Anda di halaman 1dari 3

1.

MODEL KELEMBAGAAN
Formulasi kebijakan model kelembagaan secara sederhana bermakna bahwa tugas
membuat kebijakan piblik adalah tugas pemerintah.
Model ini mendasarkan pada fungsi-fungsi kelembagaan dari pemerintah, di setiap
sektor dan tingkat, dalam formulasi kebijakan. Menurut R. Dye ada 3 hal yang
membenarkan pendekatan ini, yaitu :
1. Pemerintah memang sah membuat kebijakan publik
2. Fungsi pembuat kebijakan publik itu bersifat universal
3. Pemerintah memonopoli fungsi pemaksaan (koersi) dalam kehidupan bersama
2. MODEL PROSES
Dalam pendekatan ini, kebijakan publik dinilai sebagai aktivitas yang menyertakan
proses yang berujung pada evaluasi kebijakan. Secara singkat, model ini menyatakan
bahwa dalam memformulasikan kebijakan ada standar-standar yang harus dilakukan
oleh para formulator kebijakan agar kebijakan yang dihasilkan minimal sesuai dengan
apa yang ingin dicapai.
3. MODEL KELOMPOK
Dalam model ini, dapat ditemukan adanya interaksi dalam kelompok untuk
menghasilkan keseimbangan model kelompok sesungguhnya merupakan abstraksi dari
proses formulasi kebijakan yang didalamnya beberapa kelompok kepentingan berusaha
mempengaruhi isi dan bentuk kebijakan secara interaktif.
4. MODEL TEORI ELIT
Model ini dipastikan akan berwarna kepentingan elit-elit yagn berkuasa dibandingkan
dengan kebutuhan dan tuntutan publik.
Didalam model ini, kebijakan sebagai Preferensi Elit. Rakyat dibuat apatis dan miskin
informasi sehingga elit-elit yang membentuk pendapat umum serta kebijakan mengalir
dari elit ke massa melalui administrator-administrator (pejabat pemerintah/birokrat).
Masyarakat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kecil (elit) yang mempunyai
kekuasaan dan kelompok besar (massa) yang tidak mempunyai kekuasaan. Hanya elit
yang menentukan kebijakan sedangkan massa tidak menentukan kebijakan.
5. MODEL RASIONALIS
Model ini mengedepankan gagasan bahwa kebijakan publik sebagai maximum sosial
gain yang berarti pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus memilih kebijakan yang
memberikan manfaat optium bagi masyarakat. Proses formulasi kebijakan haruslah
didasarkan pada keputusan yang sudah diperhitungkan rasionalitasnya, yaitu
memperbandingkan antara pengorbanan dan hasil yang dicapai. Dengan kata lain,
model ini mengedepankan pada aspek efisiensi atau aspek ekonomis.
Prinsipnya model ini menuntut bagaimana keputusan yang diambil oleh pemerintah
harus ada perhitungan rasionalitas costs and benefits bagi masyarakat.
6. MODEL INKRAMENTAL
Model inkramental merupakan kritik terhadap model rasional (Nugroho, 2009:407).
Model ini melihat bahwa kebijakan publik merupakan variasi ataupun kelanjutan
kebijakan di masa lalu. Model ini lebih pada melanjutkan kebijakan masa lalu dengan
beberapa modifikasi seperlunya. Artinya kebijakan publik ditambal sulam
menyesuaikan dinamika lingkungan kebijakan.
Asusmsi dasar dari model ini adalah bahwa perubahan inkramental (penambahan)
adalah proses perubahan kebijakan yang paling aman dan tidak menimbulkan resiko.
7. MODEL PENGAMATAN TERPADU
Model ini merupakan model formulasi hibrida atau gabungan unsur-unsur kebaikan
yang ada pada model rasional dan model inkramental.
Model pengamatan terpadu memperhitungkan kemampuan pembuat keputusan yang
berbeda-beda, semakin tinggi kemampuan pembuat keputusan dalam memberikan
kekuasaan untuk melaksanakan keputusannya, maka semakin banyak scanning yang
secara realistis diikutseratakan, dan semakin banyak cakupan yang discanning, maka
keputusan akan semakin efektif.
8. MODEL DEMOKRATIS
Model ini berkembang khususnya di Negara-negara yang baru saja mengalami transisi
demokrasi, seperti Indonesia. Model ini sangat efektif dalam implementasinya karena
setiap pihak mempunyai kewajiban untuk ikut serta mencapai keberhasilan kebijakan.
Model ini biasanya diperkaitkan dengan implementasi good governance bagi
pemerintahan yang mengamanatkan agar dalam membuat kebijakan, para konstituen
dan pemanfaat diakomodasi keberadaannya.
9. MODEL STRATEGIS
Perencanaan strategis lebih memfokuskan kepada pengidentifikasian dan pemecahan
isu-isu, lebih menekankan kepada penilain terhadap lingkungan diluar dan di dalam
organisasi, dan berorientasi kepada tindakan. Model ini menggunakan runtutan
rumusan strategis sebagai basis perumusan kebijakan.
10. MODEL PERMAINAN
Prinsip dasar dari kebijakan ini adalah bahwa kebijakan publik berada dalam kondisi
kompetisi yang sempurna, agar kebijakan yang ditawarkan pada pengambilan
keputusan lain dapat diterima.
Menurut model ini, strategi yang mengacu pada pembuatan keputusan yang rasional
dimana serangkaian tindakan dirancang untuk mendapatkan hasil yang optimal dengan
mempertimbangkan pilihan-pilihan kebijakan di tengah situasi yang rumit. Dilakukan
pengaturan strategi agar kebijakan yang ditawarkan pad pengambil keputusan lain
dapat diterima, khususnya oleh para penentang. Pengaturan/pemilihan strategi menjadi
hal yang paling utama karena jika tidak, maka tidak banyak didukung oleh para
pengambil keputusan.
11. MODEL PEMILIHAN PUBLIK
Model ini menekankan bahwa kebijakan yang dibuat oleh pemerintah haruslah
kebijakan yang berbasis pada pilihan publik mayoritas, artinya ketika pemerintah ingin
membuat suatu kebijakan, akan ada tawar menawar dengan publik. Asumsinya dalam
negara yang demokratis yang mengedepankan one-men-one-vote, maka siapa yang
dapat menghimpun suara terbanyak dialah yang akan menjadi pemegang
kekuasan/keputusan.
12. MODEL DELIBERATIF

Anda mungkin juga menyukai