Anda di halaman 1dari 51

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA


DIREKTORAT BINA TEKNIK PERMUKIMAN DAN PERUMAHAN

PENILIKAN BANGUNAN GEDUNG


PADA MASA KONSTRUKSI
ASPEK MEKANIKAL ELEKTRIKAL
Yulia Rahmawati, S.T.
JFT Teknik Tata Bangunan dan Perumahan Ahli Muda

Bandung, 7 Maret 2024

Kegiatan Bimbingan Teknis Penilik Bangunan Gedung,


Balai Pengembangan Kompetensi PUPR Wilayah IV Bandung, 5-7 Maret 2024
OUTLINE

1. Pendahuluan
2. Penilikan pada Masa Konstruksi – Aspek Mekanikal
Elektrikal
3. Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
4. Penilikan Bangunan Gedung Rumah Tinggal

2
Pendahuluan

3
Pendahuluan
PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG

TAHAP PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG

STANDAR TEKNIS BANGUNAN GEDUNG

PEMBANGUNAN

PERENCANAAN TEKNIS PELAKSANAAN KONSTRUKSI PEMANFAATAN PEMBONGKARAN

PBG SLF-1 SLF-n RTB

• Pemeriksaan dokumen • Inspeksi oleh Penilik Pemda. • Setiap 5 tahun. • Pengawasan


rencana teknis oleh TPA. • Pemeriksaan kelaikan fungsi • Pemeriksaan kelaikan fungsi Pembongkaran oleh Penilik
• Penerbitan PBG oleh Pemda. oleh MK. oleh Pengkaji Teknis. Pemda.
• Penerbitan SLF oleh Pemda • Pemeriksaan lapangan oleh
Penilik.
• Perpanjangan SLF dari
Pemda.

PP No. 16 Tahun 2021 Bab V. Penyelenggaraan Bangunan Gedung 4


Pendahuluan
STANDAR TEKNIS BANGUNAN GEDUNG
PP No. 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung

Standar Perencanaan Standar Pelaksanaan Konstruksi

Tata Bangunan 1. Pelaksanaan Konstruksi BG


2. Kegiatan Pengawasan Konstruksi
1. Peruntukan dan Intensitas BG 3. SMKK
2. Arsitektur BG
3. Pengendalian Dampak Lingkungan Standar Pemanfaatan
Keandalan Bangunan Gedung 1. Pemeliharaan dan Perawatan BG
1. Keselamatan 2. Pemeriksaan Berkala
2. Kesehatan
3. Kenyamanan Standar Pembongkaran
4. Kemudahan 1. Penetapan Pembongkaran BG
2. Peninjauan Pembongkaran BG
Bangunan Gedung di Atas/di Dalam Tanah/Air 3. Pelaksanaan Pembongkaran BG
4. Pengawasan Pembongkaran BG
Desain Prototipe/Purwarupa 5. Pasca Pembongkaran BG
5
Pendahuluan
KEANDALAN BANGUNAN GEDUNG
1. Beban muatan
2. Bahaya kebakaran
3. Bahaya petir dan kelistrikan

1. Sistem penghawaan
PP No. 16 Tahun 2021 2. Sistem pencahayaan
Pasal 27 3. Sistem pengelolaan air
4. Sistem pengelolaan sampah
Keselamatan 5. Penggunaan bahan

4K Kesehatan
Kenyamanan
Kemudahan
1. Ruang gerak
2. Kondisi udara dalam ruang
3. Pandangan dari dan ke dalam
Bangunan Gedung
4. Tingkat getaran dan kebisingan

1. Hubungan ke, dari, dan di


dalam Bangunan Gedung
2. Kelengkapan Prasarana dan
sarana pemanfaatan
6
Pendahuluan
KEANDALAN BANGUNAN GEDUNG

(Objek)
Level 1 Keandalan bangunan gedung
(Kriteria)
Level 2

Keselamatan Kesehatatan Kenyamanan Kemudahan


( Sistem)
Level 3

Struktur Arsitektur Utilitas

Fondasi, sloof Tata dan fungsi ruang Instalasi proteksi kebakaran


Kolom Ruang gerak Instalasi penangkal petir
(komponen)

Join kolom-balok Finishing Plambing


Level 4

Balok Pintu dan jendela Instalasi listrik


Pelat Instalasi tata udara
Langit-langit
Rangka atap Instalasi komunikasi
Komponen pelengkap Pencahayaan

7
Pendahuluan
PENILIK BANGUNAN GEDUNG
PENILIK adalah orang perseorangan yang memiliki kompetensi dan diberi tugas oleh
pemerintah pusat atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya untuk
melakukan inspeksi terhadap Penyelenggaraan Bangunan Gedung. (PP 16/2021 Pasal 1)

1. Ditetapkan oleh kepala dinas teknis Pemerintah Daerah Kab/Kota. (PP 16/2021
Pasal 1 & 236)
2. Memiliki tugas untuk melakukan pemeriksaan Bangunan Gedung secara
administratif agar Penyelenggaraan Bangunan Gedung yang dilaksanakan oleh
penyerenggara Bangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. (PP 16/2021 Pasal 236)
3. Tugas penilik dilaksanakan pada masa konstruksi, pemanfaatan, dan
pembongkaran. (PP 16/2021 Pasal 236)

8
Penilikan pada Masa
Konstruksi –
Aspek Mekanikal Elektrikal

9
Penilikan pada Masa Konstruksi
TAHAP KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

• Pelaksanaan konstruksi = PP 16/2021 Pasal 59


Tahap perwujudan dokumen perencanaan menjadi
bangunan gedung yang siap dimanfaatkan a. Persiapan Pekerjaan
• Dilakukan oleh Penyedia Jasa Pelaksanaan b. Pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi (Kontraktor)
✓ Pekerjaan Geoteknik/Fondasi (dan Basemen
• Diawasi oleh Penyedia Jasa Pengawasan Konstruksi
atau Manajemen Konstruksi (MK) jika ada)
✓ Pekerjaan Struktur Atas
Pada masa konstruksi, PENILIK melakukan inspeksi ✓ Pekerjaan Arsitektural
untuk mengawasi pelaksanaan PBG yang diterbitkan.
✓ Pekerjaan Mekanikal, Elektrikal dan
Perpipaan

c. Pengujian
d. Penyerahan

10
Penilikan pada Masa Konstruksi
TATA CARA PELAKSANAAN INSPEKSI
PP 16/2021 Pasal 236

1. Penilik menerima surat penugasan dari Pemerintah Daerah kabupaten/ kota;


2. Melakukan pemeriksaan kesesuaian pelaksanaan konstruksi Bangunan Gedung terhadap PBG
dan ketentuan SMKK pada tahap pekerjaan struktur bawah, pekerjaan basemen, pekerjaan
struktur atas, dan pekerjaan mekanikal elektrikal;
3. Membuat laporan hasil inspeksi dan mengunggahnya ke dalam SIMBG pada setiap tahapan
pekerjaan pelaksanaan konstruksi
4. Meminta justifikasi teknis kepada Pemilik dalam hal ditemukan ketidaksesuaian antara gambar
rencana teknis (detail engineering design) dengan gambar rencana kerja (shop drawing) yang
disebabkan oleh kondisi lapangan;
5. Memberikan peringatan kepada penyelenggara Bangunan Gedung dalam hal ditemukan
ketidaksesuaian dengan dokumen PBG dan ketentuan manajemen keselamatan konstruksi;
6. Melaporkan hasil inspeksi kepada Pemerintah Daerah kabupaten/kota dan mengunggahnya
kedalam SIMBG
7. Menyaksikan (commissioning test);
8. Membuat laporan pelaksanaan pengujian (commissioning test) dan menggunggahnya ke dalam
SIMBG.
11
Penilikan pada Masa Konstruksi
TATA CARA PELAKSANAAN INSPEKSI
PP 16/2021 Pasal 266

Sumber Data Penilikan:


➢ Dokumen PBG (dengan Lampiran Dokumen Perencanaan yang telah disetujui TPA)

➢ Laporan pengawasan dari Pengawas/MK

➢ Pengamatan visual secara langsung oleh Penilik di Lapangan.

12
Penilikan pada Masa Konstruksi
TATA CARA PELAKSANAAN INSPEKSI
Daftar Simak Inspeksi Penilik

PP 16/2021
Lampiran 4
Halaman 2028-2029

Pelaksanaan Konstruksi harus sama


dengan desain terakhir yang sudah
disetujui dalam PBG

13
Komponen Aspek
Mekanikal Elektrikal

14
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
RUANG LINGKUP ASPEK MEKANIKAL ELEKTRIKAL

1. Sistem Listrik Arus 2. Sistem Listrik Arus 3. Sistem Proteksi


Kuat (Elektrikal) Lemah (Elektronik) Kebakaran

4. Sistem Tata Udara 5. Sistem Transportasi


dalam Gedung

15
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
DASAR PEMILIHAN SISTEM MEKANIKAL ELEKTRIKAL

Sesuai
dengan
Standar
Teknis

16
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
1. SISTEM LISTRIK ARUS KUAT (ELEKTRIKAL)
A. SISTEM CATU DAYA LISTRIK (POWER SUPPLY)
Sistem catu daya listrik merupakan suatu sistem yang memasok
energi listrik ke suatu beban listrik, seperti penerangan, stop
kontak, pompa, AC, fan, lift, dll.

Gardu PLN di Lahan Konsumen


Tray Kabel
ACUAN NORMATIF
a. SNI 0225:2020 Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2020
b. SNI 6197:2020 Konservasi energi sistem pencahayaan pada
bangunan gedung
c. SNI 04-7019-2004 Sistem pasokan daya listrik darurat
menggunakan energi tersimpan (SPDDT)
d. SNI 03-7018-2004 Sistem pasokan daya listrik darurat dan siaga
e. SNI 03-6575-2001 Tata cara perancangan sistem
Panel Distribusi Utama Genset
pencahayaan buatan pada bangunan gedung
f. IEC 60949:1988 Calculation of thermally permissible short-
circuit currents, taking into account non-adiabatic heating
effects

Pembumian Panel Surya

17
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
1. SISTEM LISTRIK ARUS KUAT (ELEKTRIKAL)
A. SISTEM CATU DAYA LISTRIK (POWER SUPPLY)

Tegangan Tinggi (TT) 150kV


Daya ≥ 30.000 kVA
Contoh: Industri

Tegangan Menengah (TM) 20kV


Daya ≥ 200 kVA
Contoh: Bisnis, Industri, Pemerintah,
Sosial

Tegangan Rendah (TR) 220/380 V


Daya < 200 kVA
Contoh: Rumah, Bisnis, Pemerintah,
Sosial, Publik

18
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
1. SISTEM LISTRIK ARUS KUAT (ELEKTRIKAL)
A. SISTEM CATU DAYA LISTRIK (POWER SUPPLY)

Contoh Skematik Diagram Distribusi Daya Listrik pada Gedung (TM)

Input:
1. Utama = Gardu PLN (TM)
2. Cadangan = Genset, Solar PV
(TR)

Output:
1. Panel MDP
2. Panel SDP
3. Panel Hidran

19
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
1. SISTEM LISTRIK ARUS KUAT (ELEKTRIKAL)
A. SISTEM CATU DAYA LISTRIK (POWER SUPPLY)
No Parameter Hal yang Harus Diperhatikan
1. Sistem Penyediaan Listrik
- Sumber daya Spesifikasi dan lokasi penempatan harus sesuai perencanaan
utama,cadangan, darurat, Genset terletak pada lokasi yang aman dan terlindungi dari gangguan.
atau khusus
Power house memiliki sistem ventilasi dan sistem tata udara yang memadai
untuk disipasi panas dan pembuangan gas buangan hasil pembakaran,
serta terlindungi dari kerusakan akibat cuaca atau hewan.
2. Sistem Distribusi TM
- Jalur pengkabelan Kabel harus aman dari kerusakan mekanis
- Trafo Lokasi dan Spesifikasi Trafo sesuai perencanaan
3. Sistem Distribusi TR
- Pemutus Daya Terdapat pemutus daya apabila terjadi gangguan
Diagram listrik sesuai dengan gambar perencanaan

20
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
1. SISTEM LISTRIK ARUS KUAT (ELEKTRIKAL)
B. SISTEM PROTEKSI PETIR (SPP)

Sistem proteksi petir merupakan sistem yang berfungsi


untuk melindungi bangunan gedung dan peralatan listrik
dari bahaya petir. Sistem ini bekerja dengan
menangkap dan menyalurkan petir ke tanah.
Air Terminal

Berdasarkan PP No. 16 Tahun 2021, sistem proteksi petir


untuk Bangunan Gedung Negara harus menggunakan
sistem proteksi petir sesuai dengan SNI 03-7015-2004
(sistem konvensional).
Perlu ada analisis dan/atau perhitungan sistem proteksi
petir sesuai dengan SNI 03-7015-2004
Pembumian Proteksi Petir

Kotak Pembumian

Sistem Proteksi Petir Sangkar Faraday


21
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
1. SISTEM LISTRIK ARUS KUAT (ELEKTRIKAL)
B. SISTEM PROTEKSI PETIR (SPP)

SNI menggunakan
sistem proteksi petir
konvensional

22
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
1. SISTEM LISTRIK ARUS KUAT (ELEKTRIKAL)
B. SISTEM PROTEKSI PETIR (SPP)

Parameter Hal yang harus diperhatikan


Sistem Proteksi Petir Lokasi peletakkan sistem proteksi petir sesuai dengan gambar
perencanaan
Spesifikasi dan sistem sesuai dengan dokumen perencanaan

23
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
1. SISTEM LISTRIK ARUS KUAT (ELEKTRIKAL)
C. SISTEM PENCAHAYAAN
Sistem pencahayaan merupakan sistem yang bertujuan
untuk menyediakan cahaya yang cukup pada bangunan
agar penghuni dapat melaksanakan kegiatan secara
efektif, memenuhi persyaratan kesehatan, kenyamanan,
konservasi energi, dan ketentuan lainnya.

24
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
1. SISTEM LISTRIK ARUS KUAT (ELEKTRIKAL)
SNI 6197:2020 Konservasi energi sistem SNI 03-6575-2001 Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada
pencahayaan pada bangunan gedung bangunan gedung
SNI 03-6574-2001 Tata Cara Perancangan Pencahayaan Darurat, Tanda arah dan
Sistem Peringatan Bahaya pada Bangunan Gedung

Pencahayaan Darurat
suatu pencahayaan yang mempunyai pasokan daya cadangan.

Ketentuan Teknis.
Setiap lampu darurat harus ;
1. bekerja secara otomatis.
2. mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup untuk evakuasi yang
aman.
3. jika mempunyai sistem terpusat, catu daya cadangan dan kontrol
otomatisnya harus dilindungi dari kerusakan karena api dengan konstruksi
penutup yang mempunyai Tingkat Ketahanan Api (TKA) tidak kurang dari
-/60/60.
4. Lampu darurat yang digunakan harus sesuai dengan standar yang
berlaku

25
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
1. SISTEM LISTRIK ARUS KUAT (ELEKTRIKAL)

Parameter Hal yang harus diperhatikan


Sistem Pencahayaan Spesifikasi sesuai dengan dokumen perencanaan
Lokasi Penempatan sesuai dengan dokumen perencanaan
Pencahayaan darurat dapat bekerja apabila sumber daya listrik
utama terputus

26
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
1. SISTEM LISTRIK ARUS LEMAH (ELEKTRONIK)

ACUAN NORMATIF
a. UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
b. PP No. 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Telekomunikasi
c. Permen Kominfo No. 18 Tahun 2014 tentang Sertifikasi
alat dan perangkat telekomunikasi Detector Manual Push Button

d. SNI 04-7042-2004 Pesawat telepon analog


e. SNI 03-3985-2000 Tata cara perancangan,
pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm
kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran
pada bangunan gedung

A. SISTEM DETEKSI DAN ALARM KEBAKARAN Alarm Indicator

Sistem deteksi dan alarm kebakaran bertujuan untuk


mendeteksi munculnya api dengan menggunakan
detektor sejak tahap awal dan kemudian
memberikan peringatan (alarm).

Main Control Fire Alarm

27
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
1. SISTEM LISTRIK ARUS LEMAH (ELEKTRONIK)
DIAGRAM DETEKSI DAN ALARM KEBAKARAN

Terdapat tiga jenis sistem alarm:


1. Conventional
2. Full-Addressable
3. Semi-Addressable

28
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
1. SISTEM LISTRIK ARUS LEMAH (ELEKTRONIK)

29
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
1. SISTEM LISTRIK ARUS LEMAH (ELEKTRONIK)

30
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
1. SISTEM LISTRIK ARUS LEMAH (ELEKTRONIK)

31
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
1. SISTEM LISTRIK ARUS LEMAH (ELEKTRONIK)

Parameter Hal yang harus diperhatikan


Sistem Deteksi dan Alarm Spesifikasi sesuai dengan yang direncanakan
Lokasi penempatan sesuai dengan yang direncanakan
Terdapat dua sumber listrik yaitu
PLN dan dari Baterai/catu daya cadangan lainyna

Terintergrasi dengan sistem darurat lainnya sesuai dengan yang


direncanakan

32
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
1. SISTEM LISTRIK ARUS LEMAH (ELEKTRONIK)

C. SISTEM TELEKOMUNIKASI PABX


Sistem telekomunikasi PABX merupakan sistem
penyambungan komunikasi telepon atau
interpon/intercom dalam satu bangunan yang
memerlukan percabangan satuan sambungan
Amplifier & Mic Horn Speaker Ceiling Speaker
telepon.

B. SISTEM TATA SUARA


Sistem tata suara pada bangunan gedung
merupakan sistem pengeras suara yang dapat
digunakan untuk music background, public
address/pengumuman, evakuasi darurat,
dan/atau car call.
PABX

33
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
1. SISTEM LISTRIK ARUS LEMAH (ELEKTRONIK)

F. SISTEM AKSES PINTU DAN KEAMANAN


Dalam perencanaan perlu ditentukan batasan akses
pintu, dedicated door, dan time limit.
Wifi Router LAN Socket

D. SISTEM DATA DAN INTERNET Door Access

E. SISTEM CCTV
Dalam perencanaan perlu dianalisis Ruang Kontrol Otomasi Bangunan
Ruangan yang dilengkapi kamera CCTV,
Jumlah kamera CCTV, Penempatan G. SISTEM OTOMASI BANGUNAN
kamera, Perbandingan lebar sensor
Dalam perencanaan sistem otomasi bangunan / BAS
CCTV terhadap lebar objek sama dengan
perlu ditentukan peralatan yang harus dimonitor
perbandingan panjang fokus lensa
status on/off-nya atau dikontrol startstop-nya, point
terhadap jarak kamera ke objek,
schedule, konfigurasi jumlah digital direct control
danKebutuhan Penyimpanan Data
(DDC).
(storage data) CCTV

34
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
1. SISTEM LISTRIK ARUS LEMAH (ELEKTRONIK)
No Parameter Hal yang harus diperhatikan
1. Sistem tata suara Lokasi penempatan sesuai dengan perencanaan
Spesifkasi dan sistem sesuai dengan perencanaan
Dapat digunakan untuk evakuasi darurat, dengan diberikan sumber listrik
PLN atau catu daya darurat
2. Sistem PABX Spesifikasi dan sistem sesuai perencanaan
Lokasi penempatan sesuai perencanaan
3. Sistem Data dan Internet Spesifikasi dan sistem sesuai Perencanaan
4. Sistem CCTV Spesifikasi dan sistem sesuai Perencanaan
Lokasi penempatan sesuai perencanaan
5. Sistem Akses Pintu dan Spesifikasi dan sistem sesuai Perencanaan
Keamanan Lokasi penempatan sesuai perencanaan
6. Sistem Otomasi Bangunan Terintegrasi dengan sistem lainnya sesuai dengan perencanaan

35
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
3. SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
ACUAN NORMATIF
a. Permen PU No. 26 Tahun 2008 tentang Persyaratan teknis sistem proteksi
kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
b. SNI 03-6570-2001 Instalasi pompa yang dipasang tetap untuk proteksi kebakaran
c. SNI 03-3989-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem springkler
Pompa Kebakaran
otomatik untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung
d. SNI 03-1745-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak
dan slang untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan
gedung
e. SNI 03-1736-2000 Tata cara perencanaan dan sistem proteksi pasif untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan Gedung
f. SNI 03-1735-2000 Tata cara perencanaan akses bangunan dan akses lingkungan
Pilar Hidran dan Kotak Hidran Luar untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung
g. SNI 180:2021 Alat Pemadam Api Portabel (APAP)
h. NFPA 72-2013 National Fire Alarm and Signaling Code

Springkler

36
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
3. SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
A. SISTEM PIPA TEGAK
Sistem pipa tegak merupakan sistem
pemipaan yang memasok air ke hidran dan
sprinkler dan dalam penyebaran airnya
dibantu pompa kebakaran.
Pompa Kebakaran
Analisis dan/atau perhitungan yang
dibutuhkan:
i. Analisis klasifikasi bahaya bangunan
terhadap api
ii. kebutuhan air tandon untuk pemadam
APAP
kebakaran
iii. Hidrolika sistem pipa tegak dan springkler
meliputi Jumlah dan diameter pipa tegak, B. APAP
Pilar Hidran dan Kotak Hidran Luar Jumlah kotak hidran dalam, Hidran APAP merupakan alat pemadam api portable
halaman, pilar hidran, dan siamese yang mudah dibawa, cepat dan tepat di
connection, Kapasitas pompa dan, dalam penggunaan untuk awal kebakaran
Kapasitas tangki air untuk hidran. atau kebakaran kecil.
iv. Penentuan klasifikasi dan jumlah springkler
Dalam perencanaan perlu dianalisis jumlah
Sistem pipa tegak termasuk didalamnua: dan kapasitas APAP yang dibutuhkan.
Springkler i. Hidran dan sambungan Siamese
ii. Springkler
iii. Pompa pemadam kebakaran
37
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
3. SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN

38
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
3. SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN

A. Ruang Pompa Kebakaran


B. Pompa Diesel
C. Pompa Jockey
D. Pompa Elektrikal
E. Panel Pompa Diesel
F. Panel Pompa Jockey
G. Panel Pompa Elektrik

39
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
3. SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN

40
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
3. SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN

Parameter Hal yang harus diperhatikan


Sistem Pipa Tegak Lokasi Penempatan sesuai perencanaan
Spesifikasi Sesuai perencanaan
Jumlah sesuai perencanaan
APAR Lokasi Penempatan sesuai perencanaan
Spesifikasi Sesuai perencanaan
Jumlah sesuai perencanaan

41
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
4. SISTEM TATA UDARA

ACUAN NORMATIF
a. SNI 6390:2020 Konservasi energi sistem tata udara
pada bangunan gedung
b. SNI 19-0232-2005 Nilai Ambang Batas (NAB) zat kimia
di udara tempat kerja)
Water Cooled Chiller Air Cooled Chiller
c. SNI 03-7012-2004 Sistem manajemen asap di dalam
mal, atrium dan ruangan bervolume besar
d. SNI 03-6572-2001 Sistem ventilasi dan pengondisian
udara
e. SNI 03-6571-2001 Sistem pengendalian asap
kebakaran pada bangunan gedung
f. SMACNA
AC Single Split Outdoor Unit VRF Outodoor Unit
g. ASHRAE Standard/Handbook Series

A. SISTEM PENGONDISIAN UDARA


Sistem pengondisian udara / AC merupakan sistem
Wall Mounted Indoor Unit Casette Indoor Unit AC Duct Type
untuk mendinginkan udara sehingga dapat dicapai
temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan
yang dipersyaratkan.
42
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
4. SISTEM TATA UDARA

C. SISTEM PENGENDALIAN ASAP


Sistem pengendalian asap bertujuan untuk mengeluarkan
asap dari suatu zona yang dipersyaratkan agar lapisan
asap tidak mengganggu proses evakuasi. Sedangkan
sistem presurisasi tangga bertujuan untuk memasukkan
udara ke dalam sumur tangga kebakaran atau lobi
Wall Mounted Fan Axial Fan
penahan asap agar memiliki tekanan positif, sehingga asap
B. SISTEM VENTILASI MEKANIS tidak masuk ke dalamnya untuk kebutuhan evakuasi.

Sistem ventilasi mekanis bertujuan untuk


membuang udara kotor di dalam bangunan
dan/atau memasukkan udara segar sebagai
persyaratan aspek kesehatan bangunan
gedung.

Smoke Extract Fan Pressurized Fan


43
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
4. SISTEM TATA UDARA

Parameter Hal yang harus diperhatikan


Sistem Tata Udara Lokasi penempatan sesuai perencanaan
Spesifikasi dan sistem sesuai perencanaan
Jumlah sesuai perencanaan

44
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
5. SISTEM TRANSPORTASI DALAM GEDUNG
ACUAN NORMATIF
a. Permenaker No. 6 Tahun 2017 tentang Keselamatan dan C. LIF PEMADAM
kesehatan kerja elevator dan eskalator
b. SNI 03-7017-2004 Lif traksi listrik pada bangunan gedung KEBAKARAN
c. SNI 03-6573-2001 Tata cara perancangan sistem transportasi
Lif pemadam kebakaran merupakan lif
vertikal dalam gedung lif
yang digunakan petugas pemadam
d. SNI 03-6248-2000 Syarat-syarat umum konstruksi eskalator yang
kebakaran untuk pemadam
dijalankan dengan tenaga listrik
kebakaran dan penyelamatan jika
e. SNI 03-6247.1-2000 Syarat-syarat umum konstruksi lif pasien
terjadi kebakaran di sebuah gedung.
f. SNI 03-2190.1-2000 Syarat-syarat umum konstruksi lif yang
dijalankan dengan transmisi hidrolis Lif Damkar
g. SNI 03-2190.2-2000 Syarat-syarat umum konstruksi lif pelayan
(dumbwaiter) yang dijalankan dengan tenaga listrik

B. ESKALATOR D. SISTEM TRANSPORTASI


A. LIF Bangunan
gedung LAINNYA
dengan
ketinggian di
atas 5 lantai
harus
menyediakan
lif.
Travellator Dumbwaiter Lif Pasien
45
Komponen Aspek Mekanikal Elektrikal
5. SISTEM TRANSPORTASI DALAM GEDUNG

Parameter Hal yang harus diperhatikan


Sistem Transportasi Lokasi Penempatan sesuai perencanaan
dalam Gedung Spesifikasi sistem sesuai perencanaan
Jumlah sesuai perencanaan

46
Penilikan Bangunan
Gedung Rumah Tinggal

47
Penilikan Bangunan Gedung Rumah Tinggal
TAHAP PELAKSANAAN KONSTRUKSI
PP 16/2021 Pasal 269 & 271

Ketentuan Khusus: 1. Pemilik harus menyampaikan dokumentasi setiap tahap pelaksanaan


Bangunan Gedung berupa konstruksi Bangunan Gedung kepada Penilik pada saat inspeksi di masa
rumah tinggal tunggal konstruksi.
sampai dengan 2 (dua) 2. Hasil inspeksi didasarkan pada hasil pengamatan kondisi lapangan dan
lantai dengan luas dokumentasi setiap tahap pelaksanaan konstruksi Bangunan Gedung
lantai paling banyak 90 m2. terhadap kesesuaian dengan PBG dan/ atau ketentuan SMKK.
3. Apabila ada ketidaksesuaian, Penilik melaporkan kepada Dinas Teknis dan
memberikan rekomendasi kepada Pemilik (penyesuaian konstruksi atau
pengurusan ulang PBG).
4. Penilik membuat berita acara pada setiap tahap sebagai hasil inspeksi dan
diunggah ke SIMBG.
5. Apabila tidak ada MK, Penilik melaksanakan commissioning test pada
rumah tinggal dan mengunggah berita acaranya ke SIMBG.
6. Apabila tidak ada MK, Penilik mengeluarkan surat pernyataan kelaikan
fungsi berdasarkan daftar simak hasil pemeriksaan kelaikan fungsi
berdasarkan laporan pengawasan, hasil inspeksi, dan hasil commissioning
test.

48
Penilikan Bangunan Gedung Rumah Tinggal
INSPEKSI ASPEK MEKANIKAL ELEKTRIKAL
SISTEM KELISTRIKAN

Komponen yang di-Inspeksi:


1. Kabel penghantar listrik PLN dari tiang masuk (masthead) di atas atap hingga ke meteran listrik.
2. Panel meter dan pemutus arus.
3. Jaringan instalasi, jenis beban yang terhubung, dan titik lampu serta armatur lampu.

Prosedur untuk Inspeksi:


1. Amati detil jenis dan lokasi titik masuk listrik PLN di atas atap, nilai tegangan (volt), kuat arus listrik (amper), dan
perangkat sekering perlindungan beban lebih (MCCB).
2. Amati keberadaan kabel penghantar pembumian (grounding) yang terhubung ke meter listrik.
3. Periksa ukuran kabel penghantar dari instalasi rumah yang keluar dari panel.
4. Pastikan kesesuaian ukuran MCB (alat proteksi beban lebih) dengan daya terpasang dan dengan ukuran
kabel.
5. Periksa kondisi dan kerja dari sejumlah saklar sakelar, soket kontak tusuk, dan lampu yang mewakili.
6. Perhatikan kondisi umum dari kabel instalasi yang terlihat yang mungkin dapat membahayakan penghuni atau
bangunan akibat dari penggunaan atau instalasi yang tidak tepat dari komponen listrik.
7. Pemeriksa tidak wajib melakukan pengukuran terhadap tegangan, tahanan isolasi dan juga tahanan
pembumian (grounding).

49
Penilikan Bangunan Gedung Rumah Tinggal
INSPEKSI ASPEK MEKANIKAL ELEKTRIKAL
SISTEM KELISTRIKAN

Pengaman berupa
Pembumian pembatas
Loop kabel berbentuk pig-tail Tidak ada pigtail, air rawan (grounding) dengan
mencegah air masuk melalui kabel masuk ke panel meter dpt arus/pemutus arus MCB
kode warna kabel
menyebabkan hubung singkat. yang tepat

Penumpukan plug
Cara penyambungan pada soket ektensi -
yang baik dapat menyebabkan
overheat
50
TERIMA KASIH

51

Anda mungkin juga menyukai