Anda di halaman 1dari 34

Koneksi Antar Materi Modul 1.

BUDAYA
POSITIF
Pendidikan Guru Penggerak
MEET THE US

Andi Wahidah Rina Fatmasari,


Asmilasari, S.Pd
Patarai, S.Pd S.Pd.,Gr
Buatlah sebuah kesimpulan mengenai peran Anda dalam
menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan
konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku
manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol
restitusi, keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi dan
keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi
Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran
Guru Penggerak, serta Visi Guru Penggerak.
BUDAYA POSITIF Budaya positif juga dapat
dijalankan dengan menerapkan
Membangun budaya positif di konsep inti seperti disiplin
sekolah tidak dapat berhasil jika positif, memahami motivasi
dilakukan hanya oleh satu orang perilaku manusia berkaitan
guru, akan tetapi harus ada dengan hukuman, penghargaan,
kolaborasi yang harmonis antara posisi kontrol, membuat
seluruh elemen yang ada di sekolah. keyakinan kelas dan penerapan
Manajemen sekolah,Visi sekolah, segitiga restitusi.
Kolaborasi antar stakeholder
(Kepala Sekolah, Guru, Komite, Wali
Murid, dan Murid)
Setelah mempelajari Modul 1 mulai dari Modul 1.1 tentang
Pemikiran KHD, Modul 1.2 tentang Nilai dan Peran Guru
Penggerak, Modul 1.3 tentang Visi Guru Penggerak dan
Modul 1.4 tentang Budaya Positif saya semakin menyadari
bahwasanya kita memiliki peran yang sangat penting, kita
diharapkan nantinya akan bisa menjadi seorang pemimpin
pembelajaran di ekosistem sekolah masing-masing dengan
mengajak warga sekolah untuk berkolaborasi untuk
menciptakan pendidikan yang berpihak kepada anak dengan
langkah awal adalah dengan menciptakan visi yang jelas.
Setelah itu prakarsa perubahan kita susun dengan
menggunakan langkah BAGJA yang berorientasi pada
elemen Profil Pelajar Pancasila. Langkah BAGJA pada
prakarsa perubahan diharapkan mampu menciptakan
budaya positif untuk ekosistem pendidikan khususnya untuk
murid-murid.
Di sekolah saya berperan aktif dalam menciptakan budaya positif di
sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif,
posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi dan
keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan
Nasional Ki Hadjar Dewantara yang mana pendidikan itu menghamba pada
murid, Nilai dan Peran Guru Penggerak, dimana pembelajaran itu berpusat
pada murid , serta Visi Guru Penggerak dengan membentuk komunitas
praktisi di sekolah. Tentunya dukungan awal berasal dari Kepala sekolah
serta rekan sejawat yang ada di sekolah.
Membuat keyakinan kelas pada awal pembelajaran
khususnya pembelajaran bahasa Inggris, yaitu
Semangat dalam pembelajaran , Menambahkan
kosakata tiap pertemuan, Berani mengungkapkan
pendapat meski belum lancar menggunakan Bahasa
Inggris, Aktif dalam pembelajaran, serta
Mengerjakan tugas tepat waktu. Bila ada kesulitan
bisa menghubungi Guru atau teman yang lebih
mengerti tentang Bahasa Inggris. Ini sesuai dengan
filosofi Ki Hajar Dewantara tentang merdeka
belajar dan sesuai dengan nilai Guru Penggerak
yang saya miliki adalah berpihak pada murid.
Menerapkan disiplin positif, dengan menanamkan motivasi
intrinsik bahwa mereka melakukan disiplin positif bukan
karena takut dihukum atau untuk mendapatkan
penghargaan dari orang lain tapi apa yang mereka
kerjakan untuk menghargai dirinya sendiri dan orang lain
berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang telah mereka yakini.

Posisi kontrol saya pada setiap masalah murid adalah


saya berusaha menjadi sebagai manager dengan
berupaya berbuat sesuatu bersama dengan murid,
mempersilahkan murid mempertanggungjawabkan
perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan
solusi atas permasalahannya sendiri. Hal ini sesuai dengan
konsep pemikiran KHD bahwa salah satu tugas guru
adalah untuk memfasilitasi murid sesuai dengan kodrat
alam dan zamannya.
Bila terjadi permasalahan murid yang berlanjut saya
akan mengadakan segitiga restitusi, yang terdiri dari 3
tahap yaitu menstabilkan identitas, supaya murid
mempunyai rasa percaya diri setelah melakukan
kesalahan, validasi tindakan yang salah, supaya murid
dapat mengungkapkan tujuan tindakan yang sudah
dilakukan dan dapat mengambil solusi terbaik untuk
memperbaiki kesalahannya, kemudian tahap yang ketiga
adalah menanyakan keyakinan kelas, supaya murid
mengingat kembali keyakinan kelas dan berjanji untuk
selalu melaksanakan keyakinan kelas tersebut. Hal ini
sesuai dengan filosofi KHD tentang merdeka belajar,
kemudian sesuai dengan nilai Guru Penggerak berpihak
pada murid, dan refleksi, serta sesuai dengan peran
Guru Penggerak sebagai Pemimpin pembelajaran, dan
tentunya mencapai visi Guru penggerak yaitu merdeka
belajar.
Refleksi dari Pemahaman Keseluruhan Materi dengan
Pertanyaan-Pertanyaan Sejauh mana pemahaman
Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda
pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori
kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan,
posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia,
keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-
hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?
Disiplin yang berasal dari diri sendiri
yang disebabkan karena rasa DISIPLIN
tanggungjawab yang muncul dari
dalam diri untuk melaksanakan
POSITIF
tindakan sesuai hati nurani tanpa
paksaan pujiab atau hukuman.

Dapat membuat murid memahami Melalui disiplin positif pengajar


dan menyadari berdasarkan menuntun anak didik buat
motivasi internal dan pembentukan mempunyai perilaku tanggung
kepercayaan diri serta mampu jawab dan berdasarkan tindakan
mengontrol diri dalam melakukan atau nilai-nilai Profil Pelajar
segala tindakan Pancasila.
TEORI 01 Penghukum
KONTROL Pembuat orang merasa
02 bersalah
Dalam Teori Kontrol guru memiliki
akses untuk mengontrol murid 03 Teman
sepanjang murid tersebut
mengizinkan dirinya untuk dikontrol. 04 Pemantau
Guru yang mampu mengontrol murid,
tentunya harus mampu memberikan
penguatan positif agar kontrol yang 05 Manajer
dilakukan dapat menetap dalam murid
tersebut.
5 POSISI KONTROL GURU
1. Posisi kontrol sebagai penghukum, biasanya guru menggunakan hukuman fisik/verbal
saat melihat anak muridnya melakukan kesalahan.
2. Posisi pembuat orang merasa bersalah. Biasanya guru akan bersuara lebih lembut,
menggunakan keheningan yang membuat murid merasa tidak nyaman, bersalah/ rendah
diri.
3. Pada posisi teman, guru tidak akan menyakiti murid namun berupaya mengontrol murid
melalui persuasi (ajakan). Guru akan menggunakan hubungan baik dan humor untuk
memengaruhi murid.
4. Posisi pemantau/monitor, biasanya guru mengandalkan perhitungan ataupun data dan
catatan berdasarkan peraturan dan konsekuensi dalam mengawasi dan bertanggung
jawab atas perilaku muridnya.
5. Posisi manajer, tugas dari guru yang memosisikan dirinya sebagai manajer bukan untuk
mengatur perilaku sesorang tapi membimbing murid untuk mengatur dirinya sendiri.
Murid dipersilakan untuk bertanggung jawab atas perilakunya dan mendukung murid
menemukan solusi.
Diane Gossen dalam bukunya
Restructuring School Discipline,
menyatakan ada 3 motivasi perilaku
TEORI manusia:
MOTIVASI, Untuk menghindari ketidaknyamanan
atau hukuman
HUKUMAN & Untuk mendapatkan imbalan atau
PENGHARGAAN penghargaan dari orang lain
Untuk menjadi orang yang mereka
inginkan dan menghargai diri sendiri
dengan nilai-nilai yang mereka
percaya
Hukuman bersifat tidak terencana atau tiba-
tiba. Anak atau murid tidak tahu apa yang
akan terjadi, dan tidak dilibatkan. Hukuman
HUKUMAN bersifat satu arah, dari pihak guru yang
memberikan, dan murid hanya menerima
& suatu hukuman tanpa melalui suatu
kesepakatan, atau pengarahan dari pihak
KONSEKUENSI guru, baik sebelum atau sesudahnya. Hukuman
yang diberikan bisa berupa fisik maupun
psikis, murid/anak disakiti oleh suatu
perbuatan atau kata-kata. Contohnya
disuruh lari mengeliling lapangan karena
terlambat datang ke sekolah.
Sementara disiplin dalam bentuk konsekuensi, sudah
terencana atau sudah disepakati; sudah dibahas dan
disetujui oleh murid dan guru. Umumnya bentuk-
bentuk konsekuensi dibuat oleh pihak guru (sekolah),
HUKUMAN dan murid sudah mengetahui sebelumnya konsekuensi
yang akan diterima bila ada pelanggaran. Pada
& konsekuensi, murid tetap dibuat tidak nyaman untuk
jangka waktu pendek. Konsekuensi biasanya diberikan
KONSEKUENSI berdasarkan suatu data yang umumnya dapat diukur,
misalnya, setelah 3 kali tugasnya tidak diselesaikan
pada batas waktu yang diberikan, atau murid
melakukan kegiatan di luar kegiatan pembelajaran,
misalnya mengobrol, maka murid tersebut akan
kehilangan waktu bermain, dan harus menyelesaikan
tugas karena ketertinggalannya.
KEBUTUHAN Kebutuhan bertahan
01 hidup (survival)

DASAR 02 Kasih sayang dan rasa


diterima (love and belonging)

MANUSIA 03 Kebebasan (freedom)

04 Kesenangan (fun)
Terdapat 5
kebutuhan dasar 05 Kekuatan (power).
manusia, yaitu
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1. Kebutuhan bertahan hidup (survival) adalah kebutuhan yang bersifat fisiologis untuk
bertahan hidup misalnya kesehatan, rumah, dan makanan. Kebutuhan biologis sebagai bagian
dari proses reproduksi termasuk kebutuhan untuk tetap bertahan hidup.
2. Kebutuhan untuk disayangi dan diterima meliputi kebutuhan akan hubungan dan koneksi
sosial, kebutuhan untuk memberi dan menerima kasih sayang dan kebutuhan untuk merasa
menjadi bagian dari suatu kelompok
3. Kebutuhan untuk bebas adalah kebutuhan akan kemandirian, otonomi, memiliki pilihan dan
mampu mengendalikan arah hidup seseorang. Anak-anak dengan kebutuhan kebebasan yang
tinggi menginginkan pilihan, mereka perlu banyak bergerak, suka mencoba-coba, tidak
terlalu terpengaruh orang lain dan senang mencoba hal baru dan menarik.
4. Kebutuhan kesenangan; kebutuhan akan kesenangan, bermain, tertawa dan menikmati apa
yang dilakukan.
5. Kebutuhan Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan atas Kemampuan) Kebutuhan ini berhubungan
dengan kekuatan untuk mencapai sesuatu, menjadi kompeten, menjadi terampil, diakui atas
prestasi dan keterampilan kita, didengarkan dan memiliki rasa harga diri.
KEYAKINAN KELAS
Keyakinan kelas harus disepakati bersama,
tanpa adanya paksaan dari semua anggota
kelas, dimana guru berperan dalam mewujudkan
terbentuknya keyakinan kelas/sekolah dengan
adanya kesepakatan antara guru dan murid.

Keyakinan kelas/sekolah berupa pernyataan


universal yang mudah diingat, dipahami dan
harus diterapkan dalam lingkungan sekolah.
SEGITIGA RESTITUSI
Guru yang berperan sebagai manajer
menggunakan segtiga restitusi dalam
h
ala

Me
gS

nan
penyelesaian masalah melalui 3
Yan

yak
an
an

tahapan yaitu
dak

key
Tin

aki
nan
si
ida
Val

Menstabilkan Identitas 1. Menstabilkan identitas


2. Validasi Tindakan yang salah
3. Menanyakan Keyakinan
Hal-hal yang menarik untuk saya dan di luar dugaan yaitu :
1. Tentang penghargaan. Sebelum belajar modul 1.4 ini, saya kira
dengan memberikan rewards/penghargaan dapat memotivasi
siswa untuk lebih giat belajar. Namun, kenyataannya penghargaan
HAL justru sama seperti menghukum seseorang. Penghargaan berlaku
- untuk mendapatkan seseorang melakukan sesuatu dalam jangka
HAL waktu pendek. Jika kita menggunakan penghargaan lagi, dan lagi,
MENARIK maka orang tersebut akan bergantung pada penghargaan yang
DAN
DILUAR diberikan, serta kehilangan motivasi dari dalam. Penghargaan juga
DUGAAN dapat merusak hubungan.
SAYA 2. Keyakinan kelas ternyata berbeda dengan aturan/kesepakatan
kelas.
3. Dengan mengetahui kebutuhan dasar manusia, kita bisa
memetakan motivasi yang dilakukan seorang siswa saat ia berbuat
sesuatu yang tidak sesuai dengan aturan/keyakinan sekolah.
PERUBAHAN APA YANG TERJADI PADA CARA BERPIKIR ANDA
DALAM MENCIPTAKAN BUDAYA POSITIF DI KELAS MAUPUN
SEKOLAH ANDA SETELAH MEMPELAJARI MODUL INI

Perubahan yang terjadi pada cara berpikir saya adalah cara


memandang siswa yang bermasalah. Sebelumnya, saya lebuh
memandang siswa bermasalah sebagai sumber masalah, sehingga
perlu diberikan konsekuensi. Setelah mempelajari modul ini, saya
lebih memandang siswa bermasalah karena memiliki kebutuhan
yang ingin dipenuhi. Siswa tidak perlu diberi hukuman, tetapi
dikuatkan keyakinannya untuk perbaikan diri ke depan.
PENGALAMAN SEPERTI APAKAH YANG PERNAH ANDA
ALAMI TERKAIT PENERAPAN KONSEP-KONSEP INTI DALAM
MODUL BUDAYA POSITIF BAIK DI LINGKUP KELAS MAUPUN
SEKOLAH ANDA

Pengalaman yang saya alami dalam penerapan konsep


modul budaya positif ini yaitu pada saat saya mempunyai
keinginan untuk menyelesaikan permasalahan pelanggaran
yang telah dilakukan oleh peserta didik yaitu saya
meletakkan posisi saya sebagai manajer terkadang sikap
saya berbenturan dengan budaya sekolah yang terbiasa
menghukum siswa sebagai langkah ampuh selama ini untuk
membentuk disiplin peserta didik .
BAGAIMANAKAH PERASAAN ANDA KETIKA
MENGALAMI HAL-HAL TERSEBUT?

Perasaan saya ketika mengalami hal-hal tersebuat adalah bangga dan


senang karena ternyata saya bisa melakukan pendekatan dengan siswa
dalam menyelesaikan permasalahan siswa tanpa emosi. Dengan cara
segitiga restitusi dan memposisikan diri sebagai manajer maka murid
merasa nyaman untuk digali alasannya dan dalam memperbaiki
kesalahannya. Seorang murid akan menjadi terbuka dan bisa mencari
solusi untuk bisa memperbaiki kesalahannya tanpa paksaan dan kita
mengajak murid untuk mengingat kembali keyakinan kelas yang telah
disepakati dan apa konsekuensinya kalau melanggarnya, sehingga kita
melatih anak untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
MENURUT ANDA, TERKAIT PENGALAMAN DALAM PENERAPAN KONSEP-KONSEP
TERSEBUT, HAL APA SAJAKAH YANG SUDAH BAIK? ADAKAH YANG PERLU
DIPERBAIKI?

HAL YANG SUDAH HAL YANG PERLU


BAIK DIPERBAIKI
Dari tindakan yang telah saya lakukan Dan yang perlu diperbaiki dari
tersebut, posisi meneger, merupakan
saya adalah perlu ditingkatkan
posisi yang terbaik dalam mengahdapi
permalahan yang dihadapi peserta kesabaran, dan lebih memahami
didik, karena peserta didik tidak karakter siswa, sehingga
merasa terhukum, dan akan muncul pelaksanaan segitiga restitusi
motivasi internal dari dirinya. akan lebih baik lagi.
SEBELUM MEMPELAJARI MODUL INI, KETIKA BERINTERAKSI DENGAN MURID,
BERDASARKAN 5 POSISI KONTROL, POSISI MANAKAH YANG PALING SERING ANDA PAKAI,
DAN BAGAIMANA PERASAAN ANDA SAAT ITU? SETELAH MEMPELAJARI MODUL INI, POSISI
APA YANG ANDA PAKAI, DAN BAGAIMANA PERASAAN ANDA SEKARANG? APA
PERBEDAANNYA?

Posisi yang sering saya pakai sebelum mempelajari modul ini, saya sering
memposisikan sebagai teman dan kadang sebagai penghukum. Dan setelah
mempalajari modul ini saya berusaha sebagai meneger. Perbedaan yang saya
rasakan posisi sebagai meneger lebih bisa memanusiakan murid, bukan guru yang
menyadarkan, tetapi dari mereka sendiri yang akan menyadari kesalahannya, dan
tindakannya telah melanggar keyakinan kelas yang ada. Dan perasaan saya
sebagai guru tentunya akan lebih senang dan bangga apabila murid saya bisa
mengungkapkan dan menggali kesalahannya, tanpa kita menghakiminya.
SEBELUM MEMPELAJARI MODUL INI, PERNAHKAH ANDA MENERAPKAN SEGITIGA
RESTITUSI KETIKA MENGHADAPI PERMASALAHAN MURID ANDA? JIKA IYA, TAHAP MANA
YANG ANDA PRAKTEKKAN DAN BAGAIMANA ANDA MEMPRAKTEKKANNYA?

Saya yakin semua guru di sekolah selalu menghadapi murid yang


bermasalah, dan setiap guru tentunya berusaha untuk membantu
menyelesaikan permasalahan itu, Cuma guru-guru tersebut belum
mengerti tahapan-tahapan segitiga restitusi. Saya sudah menerapkan
segitiga restitusi ini tetapi mungkin saya kurang paham apa nama
tahapan-tahapan yang telah saya lakukan dan mungkin yang saya lakukan
juga masih belum komplit dan benar sesuai tahapan segitiga restitusi.
Tahap yang saya praktekan adalah tahap validasi tindakan yang salah.
Saya selalu menanyakan alasan kenapa murid tersebut melanggar
peraturan. Dan kadang kala hanya sampai menyakan saja, tanpa
melanjutkan penyelesaikannya, atau kadang kalau sudah tertangani guru
lain, saya merasa tidak perlu lagi menyelesaikan.
SELAIN KONSEP-KONSEP YANG DISAMPAIKAN DALAM MODUL INI,
ADAKAH HAL-HAL LAIN YANG MENURUT ANDA PENTING UNTUK
DIPELAJARI DALAM PROSES MENCIPTAKAN BUDAYA POSITIF BAIK DI
LINGKUNGAN KELAS MAUPUN SEKOLAH?

Hal-hal lain yang penting untuk dipelajari dalam proses


menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun
sekolah adalah bagaimana menciptakan kerjasama yang baik
antara murid, guru, rekan sejawat, pemangku kepentingan dan
orang tua . Hal ini menurut saya perlu untuk dilakukan supaya
budaya positif tercipta dengan terlaksananya disiplin positif
dari kesadaran dari masing-masing individu dengan penuh
kesadaran, penuh rasa tanggung jawab dan secara
berkelanjutan.
Rancangan Tindakan
untuk Aksi Nyata
Judul Modul : Membangun Budaya Positif di Sekolah dengan diseminasi

Nama : Rina fatmasari, s.pD


latar belakang

Budaya positif adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan yang berpihak pada murid
agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggungjawab. Salah satu
unsur utama dari budaya positif adalah disiplin positif sebagai salah satu wadah untuk menciptakan budaya
positif yang berhubungan erat dengan tercapainya tujuan sesuai filosofi Ki Hajar Dewantoro. Namun
kenyatannya masih rendahnya pemahaman warga sekolah terutama guru tentang penerapan konsep-
konsep inti budata positif sekolah. Sehingga untuk menumbuhkan budaya positif di sekolah diperlukan
kolaborasi antar warga sekolah maka dari itu saya membuat judul rancangan aksi nyata saya dengan
“Membangun Budaya Positif di Sekolah dengan Diseminasi” sehingga terwujudnya budaya positif yang baik
dan berkelanjutan di lingkungan sekolah.
tujuan dan tolak ukur

Tujuan: tolak ukur


Semua warga sekolah memahami konsep budaya Terlaksanya diseminasi konsep ini budaya positif
positif dan menerapkannya di sekolah
Mewujudkan budaya positif dengan keyakinan Terbentuknya keyakinan kelas melalui kegiatan
kelas/kesepakatan kelas kesepakatan kelas bersama murid
Membangun motivasi internal murid dalam Guru dan murid konsisten menjalankan keyakinan
pembelajaran kelas yang sudah disepakati
Mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada Terlaksananya penyelesaian masalah muid dengan
murid menggunakan segitiga restitusi.
Linimasa tindakan yang akan dilakukan

Berkoordinasi dengan kepala sekolah


Menyusun materi presntasi diseminasi
Mengundang warga sekolah untuk melaksanakan diseminasi
Melakukan diseminasi konsep inti budaya positif
Menyusun keyakinan kelas
Mendesain keyakinan agar menarik untuk dilihat oleh semua murid di kelas
Menempelkan keyakinan kelas di dinding kelas
dukungan yang dibutuhkan

Kepala Sekolah
Rekan Sejawat
Murid
Sarana dan Prasana untuk diseminasi
Perlengkapan membuat keyakinan kelas (Kertas Plano, Post it, Spidol
dan Karton)
THANK YOU
SALAM GURU PENGGERAK

Anda mungkin juga menyukai