Anda di halaman 1dari 28

Transpersonal dapat diartikan sebagai pengalaman identitas diri yang melewati

individu atau pribadi untuk mencakup aspek yang lebih luas dari kemanusiaan,
kehidupan, jiwa dan kosmos.
Psikologi transpersonal secara khusus memberikan perhatian kepada studi ilmiah
yang empiris dan bertanggung jawab dari penemuan-penemuan yang relevan bagi
pengaktualisasian diri, transendentasi diri, kesadaran kosmis, dan fenomena-fenomena
transendental.1
Psikologi Transpersonal muncul sebagai mahzab keempat dalam psikologi.
Psikologi transpersonal menjadi penghubung antara psikologi dan spiritualitas. Psikologi
transpersonal dapat diartikan sebagaisuatu cabang psikologi yangmemberi perhatian pada
studi terhadapkeadaan dan proses pengalaman manusiayang lebih dalam dan luas, atau
suatusensasi yang lebih besar dari koneksitasterhadap orang lain dan alam semesta,atau
merupakan dimensi spiritual.Lingkup kajiannya meliputi pengalaman spiritual, keadaan
mistis sadar, kesadaran dan meditasi, tradisi shaman, ritual, hubungan interpersonal,
dan pertemuan dengan alam.2
Konsepinti dalam psikologi transpersonal adalahtransendensi diri, atau rasa identitas
yanglebih dalam atau lebih tinggi, lebih luas atau menyatu secara keseluruhan.
Transendensi diri mengakui nilai personal serta menjunjung non-duality, bahwa
pengakuan bahwa setiap bagian (misalnya, setiap orang) adalahbagian darikeseluruhan
alam semesta penyatuan kosmis yang memandang segala sesuatu sebagai satu kesatuan
(kosmos).3
Secara garis besar, psikologi transpersonal didefinisikan sebagai studi mengenai
potensi tertinggi dari manusia melalui pengenalan, pemahaman, dan realisasi terhadap
keesaan, spiritualitas, dan kesadaran transendental. Psikologi transpersonal juga
melepaskan diri dari keterikatan berbagai bentuk agama yang ada. Namun begitu, kajian
dalam psikologi transpersonal juga meliputi ahli spiritual yang berasal dari berbagai macam
agama. Psikologi transpersonal memandang bahwa potensi tertinggi manusia terdapat

1
Mujidin, “Garis Besar Psikologi Transpersonal: Pandangan Tentang Manusia Dan Metode
Penggalian Transpersonal Serta Aplikasinya Dalam Dunia Pendidikan,” Humanitas :
Indonesian Psychological Journal2, no. 1 (January 2005): 56
2
Puji and Hendriwinaya, “Terapi Transpersonal,” 92.
3
Ujam Jaenudin, Psikologi Transpersonal(Bandung: Pustaka Setia, 2012), 75
pada dunia spiritual. Potensi tersebut ditunjukkan dengan berbagai pengalaman,
seperti kemampuan melihat masa depan, extrasensory perception (ESP), pengalaman
mistik, pengembangan spiritualitas, pengalaman puncak, meditasi, dan berbagai macam
kajian yang bersifat parapsikologi atau metafisik. Dengan demikian, psikologi
transpersonal berpandangan bahwa individu adalah makhluk spiritual yang memiliki
pengalaman manusia, bukan manusia yang memiliki pengalaman spiritual. 4

4
Ujam Jaenudin, 81
Tokoh-Tokoh PsikologiTranspersonal
Psikologi transpersonal lahir sebagai mazhab keempat psikologi setelah adanya
rangkaian diskusi yang panjang oleh beberapa tokoh psikologi humanistik. Berikut ini
beberapa tokoh yang berpengaruh terhadap kelahiran dan perkembangan psikologi
transpersonal.
1. William James
William James merupakan seorang tokoh filsafat pragmatismeyang menekankan pada
tindakan. Pragmatisme berusaha menentukan konsekuensi praktis dari setiap persoalan,
bukan memberikan jawaban finalnya. Salah satu karya William James yang membahas
pengalaman religius adalah The Varieties of Religious Experience. Buku ini membahas
permasalahan aktual tentang pengalaman keagamaan dalam kacamata pragmatisme. Dalam
buku ini, William James mengungkapkan bahwa sejauh manusia berhubungan dengan
alam semesta, ia hanya berhubungan dengan simbol-simbol realitas, tetapi dalam
pengalaman religius yang bersifat pribadi, dirinya benar-benar dibawa masuk dalam reaitas
tersebutsecara utuh. James menekankan bahwa yang paling penting bukan pengalamannya,
tetapi perubahan nyata dalam hidup yang terjadi setelah pengalaman tersebut. Misalnya
kepercayaan kepada Tuhan, yang paling penting adalah dampaknya untuk meningkatkan
kualitas moral dalam kehidupan.
2. Carl Gustav Jung
Carl Gustav Jung adalah seorang psikiater yang memiliki ketertarikan terhadap
fenomena yang bersifat gaib atau spiritual. Ketertarikannya ini membawanya pada dunia mistik
yang luar biasa, sehingga ia dapat menarik benang merah antara dunia spiritual
dengan kebutuhan rohani dan jasmani manusia. Pemikiran Jung ini mempengaruhi banyak
tokoh psikologi transpersonal. Menurut Jung, tingkah laku manusia tidak hanya ditentukan
oleh sejarah individu (kausalitas), tetapi juga oleh tujuan dan aspirasi (teleologi). Masa lalu
sebagai aktualitas dan masa depan sebagai potensialitas sama-sama membimbing
tingkah laku manusia.
3. Abraham Maslow
Abraham Maslow dianggap sebagai bapak psikologi humanistik pada1950-an, tetapi
dia juga membantu menciptakan kerangka kerja untuk transpersonal. Fokus utama awal
Maslow dalam psikologi adalah psikologi abnormal, tetapi Maslow sebaliknya tertarik ke
arah aspek positif sifat manusia dan potensi manusia. Maslow mengusulkan agar manusia bisa
bergerak menuju potensi terbesar mereka, atau 9Ujam Jaenudin, 85.10Ujam Jaenudin,
96.aktualisasi diri, melalui kemajuan melalui hierarki kebutuhan, dari dasar-dasar
kebutuhan fisiologis menuju kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan
penghargaan, dan akhirnya kebutuhan aktualisasi diri.114.
Roberto Assagioli
Roberto Assagioli merupakan tokoh psikologi pertama yang menggunakan istilah
transpersonal dalam psikoterapi. Ia adalah seorang psikiater dari Italia yang tertarik pada
aspek niskala dari sifat manusia. Ia merumuskan teori-teori psikologi secara eksplisit
yang dikenal dengan psikosintesis. Psikosintesis adalah orientasi yang menangani orang
secara keseluruhan, baik fisik, emosional, mental, dan spiritual. Teori ini menawarkan prinsip
pendekatan integrasi antara pribadi dan transpersonal serta sintesis. Dengan demikian,
transpersonal mengombinasikan pandangan untuk mencari sintesis universal bahwa medis dan
mistis dapat dipertemukan.
Victor Frankl
Victor Frankl adalah seorang tokoh psikoterapi humanistik dan juga merupakan pendiri
logoterapi. Logoterapi merupakan corak psikiatri yang mengakui adanya dimensi kerohanian
pada manusia, di samping fisik dan psikis. Ia berpendapat bahwa makna hidup dan hasrat
hidup 11Clark, “Watson’s Human Caring Theory,” 3.12Ujam Jaenudin, Psikologi Transpersonal,
103.
66Jurnal Talenta Psikologi Volume XI Nomor 1bermakna merupakan motivasi utama
manusia guna meraih taraf kehidupan bermakna yang didambakannya. Ia juga
mengintegrasikan fenomena spiritualitas dalam sistem psikofisik dan kepribadian manusia
serta memanfaatkannya dalam metode psikoterapi. Ia menunjukkan bahwa
spiritualitas merupakan dimensi penting dalam eksistensi manusia. Dalam logoterapi,
manusia seutuhnya adalah kesatuan dari bio-psiko-sosiokultural-spiritual. Dimensi spiritual
adalah sumber kesehatan yang tidak pernah sakit, sekalipun orangnya menderita
sakit secara fisik dan mental.5

5
Ujam Jaenudin, Psikologi Transpersonal, 103.
Teknik Konseling Transpersonal
Asumsi dasar yang dimiliki pendekatan transpersonal adalah bahwa manusia adalah
makhluk yang kompleks, gangguan-gangguan yang dapat diderita manusia sangat
multidimensional, dan perkembangan ilmu terlalu beragam, sehingga tidak mungkin
hanya menggunakan hanya satu strategi. Maka pendekatan teknik konseling transpersonal
adalah eklektik. Ia tidak menolak terapi-terapi yang sudah ada, tetapi menambahkannya
dengan terapi yang menggunakan latihan perubahan kesadaran, seperti: hypnosis, meditasi,
dan guided imagery.
.Konseling transpersonal berhadapan dengan permasalahan psikologis dengan cakupan
yang luas dan penggunaan teknik-teknik yang luas pula, di antaranya adalah modifikasi
perilaku, restrukturisasi kognitif, praktek Gestalt, psikodinamika, dream-work, terapi musik
dan seni, serta meditasi. Dengan berbagai kombinasi teknik-teknik kesadaran, maka sangat
berpeluang untuk dibangunnya hal-hal baru. 6 Terapis-terapis transpersonal mencari jalan yang
terbaik dari perpaduan teknik-teknik mainstream dengan perspektif transpersonal yang
bertujuan untuk mencocokkan dengan kebutuhan klien. Perbedaan utama antara
pendekatan transpersonal dengan pendekatan-pendekatan konvensional adalah pendekatan
dalam konteks spiritual dan transformasi, dan menggunakan praktik-praktik spiritual,
misalnya meditasi.
Berikut beberapa bentuk penerapan teknik transpersonal.
1.Mengeksplorasi konsepdan teknik mindfulness (meditasi dari Budhisme)bagi
pengembangan diri dalam psikoterapi padakonteks psikologi klinis Barat.
2.Mengembangkan teknik intersubjektif dannondualitas (nonduality) dalam
hubunganpsikoterapeutik. 3.Mengembangkanmetode Proses Realisasi (Realization
Process)untuk membantu klien dalam mengalamikesadaran nondual dalam seting
klinis.4.Menerapkanmetode Seemorg Matrix Work sebagaipsikoterapi transpersonal energi
baru. Dasar dariSeemorg adalah sintesa dari pendekatanspiritualitas Timur, psikologi Barat,
danpsikoneuroimunologi. Seemorg diperoleh darikonsepsi ketuhanan manusia yang
merupakaninti dari ajaran Hinduisme, gagasan realitasarchetypal dan struktur psyche
(dari psikologianalitik), filsafat Platonik, serta aplikasi interrelasiantara semua bagian dan
tingkatan manusia baik daripsikoneuroimunologi maupun Buddhisme.5.Mengintegrasikan

6
Hendro Prabowo, “Mengembangkan Model Psikoterapi Transpersonal” 2 (2007): 59.
konsep resonansi, experientiallistening, countertransference, menjadi satu (being aligned),
bekerja dalam hubungan yang dalam (working at relational depth), the fourdimensional
state, penyatuan hubungan I-Me (the unifying I-Me relationship), inklusi, membayangkan
hal yang nyata (imagining the real) dan melding merupakan fenomena linking. Rowan
juga menggunakan meditasi, spiritual bibliotherapy, serta latihan-latihan tambahan seperti
holotropic breathwork, LSD, hipnosis, yoga, visualisasi, dan psikodrama.7
Bersadarkan pengalaman dalam mempraktekkanpsikoterapi transpersonal, dapat
dikembangkanmodel psikoterapi transpersonal. Teknik-teknik kesadaran yang
digunakanadalah terapi meditasi (tarikan nafas), terapimusik, visualisasi, letting go, dan
spiritualbibliothetapy. Dengan menanganiberagamkasus seperti diabetes melitus, obesitas,
korbanKDRT, psikosomatis, korban poligami, dankorban perselingkuhan; dapat
disimpulkanbeberapa hal, yaitu keterlibatan emosi danperasaan serta letting go, adanya
penilaian, perlutidaknya terapi melakukan intervensi secaradirektif atau tidak, dan fenomena
sistem COEX(condensed experience).
1.Keterlibatan emosi dan perasaan serta letting go
Pada kasus yang melibatkan emosiberkaitan dengan perasaan-perasaan,
hasrat,keinginan. Proses letting godapatdilakukan melalui perasaan yang terdalam
(thedeepest feeling), situasi dan sub kepribadian. Sementarapada kasus diabetes melitus
dan obesitas,pengalaman perubahan kesadaran (altered stateof consciousness experience)
sangat diperlukansebelum dilakukan visualisasi.Istilah letting go yang paling
banyakdibahas dalam makalah ini seringkalidipertukarkan dengan release yang
memilikimakna yang sama, yaitu: melepaskan.Istilahletting go dalam pengertian
melepaskan,berkaitan dengan luka dan dendam, dan rasabersalah, serta pola-pola yang
merusak dirisendiri seperti pikiran, perasaan, dan perilaku.
2.Adanya penilaian
Adanya penilaian dilakukan pada saat latihan awal teknik-teknik
kesadaran.Penilaianyang dibutuhkandalam latihan meditasi atau teknik kesadaranlainnya
adalah penerimaan dan bukannyapenilaian atau jugment.Adatidaknya penilaian ini akan
berpengaruh padaproses terapi selanjutnya.Cara yang dapat digunakan untukmengatasi
penilaian (resistensi) adalah juga dengan letting goseperti disajikan terdahulu.

7
Hendro Prabowo, “Mengembangkan Model Psikoterapi Transpersonal” 2 (2007): 59.
3.Perlu tidaknya terapi melakukan intervensisecara direktif atau
tidakAssagiolimembuat kontinumantara direktif dan non direktif sebagai bagiandari terapis
berkaitan dengan kliennya. Psikoterapi transpersonalberkaitan dengan seseorang yang
inginmembuka sesuatu dalam dirinya. Teknikspiritualitas atau kesadaran juga bicara
tentangseorang yang ingin membuka sesuatu dalamirinya. Oleh karena itu kontinum
direktif amatdipengaruhi oleh keterbukaan klien.
4.Fenomena sistem COEX (condensedexperience) Fenomena sistem COEX (condensed
experience), yaitu kumpulan ingatan dari yaitu kumpulan ingatan dariberagam periode
kehidupan individu yangditandai oleh adanya ”serangan emosional yangkuat”. Intensitas
latihan teknik kesadaran yang dilakukan oleh klien berkaitan dengan proses
konselingnya. Klien denganpengalaman seperti ini seyogyanya diberikanpenjelasan
bahwa hal ini memang bisa sajaterjadi dan tidak menganggap dirinya psikosis.Dalam
proses konseling yang dilakukan secara intensif adakalanya diikuti dengan pengalaman
kondensasi, gejala fisik, dan ketegangan. Sementara jika muncul gejala fisik danketegangan,
latihan-latihan teknik letting godapat dilakukan kembali, dimana pada kasusketegangan
pendampingan selama terapi harus dilakukan.

TujuanKonselingTranspersonal
Konseling transpersonal mempunyai sasaran untuk menyambungkan kembali(re-
connect) klien dengan sumber kebijaksaan yang ada di dalamnya,menggabungkan conscious
egodengan subconsciousyangada di dalam dengan maksud untukmengaktifkan dan
mengembangkan kemampuan individu untuk menyembuhkandiri (self healing).Adapun hasil
yang ingin dicapai oleh terapi transpersonal, yaitu:
1.Pemahaman bahwa ide,kepercayaan, dan ekspektasi, ketiganya memainkan peran
dalam perwujudan pengalaman pribadi. Klien dilatih untuk memahami bahwa energi
psikis mereka,yaitu perasaan, pikiran, dan emosi, berperan dalam setiap pengalaman.
2.Menyadari dan kemudian menelaah ide,kepercayaan, dan ekspektasi yang dipunyai.
Setelah klien paham bahwa ide, kepercayaan dan ekspektasi berperan dalam perwujudan
pengalaman, maka langkah kedua adalah mengidentifikasi dan menelaah hal-hal tersebut.
3.Memahami dan mengapresiasi kekuatan pikiran conscious. Hal ini sangat penting.
Klien harus menyadari bahwa ia memiliki kontrol sepenuhnya akan pikiran-pikiran
sadarnya.
4.Memilah-milah dan berdamai dengan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan.
5.Meminta bantuan dan bimbingan dari hati nurani. Ego dan hati nurani klien
haruslah selaras. Bila tidak maka hati nurani tidak dapat memberi masukan pada ego.

Metode Konseling Transpersonal


Metode-metode yang biasa dilakukandalam konseling transpersonal, diantaranya sebagai
berikut.
1.Metode spiritualitas berupa terapi-terapi transpersonal, image work, meditasi, dan
doa.
2.Teknik mendengarkan klien dalam hal mimpi, mitologi, ide-ide, dan pengalaman
yang mengandung suatu hubungan dengan alam semesta.
3.Menggunakan intuisi dan insight bagiterapis sebagai respons bagi klien
untukmengembangkan pertumbuhan personal,interpersonal, dan spiritual,
4.Menggunakan teknik meditasi,psychedelics, biblioterapi spiritual, LSD(jika
dilegalkan), hipnosis terhadap kehidupan di masa lalu, yoga, visualisasi,psikodrama, dan
Holotropic Breathing,
5.Menggunakan modifikasi perilaku, restrukturisasi kognitif, praktik Gestalt,
psikodinamika dreamwork, terapi musik dan seni, serta meditasi,dan
6.Menggunakan visualisasi, menggambar bebas, trainingwill, ekspresi fisik, menulis,
disidentifikasi,meditasi, kerja interpersonal, dan kerjakelompok.8

8
Puji and Hendriwinaya, “Terapi Transpersonal,” 98.
Ada tingkat perkembangan manusia yang lebih tinggi daripada yang dibayangkan oleh psikologi tradisional.

Ini adalah klaim berani yang dibuat oleh para psikolog transpersonal. Mereka percaya bahwa pengalaman
manusia dapat melampaui ego, mencapai yang transendental, dan mengilhami hidup kita dengan cinta, kasih
sayang, dan makna.

Psikologi transpersonal adalah cabang psikologi yang berfokus pada mempelajari aspek spiritual dan
transendental dari pengalaman manusia. Ini adalah pendekatan yang berupaya memahami bagaimana
hubungan antara diri dan kesadaran kita yang lebih tinggi dapat mengarah pada pertumbuhan dan
pengembangan diri.

Pada artikel ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana psikologi transpersonal menawarkan pendekatan baru
untuk mempelajari jiwa dan apa arti aktualisasi diri. Kita akan melihat bagaimana perluasan kesadaran
mengarah pada pertumbuhan pribadi dan bagaimana pengalaman mistik mirip dengan psikosis dan sangat
berbeda.

Teori yang menghubungkan diri dengan transpersonal


Ken Wilber, seorang filsuf dan ahli teori transpersonal kontemporer, percaya bahwa realitas dan
jiwa diatur dalam beberapa tingkatan. Dia mempresentasikan ide ini dalam
bukunya Transformations of Consciousness dan mengungkapkan sebuah model yang mencakup
sepuluh tahap perkembangan manusia. Dalam modelnya, ia memasukkan unsur-unsur gagasan
Timur, seperti sistem chakra dan yoga tantra. Dia mengelompokkan tahapan ini menjadi tiga
tingkatan: pra-pribadi, pribadi, dan transpersonal.²

Fungsi pra-pribadi ditandai dengan mengikuti keinginan instingtual dan dibentuk oleh kebutuhan
dasar. Fungsi pribadi berorientasi dan dimediasi oleh ego. Fungsi transpersonal muncul ketika
orang kurang mengidentifikasi keprihatinan individu mereka dan terhubung dengan kenyataan di
luar identitas pribadi. Dalam keadaan transpersonal, batas-batas ego cenderung hilang, dan
hubungan subjek/objek berubah atau runtuh. Hal ini memunculkan kemungkinan pengalaman
keterhubungan yang mendalam.

Stanislav Grof, seorang psikiater ternama, peneliti LSD, dan pionir di bidang psikologi
transpersonal, juga berbicara tentang pentingnya transendensi diri dalam proses aktualisasi
diri. Ia percaya aktualisasi diri bukan hanya tentang mencapai potensi diri tetapi juga tentang
mengatasi keterbatasan ego dan berhubungan dengan sumber segala keberadaan. Individu dapat
mencapai hubungan ini melalui berbagai praktik spiritual seperti meditasi, doa, atau pernapasan,
yang memungkinkan mereka mencapai tingkat kesadaran yang lebih tinggi dan menggali bagian
jiwa mereka yang lebih dalam.

Dengan bantuan istrinya, Grof mengembangkan metode pernapasan yang memungkinkan


seseorang melampaui batas ego dan memasuki kondisi kesadaran berubah (ASC). Metode ini,
yang disebut pernapasan holotropik, menggunakan musik yang menggugah, hiperventilasi,
pengalaman perinatal, dan pencetakan pola dasar untuk mengakses ingatan yang
tertekan. Masukan yang ditekan yang dieksplorasi melalui pernapasan holotropik, setelah
diintegrasikan dengan bantuan terapis, dapat mengarah pada pertumbuhan pribadi,
penyembuhan, dan aktualisasi diri.³

Pendekatan transpersonal untuk aktualisasi diri


Psikologi transpersonal menyediakan berbagai pendekatan untuk aktualisasi diri, termasuk
praktik meditasi dan kesadaran, praktik spiritual, eksplorasi kondisi kesadaran yang berubah, dan
pendekatan terapeutik seperti psikoterapi transpersonal. Psikoterapi transpersonal mungkin
mencakup teknik seperti kerja mimpi, doa, dan imajinasi terbimbing di atas terapi bicara
tradisional.

Praktik meditasi dan perhatian adalah bagian penting dari pendekatan transpersonal terhadap
aktualisasi diri. Praktik-praktik ini menenangkan pikiran dan membantu individu fokus pada
momen saat ini, yang memungkinkan adanya hubungan lebih dalam dengan diri dan
transendental. Penelitian menunjukkan bahwa meditasi dapat meningkatkan kesehatan mental
dan meningkatkan perasaan empati dan kasih sayang.

Praktik spiritual juga merupakan bagian penting dari psikologi transpersonal. Tradisi spiritual
seperti Budha , Kristen, dan Hindu menyediakan cara untuk terhubung dengan sesuatu yang
lebih besar dari diri Anda sendiri, yang dapat meningkatkan perasaan seseorang akan tujuan dan
makna hidup.

Eksplorasi keadaan kesadaran yang berubah adalah pendekatan transpersonal lainnya menuju
aktualisasi diri. Keadaan-keadaan ini, seperti pengalaman mendekati kematian, pengalaman
psikedelik, dan pengalaman mistis, dapat memberikan wawasan mendalam mengenai hakikat
pengalaman manusia. Misalnya, pernapasan holotropik Grof dapat memfasilitasi perubahan
kondisi kesadaran yang berguna untuk proses terapi transpersonal.

Perubahan kondisi kesadaran juga dapat diinduksi dengan menggunakan tanaman dan senyawa
psikedelik. Terapi dengan bantuan psikedelik telah ditunjukkan dalam meta-analisis dari 9 studi
klinis acak bermanfaat untuk gangguan mental seperti depresi, kecemasan, gangguan stres pasca-
trauma, dan kecemasan sosial.
Semua pendekatan psikoterapi transpersonal menggabungkan unsur-unsur yang diilhami oleh
tradisi spiritual untuk membantu individu melampaui batasan ego, mengakses bagian jiwa yang
lebih dalam, dan mencapai kesadaran diri dan aktualisasi diri yang lebih besar.

Psikologi Transpersonal dalam kesehatan mental


Psikologi transpersonal memberikan perspektif yang berbeda tentang kesehatan mental dan
kesejahteraan daripada yang digambarkan oleh psikologi tradisional, menekankan pentingnya
spiritual dan transendental . Ia mengakui bahwa tujuan akhir dari kesehatan mental tidak hanya
mencapai stabilitas emosional dan psikologis tetapi juga menumbuhkan aspek spiritual dan
transenden dari diri.

Terapi transpersonal adalah suatu bentuk konseling dan psikoterapi yang mendorong eksplorasi
kebijaksanaan batin seseorang dengan mengakses tingkat kesadaran yang lebih tinggi, eksplorasi
spiritual, dan keberadaan pada saat ini.

Selama sesi terapi transpersonal, terapis dan klien bekerja sama untuk menciptakan lingkungan
yang aman dan mendukung untuk melakukan eksplorasi diri. Praktik dan teknik spiritual yang
digunakan oleh terapis terlatih dalam psikologi transpersonal meliputi meditasi, perhatian,
imajinasi terbimbing, dan visualisasi untuk membantu klien mengakses bagian jiwa mereka yang
lebih dalam.

Dalam kasus citra terbimbing, terapis berperan aktif dalam membimbing pasien melalui
pengalaman yang kaya sensorik untuk mengungkap dan menyelesaikan kesulitan
psikologis. Carl Jung percaya bahwa pencitraan adalah bahasa intuisi, dan eksplorasi pencitraan
ini memungkinkan adanya kontak yang lebih dalam dengan proses emosional dan intuitif
daripada pemikiran langsung. Eksplorasi citra, dengan bantuan terapis, dapat membantu pasien
mendapatkan wawasan tentang masalah mereka, sehingga membantu proses penyembuhan.

Pendekatan transpersonal tidak boleh sepenuhnya menggantikan terapi bicara


tradisional. Sebaliknya, pengobatan ini harus diintegrasikan dengan perawatan kesehatan mental
konvensional seperti konseling dan psikoterapi untuk memberikan pendekatan penyembuhan
yang holistik.

Salah satu kontribusinya pada bidang psikologi transpersonal adalah normalisasi pengalaman
mistik dan membedakannya dari psikosis. Pengalaman mistik menyiratkan adanya perasaan
keterhubungan dan kesatuan dengan Yang Ilahi, dan ini merupakan fenomena umum yang terjadi
secara lintas budaya dan di banyak agama besar.
Meskipun psikosis dapat melibatkan perasaan dan pengalaman transenden, dampak psikosis
bersifat negatif, sedangkan pengalaman mistik dapat mengarah pada pertumbuhan pribadi dan
transendensi diri. Seorang psikolog transpersonal dapat mengevaluasi apakah klien menghadapi
pengalaman mistik atau psikosis dengan menyelidiki riwayat dan gejala kejiwaan mereka dan
dengan menilai sifat pengalaman spiritual mereka.

Perspektif transpersonal tentang psikologi

Psikologi transpersonal memberi orang jalan menuju transformasi diri dan berhubungan dengan yang transendental.

Psikologi transpersonal memberikan gambaran unik tentang apa arti aktualisasi diri dan menekankan bahwa ada tahapan
perkembangan yang melampaui apa yang dibayangkan oleh psikologi tradisional. Hal ini mendorong orang untuk mencapai
potensi penuh mereka dan melampaui keterbatasan ego mereka, berhubungan dengan Tuhan.

Beberapa kritikus menganggap studi psikologi transpersonal sebagai pseudosains, namun ada penelitian yang mendukung
psikologi transpersonal yang menunjukkan psikoterapi transpersonal bermanfaat bagi kesehatan mental. ⁶⁻⁷

Jika kita memasukkan penelitian yang mendukung terapi bantuan psikedelik, yang termasuk dalam domain psikologi
transpersonal, terdapat banyak penelitian yang mendukung eksplorasi keadaan kesadaran yang berubah untuk kesehatan mental
yang diawasi secara profesional.

Waktu akan membuktikan apakah psikologi transpersonal dapat mengumpulkan cukup bukti untuk dianggap secara universal
sebagai cara yang dapat diandalkan untuk membantu orang. Sampai saat itu, terapi ini dapat digunakan sebagai pendekatan
pelengkap terhadap terapi tradisional.

Jika Anda tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang psikologi transpersonal dan bagaimana hal itu dapat digunakan untuk
membantu orang, pertimbangkan untuk memeriksa Ikhtisar Program Psikologi kami atau berbicara dengan Admissions
Advisor untuk mempelajari lebih lanjut tentang program psikologi kami.

Referensi:
1. Maslow, AH (1962). Menuju psikologi keberadaan, Princeton (D. van Nostrand Company) 1962.

2. Wilber, K., Engler, J., & Brown, D. (1986). Transformasi kesadaran: Perspektif konvensional dan kontemplatif
terhadap pembangunan. Boston: Shambala .

3. Grof, S. (1988). Petualangan penemuan diri: Dimensi kesadaran dan perspektif baru dalam psikoterapi dan eksplorasi
batin. Pers Universitas Negeri New York.
4. Kasprow, MC, & Scotton, BW (1999). Tinjauan teori transpersonal dan penerapannya pada praktik psikoterapi. Jurnal
praktik dan penelitian psikoterapi, 8(1), 12.

5. Luoma, JB, Chwyl, C., Bathje, GJ, Davis, AK, & Lancelotta, R. (2020). Sebuah meta-analisis uji coba terkontrol
plasebo dari terapi dengan bantuan psikedelik. Jurnal Obat Psikoaktif , 52 (4), 289-299.

6. Fourianalistyawati, E. Efektivitas Terapi Transpersonal (Visualisasi, Afirmasi, Release) untuk Mengurangi Depresi
pada Wanita Penderita Kanker Payudara.

7. Mallamai, M., De Luca, B., & Aragona, M. (2021). Pengaruh psikoterapi kelompok transpersonal terhadap depresi,
kecemasan dan gangguan pasca trauma pada pasien kanker.

8. Buckler, S. (2012). Analisis Hermeneutik pendidikan transpersonal: Kebijakan, prinsip dan praktik. Jurnal Literasi
Informasi dan Pendidikan Komputer , 3 (1), 560-567.

Orang Juga Bertanya:


Apakah psikologi transpersonal sah?

Psikologi transpersonal adalah cabang sah psikologi yang menyelidiki sifat pengalaman manusia, perkembangan spiritual, dan
hubungan antara diri dan alam eksistensi yang lebih tinggi.

Istilah “transpersonal” dipopulerkan oleh pendiri bidang psikologi transpersonal, Anthony Sutich, Abraham Maslow, dan
Stanislav Grof. Kelompok ini juga mendirikan jurnal ilmiah pertama yang didedikasikan untuk studi psikologi transpersonal.

Journal of Transpersonal Psychology adalah jurnal peer-review yang studi terkait bidang ini telah diterbitkan sejak tahun 1970.
Sebuah studi pada tahun 2021 pada pasien kanker menemukan bahwa ini merupakan intervensi yang efektif untuk depresi,
gangguan stres pasca-trauma, dan kecemasan. Dalam penelitian lain yang pesertanya menderita kanker payudara , terapi
transpersonal efektif dalam mengurangi gejala yang berhubungan dengan depresi.⁶⁻⁷

Studi dan meta-analisis juga menunjukkan bahwa terapi dengan bantuan psikedelik, dan eksplorasi perubahan kondisi kesadaran
yang diawasi secara profesional, dapat bermanfaat bagi mereka yang menderita depresi, kecemasan, dan PTSD.

Apa saja 3 tema pendekatan transpersonal?

Pendekatan transpersonal adalah perspektif dalam psikologi yang mengeksplorasi sifat manusia secara holistik, menggabungkan
pikiran , tubuh, dan jiwa ke dalam penyelidikannya. Berikut tiga tema pendekatan transpersonal:⁸

1. Psikologi Beyond-ego melihat pada ego dan patologi terkaitnya. Ini juga melibatkan pengujian batas-batas diri dan
memahami hubungan antara individu dan alam semesta.

2. Psikologi integratif/holistik berkaitan dengan pengintegrasian perspektif dan teori psikologis yang berbeda untuk
membentuk pendekatan tunggal untuk mempelajari pikiran manusia. Hal ini melibatkan pertimbangan individu secara
keseluruhan, termasuk pikiran, emosi, keyakinan, dan perilakunya, untuk memahami pengalamannya dan mendorong
pertumbuhan pribadi.

3. Psikologi transformasi menekankan pada mendorong pertumbuhan individu dan komunitas dengan memeriksa
perubahan pribadi dan sosial yang difasilitasi melalui praktik dan pengalaman yang disengaja seperti meditasi dan
perhatian.

Apa itu psikologi transpersonal secara sederhana?


Pemahaman mengenai psikoterapi transpersonal tidak terlepas dari penjelasan awal
mengenai psikologi transpersonal itu sendiri. Menurut Daniel, psikologi transpersonal
merupakan cabang psikologi yang memberi perhatian pada studi terhadap keadaan dan proses
pengalaman manusia yang lebih dalam dan luas, atau suatu sensasi yang lebih besar dari
koneksitas terhadap orang lain dan alam semesta, atau merupakan dimensi spiritual. Friedman
dan Pappas (2006) menambahkan bahwa psikologi transpersonal bukan merupakan seperangkat
kepercayaan, dogma, atau agama, namun merupakan upaya untuk membawa tingkatan
pengalaman manusia sepenuhnya menuju wacana dalam psikologi.

Tokoh-tokoh yang mendirikan atau mengembangkan psikologi transpersonal

yaitu Abraham Maslow, Kennet Earl Wilber II, Stanislav Grof dan Robert Frager. Wilber terkenal dengan
Integral theory-nya, Grof dengan holotropic breathwork dan meneruskan gagasan Otto Rank mengenai Prenatal and
Perinatal Psychology, Frager dengan psikologi sufinya

Psikologi transpersonal merupakan salah satu bentuk pengembangan dari

psikologi humanistik. Psikologi transpersonal mengajarkan bahwa eksistensi dan perkembangan


kemampuan manusia memanage hidup harus dipandang sebagai kesatuan perkembangan dari dimensi kejasmanian,
kejiwaan, lingkungan dan kerohanian yang tak terpisahkan. Konsep Psikologi Transpersonal berfokus pada dimensi
spiritual manusia yang dianggap bahwa dalam dimensi tersebut ternyata mengandung berbagai potensi dan
kemampuan yang luar biasa yang kadang diabaikan. Hal ini berhubungan dengan pengalaman subjektif atau yang
dinilai secara pribadi menurut pandangannya sendiri atau dari pengalaman luar bisa yang dialami oleh seseorang.
(Baca juga mengenai Kecerdasan Spiritual). Contohnya dalam kehidupan sehari hari ialah dalam agama islam yang
terdapat anjuran untuk menjalankan shalat malam atau dalam agama islam disebut dengan shalat tahajud. Dalam
kajian Psikologi Transpersonal, konsepnya ialah seseorang kesunyian, menyadari segala kebaikan dan keburukan
yang dilakukannya, serta merasa berserah diri sepenuhnya pada Allah yang menciptakannya.

Dalam kondisi tersebut artinya ia telah memasuki konsep Psikologi Transpersonal karena telah mengalami
suatu pengalaman spiritual yang hanya bisa dinilai atau dirasakan secara pribadi dan khusus, memiliki perasaan
kagum terhadap keindahan dan keagungan alam serta perasaan kecil dan hina sehingga ia semakin mendalam untuk
menyembah karena merasa takut atau bisa juga karena rasa cinta.

1
TERAPI TRANSPERSONAL

Psikoterapi/konseling transpersonal bukanlah sebuah mazhab dengan identitas terpisah,


namun merupakan suatu dimensi dari semua konseling/psikoterapi. Disini diartikan bahwa
psikoterapi transpersonal dapat menggunakan banyak pendekatan psikoterapi ataupun tidak
menggunakannya, dengan konsep gabungan pendekatan spiritual dan psikologi. Mungkin disini
yang membedakan konsep psikoterapi integrative dengan transpersonal, dimana penggunaan
pendekatan spiritual menjadi hal yang penting. psikoterapi transpersonal memperbolehkan
adanya gabungan teknik-teknik dalam psikologi, seperti halnya: gestalt, behavior, kognitif, dan
psikodinamika. Walsh dan Vaughan juga mengatakan psikoterapi transpersonal tidak
mengabaikan tujuan terapi tradisional, namun menambahkannya dengan tujuan seperti
mendisidentifikasikan atau mentransendensikan proses-proses dalam psikodinamika.

Menurut psikolog transpersonal Brant Cortright, psikoterapi transpersonal adalah


integrasi dari spiritualitas dan psikologi. Cortright mengidentifikasi karakter pendekatan
transpersonal sebagai berikut: (a) Suatu kerangka teoritis yang melihat kerja psikologis dalam
konteks proses spiritual; (b) Perlu adanya kesadaran (consciousness); (c) Multidimensi dan
experiential (muncul dari pengalaman); (d) Heart-centered; (e) Sangat optimistik dan penuh
harapan; dan (f) Transformasi psycho-spiritual membentang jauh melampaui penyembuhan dan
pertumbuhan diri. Asumsi dasar yang dimiliki oleh pendekatan transpersonal adalah bahwa
manusia adalah makhluk yang kompleks, gangguan-gangguan yang dapat diderita manusia
sangat multi dimensional, dan perkembangan ilmu terlalu beragam, sehingga tidak mungkin
hanya menggunakan hanya satu strategi. Terapis-terapis transpersonal mencari jalan yang terbaik
dari perpaduan teknik-teknik mainstream dengan perspektif transpersonal yang bertujuan untuk
mencocokkan dengan kebutuhan klien. Perbedaan utama antara pendekatan transpersonal dengan
pendekatan-pendekatan konvensional adalah terapi dilihat dari konteks spiritual dan
transformasi, dan menggunakan praktikpraktik spiritual misalnya meditasi.
Proses Terapi Transpersonal

Terapi transpersonal mempunyai sasaran untuk menyambungkan kembali (re-connect) klien


dengan sumber kebijaksaan yang ada di dalamnya, menggabungkan conscious ego dengan
subconscious yang ada di dalam dengan maksud untuk mengaktifkan dan mengembangkan
kemampuan individu untuk menyembuhkan diri (self healing). Hasil yang ingin dicapai oleh
terapi transpersonal:

(1) Pemahaman bahwa ide, kepercayaan, dan ekspektasi, ketiganya memainkan peran dalam
perwujudan pengalaman pribadi. Klien dilatih untuk memahami bahwa energi psikis mereka,
yaitu perasaan, pikiran, dan emosi, berperan dalam setiap pengalaman. Contoh: seseorang yang
percaya bahwa dirinya tidak mampu, maka hal itu akan menghalanginya dalam menggunakan
kemampuannya (yang sesungguhnya ada).

(2) Menyadari dan kemudian menelaah ide, kepercayaan, dan ekspektasi yang dipunyai. Setelah
klien paham bahwa ide, kepercayaan dan ekspektasi berperan dalam perwujudan pengalaman,
maka langkah kedua adalah mengidentifikasi dan menelaah hal-hal tersebut.

(3) Memahami dan mengapresiasi kekuatan pikiran conscious. Hal ini sangat penting. Klien
harus menyadari bahwa ia memiliki kontrol sepenuhnya akan pikiran-pikiran sadarnya.

(4) Memilah-milah dan berdamai dengan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan. Contoh:


seseorang ingin kaya, terkenal, dan punya pengaruh di masyarakat. Namun di sisi lain ia juga
percaya bahwa harta dan tahta dapat menimbulkan ketidakbahagiaan. Di sini seorang terapis
transpersonal membantu klien untuk memilah-milah dan sedikit demi sedikit menghilangkan
pertentangan-pertentangan kepercayaan tersebut, karena hal itu menimbulkan energi negatif
dalam diri klien, dan

(5) Meminta bantuan dan bimbingan dari hati nurani. Ego dan hati nurani klien haruslah selaras.
Bila tidak maka hati nurani tidak dapat memberi masukan pada ego.

Metode-metode yang biasa dilakukan dalam terapi transpersonal, diantaranya:

(1) Rowan (1993) menggunakan metode spiritualitas berupa terapi-terapi transpersonal, image
work, meditasi, dan doa.
(2) Metzner (dalam Clark, 2004) menggunakan teknik mendengarkan klien dalam hal mimpi,
mitologi, ide-ide, dan pengalaman yang mengandung suatu hubungan dengan alam semesta.

(3) R D. Laing (dalam Clark, 2004) menyarankan perlunya penggunaan intuisi dan insight bagi
terapis sebagai respons bagi klien untuk mengembangkan pertumbuhan personal, interpersonal,
dan spiritual,

(4) Boorstein (2000) menggunakan teknik meditasi, psychedelics, biblioterapi spiritual, LSD
(jika dilegalkan), hipnosis terhadap kehidupan di masa lalu, yoga, visualisasi, psikodrama, dan
Holotropic Breathing,

(5) Davis (dalam Davis 2011) menggunakan modifikasi perilaku, restrukturisasi kognitif,
praktik Gestalt, psikodinamika, dreamwork, terapi musik dan seni, serta meditasi, dan

(6) Psychosynthesis menggunakan visualisasi, menggambar bebas, training will, ekspresi fisik,
menulis, disidentifikasi, meditasi, kerja interpersonal, dan kerja kelompok (Firman, D. 2011).

Di dalam psikoterapi transpersonal terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam
hubungan terapis dan klien, yaitu: hubungan bersifat nondual; empati dan jarak hubungan, serta
fenomena linking dan resonansi. 1. Hubungan dan bersifat nondual - tidak lagi dibedakan dengan
pemikiran dikotomi sebagai subjek dan objek - menolak istilah dikotomi: normalabnormal,
sehat-sakit, waras-gila, atau label dikotomi lainnya - integrasi satu sama lain 2. Empati dan jarak
hubungan - empati adalah resonansi pada diri seseorang dalam diri orang lain - menghindari
transference dan countertransference 3. Fenomena linking dan resonansi (Rowan. 2009) -
Linking sebagai jenis lain dari countertransference, menurut Rowan (dalam Rowan, 2009). Pada
tahapan tertentu terapis membiarkan diri menjadi satu dengan klien. Awalnya hanya ingin
menyamakan diri, sehingga lebih mudah dalam berbicara dan menghilangkan rasa terancam.
Namun hal ini rawan terjadinya countertransference. - Linking juga merupakan resonansi dan
mempersama-kan hal ini dengan fenomena dimana dua piano diletakkan berdampingan, dan
notasi 'A' diketukkan. Senar 'A' pada piano yang lain akan terkena gema (resonansi). (TERAPI
TRANSPERSONAL PENULIS PUJI)

Teknik teknik psikoterapi transpersonal: (TERAPI PSIKOTERAPI DALAM ISLAM)


a. Teknik Visualisasi Teknik visualisasi menggunakan imajinasi tentang tempat
kedamaian (Gregor, 2005 & Sugiarto, 2004). Terlebih dahulu individu menemukan tempat
kedamaiannya, tempat yang membuatnya merasa nyaman, menggambarkan materi dalam bentuk
rangkaian gambar yang berkaitan satu sama lain. Teknik visualisasi menggunakan imajinasi
untuk mengarahkan kondisi individu pada suasana perasaan yang damai, tenang dan nyaman.
Individu diarahkan untuk berada pada suatu tempat yang membuatnya merasa damai sampai
benar-benar terasa seolah-olah tubuhnya berada di sana. Kemudian individu melihat, merasakan,
mendengarkan serta membayangkan keseluruhan keadaan di tempat kedamaiannya tersebut.
Visualisasi yang dilakukan secara teratur akan masuk ke dalam alam bawah sadar individu,
sehingga setiap individu melakukan visualisasi, imajinasi tentang keadaan di tempat kedamaian
tersebut segera muncul ke alam sadarnya (Effendi, 2006).

b. Teknik Afirmasi Teknik afirmasi menurut Efendi (2006) dan Gregor (2005),
merupakan daya cipta manusia dalam upaya mencapai apa yang diharapkan dalam hidup,
mengarah pada perubahan sikap dan kebiasaan yang dimulai dari dalam dan akhirnya tampil ke
luar. Mengacu pada pernyataan pribadi yang diucapkan dalam bentuk waktu saat ini,
mengungkapkan pernyataan-penyataan positif tentang diri secara verbal, kemudian diminta
merasakan dan membayangkan kembali ketika berhasil meraih tujuan dan harapannya dengan
baik. Pikiran bawah sadar tidak mengetahui perbedaan antara imajinasi dan kenyataan. Individu
menciptakan zona kenyamanan yang lebih luas dalam pikirannya saat berhasil menempatkan
tujuan di pikiran bawah sadar, membayangkan hasil akhir yang diinginkan dan merasakan
keyakinan dalam dirinya. Individu berhasil mengatasi keraguannya dengan membayangkan hasil
akhir yang dicapainya Individu yang berhasil melakukan teknik afirmasi, yaitu membuat
pernyataan dan tujuan dalam diri secara positif, serta membayangkannya kembali secara
mendalam, berdampak pada perkembangan kesehatan individu yang lebih baik. Dengan
memanfaatkan pikiran bawah sadar, individu mampu mengatasi keraguan, rasa takut, dan
hambatan-hambatan pribadi lainnya dengan mengafirmasikan pikiran-pikiran dan tujuan-tujuan
positif dalam hidupnya (Gregor, 2005; Hawari, 2004).

c. Teknik Release Release berfungsi melatih individu menyadari dan menyelami perasaan
yang menekan, kemudian melepaskan perasaan yang menekan tersebut. Menurut Sheperd
(2003), segala sesuatu yang terjadi, perasaan dan pikiran negatif yang selama ini dimiliki seperti
kuatir, cemas, takut, sedih, dan marah bersumber dari dalam diri individu. Dengan menggunakan
teknik release, individu dapat menemukan makna hidup yang lebih dalam, merasa lebih bebas
dan lebih tenang, juga dapat mengatasi gangguan perasaan dan pikiran-pikiran negatif yang
dimiliki, serta menjadikannya optimis dalam menghadapi hidup (Wilber, 2000; Damasio,1999).
Menurut Rueffler (1995), individu mencoba mencari makna hidup yang lebih dalam dengan cara
mengenali, menerima, mentransformasi, mengintegrasikan pola pikir lama yang membatasi, dan
emosi-emosi yang mengikutinya. Dengan demikian, individu mempunyai kemampuan untuk
mengenali, menerima, mentransformasi dan akhirnya mengintegrasikan pola pikirnya tersebut.
Saat individu membuka dan menguraikan kembali permasalahannya dimasa lampau satu persatu,
individu menyadari apa yang menyebabkan munculnya perasaan marah, takut, dan lainnya.
Individu yang tidak menganggap apa yang terjadi pada dirinya berasal dari pengaruh luar, tidak
akan terpengaruh hal yang merusak diri. Keberhasilan dalam melakukan release dapat membuka
kesadaran tertinggi pada individu, menuju kebebasan diri yang tidak ternilai harganya. Selain itu
release juga dapat digunakan sebagai pain management, yaitu untuk mengurangi rasa nyeri,
mual, pusing, sariawan dan gejala preokupasi simptomatik lainnya (Prabowo, 2006).
SEJARAH TERAPI TRANSPERSONAL
Psikologi transpersonal adalah suatu bidang atau aliran pemikiran dalam psikologi yang
berpusat pada aspek spiritual kehidupan manusia. Istilah psikologi transpersonal pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1960-an oleh psikolog seperti Abraham Maslow dan Victor
Frankl . Bidang ini menggunakan metode dan teori psikologis untuk mengkaji pokok bahasan
spiritual.
Jurnal Psikologi Transpersonal mulai diterbitkan pada tahun 1969 dan pada tahun 1971
Asosiasi Psikologi Transpersonal didirikan. Meskipun bidang ini belum secara resmi dimulai
hingga akhir tahun 1960an, bidang ini berakar pada karya awal para psikolog termasuk William
James dan Carl Jung yang sangat tertarik pada aspek spiritual dari sifat manusia.

Dengan kata lain, jika dalam psikologi modern, terapi yang diberikan akan bersinggungan
dengan biomedis, dalam psikologi transpersonal, terapi yang dikembangkan akan berhubungan
dengan ritual-ritual yang dijalankan dalam tradisi-tradisi keagamaan. Cara pandang yang
holistik, terutama dari mistik Timur, pada akhirnya membawa siginifikansi akan adanya
pengaruh yang sangat kuat antara tubuh, pikiran dan jiwa. Apa yang memanifetasi dalam tubuh
fisik, sebenarnya gambaran keadaan tubuh mentalnya. Demikian juga sebaliknya, gangguan fisik
yang terjadi seringkali memengaruhi kondisi mental seseorang.
Dari sini kemudian penurunan lebih lanjut dari terapi dalam psikologi transpersonal
adalah bagaimana agar si pasien bisa menyadari kondisi dirinya sendiri, kondisi pikiran dan
tubuhnya. Langkah penyadaran diri ini ditempuh dengan pertama kali seorang klien
mengidentifikasi proses dan mekanisme di dalam tubunya secara sadar. Terapi seperti ini
dinamakan biofeedback. Pada daerah-daerah tertentu dipasang sensor elektronik, misalnya pada
otot-otot tubuh. Sinyal elektronik ini diamplikasi menjadi bunyi atau nyala lampu, sehingga klien
bisa melihat dan mendengar perubahan-perubahan yang terjadi, baik dalam kondisi normal
ataupun abnormal, manakala ia memberikan semacam perubahan dalam proses fisiologi internal
dirinya. Dalam beberapa penelitian, terbukti biofeedback sangat efektif untuk tujuan relaksasi
tubuh. Menurunkan tingkat stress, dan gangguan-ganguan psikosomatis. Jantung berdebar, napas
tidak teratur, tekanan darah tinggi adalah jenis-jensi penyakit psikosomatis yang berhasil
disembuhkan dengan terapi ini. Jenis terapi lainnya dengan tujuan yang sama, untuk relaksasi,
ialah meditasi. Tentunya ada beberapa tingkatan meditasi, mulai dari hanya mengatur irama
napas, sampai kepada meditasi tingkat tinggi yang membuka kesadaran-kesadaran di luar kondisi
normal (altered states of consciousness).
Ada juga terapi medan energi, seperti chikung, chkara, aura, yang merupakan badan
energi atau benda mental yang juga sekaligus menggambarkan kondisi kesehatan mental
seseorang. Biofeedback dan meditasi adalah jenis-jenis psikoterapi yang sangat umum dipakai
oleh para ahli psikologi transpersonal. Tapi ada kecenderungan belakangan ini, terapi yang
dipakai sudah agak meluas. Misalnya di Anand Ashram, selain meditasi dan yoga, juga dibarengi
dengan terapi menggunakan musik, terutama musik-musik religius, wangi-wangian
(aromaterapi) dan visualisasi. Bahkan lebih jauh lagi, teknik-tenik yang biasa digunakan oleh
para mistikus dari agama-agama lainnya, juga digunakan untuk terapi mental, seperti zikir,
bacaan Kitab Suci, mantra, doa dll

C. Sejarah psikologi transpersonal


Psikologi transpersonal lahir dan tumbuh di tengah-tengah perubahan politik,budaya, dan
agama di amerika pada 1960-an dan 1970-an. Gelombang yang menuntut persamaan hak,
dimulaidari protes mahasiswa terhadap perang Vietnam sampai gerakan ekologi, pembebasan
perempuan, dan hak-hak kaum homo seksual, melanda seluruh amerika dan akhirnya
menyebrang ke eropa. Di bawah protes itu, mengalir arus spiritual yang kuat.
Gereja-gereja dari kelompok minoritas kulit hitam memberikan inspirasi kepada gerakan
persamaan hak. Gereja-gereja dari mayoritas kulit putih bergabung denagn demonstrasi anti-
perang Vietnam. Tokoh-tokoh radikal seperti Jerry Rubin, Michael Rossman, Lou Krupnik,
Renpio Davis, dan Noel Mclnnis menggambarkan perjuangan mereka dengan tema-tema
spiritual dan akhirnya malah ditujukan untuk pencapaian spiritual.
Kejenuhan akan kemewahan material mendorong anak-anak muda zaman itu untuk
mencoba mariyuana, zat-zat psikedelik, seperti mescaline, dan LSD[5], eksperimen ini
mengantarkan mereka pada apa yang disebut altered states of consciousness, ketika mereka
menyaksikan realitas yang berbeda dengan yang apa mereka ketahui sebelumnya. Mereka
mrnggunakannya sebagai hiburan. Tetapi di Harvard, Timothy Leary, seorang psikolog klinis
yang cerdas, mencoba menggunakannya untuk memperoleh pengalaman keagamaan. Bersama
temannya, Richad Alpert (kelak mengganti nama menjadi Ram Dass), ia membantu walter
Pahnke untuk mengetahui efek psilochybin pada pengalaman ruhaniah. Singkat cerita, para
mahasiswa yang menjadi subjek penelitian menyaksikan bagaimana warna berubah menjadi
nyala api, gerak menimbulkan serpihan-serpihan cahaya, objek-objek tersusun dalam citra
geometris, dan mendengar suara dari alam gaib, Mike Young berkata, “… hanya dalam satu sesi,
aku piker aku telah memperoleh pengalaman ruhaniah yang mungkin tidak dapat aku peroleh
dengan ratusan jam membaca atau ribuan jam membaca.[6]
dari sumber lain yang menjelaskan tentang sejarah psikologi transpersonal ini berbeda
misalkan sejarah yang diambil dari buku psikologi transpersonal Ujam Jaenudin:
Di penghujung tahun 1960-an dan permulaan tahun 1970-an pintu-pintu gerbang antara
Barat dan Timur mulai terbuka lebar. Beragam tradisi dan budaya Timur yang eksotis mulai
mendapat perhatian orang-orang Barat, yang sedang mengalami kejenuhan dan rasa frustasi yang
mendalam. Krisis-krisis kemanusiaan yang melanda dunia Barat ini, kemudian dicoba dicari akar
masalahnya, dan sebagian menuduh arah atau orientasi peradaban yang terlampau materialislah
yang menjadi penyebabnya. Alih-alih menggali akar tradisi spritualnya sendiri—yakni tradisi
Judeo-Kristiani—mereka malah ramai-ramai menoleh ke belahan Timur, terutama negeri India
demi memuaskan dahaga spiritualnya.
Agama dan filsafat India, memang menawarkan kekayaan yang luar biasa. Di negeri ini,
Tradisi filsafat India yang kaya, telah melahirkan spektrum aliran filsafat, mulai dari
materialisme ekstrim—seperti halnya ajaran Rsi Ajagara—sampai dengan idealisme ekstrem,
dari monisme absolut—kemudian dualisme—hingga pluralisme. Tradisi filsafat india ini
menawarkan beragam pendekatan yang canggih terhadap struktur kedirian manusia, meski
kadang tampak saling bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Tradisi-tradisi Timur ini,
mulai dari tradisi Vedanta, Yoga, Buddhisme, dan Taoisme lebih menyerupai psikoterapi
daripada suatu agama dan filsafat. Ini dikarenakan penekanan yang kental terhadap pengaturan
aspek-aspek fisik dan psikis dari tradisi Timur dalam transformasi kesadaran manusia.
Kebangkitan spiritualisme baru atau New Age di Barat, tidak hanya mengantarkan orang-
orangnya pada tradisi Timur jauh yang eksotis, tapi juga tradisi kesukuan lainnya atau tribalisme,
semacam tradisi Amerika asli (Indian). Orang-orang Barat, terutama generasi mudanya mulai
melakukan gerakan kontra kultural, yang melahirkan flower generation. Mereka hidup dan
berperilaku seperti suku-suku primitif, kadang dengan sengaja, berkelompok pergi ke daerah-
daerah pinggiran dan hutan dengan berpakaian seadanya, dan nyaris telanjang. Imbas dari
gerakan ini, juga mengantarkan banyak generasi muda Amerika kepada pengalaman-pengalaman
trance, melalui tarian dan nyanyian serta obat-obatan psikedelik semacam morfin, LSD,
mari¬yuana dan ganja.
Ini adalah sekelumit kisah, bagaimana terjadinya sebuah perubahan kesadaran:
“Selama beberapa bulan setelah aku menggunakan LSD untuk pertama kalinya, aku yakin telah
menemukan rahasia alam semesta. Aku juga reinkarnasi dari sekaligus Buddha dan Kristus.
Kitab suciku setebal 47 halaman, hasil diskusiku dengan arwah orang-orang suci, kuharapkan
bisa mempersatukan bangsa-bangsa seluruh dunia dalam proyek membangun masyarakat baru.”
Cerita di atas adalah pengalaman David Lukoff, tatakala dirinya bersentuhan dengan
kesadaran di luar kebiasaan, saat mengalami trance akibat pengaruh LSD. Dia bersama Francis
Lu dan Robert Turner kemudian memelopori sebuah gerakan baru dalam bidang psikiatri, yang
melihat psikosis tidak hanya dari perspektif biomedis semata. Mereka berusaha memahami jiwa
manusia dengan membuka diri pada pengalaman spiritual. Memang ada banyak cerita mengenai
bagaimana kuatnya intensitas pengalaman dari seseorang yang terpengaruh obat-obatan tersebut.
Sehingga mereka merasa yakin benar, vonis psikosis menurut aliran psikologi saat itu, tidaklah
benar.
Pengalaman spritual yang dalam psikonalisa dianggap sebagai pengalaman masa kecil
yang traumatis, terutama pengaruh ibu yang menderita kecemasan. Orang dikatakan gila karena
represi pengalaman traumatis tersebut dalam alam tak sadarnya. Sehingga beberapa pelopor
gerakan New Age, menolak pendekatan psikonalisa dan pendekatan lain yang memandang
rendah dan negatif pengalaman-pengalaman spiritual, sebagai akibat perubahan kondisi
kesadaran (Altered States of Consciousness). Mereka mendesak diakuinya angkatan keempat
dalam bidang psikologi, yakni transpersonal.[7]
D. Tokoh-tokoh Psikologi Transpersonal
Hampir semua tokoh-tokoh dari psikologi aliran ini, berusaha sedapat mungkin
memberikan arti bernuansa spiritual terhadap kata psikologi. Mereka seringkali merujuk kepada
akar katanya, yakni psyche. Jika definisi modern mengarah kepada proses mental, maka definisi
awal psyche sebenarnya adalah napas kehidupan, ekuivalen dengan makna soul, atau jiwa.
Sigmund Freud dipandang sebagai pelopor ke arah psikologi transpersonal atas jasanya
memetakan ketidaksadaran sebagai komponen penting kepribadian manusia. Tiga. Yang dirintis
Freud saat itu, setidaknya membuka jalan bagi suatu pandangan bahwa apa yang nampak dalam
perilaku manusia, sebenarnya hanyalah bagian kecil dari kepribadian. Manusia tetaplah memiliki
aspek yang tersembunyi dalam dirinya, yang justru sebagian besar perilaku yang nampak
hanyalah manifestasi dari apa yang tidak nampak, yang disebut sebagai ketidaksadaran.
Meskipun Freud menempatkan hal-hal yang negatif bagi konstruksi ketidaksadaran, tapi ia
berhasil membuka jalan bagi penerusnya, dalam hal ini Jung untuk menempatkan aspek spiritual
terhadap ketidaksadaran manusia.
Berikut ini adalah tokoh-tokoh yang memiliki kontribusi besar bagi pembentukan
angkatan psikologi yang keempat : psikologi transpersonal.
1. William James
James menekankan bahwa sifat manusia yang khas ditemukan dalam kehidupan dinamis
arus kesadaran manusia. Baginya kesadaran merupakan kunci untuk mengetahui pengalaman
manusia, khususnya agama. Untuk menafsirkan agama, orang harus melihat isi kesadaran
keagamaan.
James melihat kesadaran keagamaan sebagai hal yang subjektif. Bagi dia kebenaran harus
ditemukan, bukan melalui argument logis, akan tetapi mealui pengamatanatas data pengalaman.
Maka jalan lapang menuju kesadaran keagamaan adalah melalui pengalaman keagamaan yang
diungkapkan orang.
Pengalaman keagamaan yang hanya didasarkan pada dalil dan aturan yang menjadi
sumber pengalaman agama hanya akan menciptakan pemahaman agama yang kering dan tanpa
penghayatan. Pengalaman hanya akan dilakukan atas dasar formalitas dan rutinitas belaka.
Model pemahaman seperti ini bisa jadi akan semakin menjauhkan seorang penganut agama
tertentu dari inti dasar atau nilai substansial dari tuntunan agama.
Oleh karenanya, untuk mengetahui makna osikologis agama, seorang pengkaji perilaku
keagamaan seharusnya tidak mulai dengan kategori-kategori ilmiahnya sendiri, dan
menggunakannya sebagai model untuk membuat pengalaman manusia menjadi cocok
dengannya, tetapi membarkan pengalman berdiri sendiri, dan mengambil arti apa adanya
sebagaimana yang diunkapkan orang sebagai luapan hidup batinnya.
2. Abraham Maslow
Konsep utama yang sering kali dibawa Abraham Maslow adalah aktualisasi diri (self
actualization) dan pengalaman puncak (peak experience). Orang yang telah tumbuh dewasa dan
matang secara penuh adalah orang yang telah mencapai aktualisasi diri, yaitu yang mengalami
secara penuh gairah tanpa pamrih, dengan konsentrasi penuh dan mencapai apa yang disebut
sebagai manusia yang sempurna (insane kamil).
Orang yang tidak lagi tertekan pada perasaan cemas, perasaan risau, tidak aman, tidak
terlindungi, sendirian, tidak dicintai adalah orang yang telah terbebaskan dari metamotivasi.
Yaitu orang yang dapat tergolong untuk mencapai nilai yang lebih tinggi dan bernilai bagi
dirinya, yang tidak dapat diturunkan dengan hanya sekedar alat yang mencakup keberadaan,
keindahan, kesempurnaan dan keadilan.
Abraham Maslow mendasarkan teorinya tentang aktualisasi diri pada sebuah asumsi
dasar, bahwa manusia pada hakikatnya memiliki peluang untuk dapat mengembangkan dirinya.
Perkembangan yang sangat baik ditentukan oleh kemampuan manusia untuk tingkat aktualisasi
diri.
3. Ken Wilber
Ken Wilber dikenal sebagai seorang yang berusaha menyusun teori “Integral
Psychology.” Seringkali ia diidentikkan dengan penggagas psikologi angkatan ke lima yaitu
integral psikologi, setelah psychoanalytical psychology, behavioral psychology, humanistic
psychology dan transpersonal psychology.
Salah satu gagasannya adalah mengembalikan ilmu psikologi kepada kajian tentang
psyche. Menurut Ken Wilber, psyche mengacu kepada mind dan soul, jadi ilmu psikologi adalah
sebuah ilmu tentang kejiwaan.
Psiche manusia dalam pandangan Wilber merujuk kepada konsep diri dalam agama-
agama timur adalah berlapis-lapis (multi layered, pluridimesional), dan lapisan ini tetap berada
dalam sebuah integrasi (kesatuan). Dalam perkembangan psikologi manusia, ia bergerak dari
level paling dasar, ke lapisan selanjutnya yang lebih tinggi, begitu seterusnya sampai ke level
paling tinggi, yang kemudian dikenal sebagai puncak kesadaran spiritual.
Level paling bawah dari psyche, sangat bersifat insting, libido, impulsive, animal (sifat
binatang), dan cenderung bersifat id. Level menengah dari psyche ditandai dengan sifat-sifat
adaptasi sosial, penyesuaian mental, egoically integrated, dan tahap lanjut konsepsi. Sedangkan
tahap yang paling tinggi yang dicapai psyche adalah tahap yang sama keadaannya dalam
pencapaian puncak spiritual dari agama-agama. Thap puncak ini ditandai dengan penyatuan
kesadaran diri dengan kesadaran semesta, kebahagiaan, ketenangan, dan hal-hal yang bersifat
holistic.
4. Charles T. Tart
Ia dikenal sebagai seorang parapsikologist, yang berusaha memadukan apa yang disebut
sebagai pengalaman-pengalaman spiritual (ia menggunakan istilah d-ASC) dengan sains. Seperti
ungkapannya: “I have a deep conviction that science, as a method of sharpening and refining
knowledge, can be applied to the human experiences we call transpersonal or spiritual, and that
both science and our spiritual, and that both science and our spiritual traditions will be enriched
as a result”. Lantas ia meletakan dasar-dasar teori untuk pengintegrasian kedua hal tersebut,
sembari memaparkan karakteristik keduanya, syarat, kapan dan bagaimana antara spiritual dan
sains bisa menyatu.
Manusia, menurut Charles T. Tart, berusaha mendapatkan apa yang disebut d-ASC,
sebuah perubahan kesadaran, dimana dirinya merasa terbuka, menyatu dengan alam semesta, ada
aliran energi di seluruh tubuhnya, merasakan bahwa dunia adalah satu, penuh cinta, dan waktu
seakan berhenti. Hanya saja, beberapa mendapatkannya melalui drugs (LSD, heroin ganja), yang
mempunyai dampak kerusakan fisik. Padahal, lagi-lagi menurutnya, ada beberapa teknik non-
drugs yang bisa digunakan (semisal meditasi dan ritual-ritual keagamaan lainnya) yang lebih
Tidak seperti kebanyakan bentuk psikoterapi yang berkonsentrasi pada peningkatan kesehatan mental saja,
terapi transpersonal menangani kebutuhan mental, fisik, sosial, emosional, kreatif, dan intelektual, dengan
penekanan pada peran jiwa yang sehat dalam penyembuhan.

Terapi transpersonal mengintegrasikan tradisi dan ritual spiritual ke dalam psikologi modern. Pendekatan ini
menekankan pengaruh positif dan panutan dibandingkan berkonsentrasi pada pengalaman negatif. Perlakuan
holistik didasarkan pada gagasan bahwa manusia lebih dari sekedar pikiran dan tubuh, tetapi juga terdiri dari
faktor-faktor yang tidak berwujud, atau transenden, yang membentuk pribadi seutuhnya.

Metode pengobatan berevolusi dari karya humanistik psikiater Swiss Carl Jung dan diformalkan oleh psikolog
Amerika Abraham Maslow dan rekannya pada tahun 1960an. Ini terus dikembangkan antara lain oleh psikiater
Ceko Stanislav Grof.

Maslow dan rekan-rekannya menyebutnya “terapi transpersonal” karena fokusnya pada konsepsi yang lebih
luas tentang bagaimana seseorang mencapai makna, tujuan, dan kebahagiaan , menggambarkan terapi
transpersonal sebagai “mencapai lebih dari sekedar keprihatinan humanistik.”

Terapi ini awalnya mencakup fokus yang lebih besar pada perubahan kondisi kesadaran, sehingga pasien
dapat melihat diri mereka sendiri dan kehidupan mereka dari sudut pandang yang berbeda. Keadaan ini
dicapai, sebagian, melalui penggunaan psikedelik. Sejak psikedelik menjadi zat yang dikendalikan pada tahun
1970an, para praktisi telah beralih ke cara lain untuk mencapai transendensi mental, seperti meditasi dan
pernapasan holotropik.

Dengan bangkitnya kembali minat dan uji coba senyawa psikedelik saat ini, beberapa versi terapi
transpersonal mungkin kembali ke metode terapi berbantuan psikedelik

Apa yang Diharapkan


Terapis transpersonal bertujuan untuk membantu pasien mengatasi pandangan mereka saat ini tentang diri
mereka sendiri dan membuka pikiran mereka terhadap cara-cara baru dalam menghadapi tantangan dalam
hidup mereka. Praktisi menggunakan berbagai pendekatan, beberapa diambil dari tradisi Timur dan lainnya
dari psikologi Barat, untuk membantu Anda mengeksplorasi diri spiritual Anda dan menciptakan makna dalam
hidup Anda. Ini termasuk:

 Meditasi
 Visualisasi terpandu
 Hipnoterapi
 Pekerjaan impian
 Penandaan seni
 Terapi musik
 Penjurnalan
 Pernapasan holotropik
Dengan bimbingan terapis, Anda akan menemukan, membangun, dan mengembangkan kekuatan dan sumber
daya batin Anda untuk menciptakan kehidupan yang lebih seimbang dan pola pikir yang lebih sehat.

Bagaimana itu bekerja


Untuk memfasilitasi penyembuhan dan pertumbuhan, terapi transpersonal sangat menekankan kejujuran,
keterbukaan pikiran, dan kesadaran diri di pihak terapis dan juga klien. Seorang terapis transpersonal mungkin
memanfaatkan berbagai agama dan praktik spiritual yang berbeda untuk mendapatkan alat dan metode yang
dapat membantu Anda menjelajahi area kesadaran Anda yang biasanya tidak dapat diakses dan
menggunakan spiritualitas Anda untuk membimbing Anda melewati masa-masa sulit.

Terapi transpersonal telah menuai kritik karena berada di luar arus utama psikologi meskipun hal ini sedang
berubah, karena tradisi Timur, seperti meditasi dan perhatian , telah diintegrasikan ke dalam bidang ini, seiring
dengan bangkitnya kembali minat terhadap penggunaan terapeutik psikedelik. Terapi transpersonal
bukanlah parapsikologi .

Apa yang Harus Diperhatikan dalam Terapis Transpersonal


Penting untuk mencari seseorang yang berpengalaman dalam latihan ini dan seseorang yang membuat Anda
merasa nyaman mendiskusikan masalah pribadi dan spiritual. Tidak ada akreditasi resmi yang diperlukan
untuk mempraktikkan terapi transpersonal, meskipun ada sebuah institusi, Universitas Sofia (sebelumnya
dikenal sebagai Institut Psikologi Transpersonal), yang secara resmi melatih siswa dalam teknik tersebut.

Anda mungkin juga menyukai