimetrisan, tekanan vena jugularis, bising arteri karotis. Biasanya ada klien
gagal jantung sering ditemukan atau mengalami distensi vena jugularis.
- Dada
Jantung:
Inspeksi : Penampakan ictus cordis
Palpasi : Perabaan pada ictus cordis
Perkusi : Penentuan letak dan batas jantung
11
Auskultasi : Bunyi jantung pada klien gagal jantung kongestif adalah
mur-mur (S3) dan gallop (S4) , irama jantung klien gagal jantung kongestif
adalah disritmia dan takikardi , terdapat bising jantung.
- Paru
Inspeksi : Melihat bentuk dada, kesimetrisan dada, gerakan dada/napas,
pelebaran vena dada, pada klien gagal jantung kelas berat biasanya
menggunakan otot bantu pernapasan
Palpasi : Mengkaji benjolan, gerakan dinding thoraks, ekspansi paru, fokal
fremitus. Pada klien gagal jantung terdapat nyeri tekan.
Perkusi : Menentukan batas paru dan kelainan pada paru/thoraks,
normalnya sonor
Auskultasi : suara pernapasan, suara tambahan pernapasan.
- Abdomen
Inspeksi : melihat keadaan kulit, permukaan kulit, bentuk perut, gerakan
dinding perut, keadaan umbilicus. Pada klien dengan HHF atau gagal
jantung akibat hipertensi terkadang mengalami pembesaran perut karena
adanya pembesaran hati atau asites
Auskultasi : bising dan peristaltic usus, bunyi gerakan cairan, bising
pembuluh darah.
Perkusi : tanda pembesaran organ, adanya udara dan cairan bebas,
penentuan batas dan tanda pembesaran hepar
Palpasi : ketegangan otot, nyeri tekan abdomen, massa, keadaan hepar, lien,
ginjal, pemeriksaan ascites, ketok ginjal.
- Genetalia dan anus
Genetalia laki-laki : penyebaran dan pertumbuhan rambut pubis,
inspeksi bentuk, ukuran, kelainan pada penis, kebersihan, keadaan uretra,
skrotum, nyeri tekan, elastisitas, dan palpasi skrotum, hernia
Genetalia perempuan : penyebaran dan pertumbuhan rambut pubis,
inspeksi lesi dan benjolan, labia mayora, labia minora, klitoris, vagina,
uretra, serumen, kebersihan, kelainan pada vulva/vagina.
Anus : lesi, benjolan, pelebaran vena, kebersihan, colok dubur.
12
- Ekstremitas
Bentuk, ukuran, kesimetrisan otot, atropi, kontraktur, tremor, tonus, spasme
otot, kekuatan otot, kelainan pada ekstremitas, deformitas, massa,
peradangan, fraktur, peradangan sendi, mobilitas atau rentang gerak sendi.
Biasanya pada klien gagal jantung akan mengalami edema pada bagian
ekstremitas terutama di ekstremitas bawah.
- Kulit dan kuku
Kulit
Pemeriksaan warna kulit, tektur kulit, elastisitas/turgor, akral, kebersihan,
kelembaban, tekstur, kelainan kulit, seperti lesi, derajat edema, nyeri tekan,
termasuk inspeksi distribusi pertumbuhan rambut. Biasanya pada klien
dengan gagal jantung warna kulit pucat atau hitam atau sianotik
Kuku
Pemeriksaan warna kuku, bentuk, elastisitas, lesi, tanda radang, kebersihan,
panjang/pendeknya, CRT. Pada penderita gagal jantung warna kuku pucat
atau sianosis akibat pengisian kapiler yang lambat sehingga memungkinkan
CRT > 2 detik
- Keadaan lokal
Pengkajian terfokus pada kondisi local, misalnya deskripsi rinci luka, sistem
persyarafan/neurologis. (Aminiyah, 2019)
13
Penurunan curah Setelah dilakukan Perawatan Jantung
jantung b.d Tindakan keperawatan (I.02075)
Perubahan selama..x... jam curah 1. Identifikasi tanda
Afterload (D.0008) jantung meningkat dengan serta gejala primerr
kriteria hasil : Curah penurunan curah
Jantung (L.02008) jantng
1. Kekuatan nadi perifer 2. Identifikasi tanda
meningkat serta gejala sekunder
2. Dyspnea menurun penurunan curah
3. Takikardi menurun jantng
4. Sistem vaskular 3. Monitor tekanan
resisten menurun darah
5. Edema menurun 4. Monitor intake dan
output
5. Monitor keluhan
nyeri
6. Monitor saturasi
oksigen
Terapeutik
7. Posisikan klien
semi fowler atau
fowler
8. Berikan diet jantung
yang sesuai
9. Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stress
Edukasi
10. Anjukan beraktifitas
fisik sesuai toleransi
14
11. Anjurkan beraktifitas
secara bertahap
12. Anjurkan Berhenti
Merokok
13. Anjurkan pasien dan
keluarga pasien
mengukur berat badan
harian
14. Anjurkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan output
cairan harian
Kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian
antiaritmia , jika perlu
16. Rujuk keprogram
rehabilitasi jantung
15
EKG iskemia, blok
atrioventikuler derajat
2 dan 3, takikardia
ventrikel)Lakukan
skrining ansietas dan
depresi, jika perlu
Terapeutik
3. Fasilitasi pasien
menjalani latihan
fase 1 (Inpatient)
4. Fasilitasi pasien
menjalani latihan
fase 2 (outpatient)
5. Fasilitasi pasien
menjalani latihan
fase 3
(maintenance)
6. Fasilitasi pasien
menjalani latihan
fase 4 (long term)
Edukasi
7. jelaskan rangkaian
fase-fase
rehabilitasi jantung
8. Anjurkan
menjalani latihan
sesuai toleransi
9. Anjurkan pasien
dan keluarga untuk
modifikasi faktor
risiko (mis. latihan,
16
diet, berhen
merokok,
menurunkan berat
badan)
10. Anjurkan pasien
dan keluarga
mematuhi jadwal
kontrol kesehatan
17
Hipervolemia Setelah dilakukan intervensi Pemantauan Cairan (
(D.0022) b.d keperawatan selama..x... I.03121)
Kelebihan asupan jam pertukaran gas dapat Observasi
natrium meningkat dengan kriteria 1. Monitor Frekuensi
hasil : Keseimbangan dan kekuatan nadi
Cairan (L.030220) 2. Monitor Intake dan
1. Asupan Cairan output cairan
Menurun Terapeutik
2. Edema Menurun 3. Atur interval waktu
3. Tekanan Darah pemantauan sesuai
Membaik kondisi pasien
Edukasi
4. Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
18
DAFTAR PUSTAKA
Albakri, A. (2018). Ischemic heart failure: A review of clinical status and meta-
analysis of diagnosis and clinical management methods. Clinical and
Medical Investigations, 3(4), 1–15. https://doi.org/10.15761/cmi.1000171
PPNI. (2016). standart diagnosis keperawatan indonesia (D. PPNI (ed.); edisi 1).
DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (DPP PPNI (ed.); Edisi
1). Definisi dan Tindakan Keperawatan.
19