Af'Al Al Madch Wa Al Dzam Dalam Al-Qur'An: (Analisis Sintaksis)
Af'Al Al Madch Wa Al Dzam Dalam Al-Qur'An: (Analisis Sintaksis)
( ANALISIS SINTAKSIS )
SKRIPSI
Oleh :
NIM : 2303416001
2020
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia
Hari : Kamis
Pembimbing,
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Panitia Ujian Skripsi Jurusan
Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang
pada
Hari : Jum’at
Tanggal : 10 April 2020
Ketua
Sekretaris
Penguji I
Penguji II
Penguji III
iii
PERNYATAAN
NIM : 2303416001
Prodi : Pendidikan Bahasa Arab
Jurusan : Bahasa dan Sastra Asing
Fakultas : Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang
Qur’an (Analisis Sintaksis )” saya tulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana ini benar- benar merupakan karya sendiri. Skripsi
ini disusun berdasarkan hasil penelitian, sumber informasi atau kutipan, baik secara
langsung maupun tidak langsung telah disertai sumbernya dengan cara yang
apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini.
Peneliti
Agus Sulaiman
NIM.2303416001
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
)2( ن
َْٰا
ُرالق
ْ َ ََّ
لم ) ع1( ُ
ٰنْم
َّح
َلر
ا
( QS : Ar-Rahman : 1-2)
. ِ
َّة
َنَِلى الج
ًا إ
يق َر
ِْ ه ط
َُُهللا َل
هلََّس,ًا
لمِْ
ِ ع
ْهِي
ِسُ ف
َم ْي
لت ًَا
يق َر
ِْ َكَ ط
ْ سَل
منَ
ِم
مسْل
ُ ه
َُا
َور
“Barang siapa menempuh satu jalan (cara) untuk mendapatkan ilmu, maka Allah
Persembahan
2. Guru-guruku yang sangat mulia yang telah mendidik jasmani dan rohani.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanya milik Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Prodi
Pendidikan Bahasa Arab Universitas Negeri Semarang. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW sang suri tauladan terbaik
sepanjang masa.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan
1. Dr. Sri Rejeki Urip, M.Hum selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
2. Dra. Rina Supriatnaningsih, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra
Asing, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah
Bahasa Arab Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah
vi
7. Seluruh dosen prodi Pendidikan Bahasa Arab Universitas Negeri Semarang
Agus Sulaiman
NIM.2303416001
vii
SARI
viii
penanda gramatikal wawu dan alif. Sedangkan data yang terkumpul tentang tamyiz
af’āl al madch wa al dzam dalam Al-Qur’an, ditemukan 11 berkasus
nashab(akusatif) dengan penanda gramatikal fatchah dan tidak ditemukan dengan
penanda gramatikal alif, kasrah dan ya’.
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
1. Konsonan
Tidak Tidak
ا Alif
dilambangkan dilambangkan
ب Ba B Be
ت Ta T Te
Es (dengan titik
ث Ṡa Ṡ
diatas)
ج Jim J Je
ح Ḣa Ch Ch
د Dal D De
ر Ra R Er
ز Za Z Zet
س Sin S Es
ص Shad Ṣ Es
x
De (dengan titik
ض Ḍad Ḍ
di bawah)
Te (dengan titik
ط Ṭa Ṭ
di bawah)
غ Ghain G Ge
ف Fa F Ef
ق Qaf Q Qi
ك Kaf K Ka
ل Lam L El
م Mim M Em
ن Nun N En
و Wau W We
ه Ha H Ha
ي Ya Y Ye
diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis
dengan tanda (’).
2. Vokal
xi
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.Vokal unggal bahasa
berikut:
Fatḣah
َا A A
َا Kasrah I I
Ḍammah
َا U U
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat
Contoh:
3. Maddah
xii
َ ـى...َ|َا.... Fatcḣah dan alif ā
A dan garis di
atas
Ḍammah dan
ـ ـو wau
ū
U dan garis di
atas
Contoh:
َ م: māta
ات
رمى: ramā
َ قيل: qîla
َ َيوت: yamūtu
4. Ta Marbūṭah
adalah [t]. Sedangkan ta marbūṭah yang mati atau mendapat harkat sukun,
Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbūṭah diikuti oleh kata
yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah,
xiii
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
ربـَّنا : rabbanā
َنَّيـنا : najjainā
َاحلق : al Chaqq
َاحلج : al Chajj
َنـ ِّعم : nu''ima
َعدو : 'aduwwun
Jika huruf ىber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf
ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiah maupun
huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang
mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan
xiv
َ البَلد: al-bilādu
7. Hamzah
bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak
di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
Contohnya:
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah
atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau
kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan bahasa
Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi
ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata Al-Qur’an (dari al-
Qur’ān), Sunnah, khusus dan umum. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi
bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus ditransliterasi secara
utuh. Contoh:
Fî Ẓil āl al Qur'ān
xv
Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya
atau berkedudukan sebagai mudāf ilaih (frasa nominal), ditransli- terasi tanpa
Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps),
huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD).
Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri
(orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama
diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital
tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika
terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut
menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf
awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis
dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................……...i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................……..ii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................….iii
PERNYATAAN.........................................................................…........................iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................…..v
KATA PENGANTAR.........................................................................…..............vi
SARI.........................................................................…........................................viii
PEDOMAN TRANSLITERASI.....................................................................…..x
DAFTAR ISI..........................................................….................…....................xvii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 9
1.3 Tujuan Penilitian ............................................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 10
1.4.1 Manfaat Teoretis ....................................................................................... 10
xvii
2.2.5 Fa’il Pada Af’āl Al Madch wa Al Dzam ................................................. 27
xviii
4.4 Tamyiz Af’al Al Madch wa Al Dzam ............................................................ 100
4.4.1 Mufrad, Tatsniyah, dan Jama’ ............................................................... 100
4.5 Penanda Gramatikal Fa’il, Machsus, dan Tamyiz Af’al al Madch wa Al Dzam
.......... …………………………………………………………………………...106
4.5.1 Penanda Gramatikal Fa’il Af’al al Madch wa Al Dzam ......................... 106
xix
BAB I
PENDAHULUAN
orang lain. Manusia sebagai makhluk sosial selalu berkomunikasi dalam rangka
meliputi beberapa negara Islam di benua Asia dan Eropa (Izzan 2011:6).
Selain merupakan bahasa kitab suci Al-Qur’an dan Hadits, bahasa Arab
adalah bahasa agama dan umat Islam, bahasa resmi Perserikatan Bangsa-bangsa
(PBB), bahasa nasional lebih dari 25 negara di kawasan Timur Tengah, dan bahasa
tata tulis (otografi/kitabat al-huruf), tata kata (al-sharf), tata kalimat (al-nahwu),
dan kosa kata (al-mufradat) (Effendy 2012:108). Agar dapat menguasai bahasa
Pembelajaran bahasa Arab tidak dapat lepas dari lima kajian berikut ini,
yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikologi. Fonologi atau dalam
bahasa Arab disebut dengan ilmu shout, yaitu membahas ciri-ciri bunyi bahasa,
1
2
pembentukannya. Sintaksis atau ilmu nahwu yaitu ilmu tentang satuan-satuan kata
dan satuan-satuan lain di atas kata, hubungan satu dengan yang lainnya, serta cara
penyusunannya sehingga menjadi satuan ujaran. Semantik atau ilmu dalalah yang
membahas tentang makna bahasa yang baik yang bersifat leksikal, gramatikal,
Pembelajaran bahasa Arab harus dapat memuat kajian bahasa Arab baik itu
fonologi, morfologi, sintaksis dan leksikal. Salah satu kajian bahasa Arab yang
hubungannya dengan kata lain atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan ujaran.
“Nahwu adalah kaidah untuk mengetahui bentuk kalimat bahasa Arab dan
ilmu yang mengkaji hubungan antar kata dalam suatu konstruksi yang mengkaji
tentang akhir kata baik berubah atau tidak, serta menganalisis fungsi kata dalam
kalimat.
Kalimat menjadi perhatian utama dalam ilmu nahwu atau sintaksis. Kalimat
adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai intonasi
3
akhir dan terdiri dari klausa. Sedandgkan klausa adalah satuan sintaksis berupa
konstruksi kalimat itu mempunyai komponen yang berupa kata atau frase yang
berfungsi sebagai predikat, sebagai subjek, sebagai objek dan sebagai keterangan.
Dalam perspektif sintaksis, dalam Bahasa Arab kalimat diklasfikasikan dalam dua
jenis, yaitu kalimat nominal (jumlah ismiyah) dan kalimat verbal (jumlah fi'Iiyah).
Kalimat nominal dalam bahasa Arab adalah kalimat yang terdiri dari mubtada dan
khabar Sedangkan kalimat verbal adalah kalimat yang terdiri dari fi'il dan fa’il
(Irawati, 2013:57-59).
antaranya kata. Jenis kata dalam bahasa Arab ada tiga yaitu ism (nomina), fi’il
antaranya adalah ungkapan pujian dan celaan. Pujian dan celaan merupakan hal
yang wajar dan sering terjadi dalam semua bahasa termasuk bahasa Arab. Contoh
Ungkapan pujian dan celaan dalam bahasa Arab tidak selalu masuk dalam
bab Af’al al madch wa al dzam karena bab ini memiliki bentuk khusus yang sudah
)َا
َّذ
َب (ح
)َا
َّذ
(الَحب. (Al Ghulayaini 2015:56).
dzam termasuk ghairu mutasharrif atau fi'il jamid (yang tidak bisa ditashrif /
derivasi) yang berbentuk madhi yang dapat beramal merafakan fa’il, susunan fi’il
dan fa’il berlaku sebagai khabar, dan kata yang jatuh setelahnya sebagai machsus/
mubtada.
1. ِد
َال
ُ خ
ُلَّج
َ الر
ْمِع
ن : Sebaik-baik lelaki adalah Kholid
2. ِد
َال
ُ خ
ُلَّج
َّ الر
َب ح : Sebaik-baik lelaki adalah Kholid
3. ِد
َال
ُالً خ
َجَا ر
َّذ
َب ح : Sebaik-baik lelaki adalah Kholid
ْم
Dari contoh 1 dan 2 dapat diuraikan bahwa kata َ ِع
نdan َّ
َب حmerupakan
ُل
fi'il madhi. Sedangkan kata ُ َّج
الرitu berfungi sebagai fa'il-nya yaitu isim (noun)
ism mufrad yang terletak setelah fi’il atau kata kerja. Sedangkan kata ِد
َال
خsebagai
penanda gramatikal dlommah karena termasuk ism mufrad bebas dari amil Iafzhi
ُل الرyang berupa jumlah fi’liyah sebagai khobar yaitu isim (noun) menempati
َّج
gramatikal dlommah karena termasuk ism mufrad dan jumlah sebelumnya dapat
1. ُالَن
ُ ف
ُلَّج ِئ
ْسَ الر ب : Sejelek-jelek lelaki adalah Fulan
2. ُالَن
ُ ف
ُلَّج
ء الر
َسَا : Sejelek-jelek lelaki adalah Fulan
3. ُالَن
ُالً ف
َجَا ر
َّذ
الَحب : Sejelek-jelek lelaki adalah Fulan
ِئ
Dari contoh 1 dan 2 dapat diuraikan bahwa َْس َ َسَاmerupakan fi’il
بdanَء
ُل
madhi. Sedangkan kata ُ الرitu berfungsi sebagai fa'iI-nya yaitu isim (noun)
َّج
ism mufrad yang terletak setelah fi’il atau orang yang melakukan pekerjaan.
ism mufrad yang bebas dari amil Iafdhi yang terletak di akhir (mubtada' muakhorr).
ُل
Dan ُ َّج
ء الر
ََ سَا
ُ و
ُلَّج ِئ
ْسَ الر بberupa jumlah fi'liyah itu berfungsi sebagai
6
(khabar muqaddam).
sebagai mubtada’ (machsus) yaitu isim (noun) berkasus nominatif/ rafa’ dengan
penanda gramatikal dlommah karena termasuk ism mufrad yang bebas dari amil
ْن
َ ِي
ِلٰم ۡ ُ
ٱلع
َ ۡرَج
َ أ
ۡمِع
َنو
“ dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (QS Ali-Imran :136)
ْم
Berdasarkan contoh tersebut kata َ ِع
ن merupakan fi'iI jamid yang
sebagai fa'il-nya ni’ma yaitu isim (noun) berkasus nominatif/ rafa’ dengan penanda
gramatikal dlommah karena termasuk ism mufrad .fi'I dan fa'il membentuk jumlah
fi'liyah yang berfungsi sebagai khobar yaitu isim (noun) menempati kasus
يال
ً ِ َٓ
ء سَب َسَا ۡت
ٗا و مق
ََ َٰٗحِش
ة و ن ف
َ ََا
ه ك
ُنۥ إ
َِّ
“ Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk
mahdzuf). Hal ini mendasari bahwa konsep mubtada' (machsus)nya tidak harus
disebutkan.
pengertian bahwa pada Af’al al madch wa al dzam terdapat fa’il yang dapat berupa
ism zhahir (jelas) dan ism dlamir (tersembunyi), juga terkadang terdapat tamyiz
yang menjelaskan pada fa’il ism dlamir, juga terdapat machsus baik itu disebutkan
dzam merupakan susunan yang unik dan berbeda dengan kalimat pada umumnya
dimana hanya beberapa fi’il khusus yang bisa masuk pada bab ini, memiliki fa’il
sebagai pelaku dan machsus sebagai subyek pujian maupun celaan, dan walaupun
susunan Af’āl al madch wa al dzam diwali oleh fi’il tidak disebut dengan jumlah
fi’liyah tetapi disebut dengan jumlah ismiyah karena susunan fi’il dan fa’il tersebut
dan machsus dari konstruksi kalimat yang berunsurkan Af’āl al madch wa al dzam,
dimana penilitian ini memilih Al-Qur’an sebagai kitab yang menjadi kajian untuk
bab ini, karena Al-Qur’an sebagai kitab suci umat islam seluruh dunia, kitab ini
tidak henti-hentinya untuk dibaca dan dikaji baik dari segi lafadznya ataupun
menjadi pedoman hidup di dunia sampai di akhirat dan sumber pengetahuan yang
akan melahirkan banyak ilmu pengetahuan yang lain. oleh sebab itu peneliti tertarik
untuk menganalisa secara sintaksis tentang Af’āl al madch wa al dzam yang ada
dalam Al-Qur'an.
Qur'an ?
2. Bagaimana jenis fa’il Af’āl al madch wa al dzam yang ada dalam Al-
Qur'an ?
Al-Qur'an ?
Al-Qur'an ?
2. Mengetahui jenis fa’il Af’āl al madch wa al dzam yang ada dalam Al-
Qur'an.
Al-Qur'an.
Al-Qur'an.
teori di bidang sintaksis bahasa Arab bagi pembelajaran bahasa Arab terutama
tentang Af’āl al madch wa al dzam yang ada dalam Al-Qur'an. Penelitian ini juga
Penelitian tentang analisis sintaksis yang bekaitan dengan tata bahasa atau
kaidah bahasa telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti. Banyak penelitian
tentang tata bahasa dilakukan untuk membantu pembelajar bahasa Arab dalam
memahami tata bahasa yang berkaitan dengan sintaksis. Peneliti tertarik untuk
berkaitan dengan sintaksis antara lain : Taufik Akbar (2013), Sri Jumiati (2016),
Marfu’ dalam Naskah Qiro’ah pada Buku Al-Arobiyyah lin Nasyi’in jilid 4.
(library research). Data dalam penelitian ini adalah ism marfu’ dalam buku Al-
marfu’ yang muncul pada buku Al-Arabiyyah lin Nasyi’in jilid 4 adalah 224 ism
marfu’, yang terdiri dari 21 mubtada’, 21 khobar mubtada’, 83 fa’il, 3 naibul fa’il,
51 ism kana dan saudaranya, 17 khobar inna dan saudaranya, 9 athof, 10 na’at, dan
9 badal.
11
12
pengumpulan data, metode dan instrumen yang digunakan. Perbedaan pada objek
yang diteliti, penelitian ini membahas tentang Af’āl al madch wa al dzam dalam
metodologis. Penelitian ini membahas jumlah ismiyah dalam bahasa Arab dan
kartu data.
jumlah ismiyah dan kalimat nominal. Persamaan jumlah ismiyah dan kalimat
yaitu ; (1) ketakrifan topik (mubtada dan subyek), (2) kategori mubtada sharih atau
dhamir dengan subyek nomina, frase nominal,atau pronomina, dan (3) Kategori
khabar mufrad dengan predikat nominal tunggal. Perbedaan jumlah ismiyah dan
kalimat nominal dapat dilihat dari pengertian dan kaidah di dalamnya. Sebagai
pengertian, jumlah ismiyah merupakan susunan isnady yang diawali ism tanpa ‘amil
kalimat nominal yaitu; (1) kasus nominatif pada konstituen jumlah ismiyah
(mubtada’ khabar), (2) kaidah mubtada boleh nakiroh mufidah, (3) kaidah
mubtada’ atau khabar, (5) kaidah khabar harus menyesuaikan mubtada’, (6) kaidah
khabar boleh berbilang, (7) kaidah muawwal, dan (8) kaidah khabar jumlah dan
syibhu jumlah.
Relevansi penelitian ini dengan penelitian jumiati yaitu terdapat pada data
Perbedaan pada objek yang diteliti, penelitian ini membahas tentang Af’āl al madch
library research dengan instrumen penelitian berupa kartu data. Penelitian ini
membahas tentang konstruksi kalimat berunsur Ni’ma dan Bi’sa, jenis fa’il Ni’ma
dan Bi’sa dan Mubtada’ (machsus) Ni’ma dan Bi’sa yang terdapat dalam Al-
Qur’an.
kalimat berunsurkan Ni’ma dan Bi’sa dalam Al-Quran terdapat konstruksi kalimat
ِم
ْ ن. Sedangkan konstruksi kalimat berunsur bi’sa sebanyak 40 data yang
ِع
ِئ
berbentuk َْس ب. Adapun jenis fa’il Nima dan Bi’sa berupa 58 sharih, yang terdiri
14
atas 57 dhahir dan1 dhamir, berdasarkan jumlah terdiri atas 55 mufrad dan 3 jama’,
dan berdasarkan gender terdiri atas 57 mudzakar, dan 1 muannats. Sedangkan jenis
machsus (mubtada’) Ni’ma dan Bi’sa sebanyak 57 sharih atas 10 dhahir dan 47
dhamir dan 1 muawwal. Sedangkan berdasarkan jumalah terdiri atas 54 mufrad dan
Relevansi penelitian ini dengan penelitian Akbar yaitu terdapat pada sumber
data berupa Al-Qur’an, metode dan instrumen yang digunakan. Perbedaan pada
objek yang diteliti, penelitian ini membahas tentang Af’āl al madch wa al dzam
kartu data. Penelitian ini membahas tentang jenis ism, khobar, dan penanda
jinsi dalam Al-Qur’an. Dari data yang dianalis hanya 34, semua isim berupa isim
mufrad, dari segi morfologi 1 berbentuk frasa dan 33 berupa data tunggal, dari segi
khabarnya 31 berupa khabar mufrad dan 3 khabar ghoiru mufrad berupa jar
majrur. Ismnya berkasus akusatif berupa desinen fathah dan khabarnya berkasus
sumber data berupa Al-Qur’an, metode dan instrumen yang digunakan. Perbedaan
15
pada objek yang diteliti, penelitian ini membahas tentang Af’āl al madch wa al
penelitian yang hampir serupa antara lain sebagai berikut. Adapun persamaan dan
perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya disajikan pada tabel 2.1
berikut :
dengan penelitian sebelumnya, mulai dari jenis penelitian, desain penelitian, dan
instrumen penelitian. Penelitian ini juga memiliki perbedaan pada objek penelitian.
tentang Af’āl al madch wa al dzam dalam Al-Qur’an secara Sintaksis belum pernah
dilakukan.
Dalam suatu penelitian, perlu adanya landasan teoretis yang menjadi dasar
atau landasan peneliti dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti
kata lain atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan ujaran (Chaer 2009:206).
Sedangkan menurut Asrori (2004:25) bahwa sintaksis sering disebut sebagai tataran
Sintaksis dalam bahasa Arab disebut ilmu nahwu. Nahwu adalah ilmu
tentang pokok, yang bisa diketahui dengannya tentang harakat (baris) akhir dari
suatu kalimat baik secara i’rab atau mabniy. Ilmu nahwu adalah dalil-dalil yang
memberi tahu kepada kita bagaimana seharusnya keadaan akhir kata-kata itu
setelah tersusun dalam kalimat, atau ilmu yang membahas kata-kata Arab dari i’rab
bahasa Arab bahwa ilmu dalam bahasa Arab ada 12, yaitu ilmu nahwu, sharaf,
rasm, arudl, qafiyah, matnullughah, qardlussyi’r, insya’, khat, bayan, ma’ani, dan
yang sekarang dikenal dengan ilmu nahwu) adalah ilmu yang mempelajari keadaan-
18
keadaan kata-kata berbahasa Arab dari segi I’rab (berubah) dan bina’-nya (tetap).
Dengan ilmu nahwu kita dapat mengetahui keadaan akhir kata, apakah rafa
(nominatif), nasab (akusatif), jar (genetif), jazm (jusif), atau bahkan tetap pada
ilmu nahwu merupakan ilmu yang membahas tentang hubungan antarkata beserta
mempunyai dua status. Sebagai satuan terbesar dalam morfologi, dan satuan
a. Ism (nomina) adalah kata-kata yang menunjukan arti sesuatu tanpa terkait
ُسْت
satu, contoh : َاذ “أsatu guru”, ْت
بيَ “satu rumah”.
2) Tatsniyah (dualis, kata dua) yaitu nomina yang menunjukan arti dua,
3) Jama’ (pluralis, kata banyak) yaitu nomina yang menunjukan arti lebih
َُ
secara bentuk maupun makna, contoh : )ة ِم
َاط
ف،َة
َبْت
مكَ ،َة
َأ ِْ
مر (ا
1) Shochich akhir yaitu ism yang akhilrnya tidak berupa huruf ‘illat dan
َُ
alif mamdudah, contoh : ة ْأ
َرالم
ْ َُ و
ُلَج
الر
2) Syibh shochich akhir yaitu ism yang akhirnya berupa huruf ‘illat yang
3) Ism maqshur yaitu ism yang di’irabi yang akhirnya memakai alif
4) Ism mamdud yaitu ism yang di’irabi yang akhirnya berupa hamzah yang
َِا
didahului alif zaidah, contoh : ء ْرَّح
َ الص َِا
ء و السَّم
b. Fi’il (Verba) adalah kata-kata yang menunjukan arti sesuatu terkait dengan
َْ
1) Masuknya د قcontoh : ْد
ُوْم
محَ ء
ََا َْ
د ج ق
2) Masuknya سdan َ
ْف ُمي
سَوcontoh : ْ ُ أ
ْمُو
تق ْف
َ َ ِي
سَو،ْ َب
ل أ
ُُْو
َقسَي
َُِش
3) Masuknya ta tanits di akhir kata, contoh : ة َائ
ْ ع
متَِ
َدق
2) Fi’il mudhori’ yaitu verba yang menunjukan waktu sekarang atau yang
ُسْت
akan datang, contoh : َاذ ءأ َجِي
ُْ سَي
3) Fi’il amr yaitu verba yang menunjukan waktu yang akan datang,
contoh : َأ
ْرِق
ْ ا
ُب ُك
ْت ا
c. Harf (partikel) adalah kata-kata yang tidak tampak artinya dengan jelas
بل
1) Berfungsi sebagai penghubung, contoh : ْ َ ,َّ َو
ُم، َال،ْ أ،َ
و،َ
ف
ِي
2) Berfungsi sebagai kata depan, contoh : ْ ََ
ف،لى ع,ْ
َن ع،َِلى ِن
إ,ْ م
2.2.3 I’rab
akhir kalimat , maka akhirnya dapat dibaca rafa’ (nominatif), nashab (akusatif), jar
(genetif), jazm (jusif) bedasarkan ‘amil yang masuk. Sependapat dengan Dakhlan
yang mangatakan i’rab artinya berubahnya akhir kalimat sebab beragamnya ‘amil
ْسَل
ْ يك َمد َلم
َ ْ محُ ،َّد
َم ِم
ُح ُ ب
ْتَر
مرَ ، دا َم
ًَّ مح يت
ُ ُ َْ
َأ ر،َّد
محم قام
ُ َ
karena fungsinya yang berbeda beda dan juga ‘beragam ‘amil yang masuk.
Perubahan tersebut disebut i’rab dan kalimat yang berubah disebut mu’rab.
1. Rafa’/رفع
2. Nashab/ نصب
4. Jazm /جزم
a) Masuk pada ism dan fi’il yaitu i’rab rafa’ dan nashab
1. Dlummah, menjadi alamat pokok (tanda asli) i’rab rafa’’ bertempat pada empat
tempat:
ِب
َّد طال
َم مح
ُ : Muhammad seorang mahasiswa
َِات
ُسْلم
الم مت
ْ ْ ََا
ق: Beberapa muslim perempuan berdiri
d. Fi’il mudlari’ yang pada akhirnya tidak bertemu dlamir tatsniyah, jama’
ْرو
ُسُ عم
درْي
َ : Amr sedang belajar
ن
َْ ِم
ُو ُسْل
الم
ْ ء
ََا
ج : Telah datang beberapa muslim laki-laki
َْك
ُوَ أخ
ْكَ و
بوُء أ
ََا
ج: Telah datang bapakmu dan saudaramu
ِم
َِان ُسْل
الم
ْ ء
ََا
ج : Telah datang dua orang muslim
i’rab rafa’ bertempat pada pada fi’il mudlari’, yang akhir katanya bertemu
dengan dlamir alif tatsniyah atau dlamir jama’ mudzakkar atau dlamir
muannats mukhathabah.contoh :
ن
َْ ُُ
لو ْع
يف هم
َ ْ ُ : Mereka sedang bekerja
Menurut Dachlan, i’rab nashab mempunyai lima alamat, yaitu fatchah, alif,
kasrah, ya’, dan membuang huruf nun yang menjadi alamati’rab nashab.
1. Fatchah, menjadi alamat pokok (tanda asli) i’rab nashab bertempat pada tiga
tempat, yaitu:
23
ن
َْا
ُر ْت
ُ الق َأ
قر : Saya membaca Al-Qur’an
ًا
ُبُت
ُ ك
يت َر
َْ اشْت : Saya membeli banyak kitab
fi’il itu tidak bertemu dengan alif dlamir tatsniyah, wawu jama’, ya’
د
َُْم
َ أح
ْسَل
ْ تك
َلن : Ahmad tidak malas
2. Alif, sebagai pengganti fatchah menjadi alamat (penanda gramatika) bagi i’rab
َخ
ََاك ََ
باكَ وأ ُ أ
يتَْ
رأ: Saya melihat bapakmu dan saudaramu
َِات
ِمُسْل
الم يت
ْ ُ َْأ
ر: Saya melihat beberapa muslim perempuan
ِْن
بي ِت
ََا ُ الك
َأت
قر: Saya membaca dua kitab
ْن
َ ِي
ِمُسْل
الم يت
ْ ُ َْأ
ر: Saya melihat orang-orang muslim
5. membuang huruf nun menjadi alamat (penanda gramatika) bagi i’rab nashab
bertempat pada af’alul khamsah yang dirafa’’kannya dengan memakai nun itsbat
(tetap), contoh:
24
ِر
َّ ْا الب
الو ْ تن
ُ َ َلن: Meraka tidak memperoloh kebaikan
Menurut Dachlan i’rab jar mempunyai tiga alamat, yaitu : kasrah, ya’, dan
fatchah.
1. Kasrah, yaitu yang menjadi alamat pokok i’rab jar, Kasrah menjadi alamat bagi
ِ
َسْجِد
ْ الم
ِيُ ف
ْت ََّ
لي ص: Saya sholat di masjid
ُب
ُتِك َق
ْرأ ب أ: Saya membaca banyak buku
ِم
َات ِ بم
ُسل ْتِ الى الم
َسْجِد هبََ
ذ : kamu pergi ke masjid bersama
perempuan-perempuan muslim
2. Ya’, sebagai pengganti kasrah menjadi alamat bagi i’rab jar bertempat pada
َ أخِي
َْك ِي
ْكَ و ِأب
ُ ب
ْتَر
مرَ : Saya bertemu bapakmu dan saudaramu
ِْن
َيِم
ُسْل
باالم
ْ ْت
ُ َر
مرَ : Saya bertemu dua orang muslim
ْن
َ ِي
ِمُسْل
باالم
ْ ْت
ُ َر
مرَ : Saya bertemu orang-orang muslim
25
3. Fatchah, sebagai pengganti kasrah menjadi alamat bagi i’rab jar bertempat
pada ism ghairu munsharif, yaitu ism yang tidak bisa menerima tanwin, contoh :
ََ
ة ِم
َاط
َ ف
د و
ََْم
ِأح
ُ ب
ْتَر
مر: Saya bertemu Ahmad dan Fatimah
Menurut Dachlan i’rab jazm mempunyai tiga alamat, yaitu : sukun, membuang.
1. Sukun yaitu yang menjadi alamat pokok i’rab jazm. Kasrah menjadi alamat bagi
ََ
ة َاع
َمالج
ْ ْْرك
ْ يت
َلم : dia tidak meninggalkan jama’ah
2. Membuang sebagai pengganti sukun menjadi alamat bagi i’rab jazm bertempat
َر
َ َج
ِ الح
يرم لم
َ ْ : Dia tidak melempar batu
َ
ْا الخُبز
لو ْك
ُُ ْ يأ
ْ َلم
همُ : Mereka tidak makan roti
al dzam adalah kata berfungsi untuk memuji dan mencela, dan Af’āl al madch wa
َا
َّذ
َب ح,َّ
َب ح,َ
ْمِع
ن
َا
َّذ
َب الَ ح,ء ِئ
َ سَا,َْس ب
26
ْم
Ibnu Malik (122) menjelaskan bahwa َ ِع ِئ
نdan َْس بpada Af’al al madch
contoh : ِن
ْد َُ
ة ه ْأ
َرِئسَتِ الم
َ ب ِن
ْد و َُ
ة ه ْأ
َرْ الم
َت ِع
ْم ن
Dan termasuk fi’il ghairu mutasharrif atau fi'il jamid (yang tidak bisa ditashrif /
derivasi) yang yang dapat beramal merafakan fa’il, susunan fi’il dan fa’il berlaku
sebagai khabar, dan kata yang jatuh setelahnya sebagai machsus/ mubtada.
ghairu mutasharrif apabila fi’il tersebut menyerupai churf yaitu bentuknya dan
maknanya tidak berkaitan dengan waktu dan tidak menunjukan makna pekerjaan.
Maka fi’il tersebut tidak dapat berubah kepada bentuk yang lain, dan hanya
َب
dari َّ حdan َا
ذberupa ism isyarah sebagai fa’ilnya yang akan selalu berbentuk
contoh : ِد
َال
َا خ
َّذ
َب ِن
ح,ْد َا ه
َّذ
َب ح, ِدان
َيَْا الز
َّذ
َب ح
ْم
Sedangkan untuk kata َ ِع ِئ
نdan َْس بmerupakan fi’il madly yang dapat
ْم
1. َ ِع ِئ
ن- َْس ب
ِم
2. َ ِع ِئ
ن- َِس ب
27
ْم
3. َ نع
َ - َْس
بئَ
ِم
4. َ نع
َ – َِس
بئَ
1. Fa’il yang berupa ism zhahir yang diberi tanda الatau yang dimudlofkan dengan
ism yang diberi tanda الatau dimudlofkan dengan ism yang dimudlofkan dengan
َِا
ء َرُ شع
ْمِي
َكَ ح
ْمِع
ن,َ
ْنِي
َّق
ُتالم
ْ ُدار ْم
َ َ ِع
ََلن
و،ُ
َان
ْم َُذ س
لي ِي
ُْ َْ الت
لم ْمِع
ن
ْر
هي ِ ز
َُ َّة
ِيِل
َاه
الج
2. Fa’il yang berupa ism dlamir yang ditafsiri dengan ism nakiroh yang
هو
yaitu berupa isim dlamir yang ditaqdirkan dengan dhamir َ ُ sedangkan kata ًُال
َجر
ْم
berkedudukan sebagai tamyiz . Di dalam kata َ ِع
نpada contoh di atas terkandung
pada Af’ā al madch wa al dzam juga dapat dijadikan sebagai tamyiz yang berkasus
Apabila fa’il berupa ism dlamir maka harus memenuhi tiga syarat :
28
ُة فاطم
ta tanits baik fa’il zhahir atau dlamir, contoh : ة ُْ المرأ
َت ِع
ْم أو ن
ُة فاطم
ة ًْ مرأ
َت ِع
ْم نAl-Ghulayaini (2015:61).
3. Tamyiz sesuai dalam mufrad, Tatsniyah, dan jama serta mudzakar dan
muannats, contoh :
،ْ
ُم َْ
نت اال أ
ً َ ِج
َ ر
ْمِع ِي
ن،ْد َ سَع َِا
لد و ْنِ خ
ليَُ
َجَ ر
ْمِع
ن،يد
َُْالً ز
َجَ ر
ْمِع
ن
َت
ْ ِع
ْم ن،د
ََا
َ سُع َُ
ة و ِم
َاط
ْنِ ف
تيََا
َتْ ف
َت ِع
ْم َُ
ن،ة ِم
َاط
ة ف
ًَا
َتْ ف
َت ِع
ْم ن
دات
ُ ََِه
ْتُج
َات الم
َيَت
ف
4. Tamyiz dapat menerima الkarena asalnya adalah fa’il yang bersama ال,
contoh : يد
َُْالً ز
َجَ ر
ْمِع
نasalnya adalah يد
ََْ ز
ُلَّج
َ الر
ْمِع
ن
5. Tamyiz tidak boleh dibuang, apabila fa’ilnya berupa ism dlamir yang
dzam terdapat Machshus bil madch wa al dzam (isim yang dikhususkan untuk
dipuji dan dicela) yang wajib berupa ism marifat, contoh : َْيد
ُ ز
ُلَّج
َ الر
ْمِع
نatau
contoh : ن
َُا
ْم َُذ س
لي ُِْي
لمَْ الت
ْم نdan adakalanya menjadi khabar dari mubtada’
ِع
ْر
هي َ ز
َُ هو ُل
ُ ُ َ الرج
ْمِع
ن.
ُُ الجن
ة ْ الثواب
َت ِع
ْم نAl-Ghulayaini (2015:62).
َو
dalilnya, contoh : َّاب ه أ
ُن دإ
َِّ َب
ُْ َ الع
ْمِع
( نQ.S Shad : 30) mengirakan َ
ْمِع
ن
ْب
يوَُّ
د أ
َُْب
العkata ْب
يوَُّ
أdibuang karena sudah diketahui pelakunya atau telah
ْن
Dzariyat:40) mengirakan ُ نح
َ ن
َْ ُِ
دو َاه
الم ْم
ْ َ ِع
َنف.
Machshus bil madch wa al dzam memiliki jenis yang sama denga fa’ilnya,
contoh : ْر
هي ُ ز
َُ ُلَ الرج
ْمِع
نkata ْر
هي زmerupakan jenis dari ُ
َُ ُل الرج, apabila
bukan dari jenisnya maka dikatakan secara majaz dengan membuang, contoh :
ْر
هي َالً ز
َُ َمَ ع
ْمِع
نmaka dikirakan dengan ْر
هي ُ ز
َُ َلَم
َالً ع
َمَ ع
ْمِع
نdengan
membuang mudlaf dan menetapkan mudlaf ilaih, dan seperti firman Allah ء
َسَا
ْم
ُ َو ْ ًَال
الق مث ْم
َ (Q.S Al-Araf : 77) dengan mengirakan ُ َو
الق َل
ْ ُ َ ًَال
مث مثَ ء
َسَا.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Af’āl al madch wa al dzam adalah kata yang berfungsi untuk memuji dan
mencela, Af’āl al madch wa al dzam dapat dibagi menjadi dua yaitu af’āl al madch
ْم
(kata berfungsi untuk memuji) yang terdiri dari َ ِع
ن, َّ
َب ح,َا
َّذ
َب حdan af’āl al dzam
ِئ
(kata berfungsi untuk mencela) yang terdiri dari َْس ب,ء
َ سَا,َا
َّذ
َب الَ ح. Af’āl
al madch wa al dzam masuk dalam kelompok fi’il jamid / tidak bisa ditashrif yang
memilki fa'il sebagai sebagai subjek pujian dan celaan, susunan fi’il dan fa’il
membentuk khabar muqaddam , dan memilki tamyiz apabila fa’ilnya berupa ism
dlamir, dan juga memiliki machsus atau mubtada’ muakhkhar yang jatuh
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka (library
kartu data dan lembar rekapitukasi. Data dalam penelitian ini adalah Af’āl al madch
terdapat dalam Al-Qur’an yang terbagi atas 18 kalimat yang berunsurkan ni’ma
ْم
/(َ )ن, 40 kalimat berunsurkan bi’sa(َْس
ِع ِئ(ب, dan 23 kalimat yang berunsurkan
sā’a)اء
َ َ(س. Sedangkan tidak ditemukan data kalimat berunsurkan chabba)َّ
َب (ح,
chabbadza)َا
َّذ
َب (ح, dan la chabbadza)َا
َّذ
(الَحب.
berupa fa’il sharich dan tidak ditemukan fa’il muawwal, yang terbagi atas 49 zhahir
114
115
dan tidak ditemukan bentuk tatsniyah, sedangkan berdasarkan gender terbagi atas
terbagi atas 2 zhahir dan 77 dlamir, sedangkan berdasarkan jumlah terbagi atas 76
tamyiz af’āl al madch wa al dzam berdasarkan jumlah terbagi atas 32 mufrad, tidak
Dari data yang terkumpul tentang fa’il af’āl al madch wa al dzam dalam
penanda gramatikal alif. Sedangkan data yang terkumpul tentang machsus af’āl al
gramatikal wawu dan alif. Sedangkan data yang terkumpul tentang tamyiz af’āl al
5.2 Saran
Hasil penelitian yang telah dilakukan masih jauh dari kata sempurna, maka
mengenai af’āl al madch wa al dzam yang bersumber dari selain Al-Qur’an baik
af’āl al madch wa al dzam, maupun jenis fa’il, mubtada’, (machsus)nya dan tamyiz
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku Referensi
Irawati, Retno Purnama. 2013. Mengenal sejarah sastra Arab. Semarang: Egacitya.
118
Machalli, Jalaluddin bin Muhammad bin Ahmad dan Jalaluddin bin Abi Bakar
Suyuthi. Tafsir Al-Qur’an ‘Adzim lil Imamaini Jalalaini. Surabaya: Darul
Ilmi
Moeloeng, L. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda
Karya
Nashif, Khifni Bik, dkk. Qawaid Lughah Arabiyah. Surabaya: Al-Miftah
Tim Penyusun. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
B. Skripsi
Akbar, Asad Daniel (2016) Konstruksi kalimat berunsurkan Ni’ma dan Bi’sa dalam
Al-Qur’an (Analisis Sintaksis)
Akbar, Taufik (2013) Analisis Sintaksis Ism Marfu’ dalam Naskah Qiro’ah pada
Buku Al-Arobiyyah lin Nasyi’in jilid 4
Jumiati, Sri (2016) Jumlah Ismiyah dan kalimat Nominatif (Analisis Kontrastif
Sintaksis Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia)
Syarifah Alfi (2018) Lā linafyil jinsi dalam Al-Qur’an (Analisis Sintaksis)
119
C. Jurnal
Wahab, M. A. (2014). Peran bahasa arab dalam pengembangan ilmu dan peradaban
Islam. Arabiyat: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan
Kebahasaaraban, 1(1), 1-20.