Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA GOUT ATRITIS

Disusun Oleh :

Varadila Istika Umami 144.01.21.055


Vika Khumayrotun Nisa 144.01.21.057

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
KRIKILAN - GLEMORE – BANYUWANGI
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena dengan Rahmat
dan pertolongan-nya makalah ini dapat diselesaikan dengan penuh kemudahan. Dalam
menyelesaikan makalah ini penyusunan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
Jadi pada kesempatan ini penyusun mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, jadi
pada Kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya pada semua
pihak yang Membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. oleh sebab itu kritik Dan
saran yang bersifat membangun akan diterima dengan senanghati dan penyusun
berharap makalah ini bermanfaat bagi siapapun terimakasih.

krikilan, 12 September 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2


DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN.......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 5
C. Tujuan Masalah ......................................................................................................... 5
1. Tujuan Umum ........................................................................................................... 5
2. Tujuan Khusus .......................................................................................................... 5
BAB II ............................................................................................................................ 6
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................. 6
A. KONSEP PENYAKIT .............................................................................................. 6
1. Definisi .................................................................................................................. 6
2. Etiologi .................................................................................................................. 6
3. Manifestasi Klinis ..................................................................................................... 8
5. Klasifikasi ............................................................................................................... 11
6. Komplikasi .............................................................................................................. 11
7. Pemeriksaan Diagnostik ......................................................................................... 12
8. Penatalaksanaan ...................................................................................................... 12
B. Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................................. 14
1. Pengkajian ............................................................................................................... 14
2. Diagnosa Keperawatan .......................................................................................... 15
3. Intervensi Keperawatan ........................................................................................... 19
BAB III......................................................................................................................... 24
PENUTUP .................................................................................................................... 24
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 24
B. Saran ........................................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 25

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia lanjut merupakan suatu hal yang akan dihadapi oleh setiap orang. Seiring dengan
perubahan yang terjadi pada proses penuaan maka lanjut usia tak luput mengalami
berbagai gangguan fungsi tubuh yang rentan terhadap penyakit . Penyakit gout (asam
urat) merupakan Penyakit yang sering diderita oleh lansia yang berhubungan dengan
tingginya kadar asam urat dalam darah. Seseorang akan di katakan menderita asam urat
jika kadar asam urat dalam darahnya di atas 7 mg/dl pada laki- laki dan di atas 6 mg/dl
pada wanita . Tingginya asam urat dalam darah disebabkan akibat adanya gangguan
metabolisme purin bawaan, kelainan pembawa sifat atau gen, kebiasaan pola makan
berkadar purin tinggi ( seperti: daging, jeroan, kepiting, kerang, keju, kacang tanah,
bayam, buncis), dan penyakit seperti leukemia (kanker sel darah putih), kemoterapi,
radioterapi. Dampak yang terjadi jika kadar asam urat dalam tubuh berlebih dapat
menimbulkan batu ginjal atau pirai di persendian. Walaupun asam urat tidak mengancam
jiwa, namun apabila penyakit ini sudah mulai menyerang, penderitanya akan mengalami
siksaan nyeri yang sangat menyakitkan, terjadi pembengkakan, hingga cacat pada
persendian tangan dan kaki. Rasa sakit pada pembengkakan tersebut oleh endapan
endapan kristal monosodium urat yang menimbulkan rasa nyeri pada daerah tersebut
(Srimawati et al., 2022).

Asam urat dapat disebabkan oleh perubahan pola hidup, khususnya adalah pola makan.
Pola makan sehat yaitu pola makan yang mengandung karbohidrat, kaya serat,
mengkonsumsi vitamin dan mineral yang cukup kemudian berubah ke pola makan yang
banyak mengandung purin, protein terutama protein hewani dapat mengakibatkan kadar
asam urat dalam darah meningkat dan akan menimbulkan penumpukan kristal asam urat

4
yang pada keadaan ini menyebabkan terjadinya penyakit Arthritis gout (Abidin et al.,
2022).

Pada sebagian besar orang yang menderita asam urat, biasanya juga mempunyai
penyakit lain seperti ginjal, diabetes ataupun hipertensi (Srimawati et al., 2022).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Gout Atritis ?
2. Apa yang dimaksud etiologi Gout Atritis ?
3. Apa yang dimaksud tanda dan gejala gagal Gout Atritis ?
4. Apa yang dimaksud patofisiologi Gout Atritis ?
5. Apa yang dimaksud klasifikasi Gout Atritis ?
6. Apa yang dimaksud komplikasi Gout Atritis ?
7. Bagaimana penatalaksanaan Gout Atritis ?
8. Apa saja pemeriksaan penunjuang pada Gout Atritis ?

C. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengaplikasikan dan memahami asuhan keperawatan pada gout
atritis.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa memahami definisi Gout Atritis
b. Agar mahasiswa memahami etiologi Gout Atritis
c. Agar mahasiswa memahami tanda dan gejala Gout Atritis
d. Agar mahasiswa memahami patofisiologi Gout Atritis
e. Agar mahasiswa memahami klasifikasi Gout Atritis
f. Agar mahasiswa memahami komplikasi Gout Atritis
g. Agar mahasiswa memahami penatalaksanaan pada Gout Atritis
h. Agar mahasisa memahami pemeriksaan penunjang pada Gout Atritis

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Penyakit Asam urat atau yang dikenal juga dengan sebutan Artritis Gout
merupakan suatu penyakit karena kelainan metabolisme purin (Hiperurisemia).
Kelainan ini bisa terjadi adanya oversekresi asam urat atau penurunan fungsi ginjal
yang mengakibatkan penurunan eksresi asam urat atau kombinasi keduanya. Kadar
asam urat normal pada wanita : 2,6-6 mg/dl, dan pada pria :3-7 mg/dl. Arthritis Gout
adalah penyakit yang sering ditemukan dan tersebar diseluruh dunia. Arthritis Gout
merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisik kristal
monosodium urat pada jaringan atau akibat supesaturasi didalam cairan elekstraseluler
. Arthritis Gout adalah penyakit metabolik yang ditandai oleh penumpukan asam urat
yang menyebabkan nyeri pada sendi, Arthritis Gout adalah asam yang berbentuk
kristal-kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin, kadar asam urat
yang tinggi dapat menimbulkan kristal asam urat di persendian dan menjadi
penyakit.(Nofia et al., 2021)

2. Etiologi
Atritis Gout Ini adalah gangguan metabolisme di mana protein berbasis purin tidak
dapat dimetabolisme tubuh dengan baik. Sebagai hasilnya, ada peningkatan jumlah asam
urat, yang adalah hasil akhir metabolisme purin. Sebagai hasil dari hyperuricemia, kristal
asam urat berkumpul di dalam sendi, yang paling umum ibu jari kaki (podagra),
menyebabkan sakit ketika sendi bergerak. Asam urat dibersihkan dari tubuh melalui
ginjal. Pasien dapat juga berpotensi ke arah penyakit batu ginjal ketika asam urat
mengkristal di dalam ginjal.Seseorang bisa juga berpotensi ke arah penyakit encok

6
sekunder. Ini ka- rena proses penyakit yang lain atau penggunaan pengobatan, seperti
diuretik thiazide atau beberapa agen kemoterapeutik (Istianah, 2018)

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian atritis gout meliputi :

a. Jenis Kelamin
Pada umumnya yang terserang goutadalah pria, sedangkan pada perempuan
persentasenya kecil dan baru muncul setelah menopause. Kadargout kaum pria
cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Pada wanita, peningkatan
itu dimulai sejak masa menopause. Atritis Gout cenderung dialami pria ini karena
perempuan mempunyai hormon estrogen yang ikut membantu pembuangan gout
lewat urine.Sementara pada pria, goutcenderung lebih tinggi daripada perempuan
karena tidak memiliki hormon estrogen tersebut.
b. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak
tubuh yang berlebihan. Gout sendiri merupakan produk akhir metabolisme purin
pada manusia. Penyebab meningkatnya kadargoutdipengaruhi oleh berbagai
macam faktor contohnya genetik, hipotiroid, obesitas, diet tinggi purin. Informasi
ini membuktikan bahwa kenaikan berat badan ada hubungannya dengan
gout.Kebanyakan kasus gout diakibatkan oleh karena berat badan berlebih,
terutama bila IMT ≥ 25 kg/m2. Menurut analisa peneliti bahwa obesitas
berhubungan dengan kejadian gout, obesitas menyebabkan gangguan proses
reabsorpsi gout pada ginjal. Asupan yang masuk ke tubuh juga mempengaruhi
kadar asam urat dalam darah. Hal ini yang menyebabkan penderita obesitas
mengalami gout.
c. Hipertensi
Secara teori menjelaskan hubungan goutdengan hipertensi, hipertensi akan
berakhir dalam penyakit mikrovaskuler dengan hasil akhirnya berupa iskemi
jaringan yang akan meningkatkan sintesis gout melalui degradasi ATP menjadi

7
adenin dan xantin. Gout yang berlangsung lama dapat menyebabkan penyakit ginjal
kronis dengan perubahan tubuler(Afnuhazi, 2019)

3. Manifestasi Klinis
Berikut beberapa Manifestasi Klinis Atritis menurut (Imelda et al., 2022)

1) Sendi terasa nyeri, ngilu, linu, kesemutan, bahkan membengkakberwarna


kemerahan (meradang).
2) Biasanya, persendian terasa nyeri saat pagi hari (baru bangun tidur)atau malam
hari.
3) Rasa nyeri pada sendi terjadi berulang-ulang.
4) Yang diserang biasanya sendi jari kaki, jari tangan, lutut, tumit,pergelangan
tangan, dan siku.
5) Pada kasus yang parah, persendian terasa sangat sakit saat bergerak, bahkan
penderita sampai tidak bisa jalan. Tulang di sekitar sendi juga bisa kropos atau
mengalami pengapuran tulang.
Adapun Beberapa tahap Manifestasi Klinis pada Atritis Gout :
a. Tahap Asimtomatik
tanda-tanda penyakit asam urat pada permulaan biasanya ditandai dengan
peningkatan kadar asam urat. Penderita pada tahap asimtomatik tidak merasakan
sakit sama sekali dan tidak disertai gejala nyeri.
b. Tahap Akut
asam urat biasanya terjadi serangan radang sendi disertai dengan rasa nyeri yang
hebat, bengkak, merah dan terasa panas pada pangkal ibu jari kaki. Biasanya
serangan muncul pada tengah malam dan menjelang pagi hari.
c. Tahap Interkritikal
asam urat adalah tahap interval di antara dua serangan akut. Biasanya terjadi
setelah satu sampai dua tahun kemudian.
d. Tahap Kronik

8
pada tahap kronik ini ditandai dengan terbentuknya tofi dan demorfasi atau
perubahan bentuk pada sendi-sendi yang tidak dapat berubah ke bentuk seperti
semula.(Richard, 2017)

4. Patofisiologi

Asam urat merupakan produk pemecahan metabolisme purin. Normalnya,


keseimbangan terjadi antara prodal dan ekskresi, dengan sekitar dua pertiga jumlah
dihasilkan setiap hari dikeluarkan oleh ginjal dan sisan dalam feses. Kadar asam urat
serum normalnya dipe tahankan antara 3.5 dan 7,0 mg/dl pada pria dan 2.8 din 6,8
mg/dl pada wanita. Pada tingkat yang lebih besar dari 7,0 mg/dl, serum tersaturasi
dengan urat, bentuk asam urat terionisasi. Saat peningkatan konsentrasi, plasma
menjadi supersaturasi, menciptakan risiko pembentukan kristal monosodium urat.
Sebagian besar waktu, hiper- urisemia terjadi dari ekskresi asam urat yang kurang oleh
ginjal; produksi berlebihan terjadi pada hiperurisemia pada hanya sekitar 10% individu
Pada hiperurisemia, peningkatan kadar urat ada dalam cairan ekstraselular lain,
termasuk cairan sinovial, dan juga pada plasma. Akan tetapi, cairan sinovial
merupakan pelarut yang buruk untuk urat daripada plasma, meningkatkan risiko untuk
pembentukan kristal urat . Kristal monosodium urat dapat terbentuk dalam cairan
sinovial atau dalam membrane sinovial, kar- tilago, atau jaringan ikat sendi lainnya.
Kristal cenderung terbentuk pada jaringan perifer tubuh, sementara itu suhu yang lebih
rendah mengurangi kelarutan asam urat. Kristal juga terbentuk di jaringan ikat dan
ginjal. Kristal ini menstimulasi dan melanjutkan proses inflamasi, selama neutrofil
berespons dengan ingesti kristal. Neutrofil mele paskan fagolisosom, menyebabkan
kerusakan jaringan. yang menyebabkan terjadinya inflamasi terus-menerus. Pada
akhirnya, proses inflamasi merusak kartilago sendi dan
tulang yang menyertai.(LeMone et al., 2017).

9
Penyakit dan
Pathway Obat-Obatan

Faktor
Genetik
Sekresi asam
Urat Meningkat
Konsumsi
Makanan
Tinggi Purin

Produksi
Asam Urat
Meningkat

Gangguan Respons
Metabolisme Purin Inflamasi

HIPERUREMIA Suhu Tubuh Meningkat


(N : Pria (3,0-7) Wanita (2,4-6))
Hipertermia (D.0130)
ATRITIS GOUT

Mekanisme Penimbunan kristal Thopi/Tofas


Peradangan monoatrium di sendi Mengendap di
bagian perifer tubuh
Sirkulasi pada Peningkatan
peradangan Permebilitas Kapiler Pembentukan
terganggu tukas pada sendi

Akumulasi Cairan
Eritma Tofus-Tofus
ke Jaringan
(Kemerahan) Mengering
Intertisial meningkat
dan panas

Edema Membatasui
Nyeri Akut Pergerakan
(D.0077) Sendi
Kesemutan / Faal

Terjadii Pada Gangguan


Malam Hari Gangguan Rasa
Mobilitasi Fisik
Nyaman
(D.0054)
(D.0074)
Gangguan
Pola Tidur
(D.0055)

10
5. Klasifikasi
Klasifikasi pada Atritis Gout menurut (Imelda et al., 2022) :

a. Gout primer
Pada gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Diduga
berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya
produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran
asam urat dari tubuh.
b. Gout sekunder
Pada gout sekunder disebabkan antara antara lain karena meningkatnya produksi
asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar purin
tinggi. Purin adalah salah satu senyawabasa organik yang menyusun asam
nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk asam amino, unsur pembentuk protein.
Produksi asam urat juga akan meningkat apabila adanya penyakit darah (
penyakit sumsum tulang, polisetemia), mengonsumsi alkohol, dan penyebab
lainnya adalah faktor obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis), kadar
trigiserin yang tinggi.

6. Komplikasi
Komplikasi yang muncul akibat gout arthritis antara lain :
a. Gout kronik bertophus
Merupakan serangan gout yang disertai benjolan-benjolan (tofi) di sekitar sendi
yang sering meradang.
b. Nefropati gout kronik
Penyakit tersering yang ditimbulkan karena hiperurisemia. terjadi akibat dari
pengendapan kristal asam urat dalam tubulus ginjal.
c. Nefrolitiasis asam urat (batu ginjal)
Terjadi pembentukan massa keras seperti batu di dalam ginjal, bisa menyebabkan
nyeri, pendarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Air kemih jenuh

11
dengan garam-garam yang dapat membentuk batu seperti kalsium, asam urat,
sistin dan mineral struvit (campuran magnesium, ammonium, fosfat).
d. Persendian menjadi rusak hingga menyebabkan pincang.(Dianati, 2015)

7. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium

1. Pemeriksaan cairan sinovia didapatkan adanya kristal monosodium urat


intraselular.
2. Pemeriksaan serum asam urat meningkat >7 mg/dl.
3. Urinalisis 24 jam didapatkan ekskresi >800 mg asam urat.
4. Urinalisis untuk mendeteksi risiko batu asam urat
5. Pemeriksaan kimia darah untuk mendeteksi fungsi ginjal, hati,
hipertrigliseridemia, tingginya LDL, dan adanya diabetes mellitus.
6. Leukositosis didapatkan pada fase akut.

Radiodiagnostik

1. Radiografi untuk mendeteksi adanya kalsifikasi sendi.


2. Radiografi didapatkan adanya erosi pada permukaan sendi
dan kapsul sendi.(Noor, 2016)

8. Penatalaksanaan
Pengobatan artritis gout akut bertujuan menghilangkan keluhan nyeri sendi dan
peradangan dengan Cara pemberian terapi farmakologi dan Non Farmakologi .

1. Terapi Farmakologi
a. Kolkisin
Dosis : 0,5 – 0,6 mg tiap satu jam atau 1,2 mg sebagai dosis awal dan
diikuti 0,5 – 0,6 mg tiap 2 jam sampai gejala penyakit hilang atau mulai
timbul gejala saluran cerna, misalnya muntah dan diare. Dapat diberikan
dosis maksimum sampai 7 – 8 mg tetapi tidak melebihi 7,5 mg dalam
waktu 24 jam. Untuk profilaksis diberikan 0,5 – 1,0 mg sehari.

12
b. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Contohnya: indometasin, fenilbutazon
c. Obat urikosurik/ anti hiperurisemia
Contohnya: alopurinol, probenesid, sulfinpirazon, dan febuxostat
d. Kortikosteroid
Kortikosteroid sering digunakan untuk menghilangkan gejala gout
akut dan akan mengontrol serangan. Contohnmya: dexametason,
hidrokortison, prednisone.(Dianati, 2015)
2. Terapi Non Farmakologi
a. Kompres hangat kayu manis
Kayu manis mengandung bermacam macam bahan yaitu minyak atsiri
(1-4%) yang berisi sinamaldehid (60-80%), eugenol (sampai 10%) dan
trans asam sinnamat (5-10%, senyawa fenol (4- 10%), tannin, katechin,
proanthocyanidin, monoterpen, dan sesquiterpen (pinene), kalsium
monoterpen oksalat, gum getah, resin, pati, gula, dan coumarin dan Kayu
manis juga mempunyai kandungan kimia yang sangat berperan sebagai
antiiflamasi.(Aprilla et al., 2022)
b. Pemberian Jus Nanas
Buah nanas mengandung enzim breomelain yang mempunyai efek anti-
inflamatory (anti- peradangan) dan membantu pencernaan protein. Oleh
karena itu, baik dikonsumsi bagi orang yang menderita radang sendi
(arthritis gout)(Annita et al., 2018)
c. Teknik Distrasi
menganjurkan klien untuk menonton tv, mendengarkan musik klasik
dimana klien diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama
lagu sehingga dapat mengurangi tingkat ketegangan emosi atau nyeri
fisik.(Abidin et al., 2022)

13
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas
1. Umur : Artritis gout menyerang terutama pada pria dewasa usia 40 tahun
keatas dan pada wanita post menopause.
2. Jenis Kelamin : Perkembangan artritis gout sebelum usia 30 tahun lebih
banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Namun angka kejadian
artritis gout menjadi sama antara kedua jenis kelamin setelah usia 60 tahun.
Prevalensi artritis gout pada pria meningkat dengan bertambahnya usia dan
mencapai puncak antara usia 75 dan 84 tahun (Wahyu Widyanto, 2017)
b) Status Kesehatan Saat ini
1. Keluhan Utama
Penderita asam urat sering mengeluhkan rasa nyeri sendi pada malam hari
Dan pagi hari saat bangun tidur.(Nofia et al., 2021)
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien merasakan nyeri sendi , bengkak , kekakuan sendi .
c) Riwayat Penyakit Terdahulu
1. Riwayat penyakit sebelumnya :
pada umumnya penderita penyakit gout arthritis sebelumnya sudah pernah
mengalama penyakit tersebut.
2. Riwayat penyakit keluarga :
biasanya tidak ada dari riwayat penyakit keluarga.
d) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum :
a. Kesadaran : composmentis
b. Tanda-tanda vital : biasanya TD meningkat >140/90MmHg, suhu
meningkat >37C , nadi meningkat dan RR meningkat.
2. Head to toe
a. Kepala : rambut agak kotor
b. Mata : biasanya tampak anemis, reflek pupil isokor

14
c. Hidung : biasanya tidak nampak ada secret, tidak ada cuping hidung
d. Telinga : tidak ada secret,
e. Mulut : biasanya pada pasien gout mulut bersih dan tidak berbau

f. Paru
1) Inspeksi : retraksi dada terlihat sama
2) Palpasi : vocal fremitus sama
3) Perkusi : biasanya bunyi paru sonor
4) Auskultasi : bunyi vesikuler
g. Jantung
1) Inspeksi : tidak tampak pulsasi iktus cordis
2) Palpasi : iktus kordis teraba pada ics ke 5
3) Perkusi : redup
4) Auskultasi : biasanya bunyi jantung normal s1,s2 tunggal.

h. Abdomen

1) Inspeksi : tidak ada distensi


2) Auskultasi: bising usus normal
3) Perkusi : bunyi timpani
4) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, hepar tidak teraba
i. Ekstremitas : biasanya terdapat odem pada persendian, penurunan
kekuatan otot, adanya nyeri tekan, biasanya bengkak dan kemerahan
j. Genetalia : tidak terkaji

2. Diagnosa Keperawatan (PPNI, 2016)

Menurut tim pokja SDKI DPP PPNI( 2016) diagnosa keperawatan yang muncul adalah
:
1. Nyeri akut
a. Definisi :

15
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat de borintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
b. Penyebab
1. Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemi, neoplasma)
2. Agen pencadera kimiawi(mis, terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan
c. Gejala tanda mayor
1. Subjektif :

mengeluh nyeri

2. Objektif :

 Tampak meringis
 Bersikap protektif (mis, waspa posisi menghindari nyeri)
 Gelisah
 Frekuensi nadi meningkat
 Sulit tidur
d. Gejala tanda minor
1. Subjektif : -
2. Objektif :
 Tekanan darah meningkat
 Pola napas berubah
 Nafsu makan berubah
 Proses berpikir terganggu
 Menarik diri
 Berfokus pada diri sendiri
 Diaforesis

e. Kondisi klinis terkait

16
 Kondisi pembedahan
 Cedera traumatis
 Infeksi
 Sindrom koroner akut
 Glaukoma

2. Gangguan mobilitas fisik

a. Definisi :

keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri.

b. Penyebab

1. Kerusakan integritas struktur tulang

2. Penurunan kendali otot

3. Penurunan massa otot

4. Penurunan kekuatan otot

5. Kekakuan sendi

6. Gangguan muskuluskeletal

7. Nyeri

c. Gejala dan tanda mayor

1. Subjektif :

Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas

2. Objektif :

1. Kekuatan otot menurun

2. Rentang gerak (ROM) menurun

17
d. Gejala dan tanda minor

1. Subjektif :

 Nyeri seat bergerak


 Enggan melakukan pergerakan
 Merasa cemas saat bergerak

2. Objektif :

 Sendi kaku
 Gerakan tidak terkoordinasi
 Gerakan terbatas
 Fisik lemah

e. Kondisi klinis terkait

 Stroke
 Cedera medulla spinalis
 Trauma
 Fraktur
 Osteoarthritis
 Ostemalasia
 Keganasan

3. Hipertermia

a. Definisi
Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh
b. Penyebab
1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)

18
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5. Peningkatan laju metabolisme
6. Respon trauma
7. Aktivitas berlebihan
8. Penggunaan inkubator
c. Gejala dan Tanda Mayor
1. Subjektif
-
2. Objektif
Suhu tubuh diatas nilai normal
d. Gejala dan Tanda Minor
1. Subjektif
-
2. Objektif
Kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa hangat
e. Kondisi Klinis Terkait
 Proses infeksi
 Hipertiroid
 Stroke
 Dehidrasi
 Trauma
 Prematuritas

4. Intervensi Keperawatan(PPNI, 2018)


Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)
(SDKI) (SLKI)

19
Nyeri Akut berhubungan Tingkat Nyeri (L08066) Manajemen nyeri (L08238)
dengan agen pencedera Setelah dilakukan Tindakan Observasi :
fisiologi (D.0077) asuhan keperawatan, 1. Identifikasi lokasi,
diharapkan nyeri akut karakteristik, durasi, frekuensi,
teratasi dengan kriteria hasil: kualitas, intensitas nyeri
1.Keluhan nyeri (menurun) 2. Identifikasi nyeri
2. Meringis (menurun)
3. Identifikasi respon nyeri non
3. Gelisah (menurun)
verbal
4. Kesulitan tidur (menurun)
4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
9.Monitor efek samping
penggunaan analgetic
Terapeutik
1.Berikanteknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasiitasi istirahat dan tidur

20
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetic secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Gangguan Mobilitas Fisik Dukungan Mobilisasi ( Observasi


berhubungan dengan I.05173) Setelah dilakukan 1. Identifikasi adanya nyeri
kelemahan fisik keperawatan selama…….x atau keluhan fisik lainnya -
24jam diharapkan dapat Identifikasi toleransi fisik
melakukan mobilisasi melakukan pergerakan
dengan nyaman 2. Monitor frekuensi jantung
1. Kekuatan otot dan tekanan darah sebelum
(Meningkat) memulai mobilisasi

21
2. Rentang Gerak ( 3. Monitor kondisi umum
Meningkat) selama melakukan
3. Nyeri (Menurun) mobilisasi
4. Kaku sendi ( menurun) Terapeutik
5. Kelemahan fisik ( 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
menurun) dengan alat bantu (mis: pagar
tempat tidur)
2. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis: duduk di
tempat tidur, duduk di sisi
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)

Hipertermia b.d proses Termogulasi (L14134) Manajemen Hipertermia


penyakit (D0130) Setelah dilakukan tindakan (I15506)
keperawatan diharapkan Observasi
Suhu tubuh membaik 1. Identifikasi penyebab

22
membaik hipertermia
Kriteria Hasil : 2. Monitor suhu tubuh
1. Suhu Kulit (menurun) 3. Monitor kadar elektrolit
2. Tekanan darah ( cukup 4. Monitor haluaran urine
membaik) 5. Monitor komplikasi akibat
3. Kulit merah ( menurun) hipertermia
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang
dingin
2.Longgarkan atau lepaskan
pakaian
3. Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asam urat dapat disebabkan oleh perubahan pola hidup, khususnya adalah pola
makan. Pola makan sehat yaitu pola makan yang mengandung karbohidrat, kaya serat,
mengkonsumsi vitamin dan mineral yang cukup kemudian berubah ke pola makan
yang banyak mengandung purin, protein terutama protein hewani dapat
mengakibatkan kadar asam urat dalam darah meningkat dan akan menimbulkan
penumpukan kristal asam urat yang pada keadaan ini menyebabkan terjadinya
penyakit Arthritis gout.

B. Saran
Demikianlah makalah yanag saya buat. Saya berharap makalah ini dapat
bermanfaat sebagai penunjang proses belajar mahasiswa dan mahasiswi. Kami juga
sebagai penulis berharap adanya kritik dan saran pada makalah kami ini, oleh karena
itu kritikan dari para pembaca akan sangat bermanfaat untuk sempurnanya makalah
kami ini.

24
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, M. Z., Prasetyo, A., Ramadhani, Z. P., & Warijan, W. (2022). Pengelolaan
Keperawatan Nyeri Pada Lansia Dengan Arthritis Gout Di Desa Nglawiyan
Wilayah Kerja Puskesmas Kota Blora. Jurnal Studi Keperawatan, 3(2), 19–23.
https://doi.org/10.31983/j-sikep.v3i2.9130

Afnuhazi, R. (2019). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asam Urat
Pada Lansia (45 – 70 Tahun). Human Care Journal, 4(1), 34.
https://doi.org/10.32883/hcj.v4i1.242

Annita, Diana Morika, H., & Komala Sari, I. (2018). Pengaruh Konsumsi Jus Nanas
Terhadap Kadar Asam Urat Pada Penderita Arthritis Gout. Jurnal Kesehatan
Saintika Meditory, 1(August), 79–88.

Aprilla, N., Safitri, D. E., & Kasumayanti, E. (2022).Pengaruh pemberian kompres


hangat kayu manis terhadap Nyeri pada penderita gout artritis di desa binuang
wilayah kerja puskesmas laboy jaya. Jurnal Kesehatan, 6(23), 47–51.
http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners

Dianati, N. A. (2015). Gout and hyperuricemia. Comprehensive Therapy, 36, 3–13.


https://doi.org/10.1201/9781420006452-31

Imelda, F., Santosa, H., & Tarigan, M. (2022). Pengelolaan Asuhan Keperawatan Di
Komunitas Dengan Kasus Diabetes Melitus, Kolestrol, Dan Asam Urat. In
Penerbit Media Sains Indonesia.

Istianah, U. (2018). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Muskuloskeletal (Cetakani I). Pustaka Baru Press.

LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2017). Keperawatan Medikal


Bedah :Gangguan Muskulosekletal (A. Linda (ed.)). EGC Medikal Publisher.

Nofia, V. R., Apriyeni, E., & Prigawuni, F. (2021). Pendidikan Kesehatan Tentang
Arthritis Gout Di Puskesmas Dadok Tunggul Hitam Padang. Jurnal Abdimas

25
Saintika, 3(1), 130. https://doi.org/10.30633/jas.v3i1.1108

Noor, Z. (2016). Buku Ajar Gangguan Muskuloskletal (Edisi 2). Salemba Medika.

PPNI. (2016). standart diagnosis keperawatan indonesia (D. PPNI (ed.); edisi 1).
DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (DPP PPNI (ed.); Edisi 1).
Definisi dan Tindakan Keperawatan.

Richard, S. D. (2017). Manifestasi Asam Urat Pada Lansia Di Puskesmas Kota


Wilayah Selatan Kota Kediri.

Srimawati, Fauzia, N., & Risna. (2022). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap
Pengetahuan Dalam Diet Rendah Purin Pada Lansia Dengan Artritis Gout Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kembang Tanjong Kabupaten Pidie the Effect of
Health Education on Knowledge in Low-Purine Diets in the Elderly With Gout.
Jurnal Sains Riset |, 12(2), 430. http://journal.unigha.ac.id/index.php/JSR

Wahyu Widyanto, F. (2017). Artritis Gout Dan Perkembangannya. Saintika Medika,


10(2), 145. https://doi.org/10.22219/sm.v10i2.4182

26

Anda mungkin juga menyukai